Sie sind auf Seite 1von 12

DAMPAK PERCERAIAN PADA PERKEMBANGAN SOSIAL

DAN EMOSIONAL ANAK USIA 5-6 TAHUN

Reski Yulina Widiastuti


PAUD PPS Universitas Negeri Jakarta
email: reski_yulina@gmail.com

Abstract: Impact Of Divorce On Social And Emotional Development Of Children Aged 5-6
Years. This research aims to: (1) Describe the problem causes by the divorce of their parent, (2)
Describe the care that is applied parents after divorce, (3) Describe the social and emotional
development of children after divorce (4) Describe the role of parents in the home, (5) Describe
the role of kindergarten teacher in school. The subjects of the study are children aged 5-6 years,
amounting to 3 people. This study is a qualitative research case based. Analysis of the data used
that model of Miles and Huberman which consists of data reduction, data display, and verification.
Data collection techniques are observation, interviews, and documentation. The results showed
that: (1) Divorce of parents due to economic problems, differences in social status, did not get the
blessing from their parents, infidelity, domestic violence, and married too early, (2) post-divorce
child care assisted by a close relative or a maid when the parents went to work, (3) social and
emotional development of children showed more positive development than social and emotional
development is negative, (4) The role of parents with sufficient physical and psychological needs
of children, to give understanding, in cooperation with the parenting, consult with experts, to train
children to share their stories, provide the necessary information to the teacher, and also follow up
on all the things that kids do in school, (5) the role of teachers by doing approach, advising, reward
the positive attitude shown every child, giving duties in accordance with the child's ability, are
invited to be active in every activity, gives an interesting, maintaining the psychological condition
of children, and to share the information to the people parents.

Key Word: Impact, Divorce, Early Childhood

Abstrak: Dampak Perceraian Pada Perkembangan Sosial dan Emosional Anak Usia 5-6
Tahun. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan penyebab perceraian orang tua, (2)
Mendeskripsikan pengasuhan pascaperceraian, (3) Mendeskripsikan perkembangan sosial dan
emosional anak pascaperceraian, (4) Mendeskripsikan peran orang tua, (5) Mendeskripsikan peran
guru. Subyek penelitian anak usia 5-6 tahun yang berjumlah 3 orang. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan jenis studi kasus. Analisis data yang digunakan yaitu model Miles dan
Huberman yaitu reduksi data, display data, dan verifikasi. Teknik pengumpulan data adalah
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Perceraian
orang tua dikarenakan masalah ekonomi, perbedaan status sosial, tidak mendapat restu,
perselingkuhan, KDRT, dan menikah terlalu dini, (2) Pengasuhan anak pascaperceraian dibantu
oleh kerabat dekat atau pembantu ketika orang tua bekerja, (3) Perkembangan sosial dan
emosional anak menunjukkan lebih banyak perkembangan positif daripada yang negatif (4) Peran
orang tua dengan mencukupi kebutuhan fisik dan psikis anak, memberikan pengertian,
bekerjasama dalam mengasuh anak, berkonsultasi dengan para ahli, melatih anak untuk berbagi
cerita, memberikan informasi pada guru, dan menindaklanjuti kegiatan anak di sekolah, (5) Guru
berperan dengan melakukan pendekatan, memberi nasehat, reward, memberi tugas sesuai dengan
kemampuan anak, memberi kegiatan yang menarik, menjaga kondisi psikologis anak, dan bebagi
informasi kepada orang tua.

