Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
SILINDER VERTIKAL
(Skripsi)
Oleh
Andri Anggawa
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACT
By
Andri Anggawa
Corn is one of the strategic commodities for Indonesia because of its very
important role, both for food and feed needs as well as other industries. Drying is
water in balance with the surrounding environment and extend the shelf life of
corn. The use of vertical cylinder type rice dryers have several advantages,
relocated and also easy to repair and maintain. The goal of this research is to
corn dryer.
this research is the vertical cylinder type of corn dryer and the objects include,
forms of cost details machine building, details of the cost incurred during testing
period, and the details engine specifications of vertical cylinder type of corn dryer.
To obtain high profits on vertical cylinder type of corn dryer, the analysis needs to
be done on each system works of the machine. The engine economical age factor,
the engine maintenance costs, and the cost of depreciation which refers to the use
of the fuel is also include the calculations. The processed data were calculated and
compared to finally get the value of the machine towards the costs of its
Break Even Point (BEP), Net Present Value (NPV), Benefit Cost ratio (B/C
Based on the economic analysis results, the costs of drying staple earned per year
is Rp. 172,1/kg, Net Present Value (NPV) of the vertical cylinder type of corn
dryer is Rp. 87.933.243/year, Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) of the vertical
cylinder type of corn dryer is 1.75, Break Even Point (BEP) is Rp. 2.566,6
kg/year, the IRR and the vertical cylinder type of corn dryer’s income are
Keywords : Basic cost, Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Break Even Point
(BEP), corn, income, IRR, and Net Present Value (NPV).
ABSTRAK
Oleh
Andri Anggawa
peranannya sangat penting, baik untuk kebutuhan pangan dan pakan maupun
pada bahan hingga tercapainya kadar air yang seimbang dengan lingkungan
sekitar dan memperpanjang umur simpan jagung. Penggunaan alat pengering padi
diperbaiki dan dirawat Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai
kelayakan ekonomi atau finansial dari alat pengering jagung tipe silinder vertikal
Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin
pengering jagung tipe silinder vertikal dan bahan meliputi meliputi borang yang
berupa rincian biaya pembuatan mesin, rincian biaya yang dikeluarkan selama
pengujian, dan rincian spesifikasi mesin pengering jagung tipe silinder vertikal.
Untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada alat pengering jagung tipe
silinder vertikal, maka perlu dilakukan analisis pada tiap-tiap sistem bekerja pada
penyusustan yang mengacu pada penggunaan bahan bakar juga menjadi salah satu
perhitungan tersebut akan ditentukan Break Even Point (BEP), Net Present
Value (NPV), Benefit Cost Rasio (B/C Ratio), biaya pokok, IRR, dan
Berdasarkan hasil analisis ekonomis diperoleh biaya pokok pengeringan per tahun
adalah Rp 172,1/kg, NPV alat pengering jagung tipe silinder vertikal sebesar Rp
87.933.243/tahun, B/C Ratio alat pengering jagung tipe silinder vertikal sebesar
1,98, BEP sebesar Rp. 2.566,6 kg/tahun, IRR dan pendapatan alat pengering
Kata Kunci : B/C Rasio, BEP, biaya pokok, jagung, IRR, NPV, dan pendapatan.
