Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
TEKNIK KOSMETOLOGI
FORMULASI ANTIPERSPIRANT
Disusun Oleh :
Ulfah Istiqomah 16334083
Rini Kartini 16334089
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
SERENGSENG SAWAH - JAKARTA
2019
i
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “ANTIPERSPIRANT” dalam waktu yang ditentukan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata KuliahTeknik
Kosmetologi.Makalah ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Untuk itu
kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan karya tulis ini sangat kami
harapkan.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan masalah
Bagaimana karakteristik antiperspirant?
Apa saja komponen antiperspirant?
Apa saja metode pembuatan antiperspirant ?
Bagaimana evaluasi antiperspirant?
Bagaimana formulasi antiperspirant?
1.3. Tujuan
Untuk memahami karakteristik sediaan antiperspirant
Untuk memahami komponen yang baik pada sediaan antiperspirant
Untuk memahami evaluasi antiperspirant
Untuk membuat formulasi antiperspirant
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Anatomi Kulit
Kulit terdiri atas 2 lapisan utama yaitu epidermis dan dermis.
Epidermis merupakan jaringan epitel yang berasal dari ektoderm,
sedangkan dermis berupa jaringan ikat agak padat yang berasal dari
mesoderm. Di bawah dermis terdapat selapis jaringan ikat longgar
yaitu hipodermis, di beberapa tempat terdiri dari jaringan lemak
(Kalangi, 2013). Sedangkan menurut Harahap (2000), Kulit terbagi
atas tiga lapisan pokok yaitu epidermis, dermis atau korium dan
jaringan subkutan atau subkutis.
a. Epidermis, terbagi lagi atas empat lapisan yaitu basal atau stratum
germinativum, lapisan malphigi atau stratum spinosum, lapisan
granular atau stratum granulosum dan lapisan tanduk atau stratum
korneum.
b. Dermis atau korium merupakan lapisan di bawah epidermis dan di
atas jaringan subkutan. Dermis terdiri atas jaringan ikat.
3
c. Jaringan subkutan (subkutis atau hipodermis) merupakan lapisan
yang langsung dibawah dermis.
3. Fungsi Kulit
Kulit mempunyai fungsi bermacam-macam untuk menyesuaikan
tubuh dengan lingkungan sekitar. Kulit berfungsi sebagai:
Pelindung Kulit berfungsi sebagai pelindung melalui jaringan
tanduk sel epidermis paling luar yang membatasi masuknya
benda-benda dari luar tubuh yang dapat membahayakan. Kulit
juga menghasilkan melanin yang memberi perlindungan dari sinar
ultraviolet yang dipancarkan oleh matahari.
Pengatur Suhu Kulit berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh
dengan cara mengurangi peredaran darah di kulit pada suhu
dingin dan kulit membantu pengeluaran keringat melalui pori-pori
sehingga terjadi penguapan keringat pada suhu panas sehingga
tubuh tidak terjadi panas yang berlebihan.
4
Indera Perasa Indera perasa yang ada dikulit bekerja karena
rangsangan terhadap sensoris dalam kulit. Fungsi indera perasa
yang utama adalah merasakan nyeri, perabaan, panas dan dingin
(Harahap, 2000).
5
dengan melepaskan asam 3-methyl-2-hexenoic, yang mempunyai bau
yang sangat kuat (BPOM, 2009).
Masalah bau badan dapat dialami oleh setiap orang dan dapat
disebabkan oleh beberapa hal, seperti faktor genetik, kondisi
kejiwaan, faktor makanan, faktor kegemukan dan bahan pakaian yang
dipakai. Keringat yang dikeluarkan seseorang sangat terlibat dalam
proses timbulnya bau badan, dimana kelenjar apokrin yang
menghasilkannya telah terinfeksi oleh bakteri yang berperan dalam
proses pembusukan (Jacoeb, 2007). Beberapa bakteri yang diduga
menjadi penyebab bau badan tersebut diantaranya ialah
Staphylococcus epidermidis, Corynebacterium acne, Pseudomonas
aeruginosa dan Streptococcus pyogenes (Endarti et al., 2002).
