Sie sind auf Seite 1von 13

JURNAL

PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN IKAN LELE DUMBO


(Clarias gariepinus) DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA
MENGGUNAKAN PROBIOTIK BOSTER
AQUAENZYMS PADA PAKAN

OLEH

NURUL HAYANI TELAUMBANUA

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
Pertumbuhan Dan Kelulushidupan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
Dengan Padat Tebar Berbeda Menggunakan Probiotik Boster
Aquaenzyms Pada Pakan

Nurul Hayani Telaumbanua1), Rusliadi2), Niken Ayu Pamukas2)

Fisheries and Marine Faculty


University of Riau
E-mail :nurulhayanitel@gmail.com

ABSTRACT

This research was conducted on November 7th to December 11th 2017 in


the laboratory of Aquaculture Technology, Marine and Fisheries Faculty,
University of Riau, Pekanbaru. The main purpose of this study was to determine
the best stocking density to increase the growth and survival rate of catfish by
using aquaenzyms boster probiotics on feed. The method was an experimental
method of completely randomized design (CRD) with one factor, four treatments
and three replications. The treatments in this study were P1 (35 fish/72 liters), P2
(50 fish/72 liters), P3 (65 fish/72 liters), and P4 (80 fish/72 liters). The respecti
vely rearing tanks were 12 units of aquarium by 60 cm x 40 cm x 40 cm and filled
of 72 liters of water. Feed was given three times a day with 35% of protein dose.
The result of the observation showed that the stocking density 50 fish/72 liters
was the best stocking density in this study which provided the absolute growth
weights was 16.16 g, specific growth rate was 6.09%, absolute growth length was
8.92 cm, and survival rate was 89.33%. The water quality parameters were in the
tolerance range of catfish where the temperature was 26-28 0C, pH was 5-6, DO
(Dissolved Oxygen) was 4.0-5.0 mg/L and ammonia was 0.022-0.085 mg/L.

Keyword: Probiotics, Stocking density, Clarias gariepinus, Growth

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan pada 7 November sampai 11 Desember 2017,


di Laboratorium Teknologi Budidaya, Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Riau. Penelitian ini bertujuan mengetahui padat tebar terbaik untuk
meningkatkan laju pertumbuhan dan kelulushidupan ikan lele dumbo (Clarias
gariepinus) menggunakan probiotik boster aquaenzyms pada pakan. Metode
eksperimen yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor
dengan empat taraf perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan dalam penelitian
ini adalah P1 (35 ekor/72 liter), P2 (50 ekor/72 liter), P3 (65 ekor/72 liter), dan P4
(80 ekor/72 liter). Wadah pemeliharaan yang digunakan 12 unit akuarium ukuran
60 cm x 40 cm x 40 cm dengan volume air 72 liter.Pakan yang diberikan berupa
pelet dengan kadar protein 35% dan frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali
sehari. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa padat tebar 50 ekor/72 liter
merupakan padat tebar terbaik pada penelitian ini dimana memberikan laju
pertumbuhan bobot mutlak sebesar 16,16 g, pertumbuhan bobot harian 6,09%,
pertumbuhan panjang mutlak 8,92 cm dan kelulushidupan 89,33%. Parameter
kualitas air pada kisaran yang dapat ditoleransi ikan lele dumbo dengan suhu 26-
28 0C, pH 5-6, oksigen terlarut 4,0-5,0 mg/L dan amoniak 0,022-0,085 mg/L.

