Sie sind auf Seite 1von 48

ANALISIS EKONOMI ALAT PENGERING JAGUNG TIPE

SILINDER VERTIKAL

(Skripsi)

Oleh
Andri Anggawa

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACT

ECONOMIC ANALYSIS OF VERTICAL CYLINDER MACHINE


TYPE CORN DRYER

By

Andri Anggawa

Corn is one of the strategic commodities for Indonesia because of its very

important role, both for food and feed needs as well as other industries. Drying is

an attempt to reduce the moisture content of materials to achieve the levels of

water in balance with the surrounding environment and extend the shelf life of

corn. The use of vertical cylinder type rice dryers have several advantages,

including low budget, easy to operate, easy to install, easy to be dismantled

relocated and also easy to repair and maintain. The goal of this research is to

know the value of economic or financial feasibility of a vertical cylinder type of

corn dryer.

This research was carried out in August-September 2018 in the Resource

Laboratory and Agricultural Machinery Tools, Agricultural Engineering

Department, Faculty of Agriculture, University of Lampung. The tools used in

this research is the vertical cylinder type of corn dryer and the objects include,

forms of cost details machine building, details of the cost incurred during testing

period, and the details engine specifications of vertical cylinder type of corn dryer.
To obtain high profits on vertical cylinder type of corn dryer, the analysis needs to

be done on each system works of the machine. The engine economical age factor,

the engine maintenance costs, and the cost of depreciation which refers to the use

of the fuel is also include the calculations. The processed data were calculated and

compared to finally get the value of the machine towards the costs of its

operational performance. From the results of the calculations will be determined

Break Even Point (BEP), Net Present Value (NPV), Benefit Cost ratio (B/C

Ratio), the staple costs, IRR, and the yearly income.

Based on the economic analysis results, the costs of drying staple earned per year

is Rp. 172,1/kg, Net Present Value (NPV) of the vertical cylinder type of corn

dryer is Rp. 87.933.243/year, Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) of the vertical

cylinder type of corn dryer is 1.75, Break Even Point (BEP) is Rp. 2.566,6

kg/year, the IRR and the vertical cylinder type of corn dryer’s income are

1239,57% and Rp. 24.016.500/year.

Keywords : Basic cost, Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Break Even Point
(BEP), corn, income, IRR, and Net Present Value (NPV).
ABSTRAK

ANALISIS EKONOMI ALAT PENGERING JAGUNG TIPE


SILINDER VERTIKAL

Oleh

Andri Anggawa

Jagung merupakan salah satu komoditas strategis bagi Indonesia karena

peranannya sangat penting, baik untuk kebutuhan pangan dan pakan maupun

industri lainnya. Pengeringan merupakan upaya untuk mengurangi kandungan air

pada bahan hingga tercapainya kadar air yang seimbang dengan lingkungan

sekitar dan memperpanjang umur simpan jagung. Penggunaan alat pengering padi

tipe silinder vertikal memiliki beberapa keunggulan diantaranya, biaya murah,

mudah dioperasikan, mudah dibongkar pasang, mudah dipindahkan, mudah

diperbaiki dan dirawat Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai

kelayakan ekonomi atau finansial dari alat pengering jagung tipe silinder vertikal

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - September 2018 di Laboratorium

Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Universitas Lampung. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin

pengering jagung tipe silinder vertikal dan bahan meliputi meliputi borang yang
berupa rincian biaya pembuatan mesin, rincian biaya yang dikeluarkan selama

pengujian, dan rincian spesifikasi mesin pengering jagung tipe silinder vertikal.

Untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada alat pengering jagung tipe

silinder vertikal, maka perlu dilakukan analisis pada tiap-tiap sistem bekerja pada

mesin tersebut. Faktor umur ekonomis mesin, biaya pemeliharan, biaya

penyusustan yang mengacu pada penggunaan bahan bakar juga menjadi salah satu

perhitungannya. Data tersebut diolah dihitung dan akhirnya dibandingkan untuk

mendapatkan nilai peforma mesin terhadap biaya operasionalnya. Dari hasil

perhitungan tersebut akan ditentukan Break Even Point (BEP), Net Present

Value (NPV), Benefit Cost Rasio (B/C Ratio), biaya pokok, IRR, dan

pendapatan per tahun.

Berdasarkan hasil analisis ekonomis diperoleh biaya pokok pengeringan per tahun

adalah Rp 172,1/kg, NPV alat pengering jagung tipe silinder vertikal sebesar Rp

87.933.243/tahun, B/C Ratio alat pengering jagung tipe silinder vertikal sebesar

1,98, BEP sebesar Rp. 2.566,6 kg/tahun, IRR dan pendapatan alat pengering

jagung tipe silinder vertikal sebesar 1239,57% dan Rp. 24.016.500/tahun.

Kata Kunci : B/C Rasio, BEP, biaya pokok, jagung, IRR, NPV, dan pendapatan.
ANALISIS EKONOMI ALAT PENGERING JAGUNG TIPE
SILINDER VERTIKAL

Oleh

Andri Anggawa

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar


SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada

Jurusan Teknik Pertanian


Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Suka Jaya, pada tanggal 14

September 1994 sebagai anak kedua dari keluarga Bapak

Sapri dan Ibu Sarinah. Penulis menyesaikan pendidikan

mulai dari SD Negeri 2 Mulang Maya pada tahun 2000-

2006, SMP Negeri 05 Metro pada tahun 2006-2009, SMA

Utama Wacana Metro pada tahun 2009-2012 dan terdaftar

sebagai mahasiswa S1 Teknik Pertanian di Universitas Lampung pada tahun 2014

melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Selama menjadi mahasiswa penulis terdaftar aktif diorganisasi kemahasiswaan.

Pada tahun 2018 penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata

(KKN) Tematik Periode I tahun 2018 di Desa Pulung Kencana Kecamatan Tulang

Bawang Barat Kabupaten Tulang Bawang dan melaksanakan Praktik Umum (PU)

di PT. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, Bandung, Jawa Barat dengan

judul laporan “Proses Pelayuan Pada Teh Hitam dalam Skala Mini Processing di

Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, Bandung, Jawa Barat”.


“Kupersembahkan karya kecil ini untuk

Kedua Orang Tuaku, Kakakku dan adikku tersayang

Serta

“Kepada Al mamater Tercinta”

Teknik Pertanian 2014


SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir perkuliahan dalam penyusunan

skripsi ini. Sholawat teriring salam semoga selalu tercurah kepada syuri tauladan

Nabi Muhammad SAW dan keluarga serta para sahabatnya. Aamiin.

