Sie sind auf Seite 1von 11

Leo Agung S.

, Implementasi Model Pembelajaran IPS Terpadu (Suatu Studi Evaluatif di SMP Kota Surakarta)

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN IPS TERPADU


(Suatu Studi Evaluatif di SMP Kota Surakarta)*)

THE IMPLEMENTATION OF INSTRUCTIONAL MODEL OF INTEGRATED SOCIAL


SCIENCE (An Evaluation Study at Junior Secondary School in Surakarta City)

Leo Agung S.
Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan PIPS FKIP-UNS Surakarta
Jl. Ir. Sutami, Kampus Kentingan Surakarta
Email: leo.agung56@yahoo.co.id

Abstract: The objective of this study is: 1) to obtain information in relation to the implementation of
instructional model of integrated social science at Junior Secondary School in Surakarta City; 2) to
identify the inhibiting factors; and 3) to know some efforts performed by Social Science teachers to
enhance their professionalism. This study is an evaluation study using qualitative-descriptive research
method. This research tends to use a single case study. The subject of this research is Social Science
teachers of SMP/MTs (Junior Secondary School/Islamic Junior Secondary School) in Surakarta City. The
data was collected through interviews, observation, and archival records and documents. The findings
showed that: 1) there were still many differences in the implementation of Social Science instruction at
SMP/MTs. There were teachers who delivered Social Science in integrated way, semi integrated and
partially; 2) there were many obstacles faced by the teachers, among others: (a) lack of understanding/
mastery of the material outside their competency, (b) lack of knowledge and understanding of instructional
models of Integrated Social Science, (c) difficulties to apply the instructional concepts of Integrated
Social Science, and (d) a skeptical attitude of Social Science teachers; 3) some efforts performed by
Social Science teachers to improve their professionalism, among others: (a) asking other Social Science
teachers, (b) reading Social Science-related reference books, (c) attending training, socializaion, seminar,
workshop, and (d) sharing experiences.

Keywords: instructional model, integrated social science, evaluation study, social science teachers, and
Junior Secondary School.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui implementasi model pembelajaran IPS Terpadu
di SMP Kota Surakarta; 2) mengidentifikasi faktor-faktor penghambat, dan 3) mengetahui upaya-upaya
yang dilakukan oleh guru IPS dalam meningkatkan profesionalisme. Penelitian ini merupakan studi
evaluasi dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Bentuk penelitian cenderung
menggunakan studi kasus tunggal. Subyek penelitian, yaitu guru-guru IPS di SMP/MTs Kota Surakarta.
Teknik dan alat pengumpul data yang digunakan, yaitu: wawancara, observasi, dan mencatat arsip serta
dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) dalam implementasinya pembelajaran IPS di SMP/
MTs masih terdapat banyak perbedaan. Ada yang melaksanakan pembelajaran IPS terpadu secara penuh,
setengah terpadu, dan tidak terpadu; 2) hambatan yang dihadapi, antara lain: (a) kurang pemahaman/
penguasaan terhadap materi di luar bidangnya; (b) kurangnya pengetahuan dan pemahaman model-
model pembelajaran IPS Terpadu; (c) kesulitan dalam menerapkan konsep pembelajaran IPS Terpadu;
dan (d) sikap skeptis dari guru IPS itu sendiri; 3) upaya yang dilakukan guru IPS dalam meningkatkan
kompetensi profesionalnya, antara lain: (a) bertanya kepada guru IPS yang lain; (b) membaca buku-
buku referensi tentang IPS; (c) mengikuti pelatihan, sosialisasi, workshop, seminar, semiloka; dan (d)
berbagai (sharing) pengalaman.

Kata kunci: model pembelajaran, IPS terpadu, studi evaluasi, guru IPS, dan Sekolah Menengah Pertama

*)
Diterima tanggal 18 September 2011 - dikembalikan tanggal 21 Maret 2012 - disetujui tanggal 1 Juni 2012

145
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 2, Juni 2012

Pendahuluan Padahal berdasarkan KTSP, hanya dikenal mata


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di pelajaran IPS dan guru IPS dengan pembelajaran
sekolah telah berjalan empat tahun sejak diper- secara terpadu. Dengan demikian, guru mata
lakukannya Permendiknas Nomor 22, 23, dan 24 pelajaran Geografi mau tidak mau harus mengajar
Tahun 2006. Seiring dengan perjalanan waktu, pihak materi Sosiologi, Sejarah, dan Ekonomi. Guru bidang
sekolah khususnya guru telah melakukan berbagai studi Sejarah harus mengajar materi Geografi,
inovasi pembelajaran terkait dengan diberlakukannya Sosiologi, dan Ekonomi. Demikan juga guru mata
KTSP tersebut. Dasar pemikirannya, yaitu bahwa pelajaran Ekonomi harus mengajar materi Geografi,
KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun Sosiologi, dan Sejarah. Hal ini tentu saja menjadi
dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pen- kesulitan bagi masing-masing guru mata pelajaran
didikan, terutama guru dengan mempertimbangkan yang sebelumnya memang dipersiapkan untuk
potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/ menjadi guru yang profesional di bidangnya.
daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan Model Pembelajaran Terpadu merupakan salah
karakteristik peserta didik. Oleh karena guru terlibat satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan
langsung dalam proses pembelajaran di kelas, guru untuk disampaikan pada semua jenjang pendidikan
memahami betul apa yang harus dilakukan dalam mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD/MI) sampai
proses pembelajaran. Guru pula yang akan me- Sekolah Menengah Atas (SMA/MA). Model Pembe-
lakukan penilaian terhadap proses dan hasil lajaran Terpadu pada hakikatnya merupakan suatu
pembelajaran, sehingga keberhasilan pembelajaran pendekatan pembelajaran yang memungkinkan
merupakan tanggung jawab guru. siswa, baik secara individu maupun kelompok aktif
Di satu sisi, hal ini merupakan suatu kemajuan
mencari, menggali, dan menemukan konsep serta
dalam proses pembelajaran, karena guru sangat
prinsip secara holistik dan otentik (Depdiknas, 2007).
mengenal lapangan dan memberi kesempatan yang
Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba
seluas-luasnya untuk berkreasi dalam menciptakan
untuk memadukan beberapa pokok bahasan (Beane,
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan
1995).
menyenangkan (PAKEM), yang diharapkan akan
Menurut Sukardi dalam Trianto (2010) Pembe-
mendongkrak pada peningkatan kualitas pembe-
lajaran Terpadu pada hakikatnya merupakan kegiatan
lajaran umumnya dan peningkatan prestasi belajar
mengajar dengan memadukan beberapa mata
peserta didik khususnya. Namun di sisi lain, dengan
pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian,
diterapkannya KTPS ternyata muncul permasalahan
pelaksanaan pembelajaran dengan model terpadu
bagi guru termasuk guru IPS, di antaranya guru
dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa
mengalami hambatan/kesulitan untuk berkreasi
materi pelajaran yang disajikan setiap pertemuan.
dalam pembelajaran. Hal ini akan berdampak
Pembelajaran Terpadu akan berlangsung jika
terhadap belum tercapainya tujuan pembelajaran IPS
eksplorasi suatu topik atau peristiwa yang wajar
secara optimal.
merupakan inti dari pengembangan kurikulum.
Akar permasalahan tersebut adalah dimasuk-
kannya mata pelajaran IPS Terpadu, yang merupakan Dengan berperan secara aktif di dalam eksplorasi atau