Keyword: Probiotik,Padattebar, Lele Dumbo, Pertumbuhan

PENDAHULUAN yang terdapat di dalam saluran


pencernaan ikan yang bereaksi
Budidaya ikan air tawar di dengan substrat di dalam saluran
Indonesia merupakan sektor usaha pencernaan ikan. Cara alternatif untuk
yang sangat potensial, sehingga meningkatkan kualitas efisiensi pakan
memberikan peranan yang nyata agar mudah dicerna dan enzim dapat
dalam pemenuhan kebutuhan ikan bekerja lebih efektif adalah dengan
konsumsi dalam negri. Satu dari penambahan probiotik dalam pakan
beberapa jenis ikan yang bernilai buatan (Putra, Windarti dan Yanti,
ekonomis dan mudah untuk 2012).
dibudidayakan adalah ikan lele. Dalam meningkatkan nutrisi
Kelebihan ikan lele diantaranya pakan, bakteri yang terdapat dalam
adalah pertumbuhannya cepat, probiotik memiliki mekanisme dalam
pemeliharaannya relatif mudah, dapat menghasilkan beberapa enzim untuk
dipelihara dalam lahan sempit dengan pencernaan pakan seperti amylase,
padat tebar tinggi dan tahan terhadap protease, lipase dan selulose. Enzim
lingkungan yang kurang baik, selain tersebut yang akan membantu
itu ikan lele memiliki rasa yang enak menghidrolisis nutrien pakan
serta kandungan gizi yang tinggi (molekul kompleks) seperti memecah
sehingga sangat banyak diminati di karbohidrat, protein dan lemak
kalangan masyarakat (Banjarnahor, menjadi molekul yang lebih
Syammaun dan Leidonald, 2015). sederhana akan mempermudah proses
Pakan merupakan salah satu pencernaan dan penyerapan dalam
faktor yang menentukan keberhasilan saluran pencernaan ikan (Putra,
usaha budidaya. Pada umumnya 2010).
pakan komersial dapat menghabiskan Probiotik yang digunakan pada
sekitar 60-70% dari total biaya penelitian ini adalah boster
produksi. Keberhasilan dalam usaha aquaenzyms yang mengandung
budidaya salah satunya dapat dicapai bakteri dari golongan Bacillus sp.
dengan pemberian pakan buatan yang Menurut Irianto (2003), spesies B.
tepat kualitas dan kuantitasnya serta subtilis, B. megaterium, dan B.
ramah lingkungan (Hadadi et al., polymyxa merupakan spesies yang
2009). dapat digunakan untuk memperbaiki
Ikan mempunyai keterbatasan kualitas air pada kolam pemeliharaan.
dalam mencerna pakan yang Pemberian Bacillus sp. dengan
berkualitas rendah seperti memiliki metode suplementasi dalam pakan
serat yang tinggi. Kemampuan ikan juga meningkatkan pertumbuhan,
untuk mencerna pakan yang respon imun, dan resistensi terhadap
dikonsumsi tergantung pada enzim infeksi virus (Widanarni,
Wahjuningrum dan Puspita,2012), serokan/tangguk, selang air, jarum
dan memperbaiki rasio konversi suntik, baskom plastik, kertas
pakan serta peningkatan kualitas air millimeter, timbangan analitik,
(Wang et al. 2008). termometer, kertas pH, do meter, bak
fiber, ember, kamera dan alat tulis.
Padat tebar merupakan salah satu ++

faktor yang dapat mempengaruhi


Metode Penelitian
pertumbuhan dan kelulushidupan
ikan. Setiawan (2009), menyatakan Metode yang digunakan dalam
bahwa peningkatan padat penebaran penelitian ini adalah metode
akan mengganggu proses fisiologis eksperimen, Rancangan Acak
dan tingkah laku ikan terhadap ruang Lengkap (RAL) satu faktor dengan
gerak yang pada akhirnya akan dapat empat taraf perlakuan dan tiga kali
menurunkan kondisi kesehatan dan ulangan. Taraf perlakuan pada
fisiologis ikan. Sehingga peningkatan penelitian ini adalah :
padat penebaran harus sesuai dengan
daya dukung. P1 = Padat tebar ikan lele dumbo 35
ekor/72 liter atau 500 ekor/m3
Penelitian ini bertujuan untuk P2 = Padat tebar ikan lele dumbo 50
mengetahui padat tebar terbaik untuk ekor/72 liter atau 700 ekor/m3
meningkatkan laju pertumbuhan dan
kelulushidupan ikan lele dumbo P3 = Padat tebar ikan lele dumbo 65
(Clarias gariepinus) menggunakan ekor/72 liter atau 900 ekor/m3
probiotik boster aquaenzyms pada P4 = Padat tebar ikan lele dumbo 80
pakan. ekor/72 liter atau 1100 ekor/m3