Skripsi yang berjudul “Analisis Ekonomi Alat Pengering Jagung Tipe Silinder

Vertikal” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi

Pertanian (S.TP) di Universitas Lampung.

Penulis memahami dalam penyusunan skripsi ini begitu banyak cobaan, suka dan

duka yang dihadapi, namun berkat ketulusan doa, semangat, bimbingan, motivasi,

dan dukungan orang tua serta berbagai pihak sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Maka pada kesempatan kali ini penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku dekan Fakultas Pertanian

yang telah membantu dalam administrasi skripsi ini.

2. Dr. Ir. Agus Haryanto M.P. selaku ketuan jurusan Teknik Pertanian

Universitas Lampung

i
3. Dr. Ir. Sandri Asmara, M.Si. selaku pembimbing pertama, yang telah

memberikan bimbingan dan saran sehingga terselesaikanya skripsi ini.

4. Ir. Zen Kadir, M.T. selaku pembimbing kedua sekaligus pembimbing

akademik yang telah memberikan berbagai masukan dan bimbingannya

dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Dr. Siti Suharyatun, S.TP., M.Si. selaku pembahas yang telah memberikan

saran, masukan, dan membantu administrasi dalam penyelesaian dan

perbaikan selama penyusunan skripsi ini.

6. Ayah, Ibu, Kakakku serta Adikku tercinta yang telah memberikan kasih

sayang, dukungan moral, material dan doa.

7. Dian Nova Ayu Pulung yang telah memberikan motivasi, semangat dan

selalu mendukung selama masa perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

8. Mahasiswa Teknik Pertanian angkatan 2014 yang telah memberikan

dukungan dan doa selama penyusunan skripsi ini.

Bandar Lampun, 20 Desember 2018

Penulis,

Andri Anggawa

3
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv

I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Tujuan Penelitian........................................................................... 3

1.3 Manfaat Penelitian......................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4

2.1. Pengeringan ................................................................................... 4

2.2 Jagung............................................................................................ 6

2.3 Analisis Ekonomi .......................................................................... 8

2.4 Analisis Biaya ............................................................................... ...9


2.4.1 Biaya Tetap (Fixed Cost) ........................................................ 9
2.4.2 Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) ....................................... 10
2.4.3 Biaya Total (Total Cost)....................................................... 12
2.4.4 Biaya Pokok Pengeringan ..................................................... 13
2.4.5 Analisis Titik Impas ( Break Even Point) ............................. 13
2.4.6 Analisis Kelayakan ................................................................ 13

III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 16

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 16

3.2 Alat dan Bahan Penelitian ............................................................. 16

3.3 Pengumpulan Data ........................................................................ 18

i
3.4 Analisis Data ................................................................................. 18

3.5 Analisis Biaya ............................................................................... 18


3.5.1 Biaya Tetap (Fixed Cost) ...................................................... 18
3.5.2 Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) ....................................... 19
3.5.3 Biaya Total (Total Cost) Per Tahun ...................................... 20
3.5.4 Biaya Pokok Pengeringan (BP) Per Tahun ........................... 21
3.5.5 Pendapatan ............................................................................ 21
3.5.6 Analisis Titik Impas ( Break Even Point) ............................. 22
3.5.7 Analisis Kelayakan ................................................................ 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 26

4.1 Hasil Penelitian ............................................................................. 26


4.1.1 Biaya Tetap (Fixed Cost) ...................................................... 27
4.1.2 Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) ....................................... 28
4.1.3 Biaya Total (Total Cost)........................................................ 29
4.1.4 Biaya Pokok Pengeringan ..................................................... 29

4.2 Pembahasan ................................................................................... 30


4.2.1 Pendapatan ............................................................................ 30
4.2.2 Analisis Titik Impas (Break Even Point) .............................. 30
4.2.3 Analisis Kelayakan ................................................................ 31
4.2.4Analisis Sensitifitas ................................................................ 33

V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 37

5.1 Kesimpulan.................................................................................... 37

5.2 Saran .............................................................................................. 37

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 39

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alat pengering jagung tipe silinder vertikal ........................................ 17

Gambar 2. Alat pengering jagung tipe silinder vertikal hasil modifikasi ............. 83

Gambar 3. Ruang pembakaran alat penfering jagung tipe silinder vertikal .......... 83

Gambar 4. Ruang pengering dan ruang plenum.................................................... 84

Gambar 5. Ruang kipas angina (Blower) .............................................................. 84

Gambar 6. Tempat pengeluaran jagung ................................................................ 85

Gambar 7. Saluran udara menuju ruang plenum ................................................... 85

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Analisis biaya penyusutan alat pengering jagung tipe silinder vertikal .. 27

Tabel 2. Analisis biaya tidak tetap mesin pengering jagung tipe silinder vertikal 29

Tabel 3. Analisis biaya total alat pengering jagung tipe silinder vertikal ............ 29

Tabel 4. Analisis biaya pokok alat pengering jagung tipe silinder vertikal ......... 30

Tabel 5. Analisis pendapatan alat pengering jagung tipe silinder vertikal .......... 30

Tabel 6. Arus kas pada alat pengering jagung tipe silinder vertikal .................... 32

Tabel 7. Analisis NPV, B/C Ratio, dan IRR pada alat pengering jagung tipe
silinder vertikal ....................................................................................... 32

Tabel 8. Analisis sensitifitas pada pengujian alat pengering jagung tipe silinder
vertikal hasil modifikasi dengan parameter perubahan kapasitas alat. ... 34

Tabel 9. Analisis sensitifitas pada pengujian alat pengering jagung tipe silinder
vertikal hasil modifikasi dengan parameter perubahan hari kerja. ......... 35

Tabel 10. Analisis sensitifitas pada pengujian alat pengering jagung tipe silinder
vertikal hasil modifikasi dengan parameter perubahan biaya jasa
pengeringan ............................................................................................. 35

Tabel 11. Daftar biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan alat pengering jagung
tipe silinder vertikal ................................................................................ 42

Tabel 12. Konsumsi bahan bakar tiap ulangan ..................................................... 43

Tabel 13. Arus kas pengujian alat pengering jagung tipe silinder vertikal ........... 48

Tabel 14. Arus kas untuk mencari nilai irr alat pengering jagung tipe silinder
vertikal .................................................................................................... 49

