Sie sind auf Seite 1von 12

PROBLEMATIKA PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN

SUMBER DAYA MANUSIA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA


BERBASIS PESANTREN

Desi Eri Kusumaningrum, Raden Bambang Sumarsono, Imam Gunawan


Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang 65145
Email: desi.eri.fip@um.ac.id

Abstract: The purpose of this research is to describe the problematic of empowerment and
human resource development in junior high school based on pesantren in East Java. This research
is conducted with qualitative approach. The subjects of this study are school administrative
staff (tenaga administrasi sekolah / TAS), teachers, and principals. Data collection techniques
are interviews. Subsequently used as material in carrying out focus group discussion (FGD).
Data analysis is done through three steps, namely: data reduction; display data; and conclusion
drawing / verifying. The results showed that school problems in the empowerment of principals
are: the duty of boarding school board; communication barriers and coordination with pesantren;
communication barriers with teachers and administrative staff (tenaga administrasi sekolah /
TAS); and task delegation. School problems in teacher empowerment are: the ratio of teacher-
student numbers is not proportional; some teachers teach at other educational institutions;
lack of understanding how to educate students according to the vision and mission of schools
and pesantren; and less optimal teaching supervision. School problems in the empowerment
of administrative staff (tenaga administrasi sekolah / TAS) are: the limited infrastructure of
the school office; number of TAS personnel; and mastery of information and communication
technology (ICT). Human resource development is done in two ways, namely group development
and individual development.

Keywords: empowerment, development, human resources, schools based pesantren

Abstrak: Tujuan Penelitian ini adalah mendeskripsikan problematika pemberdayaan dan


pengembangan sumber daya manusia di sekolah menengah pertama (SMP) berbasis pesantren
di Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini
adalah tenaga administrasi sekolah (TAS), guru, dan kepala sekolah. Teknik pengumpulan data
adalah wawancara. Selanjutnya dijadikan bahan dalam melaksanakan focus group discussion
(FGD). Analisis data dilakukan melalui tiga langkah, yaitu: data reduction; data display; dan
conclusion drawing/verifying. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan sekolah
dalam pemberdayaan kepala sekolah adalah: adanya tugas menjadi pengurus pesantren;
hambatan komunikasi dan koordinasi dengan pesantren; hambatan komunikasi dengan para guru
dan TAS; dan pendelegasian tugas. Permasalahan sekolah dalam pemberdayaan guru adalah:
rasio jumlah guru-siswa belum proporsional; beberapa guru mengajar di lembaga pendidikan
lain; kurangnya kesepahaman cara mendidik siswa sesuai visi dan misi sekolah dan pesantren;
dan kurang optimalnya supervisi pengajaran. Permasalahan sekolah dalam pemberdayaan TAS
adalah: terbatasnya sarana prasarana kantor sekolah; jumlah personil TAS; dan penguasaan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Pengembangan sumber daya manusia (SDM)
dilakukan dengan dua cara, yaitu pengembangan yang bersifat kelompok dan pengembangan
yang bersifat individu.

Kata kunci: pemberdayaan, pengembangan, sumber daya manusia, sekolah berbasis pesantren

139
140 ILMU PENDIDIKAN, VOLUME 2 NOMOR 2 DESEMBER 2017: 139-150

Pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) di- 2015). Students change their attitudes regarding
arahkan untuk meningkatkan partisipasi SDM their goals from college studies, from being strict
dalam organisasi dan meningkatkan produktivitas. to get a certificate to seek knowledge enlargement,
Hasil berbagai studi menunjukkan bahwa SDM know more cultures, gain social and life skills,
merupakan faktor penentu produktivitas. SDM become empowered and learn about career lead-
bidang pendidikan tataran sekolah dapat dikelom- ership (Sada-Gerges, 2015). Erkutlu dan Chafra
pokkan menjadi tiga, yaitu kepala sekolah, guru, (2015) berdasarkan hasil penelitiannya menyim-
dan staf. Daya saing sekolah juga ditentukan oleh pulkan bahwa that empowering leadership is posi-
SDM yang dimiliki. Kompetensi SDM menjadi tively and significantly correlated with employees’
hal yang utama dalam menentukan model pember- organizational job embeddedness. Pradhani dan
dayaan SDM suatu organisasi. Organisasi dengan Imron (2016) berdasarkan hasil penelitiannya me-
kompetensi yang bernilai dan langka akan meng- nyimpulkan bahwa peran kepala sekolah sebagai
hasilkan keunggulan bersaing yang lebih besar pendidik, manajer, administrator, dan supervi-
dibandingkan pesaingnya, yang selanjutnya meng- sor adalah untuk mengetahui keberhasilan kepala
hasilkan kinerja yang optimal. Permasalahan yang sekolah dalam profesionalisme guru yang melak-
berkaitan dengan mutu pendidikan bisa diatasi sanakan pengembangan keprofesian berkelanjutan.
dengan adanya pemberdayaan manusia sebagai Guru sebagai pembelajar harus dapat mem-
subjek dan objek pembangunan. Manusia dapat belajarkan siswa. Teachers possess privileged
menunjang keberhasilan pembangunan manakala knowledge about the complex realities of teaching
potensi yang ada pada dirinya dikembangkan dan (Lefstein dan Perath, 2014). Staf sebagai pelaksana
diberdayakan. Sedangkan manusia yang tidak tata usaha sekolah memiliki tugas melaksanakan
dapat diberdayakan dan dikembangkan poten- kegiatan administrasi yang diperlukan di sekolah.
sinya, akan menjadi beban pembangunan. Kepala Terry (2012) menyebutkan bahwa tenaga adminis-
sekolah, guru, dan tenaga administrasi sekolah trasi sebagai pekerjaan pelayanan yang mempun-
(TAS) merupakan SDM yang ada di sekolah, yang yai fungsi memfasilitasi, untuk membantu peker-
perlu diberdayakan seoptimal mungkin. jaan-pekerjaan pokok berjalan secara efektif dan
SDM dalam bidang pendidikan pada tataran efisien. Fungsi staf sekolah adalah memberikan
sekolah dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pelayanan prima di bidang administrasi sekolah
kepala sekolah, guru, dan staf. Daya saing sekolah (Usman, 2007). Tujuan penelitian ini adalah un-
juga ditentukan oleh SDM yang dimiliki. Kompe- tuk mengetahui problematika pemberdayaan dan
tensi SDM menjadi hal yang utama dalam menen- pengembangan sumber daya manusia di sekolah
tukan model pemberdayaan SDM suatu organisasi. menengah pertama berbasis pesantren di Provinsi
Organisasi dengan kompetensi yang bernilai dan Jawa Timur.
langka akan menghasilkan keunggulan bersaing
yang lebih besar dibandingkan pesaingnya, yang METODE
selanjutnya menghasilkan kinerja yang optimal.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan
Keunggulan bersaing dan kinerja yang dihasilkan
kualitatif. Subjek penelitian ini adalah tenaga
organisasi merupakan konsekuensi dari sumber
administrasi sekolah (TAS), guru, dan kepala
daya manusia dan kompetensi yang dimiliki (Ab-
Sekolah Menengah Pertama (SMP) berbasis
sah, 2008). Organisasi harus memiliki kemampuan
pesantren di Jawa Timur. Sekolah yang menjadi
untuk mengkoordinasikan sumber daya strategis
lokasi penelitian adalah: (1) SMP Assa’adah
dengan baik, sebab merupakan kunci dalam mem-
Gresik, mewakili Jawa Timur bagian utara; (2)
bangun kompetensi dan pada akhirnya pencapaian
SMP Insan Terpadu Probolinggo, mewakili Jawa
kinerja yang tinggi.
Timur bagian timur; (3) SMP An Nur Bululawang
Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidi-
Malang, mewakili Jawa Timur bagian selatan;
kan memiliki peranan yang krusial dalam member-
dan (4) SMP Mambaul Hisan Kediri, mewakili
dayakan semua sumber daya di sekolahnya. Em-
Jawa Timur bagian barat. Teknik pengumpulan
powerment will moderate the relationship between
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
empowering leadership and creativity (Özarallı,
wawancara. Selanjutnya dijadikan bahan dalam
Kusumaningrum, dkk, Problematika Pemberdayaan dan... 141