ANALISIS EKONOMI ALAT PENGERING JAGUNG TIPE
SILINDER VERTIKAL
Oleh
Andri Anggawa
Skripsi
Pada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
(KKN) Tematik Periode I tahun 2018 di Desa Pulung Kencana Kecamatan Tulang
Bawang Barat Kabupaten Tulang Bawang dan melaksanakan Praktik Umum (PU)
di PT. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, Bandung, Jawa Barat dengan
judul laporan “Proses Pelayuan Pada Teh Hitam dalam Skala Mini Processing di
Serta
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya
skripsi ini. Sholawat teriring salam semoga selalu tercurah kepada syuri tauladan
Skripsi yang berjudul “Analisis Ekonomi Alat Pengering Jagung Tipe Silinder
Vertikal” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi
Penulis memahami dalam penyusunan skripsi ini begitu banyak cobaan, suka dan
duka yang dihadapi, namun berkat ketulusan doa, semangat, bimbingan, motivasi,
dan dukungan orang tua serta berbagai pihak sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Maka pada kesempatan kali ini penulis
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku dekan Fakultas Pertanian
2. Dr. Ir. Agus Haryanto M.P. selaku ketuan jurusan Teknik Pertanian
Universitas Lampung
i
3. Dr. Ir. Sandri Asmara, M.Si. selaku pembimbing pertama, yang telah
5. Dr. Siti Suharyatun, S.TP., M.Si. selaku pembahas yang telah memberikan
6. Ayah, Ibu, Kakakku serta Adikku tercinta yang telah memberikan kasih
7. Dian Nova Ayu Pulung yang telah memberikan motivasi, semangat dan
Penulis,
Andri Anggawa
3
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
2.2 Jagung............................................................................................ 6
i
3.4 Analisis Data ................................................................................. 18
5.1 Kesimpulan.................................................................................... 37
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. Alat pengering jagung tipe silinder vertikal hasil modifikasi ............. 83
Gambar 3. Ruang pembakaran alat penfering jagung tipe silinder vertikal .......... 83
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Analisis biaya penyusutan alat pengering jagung tipe silinder vertikal .. 27
Tabel 2. Analisis biaya tidak tetap mesin pengering jagung tipe silinder vertikal 29
Tabel 3. Analisis biaya total alat pengering jagung tipe silinder vertikal ............ 29
Tabel 4. Analisis biaya pokok alat pengering jagung tipe silinder vertikal ......... 30
Tabel 5. Analisis pendapatan alat pengering jagung tipe silinder vertikal .......... 30
Tabel 6. Arus kas pada alat pengering jagung tipe silinder vertikal .................... 32
Tabel 7. Analisis NPV, B/C Ratio, dan IRR pada alat pengering jagung tipe
silinder vertikal ....................................................................................... 32
Tabel 8. Analisis sensitifitas pada pengujian alat pengering jagung tipe silinder
vertikal hasil modifikasi dengan parameter perubahan kapasitas alat. ... 34
Tabel 9. Analisis sensitifitas pada pengujian alat pengering jagung tipe silinder
vertikal hasil modifikasi dengan parameter perubahan hari kerja. ......... 35
Tabel 10. Analisis sensitifitas pada pengujian alat pengering jagung tipe silinder
vertikal hasil modifikasi dengan parameter perubahan biaya jasa
pengeringan ............................................................................................. 35
Tabel 11. Daftar biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan alat pengering jagung
tipe silinder vertikal ................................................................................ 42
Tabel 13. Arus kas pengujian alat pengering jagung tipe silinder vertikal ........... 48
Tabel 14. Arus kas untuk mencari nilai irr alat pengering jagung tipe silinder
vertikal .................................................................................................... 49
Tabel 15. Analisis penyusutan alat pengering jagung tipe silinder vertikal ......... 49
iv
Tabel 16. Analisis sensitifitas pada pengujian alat pengering jagung tipe silinder
vertikal hasil modifikasi dengan parameter perubahan kapasitas alat. . 51
Tabel 17. Analisis sensitifitas pada pengujian alat pengering jagung tipe silinder
vertikal hasil modifikasi dengan parameter perubahan hari kerja. ....... 51
Tabel 18. Analisis sensitifitas pada pengujian alat pengering jagung tipe silinder
vertikal hasil modifikasi dengan parameter perubahan biaya jasa
pengeringan. ......................................................................................... 52
Tabel 19. Arus kas pengujian alat pengering jagung tipe silinder vertikal ........... 62
Tabel 20. Arus kas pengujian alat pengering jagung tipe silinder vertikal ........... 57
Tabel 21. Arus kas pengujian alat pengering jagung tipe silinder vertikal ........... 67
Tabel 22. Arus kas pengujian alat pengering jagung tipe silinder vertikal ........... 72
Tabel 23. Arus kas pengujian alat pengering jagung tipe silinder vertikal .......... 77
Tabel 24. Arus kas pengujian alat pengering jagung tipe silinder vertikal .......... 82
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Nilai-nilai dan asumsi perhitungan biaya alat pengering jagung tipe
silinder vertikal ................................................................................ 43
Lampiran 2. Analisis biaya pada pengujian alat pengering jagung tipe silinder
vertikal dengan kapasitas 250 kg (1 hari 3 kali proses pengeringan)
......................................................................................................... 44
Lampiran 3. Analisis biaya pada pengujian alat pengering jagung tipe silinder
vertikal hasil modifikasi dengan parameter perubahan kapasitas 235
kg (upah kerja Rp. 350 dan jam kerja 7 jam) (dalam 1 hari 3 kali
proses pengeringan). ........................................................................ 53
Lampiran 4. Analisis biaya pada pengujian alat pengering jagung tipe silinder
vertikal hasil modifikasi dengan parameter perubahan kapasitas 265
kg (upah kerja Rp. 350 dan jam kerja 7 jam) (dalam 1 hari 3 kali
proses pengeringan). ........................................................................ 58
Lampiran 5. Analisis biaya pada pengujian alat pengering jagung tipe silinder
vertikal hasil modifikasi dengan parameter hari kerja 220 jam/tahun
(upah kerja Rp. 350 dan kapasitas alat 250 kg) (dalam 1 hari 3 kali
proses pengeringan). ........................................................................ 68
Lampiran 6. Analisis biaya pada pengujian alat pengering jagung tipe silinder
vertikal hasil modifikasi dengan parameter perubahan upah kerja Rp.