METODE PENELITIAN Prosedur Penelitian


1. Persiapan Wadah Budidaya
Waktu dan Tempat
Wadah yang digunakan berupa
Penelitian ini telah dilaksanakan akuarium yang berukuran 60 cm x 40
pada 7 November sampai 11 cm x 40 cm sebanyak 12 unit.
Desember 2017, di Laboratorium Sebelum wadah digunakan, dilakukan
Teknologi Budidaya, Fakultas pencucian terlebih dahulu dengan
Perikanan dan Kelautan Universitas menggunakan Permanganas Kalicus
Riau. (PK) untuk membersihkan kotoran
Bahan dan Alat dan membunuh bakteri yang
menempel pada akuarium. Setelah
Bahan-bahan yang digunakan wadah dibersihkan, diisi air sebanyak
pada penelitian ini yaitu benih ikan 72 liter dan dilakukan pemasangan
lele dumbo, pelet, boster aquaenzyms selang aerasi dan batu aerasi.
(mengandung Bacillus subtilis,
Bacillus licheniformis, dan Bacillus 2. Persiapan Ikan Uji
megaterium dengan kepadatan
Ikan yang digunakan adalah lele
5x109), boster progol sebagai bahan
dumbo (Clarias gariepinus)
perekat, dan Permanganas Kalicus
berukuran 6-7 cm.Sebelum ditebar ke
(PK).
dalam akuarium, ikan diaklimatisasi
Alat-alat yang digunakan pada atau adaptasi suhu wadah
penelitian ini yaitu akuarium, pemeliharaan.Selanjutnya ikan
dimasukkan ke dalam wadah Penyiponan dilakukan setiap pagi
terkontrol yaitu akuarium, dengan dan sore hari setelah pemberian
kepadatan masing-masing 35 ekor/72 pakan.
liter, 50 ekor/72 liter, 65 ekor/72 liter
dan 80 ekor/72 liter. Parameter Yang Diukur
1. Laju Pertumbuhan Bobot
3. Persiapan Pakan Mutlak
Pakan ditimbang sebanyak 5% Laju pertumbuhan bobot mutlak
dari total bobot ikan pada setiap
perlakuan,kemudian probiotik boster dihitung dengan menggunakan rumus
aquaenzyms dan progol yang Effendi (1997) sebagai berikut:
berbentuk serbuk ditimbang
berdasarkan jumlah pakan yang
Wm = Wt – Wo
dibutuhkan. Selanjutnya, boster
aquaenzyms dan progol dilarutkan
Wm = Pertambahan bobot mutlak
dalam air hangat dengan suhu
rata-rata (g)
berkisar 35-40oC (untuk
mengaktifkan bakteri Bacillus sp.) Wt = Bobot rata-rata ikan pada
dimana jumlah air pelarut yang akhir penelitian (g)
digunakan sebanyak 10% dari total Wo = Bobot rata-rata ikan pada awal
bobot pakan (Sudarmaji, 2012), dan penelitian (g)
diaduk hingga homogen. Probiotik
yang telah dilarutkan diambil dengan 2. Laju Pertumbuhan Bobot
menggunakan jarum suntik dan Harian
disemprotkan secara merata pada
Rumus yang digunakan dalam
pakan, lalu aduk pakan dengan
menghitung pertumbuhan berat harian
probiotik tersebut dan dikering
Metaxa et al.,(2006), yaitu :
anginkan selama ±30 menit.

4. Pemberian Pakan
Frekuensi pemberian pakan pada
penelitian ini dilakukan sebanyak 3 = Laju pertumbuhan harian (%)
kali sehari yaitu, pada pukul 08.00 Wt = Bobot rata-rata ikan pada
WIB, 13.00 WIB dan 16.00 WIB akhir penelitian (g)
dengan jumlah pemberian pakan 5% Wo = Bobot rata-rata ikan pada awal
dari bobot ikan per hari(Affandi, penelitian (g)
Syafei dan Rahardjo, 2009). t = Lama pemeliharaan (hari)
5.Pemeliharaan Ikan Lele Dumbo 3. Laju Pertumbuhan Panjang
Pemeliharaan ikan Mutlak
leledumbo(Clarias gariepinus) ini
Rumus yang digunakan
dilakukan selama 35 hari.Setiap 7 hari
menghitung pertumbuhan panjang
sekali dilakukan pengukuran panjang
mutlak menurut Zonnevelld, Husman
ikan dan bobot ikan serta jumlahikan
dan Brown (1991), sebagai berikut :
yang mati.
Lm = Lt – L0
Lm = Pertambahan panjang mutlak 6. Tingkat Kelulushidupan (SR)
(cm)
Untuk mengetahui tingkat
Lt = Panjang rata-rata pada waktu kelulushidupan ikan budidaya dapat
akhir (cm) dihitung dengan menggunakan rumus
Lo = Bobot rata-rata ikan pada awal Effendi(2002), yaitu :
penelitian (g)

4. Efisiensi Pakan
SR = Tingkat Kelulushidupan (%)
Menurut Djajasewaka (1985),
Nt = Jumlah ikan yang hidup pada
efisiensi pakan dihitung dengan
akhir penelitian (g)
menggunakan rumus sebagai berikut :
No = Jumlah ikan yang hidup pada
( ) awal penelitian (g)

