Sie sind auf Seite 1von 97

Draft

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

Kelompok 12 (2012)
Adekkoas12@gmail.com
IG: @coasstories
1. EXAMINATION OF THE SKIN - Generalized
A. DISTRIBUTION OF LESION Spread throughout the body or affecting many parts of the
- Localized body.
Restricted to a limited region or to one spot. e.g., varicella
e.g., basal sel carcinoma

- Regional
Affecting a certain region or regions. - Universal
e.g., prurigo nodularis Involvement of the entire skin.
e.g., Erythroderma
B. Characteristic pattern of distribution of lesion
- Simmetry
On each side of plane of the body.
e.g., atopic dermatitis

- Unilateral
Affecting one side of the body.
e.g., epidermal nevus

- Asimmetry
Not immetry
e.g., cellulitis

- Dermatomal
The area of skin supplied with afferent nerves fibres by a single
posterior spindle root.
e.g., herpes zoster

- Bilateral
Having two sides or pertaining to both sides
e.g., psoriasis vulgaris
- Intertriginous
C. LOCATION OF LESION Occuring on apposed skin surface, such as the axillae, creases of the neck,
- Flexural intergluteal fold, groin, between the toes, and beneath pendulous breast.
Pertaining to or affecting a flexure.
e.g., Atopic dermatitis e.g., erythrasma (axilla), candidiasis interdigitalis (between th toe)

- Extensor
Pertaining to or affecting an extensor. - Glabrous
e.g., Eczema Smooth and bare area.
e.g., seborrheic dermatitis, tinea corporis
- Palms
The flexor surface of the hand.
e.g., pityriasis rubra pilaris - Exposed Area
The area that exposure to sunlight, such as the dorsa of the
hands and arms, the neck, and face.
e.g., polymorphus light eruption

- Soles D. CHARACTERISTIC OF LESION


The bottom of the foot. - Number of Lesion
e.g., irritant contact dermatitis o Soliter
Only one lesion.
e.g., epidermal cyst
o Confluence
Becoming merged; not discrete
o Multiple e.g., pustular psoriasis, tinea corporis
More than one lesion.
e.g., neurofibromatosis

- Shape and arrangement of lesions


o Irregular
e.g., hemangioma
- Discrete or Confluence
o Dicrete
Made up of separated parts or characterized by lesions
which do not become blended.
e.g., molluscum contagiosum
o herpetiform
Cluster or groups of vesicles
e.g., Herpes simplex virus infection o Zosteriform
Vesicles or bullae that occur in a bandlike pattern
following a dermatome
e.g., herpes zoster

o Annular
A ring-shaped arrangement of a number of lesions 
form a complete circle
o Linear
e.g., tinea corporis
A linear shape of a single lesion.
e.g., Koebner phenomenon in psoriasis
o Corymbiform
o Serpiginous
A snake-like arrangement of lesions. A group of arrangement that consist of a central cluster
e.g., Cutaneous larva migrans of lesions beyond which are scattered individual lesions.

e.g., Intertriginous candidiasis

o Round
Ball-shaped o Oval
e.g., tinea corporis Egg-shaped
e.g., “Herald patch” in Pityriasis rosea
o Umbilicated
o Polycyclic Marked with depressed areas resembling the umbilicus.
Lesions composed of several intersecting portion of e.g., Molluscum contagiosum
circles.
e.g., tinea corporis

o Iris - Size of lesion


An erythematous annular macule or papule with a o Milier
purplish or dusky, papular or vesicular center. Minute lesions resembling millet seeds.
e.g., Erythema multiforme e.g., Miliaria crystallina
- Border of lesion
o Well-defined
o Guttate With marked border.
A small round lesions, like drops. e.g., Tinea fascialis
e.g., Guttate psoriasis

o Ill-defined
o Nummular With unmarked border
A large round lesions, like a coin. e.g., Pityriasis alba
e.g., Nummular eczema
2. INFEKSI VIRUS
1.1.VERUKA (4A)
a. Definisi

Veruka vulgaris merupakan hiperplasia epidermis yang disebabkan oleh


Human Papilloma Virus (HPV) tipe tertentu. Sinonnim penyakit ini adalah
kutil atau common wart. Penularan melalui kontak langsung dengan agen
penyebab.1

b. Faktor risiko1

E. TYPE OF LESION - Biasanya terjadi pada anak-anak dan orang dewasa sehat.
a. Primary Lesion - Pekerjaan yang berhubungan dengan daging mentah.
b. Secondary Lesion - Imunodefisiensi.
c. Specific Lesion
c. Klasifikasi1

1. Veruka vulgaris
2. Veruka Plana
d. Diagnosis
- Subjective

Adanya kutil pada kulit dan mukosa.1

- Objective

Tanda Patognomonis 1
Papul berwarna kulit sampai keabuan dengan permukaan verukosa. Papul
ini dapat dijumpai pada kulit, mukosa dan kuku. Apabila permukaannya
rata, disebut dengan veruka Plana. Dengan goresan dapat timbul
autoinokulasi sepanjang goresan (fenomena Koebner).

e. Diagnosis banding

3. Veruka Plantaris Kalus, Liken planus, Kondiloma akuminatum, Karsinoma sel skuamosa.1

f. Penatalaksanaan

Tatalaksana:
- Pasien harus menjaga kebersihan kulit.
- Pengobatan topikal dilakukan dengan pemberian bahan kaustik, misalnya
dengan larutan AgNO3 25%, asam trikloroasetat 50% atau asam salisilat
20% - 40%. 1

1.2.MOLUSKUM KONTAGIOSUM (4A)


a. Definisi

Moluskum kontagiosum adalah penyakit yang disebabkan oleh virus poks


yang menginfeksi sel epidermal. 1
Adanya kelainan kulit berupa papul miliar. Masa inkubasi berlangsung satu
sampai beberapa minggu.1

- Objective

Papul miliar, kadang-kadang lentikular dan berwarna putih seperti lilin,


berbentuk kubah yang kemudian di tengahnya terdapat lekukan (delle). Jika
dipijat akan tampak keluar massa yang berwarna putih seperti nasi. 1

Lokasi predileksi adalah daerah muka, badan, dan ekstremitas, sedangkan


pada orang dewasa di daerah pubis dan genitalia eksterna. Kadang-kadang
dapat timbul infeksi sekunder sehingga timbul supurasi.1

e. Diagnosis Banding

Miliaria, Karsinoma sel basal nodular1

f. Komplikasi

Lesi dapat mengalami infeksi sekunder1

g. Penatalaksanaan
b. Epidemiologi Penatalaksanaan 1
1. Pasien perlu menjaga higiene kulit.
Penyakit ini terutama menyerang anak dan kadang-kadang juga orang
2. Pengobatan dilakukan dengan mengeluarkan massa yang
dewasa. Pada orang dewasa, penyakit ini digolongkan kedalam penyakit
mengandung badan moluskum dengan menggunakan alat seperti
akibat hubungan seksual.1 ekstraktor komedo, jarum suntik, atau alat kuret kulit.
c. Faktor risiko1
1.3.HERPES ZOSTER TANPA KOMPLIKASI (4A)
- Terutama menyerang anak dan kadang-kadang juga orang dewasa.
a. Definisi
- Imunodefisiensi.
Herpes Zoster adalah infeksi kulit dan mukosa yang disebabkan oleh virus
d. Diagnosis Varisela-zoster. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah
- Subjective infeksi primer.1
d. Klasifikasi 1

1. Herpes zoster hemoragik, yaitu jika vesikel mengandung darah.


2. Herpes zoster generalisata, yaitu kelainan kulit unilateral dan segmental
ditambah kelainan kulit generalisata berupa vesikel soliter yang
berumbilikasi.
b. Faktor risiko1 Keduanya merupakan tanda bahwa pasien mengalami
imunokompromais.
- Umumnya terjadi pada orang dewasa, terutama orang tua. 3. Herpes zoster oftalmikus, yaitu infeksi cabang pertama nervus
- Imunodefisiensi trigeminus sehingga menimbulkan kelainan pada mata, di samping itu
juga cabang kedua dan ketiga menyebabkan kelainan kulit pada daerah
c. Epidemiologi persarafannya.
4. Herpes zoster abortif, yaitu penyakit yang hanya berlangsung dalam
Herpes Zoster jarang terjadi pada anak-anak dan dewasa muda, kecuali pada waktu singkat dan kelainan kulit hanya berupa beberapa vesikel dan
pasien muda dengan AIDS, limfoma, keganasan, penyakit imunodefisiensi eritem.
dan pada pasien yang menerima transplantasi sumsum tulang atau ginjal.1

e. Diagnosis
- Subjective

Nyeri radikular dan gatal terjadi sebelum erupsi. Keluhan dapat disertai
dengan gejala prodromal sistemik berupa demam, pusing, dan malaise.
Setelah itu timbul gejala kulit kemerahan yang dalam waktu singkat
menjadi vesikel berkelompok dengan dasar eritem dan edema.1
- Objective 2. Gejala prodromal diatasi sesuai dengan indikasi. Aspirin dihindari oleh
karena dapat menyebabkan Reye’s syndrome.
Sekelompok vesikel dengan dasar eritem yang terletak unilateral sepanjang 3. Pengobatan topikal:
distribusi saraf spinal atau kranial. Lesi bilateral jarang ditemui, namun - Stadium vesikel: bedak salisil 2% atau bedak kocok kalamin agar
seringkali, erupsi juga terjadi pada dermatom di dekatnya.1 vesikel tidak pecah.
- Apabila erosif, diberikan kompres terbuka. Apabila terjadi ulserasi,
f. Pemeriksaan Penunjang dapat dipertimbangkan pemberian salep antibiotik.
 Tzanck smear 4. Pengobatan antivirus oral, antara lain dengan:
- Asiklovir: dewasa 5 x 800 mg/hari, anak-anak 4 x 20 mg/kgBB
g. Diagnosis Banding1 (dosis maksimal 800 mg), selama 7 hari, atau
- Valasiklovir: dewasa 3 x 1000 mg/hari.
- Herpes simpleks
Pemberian obat tersebut selama 7-10 hari dan efektif diberikan pada 24 jam
- Dermatitis venenata
pertama setelah timbul lesi.
- Pada saat nyeri prodromal, diagnosis dapat menyerupai migrain,
nyeri pleuritik, infark miokard, atau apendisitis (tergantung lokasi) Konseling dan edukasi dilakukan kepada pasien mengenai: 1
1. Edukasi tentang perjalanan penyakit Herpes Zoster.
2. Edukasi bahwa lesi biasanya membaik dalam 2-3 minggu pada
h. Komplikasi1 individu imunokompeten.
- Neuralgia pasca-herpetik 3. Edukasi mengenai seringnya komplikasi neuralgia pasca-herpetik.
- Ramsay Hunt Syndrome: herpes pada ganglion genikulatum, ditandai
dengan gangguan pendengaran, keseimbangan dan paralisis parsial.
- Pada penderita dengan imunodefisiensi (HIV, keganasan, atau usia
lanjut), vesikel sering menjadi ulkus dengan jaringan nekrotik dapat
1.4. MORBILI TANPA KOMPLIKASI/MEASLES (4A)
terjadi infeksi sistemik.
- Pada herpes zoster oftalmikus dapat terjadi ptosis paralitik, keratitis, a. Definisi
skleritis, uveitis, korioretinitis, serta neuritis optik.
Morbili adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Measles.
- Paralisis motorik.
Nama lain dari penyakit ini adalah rubeola atau campak.1

i. Penatalaksanaan Morbili merupakan penyakit yang sangat infeksius dan menular lewat
udara melalui aktivitas bernafas, batuk, atau bersin.1
Penatalaksanaan 1
1. Terapi suportif dilakukan dengan menghindari gesekan kulit yang
mengakibatkan pecahnya vesikel, pemberian nutrisi TKTP, istirahat
dan mencegah kontak dengan orang lain.
2. Pada orofaring ditemukan koplik spot sebelum munculnya
eksantem.
3. Gejala eksantem berupa lesi makula dan papula eritem, dimulai pada
kepala pada daerah perbatasan dahi rambut, di belakang telinga, dan
menyebar secara sentrifugal dan ke bawah hingga muka, badan,
ekstremitas, dan mencapai kaki
4. Pada hari ketiga, lesi ini perlahan-lahan menghilang dengan urutan
sesuai urutan muncul, dengan warna sisa coklat kekuningan atau
deskuamasi ringan. Eksantem hilang dalam 4-6 hari.

c. Pemeriksaan Penunjang

Pada umumnya tidak diperlukan. Pada pemeriksaan sitologi dapat


ditemukan sel datia berinti banyak pada sekret. Pada kasus tertentu,
mungkin diperlukan pemeriksaan serologi IgM anti-Rubella untuk
mengkonfirmasi diagnosis.1

d. Diagnosis Banding1

- Erupsi obat
b. Diagnosis - Eksantem virus yang lain (rubella, eksantem subitum),
- Subjective 1 - Scarlet fever
- Mononukleosis infeksiosa
1. Gejala prodromal berupa demam, malaise, gejala respirasi atas - Infeksi Mycoplasma pneumoniae
(pilek, batuk), dan konjungtivitis.
2. Pada demam hari keempat, biasanya muncul lesi makula dan papula e. Komplikasi
eritem, yang dimulai pada kepala daerah perbatasan dahi rambut, di
belakang telinga, dan menyebar secara sentrifugal ke bawah hingga Komplikasi lebih umum terjadi pada anak dengan gizi buruk, anak yang
muka, badan, ekstremitas, dan mencapai kaki pada hari ketiga. belum mendapat imunisasi, dan anak dengan imunodefisiensi dan leukemia.
3. Masa inkubasi 10-15 hari. Komplikasi berupa otitis media, pneumonia, ensefalitis, trombositopenia.
4. Belum mendapat imunisasi campak Pada anak HIV yang tidak diimunisasi, pneumonia yang fatal dapat terjadi
tanpa munculnya lesi kulit.1
- Objective 1

1. Demam, konjungtivitis, limfadenopati general.


f. Penatalaksanaan b. Faktor Risiko1

Penatalaksanaan 1 - Anak-anak.
1. Terapi suportif diberikan dengan menjaga cairan tubuh dan - Riwayat kontak dengan penderita varisela.
mengganti cairan yang hilang dari diare dan emesis. - Keadaan imunodefisiensi.
2. Obat diberikan untuk gejala simptomatis, demam dengan antipiretik.
Jika terjadi infeksi bakteri sekunder, diberikan antibiotik. c. Diagnosis
3. Suplementasi vitamin A diberikan pada: - Subjective
a. Bayi usia kurang dari 6 bulan 50.000 IU/hari PO diberi 2 dosis.
b. Usia 6-11 bulan 100.000 IU/hari PO 2 dosis. Demam, malaise, dan nyeri kepala. Kemudian disusul timbulnya lesi kulit
c. Usia di atas 1 tahun 200.000 IU/hari PO 2 dosis. berupa papul eritem yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi
d. Anak dengan tanda defisiensi vitamin A, 2 dosis pertama sesuai vesikel. Biasanya disertai rasa gatal.1
usia, dilanjutkan dosis ketiga sesuai usia yang diberikan 2-4
- Objective
minggu kemudian.
Tanda Patognomonis
Erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam
1.5. VARISELA TANPA KOMPLIKASI/CHICKENFOX (4A)
berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini khas berupa tetesan embun
a. Definisi
(tear drops). Vesikel akan menjadi keruh dan kemudian menjadi krusta.
Infeksi akut primer oleh virus Varicella zoster yang menyerang kulit Sementara proses ini berlangsung, timbul lagi vesikel-vesikel baru yang
dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, menimbulkan gambaran polimorfik khas untuk varisela. Penyebaran terjadi
terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. Masa inkubasi 14-21 hari. secara sentrifugal, serta dapat menyerang selaput lendir mata, mulut, dan
Penularan melalui udara (air-borne) dan kontak langsung.1 saluran napas atas.1

d. Diagnosis Banding1

- Variola
- Herpes simpleks disseminata
- Coxsackievirus
- Rickettsialpox

e. Pemeriksaan Penunjang

Bila diperlukan, pemeriksaan mikroskopis dengan menemukan sel Tzanck


yaitu sel datia berinti banyak1
Caranya adalah mengerok dasar vesikel baru dengan pisau scalpel dan hasil kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah mukokutan. Penularan
kerokan tersebut diolehkan tipis ke permukaan kaca objek (slides). Slides melalui kontak langsung dengan agen penyebab. 1
dipulas dengan cairan giemsa atau wright, dibawah mikroskop akan tampak
sel akantosis (sel keratinosit berinti besar) atau multinucleated giant cells,
yang menunjukan sel keratinosit tersebut telah terinfeksi virus.2

f. Komplikasi

Pneumonia, ensefalitis, hepatitis, terutama terjadi pada pasien dengan


gangguan imun. Varisela pada kehamilan berisiko untuk menyebabkan
infeksi intrauterin pada janin, menyebabkan sindrom varisela kongenital.1

g. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan 1
1. Gesekan kulit perlu dihindari agar tidak mengakibatkan pecahnya
vesikel. Selain itu, dilakukan pemberian nutrisi TKTP, istirahat dan
mencegah kontak dengan orang lain.
2. Gejala prodromal diatasi sesuai dengan indikasi. Aspirin dihindari
karena dapat menyebabkan Reye’s syndrome. b. Klasifikasi 1
3. Losio kalamin dapat diberikan untuk mengurangi gatal. - Virus Herpes Simpleks (HSV) tipe 1
4. Pengobatan antivirus oral, antara lain: Infeksi primer. Biasanya dimulai pada usia anak-anak.
a. Asiklovir: dewasa 5 x 800 mg/hari, anak-anak 4 x 20 mg/kgBB - HSV tipe 2 biasanya terjadi pada dekade II atau III, dan
(dosis maksimal 800 mg), atau berhubungan dengan peningkatan aktivitas seksual
b. Valasiklovir: dewasa 3 x 1000 mg/hari.
Pemberian obat tersebut selama 7-10 hari dan efektif diberikan pada 24 jam c. Faktor risiko1
pertama setelah timbul lesi.
- Individu yang aktif secara seksual.
- Imunodefisiensi.
d. Diagnosis
1.6. HERPES SIMPLEKS TIPE I (4A)
- Subjective1
a. Definisi
Infeksi primer HSV-1 biasanya terjadi pada anak dan subklinis pada 90%
Infeksi akut yang disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks tipe 1 atau
kasus, biasanya ditemukan perioral. Pada 10% sisanya, dapat terjadi
tipe 2, yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas gingivostomatitis akut.
Infeksi primer HSV-2 terjadi setelah kontak seksual pada remaja dan - Infeksi rekurens.
dewasa, menyebabkan vulvovaginitis akut dan atau peradangan pada kulit
batang penis. Infeksi primer biasanya disertai dengan gejala sistemik seperti
e. Komplikasi1
demam, malaise, mialgia, nyeri kepala, dan adenopati regional. Infeksi
HSV-2 dapat juga mengenai bibir. Dapat terjadi pada individu dengan gangguan imun, berupa:
1. Herpes simpleks ulserativa kronik.
2. Herpes simpleks mukokutaneus akut generalisata.
3. Infeksi sistemik pada hepar, paru, kelenjar adrenal, dan sistem saraf
pusat.
4. Pada ibu hamil, infeksi dapat menular pada janin, dan menyebabkan
neonatal herpes yang sangat berbahaya.

f. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan 1
1. Terapi diberikan dengan antiviral, antara lain:
- Asiklovir, dosis 5 x 200 mg/hari selama 5 hari, atau
Infeksi rekuren biasanya didahului gatal atau sensasi terbakar setempat pada - Valasiklovir, dosis 2 x 500 mg/hari selama 7-10 hari.
lokasi yang sama dengan lokasi sebelumnya. Prodromal ini biasanya terjadi 2. Pada herpes genitalis: edukasi tentang pentingnya abstinensia pasien
mulai dari 24 jam sebelum timbulnya erupsi. harus tidak melakukan hubungan seksual ketika masih ada lesi atau ada
gejala prodromal.
- Objective 1 3. Gejala prodromal diatasi sesuai dengan indikasi. Aspirin dihindari oleh
karena dapat menyebabkan Reye’s syndrome.
Papul eritema yang diikuti oleh munculnya vesikel berkelompok dengan
dasar eritem. Vesikel ini dapat cepat menjadi keruh, yang kemudian pecah,
membasah, dan berkrusta. Kadang-kadang timbul erosi/ulkus.
Tempat predileksi adalah di daerah pinggang ke atas terutama daerah mulut
dan hidung untuk HSV-1, dan daerah pinggang ke bawah terutama daerah
genital untuk HSV-2. Untuk infeksi sekunder, lesi dapat timbul pada tempat
yang sama dengan lokasi sebelumnya.

Catatan:

- Fase laten: tidak terdapat gejala klinis, tetapi HSV dapat ditemukan
dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis.
2. INFEKSI BAKTERI 2. Farmakoterapi dilakukan dengan:
2.1.PIODERMA a. Topikal:
a. Definisi - Bila banyak pus/krusta, dilakukan kompres terbuka dengan
permanganas kalikus (PK) 1/5.000 atau yodium povidon 7,5%
Infeksi kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus dan/atau Streptococcus.2 yang dilarutkan 10 kali.
- Bila tidak tertutup pus atau krusta, diberikan salep atau krim
b. Faktor Predisposisi2 asam fusidat 2% atau mupirosin 2%, dioleskan 2-3 kali sehari
- Higiene yang kurang selama 7-10 hari.
- Menurunnya daya tahan b. Antibiotik oral dapat diberikan dari salah satu golongan di bawah
Misalnya: kekurangan gizi, anemia, penyakit kronik, neoplasia ini:
ganas, diabetes melitus. - Penisilin yang resisten terhadap penisilinase, seperti: oksasilin,
- Telah ada penyakit lain di kulit kloksasilin, dikloksasilin dan flukloksasilin.
o Dosis dewasa: 3 x 250-500 mg/hari, selama 5-7 hari, selama
5-7 hari.
c. Klasifikasi 2
o Dosis anak: 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis, selama
5-7 hari.
Pioderma terbagi menjadi 2, yaitu:
- Amoksisilin dengan asam klavulanat.
1. Pioderma primer o Dosis dewasa: 3 x 250-500 mg
o Dosis anak: 25 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis, selama
- Infeksi terjadi pada kulit normal
5-7 hari
- Penyebab oleh satu mikroorganisme - Klindamisin 4 x 150 mg per hari, pada infeksi berat dosisnya 4
2. Pioderma sekunder x 300-450 mg per hari.
- Telah ada penyakit kulit lain - Eritromisin: dosis dewasa: 4 x 250-500 mg/hari, anak: 20-50
- Gambaran klinis tidak khas dan mengikuti penyakit yang sudah mg/kgBB/hari terbagi 4 dosis, selama 5-7 hari.
ada - Sefalosporin, misalnya sefadroksil dengan dosis 2 x 500 mg
- Penyakit kulit disertai dengan pioderma sekunder disebut atau 2 x 1000 mg per hari.
c. Insisi untuk karbunkel yang menjadi abses untuk membersihkan
impetigenisata
eksudat dan jaringan nekrotik.
- Tanda impetigenisata yaitu jika terdapat pus, pustul, bula
purulen, krusta berwarna kuning kehijauan, pembesaran
kelenjar getah bening regional, leukositosis, serta demam. 2.1.1. IMPETIGO (4A)
a. Definisi
d. Penatalaksanaan
Impetigo merupakan pioderma superfisialis (terbatas pada epidermis).2
Penatalaksanaan 1
1. Terapi suportif dengan menjaga higiene, nutrisiTKTP dan stamina b. Klasifikasi
tubuh. Impetigo terbagi menjadi:2
- Impetigo krustosa (impetigo kontagiosa/vulgaris/Tillbury Fox)
- Impetigo bulosa (impetigo vesiko-bulosa/cacar monyet)
- Impetigo neonatorum

Gambar Impetigo Bulosa

2.1.2. EKTIMA (4A)


a. Definisi3

Ektima adalah ulkus superfisialis dengan krusta di atasnya disebabkan oleh


streptococcus.

b. Etiologi 3
Streptococcus B hemolyticus.

c. Gejala klinis 3
- Krusta tebal berwarna kuning
- Lokasi tungkai bawah yaitu tempat yang relatif banyak terkena
trauma
- Jika krusta diangkat ternyata lekat dan tampak ulkus yang
dangkal.

Gambar Impetigo krustosa


2.1.3. FOLIKULITIS SUPERFISIALIS (4A)
a. Definisi 2.1.4. FURUNKEL, KARBUNKEL (4A)
a. Definisi
Folikulitis merupakan radang pada folikel rambut yang disebabkan oleh
biasanya Staphylococcus aureus.3 Furunkel adalah radang folikel rambut dan sekitarnya yang disebabkan oleh
Staphylococcus aureus. Jika multipel disebut furunkulosis. Kumpulan dari
b. Klasifikasi3 furunkel dsebut karbunkel.3
Folikulitis terbagi 2 yaitu:
- Folikulitis superfisialis (impetigo Bockhart) b. Gejala klinis 3
o Terbatas di dalam epidermis - Keluhan nyeri
o Predileksi: tungkai bawah - Kelainan berupa nodus eritematosa berbentuk kerucut,
o Lesi: papul atau pustul yang eritematosa dan ditengahnya ditengahnya terdapat pustul. Kemudian melunak menjadi abses
terdapat rambut, biasanya multipel. yang berisi pus dan jaringan nekrotik, lalu pecah membentuk
- Folikulitis profunda fistel.
o Sampai ke subkutan - Predileksi: tempat yang banyak friksi seperti aksila dan bokong.
o Gambaran klinis sama seperti superfisialis tapi teraba
infiltrat di subkutan.
o Contohnya sikosis barbe yang berlokasi di bibir atas dan
dagu, bilateral.

Gambar Furunkel
c. Faktor risiko1
Gambar Karbunkel
Penderita Diabetes Mellitus, iklim sedang dan panas, maserasi pada kulit,
banyak berkeringat, kegemukan, higiene buruk, peminum alkohol.1
2.1.5. ERITRASMA (4A)
a. Definisi d. Diagnosis1
- Subjective
Eritrasma adalah penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang
disebabkan oleh Corynebacterium minutissimum.1 Eritrasma kadang tidak menimbulkan keluhan subyektif, tetapi ada juga
pasien datang dengan keluhan gatal dengan durasi dari bulan sampai tahun.
b. Epidemiologi1
- Objective
Eritrasma terutama terjadi pada orang dewasa, penderita diabetes, dan
banyak ditemukan di daerah tropis. Eritrasma dianggap tidak begitu Lokasi : lipat paha bagian dalam, sampai skrotum, aksilla, dan intergluteal
menular karena didapatkan bahwa pasangan suami istri tidak mendapatkan Efloresensi : eritema luas berbatas tegas, dengan skuama halus dan kadang
penyakit tersebut secara bersama-sama. Secara global, insidens eritrasma erosif. Kadang juga didapatkan likenifikasi dan hiperpigmentasi.
dilaporkan 4% dan lebih banyak ditemukan di daerah iklim tropis dan
subtropis. Selain itu insidensnya lebih banyak ditemukan pada ras kulit
e. Pemeriksaan Penunjang 1
hitam. Eritrasma terjadi baik pria maupun wanita, pada pria lebih banyak
ditemukan eritrasma pada daerah kruris, sedangkan pada wanita di daerah 1. Pemeriksaan dengan lampu Wood : Pada pemeriksaan dengan lampu
interdigital. Berdasarkan usia, insidens eritrasma bertambah seiring dengan Wood didapatkan fluoresensi merah bata (coral pink).
pertambahan usia dengan pasien termuda yang pernah ditemukan yaitu usia 2. Sediaan langsung kerokan kulit dengan pewarnaan gram
1 tahun.
f. Diagnosis Banding1

Pitiriasis versikolor, Tinea kruris, Dermatitis seboroik, Kandidiasis


g. Penatalaksanaan c. Epidemiologi

Penatalaksanaan 1 Di perkirakan 85% kasus erisipelas terjadi pada ekstremitas bawah.


1. Pengobatan topikal: salep Tetrasiklin 3% Erisipelas kebanyakan terjadi pada wanita, akan tetapi pada usia muda lebih
2. Pengobatan sistemik: Eritromisin 1 g sehari (4 x 250mg) untuk 2-3 sering terjadi pada pria. Insidens tertinggi dilaporkan pada pasien berusia 60
minggu. – 80 tahun khususnya pada pasien dengan gangguan saluran limfatik.1

2.1.6. ERISIPELAS (4A) d. Faktor risiko1


a. Definisi
1. Penderita Diabetes Mellitus
Erisipelas adalah penyakit infeksi bakteri akut, biasanya disebabkan oleh 2. Higiene buruk
Streptococcus, melibatkan dermis atas dengan tanda khas meluas ke 3. Gizi kurang
limfatik kutaneus superfisial.1 4. Gangguan saluran limfatik

e. Diagnosis 1
- Subjective

Terdapat gejala konstitusi seperti demam dan malaise sebelum terjadinya


lesi pada kulit. Gejala umum pada lesi didapatkan gatal, rasa terbakar, nyeri
dan bengkak. Didahului trauma atau riwayat faringitis.

- Objective

Lokasi : kaki, tangan dan wajah


Efloresensi : eritema yang berwarna merah cerah, berbatas tegas, dan
pinggirnya meninggi dengan tanda-tanda radang akut. Dapat disertai edema,
vesikel dan bula.

f. Diagnosis Banding
b. Etiologi  Selulitis, Urtikaria1

Erisipelas pada wajah kebanyakan disebabkan oleh streptococcus grup A, g. Komplikasi


sedangkan erisipelas pada ekstremitas bawah kebanyakan disebabkan oleh
streptococcus non grup A.1 Ganggren, Edema kronis, terjadi scar, sepsis, demam Scarlet, Pneumonia,
Abses, Emboli, Meningitis1
Afek primer dapat berbentuk papul, pustul atau ulkus indolen, berdinding
bergaung dan di sekitarnya livid. Masa tunas 2-3 minggu, limfangitis dan
h. Penatalaksanaan 1 limfadenitis timbul beberapa mingga hingga beberapa bulan setelah afek
Penatalaksanaan primer, pada waktu itu reaksi tuberkulin menajdi positif.
1. Istirahat
B. Tuberkulosis kutis sekunder
2. Tungkai bawah dan kaki yang diserang ditinggikan
o Tuberculosis kutis miliaris
Pengobatan sistemik : o Skrofuloderma
1. Analgetik antipiretik o Tuberkulosis kutis verukosa
2. Antibiotik : o Tuberkulosis kutis gumosa
- Penisilin 0,6 – 1,5 mega unit 5-10 hari o Tuberkulosis kutis orifisialis
- Sefalosporin 4 x 400 mg selama 5 hari o Lupus vulgaris

2.2. TBC KUTIS 2. Tuberkulid


a. Definisi A. Bentuk papul
o Lupus miliaris diseminatus fasiei
Tuberkulosis kutis adalah tuberkulosis pada kulit yang di indonesia
o Tuberkulid papulonekrotika
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan mikobakteria
o Liken skrofulosporum
atipikal.

b. Bakteriologi B. Bentuk granuloma dan Ulseronodulus


- M. Tuberculosis o Eritema nodosum
o Sedian mikroskopik o Eritema induratum
Pewarnaan dengan cara ziehl-Neelsen. Jika positif kuman
tampak berwarna merah pada dasar yang biru.
o Kultur 2.2.1. SKROFULODERMA (SEKUNDER)
Kultur dilakukan pada media Lowenstein-Jensen. d. Definisi

Skrofuloderma adalah suatu bentuk reaktivasi infeksi tuberkulosis


c. Klasifikasi
akibat penjalaran per kontinuitatum dari organ di bawah kulit seperti
Klasifikasi menurut menurut Pillsburry dengan sedikit perubahan: limfadenitis atau osteomielitis yang membentuk abses dingin dan
melibatkan kulit di atasnya, kemudian pecah dan membentuk sinus di
1. Tuberkulosis kutis sejati permukaan kulit.1
A. Tuberkulosis kutis primer
Inokulasi tuberkulosis primer (tuberculosis chancre)
e. Faktor risiko g. Diagnosis Banding 1
Sama dengan TB Paru
Limfosarkoma, Limfoma maligna, Hidradenitis supurativa,
Limfogranuloma venerum.

h. Pemeriksaan Penunjang 1

1. Pemeriksaan dahak
2. Pemeriksaan biakan Mycobacterium tuberculosis

2.3. LEPRA
a. Definisi1

Lepra adalah penyakit menular, menahun dan disebabkan oleh


Mycobacterium leprae yang bersifat intraselular obligat.
f. Diagnosis 1 Penularan kemungkinan terjadi melalui saluran pernapasan atas dan kontak
- Subjective kulit pasien lebih dari 1 bulan terus menerus. Masa inkubasi rata-rata 2,5
tahun, namun dapat juga bertahun-tahun.
Skrofuloderma biasanya dimulai dengan pembesaran kelenjar getah bening
tanpa tanda-tanda radang akut. Mula-mula hanya beberapa kelenjar b. Faktor risiko1
diserang, lalu makin banyak sampai terjadi abses memecah dan menjadi
1. Sosial ekonomi rendah
fistel kemudian meluas menjadi ulkus. Jika penyakitnya telah menahun,
2. Kontak lama dengan pasien, seperti anggota keluarga yang
maka didapatkan gambaran klinis yang lengkap.
didiagnosis dengan lepra
3. Imunokompromais
- Objective 4. Tinggal di daerah endemik lepra

Lokasi : leher, ketiak, lipat paha


Efloresensi : pembesaran kelenjar getah bening tanpa radang akut kecuali c. Klasifikasi 1
tumor dengan konsistensi bermacam-macam, periadenitis, abses dan fistel Klasifikasi Lepra terdiri dari 2 tipe, yaitu Pausibasilar (PB) dan Multibasilar
multipel, ulkus-ulkus khas, sikatriks-sikatriks yang memanjang dan tidak (MB)
teratur serta jembatan kulit
d. Diagnosis 1
- Subjective

Bercak kulit berwarna merah atau putih berbentuk plakat, terutama di wajah
dan telinga. Bercak kurang/mati rasa, tidak gatal. Lepuh pada kulit tidak
dirasakan nyeri. Kelainan kulit tidak sembuh dengan pengobatan rutin,
terutama bila terdapat keterlibatan saraf tepi.
- Objective

Tanda Patognomonis
1. Tanda-tanda pada kulit
Perhatikan setiap bercak, bintil (nodul), bercak berbentuk plakat
dengan kulit mengkilat atau kering bersisik. Kulit tidak berkeringat
dan berambut. Terdapat baal pada lesi kulit, hilang sensasi nyeri dan
suhu, vitiligo. Pada kulit dapat pula ditemukan nodul.