330 (kapasitas alat 250 kg dan hari kerja 180 hari/tahun) (dalam 1
hari 3 kali proses pengeringan). ....................................................... 73
Lampiran 7. Analisis biaya pada pengujian alat pengering jagung tipe silinder
vertikal hasil modifikasi dengan parameter perubahan upah kerja Rp.
370 (kapasitas alat 250 kg dan hari kerja 180 hari/tahun) (dalam 1 hari
3 kali proses pengeringan).................................................................. 78
Lampiran 8. Foto-foto alat pengering jagung tipe silinder vertikal hasil modifikasi
............................................................................................................ 82
I. PENDAHULUAN
Jawa Timur dan Jawa Tengah. Pada tahun 2016 produksi jagung mencapai 1,7
ton, tahun 2017 meningkat hingga 2,4 juta ton. Secara nasional Lampung
fasilitas pengembangan jagung 189 ribu hektare dan pembukaan lahan baru
seperti di Kota Terpadu Mandiri (KTM) Mesuji. Total luas lahan jagung di
dihadapi oleh petani tradisional. Kadar air awal yang cukup tinggi dan cuaca
yang tidak mendukung sering menjadi kendala yang sangat sulit dihadapi. Proses
yang akan dikeringkan dibawah sinar terik matahari. Cara ini memerlukan waktu
yang lama dan apabila digunakan untuk mengeringkan bahan pangan tingkat
polutan. Agar hasil pertanian tetap bertahan dalam jangka waktu yang lama maka
sesuai.
2
hingga tercapainya kadar air yang seimbang dengan lingkungan sekitar. Tujuan
mengeringkan jagung adalah pengering silinder vertikal. Alat ini memiliki ruang
pengering (plenum) berbentuk silinder dan berdiri secara vertikal. Alat pengering
ini lebih sesuai dipergunakan untuk mengeringkan bahan pangan berbentuk bijian
dan aliran udara. Perubahan kadar air dalam bahan pangan disebabkan oleh
menghasilkan waktu pengeringan rata-rata 7 jam dengan kadar air rata-rata 27,5%
analisis ekonomi untuk melihat kelayakan finansialnya. Hal ini yang menjadi latar
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai kelayakan ekonomi atau
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang alat
pengering jagung silinder vertikal terkait dengan efisiensi dan efektivitas kinerja.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengeringan
air bahan pangan sehingga memiliki daya simpan yang cukup lama. Menurut
Arianto (2010) dalam Hargono (2012) bahwa kadar air pada produk pangan yang
aman disimpan dan untuk diolah lagi adalah 15% atau kurang maka aktivitas
mikroba, bakteri, dan jamur menjadi terhambat sehingga jagung dapat dipasarkan
ke tempat-tempat jauh dan akan tahan lama. Dari proses pengeringan, hasil yang
diperoleh ialah bahan akhir yang memiliki kadar air setara dengan kadar air
keseimbangan udara (atmosfir) atau setara dengan nilai aktifitas air (Aw) yang
merupakan suatu proses pemisahan uap air dalam bentuk murni dari suatu
campuran yang berupa larutan atau bahan cair dalam jumlah volume yang relatif
banyak.
