Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
1Ketua Laboratorium Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau
2Staf Pengajar Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau
*)Penulis korespondensi: suryani_penti@yahoo.com
Abstract:This study aims to determine 1) the condition of household food security, 2) the factors that affect
the capacity of women farmers in food consumption in order to achieve food security at the household level,
3) the factors that affect spending foodstuffs on the level households and 4) the capacity of women farmers to
achieve household food security in the era of globalization in the city of Pekanbaru. This study uses a cross-
sectional study design, located in four districts in the city of Pekanbaru namely District Tampan, District
Marpoyan Damai, District and Sub-district Rumbai and Rumbai Pesisir. Primary data was collected using a
questionnaire which was distributed to 100 respondents of women farmers selected by simple random
sampling. Factors that affect the capacity of women farmers in achieving food security household level are:
income, education and nutrition knowledge of women farmers. Factors that affect spending foodstuffs at the
household level women farmers in the city of Pekanbaru is the price of rice, household income, number of
household members and the level of education. Capacity of women farmers in food processing is still at the
low level. Threats of globalization on food security in Pekanbaru city can be resolved by the farmer
community empowerment program. Empowerment of women farmers not only to protect the rice trade, but
also to uplift the lives of women farmers through programs that improve local agricultural businesses.
62
marwah,Vol. XV No.1 Juni Th. 2016
tersedianya pangan dalam jumlah dan Namun demikian kendala lingkungan dan
kualitas yang cukup, terdistribusi dengan sosial yang menghambat perempuan dalam
harga yang terjangkau dan aman mengakses cukup sumberdaya untuk
dikonsumsi bagi masyarakat untuk dapat melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut
melakukan aktivitas sehari-hari sepanjang dalam sistem pangan menimbulkan
waktu. Berdasarkan defenisi tersebut, maka permasalahan serius bagi perempuan untuk
fokus ketahanan pangan tidak hanya cukup melaksanakan tanggung jawab reproduktif
pada penyediaan dan konsumsi pangan mereka dan sering berakibat pada buruknya
sampai tingkat global, nasional maupun kondisi nutrisi anak (Aprodev cit Sukiyono,
regional tetapi juga harus sampai pada 2008).
tingkat rumah tangga dan individu dalam Globalisasi merupakan sebuah
memenuhi kebutuhan gizinya (Ariani, 2005). kenyataan yang tidak bisa dihindari oleh
Di dalam rumah tangga, perempuan setiap bangsa, sehingga mau tidak mau, suka
adalah aktor kunci dalam pencapaian atau tidak suka, siap atau tidak siap, setiap
ketahanan pangan rumah tangganya.Salah bangsa harus mengikuti arus tersebut.
satu alasannya adalah ketahanan pangan Globalisasi diwarnai oleh ekspansi pasar
merupakan bagian dari peranan reproduktif yang dalam bentuk kongkret menjelma
mereka. Kenyataan bahwa fungsi rumah dalam berbagai penyelenggaraan pasar-pasar
tangga sebagai unit konsumsi, peranan bersama regional dalam pertarungan bebas
reproduktif perempuan berkembang pada di pasaran internasional. Selain itu untuk
ketahanan pangan dan nutrisi rumah mengembalikan makanan lokal agar diterima
tangganya secara keseluruhan dan tidak oleh masyarakat, khususnya dalam bersaing
terbatas hanya pada anak-anak mereka. dengan produk asing, diperlukan
Produksi ketahanan pangan dan nutrisi diversifikasi pangan. Hal ini dapat dilakukan
rumah tangga terdiri dari beberapa aktivitas dengan membuat aneka ragam makanan
yang saling terkait, yaitu budidaya tanaman dengan bahan dasar seperti jagung, umbi-
pangan, pengadaan pangan, pengumpulan umbian, sagu dan sosialisasi makanan non
dan penukaran, persiapan dan pengolahan beras perlu digencarkan untuk
pangan, dan akhirnya distribusi mengantisipasi kekurangan pangan nasional.