2. Tanda-tanda pada saraf


Penebalan nervus perifer, nyeri tekan dan atau spontan pada saraf,
kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota gerak, kelemahan
anggota gerak dan atau wajah, adanya deformitas, ulkus yang sulit
sembuh. Kerusakan saraf tepi biasanya terjadi pada saraf yang
ditunjukkan pada gambar

e. Diagnosis Klinis1

Diagnosis ditegakkan apabila terdapat satu dari tanda-tanda utama atau


kardinal (cardinal signs), yaitu:
1. Kelainan (lesi) kulit yang mati rasa
2. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf
3. Adanya basil tahan asam (BTA) dalam kerokan jaringan kulit (slit
skin smear)
3. Ekstremitas dapat terjadi mutilasi
Untuk kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik, simbol-
simbol pada gambar digunakan dalam penulisan di rekam medik. f. Diagnosis banding 1

Bercak eritema
1. Psoriasis
2. Tinea circinata
3. Dermatitis seboroik
b. Pasien ulangan, yaitu pasien yang mengalami hal-hal di bawah ini:
Bercak putih - Relaps
1. Vitiligo - Masuk kembali setelah default (dapat PB maupun MB)
2. Pitiriasis versikolor - Pindahan (pindah masuk)
3. Pitiriasis alba - Ganti klasifikasi/tipe
5. Terapi pada pasien PB:
Nodul a. Pengobatan bulanan: hari pertama setiap bulannya (obat
1. Neurofibromatosis diminum di depan petugas) terdiri dari: 2 kapsul Rifampisin @
2. Sarkoma Kaposi 300mg (600mg) dan 1 tablet Dapson/DDS 100 mg.
3. Veruka vulgaris b. Pengobatan harian: hari ke 2-28 setiap bulannya: 1 tablet
Dapson/ DDS 100 mg. 1 blister obat untuk 1 bulan.
c. Pasien minum obat selama 6-9 bulan (± 6 blister).
g. Pemeriksaan Penunjang 1 d. Pada anak 10-15 tahun, dosis Rifampisin 450 mg, dan DDS 50
mg.
Pemeriksaan mikroskopis kuman BTA pada sediaan kerokan jaringan kulit. 6. Terapi pada Pasien MB:
a. Pengobatan bulanan: hari pertama setiap bulannya (obat
h. Komplikasi 1 diminum di depan petugas) terdiri dari: 2 kapsul Rifampisin @
1. Arthritis. 300mg (600mg), 3 tablet Lampren (klofazimin) @ 100mg
2. Sepsis. (300mg) dan 1 tablet dapson/DDS 100 mg.
3. Amiloid sekunder. b. Pengobatan harian: hari ke 2-28 setiap bulannya: 1 tablet
4. Reaksi kusta adalah interupsi dengan episode akut pada perjalanan lampren 50 mg dan 1 tablet dapson/DDS 100 mg. 1 blister obat
yang sangat kronis. Reaksi ini merupakan reaksi hipersensitivitas untuk 1 bulan.
seluler (tipe 1/reversal) atau hipersentitivitas humoral (tipe 2/eritema c. Pasien minum obat selama 12-18 bulan (± 12 blister).
nodosum leprosum/ENL). d. Pada anak 10-15 tahun, dosis Rifampisin 450 mg, Lampren 150
mg dan DDS 50 mg untuk dosis bulanannya, sedangkan dosis
harian untuk Lampren 50 mg diselang 1 hari.
i. Penatalaksanaan 1 7. Dosis MDT pada anak <10 tahun dapat disesuaikan dengan berat
badan:
Penatalaksanaan
a. Rifampisin: 10-15 mg/kgBB
1. Pasien diberikan informasi mengenai kondisi pasien saat ini, serta
b. Dapson: 1-2 mg/kgBB
mengenai pengobatan dan pentingnya kepatuhan untuk eliminasi
c. Lampren: 1 mg/kgBB
penyakit.
8. Obat penunjang (vitamin/roboransia) dapat diberikan vitamin B1,
2. Kebersihan diri dan pola makan yang baik perlu dilakukan.
B6, dan B12.
3. Pasien dimotivasi untuk memulai terapi hingga selesai terapi
9. Tablet MDT dapat diberikan pada pasien hamil dan menyusui. Bila
dilaksanakan.
pasien juga mengalami tuberkulosis, terapi rifampisin disesuaikan
4. Terapi menggunakan Multi Drug Therapy (MDT) pada:
dengan tuberkulosis.
a. Pasien yang baru didiagnosis kusta dan belum pernah mendapat
MDT.
10. Untuk pasien yang alergi dapson, dapat diganti dengan lampren, 2.4. REAKSI LEPRA1
untuk MB dengan alergi, terapinya hanya 2 macam obat (dikurangi
DDS).
3. 2 Minggu ketiga 20 mg/hari (1x4 tab) pagi hari sesudah makan
4. 2 Minggu keempat 15 mg/hari (1x3 tab) pagi hari sesudah makan
5. 2 Minggu kelima 10 mg/hari (1x2 tab) pagi hari sesudah makan
6. 2 Minggu keenam 5 mg/hari (1x1 tab) pagi hari sesudah makan
7. Bila terdapat ketergantungan terhadap Prednison, dapat diberikan
Lampren lepas

3. INFEKSI JAMUR
3.1. DERMATOPHYTOSIS
a. Definisi 1

Dermatofitosis adalah infeksi jamur dermatofita yang memiliki sifat


mencernakan keratin di jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya
stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku.

Penularan terjadi melalui kontak langsung dengan agen penyebab. Sumber


penularan dapat berasal dari manusia (jamur antropofilik), binatang (jamur
zoofilik) atau dari tanah (jamur geofilik).

b. Klasifikasi 1

Klasifikasi dermatofitosis yang praktis adalah berdasarkan lokasi, yaitu


antara lain:
1. Tinea kapitis, dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala.
2. Tinea barbae, dermatofitosis pada dagu dan jenggot.
3. Tinea kruris, pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan
perut bagian bawah.
4. Tinea pedis et manum, pada kaki dan tangan.
5. Tinea unguium, pada kuku jari tangan dan kaki.
6. Tinea korporis, pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5 tinea
Terapi untuk reaksi kusta ringan, dilakukan dengan pemberian prednison di atas. Bila terjadi di seluruh tubuh disebut dengan tinea imbrikata.
dengan cara pemberian:
1. 2 Minggu pertama 40 mg/hari (1x8 tab) pagi hari sesudah makan
2. 2 Minggu kedua 30 mg/hari (1x6 tab) pagi hari sesudah makan c. Faktor risiko 1
1. Lingkungan yang lembab dan panas Tinea Manum:
2. Imunodefisiensi Dermatitis kontak iritan, Psoriasis
3. Obesitas
Tinea Fasialis:
4. Diabetes Melitus
Dermatitis seboroik, Dermatitis kontak
d. Diagnosis 1 g. Penatalaksanaan
- Subjective
Penatalaksanaan 1
Pada sebagian besar infeksi dermatofita, pasien datang dengan bercak 1. Higiene diri harus terjaga, dan pemakaian handuk/pakaian secara
merah bersisik yang gatal. Adanya riwayat kontak dengan orang yang bersamaan harus dihindari.
mengalami dermatofitosis. 2. Untuk lesi terbatas, diberikan pengobatan topikal, yaitu dengan:
antifungal topikal seperti krim klotrimazol, mikonazol, atau
- Objective terbinafin yang diberikan hingga lesi hilang dan dilanjutkan 1-2
minggu kemudian untuk mencegah rekurensi.
Gambaran umum: 3. Untuk penyakit yang tersebar luas atau resisten terhadap terapi
Lesi berbentuk infiltrat eritematosa, berbatas tegas, dengan bagian tepi yang topikal, dilakukan pengobatan sistemik dengan:
lebih aktif daripada bagian tengah, dan konfigurasi polisiklik. Lesi dapat a. Griseofulvin dapat diberikan dengan dosis 0,5-1 g per hari untuk
dijumpai di daerah kulit berambut terminal, berambut velus (glabrosa) dan orang dewasa dan 0,25 – 0,5 g per hari untuk anak-anak atau 10-
kuku. 25 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 2 dosis.
b. Golongan azol, seperti Ketokonazol: 200 mg/hari; Itrakonazol:
e. Pemeriksaan penunjang 1 100 mg/hari atau Terbinafin: 250 mg/hari
Pengobatan diberikan selama 10-14 hari pada pagi hari setelah makan.
Bila diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan mikroskopis dengan KOH,
akan ditemukan hifa panjang dan artrospora. 3.1.1. TINEA KAPITIS (4A)
f. Diagnosis banding1

Tinea Korporis:
Dermatitis numularis, Pytiriasis rosea, Erythema annulare centrificum,
Granuloma annulare.

Tinea Kruris:
Kandidiasis, Dermatitis intertrigo, Eritrasma.

Tinea Pedis:
Hiperhidrosis, Dermatitis kontak, Dyshidrotic eczema.
a. Definisi o Kulit kepala biasanya gatal dan nyeri, menyebabkan scarring
alopecia, berhubungan dengan cervical lymphadenopathy.
Tinea capitis describes dermatophyte infection of hair and scalp.4

b. Etiologi 3.1.2. TINEA BARBE (4A)


a. Definisi
Caused by Trichophyton and Microsporum species, with exception of  dermatofitosis pada kumis dan jenggot.
Trichophyton concentricum.4

c. Gejala klinis
- Noninflammatory Type (Grey patch ringworm)

o Dimulai dengan papul merah disekitar rambut. Papul melebar dan


membentuk bercak yang menjadi pucat dan bersisik.

o Rambut berwarna abu-abu, mudah patah dan mudah dicabut,


sehingga menimbulkan alopesia setempat.

o Pemeriksaan lampu wood: fluoresensi berwarna hijau ke kuning- b. Etiologi


kuningan
Tinea barbae is most commonly caused by the zoophilic strains of T.
o Anthropophilic Ectothrix : M. audouinii atau M. ferrugineum. interdigitale (former T. mentagrophytes var. mentagrophytes), T.
verrucosum, and less commonly M. canis. Among the anthropophilic
- “Black Dot” Tinea Capitis organisms, T. schoenleinii, T. violaceum and certain strains of T. rubrum
(former T. megninii), cause tinea barbae in endemic areas.4
o Rambut yang terinfeksi patah, tepat pada muara folikel, dan yang
tertinggal adalah ujung rambut yang penuh dengan spora. Dapat c. Gejala Klinis 4
berkembang menjadi follicular pustul. Furuncle, jarang kerion. - Superficial Type
o Caused by anthropophiles such as T. violaceum
o Ujung rambut yang hitam didalam folikel memberi gambaran black o The active border shows perifollicular papules and
dot. pustules accompanied by mild erythema.
- Inflammatory Type
o Anthropophilic endothrix: T. tonsurans dan T. violaceum.
o Usually caused by T. interdigitale (zoophilic strains) or
- Inflammatory Type T. verrucosum
o It presents analogously to kerion formation in tinea
o Peradangan hebat dari follicular pustule menjadi furunculosis atau
capitis with boggy-crusted plaques and a seropurulent
kerion. discharge.
o Hairs are lusterless, brittle, and easily epilated to c. Gejala Klinis
demonstrate a purulent mass around the root.
o Perifollicular pustules may coalesce and eventuate in - Bentuk umumnya annular/vesicular atau plak serpiginous dengan
abscess-like collections of pus, sinus tracts, and scarring scale di seluruh tepi eritematosa aktif. Pusat plak biasanya bersisik
alopecia. tetapi mungkin menunjukkan central healing.

- Cincin vesikular konsentris eritematosa “tinea imbricata”


3.1.3. TINEA KORPORIS (4A) menunjukkan sedikit atau tidak ada vesiculation.
a. Definisi
- Infeksi T. rubrum dapat menyebabkan lesi konfluen polisiklik atau
Tinea corporis refers to any dermatophytosis of glabrous skin except bentuk psoriasis plak, terutama pada individu immunosupressed.
palms, soles, and the groin.4
- Granuloma Majocchi melibatkan bagian yang lebih dalam folikel
rambut yang menimbulkan scale follicular papul dan nodul yang
menyatu dalam bentuk annular.

- Pada kaki pada wanita yang menjadi diinokulasi setelah bercukur


atau yang memakai topical kortikosteroid ke daerah yang terlibat,
yang memfasilitasi infeksi.

3.1.4. TINEA UNGUIUM (ONYCHOMYCOSIS) (4A)


a. Definisi

Tinea Unguium Merupakan dermatofitosis pada kuku kaki dan tangan.


4
b. Etiologi
- caused most commonly by T. rubrum.
- Epidermophyton floccosum, T. interdigitale (anthropophilic and
zoophilic strains), M. canis, and T. tonsurans are also common
pathogens.
- Tinea imbricata, caused by T. concentricum
b. Etiologi b. Etiologi

T. rubrum and T. interdigitale are responsible for approximately 90% of all Most tinea cruris is caused by T. rubrum and E. floccosum, the latter being
cases. T. tonsurans and E. floccosum are also well documented causative most often responsible for epidemics.42 T. interdigitale and T. verrucosum
agents. are implicated less commonly.4

c. Gambaran Klinis c. Gejala Klinis


- Keluhan subjektif : rasa gatal yg hebat semakin hebat jika berkeringat
- Distolateral subungual type
o Perubahan warna pada kuku menjadi kuning kecoklatan pada bagian - Keluhan objektif :
ujung distal o lesi papulovesikel eritematosa atau
o Hyperproliferation nail bed  subungual hyperkeratosis (debris) o kadang terlihat pustul dengan central healing.
o progressive invasion of the nail plate  increasingly dystrophic nail. - Bersifat : asimetris atau bilateral , multipel, tepi batas tegas
- Predileksi : hanya bterbatas pada daerah genito-krural, atau meluas ke
daerah sekitar anus, daerah gluteal dan eprut bag,bawah, atau bag, tubuh
- Proximal Subungual Type
o Discoloration and thickening of the proximal nail lain
o proximal onycholysis, and/or destruction of the entire nail. - Perubahan sekunder : likenifikasi (karena garukan)
- Jika terjadi menahun : bercak hitam + sedikit sisik
- White Superficial Type
o Irregular opaque white patches on various parts of the nail plates.
3.1.6. TINEA PEDIS ET MANUS (4A)
3.1.5. TINEA KRURIS (4A) a. Definisi
a. Definisi4 Tinea Pedis & Manus Merupakan dermatofitosis pada kaki dan tangan.
Tinea cruris is a dermatophytosis of the groin, genitalia, pubic area, and b. Etiologi
perineal and perianal skin.
Tinea pedis and tinea manuum are caused predominantly by T. rubrum
(most common), T. interdigitale, and E. Floccosum.
c. Gejala Klinis
- Interdigital Type
o Scaling, Erythema, and Maceration of the interdigital
o Koinfeksi bakteri bisa menyebabkan erosi interdigital dengan
pruritus and malodor
- Chronic Hyperkeratotic (Moccasin) Type
o diffuse scaling pada bagian telapak, lateral dan medial kaki,
distribusinya seperti moccasin (sepatu sandal)
o Erythema
o vesicles
- Vesiculobullous Type
o Vesikel yang tegang dgn ukuran lebih dari 3 mm
o vesiculopustules, atau
o bullae pada area telapak dan periplantar
- Acute Ulcerative Type
o vesicles, pustules and purulent ulcers on the plantar surface b. Epidemiologi

TINEA MANUS Prevalensi penyakit ini tinggi pada daerah tropis yang bersuhu hangat dan
lembab.1
• Infeksi dermatofita pada tangan
• skuama kering yang difuse dan teruma pada lipatan. c. Faktor risiko1
• Namun, bisa juga terdapat vesicles, pustules and exfoliation
1. Sering dijumpai pada dewasa muda (kelenjar sebasea lebih aktif bekerja).
2. Cuaca yang panas dan lembab.
3.2. NON-DERMATOPHYTA 3. Tubuh yang berkeringat.
3.2.1. PITIRIASIS (TINEA) VERSIKOLOR (4A) 4. Imunodefisiensi
a. Definisi

Tinea versikolor adalah penyakit infeksi pada superfisial kulit dan d. Diagnosis 1
berlangsung kronis yang disebabkan oleh jamur Malassezia furfur. 1 - Subjective