Tabel 15. Analisis penyusutan alat pengering jagung tipe silinder vertikal ......... 49

iv
Tabel 16. Analisis sensitifitas pada pengujian alat pengering jagung tipe silinder
vertikal hasil modifikasi dengan parameter perubahan kapasitas alat. . 51

Tabel 17. Analisis sensitifitas pada pengujian alat pengering jagung tipe silinder
vertikal hasil modifikasi dengan parameter perubahan hari kerja. ....... 51

Tabel 18. Analisis sensitifitas pada pengujian alat pengering jagung tipe silinder
vertikal hasil modifikasi dengan parameter perubahan biaya jasa
pengeringan. ......................................................................................... 52

Tabel 19. Arus kas pengujian alat pengering jagung tipe silinder vertikal ........... 62

Tabel 20. Arus kas pengujian alat pengering jagung tipe silinder vertikal ........... 57

Tabel 21. Arus kas pengujian alat pengering jagung tipe silinder vertikal ........... 67

Tabel 22. Arus kas pengujian alat pengering jagung tipe silinder vertikal ........... 72

Tabel 23. Arus kas pengujian alat pengering jagung tipe silinder vertikal .......... 77

Tabel 24. Arus kas pengujian alat pengering jagung tipe silinder vertikal .......... 82

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Nilai-nilai dan asumsi perhitungan biaya alat pengering jagung tipe
silinder vertikal ................................................................................ 43

Lampiran 2. Analisis biaya pada pengujian alat pengering jagung tipe silinder
vertikal dengan kapasitas 250 kg (1 hari 3 kali proses pengeringan)
......................................................................................................... 44

Lampiran 3. Analisis biaya pada pengujian alat pengering jagung tipe silinder
vertikal hasil modifikasi dengan parameter perubahan kapasitas 235
kg (upah kerja Rp. 350 dan jam kerja 7 jam) (dalam 1 hari 3 kali
proses pengeringan). ........................................................................ 53

Lampiran 4. Analisis biaya pada pengujian alat pengering jagung tipe silinder
vertikal hasil modifikasi dengan parameter perubahan kapasitas 265
kg (upah kerja Rp. 350 dan jam kerja 7 jam) (dalam 1 hari 3 kali
proses pengeringan). ........................................................................ 58

Lampiran 5. Analisis biaya pada pengujian alat pengering jagung tipe silinder
vertikal hasil modifikasi dengan parameter hari kerja 220 jam/tahun
(upah kerja Rp. 350 dan kapasitas alat 250 kg) (dalam 1 hari 3 kali
proses pengeringan). ........................................................................ 68

Lampiran 6. Analisis biaya pada pengujian alat pengering jagung tipe silinder
vertikal hasil modifikasi dengan parameter perubahan upah kerja Rp.
330 (kapasitas alat 250 kg dan hari kerja 180 hari/tahun) (dalam 1
hari 3 kali proses pengeringan). ....................................................... 73

Lampiran 7. Analisis biaya pada pengujian alat pengering jagung tipe silinder
vertikal hasil modifikasi dengan parameter perubahan upah kerja Rp.
370 (kapasitas alat 250 kg dan hari kerja 180 hari/tahun) (dalam 1 hari
3 kali proses pengeringan).................................................................. 78

Lampiran 8. Foto-foto alat pengering jagung tipe silinder vertikal hasil modifikasi
............................................................................................................ 82
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Provinsi Lampung menjadi daerah penghasil jagung terbesar nasional setelah

Jawa Timur dan Jawa Tengah. Pada tahun 2016 produksi jagung mencapai 1,7

ton, tahun 2017 meningkat hingga 2,4 juta ton. Secara nasional Lampung

menyumbang 8,59% produksi nasional. Salah satu program pendukungnya yakni

fasilitas pengembangan jagung 189 ribu hektare dan pembukaan lahan baru

seperti di Kota Terpadu Mandiri (KTM) Mesuji. Total luas lahan jagung di

seluruh sentra kini mencapai 464.712 hektare.

Pengeringan hasil panen pertanian merupakan masalah utama yang sering

dihadapi oleh petani tradisional. Kadar air awal yang cukup tinggi dan cuaca

yang tidak mendukung sering menjadi kendala yang sangat sulit dihadapi. Proses

pengeringan yang banyak dilakukan secara konvensional adalah menjemur produk

yang akan dikeringkan dibawah sinar terik matahari. Cara ini memerlukan waktu

yang lama dan apabila digunakan untuk mengeringkan bahan pangan tingkat

kehigienisannya kurang terjamin karena kemungkinan terkontaminasi oleh

polutan. Agar hasil pertanian tetap bertahan dalam jangka waktu yang lama maka

perlu dilakukan pengeringan dengan menggunakan teknologi pengeringan yang

sesuai.
2

Pengeringan merupakan upaya untuk mengurangi kandungan air pada bahan

hingga tercapainya kadar air yang seimbang dengan lingkungan sekitar. Tujuan

proses pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air sehingga memperlambat

laju kerusakan bahan oleh mikroorganisme. Banyak faktor yang harus

diperhatikan dalam melakukan pengeringan antara lain suhu,tekanan, dan

mekanisme perpindahan bahan. Salah satu alat pengering buatan untuk

mengeringkan jagung adalah pengering silinder vertikal. Alat ini memiliki ruang

pengering (plenum) berbentuk silinder dan berdiri secara vertikal. Alat pengering

ini lebih sesuai dipergunakan untuk mengeringkan bahan pangan berbentuk bijian

(padi dan jagung).

Pengeringan bertujuan untuk memperpanjang umur simpan dengan cara

mengurangi kadar air untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme pembusuk.

Dalam proses pengeringan dilakukan pengaturan terhadap suhu, kelembaban (RH)

dan aliran udara. Perubahan kadar air dalam bahan pangan disebabkan oleh

perubahan energi dalam proses pengeringan yang dapat menghambat

pertumbuhan mikroorganisme sehingga bahan pangan (jagung) mampu

mempertahankan mutu produknya terhadap perubahan fisik dan kimiawi

(Riansyah dkk, 2013).

Alat pengering jagung tipe silinder vertikal memiliki beberapa keunggulan

diantaranya, biaya murah, mudah dioperasikan, mudah dibongkar pasang, mudah

dipindahkan, mudah diperbaiki dan dirawat. Penelitian Putra (2018)

memanfaatkan alat pengering silinder vertikal mengeringkan jagung

menghasilkan waktu pengeringan rata-rata 7 jam dengan kadar air rata-rata 27,5%

menjadi 12,4% dengan efisiensi pengeringan rata-rata sebesar 24,67%.


