Sie sind auf Seite 1von 11

JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOLUME 5, NOMOR 2, NOVEMBER 2018

KEBERADAAN RAYAP TANAH (Macrotermes gilvus ) DAN PERTUMBUHAN


TANAMAN KARET DI KEBUN KARET RAKYAT YANG DIKELOLA SECARA
ALAMI : SUATU CONTOH PENGELOLAAN KEBUN BERWAWASAN
LINGKUNGAN

Zainal Arifin
Dosen Pendidikan biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya
E-mail : zarifin14458@yahoo.co.id

Abstract
TherResearch to determine the effect of the existence of soil termite nests (Macrotermes
gilvus) on the growth of rubber plants is carried out in smallholder rubber gardens which are
managed with local wisdom, naturally without using chemical fertilizers and pesticides. The
area of rubber plantations studied was around 2 ha. In the rubber garden soil, many soil
termite nests were found which identified M. gilvus species. The parameters of the study were
stem circumference, which was measured using a tape meter at a tree height of 125cm from
the ground surface, while the percentage of rubber tree canopy cover was measured using the
Line Intercept tape method. Data analysis used the Mann-Whitney test. Samples of rubber
trees with termite nests are the closest trees to the location of termite nests, while trees
without termite nests are rubber trees which at a minimum radius of 3 m are not found termite
nests. Organic garden management without pesticides allows termites to be present and nest
in the garden. The existence of soil termites M. gilvus (Hagen) lodged in rubber plantation
land has caused changes in physico-chemical characteristics / soil fertility, this is evident
from the differences in the growth of stem circumference and better canopy cover on rubber
plants that grow near termite nests compared to growing on soil without termite nests.

Keywords: Macrotermes gilvus, rubber gardens, growth, stem circumference, termite nests.

Abstrak
Penelitian untuk mengetahui dampak keberadaan sarang rayap tanah (Macrotermes gilvus)
terhadap pertumbuhan tanaman karet dilakukan di kebun karet rakyat yang dikelola dengan
kearifan lokal, secara alami tanpa menggunakan pupuk kimia dan pestisida. Luas kebun
karet yang diteliti sekitar 2 ha. Di tanah kebun karet tersebut ditemukan banyak sarang rayap
tanah yang teridentifikasi spesies M. gilvus. Parameter penelitian berupa lingkar batang,yang
diukur menggunakan meteran pita pada ketinggian pohon 125cm dari permukaan tanah,
sementara persentase tutupan tajuk pohon karet diukur menggunakan metode Line Intercept
tape. Analisis data menggunakan uji Mann-Whitney. Sampel pohon karet dengan sarang
rayap adalah pohon yang terdekat dengan letak sarang rayap, sedangkan pohon tanpa sarang
rayap adalah pohon karet yang pada radius minimal 3 m tidak ditemukan sarang rayap.
Pengelolaan kebun secara organik tanpa pestisida memungkinkan rayap hadir dan bersarang
di lahan kebun. Keberadaan rayap tanah M. gilvus (Hagen) bersarang di lahan kebun karet
telah menyebabkan perubahan pada karakteristik fisiko-kimia/kesuburan tanah, hal ini
tampak dari adanya perbedaan pada pertumbuhan lingkar batang dan tutupan tajuk yang lebih
baik pada tanaman karet yang tumbuh dekat sarang rayap dibandingkan dengan yang tumbuh
pada tanah tanpa sarang rayap.

Kata Kunci: Macrotermes gilvus, kebun karet, pertumbuhan, lingkar batang, sarang rayap.