melaksanakan focus group discussion (FGD). sekolah harus mengacu pada visi pesantren. Kepala
Analisis data dilakukan melalui tiga langkah, yaitu: sekolah dapat mendelegasikan tugasnya kepada
(1) reduksi data (data reduction); (2) paparan data Wakil Kepala Sekolah (Wakasek). Pendelegasian
(data display); dan (3) penarikan kesimpulan dan tugas ini merupakan wujud nyata upaya sekolah
verifikasi (conclusion drawing/verifying) (Miles memberdayakan wakasek. Berikut ini adalah
dan Huberman, 1992; Gunawan, 2014). cuplikan transkrip wawancara peneliti (P) dengan
kepala sekolah (KS) dan staf sekolah (S2).
HASIL P : Masalah-masalah apa yang dihadapi
sekolah dalam memberdayakan kepala sekolah?
Permasalahan dalam Memberdayakan
KS : Kepala sekolah ditunjuk langsung oleh
Sumber Daya Manusia
yayasan, sehingga dalam hal ini perlu koordinasi
Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan dengan yayasan terkait dengan upaya mengem-
di sekolah merupakan aktor kunci dalam member- bangkan sekolah. Menyamakan visi pesantren dan
dayakan segenap sumber daya yang ada di sekolah. sekolah menjadi sebuah keharusan. Sehingga kami
Kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya se- harus terus melakukan konsultasi terkait dengan
bagai pemimpin pendidikan yang memiliki tugas kebijakan sekolah. Semua itu memerlukan waktu.
untuk mengelola SDM di sekolah, memiliki per- S2 : Kepala sekolah kurang memberi beban
masalahan tersendiri dalam memberdayakan SDM tugas kepada wakil.
sekolah. Permasalahan yang dialami oleh kepala Peran wakasek sangat strategis untuk
sekolah adalah: (1) adanya tugas menjadi pengurus membantu tugas kepala sekolah. Kepala sekolah
pesantren, selain mengelola sekolah itu sendiri; (2) dan Wakasek merupakan satu kesatuan dalam
hambatan komunikasi dan koordinasi dengan Pon- organisasi sekolah. Jalinan komunikasi kepala
dok Pesantren; (3) hambatan komunikasi dengan sekolah dengan guru dan TAS akan mendukung
para guru dan TAS; dan (4) pendelegasian tugas. kelancaran sekolah dalam menyelenggarakan
Kepala sekolah ditunjuk secara langsung oleh organisasi sekolah. Kepala sekolah sebagai
pihak Pondok Pesantren. Kepala sekolah memiliki manager pendidikan, guru sebagai pendidik, dan
peran ganda dalam lingkungan pendidikan TAS sebagai unsur sekolah dalam memberikan
pesantren, yakni sebagai kepala sekolah dan layanan administrasi harus bersinergi dalam
sebagai pengajar di pesantren. Berikut ini adalah penyelenggaraan sekolah. Berikut ini adalah
cuplikan transkrip wawancara peneliti (P) dengan cuplikan transkrip wawancara peneliti (P) dengan
kepala sekolah (KS). kepala sekolah (KS).
P : Masalah-masalah apa yang dihadapi P : Masalah-masalah apa yang dihadapi
sekolah dalam memberdayakan kepala sekolah? sekolah dalam memberdayakan guru?
KS : Kesibukan kepala sekolah mengurus KS : Kesibukan guru mengajar di lain. Guru-
pesantren merupakan sebuah keniscayaan. Pesant- guru kami mayoritas berasal dari guru yang sudah
ren memiliki otoritas untuk mengatur dan memer- pegawai negeri sipil (PNS) di SMP Ngadiluwih.
intah ustadz. Saya hanya menjalankan amanah Sehingga kami menganggap beliau-beliau sudah
pesantren. Saya harus bisa membagi waktu antara baik dalam hal pengalaman mengajar. Karena hal
urusan pesantren dan urusan sekolah. Tak jarang tersebutlah komunikasi saya dengan para guru
kegiatan pesantren bersamaan dengan kegiatan kurang berjalan baik, sebab guru sudah merasa
sekolah. Hal ini mengingat pesantren kami masih berpengalaman, namun terkadang belum sesuai
relatif kecil. Dengan orang yang masih sedikit, dengan yang dikehendaki oleh pesantren. Sekolah
saya harus terlibat dalam urusan pesantren. kami masih berupaya untuk mengangkat guru tetap
Hambatan komunikasi antara kepala yayasan.
sekolah dan pihak pesantren juga dapat terjadi. Guru sebagai aktor pendidik yang sering
Komunikasi ini terkait dengan pelaksanaan suatu bersinggungan dengan para siswa. Permasalahan
kegiatan yang dilaksanakan di sekolah. Setiap sekolah dalam pemberdayaan guru adalah: (1)
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh sekolah rasio jumlah guru-siswa belum proporsional, yang
harus sepengetahuan pesantren. Pengembangan berdampak pada beban kerja; (2) beberapa guru
142 ILMU PENDIDIKAN, VOLUME 2 NOMOR 2 DESEMBER 2017: 139-150