Tujuan pengeringan adalah menurunkan kadar air biji sehingga aktivitas biologis
dasar proses pengeringan adalah proses terjadinya pindah panas dari alat
pengering dan difusi air (pindah massa) dari bahan yang dikeringkan. Pindah
panas air tersebut memerlukan perubahan fase air dari cair menjadi uap, sehingga
proses perubahan tersebut memerlukan panas laten. Menurut Djaeni, dkk (2011)
dihasilkan melalui proses pemanasan baik dengan steam, listrik, atau gas hasil
pembakaran, lebih handal dari pengering matahari. Pada sistem ini waktu operasi
lebih singkat, kontaminasi produk rendah, kadar air dalam produk dapat dikontrol,
tidak ada ketergantungan terhadap musim, serta biaya buruh dapat ditekan.
efisiensi pengeringan rendah atau boros energi. Bahkan pada pengeringan jagung
dengan suhu >60⁰ C terjadi kerusakan pada tekstur dan kandungan proteinnya.
dapat merusak bahan, oleh karena permukaan bahan terlalu cepat kering sehingga
kurang bisa diimbangi dengan kecepatan gerakan air di dalam bahan yang
pengerasan pada permukaan bahan, selanjutnya air di dalam bahan tersebut tidak
Dalam pengeringan, keseimbangan kadar air menentukan batas akhir dari proses
pengeringan. Kelembapan udara nisbi serta suhu udara pada bahan kering
biasanya mempengaruhi keseimbangan kadar air. Pada saat kadar air seimbang,
penguapan air pada bahan akan terhenti dan jumlah molekul - molekul air yang
6
akan diuapkan sama dengan jumlah molekul air yang diserap oleh
permukaan bahan.
Alat pengering tipe silinder vertikal terdiri dari tungku pembakaran (furnace) tipe
ini mempunyai bentuk kontruksi silinder dan bentuk alas (lantai) bulat. Tube
dipasang vertikal ataupun konikal, Burner dipasang pada lantai sehingga nyala api
tegak lurus ke atas sejajar dengan dinding tungku pembakaran (furnace). Tungku
pembakaran (furnace) ini dibuat dengan atau tanpa ruang konveksi. Jenis pipa
yang banyak digunakan pada furnace dengan bahan bakar gas. Aplikasi tipe
silinder vertikal :
inlet dan outlet tidak terlalu besar atau sekitar 200OF (900OC)
2.2 Jagung
Tanaman jagung (Zea mays L) sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan
menduduki urutan ketiga setelah gandum dan padi. Oleh karena itu, mutu jagung
perlu ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung
kehilangan kualitatif.
7
peranannya sangat penting, baik untuk kebutuhan pangan dan pakan maupun
industri lainnya. Pada masa yang akan datang, Indonesia tidak mustahil akan
menggunakan jagung sebagai salah satu bahan baku alternatif untuk industri
biofuel. Penggunaan komoditi jagung lebih didominasi untuk bahan baku utama
bahan pangan antara lain pangan langsung, bahan baku minyak nabati non
Pengeringan jagung adalah proses penurunan kadar air jagung sampai mencapai
nilai tertentu sehingga siap untuk diolah/digiling atau aman untuk disimpan
dalam waktu yang lama. Jika butiran jagung yang akan disimpan tidak
dikeringkan, maka bahan akan berubah sifat atau rusak akibat terjadinya
tinggi, dapat dilakukan baik dalam waktu lama pada suhu udara pengering yang
rendah atau dalam waktu yang lebih pendek pada suhu yang lebih tinggi. Jika
secara fisik maupun kimia terhadap butiran tersebut, khususnya untuk bahan-
Proses pascapanen jagung terdiri dari atas serangkaian kegiatan yang dimulai dari
apabila tidak ditangani dengan baik akan menurunkan kualitas produk karena
8
dkk, 2006).
Kehilangan hasil jagung pada pascapanen dapat berupa kehilangan kuantitatif dan
waktu panen, tercecer saat pengangkutan, atau tidak terpipil. Kehilangan kualitatif
merupakan penurunan mutu hasil akibat butir rusak, butir berkecambah, atau biji
memanen jagung pada musim hujan dengan kadar air biji di atas 35%. Oleh
karena itu, diperlukan inovasi teknologi prosesing yang tepat, baik dari segi
dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat
Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada output yang
banyak bahan yang digunakan. Sedangkan, biaya tetap adalah biaya yang tidak
tergantung pada banyak sedikitnya produk yang akan dihasilkan (Priyo, 2012).
