Sie sind auf Seite 1von 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/277073846

Prevalensi Obesitas dan hubungan Konsumsi Fast Food Dengan Kejadian


Obesitas Pad Remaja SLTP Kota dan Desa Di Daerah Istimewa Yogyakarta

Article · November 2004


DOI: 10.22146/ijcn.17397

CITATIONS READS

7 4,530

1 author:

Susetyowati Susetyowati
Gadjah Mada University
32 PUBLICATIONS   34 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Hospital malnutrition and implementation of nutrition care process in UGM Hospital Indonesia View project

Sleman Health and Demographic Surveillance System (HDSS) View project

All content following this page was uploaded by Susetyowati Susetyowati on 07 September 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PREVALENS/OBESITAS DAN HUBUNGAN KONSUMSI FAST FOOD
DENGANKEJADIAN OBESITAS PADA REMAJA SLTP KOTA DAN DESA
DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Mahdlah '.Hamam Hadl 2. Susetyowatl 3

ABSTRACT Oi OKI Jakarta ditemukan obesitas sekitar 4%


Background: The improvement in socieconomic status pada anak usia 6-12 tahun, 6,2% pada anak remaja
has led to sadentary life style and more fast food usia 12-18 tahun dan pada 11,4% pada usia 17-18
consumption. Whether fast food consumption contributes
tahun. Kasus obesitas pada remaja banyak ditemu-
to obesity in Indonesian adolescentss remains unclear.
Objective: The study was conducted to estimate the kan padawanita(10,2%)dibandinglaki-Iaki(3,1%)(2).
prevalence of obesity and to assess the association Obesitas terjadi disebabkan banyak faktor.
between fast food consumption and obesity in junior high Faktor utamanya adalah ketidak seimbangan
school students.
asupan energi dengan keluaran energi. Oi Indonesia,
Study DesIgn: A cross-sectional survey was conducted
in 2003 to estimate the prevalence of obesity in adolescent
akibat dari perkembangan teknologi dan sosial
students of Yogyakarta Special Province. Subjects of this ekonomi te~adi perubahan pola makan dari pola
survey were junior high school students from urban (n= makan tradisional ke pola makan barat seperti fast
4747) and rural areas (n=4602) were included in this food yang banyak mengandung kalori, lemak dan
survey. To further analyze the association between food kolesterol (3).
consumption and obesity. a sample of 140 obese (of 460
obese students) and 140 non obese students (of 8889
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
non obese students) was randomly selected. Data on fast prevalensi obesitas dan hubungan konsumsi fast
food consumption were collected using Food Frequency food dengan kejadian obesitas pada remaja SLTP
Questionnaire (FFQ) method from the selected obese and kota dan desa di 0.1. Yogyakarta.
non obese sample.
Result: The prevalence of obesity among adolescent
students was 7.9% in urban and 2% in rural areas. There BAHAN DAN METODE
was a significant difference in variety, quantity, and
frequency of fast food consumption per month and hereby
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2003
energyintake from fast food between obese and non obese melalui dua tahap. Tahap pertama, untuk
adolescent students (p<O,05). mengetahui prevalensi obesitas remaja SLTP kota
Conclusion: The prevalence of obesity in urban area was dan desa di OIY dilakukan suatu survei. Oalam
much higher than that in rural area. Obese students
survei ini 6 SLTP dari 59 SLTP (10%) yang ada di
consumed fast food more frequently and more variably
than non obese students. Kota Yogyakarta (selanjutnya disebut Kota) dan 10
SLTP dari 94 SLTPdi Kabupaten Bantul (selanjutnya
Key Words: obesity, fast food, rural,urban disebut desa) baik negeri maupun swasta terpilih
secara random. Semua siswalsiswi dari SLTP
PENDAHULUAN terpilih yaitu 4,747 siswalsiswi SLTP kota dan 4,602
siswalsiswi desa tersebut diukur berat dan tinggi
Masalahgizi ganda tidak hanya terdapat pada badannya dan dihitung indeks massa tubuh (IMT)
masyarakatperkotaansaja akan tetapi juga terdapat nya. Siswalsiswi yang mempunyai IMT = 95 Per-
pada masyarakat pedesaan, walaupun obesitas centile dari kurva National Centre for Health Statis-
pada anak diperkotaan cenderung lebih tinggi tics (NCHS)/Centre for Chronic Desease (COC) (4)
daripadadi pedesaan.Masalah ini mulai meningkat dinyatakan sebagai penderita obes dan yang
baikpedesaanmaupun perkotaan (1). mempunyaiIMT<95percentiledinyatakan tidak obes.

