Sie sind auf Seite 1von 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

ORANGE II

Oleh : H-10

Nailal Mudliatunnur (110114452)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SURABAYA
2015
I. KEPUSTAKAAN
 Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S., 1982, Kimia Organik, Jilid 1, Edisi ke-2, a.b:
Pudjaatmaka, Erlangga, Jakarta.
 WAITE, TD., et al., 2006, “Toxic Organic Destruction by Electron Beam Irradiation :
An Innovative Technology for Developing Countries”, University of Miami, Coral
Gables, Florida
 Hadyana, A. Pudjaatmaka, Kamus Kimia, Balai Pustaka, Jakarta 2003
 Fieser LF, 1957, Experiment in Organic chemistry, 3th ed. D.C Health and Company,
Boston, 192-193
 Fesssenden RJ & Fesenden JS, Organic Chemistry, 5th edition, Brooks/Cole
Publishing Company Pasific Grove, California, 515-516, 873-876
II. PROSEDUR

Experiment
1. Diazolitation
In a 125 ml Erlenmeyer flask dissolve 4,8 g of sulfanilic acid crystals ( monohydrate) in
50 ml of 2,5 sodium carbonate solution ( or use 1,33 g of anhydrous sodium carbonate and
50 ml of water ) by boilling. Cool the solution under thr tap, add 9 g of sodium nitrite and
stir until it is dissolved. Pour the solution into a beaker or flask containing about 25 g of ice
and 5 ml of cocentrated hydrochloric acid. In a minute or two a powdery white precipitate
of the diazonium salt should separate and the material is then rady for use. The prosuct is
not collected but is used as the suspension. It is more stable than most diazonium salts and it
will keep for few hours.
2. Orange II (1-p-Sulfobenzenezo-2-naphthol Sodium Salt )
In a 400 – ml beaker dissolve 3,6 g of β naphthol in 20 ml of cold 10 % sodium
hydroxide solution and pour into this solution with stirring the suspension of diazotized
sulfanilic acid (rinse). Coupling occurs very rapidly and the dye, being a sodium salt,
separates easly from the solution on account of the pressence of a considerable excess of
sodium ion (from the soda, the nitrite and the alkali aded). Stir the crystalline paste
thoroughly to effect good mixing and after s-10 min heat the mixture until the solid is
dissolved. Add 10 g of sodium chloride to further decrease the solubility of the product,
bring this all into solution by heating nd stirring set the beaker in a pan of ice and water and
let the and let the solution cool undisturbed . Eventually cool thoroughly by stir ring and
collect the product on a Buchnerfunnel . Use saturated sodium chloride solution rather than
water for rinsing the material out of the beaker and for washing the filter cake free from the
dark colored mother loquor. The filtration is somewhat slow.
This gives a more easly filterable product if time permits it is still better to sllow the
solution to cool at room temperature. If the filtration must be interrupted close the rubber
suction tubbing (while the pump is still running) with a screw pinch clamp placed close to the
filter flask and then disconnect the tubbing from the pump. Fill the funnel and set the unit
aside suction will emaintained and filtration will continue.
The product dries only slowly and it contains about 20% of sodium chloride. The crude
yield is thus not significant and the material need not be dried before being purified. This azo
dye is too soluble to be crystallized from water it can be obtained in fairly satisfactory form
by adding saturated sodium chloride solution to a hot,filtered solution in water and cooling,
but the best crystals are obtained from aqueous ethanol. Transfer the filter cake to a beaker
wash the material from the paper and funnel with water and bring the substance into solution
at the boilling point. Avoid a large excess of water, but use enough to prevent separation of
solid during filtration (volume about 50 ml ). Filter by suction through a Buchner funnel that
has been preheated on the steam bath. Pour the filtrate into an erlenmeyer flask ( wash),
estimate the volume and if this is greater than 60 ml evaporate by boiling. Cool to 80 0 add
100-125 ml of alcohol and allow crystallization to proceed. Coolwell before collecting. Rinse
the beaker with other liqour and wash finally with a little alcohol. The yileld of pure,
crystalline material is 6-8 g. Orange II separates from aqueos alcohol with two molecules of
water of crystallization and allowance for this should be made in calculation of yield. When
the water of hydration is eliminated by drying at 1200 the material becomes fiery red.

