Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Abstract
The purpose of this research are to know the analysis of reliance on local
government in the central district / cities of East Java and to know the existing loan of
government in the districts / cities in East Java as an alternative to reduce dependence
on central government. The population in this study is the county / city of East Java.
Samples used in this study amounted to 29 districts and 9 in the City of East Java
Province. Period of observation in this study is the year 2008 to 2010. Type of data used
in this study is secondary data and quantitative from www.djpk.depkeu.co.id. The
purpose of this study were 1) to analyze the degree of dependence of local government
regency / city of the central government, 2) to analyze the ability of the regency / city to
get the long-term loans called Debt Service Coverage Ratio (DSCR). This study used
descriptive research method that is the case study approach. The data used in this study
is a secondary data reports: local original revenue (PAD), sharing tax and non tax
revenue, grants, donations subsidies, general allocation fund (DAU), mandatory or
routine expenditure, loans and interest maturity, and budget revenue and expenditure
(APBD), and others. The results are: 1) Rate dependence districts / cities in East Java to
the central government is still high. It is characterized by the structure of revenues,
which is still dominated by the donations and assistance from the central government.
The ability of local government of East Java to raise revenue is not maximized, 2) The
amount of borrowing capacity region (DSCR) districts / cities in East Java in the cover
or reduce the central government dependence is still low. This shows that the districts /
cities in East Java has not exploit the revenue sources derived from the loan.
Keywords: Level of Dependent, Local Government, Central District
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
Nilai PAD tertinggi terjadi di Tahun 2008 yaitu Kota Madiun sebesar Rp
2010 yaitu Kota Surabaya dengan nilai 107.734.000,-.
PAD sebesar Rp 538.389.940.000,-. Hasil Pengujian Hipotesis
Nilai terendah PAD terjadi di Tahun a. Analisis Derajat Tingkat
2008 yaitu Kota Batu sebesar Rp Ketergantungan
7.072.390.000,-. Derajat tingkat ketergantungan
Nilai BHPBP tertinggi terjadi di suatu daerah digunakan untuk menilai
Tahun 2010 yaitu Kabupaten Malang hubungan antara keuangan pusat dengan
dengan nilai BHPBP sebesar Rp daerah dan untuk mengukur tingkat
795.059.050.000,-. Nilai terendah kemandirian pembiayaan keuangan
BHPBP terjadi di Tahun 2008 yaitu Kota daerah. Derajat tingkat ketergantungan
Batu sebesar Rp 99.344.000,-. diukur dengan membandingkan Rasio
Nilai SB tertinggi terjadi di Tahun Pendapatan Asli Daerah (PAD), Rasio
2010 yaitu Kota Malang dengan nilai SB Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak
sebesar Rp 927.224.310.000,-. Nilai (BHPBP), Rasio Sumbangan dan
terendah SB terjadi di Tahun 2008 yaitu Bantuan (SB). Berdasarkan ketiga rasio
Kota Madiun sebesar Rp di atas selama kurun waktu 3 tahun, yaitu
168.950.590.000,-. tahun 2008-2010 dapat dilihat hasil
Nilai TPD tertinggi terjadi di Tahun perhitungan derajat tingkat
2010 yaitu Kabupaten Jember dengan ketergantungan kabupaten/kota se Jawa
nilai TPD sebesar Rp 661.262.130.000,-. Timur pada tabel 2.
Nilai terendah TPD terjadi di Tahun
7 Kab. Jember 0,11 1,25 1,34 0,13 1,27 1,41 0,10 1,17 1,25
8 Kab. Jombang 0,17 1,13 1,30 0,17 1,12 1,28 0,16 1,14 1,20
9 Kab. Kediri 0,24 1,08 1,43 0,10 1,11 1,31 0,10 1,14 1,14
Kab.
10 0,13 0,00 1,49 0,15 1,17 1,45 0,11 1,23 1,34
Lamongan
11 Kab. Lumajang 0,10 0,96 1,26 0,12 1,00 1,37 0,11 1,04 1,17
12 Kab. Madiun 0,06 0,68 1,26 0,04 0,68 1,14 0,05 0,72 1,15
13 Kab. Magetan 0,08 0,88 1,38 0,08 0,91 1,28 0,08 0,99 1,35
14 Kab. Malang 0,10 1,27 1,29 0,13 1,27 1,29 0,11 1,25 1,15
15 Kab. Mojokerto 0,16 1,19 1,54 16,03 11,23 18,73 0,12 1,11 1,33
16 Kab. Nganjuk 0,12 0,99 1,37 0,12 0,97 1,34 0,10 0,98 1,24
17 Kab. Ngawi 0,06 0,87 1,40 0,04 0,84 1,34 0,04 0,88 1,13
18 Kab. Pacitan 0,16 0,91 1,48 0,05 0,88 1,40 0,04 0,90 1,27
Kab.