gabungan dari unsur-unsur materi Geografi, peristiwa sewajarnya, siswa akan dapat mempelajari

Sosiologi, Sejarah dan Ekonomi (KTSP, 2006; materi ajar dan proses pembelajaran beberapa bidang
wawancara dengan Ibu Titik, 25 Juli 2011). studi dalam waktu yang bersamaan. Dalam eksplora-
Sebelumnya, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP/ si yang bertumpu pada tema tertentu, pembelajaran
MTs terbagi dalam tiga mata pelajaran, yakni membicarakan sekitar tema tertentu, baru kemudian
Geografi, Sejarah, dan Ekonomi, dan masing masing membahas masalah konsep-konsep pokok yang
mata pelajaran diampu oleh seorang guru dengan terkait dalam tema.
spesialisasinya sendiri. Maksudnya, guru Geografi Kenyataan di lapangan, pembelajaran IPS di SMP
mengampu mata pelajaran Geografi, guru Sejarah sebagian besar masih dilaksanakan secara terpisah
mengampu mata pelajaran Sejarah, dan guru (separated). Pencapaian Standar Kompetensi (SK)
Ekonomi mengampu mata pelajaran Ekonomi. dan Komptensi Dasar (KD) mata pelajaran IPS masih
Dengan demikian, ada sebutan guru Geografi, guru dilaksanakan sesuai bidang kajian masing-masing
Sejarah, dan guru Ekonomi. (Geografi, Sosiologi, Sejarah, dan Ekonomi) tanpa

146
Leo Agung S., Implementasi Model Pembelajaran IPS Terpadu (Suatu Studi Evaluatif di SMP Kota Surakarta)

ada keterpaduan di dalamnya. Pernyataan tersebut program-program kegiatan operasional untuk


diperkuat oleh hasil penelitian Pelu (2009) yang mencapai tujuan sekolah (Mulyasa, 2006).
menyatakan bahwa dalam implementasinya,
pembelajaran IPS di SMP di kota Surakarta masih Tujuan KTSP
terdapat banyak perbedaan. Ada yang melaksanakan Secara umum tujuan ditetapkannya KTSP adalah
pembelajaran IPS Terpadu secara penuh, setengah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan
Terpadu, bahkan ada yang sama sekali tidak Terpadu. pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi)
Hal ini tentu saja menghambat ketercapaian kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah
tujuan IPS itu sendiri yang dirumuskan atas dasar untuk melakukan pengambilan keputusan secara
realita dan fenomena sosial yang mewujudkan satu partisipatif dalam pengembangan kurikulum.
pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang- Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah
cabang ilmu sosial. untuk: 1) meningkatkan mutu pendidikan melalui
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengem-
mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh guru bangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan
IPS untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya sumber daya yang ada; 2) meningkatkan kepedulian
dalam menghadapi pembelajaran IPS Terpadu. warga sekolah dan masyarakat dalam mengem-
Adapun secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk: bangkan kurikulum melalui pengambilan keputusan
1) mengetahui implementasi model pembelajaran IPS bersama; dan 3) meningkatkan komptensi yang
Terpadu di SMP Kota Surakarta; 2) mengidentifikasi sehat antarsatuan pendidikan tentang kualitas
faktor-faktor penghambat yang dihadapi oleh guru pendidikan yang akan dicapai.
IPS dalam Model Pembelajaran IPS Terpadu di SMP Memahami tujuan di atas, KTSP dapat dipandang
Kota Surakarta; dan 3) mengetahui upaya-upaya sebagai satuan pola pendekatan baru dalam pengem-
yang dilakukan oleh guru IPS dalam meningkatkan bangan kurikulum dalam konteks otonomi daerah
pr ofesiona lism e untuk mela ksanakan Mod el yang sedang digulirkan saat ini.
Pembelajaran IPS Terpadu di SMP Kota Surakarta.
Kompetensi Profesionalisme Guru
Tinjauan Pustaka dan Kerangka Berpikir Kompetensi Guru
Konsep Dasar KTSP Kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan penga- kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik secara
turan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta kualitatif maupun kuantitatif (Usman, 2002). Kompe-
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengga- tensi guru merupakan seperangkat pengetahuan,
raan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
pendidikan tertentu (BSNP, 2006). Dalam Standar dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh guru dalam
Na sional Pendi dika n (SNP Pasal 1 a yat 15 melaksanakan tugas keprofesionalannya. Ber-
menyatakan bahwa KTSP merupakan kurikulum dasarka n Ke pmendiknas N omor 04 5/20 02
operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh disebut kan bahw a kompet ensi mer upak an
satuan pendidikan dengan memperhatikan dasar seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung
yang dikembangan oleh Badan Standar Nasional jawab dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai
Pendidikan (BSNP). dengan kebulatan pengetahuan, keterampilan dan
KTSP merupakan strategi pengembangan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh
kurikulum untuk mewujudkan sekolah secara efektif, tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai
produktif, dan berprestasi. Dalam KTSP, pengem- agen pembelajaran (Sarimaya, 2008). Menurut Moh.
bangan kurikulum dilakukan oleh guru, kepala Suryo (dalam Tilaar, 2002) kompetensi guru adalah
sekolah, komite sekolah dan dewan pendidikan. seperangkat penguasaan kemampuan yang harus
Badan inilah yang menetapkan segala kebijakan ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerja
berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidik- profesionalnya secara tepat dan efektif. Kompetensi
an yang berlaku. Selanjutnya, komite sekolah perlu tersebut berada dalam pribadi guru yang bersumber
merumuskan dan menetapkan visi, misi, dan tujuan dar i kualit as k epri badi an, pend idik an d an
sekolah dengan berbagai implikasinya terhadap pengetahuannya.

