Sie sind auf Seite 1von 13

LAPORAN PENDAHULUAN : PERILAKU KEKERASAN

KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGERTIAN
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.Berdasarkan
defenisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku
kekerasan scara verbal dan fisik.Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan
khusus. Marah lebih menunjuk kepada suatu perangkat perasaan-perasaan
tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah (Keliat, B. A, &
Akemat,2019)

B. ETIOLOGI
Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak
enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri,
kebutuhan akan status dan prestise yang tidak terpenuhi.
a. Frustasi, sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai
tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi.
Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa
frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan
sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
b. Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan
yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya
individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani
bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya. Kebutuhan
akan status dan prestise ; Manusia pada umumnya mempunyai keinginan
untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya
(Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, 2016)
C. TANDA DAN GEJALA
a. Observasi: Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi,
berdebat, klien sering memaksakan kehendak: merampas makanan,
memukul jika tidak senang.

1
b. Fisik : Mata melotot / pandangan tajam, tangan mengepal, rahang
mengatup, wajah memerah dan tegang serta postur tubuh kaku.
c. Verbal: Mengancam, mengupat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan
nada keras, kasar.
d. Perilaku: Menyerang orang lain, melukai diri sendiri, orang lain,
merusak lingkungan, amuk/ agresif.
e. Emosi: Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu,
dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin
berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
f. Intelektual: Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan
tidak jarang mengeluarkan kata-kata bernada kasar.
g. Spritual: Merasa diri berkuasa, merasa diri paling benar, keragu-raguan,
tidak bermoral.
h. Sosial: Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan
sindiran.
i. Perhatian: Bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual.
(Keliat, B. A, & Akemat,2019)

D. RENTANG RESPON MARAH


Skema Rentang Respon Kemarahan
Respon adaptif Respons maladaptif
I-------------------I------------------I----------------------I-------------------I
Asertif frustasi pasif agresif kekerasan

Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif.


Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai
perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
b. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau
keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan.
Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
c. Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan
perasaan yang dialami.

2
d. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat
dikontrol oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui
hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung
untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan
yang sama dari orang lain.
Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai
kehilangan kontrol diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya
sendiri maupun terhadap orang lain. (Keliat, B. A, & Akemat,2019).

E. PROSES MARAH
Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang
harus dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang
menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam.Kecemasan dapat
menimbulkan kemarahan.Berikut ini digambarkan proses kemarahan :
Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu :
Mengungkapkan secara verbal, menekan, dan menantang. Dari ketiga cara ini
cara yang pertama adalah konstruktif sedang dua cara yang lain adalah destruktif
Dengan melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa
bermusuhan, dan bila cara ini dipakai terus menerus, maka kemarahan dapat
diekspresikan pada diri sendiri dan lingkungan dan akan tampak sebagai depresi
dan psikomatik atau agresif dan ngamuk. (Keliat, B. A, & Akemat,2019)

F. GEJALA MARAH
Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang menimbulkan
pengrusakan, tetapi ada juga yang hanya diam seribu bahasa. Gejala-gejala atau
perubahan-perubahan yang timbul pada klien dalam keadaan marah diantaranya
adalah ;
a. Perubahan fisiologik : Tekanan darah meningkat, denyut nadi dan
pernapasan meningkat, pupil dilatasi, tonus otot meningkat, mual,
frekuensi buang air besar meningkat, kadang-kadang konstipasi, refleks
tendon tinggi.
b. Perubahan emosional : Mudah tersinggung , tidak sabar, frustasi, ekspresi
wajah nampak tegang, bila mengamuk kehilangan kontrol diri.

3
Perubahan perilaku : Agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga,
mengamuk, nada suara keras dan kasar. (Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar,
2016)
G. PERILAKU
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
a. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf
otonom beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan
darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl
meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva
meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan
otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan
disertai reflek yang cepat.
b. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku
asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena
individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang
lain secara fisik maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga
untuk pengembangan diri klien.
c. Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting
out” untuk menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan. (Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, 2016)
H. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan
stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme
pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri.