Kata Kunci: Dampak, Perceraian, Anak usia Dini

76
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal 76-149 77

Anak adalah makhluk hidup yang diberikan sekolah daripada anak selalu daripada bermain
Tuhan sebagai titipan kepada orang tua. Anak bersama teman-temannya. Anak tidak memilki
mempunyai hak dan kesempatan untuk teman yang spesial, Apabila sedang marah
berkembang sesuai potensinya. Upaya dengan seorang teman, anak akan mengajak
peningkatan pertumbuhan dan perkembangan teman yang lainnya untuk tidak berteman
anak usia dini dapat diberikan melalui jalur dengan anak tersebut. Anak ketiga merasakan
pendidikan formal, nonformal maupun kehilangan sosok ibu pascaperceraianorang
informal. Pendidikan pada anak usia dini tua. Hal ini sehingga membuat anak sedih,
(AUD) tidak hanya diperoleh di sekolah tetapi stres, dan mengalami trauma. Untuk mengatasi
juga diperoleh dari lingkungan keluarga dan trauma, anak dibawa ke psikolog di kota
atau lingkungan masyarakat. Lingkungan Malang. Kini anak telah memiliki ibu tiri.
keluarga merupakan pendidikan informal yang Anak menyayangi ibu tirinya dan selalu
memegang peranan penting dalam membentuk meminta untuk ditemani ketika di sekolah.
setiap aspek perkembangan anak terutama
perkembangan sosial dan emosional. Ketika Perceraian memberikan berbagai
bayi anak belajar melakukan hubungan sosial dampak pada perkembangan anak. Perceraian
dan belajar mengenal berbagai macam emosi. pada beberapa anak membuat mereka
Kemampuan sosialisasi dan emosi anak terus kehilangan cinta dari kedua orang tuanya
berkembang seiring dengan pertambahan usia. sehingga membuat beberapa aspek
Suasana keluarga yang bahagia sangat perkembangan anak akan terhambat. Adapula
dibutuhkan dalam perkembangan sosial dan anak yang perkembangan sosial dan emosional
emosi anak. pascaperceraian orang tua berkembang dengan
baik bahkan lebih baik dari anak dari keluarga
Pendidikan di dalam keluarga akan utuh. Hal ini dikarenakan anak mendapat
tercapai secara optimal apabila tercipta suasana perhatian, perlindungan dan cinta kasih yang
rumah yang harmonis. Namun, tidak semua dibutuhkan dari orang tuanya.
keluarga mampu menciptakan hubungan yang
bahagia dan harmonis. Terdapat pula keluarga Berdasarkan uraian di atas dan
yang mengalami banyak permasalahan yang mengingat bervariasinya dampak perceraian
berakhir dengan perceraian. perceraian di orang tua yang dialami anak di TK. Negeri
Banyuwangi, Jawa Timur menempati Model, Banyuwangi, maka perlu ada
peringkat kedua teratas nasional setelah pengamatan berlanjut tentang dampak
Tasikmalaya, Jawa Barat. Perceraian orang tua perceraian orang tua pada perkembangan sosial
merupakan masa yang sulit bagi anak karena emosional anak. Hal ini merupakan upaya
terjadi perubahan besar dalam keseharian anak. untuk mengetahui dampak dari perceraian
Perceraian orang tua memberikan dampak orang tua pada perkembangan sosial emosional
yang kurang baik terhadap perkembangan anak anak daripada orang tua yang harmonis.
terutama perkembangan sosial dan emosional.
Perkembangan Sosial
Berdasarkan hasil wawancara dan
observasi awal di TK. Negeri Model Menurut Hurlock (1993:250)
Banyuwangi diketahui bahwa anak pertama perkembangan sosial berarti perolehan
suka mengganggu teman untuk mendapatkan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan
perhatian, susah diatur dan senang melanggar tuntutan sosial. Selain itu, Yusuf (2008:122)
peraturan, tidak bersemangat dalam kegiatan di menyebutkan bahwa perkembangan sosial
kelas dengan hanya duduk diam dan tidak merupakan proses belajar untuk menyesuaikan
memperhatikan guru. Saat jam istirahat anak diri terhadap norma-norma kelompok, moral,
lebih senang menyendiri dan menjadi penonton dan tradisi; meleburkan diri menjadi suatu
teman-temannya yang sedang bermain, kesatuan dan saling berkomunikasi dan
sesekali anak terlihat melamun seperti bekerjasama. Jadi perkembangan sosial
memikirkan atau merindukan sesuatu. Anak merupakan suatu proses dalam kehidupan anak
kedua mengembangkan sikap egosentris, untuk berperilaku sesuai dengan norma dan
mudah marah, memiliki kelekatan dengan aturan dalam lingkungan kehidupan anak.
nenek. Saat istirahat, anak lebih memilih
duduk bersama nenek yang menunggu di
78 Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal 76-149

Walker (2010:33) menambahkan social melatih kepekaan serta menyesuaikan diri


development describes the process by which terhadap norma-norma kelompok, moral, dan
infants move from being oblivious to tradisi lingkungan sosial.
themselves and other human beings to being
able to attach to primary carers and eventually Perkembangan Emosi
to interact with others in close relationships.
Menurut Muhibin dalam Nugraha dan Menurut Santrock (2007:6) emosi sering
Rachmawati (2006:18) mengatakan bahwa diistilahkan juga dengan perasaan atau afeksi
perkembangan sosial merupakan proses yang timbul ketika seseorang sedang berada
pembentukan social self (pribadi dalam dalam suatu keadaan atau suatu interaksi yang
masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, dianggap penting olehnya, terutama well-being
budaya, bangsa, dan seterusnya. Jadi anak dirinya. Jadi emosi timbul karena terdapat
belajar proses sosial agar dapat menjadi bagian suatu situasi yang dianggap penting dan
dari masyarakat yang lebih luas. berpengaruh dalam diri individu. English and
English dalam Yusuf (2008:114) menyatakan
Hurlock (1993:256) menjelaskan pada bahwa emosi adalah “A complex feeling state
tahun-tahun awal kehidupan, yang accompained by characteristic motor and
memberikan pengaruh terpenting terhadap glandular activities”. Suatu keadaan perasaan
perilaku sosial dan sikap anak tampaknya yang kompleks yang disertai karakteristik
adalah cara pendidikan anak yang digunakan kegiatan kelenjar dan motoris. Anak yang
orang tua. Rumah merupakan tempat belajar mengalami emosi akan merasakan perubahan
bagi keterampilan sosial. Jika lingkungan motoris dan kegiatan kelenjar yang bergerak
rumah secara keseluruhan memupuk lebih cepat.
perkembangan sikap sosial yang baik,
kemungkinan besar anak akan menjadi pribadi Goleman dalam Desmita (2013:116),
yang sosial dan sebaliknya. Pengalaman sosial menggunakan istilah emosi merujuk pada a
di luar rumah melengkapi pengalaman di feeling and its distinctive thoughts,
dalam rumah dan merupakan penentu yang psychological and biological states, and range
penting bagi sikap sosial dan pola perilaku of propensities to act. Menurut Crow and Crow
anak. dalam Syaodih (2005:46) mengungkapkan
bahwa emosi adalah suatu keadaan yang
Sebagian dari bentuk perilaku sosial bergejolak pada diri individu yang berfungsi
yang berkembang pada masa kanak-kanak sebagai inner adjustment (penyesuaian dari
awal berdasarkan landasan yang diletakkan dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai
pada masa bayi. Anak mengembangkan kesejahteraan dalam keselamatan individu.
berbagai bentuk perilaku dalam situasi sosial. Anak yang mengalami emosi akan melakukan
Bentuk perilaku anak dalam situasi sosial penyesuaian dengan lingkungannya agar
menurut Hurlock (1993:262) yaitu: perilaku memperoleh kenyamanan, kesejahteraan dan
sosial yang meliputi kerjasama, persaingan, keselamatan. LeDoux dalam Beaty (2013:159)
kemurahan hati, hasrat penerimaan sosial, menjelaskan sebuah emosi merupakan
simpati, empati, ketergantungan, ramah, tidak pengalaman subyektif, invasi kesadaran yang
egosentris, meniru, dan kelekatan. Sedangkan bersemangat, sebuah perasaan. Jadi emosi
perilaku tidak sosial meliputi pembangkangan, memiliki pengalaman, kesadaran diri dan
agresi, pertengkaran, mengejek dan menghasilkan sebuah perasaan.
menggertak, sok kuasa, egosentris,prasangka,
dan antagonisme jenis kelamin. Orang tua dan Emosi memiliki peranan yang sangat
guru melakukan berbagai kegiatan atau penting dalam perkembangan anak, karena
stimulasi yang tepat sehingga sosialisasi anak memiliki pengaruh pada perilaku anak. Pola
dengan lingkungan dapat berkembang secara emosi pada anak hampir sama dengan pola
optimal. emosi pada orang dewasa. Pola emosi yang
umum pada awal masa kanak-kanak menurut
Berdasarkan beberapa pendapat para Hurlock (1993:218) yaitu takut meliputi malu,
ahli tersebut di atas, maka dapat disimpulkan canggung, khawatir cemas. Marah meliputi
perkembangan sosial merupakan suatu proses tempetantrum, negativisme, agresi berlebihan,
interaksi dan kemampuan berperilaku untuk dan kekejaman. Cemburu, dukacita,
keingintahuan, iri hati, gembira sedih, kasih
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal 76-149 79