Ekonomi terapan.
9
ekonomi, dan ramalan tentang peristiwa yang terjadi apabila suatu keadaan yang
teori kebijakan ekonomi, yaitu cabang ilmu ekonomi yang menelaah tentang
Investasi pada suatu usaha harus didasarkan pada perhitungan ekonomis agar
usaha tersebut tidak merugi. Seiring waktu yang berjalan nilai usaha tersebut
akan mengalami penyusutan dan terjadinya inflasi. Hal ini harus disadari
Biaya tetap (Fixed cost) adalah biaya yang dikeluarkan baik pada saat mesin
digunakan maupun dalam keadaan tidak digunakan. Biaya ini tidak tergantung
pada pemakaian alat atau mesin. Biaya penggunaan per jam tidak berubah
dengan penggunaan jam kerja tiap tahun dari pemakaian alat mesin tersebut
(Penson, et al., 1982 dalam Risyanto, 2007). Biaya-biaya yang termasuk dalam
a) Biaya Penyusutan
alat dinyatakan dalam tahun atau jumlah jam kerja, dan lamanya akan sangat
lurus (straight line method) yang juga memperhatikan bunga modal. Metode
garis lurus adalah metode yang pada dasarnya memberikan hasil perhitungan
b) Biaya Gudang
Biaya gudang dihitung sebagai akibat tidak adanya gudang atau garasi pada alat
atau mesin. Seperti diketahui bahwa dengan adanya gudang maka perbaikan
mesin akan menjadi mudah dan aman, pemeliharaan yang teratur dan baik, serta
dapat mengurangi kerusakan alat atau mesin yang dapat mencegah berkurangnya
usia ekonomis alat. Besarnya biaya gudang diperkirakan sebesar 1% dari harga
Menurut Giatman (2006), biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya-biaya
yang dikeluarkan pada saat alat atau mesin bekerja dan jumlahnya tergantung
11
pada jumlah jam kerja pemakaian pada saat digunakan. Perhitungan biaya tetap
dilakukan dalam satuanRp/tahun. Biaya tidak tetap terdiri dari biaya operator,
biaya pemakaian listrik, biaya bahan bakar, biaya perawatan dan perbaikan, serta
a) Biaya Operator
Biaya operator adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengupah seseorang yang
penentuan biaya operator adalah besarnya upah minimum kota (UMK) biasanya
dinyatakan dalam satuan Rp/hari atau Rp/jam atau juga menggunakan upah uruh
harian yang sesuai dengan upah buruh daerah temapt dilaksanakannya penelitian.
Operator yang digaji bulanan dapat dikonversikan dalam upah Rp/jam dengan
Biaya pemakaian listrik adalah biaya yang dikeluarkan untuk menggerakkan atau
mengoperasikan suatu alat atau mesin yang menggunakan tenaga listrik. Listrik
dengan menggunakan tarif dasar listrik yang berlaku pada Perusahaan Listrik
Negara (PLN) yang dinyatakan dalam Rp/kWh. Besarnya biaya listrik bergantung
pada besarnya tenaga alat atau mesin yang menggunakan listrik sebagai sumber
tenaga.
