Sie sind auf Seite 1von 12

Volume 2, Nomor 1, April 2013 http://doi.org/10.

21009/JPPP

POLA PERILAKU DEWASA MUDA YANG KECENDERUNGAN


KECANDUAN SITUS JEJARING SOSIAL

Jayanti Maheswari* Lussy Dwiutami**

*Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta


**Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta

DOI: https://doi.org/10.21009/JPPP.021.08

Alamat Korespondensi:
jayanti_maheswari@yahoo.com

ABSTRACT
The purpose of this study is to provide a factual and comprehensive the behavior patterns of young adults who tend
addicted with social networking sites. The pattern of addictive behavior by six dimensions: salience, tolerance, mood
modification, relapse, withdrawal, and conflict proposed by Griffiths in Andreassen (2012). The study was conducted on
the social networking users, aged 18-25 years old, and live in Jakarta. The sampling technique used purposive sampling
method. This study used a qualitative research with mixed method approach which quantitative research is used to support
the qualitative data. The results of quantitative research shows that there are 7 people (18%) were in the category of
addictive tendencies high and as many as 32 people (82%) who are in the category of being addictive tendencies.
Tolerance behavior patterns that have increased the need for individuals to access social networking as behavior
experienced by almost all participants (97%). While behavioral conflicts (problems that arise from the behavior of
addiction) experienced by participants quantitative which has the lowest percentage at 64%. Qualitative research results
show participants have a positive third interpret social networks and all three have 6 components addictive behavior. The
positive impact is felt all three participants is increasing social capital and social and emotional sensitivity. Perceived
negative impacts are significant issues arose with the person, procrastination, poor time management, and less able to
control themselves against the use of social networking.

Keywords
addiction, social networking sites, young adult

1. Pendahuluan lain-lain merupakan media internet yang berbasis


pertemanan dan dapat menjalin relasi menurut
Fenomena tentang kecanduan telepon
aktivitas penggunanya.
genggam, video games, chatting, menonton
Masa dewasa muda adalah transisi dari masa
televisi, game online, internet, situs jejaring
remaja dan dewasa. Usia ini adalah masa
sosial, dan sebagainya telah menjadi perhatian
mengembangkan diri dengan menjalin relasi
banyak peneliti seiring dengan kemajuan
sosial yang lebih luas. Kebutuhan tersebut
teknologi yang berkembang pesat. Salah satu
bermanfaat untuk saling tukar informasi, berbagi
manfaat menggunakan teknologi yakni
pengalaman, ataupun melakukan kerja sama untuk
memudahkan seseorang dalam berkomunikasi.
urusan proyek atau rencana tertentu. Sesuai
Situs jejaring yang mudah, murah, dan hanya
dengan pendapat Arnett (2004), tentang emerging
membutuhkan hitungan menit pesan yang dikirim
adulthood yakni seseorang memutuskan untuk
dapat sampai ke akun teman yang dituju menjadi
mengembangkan hidupnya dengan jalur
solusi jarak dan waktu dalam berkomunikasi.
pendidikan formal maupun nonformal, bekerja,
Jejaring sosial tersebut antara lain Facebook,
dan terlibat dalam aktivitas sosial guna menjalin
Twitter, Path, Instagram, Foursquare, Tumblr, dan