Poltekes Medan
Medicine Faculty of Gadjah Mada University, Yogyakarta
Medicine Faculty of Gadjah Mada University, Yogyakarta
78 JURNAL GIZI KLINIK INDONESIA, Volume 1 NO.2November 2004

Pada tahap kedua, untuk mengestimasi apakah kapasitas 150 kg dengan ketelitian 0,1 kg. Tinggi
konsumsifast food merupakan faktor risiko obesitas badan diukur dengan menggunakan microtoise
digunakan raneangan penelitian kasus-kontrol. dengan panjang 200 em dengan ketelitian 0,1 em.
Kasus adalah remaja obes berumur 10-15 tahun Data status gizi orang tua yaitu dengan penim-
yang terdeteksi pada saat survei (tahap pertama) bangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
dan bersedia untuk mengikuti penelitian, sedangkan Data status sosial ekonomi diperoleh dengan eara
kontrol adalah teman sekelas dan berjenis kelamin wawaneara dengan menggunakan kuesioner
sama dengan kasus yang tidak mengalami obes. terstruktur. Data banyaknya jenis, frekuensi dan
Dalam penelitianini digunakan 140 kasus (75 kasus konsumsi energi fast food dan konsumsi energi
dari kota dan 65 kasus dari desa) dan 140 kontrol selain fast food diperoleh dengan menggunakan
(75 kontrol dari kota dan 65 kontrol dari desa). metode Food Frequency Quetionnaire (FFQ)
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah dengan menanyakan makanan dalam 3 bulan
obesitas, sedangkan variabel bebas utama adalah terakhir. Semua data di lapangan dikumpulkan oleh
banyaknyajenis, frekuensi dan konsumsi energi fast enumerator yang terlatih, lulusan D.l1Idan DIV Gizi.
food. Adapun fast food yang diteliti adalah fast food Data yang telah terkumpul diolah dengan
western dan loka!. Sedangkan variabellain seperti menggunakan program komputer. Data konsumsi
status sosial ekonomi orang tua dan faktor genetik energi fast food dan non fast food diolah dengan
orang tua dikendalikan berdasarkan matchingatau program Nutri Survey. Analisis data dilakukan
melalui uji statistik yang relevan. dengan Stata versi 6 dan Epi-Info versi 6 dengan
Berat badan sam pel ditimbang dengan uji t-test, chi-squaredan regresi logistik berganda.
menggunakan Electronic Personal Scale dengan
Prevalensi Obesitas dan Hubungan Konsumsi Fast Food 79

Tabel 2. Distribusl Karakteristik Subyek Penelltian

No Kasus Kontrol
KelompokNariabel n x2 p
'I, n %
Umur:
, 10-12 lahun 39 27,9 35 25,0 0,165 0,255
, 13-15 lahun 101 72,1 105 75,0
Jumlah 140 100.0 140 100,0
2 Jenis kelamin
. Laki-Iaki 79 56,4 79 56,4 0,000 1,000
. Perempuan 61 43,6 61 43,6
Jumlah 140 100,0 140 100,0
3
..
Pendidikan Ayah :
? Tamal SLTA
< Tamal SLTA
117
23
83,6
16.4
100
40
71,4
28,6
5,243 0,022
Jumlah 140 100,0 140 100,0
4 Pendidikan Ibu :

., ? TamalSLTA
< Tamal SLTA
Jumlah
115
25
140
82,1
7,9
100,0
97
43
140
69,3
30,7
100.0
5,613 0,018

