Sie sind auf Seite 1von 22

DISKUSI DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

ASAM URAT (ARTRHITIS GOUT)

Disusun Oleh:

Destya Adeline Prasetya J210174012

Annisa Fais Pradevi J210174033

Ahda Hanif Fauzi J210174048

Lisa Novia Safitri J210174051

Hanif Ardhani Wisnumurti J210174155

Lutfiah Izza Nur Fatihah J210174158

Fadlilla Rachmaudina Qudsanti J210174190

ILMU KEPERAWATAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019
LAMPIRAN I

Susunan Anggota:

1. Ketua : Hanif Ardhani Wisnumurti J210174155


2. Sekretaris : Ahda Hanif Fauzi J210174048
3. Anggota : Destya Adeline Prasetya J210174012

Annisa Fais Pradevi J210174033

Lisa Novia Safitri J210174051

Lutfiah Izza Nur Fatihah J210174158

Fadlilla Rachmaudina Qudsanti J210174190

LAMPIRAN II

1. Case
Mrs. Brown came to the clinic at Moewardi Hospital and said that the pain in
her ankles and toes was when she was to tread her feet. Mrs. Brown did not know what
to do about her disease. TD; 130/100 mmHg, Nadi; 80x / minute, RR; 19x / minute,
temperature; 37ºC. P = pain in the ankle and toes, Q = prickling (throbbing pain), R =
long (disappearing arise), S = scale 7, T = morning after waking up. Mrs. Brown said
that if the uric acid recurred, his feet could not be moved and the swelling of Mrs.
Brown said that if the uric acid recurred he could not do any activities. The client's
ankles and soles appear red and slightly swollen. Slippery and cold tiles are made of
slate and cold housing. Conventional (X-Ray) photographs found soft tissue swelling
with calcifications (tophus) shaped like a hat especially around the joints of the big toe.
Uric acid 8 mg / dl. Mrs. B received Colchines (oral / iv) therapy, Nostreoid, anti-
inflammatory drugs (NSAIDs), Allopurinol, and Uricosuric.
2. Identification Word
 Apa yang dimaksud dengan Tophus? (Ahda)
3. Question:
a. Apa hubungan tinggi asam urat dengan kaki yang sakit? (Destya)
b. Kenapa pergelangan dan telapak kaki memerah dan membengkak? (Devi)
c. Apakah lingkungan mempengaruhi tinggi asam urat? (Ubin licin dan dingin)
(Hanif)
d. Indikasi obat yang diberikan? (Devi)
e. Apakah asam urat itu? (Lisa)
f. Kenapa kaki tidak dapat digerakkan dan bengkak hanya di pagi hari/ saat bangun
tidur? (Hanif)
g. Berapa dosis obat yang diberikan dan jalur pemberian obat? (Dilla)
h. Apa penyebab tophus berbentuk topi disekitar jempol kaki? (Destya)
i. Kenapa nyerinya hilang timbul? (Hanif)
j. Apakah ada hubungan antara Hypertensi dengan kadar asam urat? (Dilla)
k. Bagaimana pathway Asam Urat? (Lutfi)
l. Apa etiologi Asam Urat? (Dilla)
m. Kenapa nyerinya menjalar? (Ahda)
LAMPIRAN III