sayang, bangga, dan bersalah. Semua pola yang muncul pada kehidupan rumah tangga
emosi tersebut di atas telah muncul pada anak diiringi dengan konflik perubahan perilaku
usia prasekolah. Orang tua melakukan yang negatif, dan pada akhirnya pasangan
stimulasi perlu memahami emosi terlebih suami istri tidak mampu berkomunikasi
dahulu kemudian mengajarkannya kepada dengan baik akan memicu terjadinya
anak. Guru berperan penting membantu perceraian.
mengembangkan emosional di sekolah. Guru
mengajarkan cara pelampiasan emosi secara Perceraian yang terjadi membawa
tepat, tidak merusak dan mengganggu orang dampak bagi anak. Howard Friedman dalam
lain. Dibutuhkan kesabaran dan konsistensi Gottman and DeClaire (1995:160)
untuk melatih anak agar mampu memiliki membuktikan bahwa perceraian dan
kecerdasan emosional. perpisahan orang tua memiliki pengaruh besar
lebih besar terhadap masalah-masalah
Dari beberapa pendapat para ahli di atas kejiwaan di kemudian hari daripada pengaruh
dapat diperoleh kesimpulan bahwa emosi kematian orang tua. Perceraian memberikan
adalah suatu keadaan reaksi tubuh yang pengaruh yang lebih mendalam kepada anak.
disertai karakteristik kegiatan kelenjar dan Anak-anak tetap berhak mendapatkan cinta,
motoris dan diiringi perasaan dorongan untuk perhatian dan dorongan dari kedua orang
bertindak, berencana seketika untuk mengatasi tuanya pasca perceraian. Pengasuhan bersama
masalah serta menyesuaikan diri dengan dapat dilakukan dengan metode co-parenting.
lingkungan agar memperoleh kenyamanan Priyatna menjelaskan (2010:32) Co-parenting
dalam hidup. adalah kerjasama antarkedua belah pihak orang
tua pasca berakhirnya sebuah ikatan
Dampak Perceraian perkawinan. Orang tua tetap melakukan
pengasuhan bersama pasca perceraian.
Menurut Hurlock (1993:307) perceraian
merupakan kulminasi dari penyesuaian Orang tua yang menikah kembali perlu
perkawinan yang buruk dan terjadi apabila melakukan penyesuaian yang tepat pada semua
suami dan istri sudah tidak mampu lagi pihak terutama pada anak. Menurut Priyatna
mencari cara penyelesaian masalah yang dapat (2010:73) langkah-langkah yang dapat
memuaskan kedua belah pihak. Menurut dilakukan dalam membangun ikatan dengan
Undang-Undang Republik Indonesia No.1 anak tiri, yakni memberi kesempatan dan
tahun 1994 pasal 16, Perceraian terjadi apabila bersabar, membuat rencana dengan pasangan,
antara suami-istri yang bersangkutan tidak “respect” pada anak tiri, memperlakukan anak
mungkin lagi didamaikan untuk hidup rukun tiri seperti anak sendiri, dan berbagi saat-saat
dalam suatu rumah tangga. Pada pasal 18 spesial. Orang tua tiri memberikan waktu pada
disebutkan Perceraian terjadi terhitung pada anak untuk menerima hadirnya orang baru
saat perceraian itu dinyatakan didepan sidang serta memberikan perhatian dan kasih sayang
pengadilan. Pengadilan berusaha melakukan yang tulus sehingga kedekatan dapat terjalin
pendamaian pada pasangan yang hendak dengan baik. Penanganan dampak negatif
bercerai dan perceraian terjadi bila pengadilan perceraian orang tua sangat diperlukan
tidak berhasil mendamaikan keduanya. mengingat besarnyak efek yang diperoleh
anak. Usaha-usaha tersebut dilakukan oleh
Menurut Savitri (2001:5) perceraian orang tua dan guru sebagai orang dewasa yang
yang ada di Indonesia disebabkan karena tidak dekat dengan anak.
ada kecocokan antar pasangan suami istri.
Sedangkan secara khusus, disebabkan karena Berdasarkan uraian di atas dapat
terjadi kekerasan dalam rumah tangga disimpulkan pengertian perceraian sebagai
(KDRT), perselingkuhan, poligami, masalah putusnya hubungan perkawinan secara hukum
ekonomi, mabuk dan minum obat-obatan yang disebabkan pada hubungan pernikahan
terlarang, menikah di bawah tangan, jarak yang tidak berjalan dengan baik yang biasanya
suami istri yang terlalu jauh misal menjadi didahului oleh konflik antar pasangan suami
TKI, perbedaan pemilihan wakil rakyat dalam istri yang dilakukan di pengadilan agama dan
pemilu, pasangan sudah tidak bisa berbicara mengawali berbagai perubahan emosi,
secara baik, selalu bertengkar, atau tidak mau psikologis, lingkungan dan anggota keluarga
berkomunikasi. Permasalahan-permasalahan
80 Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal 76-149