7. Kualitas Air
EP = Efisiensi pakan (%) Parameter kualitas air yang
Wt = Bobot biomassa ikan pada diukur selama penelitian adalah suhu,
akhir penelitian (g) pH, oksigen terlarut (DO) dan
ammoniak (NH3). Suhu dan pH
D = Bobot ikan mati selama diukur setiap hari serta DO diukur
penelitian (g)
setiap seminggu sekali. Pengukuran
W0 = Bobot biomassa ikan pada TAN (Total Ammonia Nitrogen)
awal penelitian (g) dilakukan pada awal, tengah dan
F = Jumlah pakan yang diberikan akhir penelitian.
selama penelitian
7. Analisis Data
5. Rasio Konversi Pakan (FCR)
Data rata-rata pertumbuhan
Konversi pakan (FCR) dihitung bobot mutlak, laju pertumbuhan
dengan menggunakan rumus dari harian, pertumbuhan panjang mutlak,
Zonneveld et al., dalam Rusliadi et kelulushidupan, efisiensi pakan, dan
al., (2013), sebagai berikut : rasio konversi pakan yang diperoleh
selama penelitian disajikan dalam
bentuk Tabel. Data yang diperoleh
( ) dilakukan uji homogenitas,
selanjutnya dianalisis dengan
Wt = Bobot biomassa ikan pada menggunakan analisis variansi
akhir penelitian (g) (ANAVA). Apabila hasil uji
menunjukkan perbedaan nyata (P<
D = Bobot ikan mati selama 0,05) maka dilakukan uji lanjut
penelitian (g) Student NewmanKeuls pada setiap
W0 = Bobot biomassa ikan pada perlakuan untuk menentukan
awal penelitian (g) perbedaan antara perlakuan (Sudjana,
F = Jumlah pakan yang diberikan 1991). Data parameter kualitas air
selama penelitian dimasukkan ke dalam tabel dan
selanjutnya dianalisis secara
deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN 20.00
Berdasarkan hasil penelitian

Pertumbuhan bobot
15.00
yang telah dilakukan selama 35 hari P1

rata-rata
diperoleh seluruh data dari benih ikan 10.00
P2
lele dumbo (Clarias gariepinus) pada 5.00 P3
setiap perlakuan dari masing-masing P4
parameter yang diukur meliputi 0.00
0 7 14 21 28 35
pertumbuhan bobot mutlak,
pertumbuhan bobot harian, Pengamatan Hari Ke -
pertumbuhan panjang mutlak, Gambar 1. Pertumbuhan Bobot Rata-
efisiensi pakan, rasio konversi pakan rata Ikan Lele Dumbo
(FCR), tingkat kelulushidupan dan (ClariasGambar
gariepinus)
kualitas air. Berdasarkan 1, dapat
dilihat bahwa pertumbuhan bobot
rata-rata ikan lele dumbo mengalami
Pertumbuhan Bobot Mutlak
peningkatan yang berbeda pada setiap
Pertumbuhan bobot rata-rata ikan perlakuan. Adapun pertumbuhan
lele dumbo (Clarias gariepinus) bobot mutlak ikan lele dumbo
selama penelitian dapat dilihat pada (Clarias gariepinus) selama
Gambar 1. penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pertumbuhan Bobot lele dumbo (Clarias gariepinus) dan