51
Jayanti Maheswari Pola Perilaku Dewasa Muda yang Kecenderungan
Lussy Dwiutami Kecanduan Situs Jejaring Sosial

dan menata kehidupannya sebagai anggota Apabila seseorang sampai bergantung terhadap
kelompok masyarakat. situs jejaring sosial dan menjadi kecanduan, maka
Menurut Erikson (dalam Dariyo, 2003) usia akan menimbulkan dampak negatif dalam
dewasa muda berada dalam tahap intimacy yakni kehidupannya. Penggunaan situs jejaring sosial
individu berusaha mengembangkan diri dengan yang berlebihan dapat menghabiskan waktu
menjalin relasi sosial yang lebih luas dengan atau sehingga pekerjaan yang harus dikerjakan ter-
tidak melibatkan kontak seksual. Bila gagal dalam bengkalai. Pemakaian yang implusif bukan tidak
bentuk keintiman maka ia akan mengalami apa mungkin memunculkan masalah baru bagi
yang disebut isolasi yakni kesulitan menempatkan individu sehingga terkadang mengakibatkan
diri dalam menjalin relasi sosial, bahkan akan perilaku negatif seperti menunda pekerjaan,
merasa kesulitan pula dalam mempertahankan mengabaikan kegiatan atau tugas yang dilakukan,
relasi tersebut dalam jangka waktu lama karena penurunan produktivitas dalam bekerja dan
relasi yang terjalin biasanya bersifat dangkal, tak belajar, dan sebagainya. Hal tersebut sering
mendalam, atau tidak mengakar secara emosional. mengakibatkan stres, depresi, masalah inter-
Oleh karena itu dewasa muda memiliki personal, dan gangguan psikologis lain. Tetapi
dorongan untuk merasa terhubung dengan orang bukan berarti penggunaan jejaring sosial hanya
lain yakni dalam membina hubungan hangat, membawa dampak negatif. Penelitian yang
dekat, dan komunikatif. Penggunaan jejaring dilakukan oleh Rizanti (2011) mengungkap
sosial penting bagi seorang dewasa muda untuk dampak positif kecanduan situs jejaring sosial
memenuhi kebutuhan individual dan interper- bahwa semakin tinggi kecanduan situs jejaring
sonalnya. Selain memperluas networkingnya sosial maka akan semakin baik keterampilan
dengan bertemu orang-orang baru, layanan ini sosial pada dewasa muda. Menurutnya, melalui
juga dapat mencari orang-orang yang berada situs-situs jejaring sosial para pecandu tetap dapat
dalam jaringan pertemanan yang telah ia bangun melakukan interaksi sosial meskipun tidak terjadi
sebelumnya. kontak fisik, antara lain dalam bentuk chat dan
Kemudahan mengakses layanan situs jejaring berbalas komentar. Hal tersebut dapat melatih
sosial dapat membuat pengguna terlalu terlibat dewasa muda untuk lebih terampil secara sosial
dalam penggunaan online secara berlebihan dan dan peka secara emosional tidak hanya meliputi
berpotensi kecanduan. Dengan jejaring sosial, kemampuan individu dalam bersosialisasi, tetapi
sebuah informasi bisa disampaikan dan tersebar juga pada dimensi emosionalnya. Penelitian lain
dengan cepat. Seseorang yang mengakses jejaring yang dilakukan oleh Prawira (2009) membuktikan
sosial akan mendapat informasi secara massive bahwa intensitas penggunaan jejaring sosial yang
tanpa perlu ia datangi karena informasi tersebut tinggi akan membantu peningkatan kecerdasan
akan datang dengan sendirinya. Sebagai contoh sosial seseorang.
jika seseorang memfollow sebuah akun Berdasarkan karakteristik dewasa muda yang
kedokteran, maka ia akan mendapat pengetahuan berada dalam tahap kesepian, maka mereka
di bidang ilmu kedokteran. Begitu pula jika berusaha mencari jalannya sendiri dalam menjalin
seseorang memfollow orang lain, ia akan tali persahabatan yang baru maupun mem-
mengetahui segala aktivitas yang dilakukan orang pertahankan relasi yang telah ia bangun. Para
tersebut tanpa ia minta. Kegiatan mengakses dewasa muda juga menolak adanya keterkucilan
jejaring sosial secara berlebih dan dilakukan atau penolakan orang lain. Atas dasar itu semua,
secara rutin dan menganggap bahwa jejaring penggunaan situs jejaring sosial menjadi suatu
sosial lebih menarik, mudah, dan cepat serta kebutuhan bagi dewasa muda. Hal ini dibuktikan
merasakan efek rewards setelah berinteraksi dan oleh survey Pew Internet (2008) sebanyak 75%
menjalin pertemanan dengan orang lain secara dewasa muda berusia 18-24 tahun memiliki akun
online dapat berpontensi menyebabkan seseorang jejaring sosial. Tujuan mengakses situs jejaring
menjadi kecanduan. Biasanya orang tersebut akan sosial antara lain untuk dapat berkomunikasi
tergantung pada pemakaian situs layanan dengan teman, membuat janji, menambah teman,
pertemanan yang ia gunakan. merencanakan pertemuan, mencari pasangan,

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 2, No. 1, April 2013 52


Jayanti Maheswari Pola Perilaku Dewasa Muda yang Kecenderungan
Lussy Dwiutami Kecanduan Situs Jejaring Sosial