Pasienpada umumnya datang berobat karena tampak bercak putih pada


kulitnya. Keluhan gatal ringan muncul terutama saat berkeringat, namun
sebagian besar pasien asimptomatik.
- Objective b. Pengobatan sistemik diberikan apabila penyakit ini terdapat pada
daerah yang luas atau jika penggunaan obat topikal tidak berhasil.
Tanda patognomonis Obat tersebut, yaitu:
Lesi berupa makula hipopigmentasi atau berwarna-warni, berskuama halus, - Ketokonazol per oral dengan dosis 1x200 mg sehari selama 10
berbentuk bulat atau tidak beraturan dengan batas tegas atau tidak tegas. hari, atau
Skuama biasanya tipis seperti sisik dan kadangkala hanya dapat tampak - Itrakonazol per oral dengan dosis 1 x 200 mg sehari selama 5-7
dengan menggores kulit (finger nail sign). hari (pada kasus kambuhan atau tidak responsif dengan terapi
Predileksi di bagian atas dada, lengan, leher, perut, kaki, ketiak, lipat paha, lainnya).
muka dan kepala. Penyakit ini terutama ditemukan pada daerah yang
tertutup pakaian dan bersifat lembab. Fitzpatrick:
- Topical
e. Diagnosis Banding1 topical agents are useful in treating tinea versicolor
o Selenium sulfide,
Vitiligo, Dermatitis seboroik, Pitiriasis alba, Morbus hansen, Eritrasma selenium sulfide lotion 2.5%, which is applied liberally to affected
areas for 7–10 minutes prior to rinsing.
f. Pemeriksaan Penunjang1 o zinc pyrithione,
o sodium sulfacetamide,
1. Pemeriksaan lampu Wood menampakkan pendaran (fluoresensi)
o ciclopiroxolamine,
kuning keemasan pada lesi yang bersisik.
o allylamine
2. Pemeriksaan mikroskopis sediaan kerokan skuama lesi dengan o Ketoconazole shampoo 2% is lathered on to affected areas and left
KOH. Pemeriksaan ini akan tampak campuran hifa pendek dan for 5 minutes prior to rinsing; this treatment is repeated for three
spora-spora bulat yang dapat berkelompok (spaghetti and meatball consecutive days
appearance). o Terbinafine solution 1% applied twice daily to affected areas for 7
days
g. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan 1 - Systemic
o Oral ketoconazole 200 mg daily for 7 or 10 days, or
1. Pasien disarankan untuk tidak menggunakan pakaian yang lembab
o oral itraconazole 200–400 mg daily for 3–7 days
dan tidak berbagi penggunaan barang pribadi dengan orang lain.
o Fluconazole is also effective when administered as a single oral
2. Pengobatan terhadap keluhannya dengan: dose of 400 mg
a. Pengobatan topikal
- Suspensi selenium sulfida 1,8%, dalam bentuk shampo yang
digunakan 2-3 kali seminggu. Obat ini digosokkan pada lesi dan
didiamkan selama 15-30 menit sebelum mandi.
- Derivat azol topikal, antara lain mikonazol dan klotrimazol.
Pasien mengeluh gatal dan panas pada tempat infeksi. Pada awal infeksi,
4. GIGITAN SERANGGA DAN INFESTASI lesi berbentuk papul yang kemudian diikuti dengan lesi berbentuk linear
atau berkelok-kelok yang terus menjalar memanjang. Keluhan dirasakan
PARASIT muncul sekitar empat hari setelah terpajan. 1
4.1. CUTANEUS LARVA MIGRAN (4A)
a. Definisi - Objective

Cutaneus Larva Migrans (Creeping Eruption) merupakan kelainan kulit Lesi awal berupa papul eritema yang menjalar dan tersusun linear atau
berupa peradangan berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul dan berkelok-kelok meyerupai benang dengan kecepatan 2 cm per hari.
progresif, yang disebabkan oleh invasi larva cacing tambang yang berasal Predileksi penyakit ini terutama pada daerah telapak kaki, bokong, genital
dari anjing dan kucing.1 dan tangan.

e. Diagnosis Banding1

Dermatofitosis, Dermatitis, Dermatosis

f. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan 1

1. Memodifikasi gaya hidup dengan menggunakan alas kaki dan


sarung tangan pada saat melakukan aktifitas yang berkontak dengan
tanah, seperti berkebun dan lain-lain.
2. Terapi farmakologi dengan: Tiabendazol 50mg/kgBB/hari, 2x
b. Epidemiologi sehari, selama 2 hari; atau Albendazol 400 mg sekali sehari, selama
3 hari.
Penularan melalui kontak langsung dengan larva. Prevalensi Cutaneus 3. Untuk mengurangi gejala pada penderita dapat dilakukan
Larva Migran di Indonesia yang dilaporkan oleh sebuah penelitian pada penyemprotan Etil Klorida pada lokasi lesi, namun hal ini tidak
tahun 2012 di Kulon Progo adalah sekitar 15%.1 membunuh larva.
4. Bila terjadi infeksi sekunder, dapat diterapi sesuai dengan
c. Faktor risiko tatalaksana pioderma.

Orang yang berjalan tanpa alas kaki, atau sering berkontak dengan tanah
atau pasir.1 4.2. PEDIKULOSIS KORPORIS (4A)
a. Definisi
d. Diagnosis
- Subjective Infeksi kulit yang disebabkan oleh pediculosis humanus var. Corporis.
b. Cara penularan membersihkan rambut atau rambut yang relatif susah dibersihkan (rambut
- Melalui pakaian (serat-serat) yang sangat panjang pada wanita).1
- Pada orang yang dadanya berambut terminal kutu ini dapat
Penularan melalui kontak langsung dengan agen penyebab, melalui: 1
melekat pada rambut tersebut dan dapat ditularkan melalui
- Kontak fisik erat dengan kepala penderita, seperti tidur bersama.
kontak langsung.
- Kontak melalui fomite yang terinfestasi, misalnya pemakaian bersama
aksesori kepala, sisir, dan bantal juga dapat menyebabkan kutu
c. Gejala klinis menular.
Kelainan berupa:
- Bekas-bekas garukan pada badan karena gatal bary berkurang c. Faktor risiko1
dengan garukan yang lebih intensif.
- Infeksi sekunder dengan pembesaran KGB regional - Status sosioekonomi yang rendah.
d. Diagnosis - Higiene perorangan yang rendah
Menemukan kutu dan telur pada serat kapas pakaian. - Prevalensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan pada pria, terutama
pada populasi anak usia sekolah.
e. Penatalaksanaan
- Krim gameksan 1% yang dioleskan tipis diseluruh tubuh dan
d. Diagnosis1
didiamkan 24 jam, setelah itu mandi.
- Subjective
- Jika masih belum sembuh diuangi 4 hari kemudian.
- Obat lain emulsi benzil benzoat 25% dan bubuk malathion 2%. Gejala yang paling sering timbul adalah gatal di kepala akibat reaksi
- Pakaian agar direbus atau disetrika untuk membunuh telur dan hipersensitivitas terhadap saliva kutu saat makan maupun terhadap feses
kutu. kutu. Gejala dapat pula asimptomatik.

4.3. PEDIKULOSIS KAPITIS (4A) - Objective


a. Definisi
Lesi kulit terjadi karena bekas garukan, yaitu bentuk erosi dan ekskoriasi.
Pedikulosis kapitis adalah infeksi dan infestasi kulit kepala dan rambut Bila terdapat infeksi sekunder oleh bakteri, maka timbul pus dan krusta
manusia yang disebabkan oleh kutu kepala Pediculus humanus var capitis.1 yang menyebabkan rambut bergumpal, disertai dengan pembesaran kelenjar
getah bening regional. Ditemukan telur dan kutu yang hidup pada kulit
b. Epidemiologi kepala dan rambut. Telur P. humanus var. capitis paling sering ditemukan
pada rambut di daerah oksipital dan retroaurikular.
Penyakit ini terutama menyerang anak-anak usia muda dan cepat meluas
dalam lingkungan hidup yang padat, misalnya di asrama atau panti asuhan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan
Ditambah pula dalam kondisi higiene yang tidak baik, misalnya jarang menemukan kutu atau telur kutu di kulit kepala dan rambut.
e. Diagnosis Banding1 Penyakit ini menyerang orang dewasa dan dapat digolongkan dalam
penyakit akibat hubungan seksual dan menular secara langsung. Infeksi juga
Tinea kapitis, Impetigo krustosa (pioderma), Dermatitis seboroik bisa terjadi pada anak-anak yang berasal dari orang tua mereka dan terjadi
f. Penatalaksanaan di alis, atau bulu mata.1

Penatalaksanaan 1 c. Faktor risiko1


Pengobatan bertujuan untuk memusnahkan semua kutu dan telur serta
mengobati infeksi sekunder. 1. Aktif secara seksual
1. Sebaiknya rambut pasien dipotong sependek mungkin, kemudian 2. Higiene buruk
disisir dengan menggunakan sisir serit, menjaga kebersihan kulit 3. Kontak langsung dengan penderita
kepala dan menghindari kontak erat dengan kepala penderita.
2. Pengobatan topikal merupakan terapi terbaik, yaitu dengan
pedikulosid dengan salah satu pengobatan di bawah ini: d. Diagnosis 1
a. Malathion 0,5% atau 1% dalam bentuk losio atau spray, - Subjective
dibiarkan 1 malam.
Gatal di daerah pubis dan sekitarnya, dapat meluas sampai ke daerah
b. Permetrin 1% dalam bentuk cream rinse, dibiarkan selama 2 jam
abdomen dan dada. Gejala patognomonik lainnya adalah adanya black dot
c. Gameksan 1%, dibiarkan selama 12 jam.
yaitu bercak-bercak hitam yang tampak jelas pada celana dalam berwarna
Pedikulosid sebaiknya tidak digunakan pada anak usia kurang dari 2 tahun. putih yang dilihat penderita pada waktu bangun tidur. Bercak hitam tersebut
Cara penggunaan: rambut dicuci dengan shampo, kemudian dioleskan adalah krusta berasal dari darah yang sering diinterpretasikan salah sebagai
losio/krim dan ditutup dengan kain. Setelah menunggu sesuai waktu yang hematuria.
ditentukan, rambut dicuci kembali lalu disisir dengan sisir serit.
- Objective
Pada infeksi sekunder yang berat sebaiknya rambut dicukur, diberikan
pengobatan dengan antibiotik sistemik dan topikal telebih dahulu, lalu Pada inspeksi ditemukan bercak-bercak yang berwarna abu-abu atau
diberikan obat di atas dalam bentuk shampo. kebiruan yang disebut makula serulae pada daerah pubis dan sekitarnya.
Kutu dapat dilihat dengan mata telanjang dan juga bisa didapatkan
pembengkakan kelenjar getah bening sekitar.
4.4. PEDIKULOSIS PUBIS (4A)
a. Definisi

Pedikulosis pubis adalah penyakit infeksi pada rambut di daerah pubis dan
sekitarnya yang disebabkan oleh Phthirus pubis. 1

b. Epidemiologi
Penyakit ini berhubungan erat dengan higiene yang buruk. Prevalensi
skabies tinggi pada populasi yang padat. Dari hasil penelitian di Brazil,
prevalensi skabies dua kali lebih tinggi di daerah kumuh perkotaan yang
padat penduduk daripada di masyarakat nelayan dimana mereka tinggal di
tempat yang lebih luas.1

Penularan dapat terjadi karena: 1


1. Kontak langsung kulit dengan kulit penderita skabies, seperti
menjabat tangan, hubungan seksual, atau tidur bersama.
2. Kontak tidak langsung (melalui benda), seperti penggunaan
perlengkapan tidur bersama dan saling meminjam pakaian, handuk
dan alat-alat pribadi lainnya, tidakmemiliki alat-alat pribadi sendiri
e. Diagnosis banding 1 sehingga harus berbagi dengan temannya. Tungau hidup dalam
epidermis, tahan terhadap air dan sabun dan tetap hidup bahkan
Dermatomikosis setelah mandi dengan air panas.

f. Pemeriksaan Penunjang 1

Mencari telur atau bentuk dewasa P. pubis

g. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan
Pengobatan topikal :1
Gameksan 1%, atau emulsi benzil benzoat 25% yang dioleskan dan
didiamkan selama 24 jam. Pengobatan diulangi 4 hari kemudian, jika belum
sembuh.
c. Faktor risiko1
4.5. SKABIES (4A)
a. Definisi 1. Masyarakat yang hidup dalam kelompok yang padat seperti tinggal
di asrama atau pesantren.
Skabies adalah penyakit yang disebabkan infestasi dan sensitisasi kulit oleh
2. Higiene yang buruk.
tungau Sarcoptes scabieidan produknya.1 3. Sosial ekonomi rendah seperti di panti asuhan, dan sebagainya.
4. Hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas.
b. Epidemiologi
d. Klasifikasi - Objective
- Nodular scabies
- Crusted scabies (norwegian scabies) Lesi kulit berupa terowongan (kanalikuli) berwarna putih atau abu-abu
- Bullous scabies dengan panjang rata-rata 1 cm. Ujung terowongan terdapat papul, vesikel,
- Scabies in infant and young children dan bila terjadi infeksi sekunder, maka akan terbentuk pustul, ekskoriasi,
- Scabies in elderly dan sebagainya.Pada anak-anak, lesi lebih sering berupa vesikel disertai
infeksi sekunder akibat garukan sehingga lesi menjadi bernanah.
e. Diagnosis1 - Criteria diagnosis
- Subjective
Terdapat 4 tanda kardinal untuk diagnosis skabies, yaitu: 1
Gejala klinis: 1. Pruritus nokturna.
1. Pruritus nokturna, yaitu gatal yang hebat terutama pada malam hari 2. Penyakit menyerang manusia secara berkelompok.
atau saat penderita berkeringat.
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
2. Lesi timbul di stratum korneum yang tipis, seperti di sela jari, berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau
pergelangan tangan dan kaki, aksila, umbilikus, areola mammae dan berkelok-kelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan
di bawah payudara (pada wanita) serta genital eksterna (pria). ditemukan papul atau vesikel.
4. Ditemukannya tungau dengan pemeriksaan mikroskopis.

Diagnosis ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda tersebut.


f. Pathway Scabies g. Diagnosis Banding

Diagnosis bandingnya adalah: Pioderma, Impetigo, Dermatitis, Pedikulosis


korporis1

h. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan mikroskopis dari kerokan kulit untuk menemukan tungau.1

Test Methods for Scabies

1. Scraping from suspicious lesion


 Scraping are placed on a slide and examined under a microscope
for Sarcoptes scabiei mites.
- Determine the papular eruption or tiny vesicle at the finger wab
spaces
- Clean the papular eruption or tiny vesicle gently with 70% alcohol,
being careful to leave the papular eruption or tiny vesicle intact
- Drop KOH 10% to the papular eruption or tiny vesicle
- Scraped off the skin gentle with a blunt scalple (No.21)
- Place the material on a glass slide, cover it with cover slip
- Seal the edge of the cover slip with vaselin album
- Send the specimen and request form to a laboratory. The presence
of mite, eggs, larvae, nymphae, fragment of egg shells or scibala
confirm the diagnosis.

2. Shave biopsy
 Fine layer of the skin is shaved off at the possible site of
infestation and examined under a microscope for evidence of
mite infestation.

3. Needle Extraction of Mite


 Needle is inserted into the length of the burrow and mite is sekitar penderita skabies. Terapi diberikan dengan salah satu obat
extracted the needle and placed on a slide to be examined under topikal (skabisid) di bawah ini:
a microscope. a. Salep 2-4 dioleskan di seluruh tubuh, selama 3 hari berturut-
turut, dipakai setiap habis mandi.
4. Strip Off the Skin with Adhesive Tape b. Krim permetrin 5%di seluruh tubuh. Setelah 10 jam, krim
 Bersihkan kulit dengan alcohol, kemudian letakan selotip pada permetrin dibersihkan dengan sabun.
lesi dan angkat dengan gerakan cepat. Tempelkan ke object glass
Terapi skabies ini tidak dianjurkan pada anak < 2 tahun.
(6 selotip pada lesi yang sama untuk 1 object glass). Periksa
dengan menggunakan mikroskop.

5. Burrow Ink Test (BIT) Cara Penggunaan Skabisida, yaitu:


 The suspicious area is rubbed with ink, which is the wiped off - mandi (bersihkan tubuh)
 If infestation has occurred, the characteristic zigzag or S pattern - oleskan krim ke seluruh tubuh mulai dari leher ke bawah tidak boleh
of the burrow across the skin will appear. pada bagian wajah, pada lipatan-lipatan agar ditekan
- tidak mandi dan ganti pakaian selama 8 jam. Pada anak-anak atau
6. Topical Tetracycline Solution bayi hati-hati, tangan harus dibungkus agar tidak masuk mulut
 Topical tetracycline solution may be applied to suspicious area - setelah 8 jam, mandi, pemakaian krim di stop (tidak boleh di ulang)
 The excess solution is wiped off the area with alcohol and - pakaian, selimut, sprey dan handuk bebas pakai harus disiram air
examined under a special light to identify the characteristic panas.
zigzag or S pattern of the burrow. - Kontrol setelah 1 minggu.