III. DASAR TEORI


Methyl orange

Metil jingga (Methyl Orange atau MO) adalah senyawa sdengan rumus
C14H14N3NaO3S. Metil jingga adalah garam Na dari suatu asam sulphonic di mana di dalam
suatu larutan banyak terionisasi, dan dalam lingkungan alkali anionnya memberikan warna
kuning, sedangkan dalam suasana asam metil jingga bersifat sebagai basa lemah dan
mengambil ion H+, terjadi suatu perubahan struktur dan memberikan warna merah dari ion-
ionnya.

Metil jingga disebut juga zat warna azo disusn oleh substitusi elektrofilik dengan
garam arene-diazonium (coupling diazo). Metil jingga merupakan indikator PH dan karena
mengubah warna yang jelas dan sangat sering digunakan dalam titrasi. Metil jingga berubah
warna pada pH asam lemah dan biasanya digunakan dalam titrasi untuk asam. Tidak seperti
indikator universal yang disebut, metil jingga tidak memiliki spektrum penuh perubahan
warna, namun memiliki titik akhir tajam.

Metil orange dibuat dari asam sulfanilat dan N, N dimethylaniline. Produk pertama
diperoleh dari kopling adalah bentuk asam terang merah jingga metil, yang disebut
helianthin. Didasar helianthin dikonversi menjadi garam natrium jeruk, disebut metil jeruk.

Asam sulfanilat

Asam sulfanilat merupakan suatu senyawa yang dibuat dengan cara mereaksikan anilin dan
asam sulfat pekat. Asam sulfanilat merupakan sumber obat-obatan sulfa yang bersifat
sebagai antibacterial agent. Kegunaan asam sulfanilat antara lain dapat digunakan sebagai
katalis dalam industri, dapat digunakan sebagai zat pengemulsi (detergen) dan sebagai bahan
dasar dalam industri farmasi. Asam sulfanilat sendiri pada industri farmasi digunakan sebagai
bahan dasar pembuatan obat-obatan.

Asam sulfanilat merupakan turunan dari senyawa sulfonat yang dapat dibuat melalui
reaksi sulfonasi antara anilin dan asam sulfat pekat. Asam sulfanilat berbentuk kristal padat
yang berwarna putih, memiliki berat molekul 173,19 gr/mol, memiliki titik didih 172-187

dan titik cair 288.

Pembuatan asam sulfanilat dapat dilakukan berdasarkan reaksi sulfonasi antara anilin
dan asam sulfat pekat, dimana dalam reaksi tersebut terjadi reaksi substitusi elektrofilik dan
penyerangan dilakukan oleh SO3H. Reaksi sulfonasi merupakan reaksi substitusi elektrofilik
pada senyawa aromatik dengan asam sulfat pekat.
Proses reaksi pembentukan sulfanilat

Senyawa azo

Zat warna azo adalah senyawa yang paling banyak terdapat dalam limbah tekstil,
yaitu sekitar 60 % - 70 %. Senyawa azo memiliki struktur umum R─N═N─R’, dengan R dan
R’ adalah rantai organik yang sama atau berbeda. Senyawa ini memiliki gugus ─N═N─ yang
dinamakan struktur azo. Nama azo berasal dari kata azote, merupakan penamaan untuk
nitrogen bermula dari bahasa Yunani a (bukan) + zoe (hidup). Untuk membuat zat warna azo
ini dibutuhkan zat antara yang direaksikan dengan ion diazonium (seperti pada Gambar 1).