147
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 2, Juni 2012

Dalam UU Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 untuk digugu dan ditiru, menjadi panutan dan ia harus
dan PP No. 19 Tahun 2005 dinyatakan bahwa sanggup menjadi pengemban nilai.
kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian,
pedagogik, profesional, dan sosial. Kompetensi Pembelajaran IPS Terpadu
kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang Pembelajaran Terpadu
mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi Pembelajaran terpadu merupakan paket pengajaran
teladan bagi peserta didik untuk berakhlak mulia. yang rnenghubungkan berbagai konsep dari beberapa
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan menge- disipli n ilmu. Metode pembelajaran terpadu
lola pembelajaran peserta didik yang meliputi berorientasi pada keaktivan siswa, pengetahuan awal
pemahaman peserta didik, perancangan dan pelak- siswa sangat membantu dalam memahami konsep
sanaan pembelajaran, dan pengembangan peserta dan keberhasilan belajar. Bagi peserta didik apa yang
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dipelajari berkaitan dengan pengalaman hidupnya,
dimiliki. sehingga mereka dapat memandang suatu objek
Kompetensi profesional adalah kemampuan yang ada di lingkungannya. Oleh karena itu,
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan pendekatan yang digunakan dalam proses belajar
mendalam yang memungkinkan membimbing mengajar adalah pendekatan kurikulum terpadu di
peserta didik memenuhi standar kompetensi yang mana berbagai materi akan dipadukan menjadi sajian
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. materi yang kemudian diberikan kepada peserta didik.
Kompetensi Sosial adalah kemampuan pendidik Metode pembelajaran terpadu memiliki ciri
sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi seperti: 1) berpusat pada peserta didik; 2) mem-
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik dan berikan pengalaman langsung pada peserta didik; 3)
masyarakat. pemisahan antarbidang studi tidak begitu jelas; 4)
menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam
Kompetensi Profesional Guru IPS satu proses pembelajaran; 5) hasil pembelajaran
Kompet ensi profesi ona l ad alah kem ampuan dapat berkembang sesuai minat dan kebutuhan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan peserta didik (http://xpresiriau.com/info-berita/
mendalam yang memungkinkan seorang guru model-pembelajaran-ips-terpadu).
membimbing peserta didik memenuhi standar
kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pembelajaran IPS Terpadu
Pendidikan (Hidayatullah, 2007). Sarimaya (2008) Pembelajaran berbasis KTSP dapat diartikan sebagai
menyatakan bahwa kompetensi profesional merupa- suatu proses penerapan ide, konsep, dan kebijakan
kan penguasaan materi pembelajaran secara luas KTSP dalam suatu aktivitas pembelajaran, sehingga
dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi peserta didik menguasai seperangkat kompetensi
kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasa- Dalam implementasi kurikulum atau pembelajar-
an terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. an ada tiga faktor yang mempengaruhi, yakni
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpul- dukungan kepala sekolah, dukungan rekan sejawat
kan bahwa kompetensi profesional guru IPS adalah guru, dan dukungan internal yang datang dari dalam
kemampuan penguasaan materi pelajaran IPS secara diri guru itu sendiri. Dari berbagai faktor tersebut,
luas dan mendalam yang memungkinkan membim- guru merupakan faktor penentu di samping faktor-
bing peserta didik memenuhi standar kompetensi faktor lain. Keberhasilan implementasi KTSP sangat
dalam mata pelajaran IPS Terpadu yang ditetapkan ditentukan oleh faktor guru, karena bagaimanapun
dalam Standar Nasional Pendidikan. baiknya sarana pendidikan, apabila guru tidak melak-
Seorang pendidik adalah pengemban nilai-nilai. sanakan tugas dengan baik, maka hasil implementasi
Seorang guru memiliki nilai-nilai, melekat sikap kurikulum (pembelajaran) tidak akan memuaskan
percaya pada diri sendiri, bersemangat, bersikap (Mulyasa, 2006).
positif dalam melakukan persepsi dan reaksi,
konsekuensi, tidak emosional dan memiliki tujuan
tertentu dalam hidupnya. Guru memang sepantasnya