5 Pekerjaan Ayah:
. Bukan pegawa 60 42,9 79 56.4 4,629 0,031
, Pegawai 88 57,1 61 43,6
Jumlah 140 100,0 140 100.0
6 Pekerjaan Ibu :
. Bukan Pegawai 87 62,1 103 73,6 3,684 0,055
. Pegawai 53 37,9 37 26,4
Jumlah 140 100.0 140 100.0
7 PendapalanKeluarga
. Rp ? 2.500.000,- 64 45,7 54 38,6 1,186 0,276
. Rp < 2.500.000, 76 54,3 86 61,4
Jumlah 140 100.0 140 100,0
8 Stalus Gizl Ayah
. Obesilas 25 18,4 11 8,0 5,626 0,018
. Tidak Obesitas 111 81,6 127 92,0
Jumlah 136 100.0 138 100.0
9 Stalus Gizllbu
. Obesltas 18 12,9 5 3,6 6,548 0,010
. Tidak Obesilas 122 87,1 132 96,4
Jumlah 140 100.0 137 100,0
10 Kola-Desa
. Kodya Yogyakarta 75 50,0 65 50,0 0.000 1,000
. KabupalenBanlul 75 50,0 65 50,0
Jumlah 140 100.0 130 100.0

HASIL DANBAHASAN Banyaknya Jenls Fast food yang Dlkonsumsl


Prevalensl Obesltas Remaja SLTP Kota dan Desa

Prevalensi obesitas remaja SLTP kota sebesar Fast foodmerupakan makanan cepat saji yang
terdiri dari jenis fast food western dan loka!. West-
7,8% dan remaja SLTP desa sebesar 2% (lihat Tabel
1),Karakteristik Subjek Penelitian Kasus-Kontrol ern fast foodyang banyak dikonsumsi siswa SLTP
kota yaitu ayam goreng (fried chicken), pizza, ham-
Remaja obes lebih banyak ditemukan dari keluarga
burger, sandwich, french fries, dunkin dona/, chicken
denganpendidikan tinggi, mempunyai pekeaan mapan
(menjadi pegawai baik negeri/swasta) dan menderita katzu, ice cream, milk shake, soft drinks. Sedangkan
western fast food yang banyak dikonsumsi SLTP
oOOs(TabeI2).Sedangkan distribusi penderita obes atau
desa yaitu ayam goreng, ice cream dan soft drinks.
non obes tidak berbeda secara bermakna (p > 0.05)
Fast foodlokal yang sering dikonsumsi remaja SLTP
berdasarkan distribusi umur, jenis kelamin dan
pendapatan keluarga (TabeI2). kota dan desa yaitu bakso, mi ayam, mi goreng,
80 JURNAL GIZI KLlNlK INDONESIA, Volume 1 No.2 November 2004

nasi goreng, batagor, soto, sate, martabak, chiki, kali/bulan, sedangkan pad a remaja SLTP desa
wafer dan marimas dll. sebesar 2,97 kali (Tabel. 5)
Analisis uji-t menunjukkan ada perbedaan
banyaknya jenis fast food yang dikonsumsi antara Konsumsl Energl
kasus dan kontrol pada SLTP kota dan desa Konsumsi energi total antara kasus dan kontrol
(p<O,05). Jenis fast food yang dikonsumsi kasus di kota dan desa berbeda nyata (p<O,05) dan bila
lebih banyak dibandingkan jenis fast food yang dibandingkan dengan standar kecukupan gizi yang
dikonsumsi kontrol. Rata-rata banyaknya jenis fast dianjurkan, kasus jauh melebihi dari angka
foodtersajipada Tabel 3. kecukupan, pada remaja SLTP kota yaitu 131,11%
sedangkan SLTP desa 113,74% (TabeI6).
Frekuensi Konsumsi Fast Food Remaja SLTP
Kota dan Desa Konsumsl Energl Fast food Remaja SLTP Kota
Hasil uji-t (Tabel 4) menunjukkan ada per- dan Desa
bedaan frekuensi konsumsi fast food antara kasus Konsumsi fast food rata-rata antara kasus dan
dan kontrol pada SLTP kota dan desa (p<0,05). kontrol remaja SLTP kota dan desa menunjukkan
Hasil uji chi-square menunjukkan ada perbedaan yang bermakna (P<O,05)(TabeI7). Analisis
hubungan frekuensi konsumsi fast food dengan uji chi-square menunjukkan bahwa konsumsi west-
kecenderungan terjadinya obesitas pada remaja ern fast food=152,3 kalori cenderung menyebabkan
SLTP kota dan desa (p<O,05). Konsumsi western terjadinya obesitas pad a remaja SLTP kota sebesar
fast food = 4 kali/bulan cenderung menyebabkan 4,84 kali lebih tinggi dibandingkan mengkonsumsi
terjadinya obesitas remaja SLTP kota 4,11 kali lebih <152,3 kalori, sedangkan pada remaja desa sebesar
tinggi dibandingkan konsumsi < 4 kali, sedangkan 4,29 kali. Konsumsi fast food lokal = 674 kalori
pada remaja SLTP desa 3,61 kali. Konsumsi fast cenderung menyebabkan terjadinya obesitas pada
food lokal =71 kali/bulan pada remaja SLTP kota remaja SLTP kota sebesar 8 kali dibandingkan meng-
cenderung menyebabkan terjadinya obesitas konsumsi < 674 kalori, sedangkan pada remaja SLTP
sebesar 4,64 kali dibandingkan mengkonsumsi <71 desa sebesar 5,29 kali (Tabel 7).