serta dapat menimbulkan perasaan duka yang HASIL DAN PEMBAHASAN


mendalam.
Penyebab Perceraian
Perceraian orang tua dikarenakan
METODE masalah ekonomi, khususnya perbedaan
penghasilan antara ibu yang memiliki gaji
Metode penelitian yang digunakan lebih besar daripada ayah. dalam wawancara
dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dikatakan bahwa “bapak ibunya bertengkar
dengan jenis penelitian studi kasus. Studi kasus karena harta, ibunya ungkit-ungkit harta, gaji
merupakan salah satu strategi penelitian yang ibunya kan lebih besar. Bapaknya tersinggung
mencari informasi secara mendalam mengenai terus cerai”. Penyebab kedua yaitu perbedaan
penelitian yang hendak diteliti. Penelitian studi status sosial, yaitu ibu merupakan anak tunggal
kasus dicirikan dengan pembatasan pada satu dan orang tuanya kaya. Sedangkan bapak
bagian, mendeskripsikan, dan penemuan yang merupakan orang biasa. Penyebab ketiga tidak
berdasarkan bukti dan fakta-fakta empiris. mendapat restu orang tua. Pernikahan tanpa
Tujuan utama dari penelitian jenis kualitatif ini restu akan akan menciptakan hubungan yang
sendiri adalah untuk meneliti kondisi objek tidak sehat antara menantu, mertua dan kedua
yang alamiah, peneliti sebagai instrumen kunci keluarga. Penyebab keempat karena
(key instrumen). perselingkuhan, Pada wawancara yang telah
dilakukan, mengatakan “Itu kan cerainya gara-
Teknik pengumpulan data menggunakan gara mamanya punya pria lain. Rumahnya
observasi partisipatif, wawancara tidak mereka berdekatan”. Penyebab kelima yaitu
terstruktur dan dokumentasi. wawancara kekerasan dalam rumah tangga, ayah memukul
dilakukan dengan informan dan subjek ibu di depan anak hingga meninggalkan luka
penelitian dengan pendekatan wawancara tidak lebam bekas pukulan, dan penyebab yang
terstruktur dan pendekatan informal, analisis terakhir karena menikah terlalu dini. Ibu
data bersifat induktif, dan hasil penelitian menikahnya usia 19 tahun, selisih 12 tahun
kualitatif lebih menekankan makna daripada dengan ayahnya.
generalisasi. Sumber data dari penelitian ini
yaitu 3 anak kelompok B TK. Negeri Model, Pengasuhan Anak Pascaperceraian
guru dan orang tua beserta kerabat dekat.
Subjek penelitiannya adalah anak usia 5-6 Pengasuhan anak pascaperceraian
tahun. Lokasi penelitian ini adalah TK. Negeri dibantu oleh kerabat dekat atau pembantu
Model, Banyuwangi. ketika orang tua bekerja. Bq diasuh oleh ibu
dan dibantu oleh nenek. Nenek membantu
Prosedur penelitian ini secara garis besar mengurus pekerjaan rumah, mengurus
dilakukan melalui empat tahapan kegiatan, keperluan anak, membantu anak mengerjakan
yaitu tahap pra-lapangan, pelaksanaan, analisis tugas yang diberikan ibu, mengantar dan
data, dan diakhiri dengan penulisan laporan, menemani anak di sekolah dan menjaga anak
seperti yang diungkapkan Moleong (2010:127) selama ibu bekerja. Rf diasuh oleh ibu dibantu
bahwa penelitian kualitatif terdiri dari dari seorang pembantu yang dipanggil emak. Emak
tahap pra-penelitian dan tahap pekerjaan membantu mengurus keperluan rumah tangga
lapangan. Pada tahap pekerjaan lapangan dan mengantar jemput anak ke sekolah. Emak
mengacu pada tahapan analisis data yang tidak dapat membantu mengajari anak belajar
digunakan yaitu mengacu pada penelitian di rumah karena emak tidak bisa membaca dan
analisis model Miles dan Huberman yang menulis. Hm diasuh oleh ayah dibantu nenek.
terdiri dari tiga langkah yaitu reduksi data, Walaupun tinggal dengan ayah dan nenek, Hm
penyajian data, dan kesimpulan. tetap diberi kesempatan untuk bertemu dengan
ibunya secara bergantian.
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal 76-149 81