Mutlak Ikan Lele ruang gerak yang terlalu luas
Dumbo sehingga ikan akan senantiasa
bergerak dan mengakibatkan energi
Pertumbuhan
Perlakuan yang berasal dari makanan akan habis
Bobot Mutlak (g)
digunakan untuk bergerak bukan
P1 15,18 ± 0,61c
untuk pertumbuhan. Hal ini sesuai
P2 16,16 ± 0,67c
dengan pernyataan Wardoyo dan
P3 13,13 ± 0,17b
Muchsin (1990)dalam Lestari, Putra
P4 11,47 ± 0,46a
Keterangan : Huruf Superscrip yang berbeda
dan Mulyadi (2013) bahwa padat
menunjukkan ada pengaruh tebar yang rendah akan
yang berbeda nyata antar mengakibatkan pakan dan ruang
perlakuan. gerak tidak efisien.
Dari Tabel 1, dapat diketahui Tingginya pertumbuhan bobot
pertumbuhan bobot mutlak tertinggi mutlak pada P2 diduga karena ruang
terdapat pada perlakuan P2 dengan gerak dan padat tebar sesuai dengan
bobot mutlak sebesar 16,16 g, diikuti kondisi ikan sehingga tingkat
dengan perlakuan P1 dengan bobot persaingan terhadap perebutan
mutlak sebesar 15,18 g, selanjutnya makanan dan pemanfaatan pakan
P3 dengan bobot mutlak sebesar 13,13 dapat terjadi dengan baik.
g dan P4 dengan bobot mutlak Rendahnya pertumbuhan ikan
terendah yaitu 11,47 g. lele dumbo (Clarias gariepinus) pada
Rendahnya pertumbuhan ikan padat penebaran yang tinggi yaitu
lele dumbo (Clarias gariepinus) pada pada perlakuan P3 dan P4
perlakuan P1 dibandingkan P2, hal ini dikarenakan semakin tinggi kepadatan
diduga karena sifat agresif dari ikan ikan maka ruang gerak akan semakin
sempit dan kesempatan untuk padat tebar sesuai dengan kondisi
memperoleh makanan juga semakin ikan sehingga energi yang diperoleh
kecil. Hal ini sesuai dengan pendapat dari pakan dapat dimanfaatkan oleh
Handajani dan Hastuti (2002), yang ikan untuk beraktivitas dan untuk
menyatakan bahwa semakin tinggi pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan
kepadatan ikan maka akan pernyataan NRC (1983) dalam
mempengaruhi tingkah laku dan Grandiosa (2012), apabila pemberian
fisiologi ikan terhadap ruang gerak pakan sudah optimal dan energi yang
yang menyebabkan pertumbuhan, diperlukan untuk pemeliharaan tubuh
pemanfaatan makanan dan dan aktivitas harian telah dipenuhi,
kelulushidupan mengalami maka energi tersebut akan digunakan
penurunan. untuk pertumbuhan.
Hasil uji analisis variansi Selain itu, penambahan bakteri
(ANAVA) menunjukkan P<0,05 probiotik (Bacillus sp.) pada pakan
artinya padat tebar berbeda memberi memicu aktivitas enzim pencernaan
pengaruh yang berbeda nyata dan penyerapan pakan untuk
terhadap pertumbuhan bobot mutlak pertumbuhan ikan. Sesuai dengan
ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). pendapat Gomez et al., (2007) yang
menjelaskan bahwa bakteri Bacillus
Pertumbuhan Bobot Harian sp. akan meningkatkan penyerapan
pakan dan selanjutnya berperan dalam
Pertumbuhan bobot harian
peningkatan pertambahan berat.
ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)
Meningkatnya penyerapan pakan,
pada masing-masing perlakuan dapat
karena bakteri Bacillus sp. merupakan
dilihat pada Tabel 2.
bakteri penghasil asam laktat yang
Tabel 2. Pertumbuhan Bobot membantu dalam sistem pencernaan
Harian Ikan Lele Dumbo dengan merombak protein menjadi
Pertumbuhan asam amino yang kemudian mudah
Perlakuan diserap oleh usus.
Bobot Harian (%)
c
P1 5,92 ± 0,07 Uji analisis variansi (ANAVA)
c
P2 6,09 ± 0,14 menunjukkan bahwa padat tebar
P3 5,59 ± 0,05b berbeda memberi pengaruh yang
P4 5,25 ± 0,07a berbeda nyata (P<0,05)terhadap
Keterangan: HurufSuperscrip yang berbeda pertumbuhan bobot harian ikan lele
menunjukkan ada pengaruh
yang berbeda nyata antar
dumbo (Clarias gariepinus).
perlakuan
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Berdasarkan Tabel 2, Pertumbuhan panjang rata-rata
pertumbuhan bobot harian tertinggi ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)
terdapat pada perlakuan P2 sebesar selama penelitian dapat dilihat pada
6,09%, kemudian diikuti dengan Gambar 2.
perlakuan P1 sebesar 5,92%, P3
sebesar 5,59% dan P4 sebagai
pertumbuhan bobot harian terendah
sebesar 5,25%.
Tingginya nilai pertumbuhan
pada perlakuan P2 diduga karena
20 panjang mutlak ikan lele dumbo

Pertumbuhan Panjang
(Clarias gariepinus).
15
Rata-rata Efisiensi Pakan Dan Rasio
P1 Konversi Pakan (FCR)
10
P2
P3 Data efisiensi pakan dan
5
P4
rasio konversi pakan (FCR) ikan
0 leledumbo (Clarias gariepinus)
0 7 14 21 28 35 selama penelitian dapat dilihat pada
Tabel 4.
Pengamatan Hari Ke-
Tabel 4. Efisiensi Pakan dan
Gambar 2. Pertumbuhan Panjang Rasio Konversi Pakan
Rata-rata Ikan Lele Ikan Lele Dumbo
Dumbo (Clarias Parameter
gariepinus) Efisiensi Konversi
Perlakuan
Pakan (%) Pakan
Dengan mengetahui panjang rata- (FCR)
rata ikan lele dumbo, maka dapat 1 79,26 ± 0,99 1,26 ± 0,01
diketahui pertumbuhan panjang 2 80,17 ± 1,72 1,25 ± 0,02
mutlaknya. Untuk lebih jelas, dapat 3 78,03 ± 0,72 1,28 ± 0,01
dilihat pada Tabel 3 dibawah ini. 4 78,00 ± 2,64 1,28 ± 0,04

