Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
, Implementasi Model Pembelajaran IPS Terpadu (Suatu Studi Evaluatif di SMP Kota Surakarta)
Leo Agung S.
Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan PIPS FKIP-UNS Surakarta
Jl. Ir. Sutami, Kampus Kentingan Surakarta
Email: leo.agung56@yahoo.co.id
Abstract: The objective of this study is: 1) to obtain information in relation to the implementation of
instructional model of integrated social science at Junior Secondary School in Surakarta City; 2) to
identify the inhibiting factors; and 3) to know some efforts performed by Social Science teachers to
enhance their professionalism. This study is an evaluation study using qualitative-descriptive research
method. This research tends to use a single case study. The subject of this research is Social Science
teachers of SMP/MTs (Junior Secondary School/Islamic Junior Secondary School) in Surakarta City. The
data was collected through interviews, observation, and archival records and documents. The findings
showed that: 1) there were still many differences in the implementation of Social Science instruction at
SMP/MTs. There were teachers who delivered Social Science in integrated way, semi integrated and
partially; 2) there were many obstacles faced by the teachers, among others: (a) lack of understanding/
mastery of the material outside their competency, (b) lack of knowledge and understanding of instructional
models of Integrated Social Science, (c) difficulties to apply the instructional concepts of Integrated
Social Science, and (d) a skeptical attitude of Social Science teachers; 3) some efforts performed by
Social Science teachers to improve their professionalism, among others: (a) asking other Social Science
teachers, (b) reading Social Science-related reference books, (c) attending training, socializaion, seminar,
workshop, and (d) sharing experiences.
Keywords: instructional model, integrated social science, evaluation study, social science teachers, and
Junior Secondary School.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui implementasi model pembelajaran IPS Terpadu
di SMP Kota Surakarta; 2) mengidentifikasi faktor-faktor penghambat, dan 3) mengetahui upaya-upaya
yang dilakukan oleh guru IPS dalam meningkatkan profesionalisme. Penelitian ini merupakan studi
evaluasi dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Bentuk penelitian cenderung
menggunakan studi kasus tunggal. Subyek penelitian, yaitu guru-guru IPS di SMP/MTs Kota Surakarta.
Teknik dan alat pengumpul data yang digunakan, yaitu: wawancara, observasi, dan mencatat arsip serta
dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) dalam implementasinya pembelajaran IPS di SMP/
MTs masih terdapat banyak perbedaan. Ada yang melaksanakan pembelajaran IPS terpadu secara penuh,
setengah terpadu, dan tidak terpadu; 2) hambatan yang dihadapi, antara lain: (a) kurang pemahaman/
penguasaan terhadap materi di luar bidangnya; (b) kurangnya pengetahuan dan pemahaman model-
model pembelajaran IPS Terpadu; (c) kesulitan dalam menerapkan konsep pembelajaran IPS Terpadu;
dan (d) sikap skeptis dari guru IPS itu sendiri; 3) upaya yang dilakukan guru IPS dalam meningkatkan
kompetensi profesionalnya, antara lain: (a) bertanya kepada guru IPS yang lain; (b) membaca buku-
buku referensi tentang IPS; (c) mengikuti pelatihan, sosialisasi, workshop, seminar, semiloka; dan (d)
berbagai (sharing) pengalaman.
Kata kunci: model pembelajaran, IPS terpadu, studi evaluasi, guru IPS, dan Sekolah Menengah Pertama
*)
Diterima tanggal 18 September 2011 - dikembalikan tanggal 21 Maret 2012 - disetujui tanggal 1 Juni 2012
145
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 2, Juni 2012
gabungan dari unsur-unsur materi Geografi, peristiwa sewajarnya, siswa akan dapat mempelajari
Sosiologi, Sejarah dan Ekonomi (KTSP, 2006; materi ajar dan proses pembelajaran beberapa bidang
wawancara dengan Ibu Titik, 25 Juli 2011). studi dalam waktu yang bersamaan. Dalam eksplora-
Sebelumnya, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP/ si yang bertumpu pada tema tertentu, pembelajaran
MTs terbagi dalam tiga mata pelajaran, yakni membicarakan sekitar tema tertentu, baru kemudian
Geografi, Sejarah, dan Ekonomi, dan masing masing membahas masalah konsep-konsep pokok yang
mata pelajaran diampu oleh seorang guru dengan terkait dalam tema.