12
JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOLUME 5, NOMOR 2, NOVEMBER 2018

PENDAHULUAN pencernaannya (Ohkuma, 2003), rayap


Rayap, serangga (Isoptera: merupakan dekomposer penting di
Termitidae) memiliki kemampuan lingkungan tanah kering, ( Ackerman et.
berkembangbiak yang baik. Dalam satu al., 2009).
siklus hidup rayap dapat menghasilkan Lahan kebun karet yang dikelola
jumlah individu yang sangat banyak. Pada secara alami tanpa menggunakan pupuk
kondisi lingkungan optimal dan tersedia kimia dan tanpa pestisida, dimana jatuhan
cukup pakan yang dibutuhkan rayap dapat daun dan ranting mati dikumpulkan dan
berkembangbiak hingga mencapai jutaan ditimbun diantara baris pohon karet. Di
individu. Kepadatan populasi rayap tanah lahan kebun ditemukan banyak gundukan
dapat mencapai jumlah hingga 10.000 sarang rayap tanah yang menyebar relatif
individu/ m2 dan biomassa mencapai merata dan rayap tanahnya teridentifikasi
100g/m2 (Eggleton, et al., 1996). sebagai spesies Macrotermes gilvus.
Diet rayap pemakan tanah terdiri (Arifin et al., 2014). Distribusi sarang
dari bahan organik nonseluler bercampur rayap secara spasial dan temporal di suatu
dengan mineral lempung. Hal ini lahan penting dalam pemeliharaan
dimungkinkan karena usus rayap memiliki integritas ekosistem terutama dalam hal
lima kompartemen dengan gradien pH penyediaan air dan hara tanah, (Postava-
yang meningkat hingga pH 12,5, dengan Davignon, 2010). Rayap tanah telah
status oksigen dan hidrogen yang berbeda. diketahui berperan dalam proses
Karena perilaku makan ini, maka rayap dekomposisi serasah, akan tetapi sebagian
dapat berkontribusi terhadap perubahan besar publikasi penelitian tentang peran
kimia tanah dan mampu memodifikasi sifat rayap dilakukan di lahan tanah hutan,
fisik tanah secara efektif (Brune et al., padang rumput, gurun, dan di kawasan
1995; Brune dan Kühl, 1996; Donavan et nontropika. Publikasi tentang peran rayap
al., 2001). Aktifitas rayap yang seperti ini tanah di kebun karet masih terbatas,
dapat meningkatkan kandungan C- organik, sementara diketahui peran rayap dalam
kandungan liat, unsur hara dan pH proses dekomposisi di lingkungan tropika
(Dangerfield et al., 1998). Selain itu, rayap adalah penting(Jones and Eggleton, 2000 ;
mampu menguraikan materi tumbuhan mati Ackerman, 2009 ; Hemachandra et al.,
dan mengembalikan nutrien ke lingkungan. 2010). Rayap memiliki kemampuan
Rayap mampu mencerna selulosa dengan beradaptasi terhadap lingkungan kering
hubungan simbiosis mutualistiknya dengan maka rayap memiliki peran penting dalam
berbagai mikroorganisma dalam saluran proses dekomposisi dimana dekomposer
13
JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOLUME 5, NOMOR 2, NOVEMBER 2018