Tabel 3. Pertumbuhan Panjang Tabel 4 menunjukkan bahwa


Mutlak Ikan Lele Dumbo nilai efisiensi tertinggi terdapat pada
Pertumbuhan perlakuan P2 sebesar 80,17%, dan
Perlakuan Panjang Mutlak (cm) terendah pada P4 sebesar 78,00%.
Nilai efisiensi pakan pada setiap
P1 8,64 ± 0,18b perlakuan berada pada kisaran yang
P2 8,92 ± 0,21b sangat baik, karena melebihi 50%.
P3 7,24 ± 0,54a Sesuai dengan pernyataan Craigh dan
P4 6,85 ± 0,78a Helfrich (2002) dalam Ahmadi
Keterangan: Huruf Superscrip yang (2012) bahwa pakan dikatakan baik
berbedamenunjukkan ada apabila nilai efisiensi pakan lebih dari
pengaruh yang berbeda nyata 50% atau bahkan mendekati 100%.
antar perlakuan Dengan meningkatnya nilai efisiensi
Berdasarkan Tabel 3 diketahui pakan, maka tingkat efektifitas pakan
pertumbuhan panjang mutlak tertinggi yang diberikan pada ikan semakin
berturut-turut yaitu P2 sebesar 8,92 baik, karena dengan memberikan
cm, diikuti P1 sebesar 8,64 cm, pakan yang sedikit mendapatkan berat
kemudian diikuti P3 sebesar 7,24 cm ikan yang lebih baik.
dan P4 sebagai pertumbuhan panjang Tingginya nilai efisiensi pakan
mutlak terendah sebesar 6,85 cm. dengan penambahan probiotik pada
Uji analisis variansi (ANAVA) perlakuan P2 diduga karena pakan
P<0,05) data yang didapat dapat dimanfaatkan dengan baik oleh
menunjukkan bahwa padat tebar ikan. Bakteri probiotik (Bacillus sp.)
berbeda memberi pengaruh yang pada pakan mampu menghasilkan
berbeda nyata terhadap pertumbuhan enzim-enzim yang berfungsi sebagai
pemecah nutrien sehingga
mengoptimalkan penyerapan nutrien 82,60%. Berdasarkan Tabel 5, dapat
pakan pada saluran pencernaan. dilihat bahwa kelulushidupan
Sesuai dengan pernyataan Johnson tertinggi pada penelitian ini adalah
(1986) dalam Rengpipat et al., (1998) perlakuan P2sebesar 89,33% dan
bahwa probiotik dapat meningkatkan diikuti dengan P1 sebesar 86,67%, P3
penyerapan pakan dalam saluran sebesar 78,97%, selanjutnya
pencernaan. keluluhidupan yang paling rendah
Nilai konversi pakan (FCR) terdapat pada perlakuan P4 sebesar
yang paling besar terdapat pada 75,42%.
perlakuan P4 sebesar 1,28. Nilai FCR Berdasarkan uji analisis variansi
yang semakin kecil menunjukkan (ANAVA) P<0,05 menunjukkan
pakan yang dikonsumsi oleh ikan bahwa padat tebar berbeda memberi
lebih efisien digunakan untuk pengaruh yang berbeda nyata
pertumbuhan, sebaliknya nilai FCR terhadap kelulushidupan ikan lele
yang semakin besar menunjukkan dumbo (Clarias gariepinus).
pakan yang dikonsumsi kurang
efisien (pemanfaatan pertumbuhan Kualitas Air
rendah) (Sudaryono Hermawan dan
Parameter kualitas air yang
Slamet, 2014).
diukur pada penelitian ini adalah
Berdasarkan uji analisis suhu, DO, amoniak dan pH.
variansi (ANAVA) P>0,05
Kisaran suhu selama
menunjukkan bahwa padat tebar
penelitian ini yaitu 26 C-280C.
0
berbeda tidak memberi pengaruh
Sunarma (2004), menyatakan bahwa
yang berbeda nyata terhadap efisiensi
kisaran suhu yang ideal untuk
pakan dan rasio konversi pakan
pertumbuhan benih lele 220C-340C.
(FCR) ikan lele dumbo (Clarias
Kadar oksigen yang terlarut dalam air
gariepinus).
selama penelitian berkisar antara 4,0
mg/L-5,0 mg/L. Kondisi ini masih
Tingkat Kelulushidupan (SR)
dalam batas normal untuk
Kelulushidupan ikan lele pertumbuhan ikan lele dumbo.
dumbo Clarias gariepinus) selama Wardoyo dan Muchsin (1990)