Penggunaan antibiotik yang tidak benar biasanya akan membuat
bakteri menjadi bersifat resisten dan tetap memperbanyak diri dalam
inangnya. Menurut Bartlett (2007) bakteri S. epidermidis umumnya
telah resisten terhadap antibiotik penisilin dan metisilin, sehingga
perlu diketahui bahan alternatif yang dapat membasmi atau
menghambat pertumbuhan bakteri tersebut (Hamdiyati dkk, 2007).
Bau badan muncul karena penguraian lemak sebum pada kulit
menjadi asam lemak bebas (Endarti dkk, 2004).
2.2. Antiperspirant
Antiperspirant adalah bahan astringent yang digunakan pada kulit
untuk mengurangi keringat. Sedangkan Deodorant adalah zat yang
digunakan pada tubuh terutama untuk mengurangi bau badan yang
disebabkan oleh bakteri pengurai. Deodorant digunakan pada tubuh untuk
mengurangi bau badan yang disebabkan oleh bakteri pengurai keringat.
Food Drug Administration (FDA) menggolongkan dan mengatur deodorant
sebagai Kosmetik OTC (Over-The-Counter) (BPOM, 2009).
Sedangkan antiperspirant Deodorant digunakan pada tubuh untuk
mengurangi bau badan yang disebabkan oleh bakteri pengurai keringat.
Food Drug Administration (FDA) menggolongkan dan mengatur deodorant
6
sebagai Kosmetik OTC (Over-The-Counter) (BPOM, 2009).
Sedangkan antiperspirant adalah bahan astringent yang digunakan
pada kulit untuk mengurangi keringat. Di Amerika (FDA), antiperspirant
dikategorikan sebagai obat sebab cara kerjanya mempengaruhi fungsi tubuh
yaitu kelenjar keringat (BPOM, 2009).
Antiperspirants biasanya dipakai pada ketiak, sementara deodorant
dapat juga digunakan pada kaki dan daerah lain dalam bentuk semprot tapi
seiring dengan perkembangan jaman, saat ini antiperspirant juga digunakan
pada kaki untuk mengurangi keringat berlebih di daerah kaki (BPOM,
2009).
1. Mekanisme Kerja Antiperspiran
Untuk mengerti bagaimana mekanisme kerja deodorant
antiperspirant, kita harus mengerti kenapa kita memerlukan deodorant
atau antiperspirant. Seseorang membeli deodorant atau antiperspirant
bertujuan untuk mengurangi atau menutupi bau badan yang tidak enak
(BPOM, 2009).
Deodorant bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang ditemukan pada axial sedangkan antiperspirant
bekerja dengan cara membatasi jumlah sekresi kelenjar keringat yang
dikirim ke permukaan kulit melalui pembentukan halangan atau
sumbatan pada saluran keringat. Sebagai akibatnya, mekanisme
kerjanya akan mengurangi produksi keringat pada kelenjar keringat.
Perbedaan antara antiperspirant & deodorant yaitu:
Deodorant membiarkan pengeluaran keringat tetapi mencegah bau
melalui cara melawannya dengan bahan antiseptik yang membunuh
bakteri penyebab bau juga menutup bau dengan bahan parfum.
Antiperspirant mengandung perfume dan bahan kimia yang
menghambat atau menyumbat pori-pori untuk menghentikan
pengeluaran keringat (BPOM, 2009).
7
2. Macam- macam sediaan antiperspirant
Antiperspirant dapat berbentuk aerosol, bedak kompak, emulsi, krim,
larutan, atau stik.
a. Antiperspirant aerosol
b. Antiperspirant bedak kompak
c. Antiperspirant emulsi, merupakan larutan yang mengandung
emulgator. Untuk larutan yang mengandung kadar elektrolit tinggi
diperlukan ketelitian dalam memilih emulgator, agar tidak mudah
rusak.
d. Antiperspirant krim
e. Antiperspirant larutan
f. Antiperpirant stik, dibuat menggunakan garam kompleks dengan
penambahan laktat ke dalam aluminium klorhidrat. Garam
kompleks natrium aluminium klorhidroksilaktat dapat campur
dengan Natrium Stearatatau sabun lain, karena ionisasi Aluminium
dapat ditekan jika pH larutan meningkat menjadi 8-8,5 ,
menyebabkan sangat mudah campur.