19 0,05 0,74 1,13 67,29 17,56 10,57 0,07 7,61 0,94
Pamekasan
20 Kab. Pasuruan 0,25 1,53 1,16 0,25 1,44 1,06 0,17 1,19 1,07
21 Kab. Ponorogo 0,09 1,01 1,32 99,40 1,03 13,51 0,08 1,02 1,23
Kab.
22 0,10 1,33 1,93 0,10 1,30 1,88 0,09 1,28 1,73
Probolinggo
23 Kab. Sampang 0,09 0,80 1,36 51,15 30,48 13,03 0,05 0,80 1,29
24 Kab. Sidoarjo 0,42 1,21 1,34 44,53 11,18 13,87 0,38 1,12 1,27
Kab.
25 0,05 0,00 1,25 0,09 0,81 1,21 0,05 0,82 1,16
Situbondo
26 Kab. Sumenep 0,11 1,12 1,36 0,10 1,05 1,26 0,08 0,85 1,19
Kab.
27 0,15 0,87 1,07 0,09 1,10 1,10 0,07 1,07 1,17
Trenggalek
28 Kab. Tuban 0,18 0,85 1,29 0,18 0,88 0,90 0,15 0,81 1,15
Kab.
29 0,13 1,33 1,52 0,13 1,31 1,37 0,10 1,43 1,21
Tulungagung
30 Kota Blitar 0,21 0,93 1,43 0,18 0,97 1,37 0,13 0,79 1,12
31 Kota Kediri 0,22 0,95 1,44 0,30 0,99 1,36 0,25 1,71 1,24
32 Kota Madiun 0,15 0,00 1,57 0,18 0,00 1,39 0,10 1,16 1,22
33 Kota Malang 0,16 0,68 2,13 0,18 0,00 2,15 0,12 0,72 1,80
34 Kota Mojokerto 0,06 0,00 1,51 0,14 0,00 1,56 0,06 0,59 1,41
35 Kota Pasuruan 0,07 0,00 1,41 0,08 0,00 1,39 0,11 0,97 1,54
Kota
36 0,07 0,44 1,36 0,08 0,44 1,31 0,07 0,46 1,16
Probolinggo
37 Kota Surabaya 1,36 1,11 1,01 1,56 0,00 0,90 1,11 0,93 0,95
38 Kota Batu 0,04 0,50 2,43 0,04 0,52 2,53 0,03 0,50 1,92
Rata-Rata 0,16 0,84 1,41 7,47 2,62 3,02 0,13 1,19 1,24
Maksimum 1,36 1,53 2,43 99,40 30,48 18,73 1,11 7,61 1,92
Minimum 0,04 0,00 1,01 0,04 0,00 0,90 0,03 0,46 0,94
Sumber : www.djpk.depkeu.co.id., 2012 (Data Diolah)
Pada tabel 3 dapat diketahui bahwa pinjaman daerah yang didapat untuk
rata-rata Debt Service Coverage Ratio meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
(DSCR) terbesar pada tahun 2009 yaitu Beberapa penyebab kenapa daerah
sebesar 9,83. Sedangkan daerah yang belum bisa mengoptimalkan pinjaman
memiliki rata-rata Debt Service daerah antara lain karena lemahnya
Coverage Ratio (DSCR) terkecil adalah kinerja BUMD dalam menjalankan
pada tahun 2008 sebesar 5,79. Besarnya usahanya sehingga sering merugi
Debt Service Coverage Ratio (DSCR) sehingga menunggak mengembalikan
sebelum dan sesudah otonomi daerah pinjaman, juga karena sumber dana dari
tersebut juga jauh lebih besar penerbitan obligasi daerah belum dapat
dibandingkan dengan ketentuan dalam dimanfaatkan karena ketidakpercayaan
UU No. 34 Tahun 2004 dengan batas masyarakat terhadap perusahaan dan
minimal Debt Service Coverage Ratio pemerintah daerah. Penyebab lain adalah
(DSCR) yang dipersyaratkan yaitu lebih belum terbentuknya lembaga pasar
kecil atau sama dengan dua setengah (≤ modal yang mampu menyediakan dana
2,5). Kabupaten/Kota se Jawa Timur secara murah dan mudah diperoleh oleh
sebelum otonomi daerah Dari analisis di pemerintah daerah, sehingga daerah
atas, terlihat bahwa kabupaten/kota se tergantung pada pemerintah pusat dalam
Jawa Timur belum memanfaatkan memperoleh dana pinjaman daerah.
sumber penerimaan yang berasal dari
pinjaman daerah. Padahal pinjaman KESIMPULAN
daerah, terutama pinjaman jangka 1. Tingkat ketergantungan kabupaten/
panjang merupakan salah satu alternatif kota se Jawa Timur masih tinggi atau
bagi daerah untuk mengurangi kabupaten/kota masih tergantung
ketergantungan terhadap transfer dari pada pemerintah pusat. Hal ini
pusat, yaitu dengan mengoptimalkan ditandai oleh struktur