mengajar di lembaga pendidikan lain, sehingga Hisan Kediri. Permasalahan tersebut berdampak
energi dan waktu belum optimal untuk fokus pada kurang optimalnya energi dan waktu guru
pada sekolah; (3) kurangnya kesepahaman cara untuk fokus bekerja di sekolah. Permasalahan
mendidik siswa sesuai visi dan misi sekolah dan pemberdayaan guru secara langsung akan mem-
pesantren; dan (4) kurang optimalnya supervisi pengaruhi kinerjanya dalam mengajar, dan pada
pengajaran. Ujung tombak mutu siswa ditentukan akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
oleh mutu proses pembelajaran yang dirancang Sekolah dalam hal ini memiliki kebijakan terkait
dan dilaksanakan oleh guru. Sehingga guru harus dengan kepegawaian guru, yaitu guru yang masih
memiliki kinerja yang baik dengan didukung oleh berstatus PNS tidak dapat menjadi guru tetap
beban kerja yang proporsional. yayasan (GTY). Jika seorang guru sudah bersta-
Rasio jumlah guru dan siswa menjadi per- tus GTY, maka ia tidak dibolehkan untuk menjadi
masalahan tersendiri yang dihadapi oleh sekolah. GTY di lembaga pendidikan lain, namun boleh
Beban mengajar guru yang berlebihan akan mem- mengajar di lembaga lain, dengan diketahui oleh
pengaruhi keefektifan proses pembelajarannya, se- pihak sekolah. Komitmen guru kepada sekolah
hingga hal ini berdampak pada ringkat hasil belajar menjadi hal yang penting dalam penyelenggaraan
yang dicapai oleh siswa. Pihak pesantren dan se- pendidikan di sekolah.
kolah harus memiliki persamaan persepsi terhadap TAS bertugas mengelola layanan administrasi
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan sekolah kepada segenap warga sekolah dan
cara mendidik siswa. Hal tersebut menjadi per- masyarakat secara umum yang berkepentingan
masalahan tersendiri dalam penyelenggaraan pen- dengan sekolah. Permasalahan sekolah dalam
didikan di sekolah. Pelaksanaan supervisi penga- pemberdayaan TAS adalah: (1) terbatasnya sarana
jaran yang deprogram sekolah juga dirasa kurang prasarana kantor sekolah; (2) jumlah personil TAS;
optimal oleh guru. Berikut ini adalah cuplikan dan (3) penguasaan TIK. Faktor sarana prasarana
transkrip wawancara peneliti (P) dengan kepala se- kantor dalam menunjang layanan pendidikan
kolah (KS) dan guru (G3). sekolah merupakan hal yang penting bagi layanan
P : Masalah-masalah apa yang dihadapi sekolah. Ketersediaan sarana prasarana kantor
sekolah dalam memberdayakan guru? yang memadahi dan sesuai dengan kebutuhan
KS : Standar jumlah guru dengan siswa belum layanan sekolah dapat meningkatkan keefektifan
tercapai. Rasio ini yang membuat beban kerja dan efisiensi layanan sekolah. Evaluasi layanan
guru benar-benar harus optimal. Beban mengajar yang dilaksanakan TAS dilakukan secara kontinu.
guru-guru kami sangat banyak, sehingga rata-rata Berikut ini adalah cuplikan transkrip wawancara
semua guru-guru masuk mengajar dalam semua peneliti (P) dengan kepala sekolah (KS) dan staf
shift. Pembelajaran kami ada dua shift, pagi-sore. sekolah (S1; S4).
Kalau ada guru yang mau masuk pagi saja atau P : Masalah-masalah apa yang dihadapi se-
sebaliknya, kami pasti akan menanyakan: Lha kolah dalam memberdayakan Tenaga Administrasi
yang ngajar sore sopo? (Siapa yang mengajar?). Sekolah (TAS)?
G3 : Kurangnya kesepahaman cara mendidik KS : Terbatasnya tempat dan sarana serta
anak sesuai visi dan misi sekolah dan pesantren prasarana yang dimiliki, sehingg staf harus terus
saya rasa. Kami memang mengajar harus sesuai dioptimalkan pelayanan administrasi kantor guna
dengan arahan pesantren, namun terkadang kami menunjang penyelenggaraan sekolah
menafsirkan sendiri maksud dari tujuan pesantren S1 : Kurangnya tenaga TAS, dan kurangnya
itu seperti apa. Perlu lokakarya sepertinya untuk waktu dan kesempatan untuk melakukan evaluasi
itu. Supervisi yang dilakukan sekolah juga kurang dan pelatihan terhadap tenaga TAS. Evaluasi
sepertinya. Selain itu kurangnya keterbukaan layanan TAS dilaksanakan secara insidental,
informasi pelatihan dan seminar yang diadakan terkadang hanya pada saat adanya layanan yang
lembaga-lembaga tertentu. Kami terkadang kurang baru dilakukan evaluasi.
ketinggalan informasi. S4 : Kekurangan TAS ketika ada acara
Permasalahan beberapa guru mengajar di mendadak dari sekolah lain. Hal itu yang membuat
lembaga pendidikan lain, terjadi di SMP Mambaul kami kewalahan bekerja.
Kusumaningrum, dkk, Problematika Pemberdayaan dan... 143

Kemampuan mengoperasikan TIK untuk masing-masing.