3

Berdasarkan penelitian Putra tersebut kinerja alat pengering perlu dilakukan

analisis ekonomi untuk melihat kelayakan finansialnya. Hal ini yang menjadi latar

belakang penelitian ini dilakukan.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai kelayakan ekonomi atau

finansial dari alat pengering jagung tipe silinder vertikal.

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang alat

pengering jagung silinder vertikal terkait dengan efisiensi dan efektivitas kinerja.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengeringan

Pengeringan merupakan suatu metode pengawetan dengan cara mengurangi kadar

air bahan pangan sehingga memiliki daya simpan yang cukup lama. Menurut

Arianto (2010) dalam Hargono (2012) bahwa kadar air pada produk pangan yang

aman disimpan dan untuk diolah lagi adalah 15% atau kurang maka aktivitas

mikroba, bakteri, dan jamur menjadi terhambat sehingga jagung dapat dipasarkan

ke tempat-tempat jauh dan akan tahan lama. Dari proses pengeringan, hasil yang

diperoleh ialah bahan akhir yang memiliki kadar air setara dengan kadar air

keseimbangan udara (atmosfir) atau setara dengan nilai aktifitas air (Aw) yang

aman dari kerusakan mikrobiologis. Pengertian dari proses pengeringan berbeda

dengan proses penguapan (evaporasi). Proses penguapan atau evaporasi

merupakan suatu proses pemisahan uap air dalam bentuk murni dari suatu

campuran yang berupa larutan atau bahan cair dalam jumlah volume yang relatif

banyak.

Tujuan pengeringan adalah menurunkan kadar air biji sehingga aktivitas biologis

terhenti dan mikroorganisme serta serangga tidak bisa hidup di dalamnya,

meningkatkan daya simpan biji jagung, meningkatkan nilai ekonomi jagung,

pengangkutan lebih ringan sehingga biaya pengangkutan dapat dikurangi. Prinsip


5

dasar proses pengeringan adalah proses terjadinya pindah panas dari alat

pengering dan difusi air (pindah massa) dari bahan yang dikeringkan. Pindah

panas air tersebut memerlukan perubahan fase air dari cair menjadi uap, sehingga

proses perubahan tersebut memerlukan panas laten. Menurut Djaeni, dkk (2011)

pengering dengan pemanasan konveksi (oven, fluidisasi) dimana udara panas

dihasilkan melalui proses pemanasan baik dengan steam, listrik, atau gas hasil

pembakaran, lebih handal dari pengering matahari. Pada sistem ini waktu operasi

lebih singkat, kontaminasi produk rendah, kadar air dalam produk dapat dikontrol,

tidak ada ketergantungan terhadap musim, serta biaya buruh dapat ditekan.

Namun kualitas produk mengalami penurunan akibat introduksi panas, dan

efisiensi pengeringan rendah atau boros energi. Bahkan pada pengeringan jagung

dengan suhu >60⁰ C terjadi kerusakan pada tekstur dan kandungan proteinnya.

Proses pengeringan dipengaruhi oleh suhu, tekanan, kelembaban udara

lingkungan, kecepatan aliran udara pengering, kandungan air yang diinginkan,

energi pengering, dan kapasitas pengering. Pengeringan yang terlampau cepat

dapat merusak bahan, oleh karena permukaan bahan terlalu cepat kering sehingga

kurang bisa diimbangi dengan kecepatan gerakan air di dalam bahan yang

menuju permukaan bahan tersebut. Adanya pengeringan cepat menyebabkan

pengerasan pada permukaan bahan, selanjutnya air di dalam bahan tersebut tidak

dapat lagi menguap karena terhambat.

Dalam pengeringan, keseimbangan kadar air menentukan batas akhir dari proses

pengeringan. Kelembapan udara nisbi serta suhu udara pada bahan kering

biasanya mempengaruhi keseimbangan kadar air. Pada saat kadar air seimbang,

penguapan air pada bahan akan terhenti dan jumlah molekul - molekul air yang
6

akan diuapkan sama dengan jumlah molekul air yang diserap oleh

permukaan bahan.

Alat pengering tipe silinder vertikal terdiri dari tungku pembakaran (furnace) tipe

ini mempunyai bentuk kontruksi silinder dan bentuk alas (lantai) bulat. Tube

dipasang vertikal ataupun konikal, Burner dipasang pada lantai sehingga nyala api

tegak lurus ke atas sejajar dengan dinding tungku pembakaran (furnace). Tungku

pembakaran (furnace) ini dibuat dengan atau tanpa ruang konveksi. Jenis pipa

pemanas yang dipasang di ruang konveksi biasanya menggunakan finned tube

yang banyak digunakan pada furnace dengan bahan bakar gas. Aplikasi tipe

silinder vertikal :

1. Digunakan untuk pemanasan fluida yang mempunyai perbedaan suhu antara

inlet dan outlet tidak terlalu besar atau sekitar 200OF (900OC)

2. Beban kalor berkisar antara 10 s/d 200 Kj/jam.

3. Umumnya dipakai pemanas fluida umpan reactor.

2.2 Jagung

Tanaman jagung (Zea mays L) sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan

hewan. Jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting

setelah padi. Berdasarkan urutan bahan makanan pokok didunia, jagung

menduduki urutan ketiga setelah gandum dan padi. Oleh karena itu, mutu jagung

perlu ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung

dipanen sampai siap konsumsi untuk mengurangi kehilangan kuantitatif dan

kehilangan kualitatif.
7

Jagung merupakan salah satu komoditas strategis bagi Indonesia karena

peranannya sangat penting, baik untuk kebutuhan pangan dan pakan maupun

industri lainnya. Pada masa yang akan datang, Indonesia tidak mustahil akan

menggunakan jagung sebagai salah satu bahan baku alternatif untuk industri

biofuel. Penggunaan komoditi jagung lebih didominasi untuk bahan baku utama

industri pakan ternak, yaitu sebesar 51 persen. Selanjutnya diikuti penggunaan

bahan pangan antara lain pangan langsung, bahan baku minyak nabati non

kolesterol, tepung jagung dan makanan kecil (Zakaria, 2011).

Pengeringan jagung adalah proses penurunan kadar air jagung sampai mencapai

nilai tertentu sehingga siap untuk diolah/digiling atau aman untuk disimpan

dalam waktu yang lama. Jika butiran jagung yang akan disimpan tidak

dikeringkan, maka bahan akan berubah sifat atau rusak akibat terjadinya

pembusukan atau aktivitas mikroorganisme. Pengeringan butiran berkadar air

tinggi, dapat dilakukan baik dalam waktu lama pada suhu udara pengering yang

rendah atau dalam waktu yang lebih pendek pada suhu yang lebih tinggi. Jika

waktu yang dilakukan untuk pengeringan terlalu lama, dapat menyebabkan

penjamuran dan pembusukan, apalagi jika dilakukan pada musim penghujan.