1. Pengertian Asam Urat (Lisa)


Penyakit asam urat atau yang biasa disebut Gout adalah penyakit yang terjadi
diakibatkan karena penumpukan asam urat/kristal asam urat pada jaringan sendi akibat
dari gangguan metabolisme purin dalam tubuh sehingga membuat kadar asam urat
dalam darah meningkat dan lebih dari normal atau bisa disebut dengan hiperurisemia
(Wijayanti, 2017).
Purin itu sendiri adalah turunan dari protein yang terkandung di dalam tubuh.
Purin juga didapatkan dari makanan yang kita konsumsi. Purin dimetabolisme oleh
tubuh menjadi asam urat oleh enzim adenosine diaminase. Selanjutnya asam urat akan
dimetabolisme lagi menjadi allatoin yang larut air oleh enzim uricase. Namun pada
manusia enzim ini sangat sedikit sehingga hasil akhir dari purin adalah asam urat. Bila
kadar asam urat semakin tinggi dan melewati kadar normal, maka asam urat lambat
laun akan mengendap dan mengkristal (Farida dan Arfian, 2015). Pengendapan ini
menyebabkan sendi mengalami peradangan yang ditandai dengan tanda dan gejala
seperti nyeri, bengkak, dan kemerahan pada persendian (Millin, Sushila, and Neeraj
2013).
Tingginya kadar asam urat dalam darah dipicu oleh meningkatnya asupan
makanan kaya purin dan kurangnya intake cairan sehingga proses pembuangannya
melalui ginjal menurun. Gout dapat mengganggu kenyamanan bagi penderitanya
termasuk pada lansia dalam kemandiriannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
akibat nyeri sendi, selain itu juga dapat menyebabkan resiko komplikasi yang tinggi
seperti urolithiasis, nefropati asam urat.Sehingga perlu adanya upaya-upaya baik itu
bersifat perawatan, pengobatan, pola hidup sehat maupun upaya-upaya lainnya.
(Fatimah,2017)
Arthritis gout merupakan penyakit akibat gangguan metabolisme purin yang
ditandai dengan hiperurusemia dan serangan sinovitis akut yang berulang-ulang.
Kelainan ini berkaitan dengan penimbunan Kristal urat monohidrat monosodium dan
pada tahap yang lebih lanjut terjadi degenerasi tulang rawan sendi. Di Indonesia,
arthritis gout menempati urutan ke-2 setelah penyakit rematik osteoarthritis (Millin,
Sushila, and Neeraj 2013).
Arthritis gout adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan penumpukan
asam urat yang nyeri pada tulang sendi. Arthritis gout merupakan kelompok keadaan
heterogenous yang berhubungan dengan defek genetik pada metabolisme purin. Jadi
gout merupakan suatu penyakit metabolik dimana tubuh tidak mampu mengontrol asam
urat sehingga terjadi penumpukan kadar asam urat yang selanjutnya menyebabkan rasa
nyeri pada tulang dan sendi. (Fatimah,2017)
Lokasi yang paling sering terjadi pada serangan pertama adalah sendi pangkal
ibu jari kaki. Hampir pada semua kasus. Lokasi gout terutama pada sendi perifer dan
jarang pada sendi sentral (Karundeng, dkk. 2015)

Tanda-tanda seseorang menderita gout yaitu sebagai berikut:

1) Adanya kristal-kristal asam urat berbentuk jarum yang cenderung mengumpul pada
sendi
2) Timbul tofus (endapan seperti kapur di kulit yang membentuk suatu tonjolan atau
benjolan) yang menandai pengendapan kristal asam urat. Tofus timbul pada daun
telinga, siku, tumit belakang dan punggung tangan
3) Biasanya gout mengenai sendi ibu jari, tetapi bisa juga pada tumit, pergelangan kaki
atau tangan, dan muncul sebagai serangan kambuhan
4) Kesemutan dan pegal linu
5) Sendi-sendi yang terserang tampak merah, bengkak, mengkilat, kulit di atasnya
terasa panas disertai nyeri yang sangat hebat dan persendian sulit digerakkan

Gout muncul sebagai serangan peradangan sendi yang timbul berulang-ulang.