4
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya
ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk
melindungi diri antara lain :
a. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di
mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan
penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan
kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
b. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang
menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan
sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba
merayu, mencumbunya.
c. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan
masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada
orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau
didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua
merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga
perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
d. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan,
dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada
teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
e. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada
mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4
tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena
menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan
dengan temannya. (Badar, 2016)

5
I. PENATALAKSANAAN
Adapun penalaksanaan medik sebagai berikut :
a. Somatoterapi
Dengan tujuan memberikan pengaruh-pengaruh langsung berkaitan dengan
badan, biasanya dilakukan dengan :
a) Medikasi psikotropik
Medikasi psikotropik berarti terapi langsung dengan obat psikotropik
atau psikofarma yaitu obat-obat yang mempunyai efek terapeutik
langsung pada proses mental pasien karena efek obat tersebut pada
otak.
1. Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ/HLP)
2. Obat anti depresi, amitriptyline
3. Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam
4. Obat anti insomnia, phneobarbital
b) Terapi Elektrokonvulsi (ECT)
Terapi ini dilakukan dengan cara mengalirkan listrik sinusoid ke
tubuh penderita menerima aliran listrik yang terputus-putus.
c) Somatoterapi yang lain
1. Terapi konvulsi kardiasol, dengan menyuntikkan larutan
kardiazol 10% sehingga timbul konvulsi
2. Terapi koma insulin, dengan menyuntikkan insulin sehingga
pasien menjadi koma, kemusian dibiarkan 1-2 jam, kemudian
dibangunkan dengan suntikan gluk
b. Psikoterapi
Psikoterapi adalah salah satu pengobatan atau penyembuhan terhadap
suatu gangguan atau penyakit, yang pada umumnya dilakukan melalui
wawancara terapi atau melalui metode-metode tertentu misalnya :
relaksasi, bermain dan sebagainya. Dapat dilakukan secara individu atau
kelompok, tujuan utamanya adalah untuk menguatkan daya tahan mental
penderita, mengembankan mekanisme pertahanan diri yang baru dan lebih
baik serta untuk mengembalikan keseimbangan adaptifnya.

6
c. Manipulasi lingkungan
Manipulasi llingkunagan adalah upaya untuk mempengaruhi
lingkungan pasien, sehingga bisa membantu dalam proses
penyembuhannya. Teknis ini terutama diberikan atau diterapkan kepada
lingkungan penderita, khususnya keluarga.
Tujuan utamanya untuk mengembangkan atau merubah/menciptakan
situasi baru yang lebih kondusif terhadap lngkungan. Misalnya dengan
mengalihkan penderita kepada lingkunmgan baru yang dipandang lebih
baik dan kondusif, yang mampu mendukung proses penyembuhan yang
dilakukan. (Badar, 2016)

7
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
a. Data Fokus
a) Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi
terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi,
muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala
yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan,
ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan
refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah
bertambah.
b) Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya,
jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk,
bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
c) Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses
intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan
lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai
suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah,
mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses,
diklarifikasi, dan diintegrasikan.
d) Aspek social
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan
ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang
lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik
tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan
mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses
tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang
lain, menolak mengikuti aturan.

8
e) Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu
dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki
dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral
dan rasa tidak berdosa. (Keliat, A, B. Akemat, 2019)
b. Masalah Keperawatan Yang Kemungkinan Muncul
a) Perilaku Kekerasan
b) Risiko Perilaku Kekerasan (Yosep, I, H. Sutini, 2016)
c. Analisa Data
DATA PENGKAJIAN MASALAH KEPERAWATAN
Data Subjektif:
 Pasien mengatakan ia merasa
frustasi, cemas, dan terancam
 Pasien mengatakan ia merasa tidak di
hargai PERILAKU KEKERASAN
Data Objektif
 Muka merah, pandangan tajam, otot
tegang, nada suara tinggi, berdebat,
klien sering memaksakan kehendak:
merampas makanan, memukul jika
tidak senang.
(Badar, 2016)
d. Pohon Masalah
Resiko Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri : harga diri rendah, Halusinasi


(Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, 2016)

9
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Keliat mengatakan bahwa setelah dilakukan pengkajian, maka dirumuskanlah
masalah keperawatan yaitu Perilaku Kekerasan (sekaligus menjadi diagnose
keperawatan). (Keliat, A, B. Akemat, 2019)

C. INTERVENSI

NO Strategi Perencanaan Pasien Strategi Perencanaan Keluarga


1 SP I P SP I k
1. Mengidentifikasi penyebab 1. Mendiskusikan masalah
PK yang dirasakan keluarga
2. Mengidentifikasi Tanda dan dalam merawat pasien.
Gejala PK 2. Menjelaskan pengertian
3. Mengidentifikasi PK yang PK, tanda dan gejala, serta
dilakukan proses terjadinya PK.
4. Mengidentifikasi akibat PK 3. Menjelaskan cara merawat
5. Mengajarkan cara mengontrol pasien dengan PK.
PK
6. Melatih Pasien cara
mengontrol PK FISIK I (
Nafas Dalam )
7. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
2 SP II P SP II k
1. Memvalidasi masalah dan 1. Melatih keluarga
latihan sebelumnya mempraktekkan cara
2. Melatih pasien cara kontrol merawat pasien dengan
marah FISIK II ( memukul PK.
bantal / kasur / konversi 2. Melatih keluarga
energi ) melakukan cara merawat
3. Membimbing pasien langsung kepada pasien
memasukkan dalam jadwal PK.

10
kegiatan harian
3 SP III P. SP III k
1. Memvalidasi masalah dan 1. Membantu keluarga
latihan sebelumnya membuat jadual aktivitas
2. Melatih pasien cara di rumah termasuk minum
mengontrol PK secara Verbal obat (discharge planning).
(Meminta / menolak dan 2. Menjelaskan follow up
mengungkapkan marah secara pasien setelah pulang.
baik)
3. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
4 SP IV P
1. Memvalidasi masalah dan
latihan sebelumnya
2. Melatih pasien cara
mengontrol PK secara
spiritual (berdoa, berwudhu,
sholat)
3. Membibing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
5 SP V P
1. Memvalidasi masalh dan dan
latihan sebelumnya
2. Menjelaskan cara mengontrol
PK dengan meminum obat (
Prinsip 5 benar minum obat )
3. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
(Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, 2016)

11
D. IMPLEMENTASI

Merupakan insiatif dan rencana tindakan untuk tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan di susun dan ditunjukan pada
nursing orders untuk membantu klen mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi
factor-faktor yang memengaruhi masalah kesehatan klien. (Febriana, D, 2017)

E. EVALUASI
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan keberhasilan
intervensi. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan
antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan
tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian
pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Metode penulisan evaluasi
keperawatan dalam progress notes/catatan perkembangan pasien dapat dilakukan
dengan pendekatan SOAP: (Febriana, D, 2017)
a. S (Subjective) : adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari
klien setelah tindakan diberikan
b. O (Objective) : adalah hasil yang di dapat berupa pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan
c. A (Assesment) : Perilaku Kekerasan postif (+).
d. P (Planing) : Latihan cara mengendalikan kemarahan sebanyak 3x.
(Febriana, D, 2017)

12
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, A. (2016) Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa -
Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. 1st edn. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

Badar (2016) Asuhan Keperawatan Profesional Jiwa Pada Pasien Dengan Masalah
Utama ‘Isolasi Sosial’. Bogor: Penerbit In Media.

Febriana, D, V. (2017) Konsep Dasar Keperawatan. Yogyakarta: Healthy.

Keliat, A, B. Akemat, M. K. (2019) Model Praktik Profesional Keperawatan Jiwa.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Yosep, I, H. Sutini, T. (2016) Buku Ajar Keperawatan Jiwa. 7th edn. Bandung: PT
Refika Aditama.

13

Das könnte Ihnen auch gefallen