8
yang sangat kental dan tidak bisa mengalir, yang dapat digunakan sebagai
kosmetika hairdressing dan hair setting.
Lotion kental lebih mudah dibuatnya, yaitu dengan menambahkan sedikit
demi sedikit gellant padat ke dalam fase cair yang diaduk terus menerus
dengan cepat memakai propeller yang digerakkan turbin.
Gel kental yang tidak bisa mengalir cara pembuatannya lebih sulit,
karena pada produk akhirnya udara tidak bisa melarikan diri dari
dalamnya seperti pada lotion kental. Gel kental harus dibuat dalam ruang
tanpa udara atau perlu diadakan proses pembuangan udara yang rumit.
Pemakaian carboxyvinyl polymers (misalnya karbopol) mempermudah
pengeluaran udara dari dalam gel.
Deodorant stik. Agak berbeda cara pembuatannya daripada lipstik karena
merupakan gel sabun dan pembuatannya mirip dengan pembuatan
emulsi, suatu fase minyak (fatty acid) diadukkan ke dalam suatu fase
larutan dalam air pada suhu sekitar 70oC. Gel panas yang terbentuk
diisikan ke dalam cetakan pada suhu sekitar 60-65oC dan dibiarkan
memadat (Jungerman, 1974).
9
telah mengabsorpsi keringat. Kemudian dapat diulang dengan
meletakkan pada ketiak bola pingpong yang disalut dengan campuran
serbuk Biru Bromfenol yang dibalut dengan kain kassa. Salutan
berubah menjadi biru dengan sedikit keringat, kepekatan warna yang
dihasilkan menunjukkan kecepatan sekresi ketiak.
2. Metode Pencatatan Kontinyu dan Gravitasi
Metode Gravitasi
Metode ini lebih baik untuk mengevaluasi efektivitas antiperspirant.
Dalam metode ini bahan absorben yang telah mengabsorbsi keringat
ditimbang, sebagai bahan absorben digunakan kain kassa yang telah
ditarra.
Metode Pencatatan Kontinyu
Metode ini paling teliti karena menggunakan higrometer elektronik.
Prinsip yang digunakan adalah sama, yakni dengan membuang terus
menerus uap lembab yang dihasilkan oleh bagian kulit yang tertutup
dengan menggunakan aliran udara kering.
10
BAB III
PEMBAHASAN
1. Aluminium chlorohydrate
Adalah kelompok garam yang mempunyai rumus umum AlnCl (3n-m)
(OH)m, biasa digunakan dalam deodorant dan antiprespirant serta flokulan
pada permunian air. Aluminium chlorhydrate digunakan dalam
antiprespirant dan pada treatment normal lebih dari yang diperlukan untuk
pengaturan suhu tubuh.
2. Aluminium suphate (Tawas)
Tawas adalah semacam bau putih agak bening yang bisa digunakan untuk
membeningkan air. Selain manfaatnya untuk menjernihkan air,
ternyatatawas juga dapat digunakan untuk menghilangkan bau badan
khususnya di daerah ketiak. Tawas merupakan salah satu bahan aktif dari
antiprespirant, walaupun demikian, awal tahun 2005 US Food and Drug
Administration tidak lagi mengakuinya sebagai pengurang keringat.
3. Potasium aluminium suphate (Potasium alum)
Potassium aluminium sulfate adalah bahan kimia yang sesuai dengan
11
rumus kimia KAI(SO4)212H2O, juga dikenal sebagai Aluminium
Potassium Sulfate. Potasium alum adalah astringent dan antiseptic,
oleh karena itu Potassium alum dapat digunakan sebagai deodorant
dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri penyebab bau badan
sekaligus mengurangi keluarnya keringat.