spesialisasinya sendiri. Maksudnya, guru Geografi Kenyataan di lapangan, pembelajaran IPS di SMP
mengampu mata pelajaran Geografi, guru Sejarah sebagian besar masih dilaksanakan secara terpisah
mengampu mata pelajaran Sejarah, dan guru (separated). Pencapaian Standar Kompetensi (SK)
Ekonomi mengampu mata pelajaran Ekonomi. dan Komptensi Dasar (KD) mata pelajaran IPS masih
Dengan demikian, ada sebutan guru Geografi, guru dilaksanakan sesuai bidang kajian masing-masing
Sejarah, dan guru Ekonomi. (Geografi, Sosiologi, Sejarah, dan Ekonomi) tanpa
146
Leo Agung S., Implementasi Model Pembelajaran IPS Terpadu (Suatu Studi Evaluatif di SMP Kota Surakarta)
147
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 2, Juni 2012
Dalam UU Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 untuk digugu dan ditiru, menjadi panutan dan ia harus
dan PP No. 19 Tahun 2005 dinyatakan bahwa sanggup menjadi pengemban nilai.
kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian,
pedagogik, profesional, dan sosial. Kompetensi Pembelajaran IPS Terpadu
kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang Pembelajaran Terpadu
mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi Pembelajaran terpadu merupakan paket pengajaran
teladan bagi peserta didik untuk berakhlak mulia. yang rnenghubungkan berbagai konsep dari beberapa
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan menge- disipli n ilmu. Metode pembelajaran terpadu
lola pembelajaran peserta didik yang meliputi berorientasi pada keaktivan siswa, pengetahuan awal
pemahaman peserta didik, perancangan dan pelak- siswa sangat membantu dalam memahami konsep
sanaan pembelajaran, dan pengembangan peserta dan keberhasilan belajar. Bagi peserta didik apa yang
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dipelajari berkaitan dengan pengalaman hidupnya,
dimiliki. sehingga mereka dapat memandang suatu objek
Kompetensi profesional adalah kemampuan yang ada di lingkungannya. Oleh karena itu,
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan pendekatan yang digunakan dalam proses belajar
mendalam yang memungkinkan membimbing mengajar adalah pendekatan kurikulum terpadu di
peserta didik memenuhi standar kompetensi yang mana berbagai materi akan dipadukan menjadi sajian
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. materi yang kemudian diberikan kepada peserta didik.
Kompetensi Sosial adalah kemampuan pendidik Metode pembelajaran terpadu memiliki ciri
sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi seperti: 1) berpusat pada peserta didik; 2) mem-
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik dan berikan pengalaman langsung pada peserta didik; 3)
masyarakat. pemisahan antarbidang studi tidak begitu jelas; 4)
menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam
Kompetensi Profesional Guru IPS satu proses pembelajaran; 5) hasil pembelajaran
Kompet ensi profesi ona l ad alah kem ampuan dapat berkembang sesuai minat dan kebutuhan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan peserta didik (http://xpresiriau.com/info-berita/
mendalam yang memungkinkan seorang guru model-pembelajaran-ips-terpadu).