Sebaliknya, temperatur yang terlalu tinggi bisa menyebabkan kerusakan baik

secara fisik maupun kimia terhadap butiran tersebut, khususnya untuk bahan-

bahan yang sangat sensitif terhadap temperature (Istadi dkk, 2000).

Proses pascapanen jagung terdiri dari atas serangkaian kegiatan yang dimulai dari

pemetikan dan pengeringan tongkol, pemipilan tongkol, pengemasan biji, dan

penyimpanan sebelum dijual ke pedagang pengumpul. Semua proses tersebut

apabila tidak ditangani dengan baik akan menurunkan kualitas produk karena
8

berubahnya warna biji akibat terinfeksi cendawan, jagung mengalami

pembusukan, tercampur benda asing yang membahayakan kesehatan (Firmansyah

dkk, 2006).

Kehilangan hasil jagung pada pascapanen dapat berupa kehilangan kuantitatif dan

kualitatif. Kehilangan kuantitatif merupakan susut hasil akibat tertinggal di lapang

waktu panen, tercecer saat pengangkutan, atau tidak terpipil. Kehilangan kualitatif

merupakan penurunan mutu hasil akibat butir rusak, butir berkecambah, atau biji

keriput selama proses pengeringan, pemipilan, pengngkutan atau penyimpanan.

Permasalahan lain dalam penanganan pascapanen jagung di tingkat petani adalah

tidak tersedianya sarana prosesing yang memadai, padahal petani umumnya

memanen jagung pada musim hujan dengan kadar air biji di atas 35%. Oleh

karena itu, diperlukan inovasi teknologi prosesing yang tepat, baik dari segi

peralatan maupun sosial dan ekonomi.

2.3 Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus

dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat

diketahui besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan.

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada output yang

dihasilkan. Dimana semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin

banyak bahan yang digunakan. Sedangkan, biaya tetap adalah biaya yang tidak

tergantung pada banyak sedikitnya produk yang akan dihasilkan (Priyo, 2012).

Jenis-jenis analisis ekonomi yaitu Ekonomi deskriptif, Teori ekonomi, dan

Ekonomi terapan.
9

Menurut Priyo (2012), Ekonomi deskriptif adalah analisis ekonomi yang

menggambarkan keadaan yang sebenarnya wujud dalam perekonomian. Setiap

ilmu pengetahuan bertujuan untuk menganalisis kenyataan yang wujud di alam

semesta dan didalam kehidupan manusia.Teori ekonomi adalah pandangan-

pandangan yang mengambarkan sifat hubungan yang wujud dalam kegiatan

ekonomi, dan ramalan tentang peristiwa yang terjadi apabila suatu keadaan yang

mempengaruhinya mengalami perubahan.Ekonomi terapan disebut juga sebagai

teori kebijakan ekonomi, yaitu cabang ilmu ekonomi yang menelaah tentang

kebijakan yang perlu dilaksanakan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi.

2.4 Analisis Biaya

Investasi pada suatu usaha harus didasarkan pada perhitungan ekonomis agar

usaha tersebut tidak merugi. Seiring waktu yang berjalan nilai usaha tersebut

akan mengalami penyusutan dan terjadinya inflasi. Hal ini harus disadari

oleh para investor sebelum melakukan investasi. Untuk menganalisis

kelayakan mesin pengering jagung tipe silinder vertikal.

2.4.1 Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap (Fixed cost) adalah biaya yang dikeluarkan baik pada saat mesin

digunakan maupun dalam keadaan tidak digunakan. Biaya ini tidak tergantung

pada pemakaian alat atau mesin. Biaya penggunaan per jam tidak berubah

dengan penggunaan jam kerja tiap tahun dari pemakaian alat mesin tersebut

(Penson, et al., 1982 dalam Risyanto, 2007). Biaya-biaya yang termasuk dalam

biaya tetap adalah biaya penyusutan, dan biaya gudang.


10

a) Biaya Penyusutan

Biaya penyusutan dihitung berdasarkan umur ekonomisnya. Umur dari suatu

alat dinyatakan dalam tahun atau jumlah jam kerja, dan lamanya akan sangat

dipengaruhi oleh cara dan pemeliharaannya. Dalam perhitungan biaya

penyusutan dikenal 4 metode, yaitu:

1. Metode garis lurus (straight line method)

2. Metode penjumlahan angka tahun (sum of the years digits method)

3. Metode pengurangan berganda (double declining balance method)

4. Metode sinking fund

Perhitungan biaya penyusutan pada penelitian ini menggunakan metode garis

lurus (straight line method) yang juga memperhatikan bunga modal. Metode

garis lurus adalah metode yang pada dasarnya memberikan hasil perhitungan

yang sama setiap tahun selama umur perhitungan aset.

b) Biaya Gudang

Biaya gudang dihitung sebagai akibat tidak adanya gudang atau garasi pada alat

atau mesin. Seperti diketahui bahwa dengan adanya gudang maka perbaikan

mesin akan menjadi mudah dan aman, pemeliharaan yang teratur dan baik, serta

dapat mengurangi kerusakan alat atau mesin yang dapat mencegah berkurangnya

usia ekonomis alat. Besarnya biaya gudang diperkirakan sebesar 1% dari harga

mesin (P) per tahun.

2.4.2 Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)

Menurut Giatman (2006), biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya-biaya

yang dikeluarkan pada saat alat atau mesin bekerja dan jumlahnya tergantung
11

pada jumlah jam kerja pemakaian pada saat digunakan. Perhitungan biaya tetap

dilakukan dalam satuanRp/tahun. Biaya tidak tetap terdiri dari biaya operator,

biaya pemakaian listrik, biaya bahan bakar, biaya perawatan dan perbaikan, serta

biaya lain-lain yang tidak terduga.

a) Biaya Operator

Biaya operator adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengupah seseorang yang

bertugas untuk mengoperasikan alat atau mesin yang digunakan. Dasar

penentuan biaya operator adalah besarnya upah minimum kota (UMK) biasanya

dinyatakan dalam satuan Rp/hari atau Rp/jam atau juga menggunakan upah uruh

harian yang sesuai dengan upah buruh daerah temapt dilaksanakannya penelitian.