Tabel3. PerbedaanBanyaknyaJenls dan FrekuenslKonsumslFastFood


yang Dlkonsumslantara Kasusden Kontrolpada SLTPKotadan Desa

Varlabel Kasus Kontrol t P


Kota
.. Lokal
1. JenisFF
Western 6,05 :t2,82
6,33 :t1,33
3,90:t 2,20
5,33:t 1,02
5,146
5,224
<0,001
<0,001
Total 12,38:t3,15 9,13:t2,61 6,871 <0,001
..
2. Frek.FF/bl
Western
Lokal
9,19:t 8,92
82,17 :t 11,38
5,93:t6,29
67,33 :t 9,37
2,571
8,716
0,041
<0,001
Total 91,35 :t 16,44 73,39 :t10,05 8,057 <0,001
Desa
..
1. Jenis FF
Western
Lokal
2,69:t 1,59
5,71 :t 1,39
2,11 :t 1,07
4,57 :t 1,06
2,094
5,253
0,039
<0,001
Total 7,86 :t2,49 5,8:t 1,88 5,329 <0,001
.. Lokal
2. Frek.FF/bl
Western 4,02 :t4,36
72,54 :t10,86
2,34 :t2,84
54,75 :t10,01
2,069
7,533
0,041
<0,001
Total 75,69 :t11,19 58,67 :t12,67 8,112 <0,001
Prevalensi Obesitas dan Hubungan Konsumsi Fast Food 81

Tabel 4. Perbedaan Frekuensl Konsumsl Fast Food


antara Kasus dan Kontrol pada SLTP Kota dan Desa

FrekuenslKonsurnslFast Kasus Kontrol p


Food( kall/Bln)
Kola
..
Fastfood:
Western fast food
Fast foodlokal
9,19:t 8,92
82,17t 11,38
5,93:t 6,29
67,33 :t 9,37
2,571
8,716
0,011
0,000
Total 91,35 t 16,44 73,39 t 10,05 8,057 0.000
Desa
..
Fastfood:
Westernfast food
Fast foodlokal
4,02 t 4,36
72,54 t 10,86
2,34 :t 2,84
54,75 t 10,01
2,069
7,533
0,041
0,000
Total 75,69 t 11,19 58,67:t 12,67 8,112 0.000

Hasilujl statistik regresi logistlk ganda dengan Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi
pengontrolfaktor-faktorlain, menunjukkan penyebab obesitas remaja SL TP kota jauh lebih tinggi
lerjadlnyaobesitas pada remaja SLTP kota yaitu dibandingkan remaja SLTP desa. Hal ini disebabkan
faklor konsumsi energi fast food, status gizi ibu, kehidupan di kota lebih santai (aktivitas yang rendah)
frekuensifast food per bulan dan energi non fast dan pola makan masyarakat kota cenderung
food,sedangkanpada SLTP desa yaitu energi fast mengkonsumsi makanan yang kaya akan kalori dan
food,frekuensi fast food dan energi nonfast food lemak. Hasil ini sesuai dengan penelitian Khor yang
(Tabel8). menemukan kejadian obesitas di masyarakat urban Ma-
laysia lebih tinggi dibandingkan masyarakat rural (5).