membimbing peserta didik memenuhi standar
kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pembelajaran IPS Terpadu
Pendidikan (Hidayatullah, 2007). Sarimaya (2008) Pembelajaran berbasis KTSP dapat diartikan sebagai
menyatakan bahwa kompetensi profesional merupa- suatu proses penerapan ide, konsep, dan kebijakan
kan penguasaan materi pembelajaran secara luas KTSP dalam suatu aktivitas pembelajaran, sehingga
dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi peserta didik menguasai seperangkat kompetensi
kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasa- Dalam implementasi kurikulum atau pembelajar-
an terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. an ada tiga faktor yang mempengaruhi, yakni
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpul- dukungan kepala sekolah, dukungan rekan sejawat
kan bahwa kompetensi profesional guru IPS adalah guru, dan dukungan internal yang datang dari dalam
kemampuan penguasaan materi pelajaran IPS secara diri guru itu sendiri. Dari berbagai faktor tersebut,
luas dan mendalam yang memungkinkan membim- guru merupakan faktor penentu di samping faktor-
bing peserta didik memenuhi standar kompetensi faktor lain. Keberhasilan implementasi KTSP sangat
dalam mata pelajaran IPS Terpadu yang ditetapkan ditentukan oleh faktor guru, karena bagaimanapun
dalam Standar Nasional Pendidikan. baiknya sarana pendidikan, apabila guru tidak melak-
Seorang pendidik adalah pengemban nilai-nilai. sanakan tugas dengan baik, maka hasil implementasi
Seorang guru memiliki nilai-nilai, melekat sikap kurikulum (pembelajaran) tidak akan memuaskan
percaya pada diri sendiri, bersemangat, bersikap (Mulyasa, 2006).
positif dalam melakukan persepsi dan reaksi,
konsekuensi, tidak emosional dan memiliki tujuan
tertentu dalam hidupnya. Guru memang sepantasnya
148
Leo Agung S., Implementasi Model Pembelajaran IPS Terpadu (Suatu Studi Evaluatif di SMP Kota Surakarta)
Karakteristik Mata Pelajaran IPS sejarah, geografi dan ekonomi, bahkan juga dari segi
Ilmu pengetahuan sosial membahas hubungan antara sosiologi.
manusia dengan lingkungannya. Lingkungan
masyarakat di mana anak didik tumbuh dan berkem- Kerangka Berpikir
bang sebagai bagian dari masyarakat dihadapkan
pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP)
lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS berusaha
membantu peserta didik dalam memecahkan perma-
salahan yang dihadapi, sehingga akan menjadikannya Kompetensi Profesionalisme Guru
semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial
masyarakatnya (Sapriya, 2009) Profesionalisme Guru IPS
Pola pembelajaran pendidikan IPS menekankan
pada unsur pendidikan dan pembekalan pada peserta
Pembelajaran IPS Terpadu
didik. Penekanan pembelajarannya bukan sebatas
pada upaya menjejali peserta didik dengan sejumlah
konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan Bagan 1. Alur Pembelajaran IPS Terpadu
terletak pada upaya agar mereka mampu menjadi-
kan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun
memahami dan ikut serta dalam menjalani kehidupan dan dilaksanakan oleh satuan pendidikan dengan
masyarakat lingkungannya. Di sinilah sebenarnya memperhatikan dasar yang dikembangkan oleh
penekanan misi dari pendidikan IPS (Hasan, 1996). Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). KTSP
Karakteristik mata pelajaran IPS berbeda dengan merupakan paradigma baru pengembangan kuri-
disiplin ilmu lain yang bersifat monolitik. Ilmu kulum yang memberikan otonomi luas kepada setiap
Pengetahuan Sosial (IPS) SMP/MTs merupakan satuan pendidikan dan pelibatan masyarakat dalam
integrasi dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial seperti: rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di
Geografi, Sosiologi, Sejarah, dan Ekonomi. Rumusan sekolah. Terkait dengan pembelajaran IPS, KTSP
Ilmu Pengetahuan Sosial berdasarkan realitas dan menuntut pembelajaran Terpadu, sehingga tidak ada
fenomena sosial melalui pendekatan interdisipliner. lagi guru Sejarah, guru Geografi, dan guru Ekonomi,
namun adanya guru IPS.