Operator yang digaji bulanan dapat dikonversikan dalam upah Rp/jam dengan

menghitung jumlah jam kerjanya selama setahun.

b) Biaya Pemakaian Listrik

Biaya pemakaian listrik adalah biaya yang dikeluarkan untuk menggerakkan atau

mengoperasikan suatu alat atau mesin yang menggunakan tenaga listrik. Listrik

dibutuhkan untuk menggerakkan dynamo kipas.. Biaya listrik dapat ditentukan

dengan menggunakan tarif dasar listrik yang berlaku pada Perusahaan Listrik

Negara (PLN) yang dinyatakan dalam Rp/kWh. Besarnya biaya listrik bergantung

pada besarnya tenaga alat atau mesin yang menggunakan listrik sebagai sumber

tenaga.

c) Biaya Bahan Bakar

Biaya bahan bakar adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan bakar

yang dibutuhkan untuk pembakaran di ruang pemanasan. Harga yang digunakan


12

adalah harga daerah setempat. Dengan mengetahui biaya bahan bakar di lokasi

maka akan didapat biaya dalam Rp/tahun.

d) Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan

Biaya pemeliharaan, yang dinyatakan dalam rupiah per tahun, termasuk ke dalam

usnur komponen biaya tidak tetap (variable cost). Besarnya biaya ini tergantung

pada tingkat pemakaian serta kerusakan yang terjadi. Biaya penggantian bagian-

bagian alat yang rusak maupun penggantian secara rutin juga termasuk dalam

biaya pemeliharaan. Biaya pemeliharaan dikeluarkan untuk memberikan kondisi

kerja yang baik bagi mesin dan peralatan.Menurut Pramudya (2001), besarnya

biaya pemeliharaan untuk mesin-mesin pengolah hasil pertanian beserta mesin

penggeraknya diperkirakan sebesar 5% P per tahun.

e) Biaya Lain-Lain

Yang dimaksud dengan biaya lain-lain adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk

mengganti suatu bagian atau suku cadang mesin yang memerlukan suatu

penggantian relatif sering karena pemakaian mesin.

2.4.3 Biaya Total (Total Cost)

Biaya total adalah biaya keseluruhan yang diperlukan untuk mengoperasikan

suatu mesin pertanian, biaya ini merupakan penjumlahan biaya tetap dan biaya

tidak tetap yang dinyatakan dalam satuan Rp/tahun.


13

2.4.4 Biaya Pokok Pengeringan

Menurut Giatman (2006), biaya pokok pengeringan merupakan biaya yang

diperlukan alat pengering untuk mengeringkan kakao setiap kilogram. Untuk

dapat menghitung biaya pokok pengeringan pada mesin pengering, diperlukan

data kapasitas mesin pengering jagung tipe silinder vertikal. Apabila kapasitas

mesin diketahui atau dapat dihitung, maka biaya pokok per satuan produk dapat

dicari dengan membagi biaya total dengan jumlah jam kerja

mesin tersebut lalu dikalikan dengan kapasitas mesin tersebut.

2.4.5 Analisis Titik Impas ( Break Even Point)

Menurut Giatman (2006), BEP atau titik impas adalah suatu tingkat usaha

pengelolaan alat dan mesin dimana pemasukan dan pengeluaran mencapai

titik nilai yang sama. Analisis titik impas digunakan untuk mengetahui

pada tingkat produksi berapakah suatu perusahaan akan mulai

mendapatkan keuntungan. Analisis ini juga dapat dimanfaatkan untuk

mengetahui kaitan antara jumlah produksi, harga jual, biaya produksi,

keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh pada suatu tingkat produksi

tertentu. Titik impas akan dicapai pada saat jumlah penerimaan sama

dengan jumla biaya atau keuntungan sama dengan nol.

2.4.6 Analisis Kelayakan

Menurut Giatman (2006),dalam perhitungan analisis kelayakan secara ekonomi

pada tahap awal perlu melalui langkah perhitungan yang sama, yaitu penyusunan

arus kas pada setiap tahun selama umur usaha, baik untuk arus biaya maupun
14

manfaat. Untuk menilai kelayakan suatu usaha atau membuat peringkat beberapa

usaha, dapat digunakan beberapa kriteria. Adapun kriteria yang paling banyak

digunakan adalah net present value (NPV), benefit cost ratio (B/C ratio), dan

internal rate of return (IRR).

a) Net PresentValue (NPV)

Net present value (NPV) adalah jumlah selisih antara nilai terkini dari pemasukan

(benefit) dan nilai terkini dari pengeluaran (cost). Analisis NPV digunakan untuk

mengetahui apakah penggunaan mesin pengering tersebut layak atau tidak.

b) Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

Benefit costratio (B/C ratio) adalah perbandingan antara nilai terkini dari

pemasukan (benefit) dan nilai terkini dari pengeluaran (cost) yang digunakan

untuk mengetahui apakah penggunaan mesin pengering layak atau tidak.

c) Internal RateofReturn (IRR)

IRR merupakan tingkat pengembalian modal yang digunakan dalam suatu usaha,

yang nilainya dinyatakan dalam persen per tahun. Suatu usaha yang layak

dilaksanakan akan mempunyai nilai IRR yang lebih besar dari nilai discount rate.

Nilai IRR merupakan nilai tingkat bunga, dimana nilai NPV-nya sama dengan

nol.

d) Payback Period (PP)

Analisis payback period digunakan untuk mengukur jangka waktu pengembalian

investasi yang diukur dari pendapatan rata-rata yang diperoleh dari kegiatan
15

usaha. Metode analisis payback period bertujuan untuk mengetahui seberapa lama

(periode) investasi akan dapat dikembalikan saat terjadinya kondisi break even-

point (jumlah arus kas masuk sama dengan jumlah arus kas keluar). Analisis

payback period dihitung dengan cara menghitung waktu yang diperlukan pada

saat total arus kas masuk sama dengan total arus kas keluar. Dari hasil analisis

payback period ini nantinya alternatif yang akan dipilih adalah alternatif dengan

periode pengembalian lebih singkat. Penggunaan analisis ini hanya disarankan

untuk mendapatkan informasi tambahan guna mengukur seberapa cepat

pengembalian modal yang diinvestasikan.

e) Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat

dari perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja sistem

produksi dalam menghasilkan keuntungan. Dengan melakukan analisis

sensitivitas maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut

dapat diketahui dan diantisipasi sebelumnya.