mengupdate data diri sebagai ajang promosi Onwuegbuzie & Collins, 2007) mengatakan
untuk keperluan karir, dan membuat janji bisnis. jumlah minimal yang direkomendasikan dalam
Tetapi terkadang situs jejaring sosial penelitian studi kasus adalah 3-5 orang.
digunakan sebagai sarana pelarian dari kehidupan Data diperoleh dengan menggunakan dua
nyata yang memicu stres dan tidak menyenangkan metode yaitu pertama kuesioner dan kedua adalah
bagi individu. Ketika mengakses situs jejaring wawancara dan observasi. Pada penelitian tahap
sosial, individu merasa bersemangat kembali dan pertama, skala kecenderungan kecanduan jejaring
muncul perasaan tenang ketika dapat berinteraksi sosial merupakan modifikasi dari alat ukur Bergen
dengan orang lain melalui media internet tersebut. Facebook Addiction Scale yang dibuat oleh
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini Cecilie Schou Andreassen, dkk. dari Universitas
diharapkan dapat memberi gambaran secara Bergen, Norwegia. Skala kecenderungan
faktual serta komprehensif tentang pola perilaku kecanduan jejaring sosial merupakan skala yang
dewasa muda yang kecenderungan kecanduan hanya mampu menggambarkan bahwa individu
situs jejaring sosial. memiliki kecenderungan kecanduan bukan positif
memiliki kecanduan jejaring sosial. Hal ini
2. Metode Penelitian dikarenakan dibutuhkan observasi dalam waktu
yang lama dan hanya bisa dilakukan oleh ahli.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
Tingkat kecanduan responden dikategorikan
kualitatif dengan pendekatan mixed method
dalam 3 bagian, yaitu rendah, sedang, dan tinggi.
research yakni penelitian kuantitatif digunakan
Untuk pengkatagorian tingkat kecanduan individu
sebagai pendukung data kualitatif. Pendekatan
menjadi rendah, sedang, tinggi, peneliti
mixed method dilakukan karena peneliti memiliki
menggunakan standar deviasi untuk melihat jarak
pertanyaan yang perlu diuji dari segi outcomes
skor individu dari nilai mean berdasarkan
(keluaran) maupun dari prosesnya.
simpangan baku distribusi (Anastasi & Urbina,
Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah
1997). Individu dengan kecenderungan kecanduan
dewasa muda pengguna situs jejaring sosial
rendah berada di bawah satu standar deviasi,
berusia 18-25 tahun yang berdomisili di Jakarta.
sedangkan individu dengan kecenderungan
Teknik pengambilan sampel yang digunakan
kecanduan tinggi berada di atas satu standar
dengan metode nonprobability sampling jenis
deviasi.
purposive sampling, yakni partisipan adalah
Sedangkan untuk mendapatkan data yang lebih
mereka yang mempunyai karakteristik tertentu
mendalam dari perilaku partisipan yang
yang dipilih berdasar suatu judgment dan
mengalami kecanduan situs jejaring sosial,
memenuhi kriteria khusus (Kerlinger, 1986).
peneliti menggunakan metode wawancara. Dalam
Subyek penelitian yang diikutsertakan dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk
proses penelitian ini memiliki beberapa
wawancara dengan pedoman umum. Menurut
karakteristik tertentu, yaitu: 1) individu yang
Patton (dalam Poerwandari, 2009), dalam
berusia 18 sampai 25 tahun, 2) merupakan
melakukan proses wawancara peneliti dilengkapi
pengguna situs jejaring sosial, 3) berdomisili di
pedoman wawancara yang sangat umum, yang
wilayah DKI Jakarta.
mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa
Pada pengambilan sampel menggunakan
menentukan urutan pertanyaan bahkan mungkin
teknik kuantitatif, peneliti berusaha mendapatkan
tanpa bentuk pertanyaan eksplisit. Pedoman
sampel sebanyak mungkin. Hal ini berdasarkan
wawancara digunakan untuk mengingatkan
pendapat Kumar (1999) bahwa penggunaan
peneliti mengenai aspek-aspek yang harus
sampel yang besar dalam penelitian kuantitatif
dibahas, sekaligus menjadi daftar pengecek
dianggap akan menghasilkan perhitungan statistik
apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas
yang lebih akurat daripada sampel dalam jumlah
atau ditanyakan.
kecil. Kerlinger & Lee (2000) menyarankan
Peneliti melakukan uji coba untuk menguji
sebanyak 30 sampel sebagai jumlah minimal
validitas internal. Proses validasi instrumen
dalam penelitian kuantitatif. Untuk partisipan
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
kualitatif, peneliti menetapkan subjek sebanyak 3
program SPSS versi 16.00. Uji coba dilakukan
orang sesuai dengan pendapat Cresswell (dalam

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 2, No. 1, April 2013 53


Jayanti Maheswari Pola Perilaku Dewasa Muda yang Kecenderungan
Lussy Dwiutami Kecanduan Situs Jejaring Sosial

terhadap kelompok sampel uji coba yang satuan uraian dasar. Untuk itu, langkah-langkah
berjumlah 30 orang. Seleksi aitem-aitem yang yang diambil dalam proses analisis data penelitian
gugur dan valid menggunakan batas r kriteria secara kualitatif ini adalah: (1) membuat verbatim
sebesar 0,30. Aitem dikatakan valid jika nilai atau transkrip data hasil wawancara (2) membuat
koefisien korelasi positif dan lebih besar dari 0,3 koding pada transkrip data (3) setelah kode atau
(Rangkuti, 2010). Berdasarkan penghitungan uji tema ditentukan, kemudian data disusun dan
validitas instrumen kecanduan situs jejaring sosial dikategorisasi berdasarkan kode-kode yang telah
tidak terdapat item yang gugur. diberikan (4) membuat uraian deskriptif mengenai
Pengujian reliabilitas menggunakan bantuan data berdasarkan kategori yang telah dibuat (5)
program komputer SPSS versi 16.00 dengan membuat analisis dan interpretasi data dari uraian
teknik alpha cronbach dan diinterpretasi deskriptif tersebut yang dikaitkan dengan teori (6)
mengunakan klasifikasi Guilford. Berdasarkan melakukan perbandingan antar partisipan
hasil pengujian reliabilitas dari butir-butir yang penelitian.
valid pada setiap dimensi kecanduan situs jejaring Selain itu, peneliti juga menggunakan teknik
sosial, maka diperoleh hasil perhitungan dan triangulasi yang mengacu pada upaya mengambil
interpretasi yang mengacu pada kaidah sumber-sumber data yang berbeda, dengan cara
Reliabilitas Guilford 0,857 yang artinya berbeda, untuk memperoleh kejelasan mengenai
instrumen penelitian ini reliabel. suatu hal tertentu. Dalam hal ini peneliti
Data kuantitatif yang diperoleh dari penelitian melakukan triangulasi sumber data dan triangulasi
dilapangan diolah dengan maksud agar data metode. Triangulasi sumberdata yaitu mengambil
tersebut dapat memberikan informasi atau data dari subjek penelitian dan dari orang-orang
keterangan-keterangan yang berguna untuk terdekat subjek. Triangulasi metode yaitu
dianalisis. Dari 39 kuesioner yang terpakai, mengambil data dengan wawancara dan
peneliti melakukan pengolahan data dengan observasi.
melakukan langkah-langkah berikut: (1)
memberikan nomor urut pada setiap kuesioner 3. Hasil Penelitian dan Diskusi
yang terpakai untuk memudahkan peneliti ketika
Gambaran Umum Partisipan Kuantitatif
memasukkan data (2) Setiap item diberikan skor
Dari 220 kuesioner yang disebar yakni
(3) melakukan input data ke komputer
membagikan secara langsung maupun dengan
menggunakan Microsoft Excel (4) peneliti
media internet dengan bantuan googledocs, hanya
menggunakan SPSS untuk menguji validitas dan
39 yang memenuhi kriteria kecenderungan
reliabilitas item.
kecanduan terhadap jejaring sosial. Berikut ini
Sedangkan analisis data kualitatif dilakukan
gambaran 39 partisipan yang dapat diolah.
dengan proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data kedalam pola, kategori dan