148
Leo Agung S., Implementasi Model Pembelajaran IPS Terpadu (Suatu Studi Evaluatif di SMP Kota Surakarta)

Karakteristik Mata Pelajaran IPS sejarah, geografi dan ekonomi, bahkan juga dari segi
Ilmu pengetahuan sosial membahas hubungan antara sosiologi.
manusia dengan lingkungannya. Lingkungan
masyarakat di mana anak didik tumbuh dan berkem- Kerangka Berpikir
bang sebagai bagian dari masyarakat dihadapkan
pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP)
lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS berusaha
membantu peserta didik dalam memecahkan perma-
salahan yang dihadapi, sehingga akan menjadikannya Kompetensi Profesionalisme Guru
semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial
masyarakatnya (Sapriya, 2009) Profesionalisme Guru IPS
Pola pembelajaran pendidikan IPS menekankan
pada unsur pendidikan dan pembekalan pada peserta
Pembelajaran IPS Terpadu
didik. Penekanan pembelajarannya bukan sebatas
pada upaya menjejali peserta didik dengan sejumlah
konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan Bagan 1. Alur Pembelajaran IPS Terpadu
terletak pada upaya agar mereka mampu menjadi-
kan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun
memahami dan ikut serta dalam menjalani kehidupan dan dilaksanakan oleh satuan pendidikan dengan
masyarakat lingkungannya. Di sinilah sebenarnya memperhatikan dasar yang dikembangkan oleh
penekanan misi dari pendidikan IPS (Hasan, 1996). Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). KTSP
Karakteristik mata pelajaran IPS berbeda dengan merupakan paradigma baru pengembangan kuri-
disiplin ilmu lain yang bersifat monolitik. Ilmu kulum yang memberikan otonomi luas kepada setiap
Pengetahuan Sosial (IPS) SMP/MTs merupakan satuan pendidikan dan pelibatan masyarakat dalam
integrasi dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial seperti: rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di
Geografi, Sosiologi, Sejarah, dan Ekonomi. Rumusan sekolah. Terkait dengan pembelajaran IPS, KTSP
Ilmu Pengetahuan Sosial berdasarkan realitas dan menuntut pembelajaran Terpadu, sehingga tidak ada
fenomena sosial melalui pendekatan interdisipliner. lagi guru Sejarah, guru Geografi, dan guru Ekonomi,
namun adanya guru IPS.
Penelitian yang Relevan Kompetensi adalah suatu hal yang menggambar-
Sampai saat ini belum banyak penelitian mengenai kan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik
pembelajaran IPS Terpadu. Penelitian Pelu (2009) secara kualitatif maupun kuantitatif. Kompetensi guru
dengan judul :”Kompetensi Profesional Guru Sejarah merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan,
dalam Menghadapi Pembelajaran IPS Terpadu dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai
Berdasarkan KTSP di Kota Surakarta, ditekankan pada dan diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas
Guru Sejarah dalam menghadapi pembelajaran IPS keprofesionalannya. Oleh karena KTSP menuntut
Terpadu. Bagaimana kompetensi guru Sejarah untuk pembelajaran Terpadu, diperlukan guru IPS yang
dapat mengajar bidang studi yang lain, artinya guru profesional. Dengan kata lain, dengan adanya guru
Sejarah harus mampu juga mengajar bidang studi IPS yang profesional, pembelajaran IPS Terpadu akan
Geografi atau Ekonomi. dapat berjalan dengan baik.
Penelitian Bachri (2010) yang berjudul: IPS Terpadu merupakan mata pelajaran yang
“Pengelolaan Materi Sejarah dalam Pembelajaran IPS wajib diberikan di SMP/MTs berdasarkan KTSP. Mata
Terpadu di SMP/MTs” dinyatakan bahwa pembelajaran pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sosiologi,
IPS Terpadu dilakukan dengan dua cara yakni: Sejarah, dan Ekonomi. Melalui pelajaran IPS, peserta
1) Team Teaching; dan 2) Perpaduan Materi. Team didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara
Teaching dalam arti pembalajaran IPS Terpadu Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, dan
dilakukan oleh minimal dua orang guru, seperti guru warga dunia yang cinta damai.
Sejarah dan guru Geografi, sedangkan untuk
perpaduan materi, satu topik materi disoroti dari segi

149
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 2, Juni 2012

Metode Penelitian yang akan menjadi informan (terutama guru IPS)


Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Pertama dipilih dengan teknik proportional srtatified. Kedua,
(SMP) kota Surakarta. Subyek penelitian adalah guru- untuk memilih informan yang akan diwawancarai
guru IPS (Geografi, Sosiologi, Sejarah, Ekonomi) di dilakukan dengan teknik purposive dan snowball.
SMP Kota Surakarta. Untuk memperoleh derajad validitas tinggi, dilakukan
Bidang penelitian yaitu mengenai pembelajaran, dengan teknik t rianggul asi, recheck da n
khususnya pembelajaran IPS Terpadu di SMP Kota peerdebriefing (Sutopo, 2002).
Surakarta. Oleh karena itu, metode yang digunakan Analisis penelitian dilakukan dengan teknik
adalah deskriptif kualitatif. Agar dapat menjelajahi interaktif (Miles dan Huberman, 1984). Proses analisis
secara intensif, penelitian yang dilakukan bersifat interaktif meliputi tahapan: 1) pengumpulan data;
eksplorasi, yakni untuk dapat menjelaskan suatu 2) reduksi data; 3) sajian data; dan 4) verifikasi/
fenomena secara detail, menyeluruh dan mendalam menarik kesimpulan. Mekanisme analisis yang
(Moleong, 2003). mencerminkan keterkaitan antartahapan, untuk lebih
Penelitian ini merupakan studi evaluasi dengan jelasnya dapat dilihat pada Bagan 2.
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.
Bentuk penelitiannya cenderung menggunakan studi Hasil Penelitian dan Pembahasan
kasus tunggal (Patton, 1980). Sebagai kasus Implementasi Pembelajaran IPS Terpadu
tunggal, penelitian kualitatif ini tidak memilih Dalam implementasinya, pembelajaran IPS masih
pendekatan yang bersifat holistik penuh, tetapi meng- terdapat banyak perbedaan. Ada yang melaksanakan
gunakan studi kasus terpancang atau embedded case pembelajaran IPS Terpadu secara penuh, setengah
study (Yin, 1987). Hal ini dikarenakan penelitian ini terpadu, bahkan ada yang tidak melaksanakan
sudah menentukan fokusnya pada kegiatan proses pembelajaran IPS Terpadu, baik secara penuh
pembelajaran IPS Terpadu dengan melibatkan maupun setengah terpadu.
beberapa variabel pokok yang telah ditentukan.
Untuk memperoleh data informasi yang ber- Pembelajaran IPS Terpadu Secara Penuh
kaitan dengan tujuan penelitian ini, sumber data Pembelajaran IPS Terpadu secara penuh, dalam
diambil dari informan, tempat dan peristiwa, dan implementasinya dapat dibagi menjadi dua kategori.
analisis arsip dan dokumen. Berdasarkan jenis sumber Kategori pertama, terpadu dengan gurunya, dan
data yang dikumpulkan di atas, teknik pengumpulan kategori kedua terpadu dalam materi pelajarannya
data yang digunakan meliputi: wawan-cara, dengan menggunakan model-model pembelajaran
observasi, dan mencatat arsip atau dokumen. IPS Terpadu.
Sesuai dengan metode penelitian kualitatif,
teknik sampling (cuplikan) yang digunakan dalam Terpadu dengan Guru
penelitian ini adalah jenis purposive sampling (Sutopo, Dalam kategori ini seorang guru Sejarah termasuk
2002). Teknik sampling yang digunakan dalam guru IPS yang lain (Geografi, Sosiologi dan Ekonomi)
penelitian ini ada dua. Pertama, pengambilan sampel harus mengajar keempat materi pelajaran IPS, yaitu

Pengumpulan Data

Sajian Data

Reduksi Data

Penarikan Kesimpulan
/Verifikasi

Bagan 2. Komponen Teknik Analisis Interaktif


(Miles & Hubermen, 1984)