4.6. REAKSI GIGITAS SERANGGA (4A)


i. Penatalaksanaan a. Definisi1

Penatalaksanaan 1 Reaksi gigitan serangga (insect bite reaction) adalah reaksi hipersensitivitas
1. Melakukan perbaikan higiene diri dan lingkungan, dengan: atau alergi pada kulit akibat gigitan (bukan terhadap sengatan/stings) dan
a. Tidak menggunakan peralatan pribadi secara bersama-sama dan kontak dengan serangga.
alas tidur diganti bila ternyata pernah digunakan oleh penderita
skabies. Gigitan hewan serangga, misalnya oleh nyamuk, lalat, bugs, dan kutu, yang
b. Menghindari kontak langsung dengan penderita skabies. dapat menimbulkan reaksi peradangan yang bersifat lokal sampai sistemik.
2. Terapi tidak dapat dilakukan secara individual melainkan harus
serentak dan menyeluruh pada seluruh kelompok orang yang ada di b. Klasifikasi 1

Klasifikasi berdasarkan waktu terjadinya:


1. Reaksi tipe cepat. Gejala dari delayed reaction mirip seperti serum sickness, yang meliputi
Terjadi segera hingga 20 menit setelah gigitan, bertahan sampai 1-3 demam, malaise, sakit kepala, urtikaria, limfadenopati dan poliartritis.
jam.
2. Reaksi tipe lambat. - Objective
Pada anak terjadi lebih dari 20 menit sampai beberapa jam setelah
gigitan serangga. Pada orang dewasa dapat muncul 3-5 hari setelah Tanda Patognomonis
gigitan. 1. Urtika dan papul timbul secara simultan di tempat gigitan, dikelilingi
3. Reaksi tidak biasa. zona eritematosa.
Sangat segera, mirip anafilaktik. 2. Di bagian tengah tampak titik (punctum) bekas tusukan/gigitan,
kadang hemoragik, atau menjadi krusta kehitaman.
Klasifikasi berdasarkan bentuk klinis: 3. Bekas garukan karena gatal.
1. Urtikaria iregular.
2. Urtikaria papular. Dapat timbul gejala sistemik seperti takipneu, stridor, wheezing,
3. Papulo-vesikular, misalnya pada prurigo. bronkospasme, hiperaktif peristaltic, dapat disertai tanda-tanda hipotensi
4. Punctum (titik gigitan), misalnya pada pedikulosis kapitis atau orthostatik.
phtirus pubis.
Pada reaksi lokal yang parah dapat timbul eritema generalisata, urtikaria,
1
c. Faktor risiko atau edema pruritus, sedangkan bila terdapat reaksi sistemik menyeluruh
dapat diikuti dengan reaksi anafilaksis.
1. Lingkungan tempat tinggal yang banyak serangga.
2. Riwayat atopi pada diri dan keluarga.
3. Riwayat alergi.
4. Riwayat alergi makanan.

d. Diagnosis1
- Subjective

Pasien datang dengan keluhan gatal, rasa tidak nyaman, nyeri, kemerahan,
nyeri tekan, hangat atau bengkak pada daerah tubuh yang digigit, umumnya
tidak tertutup pakaian.
Kebanyakan penderita datang sesaat setelah merasa digigit serangga, namun
ada pula yang datang dengan delayed reaction, misalnya 10-14 hari setelah
gigitan berlangsung. Keluhan kadang-kadang diikuti dengan reaksi sistemik
gatal seluruh tubuh, urtikaria, dan angioedema, serta dapat berkembang
menjadi suatu ansietas, disorientasi, kelemahan, GI upset (cramping,
diarrhea, vomiting), dizziness, sinkop bahkan hipotensi dan sesak napas.
e. Penatalaksanaan - Eksogen:
o Bahan kimia (detergen, asam, basa, oli, semen)
Tatalaksana 1 o Fisik (sinar, suhu)
1. Prinsip penanganan kasus ini adalah dengan mengatasi respon
peradangan baik yang bersifat lokal maupun sistemik. Reaksi o Mikro-organisme (bakteri, jamur)
peradangan lokal dapat dikurangi dengan sesegera mungkin mencuci - Endogen:
daerah gigitan dengan air dan sabun, serta kompres es. o Misalnya Dermatitis atopik
2. Atasi keadaan akut terutama pada angioedema karena dapat terjadi - Sebagian lain tidak diketahui etiologi yang pasti
obstruksi saluran napas. Penanganan pasien dapat dilakukan di Unit
Gawat Darurat. Bila disertai obstruksi saluran napas diindikasikan c. Gejala Klinis 3
pemberian epinefrin sub kutan. Dilanjutkan dengan pemberian
kortikosteroid prednison 60-80 mg/hari selama 3 hari, dosis Pada umumnya penderita dermatitis mengeluhkan gatal.
diturunkan 5-10 mg/hari.
- Stadium akut
Dalam kondisi stabil, terapi yang dapat diberikan yaitu:  Eritema, edema, vesikel/bulla, erosi, dan eksudasi, sehingga
a. Sistemik tampak basah (madidans)
- Antihistamin sedatif: klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari selama 7 - Stadium subakut
hari atau setirizin 1 x 10 mg per hari selama 7 hari.  Eritema dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi
- Antihistamin non sedatif: loratadin 1 x 10 mg per hari selama 7 hari. krusta.
b. Topikal - Stadium kronis
Kortikosteroid topikal potensi sedang-kuat: misalnya krim mometason  Lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul, dan
furoat 0,1% atau krim betametason valerat 0,5% diberikan selama 2 kali likenifikasi.
sehari selama 7 hari.
d. Prinsip Pengobatan Topical 3
5. DERMATITIS EKSIM
- Dermatitis akut/basah (madidans)
a. Definisi
 Diobati secara basah (kompress terbuka)
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai - Dermatitis subakut
respons terhadap pengaruh faktor eksogen dan/atau faktor endogen,  Diberi losio (bedak kocok), krim, pasta, atau linimentum (pasta
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, pendingin. Krim diberikan pada daerah yang berambut,
edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan gatal.3 sedangkan pasta pada daerah yang tidak berambut.
- Dermatitis kronis
b. Etiologi  Dermatitis kronis diberi salap.
Etiologi terbagi menjadi 2 yaitu: 3
e. Obat-Obatan
- Steroid bahan iritan. Kadang-kadang diikuti oleh rasa pedih, panas, dan
Steroid yang tersedia di BPJS, yaitu: terbakar.1
1. Cream
 Betametason, hidrokortison, desoximetason, mometason. o Faktor Risiko 1
2. Tablet - Ditemukan pada orang-orang yang terpajan oleh bahan iritan
 Dexametason, triamsinolon, methylprednisolon 4,8,16 mg. - Riwayat kontak dengan bahan iritan pada waktu tertentu (lama
- Antihistamin kontak, kekerapan/terus-menerus/berulang)
Anti-histamin yang tersedia di BPJS, yaitu cetirizin dan loratadin - Pasien bekerja sebagai tukang cuci, juru masak, kuli bangunan,
montir, penata rambut
5.1. DERMATITIS KONTAK - Riwayat dermatitis atopik
a. Definisi

Dermatitis kontak ialah dermatitis yang disebabkan oleh


bahan/substansi yang menempel pada kulit.3

b. Jenis 3

Dermatitis kontak terbagi menjadi 2 yaitu dermatitis kontak alergi dan


dermatitis kontak iritan.

Dermatitsi kontak iritan merupakan reaksi peradangan kulit non-


imunologis, jadi kerusakan terjadi secara langsung tanpa didahului
proses sensitisasi (langsung bereaksi saat kontak pertama). Dermatitis
kontak alergi merupakan reaksi peradangan imunologis, terjadi pada
seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen
(pada kontak pertama belum bereaksi/bergejala. Pada kontak kedua,
ketiga dst langsung bereaksi).

A. Dermatitis Kontak Iritan (DKI) (4A)


a. Subjective (hasil anamnesis)
b. Diagnosis Banding
o Keluhan
 Dermatitis Kontak Alergi
Gejala yang umum dikeluhkan adalah perasaan gatal dan
timbulnya bercak kemerahan pada daerah yang terkena kontak c. Komplikasi
 Infeksi Sekunder
topikal yang pernah digunakan, obat sistemik, kosmetik, bahan-
1
d. Penatalaksanaan bahan yang dapat menimbulkan alergi, serta riwayat alergi di
keluarga.1
1. Keluhan dapat diatasi dengan pemberian farmakoterapi, berupa:
o Faktor risiko 1
a. Topikal (2 kali sehari) - Ditemukan pada orang-orang yang terpajan oleh bahan alergen.
- Pelembab krim hidrofilik urea 10%. - Riwayat kontak dengan bahan alergen pada waktu tertentu.
- Kortikosteroid: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia - Riwayat dermatitis atopik atau riwayat atopi pada diri dan keluarga
dapat digunakan fluosinolon asetonid krim 0,025%).
- Pada kasus DKI kumulatif dengan manifestasi klinis likenifikasi dan
hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan betametason valerat krim
0,1% atau mometason furoat krim 0,1%).
- Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian
antibiotik topikal.

b. Oral sistemik
- Antihistamin hidroksisin 2 x 25 mg per hari selama maksimal 2
minggu, atau
- Loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal 2 minggu.

2. Pasien perlu mengidentifikasi faktor risiko, menghindari bahan-


bahan yang bersifat iritan, baik yang bersifat kimia, mekanis, dan
fisis, memakai sabun dengan pH netral dan mengandung pelembab,
serta memakai alat pelindung diri untuk menghindari kontak iritan
saat bekerja. b. Objective (PE)

Tanda Patognomonis
B. Dermatitis Kontak Alergi (3A) Tanda yang dapat diobservasi sama seperti dermatitis pada umumnya
a. Subjective (hasil anamnesis) tergantung pada kondisi akut atau kronis. Lokasi dan pola kelainan
o Keluhan kulit penting diketahui untuk mengidentifikasi kemungkinan
Keluhan kelainan kulit berupa gatal. Kelainan kulit bergantung pada penyebabnya, seperti di ketiak oleh deodoran, di pergelangan tangan
keparahan dermatitis. Keluhan dapat disertai timbulnya bercak oleh jam tangan, dan seterusnya.1
kemerahan.
Hal yang penting ditanyakan adalah riwayat kontak dengan bahan- c. Diagnosis Banding
bahan yang berhubungan dengan riwayat pekerjaan, hobi, obat  Dermatitis Kontak Iritan
d. Komplikasi
 Infeksi Sekunder b. Faktor Risiko 1
- Wanita lebih banyak menderita DA dibandingkan pria (rasio 1,3 : 1).
- Riwayat atopi pada pasien dan atau keluarga (rhinitis alergi,
e. Penatalaksanaan 1 konjungtivitis alergi/vernalis, asma bronkial, dermatitis atopik, dan
1. Keluhan diberikan farmakoterapi berupa: lain-lain).
a. Topikal (2 kali sehari) - Faktor lingkungan: jumlah keluarga kecil, pendidikan ibu semakin
- Pelembab krim hidrofilik urea 10%. tinggi, penghasilan meningkat, migrasi dari desa ke kota, dan
- Kortikosteroid: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia meningkatnya penggunaan antibiotik.
dapat digunakan Fluosinolon asetonid krim 0,025%). - Riwayat sensitif terhadap wol, bulu kucing, anjing, ayam, burung,
- Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan dan sejenisnya
hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan Betametason valerat
krim 0,1% atau Mometason furoat krim 0,1%).
- Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian
antibiotik topikal.
b. Oral sistemik
- Antihistamin hidroksisin 2 x 25 mg per hari selama maksimal 2
minggu, atau
- Loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal 2 minggu.

2. Pasien perlu mengidentifikasi faktor risiko, menghindari bahan-


bahan yang bersifat alergen, baik yang bersifat kimia, mekanis, dan
fisis, memakai sabun dengan pH netral dan mengandung pelembab
serta memakai alat pelindung diri untuk menghindari kontak alergen
saat bekerja.

5.2. DERMATITIS ATOPIC (4A)


a. Definisi
c. Faktor Pencetus 1
Dermatitis Atopik (DA) adalah peradangan kulit berulang dan kronis - Makanan: telur, susu, gandum, kedelai, dan kacang tanah.
dengan disertai gatal.1 - Tungau debu rumah
- Sering mengalami infeksi di saluran napas atas (kolonisasi
Pada umumnya terjadi selama masa bayi dan anak-anak dan sering Staphylococus aureus)
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum serta riwayat
atopi pada keluarga atau penderita.1
d. Klasifikasi 1 Gejala utama DA adalah pruritus, dapat hilang timbul sepanjang hari,
- Berdasarkan Fase tetapi umumnya lebih hebat pada malam hari. Akibatnya penderita akan
o Tipe bayi (infantil/usia 2 bulan-2tahun) menggaruk.
Pasien biasanya juga mempunyai riwayat sering merasa cemas, egois,
a. Lokasi predileksi: Dahi, pipi, kulit kepala, leher, pergelangan tangan
dan tungkai, serta lutut (pada anak yang mulai merangkak). frustasi, agresif, atau merasa tertekan.
b. Lesi berupa eritema, papul vesikel halus, eksudatif, krusta.
- Signs/Objective (PE) 1

Tanda patognomonis
o Tipe anak (usia 2-10 tahun)
Kulit penderita DA:
a. Lokasi Predileksi: Lipat siku, lipat lutut, pergelangan tangan bagian 1. Kering pada perabaan
dalam, kelopak mata, leher, kadang-kadang di wajah. 2. Pucat/redup
b. Lesi berupa papul, sedikit eksudatif, sedikit skuama, likenifikasi, 3. Jari tangan teraba dingin
erosi. Kadang-kadang disertai pustul. 4. Terdapat papul, likenifikasi, eritema, erosi, eksoriasi, eksudasi dan
krusta pada lokasi predileksi
o Tipe remaja dan dewasa
a. Lokasi Predileksi: Lipat siku, lipat lutut, samping leher, dahi, sekitar
f. Pemeriksaan Penunjang 1
mata, tangan dan pergelangan tangan, kadang-kadang ditemukan
setempat misalnya bibir mulut, bibir kelamin, puting susu, atau kulit  Pemeriksaan IgE serum (bila diperlukan dan dapat dilakukan di
kepala. pelayanan primer)
b. Lesi berupa plak papular eritematosa, skuama, likenifikasi, kadang-  skin prick test/tes uji tusuk pada kasus dewasa.
kadang erosi dan eksudasi, terjadi hiperpigmentasi.
g. Diagnosis 1
- Berdasarkan Derajat Keparahan Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik harus
1. DA ringan : apabila mengenai < 10% luas permukaan kulit. terdiri dari 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor dari kriteria Williams
2. DA sedang : apabila mengenai 10-50% luas permukaan kulit. (1994) di bawah ini.
3. DA berat : apabila mengenai > 50% luas permukaan kulit.
- Kriteria mayor

e. Manifestasi Klinis 1. Pruritus


- Symptoms/Subjective (Hasil anamnesis)1 2. Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan anak
3. Dermatitis di fleksura pada dewasa
Pasien datang dengan keluhan gatal yang bervariasi lokasinya
4. Dermatitis kronis atau berulang
tergantung pada jenis dermatitis atopik (lihat klasifikasi).
5. Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya
- Kriteria Minor b. Fisura di belakang telinga
c. Skuama di scalp kronis
1. Xerosis
2. Infeksi kulit (khususnya oleh S. aureus atau virus herpes simpleks)
3. Iktiosis/ hiperliniar palmaris/ keratosis piliaris h. Diagnosis Banding 1
4. Pitriasis alba
- Dermatitis seboroik (terutama pada bayi)
5. Dermatitis di papilla mamae
- Dermatitis kontak
6. White dermogrhapism dan delayed blanch response - Dermatitis numularis
7. Kelilitis - Skabies
8. Lipatan infra orbital Dennie-Morgan - Iktiosis
9. Konjungtivitis berulang - Psoriasis (terutama di daerah palmoplantar)
10. Keratokonus - Sindrom Sezary
11. Katarak subskapsular anterior - Dermatitis herpetiformis
- Pada bayi, diagnosis banding, yaitu Sindrom imunodefisiensi
12. Orbita menjadi gelap
(misalnya sindrom Wiskott-Aldrich), Sindrom hiper IgE
13. Muka pucat atau eritem
14. Gatal bila berkeringat 1
i. Komplikasi
15. Intolerans terhadap wol atau pelarut lemak
16. Aksentuasi perifolikular - Infeksi sekunder
17. Hipersensitif terhadap makanan - Perluasan penyakit (eritroderma)
18. Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan atau
emosi j. Penatalaksanaan
19. Tes kulit alergi tipe dadakan positif Penatalaksanaan 1
20. Kadar IgE dalam serum meningkat 1. Penatalaksanaan dilakukan dengan modifikasi gaya hidup, yaitu:
21. Mulai muncul pada usia dini - Menemukan faktor risiko.
- Menghindari bahan-bahan yang bersifat iritan termasuk pakaian
seperti wol atau bahan sintetik.
Pada bayi, kriteria diagnosis dimodifikasi menjadi:
1. Tiga kriteria mayor berupa: - Memakai sabun dengan pH netral dan mengandung pelembab.
a. Riwayat atopi pada keluarga - Menjaga kebersihan bahan pakaian.
b. Dermatitis pada muka dan ekstensor - Menghindari pemakaian bahan kimia tambahan.
c. Pruritus - Membilas badan segera setelah selesai berenang untuk menghindari
kontak klorin yang terlalu lama.
2. Serta tiga kriteria minor berupa: - Menghindari stress psikis.
a. Xerosis/iktiosis/hiperliniaris palmaris, aksentuasi perifolikular - Menghindari bahan pakaian terlalu tebal, ketat, kotor.
- Pada bayi, menjaga kebersihan di daerah popok, iritasi oleh kencing tahun. Dermatitis numularis tidak biasa ditemukan pada anak, bila ada
atau feses, dan hindari pemakaian bahan-bahan medicatedbaby oil. timbulnya jarang pada usia sebelum satu tahun, umumnya kejadian
- Menghindari pembersih yang mengandung antibakteri karena meningkat seiring dengan meningkatnya usia.1
menginduksi resistensi.
c. Faktor Risiko 1
2. Untuk mengatasi keluhan, farmakoterapi diberikan dengan: - Pria, usia 55-65 tahun (pada wanita 15-25 tahun)
a. Topikal (2 kali sehari) - riwayat trauma fisis dan kimiawi (fenomena Kobner: gambaran lesi
- Pada lesi di kulit kepala, diberikan kortikosteroid topikal, seperti: yang mirip dengan lesi utama)
Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan - riwayat dermatitis kontak alergi
fluosinolon asetonidkrim 0,025%) selama maksimal 2 minggu. - riwayat dermatitis atopik pada kasus dermatitis numularis anak
- Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan - stress emosional
hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan betametason valerat krim
- minuman yang mengandung alkohol
0,1% atau mometason furoat krim 0,1%.
- lingkungan dengan kelembaban rendah
- Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian
- riwayat infeksi kulit sebelumnya
antibiotik topikal atau sistemik bila lesi meluas.

b. Oral sistemik
- Antihistamin sedatif:klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari selama
maksimal 2 minggu atau setirizin 1 x 10 mg per hari selama
maksimal 2 minggu.
- Antihistamin non sedatif: loratadin 1x10 mg per hari selama
maksimal 2 minggu.