Gejala khas dari serangan gout adalah serangan akut biasanya bersifat monoartikular
(menyerang sendi saja) dengan gejala:

1) Pembengkakan & Kemerahan (Devi)


Asam Urat yang meningkat pada tubuh seseorang dan ekskresi asam urat
melalui ginjal dalam bentuk urine menurun dapat menyebabkan terjadinya
Hiperurisemia(Peningkatan kadar asam urat dalam darah). Asam urat yang
terakumulasi dalam jumlah besar di dalam darah akan memicu terbentuknya
kristal berbentuk jarum. Kristal-kristal ini biasanya terkonsentrasi atau
menyerang pada sendi, sehingga menyebabkan terjadinya pembengkakan dan
kemerahan.
2) Nyeri
a. Menjalar (Ahda)
Sebenarnya asam urat merupakan senyawa alami yang di produksi oleh
tubuh. Selama kadarnya normal tidak akan mengalami masalah. Jika jumlah
kadar asam urat terlalu banyak tidak dapat diolah oleh tubuh akibatnya zat
tersebut akan membentuk kristal di sekitar sendi dan menyebabkan peradangan.
Pada tingkat lebih lanjut akan membentuk thopi di sendi jempol kaki.
Mulanya akan dirasakan nyeri pada salah satu sendi karena kristal asam
urat menempel pada setiap sendi, maka bebarapa sendi lain akan merasakan
myeri juga, antara lain sendi pergelangan kaki, lutut, tumit, jemari tangan, siku
dan tubuh lainnya.
b. Hilang Timbul (Hanif)
Pada tahap Gout akut gejalanya muncul tiba - tiba dan biasanya
menyerang satu atau beberapa persendian. Sakit yang di rasakan penderita
sering di mulai di malam hari, dan rasanya berdenyut-denyut atau nyeri seperti
di tusuk jarum. Persendian yang terserang meradang, merah, terasa panas dan
bengkak. Rasa sakit pada persendian tersebut mungkin dapat berkurang dalam
beberapa hari, tapi bisa muncul kembali pada interval yang tidak menentu.
3) Panas dan gangguan gerak dari sendi yang terserang yang terjadi mendadak (akut)
yang mencapai puncaknya kurang dari 24 jam
4) Hiperurisemia: Keadaan hiperurisemia tidak selalu identik dengan gout akut,
artinya tidak selalu gout akut disertai dengan peningkatan kadar asam urat darah.
Banyak orang dengan peninggian asam urat namun tidak pernah menderita
serangan artritis gout ataupun terdapat trofi
5) Tophus
a. Pengertian (Ahda)
Dalam fase hiperurisemia kronik, dapat timbul tofus (tophus), adalah
suatu endapan seperti kapur pada kulit yang membentuk tonjolan yang
menandai pengendapan kristal asam urat (Wijayakusuma, 2006). Pada fase ini
intensitas serangan lebih rendah, walaupun demikian jarang terjadi bebas secara
sempurna. Umumnya ditemukan penyimpanan asam urat pada rumah siput
telinga, tangan dan kaki (yang biasa di sebut thopus).
b. Penyebab Tophus mirip topi (Destya)
Gout arthritis ini sering menyerang sendi-sendi, biasanya sendi yang
sering terserang adalah sendi pada ibu jari kaki. Apabila seseorang terserang
gout arthritis maka sendi yang dikeluhkan bila gerakkan akan terasa sangat
nyeri. Pada gout arthritis yang tidak ditangani dengan segera akan terbentuk
tofus dan lama-kelamaan akan terbentuk tofi. Tofi ini berbentuk benjolan pada
sendi dan apabila ditekan terasa keras.
Fase arthritis gout kronik yang ditandai dengan munculnya tofus
(deposit monosodium urat pada beberapa sendi namun tanpa tanda radang).
Tofus ini dapat pecah sendiri dan sering menimbulkan infeksi sekunder. Pada
fase ini sering terjadi kerusakan sendi, gangguan fungsi ginjal dan gangguan
kardiovaskuler.