lain seperti jamur dan bakteri tidak dapat Kehadiran rayap tanah di lahan
berfungsi(Mommer, 2003). kebun karet, mengindikasikan adanya
Rayap dapat mengkonsumsi hingga sinergitas antara rayap dengan tata-kelola
30% dari jatuhan daun di hutan hujan kebun karet. Pengamatan lapang
tropis(Martinus, 1994 ; Matsumoto dan mengindikasikan bahwa ukuran lingkar
Abe, 1979). Secara umum, dalam satu pohon tanaman karet yang tumbuh dekat
bulan rayap dapat memindahkan 12 – 57 sarang rayap cenderung lebih besar
% serasah yang tersedia(Freymann et al., dibandingkan dengan tanaman karet
2008). Perilaku rayap membuat sarang lainnya yang lebih jauh dari sarang. Pada
yang unik, menyebabkan rayap dapat survai awal di lahan kebun karet seluas
mempertahankan kelembaban dan suhu di sekitar 2 ha ditemukan lebih dari 30
dalam sarangnya(Engel et al., 2009). gundukan sarang rayap, dengan ukuran
Perubahan kondisi fisiko-kimia sarang dan jarak dari pohon yang beragam.
tanah, dapat berpengaruh negatif terhadap Dari uraian diatas baik teoretik maupun
organisma yang hidup di lahan tersebut. empirik, tentang fenomena dari
Sebaliknya, untuk populasi tertentu, dapat keberadaan rayap bersarang di lahan kebun
semakin diuntungkan oleh perubahan itu. karet tersebut, maka perlu diteliti dan
Dengan perubahan dikaji lebih dalam apakah ada dampak dari
tersebut,memungkinkan reproduksi, keberadaan rayap tersebut bersarang
pertumbuhan dan perkembangannya dapat terhadap pertumbuhan tanaman karet.
semakin meningkat, karena populasi
tersebut menemukan kondisi lingkungan BAHAN DAN METODE
baru yang lebih baik, akibat terhindar dari Tempat dan waktu penelitian
pesaing dan predator yang sebelumnya Penelitian dilakukan pada bulan Desember
hadir di lahan tersebut. Fenomena 2016 hingga Mei 2017 di lahan kebun
lapangan menunjukkan bahwa di lahan karet produktif di Desa Tanjung Batu
kebun karet rakyat yang dikelola secara Kaupaten Ogan Ilir. Kebun terletak sekitar
alami, tanpa penggunaan pestisida dan 60 km dari kota Palembang dan sekitar 20
pupuk kimia, ditemukan banyak gundukan km dari Inderalaya ibukota kabupaten
tanah sarang rayap. Hal itu Ogan Ilir. Rata rata curah hujan berkisar
mengindikasikan bahwa lahan kebun karet antara 2,000 mm hingga 3,000 mm dan
merupakan habitat yang baik dan dapat jumlah hari hujan berkisar antara 66
ditempati rayap tanah. hingga 100 hari per tahun dan suhu udara
harian berkisar antara 230 hingga 330
14
JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOLUME 5, NOMOR 2, NOVEMBER 2018

selsius. Rata rata kelembaban udara harian Sampel


67 % hingga 95 %.( BPBD.OI.2016). Pohon karet yang diamati rata-rata sedang
Tanaman karet berusia 6 – 7 tahun dan produktif. Jumlah total pohon karet yaitu
dalam keadaan produktif menghasilkan sekitar 1.585 pohon. Jarak antar baris
lateks. pohon karet satu dengan yang lain adalah
Metode 4 m dan jarak pohon dalam baris adalah 3
Variabel yang digunakan dalam m. Luas keseluruhan kebun karet yaitu
pengamatan ini yaitu: variabel bebas: 1,84 Ha. Berikut ini gambar 1 sketsa lahan
keberadaan sarang rayap. Variabel terikat: kebun karet lokasi penelitian.
lingkar batang dan luas tajuk pohon karet.

Gambar 1. Sketsa penelusuran sarang rayap tanah di lahan penelitian (Arifin, et al.,2014)
Keterangan : = pohon karet
= Posisi sarang rayap di lahan penelitian

Pengamatan dilakukan pada 2 kelompok Lingkar pohon karet diukur menggunakan


yaitu kelompok pohon karet dekat sarang meteran pita pada lingkar pohon di
rayap dan kelompok pohon karet tanpa ketinggian 125cm dari permukaan tanah.
sarang rayap. Masing-masing kelompok Luas tutupan pohon karet diukur
berjumlah 15 pohon karet sesuai dengan menggunakan metode Line Intercept tape
jumlah sarang yang ditetapkan sebagai (Bonhan,2013). Data dianalisis
sampel yaitu dengan ukuran besar > 4000 mengunakan uji Mann-Whitney.
cm2, (Arifin, et al.,2014). Parameter Hipotesis
penelitian berupa lingkar batang, Ho=Tidak ada hubungan secara
persentase tutupan tajuk. Sampel pohon signifikan antara keberadaan sarang
karet adalah yang terdekat dengan letak dengan diameter tutupan pohon dan
sarang rayap, sedangkan pohon tanpa lingkar batang
sarang rayap adalah pohon karet yang pada H1 = Ada hubungan secara
radius minimal 3 m dari pohon tidak signifikan antara keberaadaan sarang
ditemukan gundukan tanah sarang rayap.