pangan.Hampir semua aktivitas ini Upaya lain untuk mengembangkan
merupakan tugas perempuan.Mendapatkan ketahanan pangan adalah melalui
atau mengakses sumberdaya yang diversifikasi pangan baik dari sisi jenis
memungkinkan melaksanakan aktivitas pangan maupun tampilannya dengan bahan
tersebut juga merupakan tugas perempuan. dasar hasil pertanian lokal seprti jagung, ubi,
63
Penti Suryani & Ahmad Darmawi, Kapasitas Perempuan Tani untuk Mewujudkan ....
64
marwah,Vol. XV No.1 Juni Th. 2016
65
Penti Suryani & Ahmad Darmawi, Kapasitas Perempuan Tani untuk Mewujudkan ....
66
marwah,Vol. XV No.1 Juni Th. 2016
Dari keempat kecamatan tersebut terlihat merupakan KRT dengan kelompok umur
bahwa sebaran umur kepala rumahtangga dewasa awal, dan terakhir 18.0 persen KRT
terbesar (46.0 persen) berada pada kelompok tergolong kelompok umur lansia (≥ 60
umur dewasa madya (40-59 tahun), tahun).
selanjutnya sebanyak 36.0 persen
yaitu dewasa awal (18-39 tahun), dewasa tahun).Klasifikasi umur IRT dapat dilihat
madya (40-59 tahun), dan lansia (≥ 60 pada Tabel 4.
Dilihat berdasarkan tabel klasifikasi umur disimpulkan bahwa umur perempuan tani
IRT di atas, terlihat bahwa distribusi umur di Kota Pekanbaru berada pada kisaran
perempuan tani terbanyak (52.5%) berada umur dewasa madya 40-59 tahun.
pada kelompok umur dewasa madya (40-59
tahun), sebaran berikutnya 33.7 persen Pekerjaan
berada pada kelompok umur dewasa awal Klasifikasi pekerjaan kepala rumah
(18-39 tahun), dan terakhir 12.8 persen tangga di Kota Pekanbaru disajikan pada
berada pada kelompok umur lansia (≥ 60 Tabel 5.
tahun). Dengan demikian dapat
Tabel 5. Klasifikasi Pekerjaan KRT
Jenis Pekerjaan Tampan Marpoyan Rumbai Rumbai Total
Damai Pesisir
n % n % n % n % n %
Pekerjaan Utama
68
marwah,Vol. XV No.1 Juni Th. 2016
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa pekerjaan rumah tangga. Sedangkan untuk jenis
utama kepala rumahtangga di keempat keputusan rumahtangga, dikelompokkan
kecamatan tersebut adalah petani.Sementara dalam lima tingkatan yaitu: (1) keputusan
untuk pekerjaan tambahan, di Kecamatan dibuat oleh istri seorang diri tanpa
Tampan 69.5 persen kepala keluarga tersebut melibatkan suami, (2) keputusan dibuat
tidak memiliki pekerjaan tambahan dan bersama oleh suami-istri, tetapi dengan
hanya tergantung pada pekerjaan utama pengaruh yang lebih besar dari istri, (3)
sebagai petani. keputusan dibuat bersama dan senilai oleh
Kontrol Keuangan suami istri (dengan tidak ada tanda-tanda
Menurut Sajogyo (1983) tingkat bahwa salah satu mempunyai pengaruh
keputusan dihubungkan dengan yang relative lebih besar), (4) keputusan
pengeluaran dalam kebutuhan pokok yang dibuat bersama oleh suami istri, tetapi
terdiri dari: (1) makanan (biaya hidup, jenis dengan pengaruh yang lebih besar dari
atau menu makanan, distribusi), (2) suami, (5) keputusan dibuat oleh suami
perumahan (pembelian dan perbaikan), seorang diri tanpa melibatkan isteri.
pakaian, pendidikan, kesehatan, dan perabot
Tabel 6. Sebaran Rumahtangga Menurut Kontrol Keuangan di Empat Kecamatan
Terlihat dari hasil penelitian bahwa Damai yang merupakan sentra agribisnis
perempuan tani di Kecamatan Marpoyan sayuran berdaun lebar, mulai dari
69
Penti Suryani & Ahmad Darmawi, Kapasitas Perempuan Tani untuk Mewujudkan ....