150
Leo Agung S., Implementasi Model Pembelajaran IPS Terpadu (Suatu Studi Evaluatif di SMP Kota Surakarta)

Sejarah, Geografi, Sosiologi dan Ekonomi, dengan tersebut, yakni sejarah, ekonomi, geografi dan
alokasi waktu selama 4 atau 5 jam pelajaran per sosiologi. Dengan kata lain, seorang guru harus
minggu. melaksanakan pembelajaran tematik.
Seperti yang diungkapkan ibu Ani dari SMP Negeri Seperti yang dituturkan ibu Esti dari SMP D Kota
A Surakarta: “SMP sini memang sudah menerapkan Surakarta, “contohnya, mengajar di kelas VIII. Untuk
pembelajaran IPS Terpadu, sesuai dengan tututan tema Proklamasi dapat kita soroti dari segi Sejarah,
KTSP 2006. Dalam arti, seperti saya guru mata Geografi, Sosiologi dan Ekonomi. Misalnya, Sejarah,
pelajaran Sejarah juga diwajibkan untuk menguasai dengan proklamasi berarti Indonesia menjadi negara
materi lain IPS seperti Geografi, Sosiologi, dan merdeka, lepas dari belenggu penjajahan asing. Dua
Ekonomi, sehingga dalam pembelajarannya menjadi kej adia n pe nting te rkai t pr okla masi yak ni:
Terpadu, dengan tema tertentu”, ungkapnya. 1) peristiwa Rengasdenglok; dan 2) peristiwa
“Semula berat pak, karena saya berlatar belakang Proklamasi Kemerdekaan itu sendiri”.
guru sejarah dan harus mengajar materi Geografi, Geografi, mencermati lokasi terjadinya peristiwa
Sosiologi, dan Ekonomi, namun karena tuntutan Rengasdeklok dan peristiwa Proklamasi kemerdeka-
profesi - ya saya harus belajar. Alhamdulillah setelah an yang menjadi saksi Sejarah. Sosiologi, stuktur
beberapa kali mengikuti pelatihan IPS Terpadu saya masyarakat Indonesia di awal kemerdekaan terjadi
bisa melaksanakan seperti tuntutan KTSP, meskipun perubahan pokok yakni dari stuktur masyarakat
saya menyadari masih banyak kelemahan dan kolonial yang diskriminatif (adanya kelas 1, kelas 2,
kekurangan”, tambahnya. dan kelas 3) menjadi masyarakat merdeka (tanpa
Terkait masalah pembagian jam pelajaran dari diskriminasi). Untuk membangun masyarakat yang
keempat mater IPS tersebut menjadi wewenang dari teratur dan baik, diperlukan pranata sosial yakni
sekolah masing-masing untuk mengaturnya, sistem tata kelakuan dan hubungan dalam kehidupan
sehingga untuk setiap sekolah yang melaksanakan masyarakat.
ka tegori p embe laja ran ini pem bagi an j am Ekonomi, pada saat proklamasi kondisi ekonomi
pelajarannya juga berbeda-beda. Seperti yang Indonesia sangat kacau karena mewarisi inflasi yang
diungkapkan ibu Dwi dari SMP N D Kota Surakarta, tinggi sebagai dampak dari masa pendudukan Jepang,
“Ya betul, masalah pembagian jam pelajaran menjadi sehingga perlu menata ekonomi. Untuk itu, diperlukan
wewenang sekolah masing-masing. Kalau di sini jam sistem ekonomi, yakni Sistem Perekonomian di
IPS per minggu 5 jam pelajaran, 2 jam untuk sejarah, Indonesia. Tuturnya dengan penuh antusias. “Ya ini
2 jam untuk Geografi dan Sosiologi dan 1 jam untuk contoh pembelajaran terpadu dengan tematik,
Ek onom i. D i si ni j uga bisa me laksanak an namun ada beberapa KD yang tidak bisa disatukan,
pembelajaran IPS Terpadu”, katanya. “Namun sehingga harus diajarkan tersendiri”, tambahnya.
memang tidak semua KD dapat dilaksanakan secara Dalam setiap pertemuan, guru tidak selalu
terpadu, bagi KD-KD yang memang tidak bisa menerapkan pembelajaran tematik. Ada beberapa
digabungkan akan diajarkan secara tersendiri”, Kompetensi Dasar yang menurut pendapat guru jika
tambahnya. diajarkan dengan model pembelajaran tematik, maka
justru tidak akan efektif dan guru sendiri akan
Terpadu dalam Materi Pelajaran mengalami kesulitan. Alasan ini juga diperkuat dengan
Dalam kategori ini, seorang guru sejarah harus juga buku-buku yang membahas tentang KTSP yang
mengajar materi Geografi, Sosiologi, dan Ekonomi. menyatakan bahwa ada beberapa Kompetensi Dasar
Dalam hal ini, keempat materi IPS yang terbagi dalam yang dimungkinkan untuk diajarkan tidak dengan
beberapa Kompetensi Dasar tidak hanya dilihat model pembelajaran tematik.
secara terpisah-pisah, melainkan juga dapat diartikan Apa yang dilakukan oleh teman-teman guru di
sebagai satu kesatuan materi IPS. lapangan telah selaras dengan kebijakan Kemdikbud.
Dalam pengertian materi IPS sebagai satu Menurut Depdiknas (2006) pendekatan pembe-
kesatuan materi, sebagai konsekuensinya dalam lajaran terpadu dalam IPS sering disebut dengan
setiap pembelajaran IPS, satu tema tertentu yang pendekatan interdisipliner. Model pembelajaran
akan disampaikan guru untuk dibahas harus dilihat terpadu pada hakikatnya merupakan suatu sistem
atau dianalisis peserta didik dari keempat aspek pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik

151
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 2, Juni 2012

secara individual maupun kelompok aktif mencari, dari beberapa faktor sosial yang mempengaruhinya.
menggali, dan menemukan konsep serta prinsip- Di antaranya adalah faktor geografi, ekonomi,
prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud, 1996). sosiologi, dan historis.
Salah satu di antaranya adalah memadukan Apa yang dilakukan oleh Ibu Esti di atas, jika
Kompetensi Dasar. Terkait dengan model IPS dikaitkan dengan kebijakan Kemdikbud, yaitu terpadu
Terpadu, Depdiknas (2006) juga memberikan rambu- dengan model integrasi berdasarkan topik. Hal ini juga
rambu model integrasi berdasarkan topik, potensi diperkuat penelitian Pelu (2009) bahwa ada sejumlah
utama dan permasalahan. guru di Kota Surakarta yang telah melaksanakan
pembelajaran IPS Terpadu sesuai tuntutan KTSP. Hal
Model Integrasi Berdasarkan Topik ini diperkuat oleh penelitian Bachri (2010) yang
Dalam pembelajaran IPS keterpaduan dapat dilakukan menyatakan bahwa pembelajaran IPS yang dilakukan
berdasarkan topik yang terkait, misalnya ‘Kegiatan di kota Surakarta banyak yang mengarah ke per-
ekonomi penduduk’. Kegiatan ekonomi penduduk paduan materi, yakni integrasi berdasarkan topik,
dalam contoh yang dikembangkan ditinjau dari potensi utama dan permasalahan.
berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam IPS. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran terpadu
Kegiatan ekonomi penduduk dalam hal ini ditinjau dari bergantung pada kesesuaian rencana yang dibuat
persebaran dan kondisi fisis-geografis yang tercakup dengan kondisi dan potensi peserta didik (minat,
dalam disiplin Geografi. Secara sosiologis, Kegiatan bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Untuk menyu-
ekonomi penduduk dapat mempengaruhi interaksi sun perencanaan pembelajaran terpadu perlu
sosial di masyarakat atau sebaliknya. Secara historis dilakukan langkah-langkah: a) Pemetaan Kompetensi
dari waktu ke waktu kegiatan ekonomi p enduduk Dasar; b) Penentuan Topik/tema; c) Penjabaran
selalu mengalami perubahan. Selanjutnya, penguasa- (perumusan) Kompetensi Dasar ke dalam indikator
an konsep tentang jenis-jenis kegiatan ekonomi sesuai topik/tema; d) Pengembangan Silabus; dan
sampai pada taraf mampu akan menumbuhkan e) Penyusunan Desain/Rencana Pelaksanaan
kreativitas dan kemandirian dalam melakukan Pembelajaran.
tindakan ekonomi dapat dikembangkan melalui
kompetensi yang berkaitan dengan ekonomi. Pembelajaran IPS Setengah Terpadu
Pembelajaran IPS Setengah Terpadu dimaksudkan
Model Integrasi Berdasarkan Potensi Utama bahwa seorang guru IPS, seperti Sejarah hanya
Keterpaduan IPS dapat dikembangkan melalui topik mengajarkan dua atau tiga materi IPS. Contoh, guru
yang didasarkan pada potensi utama yang ada di Sejarah juga mengajar materi Ekonomi, Geografi
wilayah setempat. Sebagai contoh, “Potensi Bali atau Sosiologi. Ada juga guru Ekonomi mengajarkan
Sebagai Daerah Tujuan Wisata”. Dalam pembelajaran Sejarah dan Geografi-Sosiologi. Jadi seorang guru
yang dikembangkan dalam Kebudayaan Bali dikaji dan Sejarah tidak mengajar semua materi IPS atau guru
ditinjau dari faktor alam, historis kronologis dan Geografi tidak mengajar semua materi IPS seperti
kausalitas, serta perilaku masyarakat terhadap dalam IPS Terpadu secara penuh.
aturan. Melalui kajian potensi utama yang terdapat Penerapan pembelajaran IPS Setengah Terpadu
di daerahnya, peserta didik selain dapat memahami ini didasarkan atas pertimbangan bahwa tidak semua
kondisi daerahnya juga sekaligus memahami guru IPS mau dan mampu mengajarkan materi IPS
Kompetensi Dasar yang terdapat pada beberapa yang lain. Untuk guru sejarah sebagian besar merasa
disiplin yang tergabung dalam IPS. Di Surakarta, kesulitan untuk mengajarkan materi Geografi
misalnya “Potensi Surakarta sebagai Daerah Tujuan terutama terkait dengan garis lintang, bujur, maupun
Wisata” dalam hitungannya. Akibatnya, guru Sejarah lebih
memilih mengajar materi Ekonomi atau Sosiologi.
Model Integrasi Berdasarkan Permasalahan Sebaliknya, guru Ekonomi merasa kesulitan untuk
Model pembelajaran terpadu pada IPS yang lainnya mengajarkan Sejarah, maka lebih senang mengajar
adalah berdasarkan permasalahan yang ada, materi Geografi dan Sosiologi. Dengan demikian,
contohnya “Tenaga Kerja Indonesia”. Pada pembe- penerapannya di setiap sekolah juga berbeda,
lajaran terpadu, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ditinjau tergantung keberadaan guru IPS tersebut.