5.3. DERMATITIS NUMULARIS (4A)


d. Diagnosis
a. Definisi
- Subjective (hasil anamnesis)
Dermatitis numularis adalah dermatitis berbentuk lesi mata uang (koin)
Bercak merah yang basah pada predileksi tertentu dan sangat gatal. Keluhan
atau lonjong, berbatas tegas, dengan efloresensi berupa papulovesikel,
hilang timbul dan sering kambuh.1
biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing/madidans).1
- Objective (PE)
b. Epidemiologi
Tanda patognomonis 1
Penyakit ini pada orang dewasa lebih sering terjadi pada pria daripada
1. Lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel (0,3 – 1 cm), berbentuk
wanita. Usia puncak awitan pada kedua jenis kelamin antara 55 dan 65 uang logam, eritematosa, sedikit edema, dan berbatas tegas.
tahun, pada wanita usia puncak terjadi juga pada usia 15 sampai 25
2. Tanda eksudasi karena vesikel mudah pecah, kemudian mengering b. Oral sistemik
menjadi krusta kekuningan. - Antihistamin sedatif:klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari selama
3. Jumlah lesi dapat satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral, maksimal 2 minggu atau setirizin 1 x 10 mg per hari selama
atau simetris, dengan ukuran yang bervariasi. maksimal 2 minggu.
- Antihistamin non sedatif: loratadin 1x10 mg per hari selama
Tempat predileksi terutama di tungkai bawah, badan, lengan, termasuk maksimal 2 minggu.
punggung tangan.
c. Jika ada infeksi bakteri dapat diberikan antibiotik topikal atau
1 antibiotik sistemik bila lesi luas
e. Diagnosis Banding
- Dermatitis kontak
- Dermatitis atopi 5.4. DERMATITIS SOLARIS
- Neurodermatitis sirkumskripta - Dermatitis yang mengenai bagian exposed area. Karena sinar
- Dermatomikosis matahari.
- Predilksi: wajah, ekstensor
f. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan 1 5.5. DERMATITIS STATIS


1. Pasien disarankan untuk menghindari faktor yang mungkin a. Definisi
memprovokasi seperti stres dan fokus infeksi di organ lain.
Dermatitis statis adalah dermatitis sekunder karena insufisinsi vena
2. Farmakoterapi yang dapat diberikan, yaitu:
a. Topikal (2 kali sehari) kronis (atau hipertensi vena) di tungkai bawah.3
- Kompres terbuka dengan larutan permanganas kalikus 1/10.000,
b. Etiologi
menggunakan 3 lapis kasa bersih, selama masing-masing 15-20
menit/kali kompres (untuk lesi madidans/basah) sampai lesi Penyebabnya adalah gangguan sistem katup pada insufisiensi vena
mengering.
kronis. Hal tersebut menyebabkan backflow darah dari vena profunda
- Kemudian terapi dilanjutkan dengan kortikosteroid topikal: Desonid
ke vena superficial. Selain itu, gangguan fungsi katup dapat disebabkan
krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan fluosinolon
asetonid krim 0,025%) selama maksimal 2 minggu. oleh usia, riwayat pembedahan atau trauma.5
- Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan c. Manifestasi Klinis5
hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan Betametason valerat
- Adanya pelebaran vena, varises, dan edema di tungkai bawah
krim 0,1% atau Mometason furoat krim 0,1%).
- Kulit merah kehitaman dan purpura
- Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian
- Kelainan mulai dari medial atau lateral tungkai bawah di atas
antibiotik topikal atau sistemik bila lesi meluas.
maleolus, meluas ke bawah lutut dan punggung kaki.
- Terdapat perubahan eksematisasi (eritema, skuama, gatal)
- Lesi kronis: fibrotik, tebal, meliputi tungkai sepertiga tungkai b. Etiologi
bawah, sehingga tampak seperti botol yang terbalik
(lipodermatosklerosis) Beberapa agen penyebab terlibat dalam patogenesis penyakit ini
diantaranya penggunaan kosmetik dan glukokortikoid.1
NOTE:
Penggunaan kortikosteroid merupakan penyebab utama penyakit ini
Prabowo Endropranoto, dr., SpKK., Finsdv.  Hemosiderin bisa pada anak-anak. Beberapa faktor lainnya yang juga diidentifikasai
mengendap sehingga muncul kebiruan (lividae). diantaranya infeksi, faktor hormonal, pemakaian pil kontrasepsi,
kehamilan, fluoride dalam pastagigi, dan sensitasi merkuri dari
d. Diagnosis Banding tambalan amalgam. Demodex folliculorum dianggap memainkan peran
 Dermatitis kontak , dermatitis numularis, dan penyakit penting dalam patogenesis dermatitis perioral terutama pada anak
schamberg.3 dengan imunokompromais.1

e. Komplikasi 3
- Ulkus di atas meleolus (ulkus venosum atau ulkus varikosum)
- Infeksi sekunder (selulitis)

f. Penatalaksanaan 3
- Untuk mengatasi edema, tungkai dinaikkan waktu tidur dan waktu
duduk 15-20 cm di atas permukaan jantung selama 30 menit,
lakukan 3-4 kali sehari.
- Bila malam hari, kaki tempat tidur dinaikan atau di ganjal setinggi c. Diagnosis
15-20 cm. - Subjective1
- Apabila sedang menjalankan aktivitas, memakai kaos kaki o Keluhan
penyangga varises atau pembalut elastis.
- Eksudat dikompres dan setelah kering diberi krim kortikosteroid Keluhan yang dirasakan pasien adalah gatal dan rasa panas disertai
potensi rendah sampai sedang. timbulnya lesi di sekitar mulut.
- Antibiotik sistemik diberikan untuk mengatasi infeksi sekunder.
o Faktor risiko

5.6. DERMATITIS PERIORAL (4A) 1. Pemakaian kortikosteroid topikal.


a. Definisi 2. Pemakaian kosmetik.
3. Pasien imunokompromais
Dermatitis perioral adalah erupsi eritematosa persisten yang terdiri dari
papul kecil dan papulo-pustul yang berlokasi di sekitar mulut.1
- Objective 1 5.7. LIKEN SIMPLEKS KRONIKUS/NEURODERMATITIS
SIRKUMSKRIPTA (3A)
Tanda patognomonis
a. Definisi
Erupsieritematosayang terdiri dari papul,papulopustul atau papulovesikel,
biasanya tidak lebih dari 2 mm. Lesi berlokasidi sekitar mulut, namun pada Liken simpleks kronik atau yang sering disebut juga dengan
anak lesi dapat meluas ke perinasal atau periorbita. neurodermatitis sirkumkripta adalah kelainan kulit berupa peradangan
kronis, sangat gatal berbentuk sirkumskrip dengan tanda berupa kulit
d. Diagnosis banding1
tebal dan menonjol menyerupai kulit batang kayu akibat garukan dan
Dermatitis kontak, Dermatitis seboroik, Rosasea, Akne, Lip-licking gosokan yang berulang-ulang.1
cheilitis, Histiocytosis , Sarkoidosis.
b. Epidemiologi
1
e. Penatalaksanaan
Prevalensi tertinggi penyakit ini pada orangyang berusia 30-50 tahun
Dalam kasus resisten, dermatitis perioral membutuhkanfarmakoterapi, dan lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.1
seperti:
1. Topikal
a. Metronidazol krim atau emulsi 0,75%-1%, dua kali sehari (satu kali
sehari pada anak) selama 8 minggu.
b. Klindamisin krim 1%, satu atau dua kali sehari
c. Eritromisin krim 2-3% satu atau dua kali sehari
d. Asam azelaik krim 20% atau gel 15%, dua kali sehari
e. Adapalene gel 0,1%, sekali sehari selama 4 minggu

2. Sistemik c. Diagnosis
a. Tetrasiklin 250-500 mg, dua kali sehari selama 3 minggu. Jangan - Subjective (hasil anamnesis)
diberikan pada pasien sebelum usia pubertas.
b. Doksisiklin 100 mg per hari selama 3 minggu. Jangan diberikan Pasien datang dengan keluhan gatal sekali pada kulit, tidak terus
pada pasien sebelum usia pubertas. menerus, namun dirasakan terutama malam hari atau waktu tidak sibuk.
c. Minosiklin 100 mg per hari selama 4 minggu. Jangan diberikan pada Bila terasa gatal, sulit ditahan bahkan hingga harus digaruk sampai luka
pasien sebelum usia pubertas. baru gatal hilang untuk sementara.1
d. Eritromisin 250 mg, dua kali sehari selama 4-6 minggu
e. Azytromisin 500 mg per hari, 3 hari berturut-turut per minggu - Objective (PE)
selama 4 minggu.
Tanda Patognomonis 1
1. Lesi biasanya tunggal, namun dapat lebih dari satu.
2. Dapat terletak dimana saja yang mudah dicapai tangan. Biasanya 5.8. NAPKIN ECZEMA/NAPKIN DERMATITIS/DERMATITIS
terdapat di daerah tengkuk, sisi leher, tungkai bawah, pergelangan POPOK (4A)
kaki, kulit kepala, paha bagian medial, lengan bagian ekstensor, a. Definisi
skrotum dan vulva.
3. Awalnya lesi berupa eritema dan edema atau kelompok papul, Napkin eczema sering disebut juga dengan dermatitis popok atau diaper
kemudian karena garukan berulang, bagian tengah menebal, kering, rash adalah dermatitis di daerah genito-krural sesuai dengan tempat kontak
berskuama serta pinggirnya mengalami hiperpigmentasi. Bentuk popok.1
umumnya lonjong, mulai dari lentikular sampai plakat.
Dermatitis ini merupakan salah satu dermatitis kontak iritan akibat isi
Catatan: napkin (popok).1
dr. Widiati, Sp.KK  Lesi khas untuk neurodermatitis adalah
lichenification. Biasanya karena garukan kronik.

d. Diagnosis Banding1
- Dermatitis atopik
- Dermatitis kontak
- Liken planus
- Dermatitis numularis

e. Penatalaksanaan
b. Faktor risiko1
Penatalaksanaan 1
1. Pasien disarankan agar tidak terus menerus menggaruk lesi saat 1. Popok jarang diganti.
gatal, serta mungkin perlu dilakukan konsultasi dengan psikiatri. 2. Kulit bayi yang kering sebelum dipasang popok.
2. Prinsip pengobatan yaitu mengupayakan agar penderita tidak terus 3. Riwayat atopi diri dan keluarga.
menggaruk karena gatal, dengan pemberian: 4. Riwayat alergi terhadap bahan plastik dan kertas.
a. Antipruritus: antihistamin dengan efek sedatif, seperti hidroksisin
10-50 mg setiap 4 jam, difenhidramin 25-50 mg setiap 4-6 jam
(maksimal 300 mg/hari), atau klorfeniramin maleat (CTM) 4 mg c. Diagnosis
setiap 4-6 jam (maksimal 24 mg/hari). - Subjective
b. Glukokortikoid topikal, antara lain: betametason dipropionat
salep/krim 0,05% 1-3 kali sehari, metilprednisolon aseponat Pasien datang dengan keluhan gatal dan bercak merah berbatas tegas
salep/krim 0,1% 1-2 kali sehari, atau mometason furoat salep/krim mengikuti bentuk popok yang berkontak, kadang-kadang basah dan
0,1% 1 kali sehari. Glukokortikoid dapat dikombinasi dengan tar membentuk luka.1
untuk efek antiinflamasi.
- Objective a. Bila ringan: krim/salep bersifat protektif (zinc oxide/pantenol)
dipakai 2 kali sehari selama 1 minggu atau kortikosteroid potensi
Tanda patognomonis 1 lemah (hidrokortison salep 1-2,5%) dipakai 2 kali sehari selama 3-7
1. Makula eritematosa berbatas agak tegas (bentuk mengikuti bentuk hari.
popok yang berkontak) b. Bila terinfeksi kandida: berikan antifungal nistatin sistemik 1 kali
2. Papul sehari selama 7 hari atau derivat azol topikal dikombinasi dengan
3. Vesikel zinc oxide diberikan 2 kali sehari selama 7 hari.
4. Erosi
5. Ekskoriasi
6. LESI ERITRO-SQUAMOSA
6. Infiltran dan ulkus bila parah
6.1. PSORIASIS VULGARIS (3A)
7. Plak eritematosa (merah cerah), membasah, kadang pustul, lesi
a. Definisi
satelit (bila terinfeksi jamur).
Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit kronik dengan dasar genetika
d. Pemeriksaan Penunjang yang kuat dengan karakteristik perubahan pertumbuhan dan diferensiasi sel
 Bila diduga terinfeksi jamur kandida, perlu dilakukan epidermis disertai manifestasi vaskuler, juga diduga adanya pengaruh
pemeriksaan KOH atau Gram dari kelainan kulit yang basah.1 sistem saraf.2

b. Etiologi
e. Diagnosis Banding1 - Penyebab masih belum diketahui
1. Penyakit Letterer-Siwe - Genetik
2. Akrodermatitis enteropatika - Autoimun
3. Psoriasis infersa
4. Eritrasma c. Faktor Pencetus

Faktor kimiawi, mekanik, termal melalui mekanisme Koebner:


f. Penatalaksanaan - Garukan
- Aberasi superficial
Penatalaksanaan 1 - Reaksi fototoksik
1. Untuk mengurangi gejala dan mencegah bertambah beratnya lesi, - Pembedahan
perlu dilakukan hal berikut:
a. Ganti popok bayi lebih sering, gunakan pelembab sebelum
memakaikan popok bayi. Faktor Psikis:
b. Dianjurkan pemakaian popok sekali pakai jenis highly absorbent. - ketegangan emosional
2. Prinsip pemberian farmakoterapi yaitu untuk menekan inflamasi dan - Stress
mengatasi infeksi kandida.
Obat-obatan:
- Beta blocker - Besar kelainan bervariasi, lentikular, numular atau plakat, dapat
- Angiotensin-converting enzyme inhibitors berkonfluensi.
- Antimalaria
- Litium
- NSAID
- Gembfibrosil
- Beberapa antibiotik

d. Klasifikasi
- Nonpustular Psoriasis
o Psoriasis Vulgaris
o Psoriasis Gutata
o Psoriasis inversa (psoriasis fleksural)
o Psoriasis erythroderma
f. Diagnosis
- Pustular Psoriasis - Anamnesis
o Psoriasis Pustulosa generalisata (Von Zumbusch) o Gatal pada kulit
o Psoriasis Pustulosa palmoplantar (Barber) o psoriasis gutata dapat didahului dengan infeksi streptokokus
o Psoriasis Pustulosa annular type pada saluran nafas
o riwayat penyakit kulit dan riwayat penyakit keluarga.
e. Gejala Klinis - Pemeriksaan Fisik
- gatal ringan. Gambaran Lesi
- Tempat predileksi:
o Scalp - Plak merah
o perbatasan scalp dengan wajah - Berbatas tegas
o ektrimitas bagian ekstensor terutama siku dan lutut - Skuama putih diatasnya
o daerah lumbosakral - Fenomena tetesan lilin/kaarvetsvlek phenomen (+)
- Kelainan kulit Skuama psoriasis umumnya tebal, berlapis, kering, putih bening,
o Plak eritem transparan serupa mika. Bila pada lesi digores dengan benda
o Berbatas tegas berujung agak tajam (ujung kuku, punggung scalpel, atau pensil)
o Skuama putih diatasnya maka bagian yang bening tersebut akan tampak lebih putih daripada
sekitarnya, tidak transparan lagi, dan berbentuk linier sesuai - Onychodystrophy (leukonychia, crumbling nail, and red spots/oil
goresan.2 drop spotting)

- Fenomena Auspitz (+)