Tabel 5. Hubungan Frekuensl Konsumsl Fast Food


dengan Kejadlan Obesltas Remaja Kota dan Desa

Kasus Kontrol
Frekuensl fast food
(kall/bln) OR (95 .I.CI) p
n .1. n .1.
Kola
a. Western fast food
. = 4 kali 60 80,0 36 49,3 4,11 1,98-8,52 0,000
. < 4 kali 15 20,0 37 50,7
Jumlah 75 100,0 73 100,0
b. Fast food Lokal
. = 71 kali 62 82,7 38 50,7 4,64 2,19-9,83 0,000
. < 71 kali 13 17,3 37 49,3
Jumlah 75 100,0 75 100,0
Total fastfood
. = 75 kali 64 85,3 33 44,0 7,40 3,38-16,24 0.000
. < 75 kali 11 14,7 42 56,0
Jumlah 75 100,0 75 100.0
Desa
a. Western fast food
. = 4 kali 21 40,4 6 15,8 3,61 1,29-10,15 0,001
. < 4 kali 31 59,6 32 84,2
Jumlah 52 100,0 38 100,0
b. Fast food Lokal
. = 71 kali
. < 71 kali 37 56,9 20 30,8 2,97 1,44-6,11 0,003
Jumlah 28 43,1 45 69,2
Total fast food 65 100,0 65 100,0
. = 75 kali
. < 75 kali 33 50,8 19 29,2 8,31 3,43-20,17 0.000
Jumlah 32 49,2 48 70,8
65 100,0 65 100.0
82 JURNAL GIZI KLiNIK INDONESIA, Volume 1 NO.2November 2004

Tabel 6. Rata-Rata Konsumsl Energl Kasus dan Kontrol


pada SLTPKota dan Desa

Konsumsi Energi
Kasus Kontrol t P
(kal/hari)
Kota

..
Energi total fast food
Western
Lokal
2818,32 t 499.38
415.68t 427,74
876.44 t 223.91
2210,42 t 329,81
229,63 t 213.47
644.80 t 143,83
8,797
3,361
5,224
0,000
0,001
0,000
Total 1292,12 t 453,95 868,31 t 297,72 6,761 0,000
Non fast food 1526.19 t 238,37 1342 t 242,76 4,686 0.000
..
% Energifast food
Western
Lokal
13.44t 9,80
31,64t8,14
9.71t 7,56
29,39t 6,13
2,587
1,918
0,011
0,058
Total 45,08 t 8,94 38.84 t 9,38 4,169 0,000
% Total energi 131,11t 25,76 102,31t 18.41 7,877 0.000
terhadap AKG
Desa

..
Energi total fast food
Western
Lokal
2416,99 t 673,52
118,65t 111.17
743,06t 223,10
1778,09 t 312,03
62.19t 53.86
522.42t 163.77
6.939
3,186
6,427
0,000
0,002
0.000
Total 837.98t 227,42 558,78t176,59 7.818 0,000
Nonfastfood 1576t 609,58 1219t 315.49 4,225 0.000
..
% Energi fastfood
Western
Lokal
5,10t 4,59
32.27 t 10,7
2.77t 2,21
30,07 t 11.11
3,196
1,147
0,002
0,253
Total 36.19 t 10,32 31,95 t 6.61 2,251 0.026
% Total energi 113.74 t 32,73 83,39 t 16,34 6,689 0,000
terhadaDAKG

Penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian laki-Iaki disebabkan para remaja laki-Iaki cenderung
obesitas pada SLTP kota dan desa pada kelompok ingin memperlihatkan bentuk fisik dan otot yang
umur 10-12 tahun lebih tinggi dibandingkan besar sehingga asupan makanan mangalami
kelompok umur 13-15 tahun. Hal ini sesuai dengan peningkatan, berbeda halnya dengan remaja wanita
pernyataanNasar bahwa masa ini merupakan masa ingin kelihatan bentuk fisik yang langslng sehingga
adolesens yaitu masa kritis terakhir terjadinya cenderung mengurangl asupan makanan yang
obesitas. Padmlarimenemukan obesitas pada anak menyebabkan penurunan berat badan (9,10).
SD umur 6-12 tahun yaltu sebesar 13,6%, dan Berdasarkan asal sekolah, kejadian obesitas
penelitlan Suhendro pada remaja SMU usia 15-18 pada SLTP swasta dl kota leblh banyak
tahun dltemukanprevalenslobesltas sebesar 5,01% dlbandingkanpadaSLTP negeri, sedangkan di desa
bila dilihat berdasarkan golongan umur dengan lebih banyak kejadian obesitas SLTP negeri
memasuki usia remaja adanya kecenderungan dibandingkan swasta. Tingginya obesitas pada
penurunan prevalensi obesltas hallnl kemungkinan SLTP swasta sesuai dengan Padmiari, menemukan
ada kaitan dengan penerunan pada kelompok umur obesitas pada SD swasta 18,6% dan 12,4% pada
wanlta yang menginglnkan penampllan flsik yang SD negeri dengan alasan latar belakang sosial
leblh langsing (6,7,8). ekonomi keluarga (7).
Pada penelitian ini ditemukan anak laki-Iaki Penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan
lebih tinggi proporsi obesnya dibandingkan anak banyaknya jenis fast food yang dikonsumsi antara
perempuan pada SLTP kota dan desa. Penelitian kasus dan kontrol. Semakin banyak jenis fast food
ini sesuai dengan Ismail yang menemukan obesitas yang dikonsumsi cenderung menyebabkan obesitas
pada anak laki-Iaki sebesar 10,5% dan pada anak pad a remaja SLTP kota dan desa. Padmiari
perempuan sebesar 8,5%. Berbeda halnya dengan menemukan bahwa banyaknya jenis fast foodyang
Gil et a/yang menemukan proporsi obes lebih tinggi dikonsumsi berpengaruh terhadap terjadinya
pada anak perempuan dibandingkan anak laki-Iaki. obesitas dan risiko terjadinya obesitas.
Kecenderungan tingginya obes pada jenis kelamin
Preva/ensi Obesitas dan Hubungan Konsumsi Fast Food 83

Tabel 7. HUbunganKonsumsl Energl Fast Food dengan


Kejadlan Obesltas Kota dan Desa

KonsumslEnergl Kasus Kontrol


fast food n 8f, n % OR (95'loCI) P
Kota
a. Western
, " 152,3 kalori 63 84,0 38 52,1 4,84 2,24-10,44 0,000
, < 152,3 kalori 12 16,0 35 47,9
Jumlah 75 100,0 73 100.0
b. .Lokal
, " 674 kalori 62 82,7 28 37,3 8,00 3,747-17,104 0.000
, < 674kalori 13 17,3 47 62,7
Jumlah 75 100.0 75 100,0
Totalfast food
, " 810 kalori 70 93,3 33 44,0 17,82 6,45-49,19 0,000
, < 810 kalori 5 6,7 42 56,0
Jumlah 75 100,0 75 100,0

Desa
a. Western
, =152,3 kalori 14 26,9 3 7,9 4,29 1,14-16,23 0,029
, < 152,3 kalori 38 73,1 35 92,1
Jumlah 52 100,0 38 100.0
b. Lokal

.
, =674kalori
< 674kalori
Jumlah
37
28
65
56,9
43,1
100,0
13
52
65
20,0
80,0
100,0
5,29 2,42-11,54 0.000

..
Total fast food
" 810 kalori
< 810 kalori
33
32
50,8
49,2
5
60 92,3
7,7 12,37 4,401-34,79 0,000