keperluan kantor sekolah sangat penting untuk Pengembangan kompetensi guru yang ber-
menunjang layanan yang diberikan sekolah. Hal sifat kelompok adalah keaktifan guru dalam fo-
ini merupakan masalah tersendiri yang dialami rum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
oleh TAS. Kemampuan mengoperasikan komputer dan keikutsertaan guru dalam kegiatan lokakarya.
merupakan hal mendasar dalam layanan sekolah MGMP merupakan forum guru berdasarkan mata
yang dilaksanakan oleh TAS. Seiring dengan pelajaran yang diampu, bertujuan untuk menin-
perkembangan TIK, sekolah juga mengalami gkatkan kompetensi guru, terutama kompetensi
hambatan. Berikut ini adalah cuplikan transkrip pedagogik. MGMP menjadi wahana guru untuk
wawancara peneliti (P) dengan staf sekolah (S1). menyelesaikan masalah-masalah yang dihadap-
S1 : Kurang ada informasi terkait pelatihan inya, terutama terkait dengan masalah-masalah
TAS. Penguasaan komputer saya relatif kurang pembelajaran. Berikut ini ialah cuplikan transkrip
Pak, karena saya masih sebatas mengusai Micro- wawancara peneliti (P) dengan guru (G10).
soft Office saja. Aplikasi lain, misalnya terkait P : Bentuk-bentuk kegiatan apa yang dilak-
dengan sistem informasi saya kurang sekali. Kami sanakan oleh sekolah dalam rangka meningkatkan
sebenarnya memerlukan semacam pelatihan peng- kompetensi guru?
gunaan sistem informasi yang aplikatif untuk men- G10 : Pengembangan materi pelajaran men-
gelola TU sekolah. cari dari internet dan membaca buku atau majalah;
P : Baik Pak, setidaknya TAS menguasai meningkatkan profesi guru dengan membuat karya
Microsoft Office untuk keperluan tata usaha tulis, penelitian tindakan kelas (PTK), dan mengi-
sekolah. Dan itu sangat penting. kuti lomba dibidangnya. Semua itu dapat terwadahi
dalam kegiatan MGMP Pak. Kami di MGMP dapat
Bentuk-bentuk Kegiatan untuk mendiskusikan berbagai hal permasalahan tentang
Meningkatkan Kompetensi Sumber Daya bagaimana kami harus mengajar. Yang menjadi
Manusia momok bagi guru sekarang adalah tuntutan untuk
menulis karya ilmiah itu yang susah Pak.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
Pemberlakuan Kurikulum 2013 menjadi
informan (kepala sekolah, guru, dan TAS), bentuk-
tantangan tersendiri bagi sekolah, khususnya guru
bentuk kegiatan untuk meningkatkan kompetensi
untuk mampu memenuhi tuntutan yang ada di
SDM sekolah dapat dibagi menjadi dua bentuk,
dalam kurikulum tersebut. Berbagai kegiatan yang
yaitu: (1) pengembangan SDM bersifat kelompok;
diikuti guru merupakan bentuk pemberdayaan guru
dan (2) pengembangan SDM bersifat individu.
dalam melaksanakan Kurikulum 2013. Berikut ini
Pengembangan SDM Bersifat Kelompok
ialah cuplikan transkrip wawancara peneliti (P)
Pengembangan kompetensi kepala sekolah
dengan guru (G1).
yang bersifat kelompok adalah keikursertaannya
P : Bentuk-bentuk kegiatan apa yang dilak-
dalam Musyawarah Kerja Kepala Sekolah
sanakan oleh sekolah dalam rangka meningkatkan
(MKKS). Kepala sekolah melalui forum MKKS
kompetensi guru?
dapat melakukan diskusi, saling bertukar gagasan,
G1 : Adanya pelatihan guru ditingkat sekolah,
dan dapat menjalin kerjasama antarsekolah yang
dan pertemuan guru di MGMP. Lokakarya terkait
dipimpinnya. Berikut ini adalah cuplikan transkrip
Kurikulum 2013 yang pernah kami ikuti menjadi
wawancara peneliti (P) dengan kepala sekolah
bekal baik kami untuk melaksanakan kurikulum
(KS).
baru ini. Namun saya rasa masih kurang. Kami
P : Bentuk-bentuk kegiatan apa yang dilak-
masih bingung secara implementatif dari Kurikulum
sanakan oleh sekolah dalam rangka meningkatkan
2013. Mulai dari pendekatan pembelajaran sampai
kompetensi kepala sekolah?
dengan bagaimana mengevaluasi. Ada dua cara
KS : Mengikuti organisasi kepala sekolah
sepertinya ya Pak? Angka dan deskripsi.
(MKKS), dan mengikuti pelatihan. MKKS ini kami
Pengembangan kompetensi TAS yang ber-
lebih fokus pada kepala sekolah yang bertugas
sifat kelompok adalah keikutsertaan TAS dalam
di sekolah pesantren Pak. Dalam forum ini kami
pelatihan dan kegiatan rutin dalam bentuk diskusi
saling bekerjasama untuk mengembangkan sekolah
144 ILMU PENDIDIKAN, VOLUME 2 NOMOR 2 DESEMBER 2017: 139-150

dan evaluasi kinerja TAS. Pelatihan tentang keta- dan menulis karya ilmiah. Kegiatan pelatihan
tausahaan sekolah bagi TAS akan bermanfaat bagi dan/atau seminar yang lazim diikuti guru saat ini
peningkatan kemampuan manajerial TAS. Kinerja adalah pelatihan tentang pelaksanaan Kurikulum
TAS dalam memberikan layanan administrasi se- 2013 dan pelatihan menulis artikel ilmiah (karya
kolah, dievaluasi secara kontiny, untuk mening- tulis ilmiah / KTI). UKG merupakan ujian untuk
katkan kepuasan para pelanggan sekolah. Berikut mengukur kompetensi dasar tentang bidang studi
ini ialah cuplikan transkrip wawancara peneliti (P) (sesuai dengan bidang studi sertifikasi guru) dan
dengan staf sekolah (S1). kemampuan pedagogik seorang guru. Selain itu
P : Bentuk-bentuk kegiatan apa yang dilak- guru untuk memproses kenaikan pangkat, juga
sanakan oleh sekolah dalam rangka meningkatkan harus memiliki KTI. Guru dituntut untuk terus
kompetensi TAS? melakukan upaya meningkatkan kompetensinya.
S1 : Rutin melakukan diskusi dan evaluasi Berikut ini adalah cuplikan transkrip wawancara
kinerja dari TAS. Kami juga diikutkan dalam peneliti (P) dengan guru (G2; G3; G4).
pelatihan oleh Bapak Kepala Sekolah, dengan P : Bentuk-bentuk kegiatan apa yang dilak-
memperhatikan jenis pelatihan tersebut, apakah sanakan oleh sekolah dalam rangka meningkatkan
memang benar-benar dapat bermanfaat bagi kami kompetensi guru?
dan layanan ketatausahaan sekolah. G2 : Kami mengikuti pelatihan dan seminar.
Saat ini kami menaruh perhatian penuh untuk
Pengembangan SDM Bersifat Individu melaksanakan Kurikulum 2013, sehingga kami
banyak yang diikutkan dalam pelatihan dan seminar
Pengembangan kompetensi kepala sekolah
tentang Kurikulum 2013. Kami juga melakukan
yang bersifat individu merupakan upaya pribadi
penelitian tindakan kelas. Mencari berbagai materi
kepala sekolah itu sendiri untuk meningkatkan
dari berbagai sumber belajar, seperti perpustakaan,
kompetensinya. Pengembangan kompetensi kepa-
diskusi di persatuan guru, praktikum di
la sekolah yang bersifat individu adalah kemam-
laboratorium, menggunakan komputer dan laptop,
puan kepemimpinan pendidikan dan kemampuan
serta mencari bahan pembelajaran di internet.
hubungan antarmanusia. Kompetensi yang harus
G3 : Melalui supervisi yang dilakukan oleh
dimiliki oleh kepala sekolah agar ia dapat mengelo-
Bapak Kepala Sekolah membantu kami jika ada
la sekolahnya dengan baik adalah kepemimpinan.
kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran.
Kepemimpinan kepala sekolah yang baik, akan
Saya ikut pelatihan dan dalam seminar juga. Tentu
menjadi faktor yang besar dalam mempengaruhi
sekolah juga memberi reward jika berprestasi.
serta menggerakkan guru dan TAS bekerja seopti-
G4 : Kami aktif mengikuti MGMP di
mal mungkin demi sekolah berkualitas. Berikut ini
Kabupaten Malang. Mengikuti diklat atau seminar
adalah cuplikan transkrip wawancara peneliti (P)
tentang pendidikan. Mengikuti UKG yang
dengan kepala sekolah (KS).
diadakan Diknas.
P : Bentuk-bentuk kegiatan apa yang dilak-
Pengembangan kompetensi TAS yang bersifat
sanakan oleh sekolah dalam rangka meningkatkan
individu adalah: keikutsertaan dalam seminar
kompetensi kepala sekolah?
atau pelatihan laporan dana Bantuan Operasional
KS : Membaca buku referensi terkait kepem-
Sekolah (BOS), seminar Data Pokok Pendidikan
impinan sekolah; tukar informasi antarsesama
(Dapodik), dan program induksi TAS (yang masih
kepala sekolah; konsultasi dengan kepala sekolah
kurang paham komputer). Kerja TAS paling
yang lebih senior. Saya terhitung masih kepala se-
banyak menyita waktu adalah administrasi sekolah,
kolah baru, sehingga dalam forum kepala sekolah,
mulai dari kepegawaian, keuangan, dan kesiswaan.
saya banyak mendengar saja, karena untuk proses
Perlu kecermatan dalam mengadministrasi semua
penyesuaian dan juga sekolah kami relatif baru se-
kegiatan sekolah. Peningkatan kemampuan
hingga harus banyak belajar dulu dari sekolah lain,
manajerial TAS, terkait dengan pelaporan keungan
dengan disesuaikan dari arahan kyai.
sekolah dan dapodik saat ini menjadi fokus
Pengembangan kompetensi guru yang bersifat
sekolah. Sehingga semua TAS dituntut untuk
individu adalah: keikutsertaan guru dalam suatu
mampu mengoperasikan komputer dan/atau sistem
pelatihan, seminar, Uji Kompetensi Guru (UKG),
Kusumaningrum, dkk, Problematika Pemberdayaan dan... 145