Penelitian yang Relevan Kompetensi adalah suatu hal yang menggambar-
Sampai saat ini belum banyak penelitian mengenai kan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik
pembelajaran IPS Terpadu. Penelitian Pelu (2009) secara kualitatif maupun kuantitatif. Kompetensi guru
dengan judul :”Kompetensi Profesional Guru Sejarah merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan,
dalam Menghadapi Pembelajaran IPS Terpadu dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai
Berdasarkan KTSP di Kota Surakarta, ditekankan pada dan diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas
Guru Sejarah dalam menghadapi pembelajaran IPS keprofesionalannya. Oleh karena KTSP menuntut
Terpadu. Bagaimana kompetensi guru Sejarah untuk pembelajaran Terpadu, diperlukan guru IPS yang
dapat mengajar bidang studi yang lain, artinya guru profesional. Dengan kata lain, dengan adanya guru
Sejarah harus mampu juga mengajar bidang studi IPS yang profesional, pembelajaran IPS Terpadu akan
Geografi atau Ekonomi. dapat berjalan dengan baik.
Penelitian Bachri (2010) yang berjudul: IPS Terpadu merupakan mata pelajaran yang
“Pengelolaan Materi Sejarah dalam Pembelajaran IPS wajib diberikan di SMP/MTs berdasarkan KTSP. Mata
Terpadu di SMP/MTs” dinyatakan bahwa pembelajaran pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sosiologi,
IPS Terpadu dilakukan dengan dua cara yakni: Sejarah, dan Ekonomi. Melalui pelajaran IPS, peserta
1) Team Teaching; dan 2) Perpaduan Materi. Team didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara
Teaching dalam arti pembalajaran IPS Terpadu Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, dan
dilakukan oleh minimal dua orang guru, seperti guru warga dunia yang cinta damai.
Sejarah dan guru Geografi, sedangkan untuk
perpaduan materi, satu topik materi disoroti dari segi
149
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 2, Juni 2012
Pengumpulan Data
Sajian Data
Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan
/Verifikasi
150
Leo Agung S., Implementasi Model Pembelajaran IPS Terpadu (Suatu Studi Evaluatif di SMP Kota Surakarta)
Sejarah, Geografi, Sosiologi dan Ekonomi, dengan tersebut, yakni sejarah, ekonomi, geografi dan
alokasi waktu selama 4 atau 5 jam pelajaran per sosiologi. Dengan kata lain, seorang guru harus
minggu. melaksanakan pembelajaran tematik.
Seperti yang diungkapkan ibu Ani dari SMP Negeri Seperti yang dituturkan ibu Esti dari SMP D Kota
A Surakarta: “SMP sini memang sudah menerapkan Surakarta, “contohnya, mengajar di kelas VIII. Untuk
pembelajaran IPS Terpadu, sesuai dengan tututan tema Proklamasi dapat kita soroti dari segi Sejarah,
KTSP 2006. Dalam arti, seperti saya guru mata Geografi, Sosiologi dan Ekonomi. Misalnya, Sejarah,
pelajaran Sejarah juga diwajibkan untuk menguasai dengan proklamasi berarti Indonesia menjadi negara
materi lain IPS seperti Geografi, Sosiologi, dan merdeka, lepas dari belenggu penjajahan asing. Dua
Ekonomi, sehingga dalam pembelajarannya menjadi kej adia n pe nting te rkai t pr okla masi yak ni:
Terpadu, dengan tema tertentu”, ungkapnya. 1) peristiwa Rengasdenglok; dan 2) peristiwa
“Semula berat pak, karena saya berlatar belakang Proklamasi Kemerdekaan itu sendiri”.
guru sejarah dan harus mengajar materi Geografi, Geografi, mencermati lokasi terjadinya peristiwa
Sosiologi, dan Ekonomi, namun karena tuntutan Rengasdeklok dan peristiwa Proklamasi kemerdeka-
profesi - ya saya harus belajar. Alhamdulillah setelah an yang menjadi saksi Sejarah. Sosiologi, stuktur
beberapa kali mengikuti pelatihan IPS Terpadu saya masyarakat Indonesia di awal kemerdekaan terjadi
bisa melaksanakan seperti tuntutan KTSP, meskipun perubahan pokok yakni dari stuktur masyarakat
saya menyadari masih banyak kelemahan dan kolonial yang diskriminatif (adanya kelas 1, kelas 2,
kekurangan”, tambahnya. dan kelas 3) menjadi masyarakat merdeka (tanpa
Terkait masalah pembagian jam pelajaran dari diskriminasi). Untuk membangun masyarakat yang
keempat mater IPS tersebut menjadi wewenang dari teratur dan baik, diperlukan pranata sosial yakni
sekolah masing-masing untuk mengaturnya, sistem tata kelakuan dan hubungan dalam kehidupan
sehingga untuk setiap sekolah yang melaksanakan masyarakat.