Jumlah 65 100,0 65 100,0

RemajaSLTP kota lebih banyak mengkonsumsi jajan remaja SLTP kota Rp 3.390/harimemungkinkan
jenisfastfoodkarena restoran atau counter fast food untuk mengkonsumsi western fast foodlebih banyak
di kota menyediakan menu yang lebih banyak dan daripada remaja SLTP desa yang rata-rata uang
variatifdibandingkan di desa. jajannya sebesar Rp 1.433/hari.
Ada perbedaan frekuensi konsumsi fast food Hasil uji regresi logistik menunjukkan faktor-
perbulanantara kasus dan kontrol. Semakin tinggi faktor penyebab terjadinya obesitas pada remaja
frekuensi fast food yang dikonsumsi per bulan SLTP kota adalah total konsumsi energi fast food,
cenderung menyebabkan obesitas pada remaja status gizi ibu, frekuensi konsumsi fast food, dan
SLTPkota dan desa. Ahmed menyatakan makan konsumsi energi non fast food dan remaja SLTP
fast food 2 kali/minggu atau lebih mengalami desa yaitu konsumsi energi dan frekuensi fast food
kemungkinanobesitas 50% lebih besar dibanding- dan konsumsi energi non-fast food. Adiningsih
kanorangyangmakan sekali seminggu atau kurang. menyatakan bahwa arus globalisasi yang masuk
Kebiasaan makan yang salah pada anak akan mempengaruhi gaya hidup dan pol a makan
mempertinggi terjadinya obesitas. Kebiasaan kelompok remaja. Fast food kini banyak disenangi
tersebut meliputi frekuensi makan, kebiasaan remaja bila makanan tersebut dikonsumsi dalam
makancemilan atau jajanan (11,12). jumlah yang banyak dan frekuensi makan yang
Ada perbedaan konsumsi energi fast foodpada sering akan mengakibatkan terjadinya obesitas.
kasus dan kontrol. Konsumsi fast food total yang Pola kebiasaan makan ibu tergambar dalam menu
tinggicenderung menyebabkan terjadinya obesitas keluarga dan bila menu yang disajikan ibu
pada remaja SLTP kota dan desa. Tingginya merupakan makanan yang tinggi kalori dan lemak,
konsumsienergi yang berasaJdari western fast food maka akan mengakibatkan terjadinya peningkatan
oleh kasus SLTP kota karena makanan tersebut berat badan pada keluarga (13).
banyakdijual di kota. Bila dilihat dari rata-rata uang
84 JURNAL GIZI KLINIK INDONESIA, Volume 1 NO.2November 2004

Tabel 8. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Kejadlan Obesltas Remaja SLTP Kota dan Desa

Faktor -Faktor OR 95 ./. CI P


. Kota
Energi fast food total' 30,84 6,88-138,23 0,000
. = 810kalori
. < 810 kalori
Status gizi ibu : 17,42 2,28-133,33 0,006
. Obes
. Tidakobes
Frekuensi fastfoodtotal 9,28 2,87-30,01 0,001
. = 75 kalilbln
. < 75 kalilbln
Energi non fast food 5,192 1,96-13,73 0,001
. = 1396,1 kalori
. < 1396,1 kalori
. Desa
Energi fastfoodtotal 10,079 3,24-31,39 0.000
. = 810kalori
. < 810kalori
Frekuensi fastfoodtotal 6,02 2,21-16,43 0,000
. = 75 kalilbln
. < 75 kali/bln
Energi non fastfoodtotal 3,5 1,43-8,83 0,011
. = 1396,1 kalori
. < 1396,1 kalori

Telah dikendalikan dengan faktor banyaknya jenis fast food, status gizi ayah
tua,pendidikan ayah dan ibu dan pekerjaan ayah dan ibu.
· Telah dikendalikan dengan banyaknya jenis fast food. status gizi ayah dan
ibu,pendidikan ayah dan pekerjaan ayah dan ibu.