informasi manajemen (SIM) guna memperlancar oleh guru. Itu saya kira yang kami harapkan.
kerjanyanya. Berikut ini adalah cuplikan transkrip Perilaku yang diharapkan dari kepala sekolah
wawancara peneliti (P) dengan staf sekolah (S2). adalah mengoptimalkan pelaksanaan supervisi
P : Bentuk-bentuk kegiatan apa yang dilak- pengajaran dan selalu belajar untuk meningkatkan
sanakan oleh sekolah dalam rangka meningkatkan pengetahuan serta wawasan keilmuannya tentang
kompetensi TAS? kepemimpinan pendidikan. Kepala sekolah
S2 : Seminar pemanfaatan dana BOS. Laporan memiliki peran sebagai supervisor bagi guru
BOS memang memerlukan konsentrasi yang dengan menampilkan perilaku-perilaku positif
tinggi. Kami pernah ikut seminar tentang Dapodik. sesuai dengan nafas pesantren. Perilaku kepala
Selain itu kami juga saling bahu membahu untuk sekolah dalam melaksanakan supervisi pengajaran
melaksanakan pekerjaan, misalnya ada teman di sekolah adalah ia sebagai pendengar (listening),
kami yang masih kurang paham komputer, kami solutif (problem solver), dan mampu memberi
selalu membantu. penguatan kepada guru (reinforcing). Kepala
sekolah sebagai seorang pemimpin harus terus
Optimalisasi Peran dan Perilaku Sumber belajar tentang bagaimana ia memimpin, sebab
Daya Manusia sifat hubungan antarmanusia adalah dinamis,
sehingga kepala sekolah perlu untuk meningkatkan
Permasalahan sekolah dalam memberdayakan
pengetahuan tentang memimpin. Berikut ini adalah
SDM yang dimiliki diikuti dengan optimalisasi
cuplikan transkrip wawancara peneliti (P) dengan
peran dan perilaku SDM, agar dapat menyelesaikan
guru (G7).
permasalahan-permasalahan yang ada. Peran kepala
P : Bagaimana perilaku yang diharapkan
sebagai pemimpin pendidikan menjadi penentu
dari kepala sekolah dalam rangka optimalisasi
optimalnya peran yang dimiliki oleh guru dan TAS.
pemberdayaan SDM di sekolah?
Peran kepala sekolah adalah sebagai pemimpin
G7 : Mampu memimpin guru dengan baik
dan motivator bagi semua warga sekolah. Kepala
terutama, tegas dan mengayomi guru. Mampu
sekolah sebagai pemimpin sekolah dituntut mampu
melaksanakan supervisi dengan baik kepada guru.
memberikan arah perubahan dan visi sekolah ke
Mau mendengar keluhan guru, mampu memberi
depan. Kepala sekolah sebagai motivator yakni
solusi penyelesaian yang bijak terhadap masalah
dengan selalu memberikan support / energi positif
guru, mau mendukung memberi penguat kepada
untuk menggerakan guru melakukan tugas secara
guru, agar guru merasa nyaman dalam bekerja.
baik dan bertanggung jawab. Berikut ini adalah
Peran dan perilaku guru adalah ia sebaga pen-
cuplikan transkrip wawancara peneliti (P) dengan
didik dan pengembang kurikulum. Peran guru se-
guru (G2; G6).
bagai pendidik tak dapat diabaikan dalam sistem
P : Bagaimana peran dan perilaku yang
pendidikan di sekolah. Guru merupakan orang
diharapkan dari kepala sekolah dalam rangka
yang intens berinteraksi dengan para siswa. Se-
optimalisasi pemberdayaan SDM di sekolah?
bagai teladan bagi siswanya, guru memiliki peran
G2 : Kepala sekolah harus memberikan
membentuk karakter siswanya. Guru yang baik
support / energi positif untuk menggerakkan guru
akan menjadi role model bagi semua warga se-
melakukan tugas secara baik dan bertanggung
kolah. Perilaku guru menjadi ukuran dalam menen-
jawab. Kepala sekolah harus selalu me-refresh
tukan kejernihan guru menjadi seorang pendidik.
pengetahuan dan wawasan keilmuannya agar dapat
Perilaku guru, baik di kelas dan di luar kelas, akan
mendukung tugasnya sebagai pemimpin.
menjadi contoh siswa dan akan diingat oleh siswa.
G6 : Sebagai seorang pemimpin di sekolah.
Peran dan perilaku guru adalah: sebagai pendidik
Seorang pemimpin yang mampu membawa angina
dan sebagai pengembang kurikulum.
perubahan untuk kemajuan sekolah. Pemimpin
Sebagai seorang pendidik, guru memiliki
yang mampu memberikan arahan-arahan dan
tugas mengembangkan potensi religius dalam
motivasi pada dewan guru. Kepala sekolah
diri siswa. Norma dan nilai religi menjadi ruh
juga sebagai seorang pengawas sekolah, yang
pendidikan di sekolah. Hal ini selaras dengan
melakukan supervisi di kelas. Memberikan solusi
nafas pendidikan pesantren. Toleransi dan saling
terhadap segala masalah-masalah yang dihadapi
146 ILMU PENDIDIKAN, VOLUME 2 NOMOR 2 DESEMBER 2017: 139-150