Tabel 1. Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Pria 12 31%
Wanita 27 69%
Total 39 100%

Tabel 2. Berdasarkan Usia


Usia Jumlah Persentase
18 – 20 Tahun 21 54%
21 – 23 Tahun 15 38%
24 – 25 Tahun 3 8%
Total 39 100%

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 2, No. 1, April 2013 54


Jayanti Maheswari Pola Perilaku Dewasa Muda yang Kecenderungan
Lussy Dwiutami Kecanduan Situs Jejaring Sosial

Tabel 3. Berdasarkan Pendidikan Terakhir


Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase
SMA/Sederajat 33 84%
S1 5 13%
D3 1 3%
Total 39 100%

Tabel 4. Berdasarkan Pekerjaan


Pekerjaan Jumlah Persentase
Belum Bekerja/Mahasiswa 27 69%
Karyawan Swasta 9 22%
Guru 1 3%
Wirausahawan 1 3%
Freelancer 1 3%
Totales 39 100%

Tabel 5. Berdasarkan Domisili


Domisili Jumlah Persentase
Jakarta Selatan 14 36%
Jakarta Pusat 7 18%
Jakarta Timur 15 38%
Jakarta Barat 0 0%
Jakarta Utara 3 8%
Kepulauan Seribu 0 0%
Total 39 100%

Tabel 6. Berdasarkan Perangkat yang Paling Sering Digunakan


Jenis Perangkat Jumlah Persentase
PC/Laptop 7 18%
Tablet 6 15%
Handphone 26 67%
Total 39 100%

Tabel 7. Waktu yang Dihabiskan untuk Mengakses Jejaring Sosial


Penggunaan Waktu Jumlah Persentase
Kurang dari 10 Menit 0 0%
10 – 30 menit 6 15%
31 – 60 menit 1 3%
1 – 2 jam 4 10%
2 – 3 jam 5 13%
Lebih dari 3 jam 23 59%
Total 39 100%

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 2, No. 1, April 2013 55


Jayanti Maheswari Pola Perilaku Dewasa Muda yang Kecenderungan
Lussy Dwiutami Kecanduan Situs Jejaring Sosial

Tabel 8. Berdasarkan Jumlah Akun yang Dimiliki


Jumlah Akun Jumlah Persentase
1 2 5%
2 2 5%
3 6 15%
4 5 13%
Lebih dari 5 24 62%
Total 39 100%

Tabel 9. Pihak yang Berperan Mendorong Partisipan Menjadi Anggota Jejaring Sosial
Orang yang Berperan Jumlah Persentase
Teman 19 49%
Inisiatif Pribadi 19 49%
Melihat Iklan di Web 0 0%
Lainnya 1 2%
Total 39 100%

Tabel 10. Berdasarkan Waktu Terakhir Kali Mengakses Jejaring Sosial


Waktu Jumlah Persentase
Hari saat mengisi kuesioner 36 91%
Sehari sebelum mengisi kuesioner 1 3%
3 hari sebelum mengisi kuesioner 1 3%
4 hari sebelum mengisi kuesioner 1 3%
Total 39 100%

Tabel 11. Berdasarkan Tujuan Bergabung di Situs Jejaring Sosial


Tujuan Bergabung Jumlah Persentase
Sosial 21 54%
Bisnis 3 8%
Politik 0 0%
Kesenangan Pribadi 13 33%
Akademis 2 5%
Total 39 100%

Tabel 12. Berdasarkan Aktivitas yang Sering Dilakukan di Akun Jejaring Sosial
Aktivitas Jumlah Persentase
Update Status 14 36%
Add Comment 1 3%
Posting/Download Foto 4 10%
Posting/Download Video 1 3%
Posting/Download Notes 0 0%
Kampanye Politik 0 0%

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 2, No. 1, April 2013 56


Jayanti Maheswari Pola Perilaku Dewasa Muda yang Kecenderungan
Lussy Dwiutami Kecanduan Situs Jejaring Sosial

Aktivitas Jumlah Persentase


Mencari Teman untuk diAdd 0 0%
Main game 1 3%
Chatting 10 25%
Mengisi Jejak Pendapat 0 0%
Iklan Produk/Jasa/Bisnis 2 5%
Lainnya 6 15%
Total 39 100%

Tabel 13. Berdasarkan Fitur yang Paling Disukai


Pekerjaan Jumlah Persentase
Friends 8 20%
Status 10 26%
Foto 15 38%
Comment 3 8%
Lainnya 3 8%
Total 39 100%

Tabel 14. Pola Perilaku Partisipan yang Kecenderungan Kecanduan Situs Jejaring Sosial
Jumlah Partisipan
No Aspek Persentase
yang Mengalami
1 Salience 33 85%
2 Tolerance 38 97%
3 Mood Modification 34 87%
4 Relaps 27 69%
5 Withdrawal 31 79%
6 Conflict 25 64%