Gambar 1.
Contoh Pembuatan Salah Satu Zat Warna Azo

Senyawa azo dapat berupa senyawa aromatik atau alifatik. Senyawa azo aromatik
bersifat stabil dan mempunyai warna menyala. Senyawa azo alifatik seperti dimetildiazin
(Gambar 2) lebih tidak stabil. Dengan kenaikan suhu atau iradiasi, ikatan nitrogen dan karbon
akan pecah secara simultan melepaskan gas nitrogen dan radikal. Dengan demikian, beberapa
senyawa azo alifatik digunakan sebagai inisiator radikal.

Gambar 2. Dimetildiazin (Azometan)

Senyawa azo digunakan sebagai bahan celup, yang dinamakan azo dyes. Hanya
sedikit zat warna azo yang dapat dioksidasi secara aerobik. Beberapa zat warna azo dapat
diurai secara anaerobik setelah diolah dengan kondisi aerobik.

Diazotasi

Diazotasi adalah reaksi antara amin aromatis primer dengan asam nitrit yang berasal
dari natrium nitrit dalam suasana asam untuk membentuk garam diazonium. Metode ini
hampir digunakan terhadap sulfadiazin dan senyawa lain yang mempunyai gugus amin
arimatis primer bebas atau yang pada hidrolisis atau reduksi mampu menghasilkan amin
aromatis primer bebas atau yang pada hidrolisis atau reduksi mampumenghasilkan amin
aromatis primer. Dan pembuatan Orange II menggunakan tahap reaksi diazotasi dan reaksi
coupling.
Syarat reaksi diazotasi :

1. Bahan dasar anilin aromatis primer


2. Suhu harus rendah 0 – 5° C, karena garam diazonium sangat reaktif.
3. Harus dalam larutan asam kuat (HCl p/H2SO4 p).

Pada reaksi diazotasi ini akan terbentuk garam diazonium dengan amina aromatis
dengan asam nitrit, harus dibuat dari NaNO2 dan HCl karena HNO2 mudah terurai (tidak
stabil). Reaktifitas yang tinggi dari garam diazonium disebabkan oleh kemampuan pereaksi
sangat bagus dari gugus N2, karena itu gugus diazonium dapat ditukar oleh berbagai
nukleofil.

Reaksi coupling

Reaksi coupling ataupun penggandengan (coupling) oksidatif merupakan istilah


dalam kimia organik yang merujuk pada sekelompok reaksi kimia organologam dimana dua
radikal hidrokarbon digandengkan (coupling) dengan bantuan katalis yang mengandung
logam. Prinsip dari reaksi coupling adalah reaksi substitusi elektrofilik pada inti aromatis,
sebagai elektrofil adalah garam diazonium (merupakan elektrofil yang sangat lemah).
Struktur resonansi ion diazonium menunjukkan bahwa kedua nitrogen mengemban muatan
positif parsial. Jadi inti aromatisnya harus teraktivasi kuat oleh OH,-N.

Syarat : Suasana larutan alkalis, netral, asam lemah.

IV. TUJUAN
1. Mampu menjelaskan prinsip reaksi pembentukan zat warna melalui reaksi
diazotasi dan reaksi coupling.
2. Mampu menjelaskan mekanisme kerja NaCl sebagai salting out.
3. Mampu menghasilkan zat warna yang mengkilat.

V. BAHAN DAN ALAT

BAHAN ALAT

1. Asam sulfanilat 4,8 g 1. Erlenmeter 250 ml


2. Na2CO3 1,33 g dalam 50 2. Gelas ukur
3. Beker gelas 400 ml
ml air
3. NaNO2 1,9 g 4. Gelas arloji
4. HCl pekat 5 ml 5. Termometer
5. β – naftol 3,6 g 6. Corong buchner
6. Es 25 g 7. Labu hisap
7. NaOH 10% dingin 20 ml 8. Kasa asbes
8. NaCl 10 g 9. Kaki tiga
9. Etanol 100-125 ml 10. Api bunsen
10. Aquadest 11. Pengaduk
12. Pipet