15
JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOLUME 5, NOMOR 2, NOVEMBER 2018

dengan luas tutupan pohon dan lingkar pengaruh langsung suhu lingkungan
batang terhadap suhu tubuh rayap. Suhu tubuh
Kriteria Uji : berpengaruh terhadap kinerja metabolisme
Tolak Hipotesis nol (0) jika nilai rayap. Metabolisme yang maksimal terjadi
signifikansi p-value (< 0,05). pada kondisi suhu tubuh yang optimal dari
toleransi rayap. Suhu tanah adalah
HASIL DAN PEMBAHASAN penting untuk tempat yang dipilih rayap
HASIL membangun sarangnya. Hasil penelitian
Kebun karet dikelola dengan menunjukkan bahwa suhu tanah di kebun
membiarkan jatuhan daun dan ranting mati karet berada dalam kisaran yang
dari tanaman karet tertimbun diantara baris ditoleransi rayap yaitu berkisar antara 26o
pohon karet di permukaan tanah (gambar – 28o C. Sementara data hasil pengukuran
2). Mengetahui kondisi fisiko-kimia tanah luas tutupan pohon dan lingkar pohon diuji
kebun merupakan hal penting, karena menggunakan uji statistik Mann-Whitney.
rayap tidak akan menempati suatu tanah Uji ini untuk mengetahui nilai beda rata
jika kondisi fisiko-kimianya tidak cocok rata dari data, hasilnya seperti yang
untuk persyaratan hidupnya, meskipun tercantum pada tabel 1. Hasil uji
makanannya cukup tersedia. Oleh menunjukkan ada perbedaan lingkar pohon
karenanya keberadaan sarang rayap dan persentase tutupan tajuk antara pohon
mengindikasikan bahwa kondisi fisiko- karet yang tumbuh di tanah yang ada
kimia tanah ada dalam toleransi rayap. sarang rayapnya dibandingkan dengan
Rayap adalah serangga yang responnya tanaman karet yang tumbuh di tanah tanpa
terhadap suhu bersifat poikilotermi, ada sarang.

a b

Gambar 2. Lahan kebun karet (a) gundukan tanah sarang rayap M. gilvus(b)

Luas tutupan dan lingkar pohon karet

16
JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOLUME 5, NOMOR 2, NOVEMBER 2018

Untuk mengetahui perbedaan antara dikumpulkan di bagian tengah antar baris


tanah yang ada sarang rayap dibandingkan pohon agar bagian dasar baris pohon
tanah tanpa sarang diketahui dari bersih dan memudahkan dalam kegiatan
dampaknya terhadap pertumbuhan penyadapan pohon. Materi jatuhan inilah
tanaman karet. Dalam penelitian ini, merupakan sumber pakan bagi rayap
dilakukan pengukuran panjang lingkar tersebut.
pohon karet dan persentase tutupan tajuk. Hasil pengukuran luas tutupan pohon
Mengingat keberadaan sarang rayap dan lingkar pohon diuji menggunakan uji
Macrotermes gilvus di suatu tempat statistik Mann- Whitney, hasilnya nilai P
bersifat menetap atau permanen, artinya hitung lebih kecil dari P tabel untuk kedua
keberadaan sarang tetap untuk waktu yang variabel yaitu luas tutupan tajuk dan
lama hingga bertahun tahun sehingga lingkar pohon seperti yang tercantum pada
cukup alasan untuk mengetahui dampak tabel 1 berikut (Tabel 1).
keberadaannya terhadap pertumbuhan Hasilnya menunjukkan bahwa ada
tanaman karet. Tanaman karet yang perbedaan pertumbuhan lingkar pohon dan
tumbuh di lahan penelitian berumur tutupan tajuk antara pohon karet yang
sekitar 7 tahun dan sudah berproduksi. tumbuh di tanah ada sarang rayapnya
Sejak awal penanaman, perlakuan dalam dibandingkan dengan tanaman karet yang
pengelolaan kebun adalah bersifat alami tumbuh pada tanah tanpa sarang. Dengan
dan organik dan tanpa penggunaan demikian dapat dinyatakan bahwa ada
pestisida. Pemupukan dilakukan hanya dampak positif dari keberadaan rayap
dengan pemberian pupuk kandang kotoran bersarang di lahan kebun karet terhadap
sapi dan membiarkan jatuhan daun dan pertumbuhan tanaman karet di dekatnya.
ranting mati dari tanaman karet berada di
permukaan tanah lahan. Jatuhan ini, hanya

17
JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOLUME 5, NOMOR 2, NOVEMBER 2018

Tabel 1. Data tutupan tajuk, lingkar pohon dan hasil uji statistik terhadap pertumbuhan
tanaman karet dekat sarang rayap dan tanpa sarang Rayap.