Besar: ≥ 7
orang
Jumlah 7 100.0 5 100.0 26 100.0 62 100.0 100 100.0
Karakteristik lain untuk mengidentifikasi rumahtangga kecil (60.3 persen) yang terdiri
rumahtangga yang tahan pangan dapat dari 4 orang anggota rumahtangga,
dilihat berdasarkan ukuran rumahtangga. sedangkan rumahtangga rawan pangan
Berdasarkan Tabel 10 maka dapat dilihat ringan sebanyak 57.1 persen merupakan
bahwa, rumah tangga tahan pangan adalah rumahtangga kecil dan sisanya 42.9 persen
70
marwah,Vol. XV No.1 Juni Th. 2016
Tabel 10.Sebaran Rumahtangga Berdasarkan Kepemilikian Luas Lahan dan Ketahanan Pangan.
71
Penti Suryani & Ahmad Darmawi, Kapasitas Perempuan Tani untuk Mewujudkan ....
Dari gambaran tersebut dapat dilihat bahwa mengukur derajat ketahanan pangan
rumah tangga yang tahan pangan sebagian berdasarkan jumlah bahan pangan atau
besar adalah rumah tangga yang memiliki kelompok pangan yang dikonsumsi oleh
lahan garapan, sedangkan rumah tangga rumah tangga. KOnsumsi pangan rumah
rawan pangan berat adalah rumah tangga tangga dibagi dalam 7 kategori, yaitu: (1)
yang tidak memiliki lahan. Berdasarkan biji-bijian, akar-akaran, dan umbi-umbian;
analisis korelasi Spearman diperoleh r = (2) kacang-kacangan; (3) produk ternak; (4)
0,273 dan p < 0,01 antara kepemilikan luas daging, ikan dan telur; (5) minyak dan
lahan dengan ketahanan pangan rumah lemak; (6) buah-buahan; dan (7) sayur-
tangga. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sayuran. Rata-rata kelompok pangan yang
terdapat hubungan positif yang signifikan dikonsumsi oleh rumah tangga perempuan
antara kepemilikan luas lahan dengan tani di Kota Pekanbaru adalah 5.64 (Tabel
ketahanan pangan rumah tangga.Semakin 11).
luas lahan yang dimiliki maka semakin besar Di Kota Pekanbaru umumnya
peluang tercapainya ketahanan pangan kelompok pangan yang tidak dikonsumsi
rumah tangga. rumah tangga petani adalah produk ternak
dan buah-buahan.Mereka beranggapan
Keragaman Derajat Ketahanan Pangan bahwa kedua jenis makanan tersebut mahal
Rumah Tangga Perempuan Tani di Kota dan pendapatan mereka tidak mencukupi
Pekanbaru jika digunakan untuk membeli kelompok
Derajat ketahanan pangan dilihat bahan pangan tersebut, khususnya untuk
dari berbagai aspek, salah satunya adalah produk ternak. Sedangkan untuk buah-
indikator derajat pangam yang buahan mereka hanya mengkonsumsi hasil
diklasifikasikan oleh Swindale dan Bilinsky buah-buahan dari pekarangan mereka
(2007); Smith dan Subandono (2007) yang sendiri
.