2. Etiologi (Dilla)
Etiologi asam urat/ arthritis gout
Faktor penyebab dari asam urat yaitu:
a. Gender/keturunan
b. Obesitas/kegemukan
c. Konsumsi makanan tinggi protein, purin dan makanantinggi kafein serta alcohol
d. Gangguan pengeluaran asam urat di ginjal dan stress
Pada penyakit gout primer, 99 persen penyebabnya belum diketahui (idiopatik).
Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetic dan faktor hormonal yang
menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya
produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam
urat dari tubuh. Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya
produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan kadar purin
yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organic yang menyusun asam nukleat
(asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok asam amino, unsur pembentuk
protein.
Produksi asam urat meningkat juga bisa karena penyakit darah (penyakit sumsum
tulang, polisitemia), obat-obatan (alkohol, obat-obat kanker, vitamin B12). Penyebab
lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis), kadar trigliserida yang
tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat
kadar benda-benda keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-
benda keton yang meninggi akan menyebabkan asam urat juga ikut meninggi.
Pria memiliki tingkat serum asam urat lebih tinggi dari pada wanita, yang
meningkatkan resiko mereka terserang artritis gout. Perkembangan penyakit artritis
gout sebelum usia 30 tahun lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita. Namun
angka kejadian artritis gout menjadi sama antara kedua jenis kelamin setelah usia 60
tahun. Prevalensi artritis gout pada pria meningkat dengan bertambahnya usia dan
mencapai puncak antara usia 75 dan 84 tahun. Wanita mengalami peningkatan resiko
artritis gout setelah menopause, kemudian resiko mulai meningkat pada usia 45 tahun
dengan penurunan level estrogen karena estrogen memiliki efek urikosurik, hal ini
menyebabkan artritis gout jarang pada wanita muda.

3. Patofisiologi (Lutfi)
1) Presipitasi kristal monosodium urat, dapat terjadi di jaringan jika konsentrasi dalam
plasma lebih dari 9 mg/dl.
2) Respon leukosit polimorfonuklear (PMN) dan selanjutnya akan terjadi fagositosis
kristal oleh leukosit.
3) Fagositosis, terbentuk fagolisosom dan akhirnya membran vakuol disekeliling
kristal bersatu dengan membran leukositik lisosom.
4) Kerusakan lisosom, terjadi robekan membram lisosom dan pelepasan enzim dan
oksida radikal ke dalam sitoplasma.
5) Kerusakan sel, terjadi respon inflamasi dan kerusakan jaringan.
Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh, karena pada setiap metabolisme
normal dihasilkan asam urat. Normalnya, asam urat ini akan dikeluarkan dari dalam
tubuh melalui feses (kotoran) dan urin, tetapi karena ginjal tidak mampu mengeluarkan
asam urat yang ada menyebabkan kadarnya meningkat dalam tubuh. Hal lain yang
dapat meningkatkan kadar asam urat adalah kita terlalu banyak mengkonsumsi bahan
makanan yang mengandung banyak purin. Asam urat yang berlebih selanjutnya akan
terkumpul pada persendian sehingga menyebabkan rasa nyeri atau bengkak.
4. Pathway Arthritis Gout / Asam Urat. (Lutfi)