152
Leo Agung S., Implementasi Model Pembelajaran IPS Terpadu (Suatu Studi Evaluatif di SMP Kota Surakarta)

Pembelajaran IPS Tidak Terpadu Pertama, kurang dalam penguasaan atau


Da lam impl ementasi nya , pe mbel ajar an I PS pemahaman terhadap materi di luar bidang studinya,
dilaksanakan secara tidak terpadu, baik dari aspek seperti guru Sejarah kurang menguasai Ekonomi,
guru, materi, maupun alokasi waktu atau jam Geografi, dan Sosiologi, sebab memang bukan bidang
pelajaran. Pembelajarannya masih menggunakan keahliannnya. Demikian juga guru IPS yang lain.
model lama, dengan mengacu pada kurikulum lama Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Zet dari SMP
atau kurikulum sebelumnya. M Kota Surakarta, ”Di sini tidak jalan untuk IPS
Seorang guru Sejarah hanya mengajar materi Terpadu. Sulit, karena guru-gurunya merupakan guru
Sejarah, seorang guru Ekonomi hanya mengajar mata pelajaran Sejarah, Ekonomi, Geografi. Jadi
materi Ekonomi, demikian juga seorang guru kalau disuruh mengajar IPS Terpadu mengalami
Geografi hanya mengajar Geografi, kemudian hambatan, kurang menguasai materi IPS yang lain”
dimasukkan juga Sosiologi. Alokasi waktunya 2 jam tandasnya.
untuk setiap materi pelajaran (bidang studi). Dengan Kedua, ketidaktahuan atau kekurangpahaman
demikian, masih ada guru Sejarah, guru Ekonomi tentang model-model pembelajaran IPS Terpadu,
dan guru Geografi. Seperti yang diungkapkan Bapak sehingga mengalami kesulitan dalam penerapannya.
Ido dari SMP K Kota Surakarta, “Untuk IPS sekolah Dalam hal ini memang ada guru yang belum
sini masih mengacu pada guru mata pelajaran, seperti mengikuti sertifikasi, sehingga untuk model-model
saya guru Sejarah, saya hanya mengajar Sejarah pembelajaran inovatif belum banyak dipahami.
saja”, paparnya. “Memang dulu pernah dicobakan Seperti yang diungkapkan ibu Titi dari SMP N Kota
untuk IPS terpadu, namun mengalami kesulitan, Surakarta, “Untuk model-model pembelajaran
sebab seperti saya guru Sejarah harus mengajar, inovatif saya menyadari bahwa belum banyak materi
materi yang lain, seperti Geografi, Sosiologi dan yang saya pahami, sehingga agak kesulitan untuk
Ekonomi ya berat, saya harus belajar lagi sebab itu menerapkannnya”, tuturnya.
bukan bidang saya, sehingga kembali ke guru mata Ketiga, sikap skeptis atau pesimistis dari guru
pelajaran”, imbuhnya. IPS terhadap keberhasilan pelaksanaan pembelajaran
Senada dengan yang diungkapkan Bapak Ido, IPS Terpadu berdasarkan KTSP yang dinilai terlalu
Bapak Zet dari SMP M Kota Surakarta, juga meng- rumit dan sulit dilaksanakan. Hal ini seperti yang
ungkapkan “Di sini tidak jalan untuk IPS Terpadu. Sulit, diungkapkan Ibu Lila dari SMP X Kota Surakarta,
karena guru-gurunya merupakan guru mata pelajaran “Saya sebentar lagi mau pensiun, yang kreatif dan
Sejarah, Ekonomi, Geografi. Jadi kalau disuruh inovatif biar yang muda-muda saja, kalau diminta
mengajar IPS Terpadu mengalami hambatan”, banyak membaca sudah banyak yang tidak nyangkol”
tururnya. Hal ini diperkuat oleh Ibu Lara dari SMP K tuturnya.
Kota Surakarta, “Untuk SMP ini tidak jalan karena Keempat, kurangnya dukungan dari guru IPS
sepeti saya dari Ekonomi, sulit kalau disuruh yang lain untuk melaksanakan pembelajaran IPS
mengajar Sejarah, Geografi dan Sosiologi. Jadi saya Terpadu sesuai dengan konsep pembelajaran dalam
mengajar sesuai bidang studi, sehingga tetap ada KTSP. Hal ini terkait dengan sikap skeptis atau
guru Sejarah, guru Ekonomi, dan guru Geografi“, pesimistis dari guru-guru IPS tersebut tentang
tandasnya. keberhasilan pelaksanaan pembelajaran IPS Terpadu.
Kelima, di sekolah-sekolah swasta atau negeri
Hambatan-Hambatan dalam Pembelajaran dengan kondisi keuangan sekolah dan kondisi sosial
IPS Terpadu ekonomi siswa yang terbatas berdampak pada
Diberlakukannya KTSP telah menimbulkan implikasi keterbatasan sumber belajar dari buku-buku sumber,
yang sangat luas dalam pelaksanaan pembelajaran, terutama buku paket/buku teks, sehingga siswa
khususnya pembelajaran IPS yang memuat materi hanya mengandalkan Lembar Kerja Siswa (LKS).
Sejarah, Ekonomi, Geografi, dan Sosiologi. Dengan Sekolah mempunyai keterbatasan dalam menyedia-
adanya KTSP hanya akan dikenal mata pelajaran IPS kan buku paket, sedangkan siswa tidak mampu
dan guru IPS. membelinya. Akibatnya guru mengalami kendala
Secara spesifik hambatan yang dihadapi guru IPS dalam mengembangkan materi ajar, dan strategi
dalam pembelajaran IPS Terpadu yaitu sebagai pembelajaran yang sesuai dan tepat bagi siswa untuk
berikut. mencapai kompetensi yang diharapkan.

153
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 2, Juni 2012

Upaya Peningkatan Kompetensi Profesional Menyinggung integrasi Pendidikan Karakter