menghormati merupakan karakter yang juga prasarana sekolah). Berikut ini adalah cuplikan
penting untuk ditanamkan kepada diri siswa. transkrip wawancara peneliti (P) dengan kepala se-
Berikut ini adalah cuplikan transkrip wawancara kolah (KS) dan staf sekolah (S2).
peneliti (P) dengan guru (G9; G3). P : Bagaimana peran dan perilaku yang
P : Bagaimana peran dan perilaku yang diharapkan dari TAS dalam rangka optimalisasi
diharapkan dari guru dalam rangka optimalisasi pemberdayaan SDM di sekolah?
pemberdayaan SDM di sekolah? KS : Adanya kontrol dalam memberikan
G9 : Guru berperan sebagai orang tua yakni layanan sekolah secara kontinu. Evaluasi kepuasan
memberikan wawasan kepada siswa sebagai bekal layanan pendidikan sekolah perlu dikaji oleh TAS
di masyarakat nantinya. Nilai-nilai religi harus di- dengan cermat. Hasil tersebut untuk bahan evaluasi
tanamkan, mengingat fenomena masyarakat saat penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
ini, yang mudah tersulit karena hal-hal sepele. S2 : Sebagai seseorang yang mampu mem-
Siswa harus ditanamkan rasa cinta kasih terhadap bantu melaksanakan informasi yang diperoleh dan
sesama. Itu sekarang yang penting. menyimpan arsip lembaga. Dokumen-dokumen
G3 : Mampu menjadi contoh yang baik bagi tersebut akan bermanfaat sebagai bahan data se-
semua siswa; mampu lebih kreatif dan inovatif kolah dalam membuat sebuah kebijakan.
dalam setiap pembelajaran.
Guru merupakan pengembang kurikulum PEMBAHASAN
yang pertama dalam lingkup sekolah. Setiap kali
Kepala sekolah menjadi aktor penentu dalam
akan melaksanakan pembelajaran, guru akan me-
memberdayakan SDM di sekolah. Perlu adanya
rencanakan dengan membuat Rencana Pelaksan-
upaya yang masif guna memberdayakan SDM
aan Pembelajaran (RPP), dengan memperhatikan
di sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin
karakteristik para siswanya. Kedalaman dan ke-
pendidikan menjadi krusial dalam memberdayakan
luasan materi yang disampaikan guru adalah fak-
SDM di sekolah. Pemimpin pendidikan pada
tor utama dalam pembelajaran, agar siswa dapat
tataran sekolah ialah kepala sekolah (Gunawan,
memahami dan mengaplikasikan pelajaran dalam
2016; Sudharta, dkk., 2017; Gunawan, 2017).
kehidupan sehari-hari. Berikut ini adalah cuplikan
Empowering leaders can obtain more trust, loyalty,
transkrip wawancara peneliti (P) dengan guru (G2;
satisfaction and identification from their employees
G4).
(Amundsen dan Martinsen, 2014; Hon, 2011).
P : Bagaimana peran dan perilaku yang
Leaders are people who often receive their power
diharapkan dari guru dalam rangka optimalisasi
through inspiring trust, communicating a vision,
pemberdayaan SDM di sekolah?
focusing on the group process, demonstrating
G2 : Guru harus menguasai kurikulum, harus
concern for subordinates and the empowering
menguasai materi setiap mata pelajaran, guru harus
of others (Bennis dan Nanus, 1985; Kouzes dan
komitmen terhadap pelaksanaan tugas, guru harus
Posner, 1987; Porter-O’Grady, 1992).
disiplin.
Pemberdayaan kepala sekolah berkaitan
G4 : Guru mampu memotivasi siswa, mampu
dengan bagaimana menciptakan iklim kerja
membelajarkan siswa secara efektif. Dinamis dan
yang baik, pembuatan keputusan, kepercayaan
kreatif mengembangkan proses pembelajaran
diri, menyediakan fasilitas, dan menjalankan
siswa.
kewenangannya sebagai pemimpin pendidikan di
Peranan TAS adalah sebagai orang yang men-
sekolah. Kelima faktor tersebut mempengaruhi
gelola dan melaksanakan pelayanan administrasi
penciptaan tempat kerja, kondisi psikologis,
sekolah. Dokumen yang dimiliki oleh sekolah di-
komitmen organisasi, dan kehadiran seorang
arsipkan oleh TAS. Peran dan perilaku TAS di se-
pemimpin. Kepemimpinan dan profesionalisme
kolah ialah: melakukan pengukuran tentang kuali-
kepala sekolah menjadi hal yang penting dalam
tas layanan pendidikan di sekolah, menyediakan
rangka mewujudkan hal tersebut. Keprofesionalan
keterangan-keterangan untuk membuat keputusan,
kepala sekolah tercermin dalam sikap dan perilaku
dan membantu kelancaran kegiatan administrasi
sebagai sosok pribadi yang patut digugu dan
sekolah (kepegawaian, kesiswaan, dan sarana
ditiru, menjadi panutan, dalam pelaksanaan tugas
Kusumaningrum, dkk, Problematika Pemberdayaan dan... 147