Tabel 11. Derajat Ketahanan Pangan Rumah Tangga Perempuan Tani di Kota Pekanbaru
72
marwah,Vol. XV No.1 Juni Th. 2016
Tinggi (> 6)
Sedang (4,5 – 6 ) 10,35
Rendah (< 4,5) 86,21
Derajat ketahanan pangan (%)2 3,45
Rawan (< 5,6)
Sedang ( ≥ 5,6 ) 40,23
59,77
Sumber : Data Primer (Diolah), 2016
Keterangan: termasuk rawan pangan berkisar 40,23
1) Berdasarkan klasifikasi Swindale and persen.
Bilinsky (2005) dalam Smith and
Subandoro (2007) Kapasitas Perempuan Tani Dalam
Konsumsi Bahan Pangan Guna
2) Berdasarkan Smith and Subandoro
Mewujudkan Ketahanan Pangan pada
(2007) Tingkat Rumah Tangga di Kota Pekanbaru
Derajat ketahanan pangan rumah Hasil estimasi yang diperoleh
tangga perempuan tani di Kota Pekanbaru menunjukkan bahwa secara bersama-sama
secara umum tergolong pada kategori variabel pendapatan rumah tangga,
sedang 86,21 persen dan hanya 3,45 persen pendapatan perempuan tani, pendidikan
yang termasuk dalam kategori rendah yang perempuan tani, jumlah anggota keluarga,
berarti mengkonsumsi biji-bijian, akar- umur perempuan tani dan pengetahuan gizi
akaran dan umbi-umbian; kacang-kacangan; perempuan tani yang merupakan indikator
minyak dan lemak; serta sayur-sayuran. dari peran perempuan berpengaruh
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa terhadap konsumsi pangan yang merupakan
sebagian besar keluarga perempuan tani di indikator dari ketahanan pangan sebesar
Kota Pekanbaru termasuk dalam kategori 0,799, sedangkan sisanya sebesar 0,201
tahan pangan (59,77 persen) sedangkan yang dipengaruhi oleh faktor lain di luar model.
Tabel 12. Peran Perempuan Tani dalam Konsumsi Bahan Pangan Pada Tingkat Rumah Tangga di
Kota Pekanbaru Tahun 2016
0,799
F- hitung
73
Penti Suryani & Ahmad Darmawi, Kapasitas Perempuan Tani untuk Mewujudkan ....
61,725
Sumber: Analisis Data Primer (Diolah), 2016
Keterangan: *** = Signifikan pada tingkat pengaruh umur perempuan tani untuk
kepercayaan 99%
** = Signifikan pada tingkat
memperhatikan keberagaman konsumsi
kepercayaan 95% pangan pada tingkat rumah tangga.
*= Signifikan pada tingkat
kepercayaan 90%
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pengeluaran Bahan Pokok Pada Tingkat
Jumlah anggota rumah tangga Rumah Tangga Perempuan Tani di Kota
menunjukkan pengaruh yang signifikan Pekanbaru
0,62
F- hitung
6,919***
Sumber: Analisis Data Primer (Diolah), 2016
Keterangan: *** = Signifikan pada tingkat Harga pangan lain dan pendapatan
kepercayaan 99% rumah tangga tidak menunjukkan pengaruh
** = Signifikan pada tingkat yang signifikan terhadap pengeluaran bahan
kepercayaan 95% pangan pokok pada tingkat rumah tangga.
*= Signifikan pada tingkat
74
marwah,Vol. XV No.1 Juni Th. 2016
Perempuan - - - - - - - - - - 53 53.4
Tani
Yang Tidak
Mengolah
Pangan
Dari tabel di atas olahan pangan yang sering yang tergabung dalam keanggotaan
dibuat oleh perempuan tani adalah olahan Kelompok Tani.Namun mereka tidak pernah
ubi kayu (16.8%), olahan pisang (15.8%), mendapat pelatihan mengenai manajemen
olahan jagung (11.8%) serta olahan kentang keuangan keluarga untuk mewujudkan
dan sagu masing-masing 2.1%. Keadaan ini ketahanan pangan hingga pendiversifikasian
diduga terjadi karena sebagian besar produk olahan pangan untuk menghadapi
responden memilih jenis pangan yang ancaman globalisasi.