Perkembangan Sosial Dan Emosional Anak malaikat atau nasehat perilaku yang baik,
Pasca Perceraian memberikan hadiah karena anak berhasil
menghafal asmaul khusna, untuk anak yang
Perkembangan sosial dan emosional pandai guru memberi pekerjaan yang lebih
anak menunjukkan lebih banyak rumit, anak-anak diajak untuk membuat aturan
perkembangan positif daripada perkembangan permainan atau peraturan kelas bersama, dan
sosial dan emosional yang negatif. Hal ini bekerjasama dengan orang tua serta
ditunjukkan dalam melakukan berbagai memberikan informasi kepada orang tua
kegiatan di sekolah seperti bekerjasama dalam mengenai setiap perkembangan anak di
permainan memasukkan bola dalam wadah, sekolah
bermain ayunan dan alat permainan outdoor
bersama teman-teman, membantu teman dan Pembahasan
membagikan minuman dan kue, bersabar saat
hendak menggunakan spidol warna merah, dan Faktor Penyebab Perceraian Orang Tua
mmapu bersaing saat mengikuti berbagai
perlombaan. Perkembangan sosial dan Banyak permasalahan yang menjadi
emosional negatif ditunjukkan dengan tidak faktor penyebab perceraian orang tua, yaitu
percaya diri atas kemampuan yang dia miliki perceraian orang tua dikarenakan masalah
sehingga takut untuk mencoba sesuatu yang ekonomi. khususnya perbedaan penghasilan
baru, pertengkaran saat bermain atau antara ibu yang memiliki gaji lebih besar
melakukan kegiatan di kelas, tidak mau daripada ayah. Tingkat kebutuhan ekonomi
melaksanakan perintah guru, bersikap manja membuat tidak hanya ayah, bahkan ibu juga
dengan orang terdekat, Saat kegiatan istirahat, bekerja untuk membantu mencukupi
anak memilih duduk sendiri sambil kebutuhan keluarga. Seringkali perbedaan
memperhatikan teman-temannya yang dalam pendapatan atau gaji membuat tiap
bermain. pasangan berselisih. Faktor penyebab kedua,
perbedaan status sosial yaitu keluarga ibu dari
Penanganan dan Stimulasi yang Dilakukan keluarga kaya dan ayah dari keluarga biasa
di Rumah menjadi penyebab perceraian orang tua.
Perbedaan strata ekonomi ini membuat
Peran orang tua dalam menanggulangi seseorang nampak lebih rendah dan
munculnya perkembangan sosial dan menganggap remeh orang lain. Sehingga untuk
emosional dengan memberikan motivasi, keluarga yang matrealistis akan tidak
perhatian dan menemani anak belajar dan mendukung hubungan yang terjalin diantara
melakukan berbagai aktivitas di rumah atau di keduanya.
sekolah, memberikan pengertian tentang
hadirnya keluarga baru dalam rumahnya dan Faktor penyebab ketiga perselingkuhan
mengarahkan sikap anak, orang tua melakukan Sikap yang tidak jujur dari pelaku
metode pengasuhan bersama, saat hari efektif perselingkuhan ini selanjutnya menimbulkan
sekolah anak tinggal dengan orang tua asuhnya berbagai permasalahan terutama psikis bagi
saat liburan anak diberi kesempatan untuk pasangan perkawinannya (Satiadarma,
tinggal dengan orang tuanya yang lain, 2001:20). Faktor penyebab keempat tidak
mengobati depresi anak membawa anak untuk mendapat restu orang tua, Orang tua dan
berkonsultasi ke Psikolog di Kota Malang, keluarga yang tidak setuju dengan pernikahan
melatih anak untuk terbuka dan bercerita akan menghasut pasangan dan terjadilah
pengalaman yang dialaminya, memberikan pertengkaran diatara pasangan hingga akhirnya
informasi yang diperlukan guru, dan bercerai. Faktor penyebab kelima kekerasan
menindaklanjuti segala hal yang dilakukan dalam rumah tangga, Dalam pasal 19 PP
anak di sekolah. pelaksanaan perkawinan Perceraian pasal 19
menyebutkan dapat dilakukan jika salah satu
Penanganan dan Stimulasi yang Dilakukan pihak melakukan kekejaman atau
di Sekolah penganiayaan berat yang membahayakan pihak
lain. Faktor penyebab yang keenam menikah
Guru memberikan perhatian kepada terlalu dini, Seseorang yang menikah terlalu
anak agar tidak merasa terlalu kehilangan, dini belum memiliki kesiapan yang cukup
mengingatkan dengan bercerita tentang
82 Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal 76-149