VI. MEKANISME REAKSI


1. Diazotasi

2. Coupling
VII. SKEMA KERJA

1. Diazotasi
Dimasukkan 4,8 g asam sulfanilat + 50 ml larutan Na2CO3 2.5%

(Larutan Na2CO3dibuat dari 1.33 gram Na2CO3 anhidrat + 50 ml aquadest)

Dipanaskan ad larut, didinginkan dengan air kran lalu ditambahkan 1,9g


NaNO2kemudian diaduk-aduk sampai larut

Dituang dalam beker gelas berisi 25 g es batu + 5 ml HCl pekat,


tunggu 1-2 menit akan terbentuk suspensi berupa endapan putih

2. Coupling v

dilarutkan 3,6g β naftol dalam 20ml larutan NaOH 10 %


di dalam beaker 400 ml

Tuangkan suspensi ke dalam larutan ini sambil diaduk-aduk sampai terbentuk


v
campuran pasta yang baik
v
Setelah 5-10 menit, panaskan campuran pasta sampai bagian padat larut.
Ditambahkan 10g NaCl, panaskan sambil diaduk. Letakkan beaker glass ke dalam
wadah yang berisi es dan air sambil diaduk sampai larutan mendingin seluruhnya.

Saring dengan corong Buchner.

Cuci sisanya dengan larutan jenuh NaCl sedikit.

Rekristalisasi (pelarut etanol)

Ditambah air mendidih, panaskan sampai larut, disaring panas.

Bila volume zat > 60 ml , uapkan sampai 15 ml


lalu dinginkan sampai temperature 80oC, dan
Ditambahkan etanol 100-125ml.
Dinginkan perlahan sampai terbentuk zat warna.

Disaring dengan corong buchner,dan dicuci dengan sedikit etanol

Setelah itu dikeringkan dalam eksikator dan ditimbang


VIII.
4 , 8 g a s a m s u lfa n i la t
1 ,3 3 g N a 2C O 3

5 0 m l N a 2C O 3 A ir k e ra n
5 0 m l a ir d in g in k a n d e n g a n a ir k e r a n
B a t u d id ih

P a n a s k a n a d la r u t

1 ,9 g N a 2N O 2

2 5 g e s b a tu K o c o k h in g g a la r u t

S u s p e n s i y a n g s u d a h ja d i 5 m l H C l pekat S e te la h s e m u a
te rc a m p u r, a d u k
s e la m a 1 -2 m e n it a d
te rb e n tu k s u s p e n s i

3
2 10 g N aC l

1 k a c a a r lo ji
B e k k e r b a ru 4 0 0 m l 3 ,6 g β-naftol
2 0 m l N a O H 1 0 % d in g in
pe nga duk ka ca
A d u k s e la m a 5 - 1 0 m e n i t l
P a n a s k a n a d la r u t

K e r ta s s a r in g
pengaduk kaca

A ir e s
D i d i n g i n k a n s e lu r u h n y a
+ k a n a ir
+ c u c i d e n g a n L a ru ta n s a m b il d ia d u k
secukupnya,
N a C l je n u h s e d i k i t
k a re n a a k a n
t e r b e n t u k k r is t a l P e n g h is a p

C o ro ng pa na s T e rm o m e te r

K e r ta s s a r in g

U apkan sam pai 15 m l


+ d in g in k a n s a m p a i + e ta n o l 1 0 0 - 1 2 5 m l
s u h u 8 0 0C

D in g in k a n h in g g a
t e r b e n t u k k r is t a l

K e r ta s s a r in g

+ cuci pakai
H a s il y a n g d id a p a t e t a n o l d in g in
1 ,5 -2 g

K e r in g k a n d a la m e k s ik a o t o r P e n g h is a p
s e la m a 4 - 5 h a r i