dikonsumsi hanya berdasarkan ketersediaan
pangan yang terdapat di wilayahnya dan KESIMPULAN
berdasarkan kebiasan makan. Kondisi ketahanan pangan di Kota
Terkait dengan keikutsertaan Pekanbaru pada kondisi tahan pangan.
perempuan tani dalam kelembagaan, dari Faktor-faktor yang mempengaruhi
seluruh responden hanya 24 orang (23.7%) kapasitas perempuan tani dalam
75
Penti Suryani & Ahmad Darmawi, Kapasitas Perempuan Tani untuk Mewujudkan ....
mewujudkan ketahanan pangan tingkat yang tahan pangan dengan prinsip gizi
rumah tangga adalah: pendapatan seimbang.
perempuan tani, pendidikan perempuan
Revitalisasi kelembagaan bagi
tani dan pengetahuan gizi perempuan tani.
perempuan tani seperti kelompok tani
Faktor-faktor yang mempengaruhi
perempuan sebagai wadah aspirasi, pusat
pengeluaran bahan-bahan pangan pada
memperoleh informasi dan pemberdayaan
tingkat rumah tangga perempuan tani di
perempuan.Pemberian bantuan kredit dan
Kota Pekanbaru adalah harga beras,
teknologi pada perempuan tani untuk
pendapatan rumah tangga, jumlah anggota
meningkatkan produktivitas dan pendapatan
rumah tangga dan tingkat pendidikan.
sehingga pola diversifikasi pangan bisa
Kapasitas perempuan tani dalam
digalakkan terutama bahan pangan
pengolahan pangan masih rendah, keadaan
pengganti beras yang berbasis sumberdaya
ini diduga terjadi karena sebagian besar
lokal di Kota Pekanbaru untuk menghadapi
contoh memilih jenis pangan yang
ancaman globalisasi.
dikonsumsi hanya berdasarkan ketersediaan
pangan yang terdapat di wilayahnya dan DAFTAR PUSTAKA
berdasarkan kebiasan makan. Ariani, Mewa dan Tri Bastuti
Purwantini.2005. Analisis Konsumsi
Ancaman globalisasi terhadap
Pangan Rumah Tangga Pasca Krisis
ketahanan pangan di Kota Pekanbaru dapat Ekonomi di Propinsi Jawa Barat.
Bogor: Puslitbang Sosial Ekonomi
diatasi dengan program pemberdayaan
Pertanian.
masyarakat tani, yaitu dengan proses
peningkatan kemampuan perempuan tani. BBKP. 2003. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 68 Tahun 2002
Dalam memberdayakan petani tidak hanya tentang Ketahanan Pangan.
dengan memproteksi perdagangan beras, Departemen Pertanian. Jakarta
tetapi juga mengangkat kehidupan petani Elizabeth, R. 2007. Peran Ganda WanitaTani
melalui program-program yang Dalam Mencapai Ketahanan Pangan
Rumah Tangga di Pedesaan.
meningkatkan usaha pertanian lokal. www.puslittan.bogor.net/berkas_PD
F/IPTEK/05-rOSSGANDA.pdf.
Diakses pada tanggal 18 Oktober 2016
SARAN
Hardiansyah. 2007. Review Faktor
Mengaktifkan kembali fungsi Determinan Keragaman Konsumsi
kelompok perempuan tani termasuk juga Pangan. Jurnal Gizi dan Pangan. Juli
2007 2(2): 55 – 74
PKK khususnya pemberian penyuluhan
mengenai manajemen keuangan rumah Hendayana, R dan Yovita AD. 2008.
Anatomi Ketahanan Pangan Pada
tangga untuk mewujudkan rumah tangga Rumah Tangga Miskin dan
76
marwah,Vol. XV No.1 Juni Th. 2016
77