secara mental dan materi dalam menjalani anak mampu bekerjasama, mengikuti dan
kehidupan berumah tangga. menjalankan tugas sesuai dengan petunjuk
yang diberikan. Menurut Beaty (2013:169),
Pengasuhan Anak Pascaperceraian perilaku sosial yang perlu dikembangkan bagi
anak usia dini yaitu perilaku empati,
Perpisahan orang tua membawa kedermawanan, kerjasama dan kepedulian.
perubahan besar dalam hidup anak. Anak yang Perilaku sosial tersebut telah dimliki anak,
orang tuanya bercerai mendapatkan ditunjukkan ketika jam istirahat anak senang
pengasuhan yang bervariasi. Dari semua bermain dengan teman, bermurah hati dengan
variasi tersebut diketahui bahwa orang tua mau membantu dan berbagi, bersikap ramah
yang medapatkan hak asuh tidak mengasuh dan mampu mengendalikan diri dalam situasi
anak sendirian melainkan mengajak orang lain sosial yang dialami serta pengertian dengan
atau keluarga untuk membantu merawat anak kondisi dan keadaan orang lain. Seperti yang
di rumah. Setelah bercerai ayah atau ibu akan diungkapkan Wiyani (2014:40) anak usia 5-6
menjalankan peranan ganda. Orang tua tahun mulai mengembangkan pengertian yang
mendapat bantuan orang lain seperti kerabat lebih dalam terhadap emosi orang lain. Anak
dekat atau pembantu dalam mengasuh anak menunjukkan hasrat penerimaan sosial salah
dan mengurusi keperluan rumah tangga selagi satunya dengan meniru perilaku orang lain.
mereka bekerja. Anak hidup dalam pengasuhan Walaupun anak melakukan proses meniru,
keluarga bercerai menjadi berbeda dibanding anak juga menunjukkan inisiatif dan
dengan anak-anak yang hidup dalam kreatifitasnya dalam kegiatan di sekolah.
lingkungan keluarga normal (Nugraha dan
Rachmawati, 2008:4.16). Agar pengasuhan Anak yang orang tuanya bercerai juga
yang diberikan antara orang tua dan keluarga menunjukkan perkembangan sosial yang
sama, terlebih dahulu orang tua perlu membuat negatif. Bentuk perkembangan sosial yang
kesepakatan dengan keluarga atau pembantu negatif tersebut muncul dalam kegiatan di
mengenai hal yang boleh dan tidak boleh sekolah dan juga di rumah. Ketika bermain
dilakukan, peraturan keluarga dan orang tua seringkali terjadi pertengkaran dengan teman.
meminta dukungan dalam hal penegakan Anak pendiam saat kegiatan istirahat dan
peraturan (Maya dan Widodo, 2006:11). memilih duduk sendirian. Anak memiliki
Dengan pola pengasuhan yang jelas anak pun sedikit teman, kadangkala pilih-pilih teman
akan tumbuh dan berkembang dengan baik. dalam melakukan kegiatan di sekolah. Anak
juga diasingkan dalam kelompok sosial. Anak
Perkembangan Sosial dan Emosional Anak yang ditolak atau diabaikan oleh kelompok
Pascaperceraian teman akan kurang mempunyai kesempatan
Perkembangan sosial dan emosional untuk belajar bersifat sosial (Jahja, 2011:215).
yang muncul pada anak pascaperceraianorang Penolakan tersebut kemungkinan disebabkan
tua tidak hanya dalam perkembangan yang anak menunjukkan emosi yang negatif ketika
negatif namun ternyata banyak perkembangan bermain. Anak menunjukkan sikap
positifnya. Bentuk perkembangan sosial dan pembangkangan terhadap tekanan yang
emosional positif ataupun negatif anak terlihat dialaminya. Kurangnya kasih sayang membuat
pada kegiatan sehari-hari di sekolah, mulai dari anak senang mencari perhatian orang lain dan
datang ke sekolah hingga anak pulang sekolah. egosentris dan tidak percaya diri atas
Perkembangan sosial dan emosional positif kemampuan yang dia miliki sehingga takut
muncul lebih dominan pada dua orang anak untuk mencoba sesuatu yang baru. Rendah diri
perempuan sedanagkan Perkembangan sosial pada anak disebabkan karena orang tua
dan emosional yang negatif lebih dominan mendidik anak dengan metode yang keliru dan
pada satu anak laki-laki. berdasarkan ancaman (Wiyani, 2014:80).
Bentuk-bentuk perkembangan sosial yang
Bentuk perkembangan sosial positif negatif tesebut harus terus diupayakan untuk
anak seperti percaya diri, anak berani tampil di dikurangi dengan cara yang yang tepat dan
umum, mampu bersaing dalam perlombaan kerjasama antara guru dan orang tua di rumah.
tersebut dengan meraih gelar juara dan
menunjukkan kebanggaan atas prestasi yang Keadaan keluarga yang bercerai
telah diraihnya. Dalam kegiatan kelompok, mengembangkan emosi yang bervariasi pada
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal 76-149 83

anak. Perceraian yang terjadi cenderung akan bahwa perceraian tidak selalu berdampak
mengembangkan emosi yang negatif . Namun negatif bagi anak. Hal tersebut tergantung
dengan penangaman dan stimulasi yang tepat kepada orang tua, dan lingkungannya sekolah
anak juga mampu mengembangkan emosi atau masyarakat. Lingkungan keluarga
yang positif seperti rasa simpati dan empati memiliki peran yang utama dalam menentukan
pada orang lain, rasa kasih sayang yang perekmbangan sosial dan emosi anak di
diekspresikan dengan pelukan dan ciuman. kemudian hari (Wiyani,2014:46).
Semangat dan aktif mengikuti kegiatan di
sekolah. di sekolah anak berjiwa pemimpin Upaya yang dilakukan orang tua dalam
dengan selalu memimpin kegiatan yang ada di mengantisipasi dampak negatif dari perceraian
kelas, anak mampu melakukan aktivitas di orang tua yaitu dengan mencukupi setiap
sekolah dengan riang gembira. kebutuhan anak baik berupa kebutuhan fisik
maupun psikis. Menurut Abraham Maslow
Ekspresi emosi anak bervariasi sesuai dalam Wiyani (2014:181) setidaknya ada lima
dengan jenis kelaminnya. Anak laki-laki lebih kebutuhan, yaitu kebutuhan fisiologis,
sering dan lebih kuat mengekspresikan seperti kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan
marah, dibandingkan dengan emosi yang memiliki dan cinta, kebutuhan akan adanya
dianggap lebih sesuai bagi perempuan, rasa percaya diri yang dimilikinya, serta
misalnya takut, cemas, dan kasih sayang kebutuhan untuk dapat mengaktualisasi diri.
(Hurlock, 1993:212). Ekpresi seperti terutama Anak memerlukan bantuan orang lain agar
muncul pada anak yang orang tuanya bercerai. dapat kebutuhan anak terpenuhi.
Anak mengembangkan emosi yang negatif
apabila dibiarkan dan tidak ditangani dengan Orang tua dan keluarga berupaya
tepat. Perkembangan emosi negatif yang memberikan pengertian kepada anak mengenai
muncul yaitu rasa kebencian dan takut, hal ini kondisi dan perubahan yang terjadi dalam
dikarenakan anak yang melihat kekerasan yang kehidupan keluarganya. Komunikasi dan
dilakukan ayahnya pada ibunya. Anak juga hubungan yang dibangun harus menciptakan
dihinggapi perasaan khawatir bila ayahnya suasana yang tidak menuntut penilaian, dan
kembali datang berkunjung ke sekolah untuk menunjukkan penerimaan sehingga dapat
menemuinya. memberi landasan memadai dalam
pertumbuhan sosial dan emosi (Nugraha dan
Kehilangan sosok penting dalam hidup Rachmawati, 2006:5.27). Orang tua yang
anak membuat anak menjadi sensitif dan bercerai tetap menjalain hubungan yang baik
mudah tersinggung. Kehilangan terlalu dini dengan mantan pasangan dan bekerjasama
untuk merasakan kedekatan dengan orang yang dengan seluruh keluarga untuk membantu serta
disayang. (Nugraha dan Rachmawati, memberikan dukungan, berkonsultasi dengan
2006:11.7). Anak mudah marah dan para ahli terhadap reaksi negatif anak
melampiaskannya dengan sikap agresi. Hasan mengenai perceraian.
dalam Wiyani (2014:65) menyebutkan ketika
anak berumur tiga hingga enam tahun, selain Orang tua mengajak anak untuk mau
memukul dan menendang ia akan berbagi cerita. Anak tidak dapat begitu saja
menampakkan perilaku agresif yang bersifat menceritakan permasalahan yang dihadapinya.
verbal. Pada anak yang lain, perceraian orang Orang tua terlebih dahulu perlu membuka
tuanya membawa kesedihan. Anak merasakan komuunikasi dengan anak, hal ini akan mampu
iri hati dengan kebahagiaan yang dialami orang menciptakan hubungan sosial yang harmonis.
lain. Anak ingin merasakan hal yang sama Sering-seringlah mengundang anak
seperti yang dirasakan teman-temannya. mengemukaan pendapat ataupun perasaannya.
Orang tua berbagi informasi yang diperlukan
Penanganan Dampak Perceraian yang guru mengenai kondisi anak. Dengan
Dilakukan di Rumah pemahaman tersebut maka akan memudahkan
dalam mengantisipasi berbagai gejala
Perceraian orang tua ternyata dapat perkembangan yang sifatnya menyimpang dan
membawa berbagai dampak bagi anak. Tidak merusak sehingga anak akan terselamatkan
semua anak dengan orang tua yang bercerai (Nugraha dan Rachmawati, 2006:12.12). dan
memperoleh dampak yang negatif. Amato dan tindakan selanjutnya orang tua menindaklanjuti
Keith dalam Jahja (2011:449) menyebutkan
84 Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal 76-149