ka tegori p embe laja ran ini pem bagi an j am Ekonomi, pada saat proklamasi kondisi ekonomi
pelajarannya juga berbeda-beda. Seperti yang Indonesia sangat kacau karena mewarisi inflasi yang
diungkapkan ibu Dwi dari SMP N D Kota Surakarta, tinggi sebagai dampak dari masa pendudukan Jepang,
“Ya betul, masalah pembagian jam pelajaran menjadi sehingga perlu menata ekonomi. Untuk itu, diperlukan
wewenang sekolah masing-masing. Kalau di sini jam sistem ekonomi, yakni Sistem Perekonomian di
IPS per minggu 5 jam pelajaran, 2 jam untuk sejarah, Indonesia. Tuturnya dengan penuh antusias. “Ya ini
2 jam untuk Geografi dan Sosiologi dan 1 jam untuk contoh pembelajaran terpadu dengan tematik,
Ek onom i. D i si ni j uga bisa me laksanak an namun ada beberapa KD yang tidak bisa disatukan,
pembelajaran IPS Terpadu”, katanya. “Namun sehingga harus diajarkan tersendiri”, tambahnya.
memang tidak semua KD dapat dilaksanakan secara Dalam setiap pertemuan, guru tidak selalu
terpadu, bagi KD-KD yang memang tidak bisa menerapkan pembelajaran tematik. Ada beberapa
digabungkan akan diajarkan secara tersendiri”, Kompetensi Dasar yang menurut pendapat guru jika
tambahnya. diajarkan dengan model pembelajaran tematik, maka
justru tidak akan efektif dan guru sendiri akan
Terpadu dalam Materi Pelajaran mengalami kesulitan. Alasan ini juga diperkuat dengan
Dalam kategori ini, seorang guru sejarah harus juga buku-buku yang membahas tentang KTSP yang
mengajar materi Geografi, Sosiologi, dan Ekonomi. menyatakan bahwa ada beberapa Kompetensi Dasar
Dalam hal ini, keempat materi IPS yang terbagi dalam yang dimungkinkan untuk diajarkan tidak dengan
beberapa Kompetensi Dasar tidak hanya dilihat model pembelajaran tematik.
secara terpisah-pisah, melainkan juga dapat diartikan Apa yang dilakukan oleh teman-teman guru di
sebagai satu kesatuan materi IPS. lapangan telah selaras dengan kebijakan Kemdikbud.
Dalam pengertian materi IPS sebagai satu Menurut Depdiknas (2006) pendekatan pembe-
kesatuan materi, sebagai konsekuensinya dalam lajaran terpadu dalam IPS sering disebut dengan
setiap pembelajaran IPS, satu tema tertentu yang pendekatan interdisipliner. Model pembelajaran
akan disampaikan guru untuk dibahas harus dilihat terpadu pada hakikatnya merupakan suatu sistem
atau dianalisis peserta didik dari keempat aspek pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik
151
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 2, Juni 2012
secara individual maupun kelompok aktif mencari, dari beberapa faktor sosial yang mempengaruhinya.
menggali, dan menemukan konsep serta prinsip- Di antaranya adalah faktor geografi, ekonomi,
prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud, 1996). sosiologi, dan historis.