Dari Tabel 14 terlihat bahwa perilaku nyaman yaitu dialami oleh 34 orang. Salience
tolerance yakni individu mengalami peningkatan merupakan dominasi pikiran, perasaan, dan
dalam kebutuhan untuk mengakses jejaring sosial perilaku akan kegiatan berjejaring sosial dan
sebagai perilaku yang dialami hampir seluruh dialami oleh 33 orang. Pola perilaku penarikan
partisipan 38 orang, yang artinya hanya sebesar 1 diri dialami oleh partisipan yakni sebanyak 31
orang yang tidak mengalami toleransi dalam orang. Perilaku relaps (kecenderungan untuk
mengakses jejaring sosial. kembali ke pola lama dalam beraktivitas setelah
Kemudian disusul oleh perilaku mood beberapa saat berhenti) dan conflict (konflik-
modification (modifikasi suasana), salience konflik yang muncul akibat perilaku kecanduan
(preokupasi), dan withdrawal (penarikan diri). meliputi interpersonal, aktivitas individu, dan
Modifikasi suasana adalah pengalaman masalah pada pekerjaan/studi) masing-masing
partisipatif individu diikuti perubahan mood dialami oleh partisipan yakni sebanyak 27 orang
sehingga menimbulkan perasaan tenang dan dan 25 orang.

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 2, No. 1, April 2013 57


Jayanti Maheswari Pola Perilaku Dewasa Muda yang Kecenderungan
Lussy Dwiutami Kecanduan Situs Jejaring Sosial

Tabel 15. Ukuran Pemusatan Skor Kecanduan


Statistik Nilai
Mean 69,62
Median 69
Mode 61
Range 84
Minimun 21
Maksimum 105

Dari keseluruhan skor kecanduan jejaring ke dalam tiga kategori kecanduan (tinggi, sedang,
sosial, diperoleh rata-rata (mean) sebesar 69,62; rendah). Tujuan dari kategorisasi ini adalah
skor terbanyak yang diperoleh adalah 61; dan menempatkan posisi skor partisipan dibandingkan
standar deviasi teoritik yang diperoleh sebesar 14. partisipan lainnya yang diukur (Rangkuti, 2012).
Selanjutnya data dari partisipan Norma yang digunakan mengacu pada nilai-nilai
dikategorisasikan untuk menempatkan partisipan mean teoritik dan standar deviasi teoritik.

Tabel 16. Kategorisasi Skor


Kategorisasi Perhitungan
Tinggi x > (mean teoritik + 1SD)
Sedang (mean teoritik + 1SD) > x > (mean teoritik – 1SD)
Rendah x < (mean teoritik – 1SD)

Tabel 17. Distribusi Pengkategorisasian Skor Kecanduan


Rentang Skor Kriteria Kecanduan Partisipan Persentase

x > 77 Tinggi 7 18%


77 < x < 49 Sedang 32 82%
x < 49 Rendah 0 0%
Total 39 100%

Tabel 17 menunjukkan bahwa dari 39 gambaran pola perilaku dewasa muda yang
partisipan terdapat 7 orang (18%) memiliki skor kecenderungan kecanduan situs jejaring sosial.
dengan kategori tinggi, dan sebanyak 32
partisipan memiliki skor dengan kategori rendah. Gambaran Umum Partisipan Kualitatif
Tidak ada partisipan yang termasuk dalam a. Partisipan 1 (AD)
kategori skor rendah 0%. Hal ini disebabkan Partisipan pertama adalah AD berusia 21
karena peneliti telah menetapkan karakteristik tahun, lulusan sebuah perguruan tinggi swasta di
partisipan sesuai dengan tujuan penelitian yakni Jakarta jurusan Public Relation. Lahir di Jakarta
partisipan yang kecenderungan kecanduan situs dan merupakan keturunan Jawa. Ia menggunakan
jejaring sosial sehingga kategori tinggi dan kawat gigi, berambut panjang, dengan tinggi
sedang merupakan gambaran partisipan dalam sekitar 160 cm, bertubuh proporsional, dan
penelitian ini. penampilannya cukup modis. Partisipan adalah
Dari 7 orang partisipan yang memiliki skor anak pertama dari tiga bersaudara dan saat ini
kecanduan tinggi, dipilih 3 orang untuk penelitian tinggal di daerah Kebayoran, Jakarta Selatan. Saat
selanjutnya, yakni wawancara untuk mengetahui ini partisipan masih mencari pekerjaan dan