Fenomena tersebut membuktikan adanya papilomatosis dan


akantosis yang menjulang sampai ujung papila dermis dan
- Pemeriksaan Penunjang
menyentuh lapisan bawah stratum korneum. Akibatnya, bila skuama
o serum albumin.
psoriasis dikerik lembar demi lembar maka satu saat akan sampai ke
o Serum uric acid
bagian papilla dermis tersebut, sehingga secara klinis akan tampak
o Pemeriksaan ASTO
titi-titi perdarahan.2
o Histopatologi
- Fenomena Kobner (fenomena isomorfik)
Parakeratosis
Di area yang tidak ada lesi dilakukan goresan atau digaruk berulang-
ulang maka setelah kurang lebih 3 mingg (atau lebih), di tempat  acanthosis (penebalan epidermis) dengan spongiosis dan prominent rete
goresan atau garukan tersebut akan muncul lesi serupa dengan lesi ridges ("test tubes in a rack.")
asal.2
Pathognomonis
Nails:
 Microabscess Munro : clusters of inflammatory and debris cells di
- Pitting nails daerah parakeratosis
Gangguan keratinisasi di kuku menyebabkan permukaan kuku tidak
rata dan terbentuk sumur-sumur (lubang-lubang di permukaan kuku) Terdapat papilomatosis dan vasodilatasi pembuluh darah di subepidermis.
yang dapat dilihat dengan mata kasat.2 g. Diagnosis Banding
- Dermatofitosis
Pada stadium penyembuhan terdapat eritema yang hanya dipinggir, hingga  Kortikosteroid topical memberikan hasil yang baik. Potensi dan
menyerupai dermatofitosis. Perbedaannya ialah keluhan pada dermatofitosis vehikulum bergantung pada lokasiny
gatal sekali dan pada sediaan langsung ditemukan jamur.  Pada skalp, muka dan daerah lipatan digunakan krim
 Ditempat lain digunakan salap.
- Dermatitis seboroik
 Pada daerah muka, lipatan dan genitalia eksterna dipilih potensi
berbeda dengan psoriasis karena skuamanya berminyak dan kekuningan dan sedang
bertempat predileksi pada tempat seboroik.  Bila diberikan potensi yang kuat pada muka dapat memberikan
efek samping diantaranya teleangiektasis, sedangkan dilipatan
- Sifilis psoriasiformis berupa striae atrofikans.
Sifilis stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis
psoriasiformis. Penyakit tersebut sekarang jarang terdapat, perbedaannya o Ditranol (atralin)
pada sifilis terdapat senggama tersangka (coitus suspectus), pembesaran • Obat ini dapat dikatakan efektif, namun kekurangannya adalah
KGB menyeluruh, dan tes serologik untuk sifilis (TSS) positif. dapat mewarnai kulit dan pakaian.
• Konsentrasi yang digunakan biasanya 0,2-0,8 % dalam pasta,
h. Komplikasi salep, atau krim
• Lama pemakaian hanya ¼ - ½ jam sehari sekali untuk mencegah
- Morbidity and mortality from cardiovascular events,
iritasi.
- increased relative risk of Hodgkin lymphoma
• Penyembuhan dalam 3 minggu
- psychological stress  depression and anxiety
- Psoriatic arthritis
o Calcipotriol

i. Penatalaksanaan o Tazaroten
- Topical • Obat ini merupakan molekul retinoid asetilinik topikal, efeknya
menghambat proliferasi.
o Preparat ter • Tersedia dalam bentuk gel dan krim dengan konsentras 0,05%
• preparat ter dibagi menjadi 3, yakni yang berasal dari: dan 0,1%
• Fosil, misalnya iktiol • Bila dikombinasikan dengan steroid topikal potensi sedang dan
• Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski kuat akan mempercepat peneyembuhan dan mengurangi iritasi.
• Batu bara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens • Efek sampingnya ialah iritasi berupa gatal, rasa terbakar, dan
• Konsentrasi yang biasa digunakan 2-5%, dimulai dengan eritema pada 30% kasus.
konsentrasi rendah

o Kortikosteroid
- Fototerapi o Etretinat dan Asitretin

o Ultraviolet B light Catatan:


o Psoralen dan Ultraviolet A light (PUVA)
o Excirem Drug of Choice untuk Psoriasis adalah Metotreksat (MTX)

j. Prognosis
- Systemic
Psoriasis tidak menyebabkan kematian, namun bersifat kronis dan residif.
o Kortikosteroid ??
o Obat sitostatik
- Obat sitostatik yang biasa digunakan ialah metotreksat. 6.2. DERMATITIS SEBOROIK (4A)
- Mula-mula diberikan tes dosis inisial 5 mg per oral untuk a. Definisi
mengetahui, apakah ada gejala sensitivitas atau gejala toksik. Dermatitis seboroik (DS) merupakan istilah yang digunakan untuk
- Jika tidak, diberikan dosis 3 x 2,5 mg dengan interval 12 jam segolongan kelainan kulit yang didasari oleh faktor konstitusi (predileksi di
dalam seminggu dengan dosis total 7,5 mg. tempat-tempat kelenjar sebum). Dermatitis seboroik berhubungan erat
- Jika tidak tampak perbaikan dosis dinaikkan 2,5-5mg per minggu. dengan keaktifan glandula sebasea.1
- Biasanya dengan dosis 3x2,5 mg per minggu telah tampak
perbaikan. b. Faktor risiko
- Kontraindikasi jika:
Genetik, faktor kelelahan, stres emosional , infeksi, defisiensi imun, jenis
- kelainan fungsi hati,
kelamin pria lebih sering daripada wanita, usia bayi bulan 1 dan usia 18-40
- ginjal,
tahun, kurang tidur.1
- kehamilan
- penyakit infeksi aktif (misalnya tuberkulosis) c. Diagnosis
- ulkus peptikum - Subjective1

o DDS (diaminodifenilsulfon) Pasien datang dengan keluhan munculnya bercak merah dan kulit kasar.
- Dipakai untuk psoriasis pustulosa tipe Barber dengan dosis 2 Kelainan awal hanya berupa ketombe ringan pada kulit kepala (pitiriasis
x 100 mg sehari. sika) sampai keluhan lanjut berupa keropeng yang berbau tidak sedap dan
- Efek sampingnya ialah anemia hemolitik, terasa gatal.
methemoglobinemia dan agranulositosis.

o Siklosporin
o Levodopa
1. Pasien diminta untuk memperhatikan faktor predisposisi terjadinya
keluhan, misalnya stres emosional dan kurang tidur. Diet juga
disarankan untuk mengkonsumsi makanan rendah lemak.
2. Farmakoterapi dilakukan dengan:
a. Topikal
Bayi:
- Pada lesi di kulit kepala bayi diberikan asam salisilat 3% dalam
minyak kelapa atau vehikulum yang larut air atau kompres minyak
kelapa hangat 1 kali sehari selama beberapa hari.
- Objective 1
- Dilanjutkan dengan krim hidrokortison 1% atau lotion selama
Tanda patognomonis beberapa hari.
1. Papul sampai plak eritema - Selama pengobatan, rambut tetap dicuci.
2. Skuama berminyak agak kekuningan
3. Berbatas tidak tegas Dewasa:
Lokasi predileksi - Pada lesi di kulit kepala, diberikan shampo selenium sulfida 1,8 atau
Kulit kepala, glabela, belakang telinga, belakang leher, alis mata, shampo ketokonazol 2%, zink pirition (shampo anti ketombe), atau
pemakaian preparat ter (liquor carbonis detergent) 2-5 % dalam
kelopak mata, liang telinga luar, lipat naso labial, sternal, areola bentuk salep dengan frekuensi 2-3 kali seminggu selama 5-15 menit
mammae, lipatan bawah mammae pada wanita, interskapular, per hari.
umbilikus, lipat paha, daerah angogenital. - Pada lesi di badan diberikan kortikosteroid topikal: Desonid krim
0,05% (catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan fluosinolon
Bentuk klinis lain asetonid krim 0,025%) selama maksimal 2 minggu.
Lesi berat: seluruh kepala tertutup oleh krusta, kotor, dan berbau (cradle - Pada kasus dengan manifestasi dengan inflamasi yang lebih berat
cap). diberikan kortikosteroid kuat misalnya betametason valerat krim
0,1%.
d. Diagnosis Banding - Pada kasus dengan infeksi jamur, perlu dipertimbangkan pemberian
ketokonazol krim 2%.
Psoriasis (skuamanya berlapis-lapis, tanda Auspitz, skuama tebal seperti
mika), Kandidosis (pada lipat paha dan perineal, eritema bewarna merah b. Oral sistemik
cerah berbatas tegas dengan lesi satelit disekitarnya), Otomikosis, Otitis - Antihistamin sedatif yaitu: klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari
eksterna.1 selama 2 minggu, setirizin 1 x 10 mg per hari selama 2 minggu.
- Antihistamin non sedatif yaitu: loratadin 1x10 mg selama maksimal
e. Penatalaksanaan 2 minggu.

Penatalaksanaan 1
6.3. PITIRIASIS ROSEA (4A) - Objective1
a. Etiologi
Gejala konstitusi pada umumnya tidak terdapat, sebagian penderita
Penyakit ini belum diketahui sebabnya, dimulai dengan sebuah lesi inisial mengeluh gatal ringan. Penyakit dimulai dengan lesi pertama (herald
berbentuk eritema dan skuama halus (mother patch), kemudian disusul oleh patch), umumnya di badan, soliter, berbentuk oval, dan anular, diameternya
lesi-lesi yang lebih kecil di badan, lengan dan paha atas, yang tersusun sekitar 3 cm. Lesi terdiri atas eritema dan skuama halus di atasnya.
sesuai dengan lipatan kulit. Penyakit ini biasanya sembuh dalam waktu 3-8 Lamanya beberapa hari sampai dengan beberapa minggu. Lesi berikutnya
minggu1 timbul 4-10 hari setelah lesi pertama dengan gambaran serupa dengan lesi
pertama, namun lebih kecil, susunannya sejajar dengan tulang iga, sehingga
menyerupai pohon cemara terbalik. Tempat predileksi yang sering adalah
pada badan, lengan atas bagian proksimal dan paha atas.

d. Diagnosis Banding

Tinea korporis, Erupsi obat.1

e. Penatalaksanaan

Pengobatan bersifat simptomatik, misalnya untuk gatal diberikan


antipruritus seperti bedak asam salisilat 1-2% atau mentol 0,25-0,5%.1

7. KELAINAN KELENJAR SEBASEA DAN EKRIN


7.1. AKNE VULGARIS RINGAN (4A)
a. Definisi
b. Epidemiologi
Akne vulgaris adalah penyakit peradangan kronis dari folikel pilosebasea
Pitiriasis rosea didapati pada semua usia, terutama antara 15-40 tahun,
yang diinduksi dengan peningkatan produksi sebum, perubahan pola
dengan rasio pria dan wanita sama besar.1
keratinisasi, peradangan, dan kolonisasi dari bakteri Propionibacterium
c. Diagnosis acnes.1
- Subjective
b. Epidemiologi
Pasien datang dengan keluhan lesi kemerahan yang awalnya satu kemudian
Sinonim untuk penyakit ini adalah jerawat. Umumnya insidens terjadi pada
diikuti dengan lesi yang lebih kecil yang menyerupai pohon cemara
wanitausia 14-17 tahun, pria 16-19 tahun lesi yang utama adalah komedo
terbalik. Lesi ini kadang-kadang dikeluhkan terasa gatal ringan.1
dan papul dan dapat dijumpai pula lesi beradang. Pada anak wanita,akne
vulgaris dapat terjadi pada premenarke. Setelah masa remaja kelainan ini c. Faktor risiko
berangsur berkurang, namun kadang-kadang menetap sampai dekade ketiga
terutama pada wanita. Ras oriental (Jepang, Cina, Korea) lebih jarang Usia remaja, stress emosional, siklus menstruasi, merokok, ras, riwayat
menderita akne vulgaris dibandingkan dengan ras kaukasia (Eropa, aknedalam keluarga, banyak makan makanan berlemak dan tinggi
Amerika).1 karbohidrat.1

d. Klasifikasi 1

Gradasi yang menunjukan berat ringannya penyakit diperlukan bagi pilihan


pengobatan. Gradasi akne vulgaris adalah sebagai berikut:
1. Ringan, bila:
a. Beberapa lesi tak beradang pada satu predileksi
b. Sedikit lesi tak beradang pada beberapa tempat predileksi
c. Sedikit lesi beradang pada satu predileksi
2. Sedang, bila:
a. Banyak lesi tak beradang pada satu predileksi
b. Beberapa lesi tak beradang pada lebih dari satu predileksi
c. Beberapa lesi beradang ada satu predileksi
d. Sedikit lesi beradang pada lebih dari satu predileksi
3. Berat, bila:
a. Banyak lesi tak beradang pada lebih dari satu predileksi
b. Banyak lesi beradang pada satu atau lebih predileksi

Keterangan:
Sedikit bila kurang dari 5, beberapa bila 5-10, banyak bila lebih dari 10 lesi
Tak beradang : komedo putih, komedo hitam, papul
Beradang : pustul, nodus, kista
Pada pemeriksaan ekskohleasi sebum, yaitu pengeluaran sumbatan
sebum dengan komedo ekstraktor (sendok Unna) ditemukan sebum
yang menyumbat folikel tampak sebagai massa padat seperti lilin atau
massa lebih lunak seperti nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam.
e. Diagnosis1 b. Melakukan perawatan kulit dengan membersihkan permukaan
- Subjective kulit.
2. Menghindari terjadinya faktor pemicu terjadinya akne, misalnya :
Keluhan berupa erupsi kulit polimorfi di lokasi predileksi, disertai rasa
nyeri atau gatal namun masalah estetika umumnya merupakan keluhan a. Hidup teratur dan sehat, cukup istirahat, olahraga, sesuai kondisi
utama. tubuh, hindari stress.
- Objective b. Penggunaan kosmetika secukupnya, baik banyaknya maupun
lamanya.
Tanda patognomonis
Komedo berupa papul miliar yang ditengahnya mengandung sumbatan c. Menjauhi terpacunya kelenjar minyak, misalnya minuman keras,
makanan pedas, rokok, lingkungan yang tidak sehat dan
sebum, bila berwarna hitam disebut komedo hitam (black comedo, open
sebagainya.
comedo) dan bila berwarna putih disebut komedo putih atau komedo
d. Menghindari polusi debu, pemencetan lesi yang tidak lege artis,
tertutup (white comedo, close comedo). Erupsi kulit polimorfi dengan yang dapat memperberat erupsi yang telah terjadi.
gejala predominan salah satunya, komedo, papul yang tidak beradang
dan pustul, nodus dan kista yang beradang.
Pengobatan akne vulgaris ringan dapat dilakukan dengan memberikan
Tempat predileksi adalah di muka, bahu, dada bagian atas, dan punggung farmakoterapi seperti :
bagian atas. Lokasi kulit lain misalnya di leher, lengan atas, dan kadang- 1. Topikal
kadang glutea. Pengobatan topikal dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo,
menekan peradangan dan mempercepat penyembuhan lesi. Obat topikal
terdiri dari :
f. Diagnosis Banding1 a. Retinoid
Retinoidtopikal merupakan obat andalan untuk
Erupsi akneiformis, Akne venenata, Rosasea, Dermatitis perioral pengobatanjerawatkarena dapat menghilangkan komedo, mengurangi
g. Penatalaksanaan 1 pembentukan mikrokomedo, dan adanya efek antiinflamasi.
Kontraindikasi obat ini yaitu pada wanita hamil, danwanita usia subur
Penatalaksanaan meliputi usaha untuk mencegah terjadinya erupsi harus menggunakan kontrasepsi yang efektif. Kombinasi retinoid
(preventif) dan usaha untuk menghilangkan jerawat yang terjadi (kuratif). topikal dan antibiotik topikal (klindamisin) atau benzoil peroksida lebih
ampuh mengurangi jumlah inflamasi dan lesi non-inflamasi
Pencegahan yang dapat dilakukan :
1. Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipid sebum dan dibandingkan dengan retinoidmonoterapi. Pasien yang memakai
perubahan isi sebum dengan cara : kombinasi terapi juga menunjukkan tanda-tanda perbaikan yang lebih
a. Diet rendah lemak dan karbohidrat. Meskipun hal ini cepat.
diperdebatkan efektivitasnya, namun bila pada anamnesis
menunjang, hal ini dapat dilakukan.
b. Bahan iritan yang dapat mengelupas kulit (peeling), misalnya sulfur
(4-8%), resorsinol (1-5%), asam salisilat (2-5%), peroksida benzoil
(2,5-10%), asam vitamin A (0,025-0,1%), asam azelat (15-20%) b. Epidemiologi
atau asam alfa hidroksi (AHA) misalnya asma glikolat (3-8%). Efek
samping obat iritan dapat dikurangi dengan cara pemakaian berhati- Penyakit ini terdapat pada usia pubertas sampai usia dewasa muda.
hati dimulai dengan konsentrasi yang paling rendah. Prevalensi keseluruhan adalah sekitar 1%. Rasio wanita terhadap pria
c. Antibiotik topikal: oksitetrasiklin 1%, eritromisin 1%, klindamisin adalah 3:1. Dari beberapa penelitian epidemiologi diketahui bahwa
fosfat 1%. sepertiga pasien hidradenitis supuratif memiliki kerabat dengan hidradenitis.
Merokok dan obesitas merupakan faktor risiko untuk penyakit ini. Penyakit
d. Antiperadangan topikal: hidrokortison 1-2,5%.
ini juga sering didahului oleh trauma atau mikrotrauma, misalnya banyak
keringat, pemakaian deodorant atau rambut ketiak digunting.1
2. Sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk menekan aktivitas jasad renik c. Etiologi
disamping juga mengurangi reaksi radang, menekan produksi sebum.
Dapat diberikan antibakteri sistemik, misalnya tetrasiklin 250 mg- Beberapa bakteri telah diidentifikasi dalam kultur yang diambil dari lesi
1g/hari, eritromisin 4x250 mg/hari. hidradenitis supuratif, diantaranya adalah Streptococcusviridans,
Staphylococcus aureus, bakteri anaerob (Peptostreptococcus spesies,
Bacteroi desmelanino genicus, dan Bacteroides corrodens), Coryne
formbacteria, dan batang Gram-negatif.1
7.2. HIDRADENITIS SUPURATIF (4A)
a. Definisi d. Faktor risiko
Hidradenitis supuratif atau disebut juga akne inversa adalah peradangan Merokok, obesitas, banyak berkeringat, pemakaian deodorant, menggunting
kronis dan supuratif pada kelenjar apokrin.1 rambut ketiak.1

e. Klasifikasi 1

Ada dua sistem klasifikasi untuk menentukan keparahan hidradenitis


supuratif, yaitu dengan sistem klasifikasi Hurley dan Sartorius.
1. Hurley mengklasifikasikan pasien menjadi tiga kelompok
berdasarkan adanya dan luasnyajaringan parutdan sinus.
a. TahapI : lesi soliter atau multipel, ditandai dengan pembentukan
abses tanpa saluran sinus atau jaringan parut.
b. Tahap II :lesisingle atau multipel dengan abses berulang,
ditandai dengan pembentukan saluran sinus dan jaringan parut.
c. TahapIII: tahap yang palingparah, beberapa saluran saling
berhubungan dan abses melibatkan seluruh daerah
anatomi(misalnya ketiak atau pangkal paha).
2. Skor Sartorius. Skor didapatkan dengan menghitung jumlah lesi sehari menunjukkan hasil pengobatan yang menjanjikan. Dapsondengan
kulit dan tingkat keterlibata ndi setiap lokasi anatomi. Lesi yang dosis50-150mg/hari sebagaimonoterapi, eritromisin atau tetrasiklin 250-500
lebih parah seperti fistula diberikan skor yang lebih tinggi dari pada mg 4xsehari, doksisilin 100 mg 2xsehari selama 7-14 hari.
lesi ringan seperti abses. Sko rdari semua lokasi anatomi b. Kortikosteroid sistemik
ditambahkan untuk mendapatkan skor total. Kortikosteroid sistemik misalnya triamsinolon, prednisolon atau prednison.