Salah satu di antaranya adalah memadukan Apa yang dilakukan oleh Ibu Esti di atas, jika
Kompetensi Dasar. Terkait dengan model IPS dikaitkan dengan kebijakan Kemdikbud, yaitu terpadu
Terpadu, Depdiknas (2006) juga memberikan rambu- dengan model integrasi berdasarkan topik. Hal ini juga
rambu model integrasi berdasarkan topik, potensi diperkuat penelitian Pelu (2009) bahwa ada sejumlah
utama dan permasalahan. guru di Kota Surakarta yang telah melaksanakan
pembelajaran IPS Terpadu sesuai tuntutan KTSP. Hal
Model Integrasi Berdasarkan Topik ini diperkuat oleh penelitian Bachri (2010) yang
Dalam pembelajaran IPS keterpaduan dapat dilakukan menyatakan bahwa pembelajaran IPS yang dilakukan
berdasarkan topik yang terkait, misalnya ‘Kegiatan di kota Surakarta banyak yang mengarah ke per-
ekonomi penduduk’. Kegiatan ekonomi penduduk paduan materi, yakni integrasi berdasarkan topik,
dalam contoh yang dikembangkan ditinjau dari potensi utama dan permasalahan.
berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam IPS. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran terpadu
Kegiatan ekonomi penduduk dalam hal ini ditinjau dari bergantung pada kesesuaian rencana yang dibuat
persebaran dan kondisi fisis-geografis yang tercakup dengan kondisi dan potensi peserta didik (minat,
dalam disiplin Geografi. Secara sosiologis, Kegiatan bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Untuk menyu-
ekonomi penduduk dapat mempengaruhi interaksi sun perencanaan pembelajaran terpadu perlu
sosial di masyarakat atau sebaliknya. Secara historis dilakukan langkah-langkah: a) Pemetaan Kompetensi
dari waktu ke waktu kegiatan ekonomi p enduduk Dasar; b) Penentuan Topik/tema; c) Penjabaran
selalu mengalami perubahan. Selanjutnya, penguasa- (perumusan) Kompetensi Dasar ke dalam indikator
an konsep tentang jenis-jenis kegiatan ekonomi sesuai topik/tema; d) Pengembangan Silabus; dan
sampai pada taraf mampu akan menumbuhkan e) Penyusunan Desain/Rencana Pelaksanaan
kreativitas dan kemandirian dalam melakukan Pembelajaran.
tindakan ekonomi dapat dikembangkan melalui
kompetensi yang berkaitan dengan ekonomi. Pembelajaran IPS Setengah Terpadu
Pembelajaran IPS Setengah Terpadu dimaksudkan
Model Integrasi Berdasarkan Potensi Utama bahwa seorang guru IPS, seperti Sejarah hanya
Keterpaduan IPS dapat dikembangkan melalui topik mengajarkan dua atau tiga materi IPS. Contoh, guru
yang didasarkan pada potensi utama yang ada di Sejarah juga mengajar materi Ekonomi, Geografi
wilayah setempat. Sebagai contoh, “Potensi Bali atau Sosiologi. Ada juga guru Ekonomi mengajarkan
Sebagai Daerah Tujuan Wisata”. Dalam pembelajaran Sejarah dan Geografi-Sosiologi. Jadi seorang guru
yang dikembangkan dalam Kebudayaan Bali dikaji dan Sejarah tidak mengajar semua materi IPS atau guru
ditinjau dari faktor alam, historis kronologis dan Geografi tidak mengajar semua materi IPS seperti
kausalitas, serta perilaku masyarakat terhadap dalam IPS Terpadu secara penuh.
aturan. Melalui kajian potensi utama yang terdapat Penerapan pembelajaran IPS Setengah Terpadu
di daerahnya, peserta didik selain dapat memahami ini didasarkan atas pertimbangan bahwa tidak semua
kondisi daerahnya juga sekaligus memahami guru IPS mau dan mampu mengajarkan materi IPS
Kompetensi Dasar yang terdapat pada beberapa yang lain. Untuk guru sejarah sebagian besar merasa
disiplin yang tergabung dalam IPS. Di Surakarta, kesulitan untuk mengajarkan materi Geografi
misalnya “Potensi Surakarta sebagai Daerah Tujuan terutama terkait dengan garis lintang, bujur, maupun
Wisata” dalam hitungannya. Akibatnya, guru Sejarah lebih
memilih mengajar materi Ekonomi atau Sosiologi.