GAMBAR PEMASANGAN ALAT


XI. PEMBAHASAN/DISKUSI

PEMBAHASAN
Dalam proses pembuatan orange II, dilakukan dengan dua tahap reaksi, yaitu reaksi
diazotasi dan reaksi coupling. Pada reaksi diazotasi dengan mereaksikan asam sulfanilat
sebagai amina aromatis primer. Asam sulfanilat dapat terurai menjadi anilin dan benzena
sulfonat pada pemanasan tinggi. Sehingga pertama-tama dimasukkan Na2CO3 anhidrat 1,33 g
dan 50 ml air ke dalam labu erlenmeyer kemudian larutkan. Larutan Na 2CO3 ini akan
membentuk garam diazonium. Lalu masukan 4,8 g asam sulfanilat ke dalam 50ml larutan
Na2CO3 tadi. Asam sulfanilat termasuk amina aromatis primer yang sulit dilarutkansehingga
perlu dilakukan pemanasan sampai larut, tapi jangan terlalu lama dilakukan pemanasan
karena asam sulfanilat dapat terurai. Kemudian lakukanlah pendinginan dengan air kran.
Pendinginan ini dilakukan sebab larutan Na2CO3 membentuk garam diazonium yang tidak
stabil dan sangat reaktif pada suhu panas (tinggi) sehingga harus didinginkan pada suhu 0-
5oC. Setelah larutan dingin baru ditambahkan 1,9NaNO2 dan aduk hingga larut. Penambahan
NaNO2 setelah dingin bertujuan agar NaNO2 tidak rusak.
Langkah selanjutnya, tuangkan larutan ke dalam beker glass yang berisi 25g es batu
dan 5ml HCl pekat, aduk selama 1-2 menit hingga terbentuk suspensi. Berikut reaksi yang
terjadi :

Penambahan HCl dalam reaksi diazotasi adalah untuk memberikan suasana asam kuat
sehingga reaksi diazotasi dapat berlangsung secara otomatis. HCL pekat ini akan menetralkan
penambahan Na2CO3 dan bereaksi dengan NaNO2 membentuk HNO2 (asam nitrit). Asam
nitrit dengan adanya H3O+ akan membentuk ion nitrosonium (N=O) yang bersifat elektrofil.
Ion nitrosonium akan bereaksi dengan asam sulfanilat membentuk garam diazonium.
Selanjutnya dilanjutkan dengan reaksi coupling. Reaksi coupling berlangsung dalam
suasana basa. Setelah terbentuk suspensi dari reaksi diazotasi, dibuat terlebih dahulu larutan
campuran β naftol dan NaOH, reaksi ini terjadi dalam suasana basa, oleh sebab itu ada
penambahan NaOH. NaOH yang bereaksi dengan β naftol jadi naftolat. Kemudian baru
garam diazonium yang sudah terbentuk pada reaksi diazotasi tadi, dituang ke dalam larutan
naftolat. Alasan mengapa bukan naftolat saja yang ditambahkan ke dalam larutan garam
diazonium, tapi justru sebaliknya adalah bila larutan naftolat yang ditambahkan ke larutan
garam diazonium, larutan naftolat menjadi tidak stabil.
Maka hasil yang didapat tidak akan sesuai dengan yang diinginkan. Pembentukan
senyawa naftolat ini paling mudah menggunakan NaOH, karena itulah digunakan NaOH.
Kemudian tambahkan 10g NaCl untuk mengurangi kelarutan dari hasil yang
diperoleh, dipanaskan sambil diaduk. Kemudian dimasukan beaker glass tersebut ke dalam
ice bath, lalu biarkan mendingin seluruhnya sambil diaduk merata. Pada reaksi ini
dilakukannya pendinginan bertujuan untuk mendapatkan Kristal Orange II, karena dalam
keadaan dingin orange II berada dalam bentuk Kristal, sehingga larutan menjadi bentuk pasta
dan semakin banyak orange II yang dapat dihasilkan. Kemudian saring dengan corong
Buchner, cuci dengan larutan NaCl jenuh sedikit. Pencucian dengan NaCl jenuh ini berfungsi
untuk memberikan efek salting out, karena NaCl jenuh akan menarik air yang masih terdapat
dalam orange II. Jika NaCl jenuh yang digunakan terlalu banyak, maka Kristal orange II
menjadi lembek karena NaCl ikut mengkristal dan menempel pada Kristal orange II. Kristal
NaCl bersifat higroskopis, sehingga dapat menarik udara dan menyebabkan orange II sulit
kering. Oleh karena itu, endapan orange II harus dicuci sedikit mungkin dengan NaCl jenuh.
Sementara contoh larutan yang mengalami salting in adalah iodium dan kalium iodida untuk
memudahkan kelarutan.
Hasil kristal tadi di tambahkan air mendidih secukupnya, dipanaskan sampai larut dan
disaring panas. yaitu proses rekristalisasi terhadap Kristal yang terbentuk dengan
menambahkan air secukupnya. Saring panas, jika hasil volumenya > 60 ml, uapkan hasilnya
hingga volume 15 ml, lalu dinginkan sampai suhu 80 0C. tambahkan etanol 100-125ml dan
dinginkan hingga terbentuk Kristal. Pemilihan suhu 800C bertujuan agar pada saat
menuangkan etanol ke Kristal, suhu pada Kristal sama dengan suhu titik didih etanol yaitu
780C, sehingga Kristal dapat larut. Apabila suhu pada Kristal terlalu rendah maka etanol tidak
berfungsi sebagai pelarut dan apabila suhu terlalu tinggi maka etanol akan menguap.
Selanjutnya dinginkan secara perlahan hingga terbentuk zat warna. Lalu saring dengan
corong Buchner dan cuci dengan etanol dingin. Pencucian dengan etanol dingin ini berfungsi
agar hasil kristalnya murni dan terbebas dari pelarut induknya. Keringkan hasilnya (kristal )
dalam eksikator. Pengeringan dilakukan di dalam eksikator karena sama sifat orange II
fluorescence sehingga saat dipanaskan mudah terurai dan kristalnya bisa berubah menjadi
amorf (tidak beraturan) bila tidak dikeringkan dengan eksikator. Sehingga pengeringan dalam
eksikator selama 4-5 hari, hal ini bertujuan agar suhu tetap konstan (tidak terlalu panas).
Kemudian timbang hasilnya.