penelitian dapat dilihat pada Tabel 5. menyatakan bahwa agar kehidupan
ikan dapat layak dan kegiatan
Tabel 5. Tingkat Kelulushidupan
perikanan berhasil maka kandungan
Ikan Lele Dumbo
oksigen terlarut tidak boleh kurang
Perlakuan Tingkat dari 4 ppm.
Kelulushidupan
P1 86,67 ± 1,65b Hasil pengukuran pH air pada
P2 89,33 ± 3,05b penelitian berkisar antara 5-6. Kondisi
P3 78,97 ± 2,35a pH optimal untuk pertumbuhan ikan
P4 75,42 ± 4,73a lele berkisar antara 6,5-9.0
Keterangan : HurufSuperscrip yang (Murhananto, 2002).
berbedamenunjukkan ada Hasil pengukuran kadar
pengaruh yang berbeda nyata
antar perlakuan
amonia total dalam air selama
penelitian berkisar antara 0,022 mg/L-
Tingkat kelulushidupan secara 0,085 mg/L. Kadar rata-rata amonia
keseluruhan pada penelitian ini yaitu tertinggi terjadi yaitu pada perlakuan
padat tebar 80 ekor/wadah sebesar Ahmadi, H., Iskandar., dan
0,085 mg/L dan amonia terendah Kurniawati, N. 2012.
pada perlakuan padat tebar 35 Pemberian Probiotik Dalam
ekor/wadah sebesar 0,056 mg/L. Pakan Terhadap
Kadar amoniak total pada penelitian Pertumbuhan Lele
masih aman untuk benih lele, hal ini Sangkuriang (Clarias
sesuai dengan kriteria Molleda gariepinus) Pada Pendederan
(2007), bahwa ikan air tawar masih II. 3 (4) : 99-107.
toleran terhadap total amonia sampai
1,0 mg/L. Banjarnahor, M. D., Usman
Syammaun., dan Rusdi
KESIMPULAN DAN SARAN Leidonald. 2015. Pengaruh
Pemberian Probiotik EM-4
Dari hasil penelitian yang telah (Effective Microorganism-4)
dilakukan dapat diambil kesimpulan Pada Pakan Terhadap
bahwa penambahan probiotik boster Pertumbuhan Dan
aquaenzyms pada pakan dengan padat Kelangsungan Hidup Benih
tebar yang berbeda memberikan Ikan Lele Sangkuriang
pengaruh nyata terhadap pertumbuhan (Clarias gariepinus). Jurnal.
bobot mutlak, pertumbuhan bobot Universitas Sumatera Utara.
harian, pertumbuhan panjang mutlak
dan kelulushidupan namun tidak Effendie, M.I. 1997. Metode Biologi
memberikan pengaruh nyata terhadap Perikanan. Gramedia Pustaka
efisiensi pakan dan rasio konversi Utama, Jakarta.
pakan. Hasil terbaik pada penelitian
ini yaitu pada perlakuan P2 dengan Effendie, M. I. 2002. Metode Biologi
padat tebar 50 ekor/72 liter. Pada Perikanan. Yayasan Pustaka
perlakuan tersebut menghasilkan Nusantara. Yogyakarta.
pertumbuhan bobot mutlak sebesar
16,16 g, laju pertumbuhan bobot Djajasewaka, H. 1985. Pakan Ikan.
harian sebesar 6,09%, pertumbuhan CV Yasaguna. Jakarta. 45
panjang mutlak sebesar 8,92 cm dan Hlm.
kelulushidupan sebesar 89,33%.
Grandiosa R., A. Yustiati, dan G.
Pada penelitian selanjutnya Beauty. 2012. Pengaruh Dosis
disarankan melakukan pemeliharaan Mikroorganisme Probiotik
ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) Pada Media Pemeliharaan
dengan padat tebar 50 ekor/72 liter Terhadap Kelangsungan
atau 700 ekor/m3 dengan dosis Hidup Dan Pertumbuhan
probiotik boster aquaenzyms yang Benih Mas Koki (Carrasius
berbeda. auratus) Dengan Padat
Penebaran Berbeda. Jurnal
DAFTAR PUSTAKA Perikanan dan Kelautan. 3 (3)
: 1-6
Affandi, R., Syafei, D. S., dan
Rahardjo, M. F. 2009. Gomez R. Geovanny, Balcázar José
Fisiologi Ikan Pencernaan dan Luis dan MA Shen. 2007.
Penyerapan Makanan. IPB Probiotics Control Agents in
Press.
Aquaculture. Journal Ocean Molleda, M. I. 2007. Water quality in
University of China. 6 : 76-79. Recirculating Aquaculture