NO Pohon dekat sarang rayap Pohon tanpa sarang rayap


Tutupan Lingkar Tutupan Lingkar
tajuk(%) pohon(cm) tajuk(%) pohon(cm)
1 5.14 66 5.98 64
2 4.95 46.5 4.75 44
3 5.58 44.5 4.98 42
4 5.68 56.5 4.59 56
5 5.91 68 6.41 54.5
6 6.41 74 4.71 40
7 5.58 56 5.32 52
8 7.01 80 6.32 50.5
9 5.51 60 5.28 50
10 5.80 50.5 3.96 47
11 3.25 61 4.08 66
12 3.74 64 1.65 52
13 4.64 49 5.72 42
14 4.24 47 5.81 52
15 4.66 45 4.59 52
∑ 78,38 868 74,16 848
× 5,25 57,8 4,94 56,5
Nilai signifikansi Mann-Whitney untuk tutupan tajuk = 0.678 < 0.683 (α0.05)
Nilai signifikansi Mann-Whitney untuk Lingkar pohon = 0.096 < 0.098 (α 0.05)

PEMBAHASAN sarang rayap dibandingkan dengan


Keberadaan sarang rayap Macrotermes
tanaman karet yang tumbuh di tanah tanpa
gilvus di lahan kebun karet menunjukkan
sarang adalah berbeda nyata. Gundukan
pengaruh yang positif terhadap
sarang rayap dan lingkungan sekitarnya
peningkatan kualitas tanah dan
menjadi tempat yang baik untuk
pemeliharaan kesuburan tanah dan diantara
pertumbuhan tanaman karena semakin
keduanya yaitu rayap tanah macrotermes
tingginya kapasitas tanah menahan air dan
gilvus dan tanaman karet ada hubungan
tersedianya nutrisi (Arshad 1982;
timbal balik yang mutualistik, bagi rayap
Ackermann,2009). Selain itu, beberapa
yaitu tersedianya ruang habitat dan sumber
rayap Macrotermes menggunakan tanah
daya, sementara bagi tanaman karet
liat yang diperkaya bahan argilik (subsoil)
kehadiran rayap bersarang dan beraktifitas
untuk membangunan gundukan sarang
telah berdampak terhadap perbaikan dan
(Lobry de Bruyn dan Conacher, 1990);
peningkatan kualitas dan hara tanah.
melalui tanah gundukan ini mungkin
Lingkar pohon dan tutupan tajuk antara
memiliki pengaruh substansial pada
pohon karet yang tumbuh di tanah dekat
dinamika partikel tanah di daerah tropis di