Model Integrasi Berdasarkan Permasalahan Sebaliknya, guru Ekonomi merasa kesulitan untuk
Model pembelajaran terpadu pada IPS yang lainnya mengajarkan Sejarah, maka lebih senang mengajar
adalah berdasarkan permasalahan yang ada, materi Geografi dan Sosiologi. Dengan demikian,
contohnya “Tenaga Kerja Indonesia”. Pada pembe- penerapannya di setiap sekolah juga berbeda,
lajaran terpadu, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ditinjau tergantung keberadaan guru IPS tersebut.
152
Leo Agung S., Implementasi Model Pembelajaran IPS Terpadu (Suatu Studi Evaluatif di SMP Kota Surakarta)
153
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 2, Juni 2012
154
Leo Agung S., Implementasi Model Pembelajaran IPS Terpadu (Suatu Studi Evaluatif di SMP Kota Surakarta)
(Dikpora), perlu adanya kebijakan yang tegas tentang dan MGMP perlu mengadakan kegiatan forum ilmiah
pembelajaran IPS Terpadu dan segera menin- seperti pelatihan, workshop, dan seminar terkait
daklanjuti dengan berbagai kegiatan, sehingga dengan upaya peningkatan kompetensi profesi-
pembelajaran IPS Terpadu di SMP/MTs Kota Surakarta onalisme guru-guru IPS SMP/MTs demi peningkatan
terwujud; 3) pihak pemerintah, yayasan, sekolah, kualitas pembelajaran IPS Terpadu.
Pustaka Acuan
Anonim. 2011. Pendidikan Karakter Dicanangkan, Siswa Harus SMK. Solo Pos. Surakarta, 19 Juli 2011.
Bachri, Saiful. 2010. Pengelolaan Materi Sejarah dalam Pembelajaran IPS Terpadu di SMP/MTs. CANDI.
Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah. Vol.1 Tahun I/No.1 Februari 2010.
Beane, J.A. 1995. Curriculum Integrated: Designing the Core of Democratic Education. New York: Teachers
College, Colombia University.
BSNP. 2006. Standar Isi. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1996. http://www.puskur.net/inc/ mdl/06_Model_IPS Trpd.pdf.
diunduh, 21 Januari 2010.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Model Pembelajaran IPS Terpadu SMP/MTs/SMPLB. Jakarta: Pusat
Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. http://www.puskur.net/inc/mdl06_Model_IPS Trpd.pdf. diunduh,
21 Januari 2010.
Hasan, Hamid. 1996. Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta. Depdikbud: Dirjen Dikti.
Hidayatullah, Furqon. 2007. Mengantar Calon Pendidik Berkarakter di Masa Depan. Surakarta: Sebelas
Maret University Press.
http://xpresiriau.com/info-berita/model-pembelajaran-ips-terpadu/diunduh 10 Oktober 2010
Kepmendiknas Nomor 045/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi
Miles, M.B dan Huberman, A.M. 1984. Qualitative Data Analysis. Baverly Hills: Sage Publications.
Moleong, Y.L. 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Patton, M.Q. 1980. Qualitative Evaluation Methods. Baverly Hill: Sage Publications.
Pelu, Musa. 2009. Kompetensi Profesionalisme Guru Sejarah dalam Menghadapi Pembelajaran IPS Terpadu
Berdasarkan KTSP. MIIPS Majalah Ilmiah Ilmu Pengetahuan Sosial. Vol.8 No.1 Maret 2009.
Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah.
Permendiknas Nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Sapriya. 2009. Pendidikan IPS, Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remadja Rosdakarya.
Sarimaya, Farida. 2008. Sertifikasi Guru. Bandung: Yrama Widya.
Sutopo, H.B. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Tilaar M.,H.A.R. 2002. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Usman, Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional. Cetakan ke-14. Bandung: PT Remaja Rosdakarta.
Yin, R.K. 1987. Case Study Research. London: -New Delhi: Sage Publication.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
155