kepemimpinan berlandaskan keahlian, baik dalam that teaching is a profession; many say it is a pro-
kemampuan manajerial, kemampuan manajemen, fession but few believe it; everything must be done
rasa tanggung jawab, loyalitas, rasa kesejawatan, to project that image; dress, mannerisms, behav-
kesetiakawanan, serta kebersamaan sesama warga ior, and participation in professional activities can
sekolah (Rakhman, 2012; Gunawan, 2017). enhance their leadership qualities and capabilities
Peran kepala sekolah tak dapat diabaikan (Terry, 2015).
dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik, Guru juga memiliki peran dalam membimbing
karena kepala sekolah memiliki peran membina siswa. Guru tidak hanya mempunyai kewajiban
guru yang profesional dan peserta didik yang mendidik siswa tapi juga mentransterkan ilmu
berkarakter. Nilai-nilai dan etika kepemimpinan pengetahuannya kepada siswa. Guru lebih banyak
yang ditampilkan kepala sekolah menjadi penentu memberikan pembelajaran riyadah berupa nasihat
keberhasilan program pendidikan karakter di dan contoh nyata dalam keseharian, dan apabila
sekolah. Leading with values is leading to the dirasakan perlu, guru juga perlu memberikan
heart; leading with moral ethics is leading with wejangan dan nasihat pada hari, waktu, dan tempat
humanity (Gunawan, 2015; Gunawan, 2017). Jika tertentu (Sumardi, 2012). Jika kepala sekolah
ingin peserta didik berkarakter, kepala sekolah dan guru memiliki integritas dan pengetahuan
dan gurunya dahulu yang harus berkarakter. Guru yang kuat, maka akan terwujud peserta didik
merupakan teladan bagi para peserta didiknya. yang berkarakter dan berkepribadian yang
Pengembangan karakter peserta didik akan efektif unggul. Ada dua pokok peran strategis sekolah
manakala kepala sekolah dan guru bersinergi. berbasis pesantren, yaitu mencetak kader ulama
Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan yang mendalami ilmu agama dan pada saat yang
dan guru sebagai manager pembelajaran selalu sama mengetahui, terampil, dan peduli terhadap
menampilkan perilaku yang baik. persoalan keummatan (Haningsih, 2008).
Guru sebagai pendidik juga menjadi penentu TAS sebagai tenaga kependidikan memiliki
dalam proses mengembangkan potensi peserta peran strategis dalam memberikan layanan admin-
didik. Guru merupakan ujung tombak dari mutu istratif kepada peserta didik. Aktivitas yang dilak-
pendidikan. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh sanakan sekolah, pada dasarnya secara empirik di-
guru pada dasarnya memiliki satu tujuan yaitu laksanakan oleh manajemen perkantoran sekolah.
mencetak dan mengarahkan siswa supaya jadi Misalnya dalam manajemen peserta didik, ada ru-
orang yang baik, berkepribadian baik, dan cerdas ang lingkup kegiatan membuat buku induk siswa,
(Gunawan, 2013; Kusumaningrum, dkk., 2016). di sekolah bagian yang membuat buku induk siswa
Guru melalui kegiatan pembelajaran diharapkan tersebut adalah bagian kantor. Layanan administra-
menggabungkan keseluruhan potensi otak peserta si sekolah dilaksanakan oleh personel yang disebut
didik sehingga membentuk kebermaknaan dengan tenaga administrasi sekolah (TAS). Per-
(Gunawan, 2011). The contribution of teachers to anan TAS adalah melaksanakan kegiatan adminis-
student learning and outcomes is widely recognized trasi sekolah dengan memberikan layanan secara
(Bill and Melinda Gates Foundation, 2010). Guru optimal. TAS berperan sebagai administrator, dan
akan menentukan perilaku siswa yang diajarnya. kepala sekolah, guru, serta siswa yang mendapat-
Guru adalah orang yang intensitas kegiatann- kan layanan administrasi tersebut (Usman, 2007).
ya lebih banyak berhubungan dengan peserta, khu- Maisyaroh (2014) menyatakan kelancaran belajar
susnya dalam proses pembelajaran. Guru dituntut peserta didik sebagian ditentukan oleh mutu lay-
untuk mampu menciptakan pembelajaran yang anan tenaga administrasi, sehingga pengembangan
efektif dan menyenangkan. Guru adalah manajer staf perlu dilakukan agar dapat melayani peserta
kelas yang memiliki kewenangan mengelola kelas. didik secara prima.
A teacher’s effectiveness has more impact on stu- Staff is not always actively involved in
dent learning than any other factor under the con- the inception and implementation of change; if
trol of school systems, including class size, school behavioral resistance is not identified and worked
size, and the quality of after-school programs with, they can reverse even the best-intended
(Rivkin, dkk., 2005). Teachers must be convinced change projects; equally, they may resist change
148 ILMU PENDIDIKAN, VOLUME 2 NOMOR 2 DESEMBER 2017: 139-150

because it can damage care (Bowers, 2011). TAS UCAPAN TERIMA KASIH
di sekolah memiliki peran yang krusial dalam
Terima kasih disampaikan kepada Direktorat
administrasi sekolah. Layanan pendidikan yang
Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat;
diselenggarakan oleh sekolah secara administratif
Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan;
dikelola oleh TAS. TAS yang andal akan
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan
memberikan layanan prima (Gunawan dan Benty,
Tinggi, yang telah mendanai penelitian ini pada
2017).
Skema Penelitian Produk Terapan Tahun Anggaran
2017. Terima kasih disampaikan kepada Lembaga
SIMPULAN
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Permasalahan yang dialami oleh kepala (LP2M) Universitas Negeri Malang (UM) yang
sekolah adalah: (1) adanya tugas menjadi pengurus telah mendukung pelaksanaan penelitian ini.
pesantren, selain mengelola sekolah itu sendiri; Terima kasih disampaikan kepada Dekan Fakultas
(2) hambatan komunikasi dan koordinasi dengan Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Malang
Pondok Pesantren; (3) hambatan komunikasi (UM) yang telah mendukung pelaksanaan
dengan para guru dan TAS; dan (4) pendelegasian penelitian ini. Terima kasih disampaikan kepada
tugas. Permasalahan sekolah dalam pemberdayaan SMP Assa’adah Gresik; SMP Insan Terpadu
guru adalah: (1) rasio jumlah guru-siswa belum Probolinggo; SMP An Nur Bululawang Malang;
proporsional, yang berdampak pada beban dan SMP Mambaul Hisan Kediri yang bersedia
kerja; (2) beberapa guru mengajar di lembaga menjadi subyek penelitian ini.
pendidikan lain, sehingga energi dan waktu belum
optimal untuk fokus pada sekolah; (3) kurangnya DAFTAR RUJUKAN
kesepahaman cara mendidik siswa sesuai visi
Absah, Y. 2008. Kompetensi: Sumberdaya
dan misi sekolah dan pesantren; dan (4) kurang
Pendorong Keunggulan Bersaing Perusahaan.
optimalnya supervisi pengajaran. Permasalahan
Jurnal Manajemen Bisnis, 1(3), 109-116.
sekolah dalam pemberdayaan TAS adalah: (1)
Amundsen, S., dan Martinsen, L. 2014. Empowering
terbatasnya sarana prasarana kantor sekolah; (2)
Leadership: Construct Clarification,
jumlah personil TAS; dan (3) penguasaan TIK.
Conceptualization, and Validation of a New
Guna menyelesaikan masalah pemberdayaan
Scale. The Leadership Quarterly, 25, 487-
tersebut, sekolah melakukan pengembangan SDM
511.
yang bersifat kelompok dan individu. Pengem-
Bennis, W., dan Nanus, B. 1985. Leaders - The
bangan kompetensi kepala sekolah yang bersifat
Strategies for Making Change. New York:
kelompok adalah keikursertaannya dalam MKKS.
Harper and Row Publishers.
Pengembangan kompetensi guru yang bersifat
Bill and Melinda Gates Foundation. 2010.
kelompok adalah keaktifan guru dalam forum
Empowering Effective Teachers: Strategies
MGMP dan keikutsertaan guru dalam kegiatan
for Implementing Reforms, (Online), (www.
lokakarya. Pengembangan kompetensi TAS yang
gatesfoundation.org), diakses 13 Maret 2015.
bersifat kelompok adalah keikutsertaan TAS dalam
Bowers, B. 2011. Managing Change by Empowering
pelatihan dan kegiatan rutin dalam bentuk diskusi
Staff. Nursing Practice Innovation, (Online),
dan evaluasi kinerja TAS. Pengembangan kompe-
107(32): 19-21, (www.nursingtimes.net),
tensi kepala sekolah yang bersifat individu adalah
diakses 13 Maret 2015.
kemampuan kepemimpinan pendidikan dan ke-
Erkutlu, H., dan Chafra, J. 2015. Empowering
mampuan hubungan antarmanusia. Pengembangan
Leadership and Organizational Job
kompetensi guru yang bersifat individu adalah:
Embeddedness: The Moderating Roles of
keikutsertaan guru dalam suatu pelatihan, seminar,
Task Interdependence and Organizational
UKG, dan menulis karya ilmiah. Pengembangan
Politics, (Online), International Conference
kompetensi TAS yang bersifat individu adalah:
on Leadership, Technology, Innovation and
keikutsertaan dalam seminar atau pelatihan lapo-
Business Management, Procedia - Social and
ran dana BOS, seminar Dapodik, dan program in-
Behavioral Sciences, hlm. 3-10, (http://www.
duksi TAS (yang masih kurang paham komputer).
Kusumaningrum, dkk, Problematika Pemberdayaan dan... 149