KESIMPULAN DAN SARAN Memberikan konsultasi gizi kepada siswa SLTP


kota dan desa yang mengalami obesitas perlu
Penelitian ini menghasilkan 4 kesimpulan, yaitu:
khususnya tentang pemilihan jenis makanan
(1) prevalensi obesitas pada remaja SLTP kota yaitu
maupunjumlah yang sesuai dengan kebutuhan
7,8% dan pad a SLTP desa 2,2%; (2) ada perbedaan
agar masalah obesitas dapat ditanggulangi.
banyaknya jenis fast food antara kasus dan kontrol
Memberikan pendidikan gizi kepada remaja
pada remaja SLTP kota dan desa; (3 )ada perbedaan
frekuensi konsumsi fast foodantara kasus dan kontrol
maupun orang tua agar mengurangi frekuensi,
banyaknya jenis dan konsumsi fast fooddalam
pad a remaja SLTP kota dan desa; (4) ada perbedaan
penanggulangan dan pencegahan obesitas.
konsumsi energi fast food antara kasus dan kontrol
Mengadakan penelitian lebih lanjut tentang
pada remaja SLTP kota dan desa.
pengaruh pemberian konsultasi gizi pada
Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa
remaja obesitas terhadap penurunan berat
saran yang bisa dipergunakan untuk mencegah badan
peningkatan prevalensi obesitas di Daerah Istimewa
Yogyakarta:
Perlu upaya pencegahan peningkatan RUJUKAN
prevalensi obesitas remaja SLTP baik di kota 1. Atmarita dan Tinden, R. Masalah gizi perkotaan
maupun desa dengan memberikan masukan di Indonesia sudah perlu mendapat perhatian:
kepada seluruh SL TP yang ada di Daerah Prosiding Kongres Nasional persagi dan Temu
Istimewa Yogyakarta untuk mencantumkan IImiah XII, 2002: 556-566.
materi tentang gizi khususnya hubungan fast 2. Syarif, D.R., Childhood obesity evaluation and
food dengan terjadinya obesitas. management, Naskah Lengkap National
ObesitySymposium II 2003, Surabaya, 2002.
Prevalensi Obesitas dan Hubungan Konsumsi Fast Food 85

3. Budiman, H., Surjadi, C. Penelitian Obesitas 9. Ismail, D., Pola makan dan jajanan anak
pada Orang Dewasadi Perkampungan Kumuh sekolah di Yogyakarta, Berita Kedokteran
Jakarta.Jurnal Epidemiologi Indonesia 1 1997 Masyarakat, 1999 (15).3-9.
(1) 25-30. 10. Gill, T.P.,Antipatis, V.J.,James, W.P.T.,TheGlo-
4. Cole, T.J., Bellizzi, M.C., Flegal, K.M., et ai, bal Epidemie of Obesity Asia Pasific Jurnal.
Establishing a standard definition for child Clininical Nutrition 1999, 8 (1): 75-81.
overweight and obesity worldwide: Internal 11. Ahmed, K., Revill, J. and Hinsliff, G. Official:
Survey,BMJ,320(5) 1-6. fat epidemic will cut life expectancy.Http://
5. Khor, L. G., Yusof, M. A., Tee, S. E. et al. www.mespotlight.org/media/press/meds/
Prevalence of overweight among Malaysian theobserver091103.html 2/3/2004.
adults from rural communities. Asia Pacific 12. Suhardjo., Sosio budaya gizi, Dirjen Dikti Antar
Jurnal ClinicalNutrition 1999, 8 (4): 272-279. Universitas pangan dan Gizi IPB-Bogor, Bogor,
6. Nasar,SS., Obesitas Pada Anak: Aspek Klinis 1989.
danPencegahan,Naskah Lengkap Pendidikan 13. Adiningsih, S., Ukuran pertumbuhan dan sta-
Kedokteran Berkelanjutan IImu Kesehatan tus gizi remaja awal. Dalam Sandjaja, Abas BJ,
Anak,XXXV,Jakarta, 1995. Iman S, Gustina S, Rochamah, Budi, H (Eds).
7. Padmiari,IdaA.E.,Hadi,H., Prevalensiobesitas Prosiding Kongres Nasional Persagi dan Temu
dan konsumsi fast food sebagai faktor Risiko IImiah XII, 2002, 94-110.
terjadinya obesitas pada anak SD di Kota
Denpasar,Bali, Medika 2003, (3) 3:159-165.
8. Suhendro., Fast food sebagai faktor risiko
terjadinya obesitas pada remaja siswa-siswi
SMUdi KotaTangerang Propinsi Banten. Tesis
yang tidak dipublikasikan.Program
pascasarjana Universitas Gadjah Mada,
yogyakarta:2002.

View publication stats

Das könnte Ihnen auch gefallen