III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus – September 2018 di Laboratorium

Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pengering jagung tipe

silinder vertikal dengan kapasitas 250 kg. Spesifikasi alat pengering jagung tipe

silinder vertikal dapat dilihat pada gambar dibawah ini.


17

6 4

7 5

Gambar 1. Alat pengering jagung tipe silinder vertikal


Keterangan:
1. Ruang
2. Ruang Plenum
3. Ruang Kipas
4. Ruang Pembakaran
5. Saluran Udara
6. Pintu Pengeluaran
7. Rangka
8. Ruang untuk mengurangi titik kritis

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian meliputi borang yang berupa rincian

biaya pembuatan mesin, rincian biaya yang dikeluarkan selama pengujian, dan

rincian spesifikasi mesin pengering jagung tipe silinder vertikal.


18

3.3 Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan diisi kedalam borang isian yang sesuai dengan data dan

rincian biaya yang telah dikeluarkan. Data-data yang diperlukan adalah rincian

data analisis ekonomi mesin pengering jagung tipe silinder vertikal, biaya

pembelian mesin, suku bunga bank, umur ekonomis mesin, jumlah operator, upah

operator, kapasitas mesin, jam kerja mesin, hari kerja mesin, daya kipas, biaya

listrik, kebutuhan bahan bakar, biaya bahan bakar, dan

biaya jasa pengeringan.

3.4 Analisis Data

Data-data yang diperoleh digunakan untuk menentukan biaya tetap, biaya tidak

tetap, biaya total, biaya pokok pengeringan, pendapatan, analisis titik impas, Net

Present Value, B/C Ratio, dan IRR. Harga-harga yang digunakan adalah harga

yang berlaku pada saat pengujian dan pengolahan data, yaitu antara bulan Agustus

sampai September 2018.

3.5 Analisis Biaya

3.5.1 Biaya Tetap (Fixed Cost)

a) Biaya Penyusutan

Menurut Priyo (2012), biaya penyusutan dihitung dengan menggunakan

persamaan:

S = 10% × P (1)

Crf = (2)

D = (P – S) × Crf (3)
19

Keterangan:

D = Biaya penyusutan (Rp/Tahun)

P = Harga pembelian/pembuatan mesin (Rp)

S = Nilai aktif, 10% dari P ( Rp)

Crf = Capital recovery factor

i = Tingkat suku bunga bank per tahun,

n = Umur ekonomis alat, diasumsikan 5 tahun

b) Biaya Gudang (BG)

BG = 1% × P (4)

c) Total Biaya Tetap

FC = D + BG (5)

3.5.2 Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)

a) Biaya Operator (BO)

BO = (6)

Keterangan:

BO = Biaya operator (Rp/tahun)

Op = Jumlah operator (orang)

JKb = Jam kerja per tahun (hari/tahun)

Uop = Upah operator (Rp/hari orang)

b) Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan (BPP)

BPP =P× (7)

Keterangan:
20

P = Harga pembuatan alat

M = Nilai pemeliharaan, rata-rata 5% dari harga pembuatan alat

1260 jam = 180 hari/tahun × 7 jam/proses

c) Biaya Pemakaian Listrik (BL)

BL = W × HBL × JK × HK (8)

Keterangan:

BL = Biaya listrik (Rp/tahun)

W = Daya (kW)

JK = Jam Kerja (jam/hari)

HBL = Biaya listrik, (Rp 415/k Wh)

HK = Hari Kerja (hari/tahun)

d) Biaya Bahan Bakar (BBB)

BBB = KBB ×HK ×HBB ×JK (9)

Keterangan :

BBB = Biaya bahan bakar (Rp/tahun)

KBB = Kebutuhan bahan bakar (kg/proses)

HK = Hari kerja (hari/tahun)

HBB = Harga bahan bakar (Rp/kg)

3.5.3 Biaya Total (Total Cost) Per Tahun

Biaya total perjam dihitung dengan persamaan berikut (Priyo,2012):

TC = + VC (10)
21

Keterangan :

TC = Biaya total (Rp/tahun)

FC = Biaya tetap (Rp/tahun)

VC = Biaya tidak tetap (Rp/tahun)

X = Jumlah jam kerja per tahun (jam/tahun)

3.5.4 Biaya Pokok Pengeringan (BP) Per Tahun

BP = (11)

Keterangan :

X = Jam kerja pertahun (jam/tahun)

k = Kapasitas kerja mesin(unit produk/jam, misalnya kg/jam; l/jam;ha/jam)

3.5.5 Pendapatan

a) Penerimaan (B)

B = k × BJP (12)

Keterangan:

B = Benefit/penerimaan (Rp/tahun)

BJP = Biaya jasa pengeringan (Rp/kg)

b) Pengeluaran (C)

C = k × BP (13)

Keterangan:

C = Pengeluaran (Rp/tahun)
22

c) Total Pendapatan Per Tahun

π =B–C (14)

Keterangan:

π = Pendapatan (Rp/tahun)

3.5.6 Analisis Titik Impas ( Break Even Point)

Pendapatan dihitung menggunakan persamaan (Priyo, 2012) :

VCunit = (15)

BEP = (16)

Keterangan :

BEP = Analisis titik impas (kg/tahun

VCunit= Biaya tidak tetap per kapasitas alat (Rp/kg)

Jika jumlah jagung yang dikeringkan oleh mesin pengering dalam 1 tahun lebih

kecil dari BEP, maka penggunaan mesing pengering tersebut rugi. Namun jika

jumlah jagung yang dikeringkan dalam 1 tahun lebih besar dari BEP maka

penggunaan mesin pengering tersebut untung.