5. Pengaruh Lingkungan (dingin) terhadap Asam Urat (Hanif)


Lingkungan tidak berpengaruh besar terhadap tingginya asam urat, tetapi
lingkungan yang dingin cenderung mengakibatkan nyeri akibat asam urat. Ini di
karenakan, asam urat cenderung akan mengkristal pada suhu dingin (Utami, 2003).
Berikut ini penjelasan dari dr. Reza Fahlevi: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
perubahan cuaca memang dapat menyebabkan rasa nyeri pada orang-orang dengan
riwayat nyeri sendi. Tiga komponen cuaca yang paling berhubungan dengan
peningkatan nyeri sendi adalah tekanan udara, kelembapan dan suhu udara. Semakin
rendah tekanan dan kelembapan udara, maka kemungkinan munculnya rasa nyeri pada
orang dengan penyakit radang sendi semakin besar.
Walaupun penelitian telah membuktikan bahwa perubahan cuaca dapat
mencetuskan rasa nyeri, namun hingga kini belum ada penjelasan pasti mengapa
fenomena ini terjadi. Terdapat satu hipotesis yang paling kuat yang mengatakan bahwa
perubahan kondisi atmosfer seperti penurunan tekanan udara dan penurunan suhu udara
dapat menyebabkan pembengkakan pada kapsul sendi. Inilah yang diduga
menyebabkan rasa nyeri pada sendi saat perubahan cuaca terjadi.
6. Kaki Kaku dan Bengkak pada Pagi Hari (Hanif)
Umumnya, gout ini menyerang lutut, tumit dan jempol kaki. Sendi yang
terserang tampak bengkak, merah, panas, nyeri di kulit, sakit kepala, dan tidak nafsu
makan. Penyebabnya adalah naiknya kadar asam urat dalam darah (Hariana, 2005).
Seperti yang diungkapkan oleh Misnadiarly (2007), bahwa tanda dan gejala asam urat
yang sering dialami berupa rasa nyeri di persendian yang terjadi secara mendadak.
Umumnya, terjadi pada malam hari atau menjelang pagi hari. Gejala lain yang muncul
di antaranya kemerahan dan pembengkakan di bagian yang diserang, demam,
kedinginan, dan detak jantung cepat.
7. Hubungan Antara Tingginya Kadar Asam Urat dengan Kaki yang Nyeri
(Destya)
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka
asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam – garam urat yang
berakumulasi atau menumuk di jaringan konectif diseluruh tubuh, penumpukan ini
disebut tofi. Adanya Kristal memicu respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan
lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi juga menyebabkan inflamasi.
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya yang
telah diketahui peranannya adalah konsentrasi asam urat dalam darah. Mekanisme
serangan gout akan berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan, sebagai
berikut:
a. Presipitasi Kristal monosodium urat. Dapat terjadi dalam jaringan bila konsentrasi
dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Prseipitasi ini terjadi di rawan, sonovium,
janringan para – artikuler misalnya bursa, tendon dan selaputnya. Kristal urat
yang bermuatan negatif akan dibungkus (coate) oleh berbagai macam protein.
Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap
pembentukan Kristal.
b. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN). Pembentukan Kristal menghasilkan
faktor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan
terjadi fagositosis Kristal oleh leukosit.

8. Hubungan Hipertensi dengan Asam Urat (Lutfi)


Sebuah penelitian yang menggunakan desain penelitian observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan di bagian rekam medik poliklinik
penyakit dalam RSUD Sukoharjo. Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan
purposive sampling dan telah lolos kriteria restriksi. Sampel yang diambil adalah
populasi laki-laki dengan umur lebih dari 18 tahun yang di diagnosis hipertensi dan
bukan hipertensi. Sampel merupakan pasien yang tidak di diagnosis sebagai pasien
penyakit ginjal kronik stadium III-V, pasien glomerulus kronik dan pasien
hipotiroidisme serta hipertiroidisme. Jumlah sampel yaitu 26 sampel hipertensi dan 26
sampel bukan hipertensi yang selanjutnya diambil data hasil laboratorium kadar asam
urat darah dengan waktu yang sama dengan pengukuran tekanan darah atau waktu
yang paling dekat.
Analisis data menggunakan uji SPSS lambda sebagai uji korelasi dua variabel
nominal. Penelitian dilakukan di bagian rekam medik RSUD Sukoharjo pada bulan
Januari 2015. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu dari 52 sampel, 26 sampel
hipertensi positif memiliki kadar asam urat yang tinggi. Hal tersebut membuktikan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara peningkatan kadar asam urat darah
dengan kejadian hipertensi (r=0,932 p<0,1)