18
JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOLUME 5, NOMOR 2, NOVEMBER 2018

mana eluviasi tanah liat dari tanah tanah menahan air yang semakin tinggi
permukaan dan elluviasi dalam subsoils dan tersedianya nutrisi tanah(Arshad
adalah dominan dalam proses 1982;Ackerman et al., 2007).
pembentukkan tanah. Liat yang diperkaya Ada 2 aspek penting yang terkait
dalam gundukan sarang mati maupun dengan perilaku rayap dalam siklus
sarang hidup dan terkikisnya gundukan Nitrogen, yang pertama memindahkan
sarang rayap oleh erosi akan meningkatkan materi serasah permukaan tanah ke dalam
kapasitas tanah menahan hara, yang berarti galeri galeri di dalam sarang, dan
perilaku rayap ini berperan besar terhadap mendedahkannya terhadap dekomposisi
kesuburan tanah dan pertumbuhan bakteri dan fungi di dalam sarang. Kedua
tanaman di tanah dengan sarang rayap ini memperkaya Nitrogen melalui simbiotik
di daerah tropis(Abe, et al 2009 b). dengan bakteri saluran cerna rayap yang
Sarang merupakan ruang utama mampu mengikat nitrogen dan mengurai
kehidupan koloni rayap dan ditempati materi serasah selulosa yang kaya
rayap dalam kurun waktu yang lama(Korb nitrogen. (Curtis and Waleer, 1995).
dan Lisenmair, 2001). Ukuran sarang Kandungan fosfat pada tanah sarang rayap
rayap tanah yang semakin besar yang mengurai/hancur adalah lebih tinggi
menggambarkan jumlah individu yang dari tanah sekitarnya dikarenakan sebagian
semakin banyak dan lamanya waktu rayap besar aktifitas rayap berlangsung di dalam
menempati sarang. Ontogeni hidup dari sarang.Tinggi rendahnya kandungan fosfat
koloni M. bellicosus diperkirakan berkisar pada tanah gundukan sarang terkait pada
antara 4 sampai 10 tahun(Pomeroy, 1983), jumlah materi organik yang dihasilkan
15 sampai 20 tahun maksimum, (Collins, oleh rayap dan tingginya pertukaran kation
1983). Ukuran sarang rayap genus dengan kandungan liat. (Dangerfield et al.,
Macrotermes berkorelasi positif dengan 1998; Kaschuk et al., (2006); Lopez-
jumlah individu rayap yang Hernandes et al., (2006)). Selanjutnya,
menempatinya(Josens dan Soki, 2010), dalam kaitannya dengan mineral Kalium,
selanjutnya jumlah total individu rayap rayap mampu mentranform K menjadi
tanah M. gilvus antar sarang yang berbeda kaolinit dan mensintesanya menjadi
ukuran adalah berbeda signifikan (Lee, organometal kompleks. Oleh karenanya
2012). Jika gundukan tanah sarang mati kandungan K tanah dalam sarang rayap
dan tanah dilingkungan sekitarnya akan lebih tinggi dari tanah sekitarnya (Millogo
menjadi lokasi yang baik untuk et al., 2011)
pertumbuhan tanaman karena kapasitas
19
JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOLUME 5, NOMOR 2, NOVEMBER 2018

Perilaku rayap membangun dan memiliki total karbon organik dan nitrogen
memelihara sarang menggunakan materi yang lebih tinggi dan rendah serasah
organik,mineral tanah dan air liurnya segar. Jumlah karbon organik dan nitrogen
berdampak terhadap perubahan pada tanah yang tinggi berasal dari materi organik
sekitar sarang. Rayap tidak hanya yang digunakan rayap membangun
mengumpulkan dan mencampur materi sarangnya.
organik tanah tetapi juga mencerna dan
mengekstraksi hara mineral tanah. Selama KESIMPULAN
proses pencernaan makanan, materi Kearifan pengelolaan lahan kebun
organik dirombak menjadi partikel yang karet secara organik tanpa pupuk kimia
dibantu oleh bakteri simbion dalam saluran dan pestisida telah berdampak terhadap
pencernaan rayap, sehingga materi organik hadir dan bersarangnya rayap tanah
terdekomposisi lebih baik. Proses Macrotermes gilvus di lahan kebun karet
dekomposisi dalam saluran cerna tersebut. Kehadiran rayap tanah
membantu percepatan pembentukan materi Macrotermes gilvus bersarang dan
humus. Saat materi organik melalui beraktifitas hidup di lahan kebun karet
saluran cerna rayap akan mengalami berdampak terhadap perubahan kondisi
sejumlah proses kimia dan biologi yang fisiko-kimia tanah. Secara kimia,
dapat merubah jumlah kandungan materi kehadiran rayap dapat meningkatkan
organik, Tanah di dalam sarang. ( kualitas hara tanah, sedangkan secara
Brauman, (2000).Selanjutnya dinyatakan fisika, dapat memperbaiki tekstur tanah,
bahwa kandungan hara pada tanah dalam yang menyebabkan kualitas tanah menjadi
sarang 1,5 kali lebih tinggi dari tanah lebih baik untuk menopang pertumbuhan
sekitarnya (Coventry et al., 1988). Perilaku tanaman karet. Oleh karena itu, diantara
rayap tanah juga menyebabkan porositas keduanya, rayap tanah Macrotermes gilvus
tanah dan peresapan air tanah menjadi dan tanaman karet terbukti ada hubungan
meningkat serta galeri galeri dari sarang timbal balik yang mutualistik.
dapat terisi oleh materi tanah bagian
atasnya saat turun hujan (Abe et al., 2009
DAFTAR PUSTAKA
b). Selanjutnya bangunan galeri galeri
Abe, S.S., Yamamoto, S., Wakatsuki,
yang dibuat rayap membantu proses
T.(2009b) Soil-particle selection by
pembentukan tanah di bagian yang lebih the mound-building termite
Macrotermes bellicosus on a sandy
dalam (Schaefer, 2001). Zhang (2013)
loam soil catena in a Nigerian
menyatakan bahwa tanah kebun karet
20
JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOLUME 5, NOMOR 2, NOVEMBER 2018