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 2, No. 1, April 2013 58


Jayanti Maheswari Pola Perilaku Dewasa Muda yang Kecenderungan
Lussy Dwiutami Kecanduan Situs Jejaring Sosial

bekerja sebagai freelancer di Asia PR. Hobinya klinik di tempatnya sekarang. Hubungan dalam
adalah browsing internet dan mencari tahu tentang keluarga kurang harmonis. O sering mendapati
keunggulan gadget yang terbaru. ayah dan ibunya bertengkar dan menjalani
Orang tua partisipan 1 bekerja sebagai PNS kehidupan sendiri-sendiri. Mereka jarang
dan sering melakukan dinas luar daerah sejak berpergian bersama secara lengkap, hanya
partisipan kecil. Hubungan keluarga inti tidak mengajak partisipan saja jika ingin pergi liburan
begitu hangat karena kesibukan orang tua atau jalan-jalan ke luar kota maupun luar negeri.
sehingga jarang terjadi komunikasi. Adik-adik Sangat jarang ayah dan ibunya pergi bersama.
partisipan seringkali terlibat permasalahan baik Partisipan 2 memiliki gadget BB, Iphone, dan
dalam pendidikan maupun pergaulan. Hal tersebut Laptop. Ia mengakses internet dan jejaring sosial
diakui oleh AD karena kurangnya pengawasan hampir setiap saat. Saat ini situs favoritnya adalah
dari orang tua. AD merasa ikut bertanggung Twitter dan Path. Dalam sebulan, pengeluaran
jawab karena dia adalah anak pertama sehingga partisipan 2 dalam sebulan untuk biaya
seringkali memberi nasihat kepada adik-adiknya. gadgetnya, yakni BB sebesar 99 ribu, dan Iphone
Partisipan mengakses internet dan jejaring sebesar 100 ribu.
sosial tiap hari. Gadget yang ia miliki adalah
Handphone, Tablet, dan Laptop. Pada saat c. Partisipan 3 (HA)
berkerja, dan memiliki kegiatan yang padat, ia Partisipan ketiga berinisial HA berusia 22
mengaku mengakses jejaring sosial 10-30 menit tahun adalah pegawai swasta dan juga seorang
dalam seminggu. Namun, pada saat senggang atau penulis. HA berpenampilan cukup modis. Lahir di
tidak memiliki kegiatan, ia gemar mengakses situs Jakarta dan merupakan keturunan Betawi. HA
jejaring sosial seperti Path, Instagram, Twitter, memiliki tubuh yang proporsional, rambut ikal
dan Facebook. Ia dapat menghabiskan waktunya dan pendek, memiliki tinggi badan kurang lebih
di depan laptop, tablet, atau handphone miliknya. 170 cm. Merupakan anak ke 2 dari dua
Saat ini karena partisipan belum bekerja dan bersaudara. Saat ini HA tinggal bersama
freelancenya tidak tiap hari, ia mengaku memiliki keluarganya di daerah Jakarta Timur. Sebelumnya
banyak waktu menggunakan internet dan HA sempat kos di daerah Thamrin, Jakarta
mengakses jejaring sosial. Selatan dekat dengan kantornya.
Dalam sebulan, pengeluaran partisipan 1 dalam Ayah HA pengangguran dan ibunya guru
sebulan untuk biaya gadgetnya, yakni BB sebesar mengaji di lingkungan tempat tinggalnya.
99 ribu, Tablet 99 ribu, dan wifi di rumah 100 Hubungan partisipan dengan keluarganya tidak
ribu. terjalin dengan baik karena kurangnya
komunikasi diantara mereka. Selama masa
b. Partisipan 2 (O) sekolah, HA mengakui menjadi masa tersulit
Partisipan kedua dengan inisial O berusia 21 baginya karena keadaan keluarga yang cukup
tahun dan merupakan mahasiswa jurusan berantakan. Ayahnya tidak bekerja sehingga
Kedokteran Gigi semester 7. Lahir di Jakarta dan kondisi finansial keluarga memprihatinkan, dan
merupakan keturunan Bengkulu. Partisipan 2 ibunya pernah berselingkuh. Kakak partisipan
merupakan anak tunggal di keluarganya. O tidak tinggal bersama keluarga HA. Sejak SMP,
menggunakan kacamata, dengan tinggi badan partisipan ketiga aktif menggunakan jejaring
sekitar 155 cm dan bertubuh agak gemuk, sosial dan hingga sekarang menganggap jejaring
penampilannya cukup modis dan sering sosial adalah bagian hidupnya.
menggunakan barang branded. Saat ini ia tidak Hobi partisipan adalah menulis, membaca, dan
tinggal bersama kedua orang tuanya dan tinggal menonton. Gadget yang ia miliki saat ini adalah
bersama tantenya di daerah Pejaten, Jakarta Laptop dan Iphone. Dalam sebulan, pengeluaran
Selatan. Ayah dan ibu O pindah ke Banten karena partisipan 3 dalam sebulan untuk biaya
pekerjaan ayahnya. Hobi partisipan 2 adalah gadgetnya, yaitu modem sebesar 250 ribu dan
travelling dan membaca novel. Iphone sebesar 150 ribu.
Ayah partisipan bekerja sebagai kontraktor dan
ibunya adalah seorang dokter gigi serta membuka

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 2, No. 1, April 2013 59


Jayanti Maheswari Pola Perilaku Dewasa Muda yang Kecenderungan
Lussy Dwiutami Kecanduan Situs Jejaring Sosial