9. Farmakologi
a. Dosis Pemberian Obat (Dilla)
1) Colchicine oral
Pemakaian awal untuk asam urat dengan dosis sebanyak 1,2 mg diminum pada
tanda awal gejala kambuh, kemudian diikuti oleh 0,6 mg satu jam kemudian. Dosis
maksimum hanya boleh dikonsumsi sebanyak 1,8 mg per oral selama satu jam
 Obat berinteraksi dengan CYP450 3A4 inhibitor kuat: 0,6 mg secara oral diikuti
oleh 0,3 mg satu jam kemudian. Dosis tidak boleh diulang lebih dari 3 hari.
 Obat berinteraksi dengan CYP450 3A4 inhibitor moderat: 1,2 mg oral untuk
satu dosis saja. Dosis tidak boleh diulang lebih dari 3 hari.
 Obat berinteraksi dengan P-glikoprotein inhibitor:
0,6 mg oral untuk satu dosis saja. Dosis tidak boleh diulang lebih dari 3 hari.

2) Obat anti inflamasi non steroid (OAINS)


Pada arthritis gout berperan untuk mengontrol peradangan dan mengurangi rasa
nyeri. OAINS ini adalah obat lini pertama untuk mengatasi arthritis gout akut.
OAINS yang biasa digunakan untuk mengatasi gout adalah:
 Indometasin 150-200mg/hari selama tiga hari dan dilanjutkan dengan 75-
100mg/hari untuk minggu selanjutnya apabila perlu
 Naproksen 2x500 mg diberikan selama 2-5 hari
 Celecoxib 2x200mg diberikan selama 2-5 hari [2,4]
3) Allopurinol
Dosis Dewasa Biasa untuk asam urat (Gout)
 Awal: 100 mg oral sekali sehari.
 Pemeliharaan: 200-300 mg (gout ringan) secara oral satu kali sehari, atau 400-
600 mg/hari (gout sedang-berat) dalam dosis terbagi.
4) Uricosuric
 Dosis awal: 250 mg oral setiap 12 jam selama 1 minggu.
 Perawatan: 500 mg oral setiap 12 jam.
 Dosis dapat ditingkatkan bulanan secara 500 mg bertahap hingga level serum
uric acid menjadi normal. Dosis harian maksimum tak boleh melebihi 2 gr.

b. Indikasi Obat (Devi)


1) Indikasi Colchines:
 Untuk mengatasi serangan Asam Urat yang tiba-tiba
 Mencegah nyeri pada perut, dada, atau sendi

Dosis:

 Saat terserang: dosis awal 1 Mg diteruskan 0,5 Mg setelah satu jam


 Untuk pencegahan: 0,5 Mg 2 kali sehari

Referensi: Artikel hellosehat.com

2) Indikasi Non Steroid:


 Mengatasi kondisi nyeri
 Mengurangi peradangan
 Menurunkan demam
 Mengobati arthitis

Klasifikasi:

-Salsilat

-Turunan Asam Propionat

-Turunan Asam Asetat

-Turunan Asam Enolat


Referensi: id.wikipedia.org/wiki/obat_antiinflamasi_nonsteroid

3) Indikasi Allopurinol:
 Menurunkan kadar asam urat di dalam darah

Dosis:

100-900 mg/hari (Untuk menurunkan kadar asam urat)

Referensi: Artikel Alodokter.com

4) Indikasi Uricosurik:
 Untuk meningkatkan eliminasi asam urat
 Untuk mengurangi pembentukan asam urat

Referensi: A.S Prihatini.2012.Jurnal Hiperusisemia


LAMPIRAN IV

Diagnosa 1: Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera fisik. (Hanif)

Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa (International Association for the study of Pain): awitan yang tiba-tiba atau
lambat dan intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi
dan berlangsung.

NOC: Kontrol Nyeri

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik berkurang dengan kriteria hasil:

1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik


nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

NIC:

1. Pain Management
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
b. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
c. Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan
d. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
e. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
f. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
g. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
h. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
2. Pemberian Obat Analgesik
a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
b. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih
dari satu
e. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
f. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
g. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
h. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
i. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala

Diangnosa 2: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri. (Ahda)

Definisi: Keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri dan terarah.