System For Arctic
Hadadi, A., Herry, K. T. Wibowo, E. Charr(Salvelinus alpinusL.)
Pramono, A. Surahman, dan Culture. División de Cultivos
E. Ridwan. 2009. Aplikasi Marinos, Centro de
Pemberian Maggot Sebagai Investigaciones Pesqueras
Sumber Protein Dalam Pakan (CIP) 5ta Ave y
Ikan Lele Sangkuriang 246.Barlovento, Santa Fe,
(Clarias sp.) dan Gurame Ciudad de la Habana, Cuba.
(Osphronemus gourami Lac).
Laporan Tinjauan Hasil Tahun Putra, R.M., Windarti dan Yanti.
2008. Balai Pusat Budidaya 2012. Pertumbuhan Relatif
Air Tawar Sukabumi. Hal Ikan Selais (Ompok sp) Yang
175-181. Tertangkap di Sungai Kampar
dan Sungai Siak, Riau. Jurnal
Handajani, H. dan S.D. Hastuti. 2002. Perikanan dan Kelautan. 17
Budidaya Perairan. UMM. (1) : 65-74.
Press. Malang.
Putra, A. N. 2010. Kajian Probiotik,
Irianto, A. 2003. Probiotik Prebiotik Dan Simbiotik
Akuakultur. Gadjah Mada Untuk Meningkatkan Kinerja
University Press. Yogyakarta. Pertumbuhan Ikan Nila
125 hal. (Oreochromis niloticus).
Tesis. Progam Pasca Sarjana.
Lestari, I. D., Mulyadi., dan I. Putra. Institut Pertanian Bogor.
2013. Rearing Of African Bogor. 91 hal.
Catfish (Clarias gariepinus)
With High Stocking Density In Rusliadi., Iskandar P., Niken A.Pdan
Bioflock Techniques. Jurnal. Mulyadi. 2013. Peningkatan
Faculty Fisheries and Mariene Kapasitas Produksi
Science. University of Riau. 5 Akuakultur Pada
page. Pemeliharaan Ikan Selais
(Ompok sp) Sistem Akuaponik.
Metaxa, E., Deviller, G., Pagand, P., 18 (1) : 4.
Alliaume, C., Casellas, C., and
Blanceton, J.P. 2006. High Setiawan, B. 2009. Pengaruh Padat
Rate Algal Pond Treatment Penebaran 1, 2 dan 3 ekor/l
For Water Reuse In Marine terhadap Kelangsungan Hidup
Fish Recirculation System: dan Pertumbuhan Benih Ikan
Water Purification And Fish Manvis
Health. Aquaculture. 252:92- (Pterophyllumscalare).
101. Skripsi. Progam Studi
Teknologi dan Manajemen
Murhananto, 2002. Pembesaran Lele Akuakultur. Fakultas
Dumbo di Pekarangan. Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Agomedia Pustaka. Institut Pertanian Bogor.
Tangerang. Bogor.
Sudarmaji, 2012. Buku Panduan Windu (Peneus monodon).
Sederhana Budidaya Lele Jurnal Sains Terapan 2:32-49.
Sistem Boster. Tidak
Zonnevelld, N., E.A. Husman.,
diterbitkan. J.H.Brown., 1991. Prinsip-
Prinsip Budidaya Ikan.
Sudjana, 1991. Desain dan Analisis
Penerbit. PT. Gramedia
Eksperimen. Edisi 1. Tarsito. Pustaka Utama, Jakarta. 336
Bandung. 42 Hlm. hal.
Sudaryono, A., Hermawan, T.E.S.A
dan Slamet, B.P. 2014.
Pengaruh Padat Tebar
Berbeda Terhadap
Pertumbuhan Dan
Kelulushidupan Benih Lele
(Clarias gariepinus) Dalam
Media Bioflok. Jurnal. 3 (3) :
35-42.
Sunarma, A. 2004. Peningkatan
Produktifitas Usaha Lele
Sangkuriang (Clariassp.).
Departemen Kelautan dan
Perikanan Direktorat Jendral
Perikanan Budidaya BBAT
Sukabumi.
Wang Y.B, J.R. Li, J. Lin 2008.
Probiotics Cell Wall
Hidropbobicity in
Bioremediation Of
Aquaculture. Aquaculture
269: 349-352.
Wardoyo., Tatam, S., Suko, I., Frish,
J., dan Wawan, A. 2007.
Pembesaran Kerapu
Macan(Epinephelus
fuscoguttatus) dengan Padat
Penebaran Berbeda. Balai
Besar Riset Perikanan
Budidaya Laut. Gondol.
Widanarni, Wahjuningum D, Puspita
F. 2012. Aplikasi Bakteri
Probiotik Melalui Pakan
Buatan Untuk Meningkatlkan
PKinerja Pertumbuhan Udang

Das könnte Ihnen auch gefallen