Biaya bahan bakar adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan bakar
adalah harga daerah setempat. Dengan mengetahui biaya bahan bakar di lokasi
Biaya pemeliharaan, yang dinyatakan dalam rupiah per tahun, termasuk ke dalam
usnur komponen biaya tidak tetap (variable cost). Besarnya biaya ini tergantung
pada tingkat pemakaian serta kerusakan yang terjadi. Biaya penggantian bagian-
bagian alat yang rusak maupun penggantian secara rutin juga termasuk dalam
kerja yang baik bagi mesin dan peralatan.Menurut Pramudya (2001), besarnya
e) Biaya Lain-Lain
Yang dimaksud dengan biaya lain-lain adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk
mengganti suatu bagian atau suku cadang mesin yang memerlukan suatu
suatu mesin pertanian, biaya ini merupakan penjumlahan biaya tetap dan biaya
data kapasitas mesin pengering jagung tipe silinder vertikal. Apabila kapasitas
mesin diketahui atau dapat dihitung, maka biaya pokok per satuan produk dapat
Menurut Giatman (2006), BEP atau titik impas adalah suatu tingkat usaha
titik nilai yang sama. Analisis titik impas digunakan untuk mengetahui
keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh pada suatu tingkat produksi
tertentu. Titik impas akan dicapai pada saat jumlah penerimaan sama
pada tahap awal perlu melalui langkah perhitungan yang sama, yaitu penyusunan
arus kas pada setiap tahun selama umur usaha, baik untuk arus biaya maupun
14
manfaat. Untuk menilai kelayakan suatu usaha atau membuat peringkat beberapa
usaha, dapat digunakan beberapa kriteria. Adapun kriteria yang paling banyak
digunakan adalah net present value (NPV), benefit cost ratio (B/C ratio), dan
Net present value (NPV) adalah jumlah selisih antara nilai terkini dari pemasukan
(benefit) dan nilai terkini dari pengeluaran (cost). Analisis NPV digunakan untuk
Benefit costratio (B/C ratio) adalah perbandingan antara nilai terkini dari
pemasukan (benefit) dan nilai terkini dari pengeluaran (cost) yang digunakan
IRR merupakan tingkat pengembalian modal yang digunakan dalam suatu usaha,
yang nilainya dinyatakan dalam persen per tahun. Suatu usaha yang layak
dilaksanakan akan mempunyai nilai IRR yang lebih besar dari nilai discount rate.
Nilai IRR merupakan nilai tingkat bunga, dimana nilai NPV-nya sama dengan
nol.
investasi yang diukur dari pendapatan rata-rata yang diperoleh dari kegiatan
15
usaha. Metode analisis payback period bertujuan untuk mengetahui seberapa lama
(periode) investasi akan dapat dikembalikan saat terjadinya kondisi break even-
point (jumlah arus kas masuk sama dengan jumlah arus kas keluar). Analisis
payback period dihitung dengan cara menghitung waktu yang diperlukan pada
saat total arus kas masuk sama dengan total arus kas keluar. Dari hasil analisis
payback period ini nantinya alternatif yang akan dipilih adalah alternatif dengan
e) Analisis Sensitivitas
Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pengering jagung tipe
silinder vertikal dengan kapasitas 250 kg. Spesifikasi alat pengering jagung tipe
6 4
7 5
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian meliputi borang yang berupa rincian
biaya pembuatan mesin, rincian biaya yang dikeluarkan selama pengujian, dan
Data-data yang diperlukan diisi kedalam borang isian yang sesuai dengan data dan
rincian biaya yang telah dikeluarkan. Data-data yang diperlukan adalah rincian
data analisis ekonomi mesin pengering jagung tipe silinder vertikal, biaya
pembelian mesin, suku bunga bank, umur ekonomis mesin, jumlah operator, upah
operator, kapasitas mesin, jam kerja mesin, hari kerja mesin, daya kipas, biaya
Data-data yang diperoleh digunakan untuk menentukan biaya tetap, biaya tidak
tetap, biaya total, biaya pokok pengeringan, pendapatan, analisis titik impas, Net
Present Value, B/C Ratio, dan IRR. Harga-harga yang digunakan adalah harga
yang berlaku pada saat pengujian dan pengolahan data, yaitu antara bulan Agustus
a) Biaya Penyusutan
persamaan:
S = 10% × P (1)
Crf = (2)
D = (P – S) × Crf (3)
19
Keterangan:
BG = 1% × P (4)
FC = D + BG (5)
BO = (6)
Keterangan:
Keterangan:
20
BL = W × HBL × JK × HK (8)
Keterangan:
W = Daya (kW)
Keterangan :
TC = + VC (10)
21
Keterangan :
BP = (11)
Keterangan :
3.5.5 Pendapatan
a) Penerimaan (B)
B = k × BJP (12)
Keterangan:
B = Benefit/penerimaan (Rp/tahun)
b) Pengeluaran (C)
C = k × BP (13)
Keterangan:
C = Pengeluaran (Rp/tahun)
22
π =B–C (14)
Keterangan:
π = Pendapatan (Rp/tahun)
VCunit = (15)
BEP = (16)
Keterangan :
Jika jumlah jagung yang dikeringkan oleh mesin pengering dalam 1 tahun lebih
kecil dari BEP, maka penggunaan mesing pengering tersebut rugi. Namun jika
jumlah jagung yang dikeringkan dalam 1 tahun lebih besar dari BEP maka
DF = (17)
Keterangan :
NPV = (18)
Keterangan :
t = Tahun ke-t
Jika NPV > 0, maka mesin pengering ini dapat digunakan. Sedangkan jika NPV <
0, maka mesin pengering tidak layak digunakan. Artinya, jika NPV = 0, maka
diperhitungkan discount rate yang berlaku. Untuk NPV > 0, proyek dapat
apabila NPV < 0, maka sebaiknya proyek tersebut tidak dilaksanakan atau
Metode perhitungan B/C Ratio menggunakan Gross Benefit /Cost Ratio (Gross
B/C Ratio). Untuk mendapatkan hasil perbandingan antara Benefit terhadap Cost
Jika B/C Ratio> 1, maka penggunaan mesin pengering tersebut layak. Sedangkan
jika B/C Ratio ˂ 1, maka penggunaan mesin pengering tersebut tidak layak.