NOC:

 Joint Movement: Active


 Mobility level
 Transfer performance

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Hambatan
mobilitas berhubungan dengan nyeri teratasi dengan kriteria hasil:

1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik


2. Mengerti tujuan dan peningkatan mobilitas
3. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah
NIC:
Exercise therapy: ambulation
1. Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan
2. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera
4. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi
5. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
6. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
7. Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs pasien.
8. Berikan alat bantu jika klien memerlukan.
9. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan.
Diagnosa 3: Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan Gejala terkait penyakit. (Destya)

Definisi: Merasa kurang senang, lega, dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual,
lingkungan, dan social.

NOC: Comfort, Readines for Enchanced

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien dapat
merasa nyaman dengan kriteria hasil:

1. Status lingkungan yang nyaman


2. Mengontrol nyeri
3. Kualitas tidur dan istirahat adekuat
4. Respon terhadap pengobatan
5. Control gejala
6. Status kenyamanan meningkat
7. Dapat mengontrol ketakutan

NIC:

1. Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)


a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
d. Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres
e. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
f. Identifikasi tingkat kecemasan
g. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
h. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
i. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
2. Environment Management Confort
3. Pain Management

Diagnosa 4: Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan Tidak mengetahui sumber-sumber


informasi. (Devi)

Definisi: Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan topic spesifik.

NOC: Kowlwdge: disease process


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pasien dapat
mengetahui proses terjadinya penyakit dengan kriteria hasil:

1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya

NIC:

Teaching: disease Process

1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang
spesifik
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
7. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi
di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
8. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
9. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

Diagnosa 5: Resiko Infeksi berhubungan dengan Kerusakan integritas kulit. (Lisa)

Definisi: Mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik

NOC: Risk control

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat
terbebas dari resiko infeksi dengan kriteria hasil:

1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi


2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
NIC:

1. Infection Control (Kontrol infeksi)


2. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
3. Batasi pengunjung bila perlu
4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah
berkunjung meninggalkan pasien
5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
8. Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
9. Monitor kerentangan terhadap infeksi
10. Berikan perawatan kulit pada area epidema
11. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
12. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
13. Ajarkan cara menghindari infeksi
14. Laporkan kecurigaan infeksi

Diagnosis 6: Gangguan citra tubuh berhubungan dengan cedera (tophus). (Lutfi)

Definisi: Konfusi dalam gambaran mental tentang diri-fisik individu

NOC:

 Body image
 Self esteem

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pasien dapat
menerima perubahan pada anggota tubuh yang menalami perubahan dengan kriteria hasil:

1. Body image positif


2. Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
3. Mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh
4. Mempertahankan interaksi social
NIC:

Body image enhancement:

1. Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya
2. Monitor frekuensi mengkritik dirinya
3. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit
4. Dorong klien mengungkapkan perasaannya
5. Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu
6. Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil

Diagnosa 7: Risiko cidera berhubungan dengan kerusakan integritas kulit. (Dilla)

Definisi: Beresiko mengalami cedera sebagai akibat kondisi lingkungan yang berinteraksi
dengan sumber adaptif dan sumber defensif individu.

NOC: Risk Control

Tujuan: Setelah dilakukan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak tejadi cidera pada
pasien dengan kriteria hasil:

1. Klien terbebas dari cedera


2. Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah injury/cedera
3. Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan/perilaku personal
4. Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury
5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
6. Mampu mengenali perubahan status kesehatan

NIC:

Environment Management (Manajemen lingkungan)

1. Sediakan Iingkungan yang aman untuk pasien


2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif
pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan)
4. Memasang side rail tempat tidur
5. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
6. Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien.
7. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
8. Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
9. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab penyakit.
Referensi