tropical savanna. Journal of Tropical microelectrodes. J Insect Physiol 42:


Ecology 25, 449–452. 1121–1 127.
Ackerman, Lice L. (2009). Termite Collins NM (1983) The utilisation of
(Insecta : Isoptera) Species nitrogen resources by termites
Coposition in a primary Rain (Isoptera). In: Lee JA, McNeill S,
Forest and Agroforests in Central Rorison IH (eds) Nitrogen as an
Amazonia.Biotropica 41 (2) : 226 – ecological factor. Blackwell, Oxford,
233 pp 381 – 412.
Arifin,Z., Dahlan,Z.,Sabaruddin., Irsan,C., Coventry, R.J.,Holt, J.A.,Sinclair,
Hartono,Y.,(2014). Characteristics, D.F.,1988, Nutrient Cycling by
Morphometry and Spatial Mound-building Termites in low-
Distribution Of Population of fertility Soil of Semi-Arid Tropical
Subterranean Termaites Australia. Aust.J.Soil Res. 26 : 375-
Macrotermes gilvus.Hagen. 390.
(Isopter:Termitidae) in Rubber Curtis, A.D.,Waller, D.A.,(1995). Changes
Plantation Land Habitat Which in nitrogen fixation rates in
Managed Without Pesticides and termite(Isoptera:Rhinotermitidae)
Chemical Fertilizers. International Maintened in laboratory. Annals of
Journal of Science and Research Entomology Society of America 88,
(IJRS) ISSN(Online):2319-7064. 764-767.
Arshad, M.A., (1981). Physical and Donovan SE, Eggleton P, Bignell DE
chemical properties of termite (2001) Gut content analysis and a
mounds of the two spe cies of new feeding group classification of
Macrotermes (Isoptera, Termi-tidae) termites. Ecol Entomol 26:356–366.
and the surrounding soils of the Dangerfield, J.M., McCarthy, T.S., Ellery,
semi-arid savanna of Kenya. Soil Sci W.N., (1998). The mound-building
132:161 – 174 termite Ma¬crotermes michaelseni
Bonham, C.D.,(2013) Measurements for as an ecosystem engineer. Journal of
terresterial vegetation. p.24.Second Tropical Ecology 14, 507–520.
edition. Willey-Blackwell Eggleton, P. and Tayasu, I. (2001).
BPBD.OI.,(2016). Peta rawan bencana Feeding groups, lifetypes and the
kabupaten Ogan Ilir. Badan global ecology of termites.
Penanggulangan Bencana Daerah. Ecological Research 16: 941 – 960.
Brauman, A.,( 2000). Effect of gut transit and Engel, M.S., Grimaldi, D.A., Krishna, K.,
mound deposit on soil organic matter (2009) Termites (Isoptera): their
transformations in the soil feeding phylogeny, classification, and rise to
termite: A review. European Journal ecological dominance. Am Mus
of Soil Biology 36, 117–125. Novit 3650:1 – 27
Brune A, Emerson D, Breznak JA (1995) Freymann, B.P., Buitenwerf, R., Desouza,
The termite gut microflora as an O., and Olff, H. (2008). The
oxygen sink: micro-electrode Importance Termites ( Isoptera) for
determination of oxygen and pH the recycling of herbivore dung in
gradients in guts of lower and higher tropical ecosystem : A review.
termites. Appl Environ Microbiol European journal of Entomology,
61:2681–2687. vol.105, No.2,pp.165-173.
Brune A, Kühl M (1996) pH profiles of the Hemachandra, I. I., Edirisinghe, J. P.
extremely alkaline hindguts of soil- Karunaratne, W.A.I.P. and
feeding termites (Isoptera: Gunatilleke, C.V.S (2010).
Termitidae) determined with Distinctiveness of termite
assembkages in two Fragmented