Guru IPS dalam pembelajaran IPS seperti yang dicanangkan
Dalam menghadapi pembelajaran IPS Terpadu Wali Kota Surakarta Joko Widodo, melalui SK
berdasarkan KTSP, seorang guru IPS misalnya Walikota No.421/2.421 tentang Pendidikan Karakter
Sejarah dituntut untuk meningkatkan kompetensi peserta didik di sekolah mulai dari SD, SMP, SMA dan
profesionalnya terutama dalam penguasaan materi SMK serta yang sederajat wajib memperkenalkan
Ekonomi, Geografi dan Sosiologi, di samping materi dan mengimplementasikan pendidikan Karakter mulai
Sejarah sendiri. Adapun upaya yang dilakukan oleh tahun pelajaran 2011/2012 (Solo Pos, 19 Juli 2011).
gur u IPS untuk meni ngka tkan kom pete nsi Kemudian, tahap selanjutnya diimplemetasi dalam
profesi onal nya anta ra la in sebag ai b erik ut: Silabus dan RPP.
1) membaca buku-buku referensi tentang Ekonomi,
Geografi dan Sosiologi bagi guru Sejarah, baik untuk Simpulan dan Saran
meningkatkan pemahaman materi tersebut maupun Simpulan
terkait dengan kekurangpahaman terhadap materi Atas dasar temuan penelitian dapat disimpulkan
tertentu yang akan diajarkan. Demikian juga untuk sebagai berikut: 1) dalam implementasinya,
guru IPS yang lain, seperti guru Ekonomi dan guru pembelajaran IPS di SMP masih terdapat banyak
Geografi; 2) mengikuti pelatihan, sosialisasi, perbedaan. Ada yang melaksanakan pembelajaran
workshop , seminar, semiloka maupun kegiatan ilmiah IPS Terpadu secara penuh. Setengah Terpadu, dan
lainnnya yang terkait dengan KTSP dan pembelajaran tidak melaksanakan pembelajaran IPS Terpadu, baik
IPS Terpadu; 3) sharing/bertukar pikiran atau, secara penuh maupun setengah terpadu; 2) hambat-
pengalaman tentang pelaksanaan pembelajaran IPS an yang dihadapi guru IPS dalam pembelajaran IPS
Terpadu dengan guru sejarah atau IPS lainnya, baik Terpadu, antara lain: a) kurang pemahaman/
dalam satu sekolah maupun dengan guru sekolah
penguasaan terhadap materi di luar bidangnya;
lain, baik itu formal maupun nonformal (kebetulan
b) ketidaktahuan atau ketidakpahaman model-model
ketemu dan ada kesempatan untuk bertukar pikiran);
pembelajaran IPS Terpadu; c) kesulitan dalam
dan 4) tidak jenuh dan tidak malu untuk selalu
menerapkan konsep pembelajaran IPS Terpadu; dan
bertanya kepada guru IPS lain yang memang
d) sikap skeptis/pesimistis dari guru IPS terhadap
mempunyai spesialisasi keahlian dari materi yang
keberhasilan pelaksanaan pembelajaran IPS Terpadu.
ditanyakan.
Upaya yang dilakukan guru IPS dalam meningkatkan
kompetensi profesionalnya, antara lain: (1) bertanya
Pelaksanaan Evaluasi dan Pencanangan
kepada guru lain di luar bidang studinya; (2)
Integrasi Pendidikan Karakter
membaca buku-buku referensi tentang sejarah,
Menyinggung pelaksanaan evaluasi untuk mata
ekonomi, geografi dan sosiologi; (3) mengikuti
pelajaran IPS Terpadu, pada dasarnya guru-guru IPS
pelatihan, sosialisasi, workshop, seminar, semiloka
Kota Surakarta masih terfokus pada aspek kognitif;
dan kegiatan ilmiah lain terutama yang terkait dengan
sedangkan untuk aspek afektif atau pun spikomotorik
KTSP, dan Pembelajaran IPS Terpadu; dan (4)
sangat jarang disinggung. Terkait dengan aspek
sharing/bertukar pikiran tentang pengalaman
efektif beberapa guru IPS menyatakan itu sebenarnya
pelaksanaan pembelajaran IPS Terpadu dengan guru-
sudah terimplementasi dari sikap siswa ketika
menerima pelajaran, mengerjakan soal ataupun guru IPS lainnya, baik secara formal maupun
tugas rumah. Seperti yang diungkapkan bapak Budi nonformal.
dari SMP Y Kota Surakarta yang aktif dalam kegiatan
MGM IPS “bagi siswa yang memiliki sikap yang baik, Saran
kalau ada tugas pekerjaan rumah (PR) pasti dia Terkait dengan kesimpulan dan implikasi di atas,
mengerjakan dengan baik dan mengumpulkan tugas disarankan sebagai berikut: 1) perlu adanya forum
tersebut tepat pada waktunya. Dengan demikian, diskusi dari berbagai pihak, khususnya pihak sekolah
untuk penilaian secara khusus seperti menggunakan dan guru IPS SMP/MTs untuk mengatasi berbagai
Rublik ataupun dengan skala Likert selama ini kendala/hambatan dalam implementasi pembelajaran
sepengatahuan saya belum banyak dilakukan oleh IPS Terpadu; 2) bagi Pemerintah Kota Surakarta,
guru-guru IPS Kota Surakarta” tandasnya. khususnya Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga

154
Leo Agung S., Implementasi Model Pembelajaran IPS Terpadu (Suatu Studi Evaluatif di SMP Kota Surakarta)

(Dikpora), perlu adanya kebijakan yang tegas tentang dan MGMP perlu mengadakan kegiatan forum ilmiah
pembelajaran IPS Terpadu dan segera menin- seperti pelatihan, workshop, dan seminar terkait
daklanjuti dengan berbagai kegiatan, sehingga dengan upaya peningkatan kompetensi profesi-
pembelajaran IPS Terpadu di SMP/MTs Kota Surakarta onalisme guru-guru IPS SMP/MTs demi peningkatan
terwujud; 3) pihak pemerintah, yayasan, sekolah, kualitas pembelajaran IPS Terpadu.

Pustaka Acuan
Anonim. 2011. Pendidikan Karakter Dicanangkan, Siswa Harus SMK. Solo Pos. Surakarta, 19 Juli 2011.
Bachri, Saiful. 2010. Pengelolaan Materi Sejarah dalam Pembelajaran IPS Terpadu di SMP/MTs. CANDI.
Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah. Vol.1 Tahun I/No.1 Februari 2010.
Beane, J.A. 1995. Curriculum Integrated: Designing the Core of Democratic Education. New York: Teachers
College, Colombia University.
BSNP. 2006. Standar Isi. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1996. http://www.puskur.net/inc/ mdl/06_Model_IPS Trpd.pdf.
diunduh, 21 Januari 2010.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Model Pembelajaran IPS Terpadu SMP/MTs/SMPLB. Jakarta: Pusat
Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. http://www.puskur.net/inc/mdl06_Model_IPS Trpd.pdf. diunduh,
21 Januari 2010.
Hasan, Hamid. 1996. Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta. Depdikbud: Dirjen Dikti.
Hidayatullah, Furqon. 2007. Mengantar Calon Pendidik Berkarakter di Masa Depan. Surakarta: Sebelas
Maret University Press.
http://xpresiriau.com/info-berita/model-pembelajaran-ips-terpadu/diunduh 10 Oktober 2010
Kepmendiknas Nomor 045/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi
Miles, M.B dan Huberman, A.M. 1984. Qualitative Data Analysis. Baverly Hills: Sage Publications.
Moleong, Y.L. 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Patton, M.Q. 1980. Qualitative Evaluation Methods. Baverly Hill: Sage Publications.
Pelu, Musa. 2009. Kompetensi Profesionalisme Guru Sejarah dalam Menghadapi Pembelajaran IPS Terpadu
Berdasarkan KTSP. MIIPS Majalah Ilmiah Ilmu Pengetahuan Sosial. Vol.8 No.1 Maret 2009.
Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah.
Permendiknas Nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Sapriya. 2009. Pendidikan IPS, Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remadja Rosdakarya.
Sarimaya, Farida. 2008. Sertifikasi Guru. Bandung: Yrama Widya.
Sutopo, H.B. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Tilaar M.,H.A.R. 2002. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Usman, Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional. Cetakan ke-14. Bandung: PT Remaja Rosdakarta.
Yin, R.K. 1987. Case Study Research. London: -New Delhi: Sage Publication.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

155

Das könnte Ihnen auch gefallen