 Amalina Dianati, Nur. 2015. Gout and Hyperuricemia. J MAJORITY: Vol. 4 No. 3.
Faculty of Medicine, University of Lampung.
 Yankusuma S, Ditya. 2016. Pengaruh Rebusan Daun Salam Terhadap Penurunan
Kadar Asam Urat Di Desa Malanggaten Kec Amat An Keb Ak Kr Amat Kabupaten
Karanganyar. “KOSALA” JIK. Vol. 4 No. 1 Maret 2016.
 Sukarmin. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar Asam Urat
Dalam Darah Pasien Gout Di Desa Kedungwinong Sukolilo Pati. The 2nd
University Research Coloquium 2015. ISSN 2407-9189.
 Nur Rochma. 2015. Asuhan Keperawatan pada Keluarga Ny.B dengan Masalah
Utama Gout pada Ny.B di Desa Jagalan Pabelan Kartasura Sukoharjo [Naskah
Publikasi]. Surakarta (ID): Universitas Muhammadiyah Surakarta.
 Dinta Nisainda. 2018. Hubungan Kadar Serum Asam Urat terhadap Fungsi Ginjal
pada Pasien Batu Saluran Kemih di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
[Skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
 Allender, J.A., & Spradley, B.W. (2010).Community health nursing: Promoting and
protecting the public’s health (6th Ed). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
 Fitri Ayuning Dewi. (2014). Pola Makan Lansia Penderita Asam Urat Di Posyandu
Lansia Kelurahan Wonokromo Surabaya. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 7, No12,
Pebruari 2014., hal 69-74
 Ilkafah, (2017). Efektivitas Daun Sirsak Dalam Menurunkan Nilai Asam Urat Dan
Keluhan Nyeri Pada Penderita Gout Di Kelurahan Tamalanrea Makassar. Jurnal
Ilmiah Farmasi: Vol 06 No. 2 Mei 2017, 22-29
 Margowati S, Sigit P. (2017). Pengaruh Penggunaan Kompres Kayu Manis
(Cinnamomum Burmani) Terhadap Penurunan Nyeri Penderita Arthitis Gout. Urecol
Proceeding: 598-607
 Smart, Aqila. (2010). Rematik dan Asam Urat. Yogyakarta: A+ Plus Books
 Karundeng, dkk. (2015). Pengaruh Mengkonsumsi Rebusan Daun Sirsak Terhadap
Penurunan Nyeri Pada Penderita Gout di Wilayah Kerja Puskesmas Pineleng. Jakarta.
 Umami, helmina. 2015. Naskah publikasi “Hubungan Antara Peningkatan Kadar
Asam Urat Darah Dengan Kejadian Hipertensi Di Rsud Sukoharjo”.
 Herlambang, Ikhsan. 2013. Naskah publikasi “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.B
Dengan Masalah Utama Gout Artritis (Asam Urat) Pada Tn.B Di Jamur Rt 02 Rw Vii,
Trangsan, Di Wilayah Puskesmas Gatak, Sukoharjo”.
 Rahmawan, Nanang. 2018. Karya Tulis Ilmiah “Asuhan Keperawatan Keluarga Pada
Ny “A” Dengan Gout Artritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Polinggona”
 Farida, J., & Arfian, M. (2015). Hubungan Obesitas Dengan Kadar Asam Urat Darah
Di Dusun Pilanggadung Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan. Jurnal Surya, 2(9).
 Fatimah, Nurul. (2017). Efektifitas Senam Ergonomik Terhadap Penurunan Kadar
Asam Urat Pada Lanjut Usia Dengan Arthritis Gout. Skripsi. Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar
 Bulechek, M.G dkk. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC), 6th Indonesian
edition. Indonesia: Mocomedia.
 Moorhead Sue, dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th Indonesian
edition. Indonesia: Mocomedia.
 Nurarif, A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

 Herdman, T. &. (2014). NANDA International Nursing Diagnoses: Definition and


Clasification, 2015-2017 (10th ed.). Oxford: Wiley Blackwell.

 https://www.alomedika.com/penyakit/reumatologi/gout/patofisiologi
 http://azharirangkuty.blogspot.com/2016/08/gout-arthritis.html

Das könnte Ihnen auch gefallen