21
JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOLUME 5, NOMOR 2, NOVEMBER 2018

Forest types in Hatane Hills in The Rain Forest Ecosystem of West


Kandy district of Srilanka. Cey. J. Malaysia-II. Leaf litter consumption
Sci. ( Bio Scie ) 39 (1) 11 – 19. on the forest floor. Oecologia,
Jones, David,T and Eggleton, P.(2000). vol.38, No.3. pp. 261-274.
Sampling termite assemblages in Millago,Y.,Hajjaji,M.,Morel,J.C., 2011.
tropical forest : testing a rapid Physical properties, Microstructure
biodiversity assessment protocol. and Mineralogy of Termite Mound
Journal of applied Ecology 37, 191- material considered as construction
303. materials. Applied Clay Science 52,
Josens, G., Soki, K.,(2010) Relation 160-164
between termites numbers and the Mommer, Brett., (2003). Ecological Role
size of their mound. Insect Sociaux. of Termite in Dry Environment.
57: 1 - 316. Ohkuma, M., (2003) Termite
Kaschuk, G, Sanntos, J. C. P. & Almeida, symbiotic systems: efficient bio-
J. A.,(2006). Termite activity in recycing of lignocellulose. Appl
relation to natural grassland soil Microbiol Biotechnol 61: 1 – 9.
attributes. Science Postava- Davignon, M.A( 2010).
Agriculture(Piracicaba,Braz) 63(6), Evolution and Ecology of nesting
583 – 588 behavior and its impact on Desease
Korb J, Linsenmair KE (2001) Ventilation Susceptibility. Disertation,
of termite mounds: new results Northeastern University.
require a new model. Behav Ecol
11:486–494 Pomeroy, D.E., (1983). Some effects of
Lee, C.C., Neoh, K.B., Chow-Yang dan mound-building termites onthe
Lee (2012) Caste Composition and soils of a semi-arid area of Kenya.
Mound size of Subterranean Termite J Soil Sci 34:555 – 570
Macrotermes gilvus Schaefer, C.E.R., (2001). Brazilian
(Isoptera:Termitidae: Latosols and their B horizon
Macrotermitinae). Ann. Entomol. microstructure as long-term biotic
Socie. of America. 105(3): 427 - 433. constructs. Australian Journal of
Lobry de Bruyn LA, Conacher AJ (1990) Soil Research 39, 909–926.
The role of termites andants in soil Wood, T.G., Johnson, R.A., Anderson,
modification: a review. Aust J Soil J.M., (1983). Modification of soils in
Res 28:55–93 Nigerian savanna by soil-feeding
Lopez-Hernandes, D., Fardeau, J. C.,Nino, Cubitermes (Isoptera, Termitidae).
M.,Nannipieri, P.& Chacon, Soil Biol Biochem 15:575 – 579.
P.,(2006). Phosphorous Zhang, Min.,Schaefer, Douglas
accumulation in Savanna termite Allen.,Chan, On Chim., Zou,
mound in Venezuela. European xiaoming.,(2013). Decomposition
journal of soil science 40(3),635 – differences on labilr carbon from
640 litter to soil in atropical rain forest an
Martinus, C., ( 1994 ). Diversity ang rubber plantation of Xishuangbanna,
Ecology of Termite in Amazonian southwest China. European Journal
forest Pedobiologia, vol.38, No.5, of soil biology 55: 55-61
pp.407-428.
Matsumoto, T. And Abe, T., ( 1979 ). The
Role of Termites in an Equatorial

22

Das könnte Ihnen auch gefallen