24
dengan trial and error karena tidak dapat diselesaikan secara langsung. Prosedur
Menentukan suatu nilai i yang diduga mendekati nilai IRR yang dicari
Dengan nilai i’, akan dihitung nilai NPV arus kas biaya dan manfaat setiap tahun.
Apabila NPV yang dihasilkan bernilai positif, berarti bahwa nilai dugaan i’ terlalu
rendah. Untuk itu dipilih nilai i’ yang lebih tinggi. Tahap berikutnya dipilih nilai
i” yang lebih tinggi lagi yang diharapkan dapat memberikan nilai NPV negatif.
Nilai NPV dengan i’ dilambangkan dengan NPV’, dan nilai NPV dengan i”
dilambangkan dengan NPV”, maka perkiraan nilai IRR dapat didekati dengan
persamaan berikut :
IRR = (20)
Nilai IRR yang diperoleh merupakan nilai pendekatan , karena hubungan antara
perubahan i dan NPV tidak merupakan suatu garis linier, sehingga ketepatan atau
besarnya penyimpangan nilai IRR akan dipengaruhi besarnya nilai i’ dan i”.
Artinya semakin kecil perbedaan nilai i’ dan i”, maka nilai IRR yang diperoleh
semakin mempunyai ketepatan yang lebih tinggi atau mendekati nilai sebenarnya.
Dari perhitungan IRR yang diperoleh dapat diambil keputusan sebagai berikut:
Jika IRR >discount rate maka usaha layak untuk dilaksanakan sedangkan jika
IRR <discount rate maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan. Untuk
25
memperoleh nilai IRR dari persamaan di atas dilakukan dengan trial and error
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian alat pengering jagung tipe silinder vertikal satu hari 3
1. Alat pengering jagung tipe silinder vertikal layak digunakan. Hal ini
2. Biaya pokok alat pengering jagung tipe silinder vertikal sebesar Rp.
172,1/kg
3. Nilai Net Present Value (NPV) alat pengering jagung tipe silinder vertikal
4. Nilai Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio) alat pengering jagung tipe silinder
5. Nilai IRR alat pengering jagung tipe silinder vertikal sebesar 1239,57%.
5.2 Saran
Dari hasil analisis kelayakan ekonomi pada alat pengering jagung tipe silinder
dengan memperbesar kapasitas alat dan memperbanyak jumlah alat tersebut agar
38
biaya pokok pengeringan jagung dapat lebih murah dan pendapatan atau
DAFTAR PUSTAKA
Fathani, H. 2008. Rancang Bangun Alat Pengering Gabah Tipe Silinder Vertikal.
(Skripsi). Bandar Lampung. Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
Putra, M. 2018. Uji Kinerja Alat Pengering Silinder Vertikal Pada Proses
Pengeringan Jagung ( Zea mays ssp.mays). (Skripsi). Jurusan Teknik
Pertanian. Universitas Lampung.
Riansyah, A., Supriadi, A., Nopianti, R. 2013. Pengaruh Perbedaan Suhu dan
Waktu Pengeringan Terhadap Karakteristik Ikan Asin Sepat Siam
(Trichogaster pectoralis) Dengan Menggunakan Oven. Jurnal Teknologi
Hasil Perikanan. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. 2 (1) 53-68.
40