DISKUSI
1. Mengapa disebut Orange II ?
Sebab senyawa azo yang terbentuk saat reaksi coupling terletak di nomer 2
HO

N=N

SO 3Na

2. Apakah bahan yang digunakan telah memenuhi syarat untuk membentuk


garam diazonium ?
1. Amina aromatis primer (dengan menggunakan asam sulfanilat/asam p
amino benzene sulfonat).
2. Suasana asam kuat (menggunakan NaNO2 & HCL pekat untuk membentuk
HNO2 yang harus dibuat baru karena mudah terurai). Sebab harus
dilakukan dalam medium asam.
3. Suhu dingin 0-5○C.
3. Selain golongan fenol senyawa apa saja yang dapat mengalami reaksi coupling
dengan garam diazonium ?
Senyawa aromatis yang teraktivasi kuat oleh OH atau NH-R, atau senyawa
aromatis kaya elektron, contohnya fenol atau naftol, arilamin dan α- naftil
amina.

4. Bagaimana hasil reaksinya bila β – naftol diganti dengan α – naftol ? Bila β-


naftol diganti dengan α-naftol maka hasilnya akan berbeda. Bila diganti
dengan α naftol tidak terbentuk orange II tapi terbentuk orange I

OH

N=N

NaO 3S

garam 1-p-sulfonbenzena azo-1-naftol sodium

karena nama lain Orange II adalah 1-ρ-sulfobenzena-2-naphtol sodium salt

5. Mengapa Orange II tidak ditetapkan titik leburnya ?


Karena Orange II sudah terurai sebelum mencapai suhu leburnya

Das könnte Ihnen auch gefallen