4. Aluminium Zirconium Tetrachlorohydrx gly
Anhydrous aluminium zirconium tetrachlorohydrex gly atau sinonimnya
Aluminum Zirconium Chloride Hydroxide; Aluminum Zirconium
tetrachlorohydtare; Aluminum zirconium chlorhydrate mempunyai dua
gugus fungsi utama antiprespiran, yaitu:
12
Ion aluminium dan zirconium membentuk gel yang
menyumbat pori-pori pada kulit, sumbatan yang mencegah
keluarnya keringat dari pori-pori. Kemampuan menyumbat ini
biasa terjadi pada antiprespirant berbasis aluminium.
Anhydrous aluminium zirconium tetrachlorohydrex gly
bersifat higroskopik sehingga menyerap keringat yang
dihasilkan pori- pori yang tidak tersumbat pada tempat
pertama.
5. Aquadest
Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa
Nama Lain : Aqua, aqua purificata
Nama Kimia : Dihidrogen oksida
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 16,02
Kelarutan :-
pH :7
Titik Didih : 100◦C
Wadah : Dalam wadah tertutup baik
Stabilitas :-
Inkompatibilitas : -
Sifat Khusus :-
13
Formula antiprespirant
14
3.3. Evaluasi
Pemeriksaan organoleptis
Hasil uji organoleptik deodorant yang baik adalah jika sampel sediaan
memiliki bentul, warna dan bau yang baik. Deodorant roll-on
dilakukan terhadap homogenitas, antara 3,6 (agak homogen) -4,07
(sangat homogen kelembutan, antara 3,9 (agak lembut)(sangat
lembut).kesan lengket dikulit dan penerimaan panelis terhadap
produk3,07(agak lengket)-3,53 (tidak lengket).Nilai rata-rata tingkat
homogenitas produk yang dinilai oleh panelis berkisar.Nilai rata-rata
penerimaan panelis terhadap produk berkisar antara 3,33
(biasalnetral)-3,5.
Uji stabilitas
Dilakukan terhadap pH
dan viskositas dengan pengarnatan setiap tujuh hari sekali
selama 35 hari.
Laju perubahan pH reJatif terhadap kondisi.
Laju perubahan viskositas relatif terhadap kondisi awal.
Uji Iritasi
Iritasi kulit
Ketebalan pada kulit
Uji Kosmomikrobiologi
15
Uji Pengawetan
pH
pH derajat keasamaan digunakan untuk menyatakan tingkat
keasamaan atau konsentrasi H+ dalam suatu sediaan. Nilai pH
berdasarkan dari 0 hingga 14. Suatu sediaan dikatakan netral apabila
memiliki nilai Ph = 7. Nilai pH > 7 menunjukkan memiliki sifat basa,
sedangkan nilai <7 adalah asam. pH deodorant yag dianjurkan oleh
literatur yaitu berkisar 7- 8.
16
BAB IV
PENUTUPAN
4.1. Kesimpulan
Karakteristik antiperspirant yang baik adalah dapat menghilangkan keringat
berlebihan, tidak merangsang kulit atau tidak iritasi pada kulit, dapat
membunuh atau mengurangi aktivitas bakteri yang tidak menguntungan,
tidak beracun, cocok untuk semua jenis kulit, mudah digunakan, nyaman,
tidak meninggalkan bekas, tidak lengket, tidak merubah/mengurangi aroma
parfum, mudah disimpan.
Metode pembuatan antiperspirant dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu,
metode noda, metode pencatatan kontinyu dan gravitasi dan yang terakhir
metode gravitasi
Komponen yang digunakan adalah bahan alam yaitu lendir lidah buaya
dengan penambahan bahan tambahan untuk membantu dalam pembuatan
sediaannya.
4.2. Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih mendalam dalam pembuatan sediaan
antiperspirant agar dapat diciptakan inovasi baru untuk sediaan
antiperspirant yang bisa tahan lebih lama saat dipakai.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
19