Analisis Inter Kasus dan Pembahasan Temuan berharap dapat mendapatkan lebih banyak teman
dikaitkan dengan Teori dan berpotensi menjalin hubungan lebih lanjut
Ketiga partisipan memiliki kesamaan dalam dengan orang lain. Jika partisipan AD dan HA
mengenal jejaring sosial yaitu menggunakan akun memikirkan apa yang terjadi di jejaring sosial,
Friendster pada saat kelas 1 SMP. Adapun alasan lain halnya dengan O. Ia mengaku tidak begitu
bergabung karena ikut-ikutan teman. Hanya HA memikirkan karena setiap saat ia mengakses situs
yang menyatakan dirinya bergabung atas inisiatif pertemanan tersebut kapan saja bahkan ia
sendiri. Ketiga partisipan memiliki pandangan mengaku refleks setiap membuka handphone
yang bervariasi tentang perasaan dan pendapat yang ia cek dan buka pertama kali adalah akun
menjadi pengguna jejaring sosial. AD jejaring sosial miliknya. Meskipun begitu, ketiga
berpendapat bahwa jejaring sosial penting agar partisipan memiliki tujuan yang sama yakni ingin
dirinya tidak ketinggalan informasi dan juga mengetahui apa yang sedang terjadi dengan
sebagai ajang pembelajaran dengan tampilan diri lingkungan dan teman-teman sekitarnya. Menurut
yang baik. Lain halnya dengan O yang Urista (2004) hal tersebut dilakukan dewasa muda
memandang jejaring sosial sudah menjadi untuk memenuhi kebutuhan individualnya.
kebutuhan sehingga O bebas mengekspresikan Dengan jejaring sosial, seseorang tidak perlu
diri karena menganggap jejaring sosial sebagai menghubungi orang lain satu per satu. Hanya
tempat yang menyenangkan. Tidak jauh berbeda dengan melihat profile halaman orang yang
dengan O, HA menyatakan bahwa dirinya dimaksud, pengguna mendapatkan informasi lebih
menikmati dan merasa nyaman serta jejaring efisien dan cepat daripada bertanya langsung
sosial adalah penunjang karirnya. Ketiga kepada yang bersangkutan atau menanyakannya
partisipan sama-sama mulai menikmati kepada orang lain.
mengakses jejaring sosial sejak membuat akun Berdasarkan hasil wawancara, ketiga partisipan
pertama kali yakni Friendster. Walaupun sekarang sama-sama merasakan bahwa dirinya
sudah tidak menggunakan akun tersebut, namun menghabiskan waktu lama dari yang diniatkan
mereka tetap menggunakan jejaring sosial sesuai semula ketika berjejaring sosial. Selain itu mereka
perkembangan yang ada. Beberapa macam memiliki dorongan terus-menerus untuk
alasannya adalah karena fitur yang disediakan menggunakan akun miliknya dan menghabiskan
lebih lengkap dibanding yang sebelumnya dan waktu lama sampai merasa puas. Hal tersebut
karena trend serta iklan yang ditawarkan melalui menandakan perilaku toleransi. Akibat perilaku
berbagai media. tersebut, individu mengalami berbagai
Dari ketiga partisipan, semuanya memenuhi permasalahan. Permasalahan yang dialami ketiga
kriteria pola perilaku kecanduan yang partisipan adalah mengabaikan orang terdekatnya.
dikemukakan oleh Griffiths dalam Andreassean Hal tersebut dibuktikan oleh hasil wawancara
(2012) yakni adanya perilaku salience, tolerance, dengan significant person. Walaupun dari segi
mood modification, relaps, withdrawal, dan hubungan sosial dengan orang lain mereka
conflict. Perilaku salience yang dialami oleh menjadi lebih dekat, namun ketika sedang asik
ketiga partisiapan memiliki kesamaan yakni berjejaring sosial seringkali mereka mengabaikan
merencanakan kegiatan online ketika tidak sedang orang yang didekatnya.
online. Disini terlihat bahwa ketiga partisipan Withdrawal yang terjadi pada diri partisipan
menghabiskan waktu mereka untuk adalah perasaan yang tidak nyaman seperti gelisah
membayangkan apa yang harus mereka lakukan dan perasaan kesal jika tidak dapat mengakses
ketika akan berjejaring sosial. Jejaring sosial situs jejaring sosial. Konflik yang terjadi dalam
adalah tampilan dirinya di dunia maya sehingga diri partisipan sangat beragam namun ketiganya
mereka berharap dapat membuat diri mereka memiliki masalah pada hubungan interpersonal
tampak lebih menarik. Urista (2004) menyatakan seperti mengabaikan orang terdekat, terjadi
bahwa dewasa muda memaparkan segala sesuatu pengurangan waktu, lebih senang berkomunikasi
tentang dirinya di halaman profilenya agar tampak secara online dibanding offline. Kemudian
lebih menarik sekaligus meningkatkan social masalah yang timbul lainnya lebih mementingkan
capital mereka. Dengan tampil menarik mereka kegiatan berjejaring sosial dibandingkan

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 2, No. 1, April 2013 60


Jayanti Maheswari Pola Perilaku Dewasa Muda yang Kecenderungan
Lussy Dwiutami Kecanduan Situs Jejaring Sosial