3.5.7 Analisis Kelayakan

Menurut Priyo (2012), dalam perhitungan analisis kelayakan secara

ekonomidiperlukan discount factor (DF) atau faktor potongan dengan rumus :

DF = (17)

Keterangan :

i = Discount rate/suku bunga bank (%)


23

t = Tahun yang sedang berjalan

a) Net Present Value (NPV)

NPV dapat dihitung dengan persamaan ( Priyo,2012):

NPV = (18)

Keterangan :

i = Suku bunga bank

t = Tahun ke-t

Jika NPV > 0, maka mesin pengering ini dapat digunakan. Sedangkan jika NPV <

0, maka mesin pengering tidak layak digunakan. Artinya, jika NPV = 0, maka

penggunaaan mesin pengering akan mendapat modal kembali setelah

diperhitungkan discount rate yang berlaku. Untuk NPV > 0, proyek dapat

dilaksanakan dengan memperoleh keuntungan sebesar nilai NPV. Sedangkan

apabila NPV < 0, maka sebaiknya proyek tersebut tidak dilaksanakan atau

dipertimbangkan lagi untuk mencari alternatif yang lebih menguntungkan.

b) Benefit Cost Ratio(B/C Ratio)

Metode perhitungan B/C Ratio menggunakan Gross Benefit /Cost Ratio (Gross

B/C Ratio). Untuk mendapatkan hasil perbandingan antara Benefit terhadap Cost

digunakan rumus (Priyo, 2012):

B/C Ratio= (19)

Jika B/C Ratio> 1, maka penggunaan mesin pengering tersebut layak. Sedangkan

jika B/C Ratio ˂ 1, maka penggunaan mesin pengering tersebut tidak layak.
24

c) Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Priyo (2012), untuk memperoleh nilai IRR dilakukan perhitungan

dengan trial and error karena tidak dapat diselesaikan secara langsung. Prosedur

penentuan IRR adalah sebagai berikut :

Menentukan suatu nilai i yang diduga mendekati nilai IRR yang dicari

(dilambangkan dengan i’).

Dengan nilai i’, akan dihitung nilai NPV arus kas biaya dan manfaat setiap tahun.

Apabila NPV yang dihasilkan bernilai positif, berarti bahwa nilai dugaan i’ terlalu

rendah. Untuk itu dipilih nilai i’ yang lebih tinggi. Tahap berikutnya dipilih nilai

i” yang lebih tinggi lagi yang diharapkan dapat memberikan nilai NPV negatif.

Nilai NPV dengan i’ dilambangkan dengan NPV’, dan nilai NPV dengan i”

dilambangkan dengan NPV”, maka perkiraan nilai IRR dapat didekati dengan

persamaan berikut :

IRR = (20)

Nilai IRR yang diperoleh merupakan nilai pendekatan , karena hubungan antara

perubahan i dan NPV tidak merupakan suatu garis linier, sehingga ketepatan atau

besarnya penyimpangan nilai IRR akan dipengaruhi besarnya nilai i’ dan i”.

Artinya semakin kecil perbedaan nilai i’ dan i”, maka nilai IRR yang diperoleh

semakin mempunyai ketepatan yang lebih tinggi atau mendekati nilai sebenarnya.

Dari perhitungan IRR yang diperoleh dapat diambil keputusan sebagai berikut:

Jika IRR >discount rate maka usaha layak untuk dilaksanakan sedangkan jika

IRR <discount rate maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan. Untuk
25

memperoleh nilai IRR dari persamaan di atas dilakukan dengan trial and error

karena tidak dapat diselesaikan secara langsung.


37

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian alat pengering jagung tipe silinder vertikal satu hari 3

kali proses dengan kapasitas 250 kg yaitu :

1. Alat pengering jagung tipe silinder vertikal layak digunakan. Hal ini

ditunjukkan BEP 2.566,6 kg/tahun.

2. Biaya pokok alat pengering jagung tipe silinder vertikal sebesar Rp.

172,1/kg

3. Nilai Net Present Value (NPV) alat pengering jagung tipe silinder vertikal

sebesar Rp. 87.933.243/tahun

4. Nilai Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio) alat pengering jagung tipe silinder

vertikal sebesar 1,98

5. Nilai IRR alat pengering jagung tipe silinder vertikal sebesar 1239,57%.

5.2 Saran

Dari hasil analisis kelayakan ekonomi pada alat pengering jagung tipe silinder

vertikal, ada beberapa saran, yaitu:

Hendaknya dilakukan modifikasi alat pengering jagung tipe silinder vertikal

dengan memperbesar kapasitas alat dan memperbanyak jumlah alat tersebut agar
38

biaya pokok pengeringan jagung dapat lebih murah dan pendapatan atau

keuntungan pertahun lebih besar.


39

DAFTAR PUSTAKA

Carter, U. 2004. Akuntansi Biaya. Salemba Empat. Jakarta.

Fathani, H. 2008. Rancang Bangun Alat Pengering Gabah Tipe Silinder Vertikal.
(Skripsi). Bandar Lampung. Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.

Firmansyah, U.I., Aqil, M., Sinuseng, Y. 2006. Penanganan Pascapanen Jagung.


Jurnal Teknik Produksi dan Pengembangan. 364-385.

Giatman, M. Ekonomi Teknik. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 212 hlm.

Hargono., Djaeni, M., Buchori, L. 2012. Karakterisasi Proses Pengeringan Jagung


Dengan Metode Mixed-Adsorption Drying Dengan Menggunakan Zeolite
Pada Unggun Terfluidisasi. Jurnal Reaktor. Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro. 14 (1) 33-38.

Istandi., Sumardiono, S dan Soetrisnanto, D. 2000. Penentuan Konstanta


Pengeringan Dalam Sistem Pengeringan Lapis Tipis (Thin Layer Drying).
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Proses Kimia. A-5.1- A-5.7 hlm.

M. Djaeni, A. Agusniar, D., Setyani dan Hargono. Pengeringan Jagung Dengan


Metode Mixed-Adsorption Drying Menggunakan Zeolite Pada Unggun
Terfluidisasi. Jurnal Pengeringan. Fakultas Teknik Universitas Wahid
Hasyim Semarang. 49-54.

Pramudya, B. 2001. Ekonomi Teknik. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Priyo, M. 2012. Ekonomi Teknik. LP3M UMY. Yogyakarta. 243 hlm.

Putra, M. 2018. Uji Kinerja Alat Pengering Silinder Vertikal Pada Proses
Pengeringan Jagung ( Zea mays ssp.mays). (Skripsi). Jurusan Teknik
Pertanian. Universitas Lampung.

Riansyah, A., Supriadi, A., Nopianti, R. 2013. Pengaruh Perbedaan Suhu dan
Waktu Pengeringan Terhadap Karakteristik Ikan Asin Sepat Siam
(Trichogaster pectoralis) Dengan Menggunakan Oven. Jurnal Teknologi
Hasil Perikanan. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. 2 (1) 53-68.
40

Risyanto, M.H.E.2007. Analisis Biaya Pengeringan Dengan Menggunakan


Tiga Bahan Bakar Pada Alat Pengering Gabah Tipe Bak Segitiga.
(Skripsi). Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Zakaria, A.K. 2011. Kebijakan Antisipatif dan Strategi Penggalangan Petani


Menuju Swasembada Jagung Nasional. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian.
9 (3) 261-274

Das könnte Ihnen auch gefallen