segala hal yang sudah diperoleh anak di juga menghilangkan tingkah laku yang tidak
sekolah. Nugraha dan Rachmawati (2006:5.27) baik (Nugraha dan Rachmawati, 2006:9.11).
menganjurkan agar orang tua dapat
berpartisipasi dengan anak-anaknya dalam Guru memberikan kegiatan yang
kegiatan sekolah. menarik dan menyenangkan sehingga anak
bersemangat dan tertawa senang mengikuti
Penanganan Dampak Perceraian yang kegiatan di sekolah. Kegiatan menarik tersebut
Dilakukan di Sekolah berupa kegiatan bermain sambil belajar. Bagi
anak-anak bermain selalu menyenangkan
Tidak hanya orang tua, guru juga (Wiyani, 2014:49). Guru berusaha menjaga
berperan dalam membantu mengembangkan kondisi psikologis anak di sekolah, dan
sosial dan emosional anak ke arah yang lebih bekerjasama dengan orang tua dalam
baik pascaperceraianorang tua. Stimulus yang menstimulasi perkembangan anak dengan
diberikan oleh guru memiliki pengaruh untuk memberikan informasi tentang anak kepada
mengoptimalkan perkembangan sosial dan orang tua. Program kerjasama dengan orang
emosional anak. Upaya-upaya yang dilakukan tua dengan guru, akan membuka kekakuan
guru yaitu dengan melakukan pendekatan agar komunikasi dan kebuntuan komunikasi rumah
anak merasa nyaman dan senang berada di dengan sekolah (Nugraha dan Rachmawati,
sekolah. Guru memberikan nasehat langsung 2006:12.10).
atau cerita yang bersifat umum/ religi. Nugraha
dan Rachmawati (2006:4.21) menyarankan Perkembangan sosial emosional anak
guru untuk memperkenalkan sikap dan dampak perceraian berkaitan dengan beberapa
perilaku sosial melalui berbagai cara yang bidang ilmu seperti PAUD (pedagogi),
diketahui guru, yaitu bercerita, bernyanyi, atau psikologi, hukum, manajemen pendidikan, dan
bermain. sosiologi. Dalam bidang pedagogi (PAUD)
mengkaji tentang dampak perkembangan sosial
Guru memberikan dukungan dan dan emosional pada anak usia lima hingga
penghargaan atas setiap hal positif yang enam tahun yang mengalami perceraian orang
dilakukan anak. hadiah atau reward dapat tua. Kajian penelitian dalam bidang psikologi
diberikan sebagai bentuk pemberian memberi manfaat dalam memberikan
reinforcement terhadap perilaku positif anak pengetahuan tentang pengaruh sosial dan
(Wiyani,2014:157). Guru memberikan fasilitas emosional anak yang mengalami perpisahan
yang dibutuhkan dalam menstimulasi setiap orang tua.
kebutuhan anak dan memberikan tugas sesuai
dengan kemampuan anak. Nugraha dan Perkawinan dan perceraian telah diatur
Rachmawati (2006:5.27) menyebutkan tugas dalam perundang-undangan di Indonesia. Ilmu
guru diarahkan untuk membimbing dan hukum mempelajari aturan-aturan yang
memfasilitasi bukan untuk mengatur berbagai ditetapkan oleh penguasa, putusan-putusan
perilaku secara otoriter. yang diambil dari sengketa yang timbul, dan
doktrin-doktrin yang dikembangkan oleh ahli
Pada awal tahun ajaran baru guru hukum (Marzuki, 2009:13). Kajian penelitian
mengajak anak untuk aktif ikut serta dalam dalam bidang manajemen pendidikan berupa
kegiatan kelas dan bertanggung berkenaan strategi yang dilakukan guru dalam mendidik
dengan hal pribadi anak. guru melakukan anak di sekolah. Penelitian ini dapat dikaji juga
pengkondisian di awal tahun ajaran baru. dalam bidang sosiologis yaitu ilmu yang
Wiyani (2014:151) menyebutkan upaya mempelajari hubungan sosial antar sesama
pengkondisian yang dapat dilakukan yaitu manusia (individu dan individu), antar individu
pembelakuan tata krama, program labelisasi dan ide-ide sosial (Haryanti dan Nugrohadi,
barang pribadi, program posterisasi, kotak 2011:83). Bidang sosiologi tampak pada
temuan dan pengadaan alat kebersihan. Pada interaksi anak dengan teman sebaya dan orang
awal ajaran baru guru menanlakan aturan dan sekitar, peran serta orang tua dan interaksi
melatih anak untuk terbiasa taat pada aturan orang tua dengan guru di sekolah.
yang telah dibuat bersama-sama. Aturan
bertujuan membuat anak menjadi bermoral
karena aturan mempunyai nilai pendidikan dan
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal 76-149 85