melakukan aktivitas lain. Masalah pada mengendalikan akan jumlah dan waktu
pekerjaan/studi juga dirasakan oleh ketiga berjejaring sosial.
partisipan. AD dan HA mengaku lebih banyak Penggunaan jejaring sosial yang berlebihan
mengulur waktunya, namun mereka akui menimbulkan dampak negatif dan positif yang
penggunaan jejaring sosial juga menunjang dirasakan partisipan. Dampak negatif tersebut
pekerjaannya. Berbeda dengan O, ia memiliki antara lain: pengurangan waktu dan masalah
masalah dalam mengontrol penggunaan jejaring interpersonal dengan significant person,
sosial sehingga studinya sering terganggu karena komsumtif, prokrastinasi, mengalami distraksi,
penggunaan situs pertemanan tersebut. Perilaku manajemen waktu yang buruk, kurang berprestasi,
kembali pada aktivitas semula ketika jejaring berprasangka terhadap informasi yang belum
sosial dihentikan (relaps) juga dialami oleh ketiga tentu membicarakan tentang dirinya, kurang dapat
partisipan. AD, O, dan HA mengaku tidak dapat mengontrol diri terhadap penggunaan berjejaring
menghentikan penggunaan jejaring sosial sosial. Adapun dampak positif secara sosial bagi
sekalipun ada usaha untuk melakukannya. ketiga partisipan yakni meningkatkan social
Dari ketiga partisipan merasakan dampak capital mereka. Ketiga partisipan memiliki tujuan
positif menggunakan jejaring sosial. Dampak sama dalam menggunakan jejaring sosial yakni
positif yang mereka alami adalah dapat menjalin untuk mengembangkan jaringan yang seluas-
hubungan dengan orang-orang yang sudah lama luasnya. Hal ini didukung oleh data kuantitatif
tidak berhubungan dan dapat menjalin hubungan bahwa tujuan utama partisipan bergabung dalam
dengan orang-orang yang baru dikenal melalui jejaring sosial karena alasan sosial sebanyak 54%
situs jejaring sosial yang mereka miliki. Selain yakni untuk menambah teman, memperkuat tali
itu, AD dan HA mempergunakan jejaring sosial silahturahmi, dan mencari komunitas yang sesuai
sebagai penunjang karir mereka. Mereka memiliki dengan minat dan hobi.
akun LinkedIn yang dapat menjalin koneksi di
bidang profesional. Adapun dampak negatif yang 5. Daftar Pustaka
dialami oleh ketiga partisipan cukup beragam.
Anastasi, A., & Urbina, S. (1997). Psychological
Dampak tersebut meliputi dampak konsumtif,
Testing (7th ed.). New Jersey: Prentice-
psikologis, hubungan interpersonal, akademis/
Hall
pekerjaan, dan personal.
Arnet, J.J. (2004). Emerging Adulthood: The
4. Kesimpulan
Winding Road From Late Teens through
Ketiga partisipan dalam penelitian ini memiliki the Twenties. Oxford University Press.
6 komponen perilaku kecanduan yakni salience,
tolerance, mood modification, relaps, withdrawal, Cresswell, J.W. Dalam Onwuegbuzie, Anthony J.,
dan conflicts. Komponen perilaku kecanduan & Collins, Kathleen, M.T. (2007). A
yang paling dominan pada partisipan AD adalah Typology of Mixed Methods Sampling
relaps yakni kecenderungan untuk kembali ke Designs in Social Science Research. The
pola lama setelah beberapa saat berhenti. Pada O Qualitative Report Volume 12.
perilaku kecanduan yang dominan adalah mood
modification dan conflicts. O menggunakan Erikson. Dalam Dariyo, Agoes. (2003). Psikologi
jejaring sosial untuk melupakan masalah Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta:
pribadinya sebagai upaya menimbulkan perasaan Grasindo
menyenangkan dan nyaman secara psikologis.
Komponen perilaku kecanduan yang paling Kerlinger, F.N. (1986). Foundations of
dominan pada partisipan HA adalah withdrawal Behavioral Research (3rd ed.) Japan: CBS
dan salience. HA merasakan perasaan tidak Publishing
nyaman saat aktivitas berjejaring sosial
dihentikan. Dari tabel observasi tampak jelas Kerlinger, F.N., & Lee, H.B. (2002). Foundations
penggunaan jejaring sosial yang dilakukan HA of Behavioral Research (4th ed.) Florida:
cukup banyak, ia mengaku tidak dapat Harcourt Brace Colleg.

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 2, No. 1, April 2013 61


Jayanti Maheswari Pola Perilaku Dewasa Muda yang Kecenderungan
Lussy Dwiutami Kecanduan Situs Jejaring Sosial

Kumar, R. (1996). Research Methodology: A Rangkuti, A.A. (2010). Analisis Data Penelitian
Step-By Step Guide for Beginners. Kuantitatif Dengan SPSS. Jakarta:
London:Sage Publications. Universitas Negeri Jakarta.

Pew Internet. Pew Internet Project Data Memo. Rangkuti, A.A. (2012). Teknik Analisis Data
www.pewinternet.org/~/media/.../PIP_Gen Penelitian Kuantitatif Aplikasi dengan
erations_2009.pdf (diakses 30 Maret 2012, Program SPSS. Jakarta: Universitas
jam 16:05). Negeri Jakarta.

Poerwandari, K. (2009). Pendekatan Kualitatif Rizanti, R. (2011). Hubungan antara Kecanduan


untuk Penelitian Perilaku Manusia. Situs Jejaring Sosial dengan
Jakarta: Fakultas Psikologi UI. Keterampilan Sosial pada Dewasa Muda
yang Bekerja. Jakarta. Skripsi.
Prawira, S.A. (2009). Hubungan antara Intensitas
Penggunaan Jejaring Sosial dengan Urista, M.A, Qingwen Dong, Kenneth D. Day.
Kecerdasan Sosial pada Mahasiswa (2004). Explaining Why Young Adult Use
Psikologi Pendidikan UNJ. Jakarta. Facebook and mySpace Trough Uses and
Skripsi. Gratification Theory Human
Communication Association Vol 12, No.
2.

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 2, No. 1, April 2013 62

Das könnte Ihnen auch gefallen