sciencedirect.com), diakses 13 Oktober 2015. Kusumaningrum, D. E., Triwiyanto, T., dan


Gunawan, I. 2011. Merekonstruksi Fitrah Gunawan, I. 2016. Educational Management
Pendidikan. Komunikasi, Majalah Kampus of Natural Disaster Response at Lapindo
Universitas Negeri Malang Tahun 33 Nomor Mudsidoarjo East Java. Journal of Basic and
276 September – Oktober 2011, hlm. 32. Applied Scientific Research, 6(4), 1-8.
Gunawan, I. 2013. Revitalisasi Karakter Guru Lefstein, A., dan Perath, H. 2014. Empowering
menurut Filosofis Jawa: Sebuah Gagasan Teacher Voices in an Education Policy
Mengembangkan Kepribadian Siswa. Discussion: Paradoxes of Representation.
Proceeding International Seminar on: Teaching and Teacher Education, 38, 33-43.
Local Wisdom and Character Education for Maisyaroh. 2014. Pengembangan Staf di Lembaga
Elementary School Students, IKIP PGRI Pendidikan. Manajemen Pendidikan, 24(4),
MADIUN, Madiun, 6 April, hlm. 48-62. 274-281.
Gunawan, I. 2014. Metode Penelitian Kualitatif: Miles, M. B., dan Huberman, A. M. 1992. Analisis
Teori dan Praktik. Jakarta: PT Bumi Aksara. Data Kualitatif Buku Sumber tentang Metode-
Gunawan, I. 2015. Mengembangkan Metode Baru. Terjemahan oleh Tjetjep
Kepemimpinan Kepala Sekolah Berbasis Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press.
Nilai dan Etika. Proceeding National Seminar Özarallı, N. 2015. Linking Empowering Leader
and International Conference Scientific to Creativity: The Moderating Role of
Forum-Faculty of Education Department of Psychological (Felt) Empowerment, (Online),
Science Educatioin (FIP-JIP), Fakultas Ilmu International Conference on Leadership,
Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo, Technology and Innovation Management,
Gorontalo, 9 s.d. September 2015, hlm. 302- Procedia - Social and Behavioral Sciences,
312. hlm. 447-454, (http://www.sciencedirect.
Gunawan, I. 2016. Merevitalisasi Kepemimpinan com), diakses 13 Oktober 2015.
Pancasila dalam Bidang Pendidikan. Porter-O’Grady, T. 1992. Transfonnational
Prosiding Seminar Nasional Penguatan Leadership in an Age of Chaos. Nursing
Manajemen Pendidikan di Era Kompetisi Administration Quarterly, 17(1), 17-24.
Global, Jurusan Administrasi Pendidikan Pradhani, M. W., dan Imron, A. 2016. Peran Kepala
Universitas Negeri Malang, Malang, 12 Sekolah dalam Pengembangan Keprofesian
Maret, hlm. 67-84. Berkelanjutan Guru Bersertifikat Pendidik.
Gunawan, I. 2017. Instructional Leadership Profile Manajemen Pendidikan, 25(1), 18-29.
of Junior High School’s Principal (A Case Rakhman, F. 2012. Profesionalitas Kepala SMP
Study of Junior High School in Malang). Standar Nasional Pondok (Studi Multikasus
International Research-Based Education pada 3 SMP Swasta Standar Nasional).
Journal, 1(1), 64-68. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Program
Gunawan, I., dan Benty, D. D. N. 2017. Manajemen Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Pendidikan: Suatu Pengantar Praktik. Rivkin, S. G., Hanushek, E. A., dan Kain, J. F.
Bandung: Alfabeta. 2005. Teachers, Schools, and Academic
Haningsih, S. 2008. Peran Strategis Pesantren, Achievement. Econometrica, 73(2), 417-458.
Madrasah dan Sekolah Islam di Indonesia. Sada-Gerges, W. 2015. College Educational
Jurnal Pendidikan Islam El-Tarbawj, 1(1), Process: Is it enough for Empowering Students
27-39. in Dealing with New Leadership Challenges?
Hon, A. H. Y. 2011. Enhancing Employee Creativity (Online), International Conference Education,
in the Chinese Context: The Mediating Role Reflection, Development (ERD 2015), Cluj-
of Employee Self-Concordance. International Napoca, Romania, 3 s.d. 4 Juli, Procedia
Journal of Hospitality Management, 30, 375- - Social and Behavioral Sciences, hlm. 366-
384. 376, (http://www.sciencedirect.com), diakses
Kouzes, J., dan Posner, B. 1987. The Leadership 13 Oktober 2015.
Challenge. San Francisco: Josey-Bass.
150 ILMU PENDIDIKAN, VOLUME 2 NOMOR 2 DESEMBER 2017: 139-150

Sudharta, V. A., Mujiati, M., Rosidah, A., dan Terry, G. R. 2012. Office Management and Control.
Gunawan, I. 2017. Gaya Kepemimpinan Homewood: Richard D. Irwin.
Kepala Sekolah dalam Perspektif Psikologi. Terry, P. M. 2015. Empowering Teachers as
Jurnal Manajemen dan Supervisi Pendidikan, Leaders. National Forum Journals, 1(1), 1-8.
2(2), 109-123. Usman, H. 2007. Peranan dan Fungsi Tenaga
Sumardi, K. 2012. Potret Pendidikan Karakter Administrasi Sekolah/Madrasah dan
di Pondok Pesantren. Jurnal Pendidikan Upaya Mengefektifkannya. Jurnal Tenaga
Karakter, 2(3), 180-192. Kependidikan, 2(22), 13-30.

Das könnte Ihnen auch gefallen