SIMPULAN karateristik anak sehingga perkembangan


sosial dan emosional anak dapat berkembang
Berdasarkan hasil pembahasan yang sama seperti anak yang berada dalam keluarga
telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka utuh. Dan masyarakat hendaknya diberikan
dapat ditarik kesimpulan; perceraian orang tua penyuluhan tentang pernikahan dan hukum
disebabkan karena lima faktor yaitu faktor perceraian dengan segala aspeknya. Pemberian
ekonomi, perbedaan status sosial, penyuluhan diharapkan dapat membantu
perselingkuhan, tidak mendapat restu orang mempererat ikatan perkawinan dan
tua, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), mengurangi angka perceraian.
dan menikah diusia dini. Pengasuhan anak
pascaperceraiandibantu oleh kerabat dekat
selagi orang tua bekerja, namun alangkah DAFTAR PUSTAKA
baiknya jika kedua orang tua tetap bekerjasama
dalam mengasuh anak pascaperceraian dan Beaty. J., J. (2013). Observasi Perkembangan
menjalin komunikasi dengan anak. Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group.
Anak yang mengalami perceraian orang
tua akan mengalami perubahan besar dalam Desmita. (2013). Psikologi Perkembangan.
hidupnya. Perubahan tersebut membawa Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
dampak yang apabila tidak ditangani dengan
baik akan membawa dampak yang negatif. Feldman, P., O. (2009). Human Development
Perkembangan sosial dan emosional anak yang Edisi 10 Buku 1. Jakarta: Salemba
orang tuanya bercerai bervariasi. Humanika.
Perkembangan sosial dan emosional anak Gottman, J., & Joan D. (2008).
terlihat pada kegiatan sehari-hari anak di Mengembangkan Kecerdasan
sekolah, mulai dari datang ke sekolah hingga Emosional Anak. Jakarta: PT. Gramedia
anak pulang sekolah. Anak tidak hanya Pustaka Utama.
menunjukkan perkembangan sosial dan
emosional yang negatif tetapi juga Haryanti & Nugrohadi. (2011). Pengantar
menunjukkan perkembangan sosial dan Sosiologi Dasar. Jakarta: Prestasi
emosional yang positif. Orang tua dan guru Pustaka Publisher.
bekerjasama menanggulangi munculnya
perkembangan sosial dan emosional yang Hurlock,.E., B. (1993). Perkembangan Anak
negatif. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Saran Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkembangan.


Jakarta: Prenada Media Group.
Setelah melakukan proses penelitian,
maka peneliti mengajukan beberapa Marzuki, P., M. (2009). Pengantar Ilmu
rekomendasi yang dapat diberikan pada Hukum. Jakarta: Kencana.
beberapa pihak. Rekomendasi tersebut antara
lain; orang tua yang bercerai hendaknya Maya & Widodo. (2006). Mendidik Anak dan
memberikan pemahaman kepada anak tentang Membesarkan anak Usia Pra-Sekolah.
perubahan yang terjadi dalam kehidupan anak. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Kedua orang tua dan keluarga bekerjasama
Moleong, L., J. (2011). Metode Penelitian
dalam mengasuh anak serta tetap memberikan
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
kasih sayang yang utuh kepada anak melalui
Rosdakarya.
pengasuhan co-parenting. Apabila kebutuhan
fisik dan psikis anak terpenuhi dengan baik Nugrah, A & Yeni R. (2008). Pengembangan
maka perkembangan sosial dan emosional Sosial Emosional. Jakarta: Universitas
anak akan berkembang secara optimal. Terbuka.
Sekolah hendaknya selalu memberikan Priyatna, A. (2010). Focus on Children.
penanganan dan stimulasi yang tepat pada anak Jakarta: Gramedia.
yang mengalami perceraian orang tua. Guru
perlu memahami kondisi psikologis dan
86 Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal 76-149

Santrock, J., W. (2007). Perkembangan Anak


Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Satiadarma, M., P. (2001). Menyikapi


Perselingkuhan. Jakarta: Pustaka
Populer Obor.

Savitri, L., S., Y. (2011). Pengaruh Perceraian


Pada Anak. Jakarta: Kementrian
Pendidikan Nasional.

Syaodih, E. (2005). Bimbingan di Taman


Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas.

Undang-Undang Republik Indonesia No.1


tahun 1994

Walker, K. (2010). Parenting. Australia:


Peguin Group.

Wiyani, N., A. (2014). Mengelola dan


Mengembangkan Kecerdasan Sosial dan
Emosi Anak Usia Dini. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.

Yusuf, S. (2008). Psikologi Perkembangan


Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Das könnte Ihnen auch gefallen