2. Jika telah terbentuk abses, dilakukan insisi.


f. Diagnosis1
- Subjective 7.3. MILIARIA (4A)
a. Definisi
Keluhan awal yang dirasakan pasien adalah gatal, eritema, dan hiperhidrosis
lokal. Tanpa pengobatan penyakit ini dapat berkembang dan pasien Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi keringat yang ditandai oleh
merasakan nyeri di lesi. adanya vesikel milier. Sinonim untuk penyakit ini adalah biang keringat,
keringat buntet, liken tropikus, prickle heat.1
- Objective
b. Faktor risiko1
Ruam berupa nodus dengan tanda-tanda peradangan akut, kemudian dapat
melunak menjadi abses, dan memecah membentuk fistula dan disebut 1. Tinggal di lingkungan tropis, panas, kelembaban yang tinggi.
hidradenitis supuratif. Pada yang menahun dapat terbentuk abses, fistel, dan
2. Pemakaian baju terlalu ketat.
sinus yang multipel. Terdapat leukositosis.

c. Klasifikasi
Lokasi predileksi di aksila, lipat paha, gluteal, perineum dan daerah
payudara. Meskipun penyakit ini di aksila seringkali ringan, di perianal Klasifikasi miliaria : 1
sering progresif dan berulang. 1. Miliaria kristalina
a. Terdiri atas vesikel miliar (1-2 mm), sub korneal tanpa tanda
g. Diagnosis Banding1 inflamasi, mudah pecah dengan garukan, dan deskuamasi dalam
beberapa hari.
Furunkel, karbunkel, kista epidermoid atau kista dermoid , Erisipelas,
b. Predileksi pada badan yang tertutup pakaian.
Granuloma inguinal, Lymphogranuloma venereum, Skrofuloderma
c. Gejala subjektif ringan dan tidak memerlukan pengobatan.
h. Penatalaksanaan
2. Milaria rubra
Penatalaksanaan 1 a. Jenis tersering, terdiri atas vesikel miliar atau papulo vesikel di
1. Pengobatan oral: atas dasar eritematosa sekitar lubang keringat, tersebar diskret.
a. Antibiotik sistemik b. Gejala subjektif gatal dan pedih pada di daerah predileksi
Antibiotik sistemik misalnya dengan kombinasi rifampisin600mg
sehari(dalam dosis tunggalataudosis terbagi) danklindamisin300mgdua kali
3. Miliaria profunda a. Topikal
a. Merupakan kelanjutan miliaria rubra, berbentuk papul putih - Bedak kocok: likuor faberi atau bedak kocok yang mengandung
keras berukuran 1-3 mm, mirip folikulitis, dapat disertai pustul. kalamin dan antipruritus lain (mentol dan kamfora) diberikan 2 kali
b. Predileksi pada badan dan ekstremitas. sehari selama 1 minggu.
- Lanolin topikal atau bedak salisil 2% dibubuhi mentol ¼-2%
4. Miliaria pustulosa sekaligus diberikan 2 kali sehari selama 1 minggu. Terapi berfungsi
Berasal dari miliaria rubra, dimana vesikelnya berubah menjadi sebagai antipruritus untuk menghilangkan dan mencegah timbulnya
pustul. miliaria profunda.
b. Sistemik (bila gatal dan bila diperlukan)
d. Diagnosis1 - Antihistamin sedatif: klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari selama
- Subjective 7 hari atau setirizin 1 x 10 mg per hari selama 7 hari
- Antihistamin non sedatif: loratadin 1 x 10 mg per hari selama 7 hari.
Keluhan yang dirasakan adalah gatal yang disertai timbulnya vesikel atau
bintil, terutama muncul saat berkeringat, pada lokasi predileksi, kecuali
pada miliaria profunda.
8. PENYAKIT VESIKOBULOSA
- Objective
8.1. TOXIC EPIDERMAL NECROLYSIS (3B)
Tanda patognomonis a. Definisi
Tergantung pada jenis atau klasifikasi miliaria.
Ialah penyakit berat, gejala kulit yang penting ialha epidermolisis
1
e. Diagnosis Banding generalisata, dapat disertai kelainan pada selaput lendir di orifisium dan
mata.
Campak / morbili, Folikulitis, Varisela, Kandidiasis kutis, Erupsi obat
morbiliformis b. Etiologi

f. Penatalaksanaan Etiologi sama dengan sindrom steven-johnson. Penyebab utama laergi obat.

Penatalaksanaan 1 c. Gejala klinis


Prinsipnya adalah mengurangi pruritus, menekan inflamasi, dan membuka
retensi keringat. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah: Merupakan penyakit berat dan sering menyebabkan kematian karena
1. Melakukan modifikasi gaya hidup, yaitu: gangguan keseimbangan cairan/electrolit atau karena sepsis.
a. Memakai pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat.
Penyakit mulai secara akut dengan gejala prodormal. Pasien tampak sakit
b. Menghindari panas dan kelembaban yang berlebihan
berat dengan demam tinggi, kesadaran menurun (soporo-komatous).
c. Menjaga kebersihan kulit
Kalinan kulit dimulai dengan eritem generalisata kemudian timbul banyak
d. Mengusahakan ventilasi yang baik
vesikel dan bula, dapat pula disertai purpura. Lesi pada kulit dapat disertai
2. Memberikan farmakoterapi, seperti:
lesi pada bibir dan selaput lendir mulut berupa erosi, ekskoriasi, dan - Subjective
perdarahan sehingga terbentuk krusta berwarna merah hitam pada bibir.
Keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat. Pada fase akut dapat
Pada TEN yang penting ialah terjadinya epidemolysis yaitu epidermis disertai gejala prodromal berupa:demam tinggi, malaise, nyeri kepala,
terlepas dari dasarnya yang kemudian menyeluruh. Adanya epidermolisis batuk, pilek, nyeri tenggorokan, arthralgia. Gejala prodromal selanjutnya
menyebabkan tanda nikolskiy positif pada kulit yang eritematosa, yaitu akan berkembang ke arah manifestasi mukokutaneus.
kulit ditekan dan digeser maka kulit akan terkelupas.
- Objective

SSJ memiliki trias kelainan berupa:


8.2. SINDROM STEVENS-JOHNSON (3B)
1. Kelainan kulit
a. Definisi1 Dapat berupa eritema, papul, purpura, vesikel dan bula yang
memecah kemudian terjadi erosi luas. Lesi yang spesifik berupa lesi
Sindrom Stevens-Johnson (SSJ) merupakan sindrom yang mengenai kulit,
target. Pada SSJ berat maka kelainannya generalisata.
selaput lendir di orifisium, dan mata dengan keadaan umum yang bervariasi Ciri khas lesi di kulit adalah:
dari ringan hingga berat. a. ruam diawali dengan bentuk makula yang berubah menjadi
papul, vesikel, bula, plakurtikaria atau eritema konfluens
SSJ merupakan bentuk minor dari toxic epidermal necrolysis (TEN) dengan b. tanda patognomoniknya adalah lesi target
pengelupasan kulit kurang dari 10% luas permukaan tubuh. c. berbeda dengan lesi eritema multiform, lesi SSJ hanya memiliki
2 zona warna, yaitubagian tengah dapat berupa vesikel, purpura
b. Etiologi1 atau nekrotik yang dikelilingi oleh tepiberbentuk makular
eritema.
Insiden sindrom ini semakin meningkat karena salah satu penyebabnya
d. lesi yang menjadi bula akan pecah menimbulkan kulit yang
adalah alergi obat. terbuka yang akan rentanterinfeksi
e. lesi urtikaria tidak gatal
c. Faktor Risiko1
2. Kelainan selaput lendir di orifisium.: tersering adalah pada mulut
1. Mengkonsumsi obat-obatan yang dicurigai dapat mengakibatkan (90-100%), genitalia (50%), lubang hidung (8%) dan anus (4%).
SSJ. Beberapa obat yang yang berisiko tinggi dapat menyebabkan Kelainan berupa vesikel dan bula yang pecah dan mengakibatkan
terjadinya SSJ antara lain allopurinol, trimethoprim- erosi, ekskoriasi, dan krusta kehitaman.
sulfamethoxazol, antibiotik golongan sulfonamid, aminopenisillin, 3. Kelainan mata, terjadi pada 80% di antara semua kasus, tersering
sefalosporin, kuinolon, karbamazepin, fenitoin, phenobarbital, adalah konjugtivitis kataralis, konjungtivitis purulen, perdarahan,
antipiretik/analgetik (salisil/pirazolon, metamizol, metampiron dan simblefaron, ulkus kornea, iritis, dan iridosiklitis.
parasetamol) dan NSAID. Selain itu berbagai penyebab
dikemukakan di pustaka, misalnya: infeksi (bakteri, virus, jamur,
parasit), neoplasma, paska-vaksinasi, radiasi dan makanan.
2. Sistem imun yang lemah, misalnya pada HIV/AIDS.
3. Riwayat keluarga menderita SSJ.
d. Diagnosis 1
e. Diagnosis Banding1

1. Nekrolisis Epidermal Toksik (NET)


2. Pemphigus vulgaris
3. Pemphigus bullosa
4. Staphyloccocal Scalded Skin Syndrome (SSSS)

f. Komplikasi1

Komplikasi tersering adalah bronkopneumonia, dapat pula terjadi gangguan


elektrolit hingga syok. Pada mata dapat terjadi kebutaan.

g. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan1
1. Bila keadaan umum penderita cukup baik dan lesi tidak menyeluruh
dapat diberikan metilprednisolon 30-40 mg/hari. 9. PENYAKIT KULIT ALERGI
2. Mengatur keseimbangan cairan/elektrolit dan nutrisi. 9.1. URTIKARA
a. Definisi
Setelah dilakukan penegakan diagnosis perlu segera dilakukan penentuan
tingkat keparahan dan prognosis dengan menggunakan sistem skoring Urtikaria adalah reaksi vaskular pada kulit akibat bermacam-macam sebab.
SCORTEN.
Sinonim penyakit ini adalah biduran, kaligata, hives, nettle rash. Ditandai
Pasien dengan skoring SCORTEN 3 atau lebih sebaiknya segera ditangani
oleh edema setempat yang timbul mendadak dan menghilang perlahan-
di unit perawatan intensif.
lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit,
sekitarnya dapat dikelilingi halo.1

b. Epidemiologi

Penyakit ini sering dijumpai pada semua usia, orang dewasa lebih banyak
terkena dibandingkan dengan usia muda. Penderita atopi lebih mudah
mengalami urtikaria dibandingkan dengan orang normal. Penisilin tercatat
sebagai obat yang lebih sering menimbulkan urtikaria.1

c. Faktor risiko1
1. Riwayat atopi pada diri dan keluarga. b. Urtikaria non-imunologik (obat golongan opiat, NSAID, aspirin
2. Riwayat alergi. serta trauma fisik).
3. Riwayat trauma fisik pada aktifitas. c. Urtikaria idiopatik (tidak jelas penyebab dan mekanismenya).
4. Riwayat gigitan/sengatan serangga.
5. Konsumsi obat-obatan (NSAID, antibiotik – tersering penisilin,
diuretik, imunisasi, injeksi, hormon, pencahar, dan sebagainya).
6. Konsumsi makanan (telur, udang, ikan, kacang, dan sebagainya).
7. Riwayat infeksi dan infestasi parasit.
8. Penyakit autoimun dan kolagen.
9. Usia rata-rata adalah 35 tahun.
10. Riwayat trauma faktor fisik (panas, dingin, sinar matahari, sinar UV,
radiasi).
e. Diagnosis 1
d. Klasifikasi 1 - Subjective
1. Berdasarkan waktu berlangsungnya serangan, urtikaria dibedakan Pasien datang dengan keluhan biasanya gatal, rasa tersengat atau tertusuk.
atas urtikaria akut (< 6 minggu atau selama 4 minggu terus menerus) Gatal sedang-berat di kulit yang disertai bentol-bentol di daerah wajah,
dan kronis (> 6 minggu). tangan, kaki, atau hampir di seluruh tubuh. Keluhan dapat juga disertai rasa
2. Berdasarkan morfologi klinis, urtikaria dibedakan menjadi urtikaria panas seperti terbakar atau tertusuk. Kadang-kadang terdapat keluhan sesak
papular (papul), gutata (tetesan air) dan girata (besar-besar).
napas, nyeri perut, muntah-muntah, nyeri kepala, dan berdebar-debar (gejala
3. Berdasarkan luas dan dalamnya jaringan yang terkena, urtikaria
angioedema).
dibedakan menjadi urtikaria lokal (akibat gigitan serangga atau
kontak), generalisata (umumnya disebabkan oleh obat atau - Objective
makanan) dan angioedema.
4. Berdasarkan penyebab dan mekanisme terjadinya, urtikaria dapat Lesi kulit yang didapatkan:
dibedakan menjadi: 1. Ruam atau patch eritema.
a. Urtikaria imunologik, yang dibagi lagi menjadi: 2. Berbatas tegas.
o Keterlibatan IgE  reaksi hipersensitifitas tipe I (Coombs 3. Bagian tengah tampak pucat.
and Gell) yaitu pada atopi dan adanya antigen spesifik. 4. Bentuk papul dengan ukuran bervariasi, mulai dari papular hingga
o Keikutsertaan komplemen  reaksi hipersensitifitas tipe II plakat.
dan III (Coombs and Gell), dan genetik. 5. Kadang-kadang disertai demografisme, berupa edema linier di kulit
o Urtikaria kontak  reaksi hipersensitifitas tipe 4 (Coombs yang terkena goresan benda tumpul, timbul dalam waktu lebih
and Gell). kurang 30menit.
6. Pada lokasi tekanan dapat timbul lesi urtika.
7. Tanda lain dapat berupa lesi bekas garukan. Bila disertai obstruksi saluran napas, diindikasikan pemberian epinefrin
subkutan yang dilanjutkan dengan pemberian kortikosteroid prednison 60-
Pemeriksaan fisik perlu dilengkapi dengan pemeriksaan lainnya, misalnya 80 mg/hari selama 3 hari, dosis diturunkan 5-10 mg/hari.
pemeriksaan gigi, THT, dan sebagainya untuk menyingkirkan adanya
infeksi fokal. B. URTIKARIA KRONIS (3A)

Tempat predileksi: Urtikaria kronik 1


Bisa terbatas di lokasi tertentu, namun dapat generalisata bahkan 1. Pasien menghindari penyebab yang dapat menimbulkan urtikaria,
sampai terjadi angioedema pada wajah atau bagian ekstremitas. seperti:
a. Kondisi yang terlalu panas, stres, alkohol, dan agen fisik.
f. Diagnosis Banding1 b. Penggunaan antibiotik penisilin, aspirin, NSAID, dan ACE
inhibitor.
Purpura anafilaktoid (purpura Henoch-Schonlein), Pitiriasis rosea (lesi awal
c. Agen lain yang diperkirakan dapat menyebabkan urtikaria.
berbentuk eritema), Eritema multiforme (lesi urtika, umumnya terdapat
2. Pemberian farmakoterapi dengan:
pada ekstremitas bawah).
a. Antihistamin oral nonsedatif, misalnya loratadin 1 x 10 mg per
g. Pemeriksaan Penunjang 1 hari selama 1 minggu.
b. Bila tidak berhasil dikombinasi dengan Hidroksisin 3 x 25 mg
1. Pemeriksaan darah (eosinofil), urin dan feses rutin (memastikan atau Difenhidramin 4 x 25-50 mg per hari selama 1 minggu.
adanya fokus infeksi tersembunyi). c. Apabila urtikaria karena dingin, diberikan Siproheptadin 3 x 4
2. Uji gores (scratch test) untuk melihat dermografisme. mg per hari lebih efektif selama 1 minggu terus menerus.
3. Tes eliminasi makanan dengan cara menghentikan semua makanan d. Antipruritus topikal: cooling antipruritic lotion, seperti krim
yang dicurigai untuk beberapa waktu, lalu mencobanya kembali satu menthol 1% atau 2% selama 1 minggu terus menerus.
per satu. e. Apabila terjadi angioedema atau urtikaria generalisata, dapat
4. Tes fisik: tes dengan es (ice cube test), tes dengan air hangat diberikan Prednison oral 60-80 mg mg per hari dalam 3 kali
pemberian selama 3 hari dan dosis diturunkan 5-10 mg per hari.
h. Penatalaksanaan:
A. URTIKARIA AKUT (4A)

Prinsip penatalaksanaan1
Tata laksana pada layanan primer dilakukan dengan first-line therapy, yaitu
memberikan edukasi pasien tentang penyakit urtikaria (penyebab dan
prognosis) dan terapi farmakologis sederhana.
Urtikaria akut
Atasi keadaan akut terutama pada angioedema karena dapat terjadi
obstruksi saluran napas. Penanganan dapat dilakukan di Unit Gawat Darurat
bersama-sama dengan/atau dikonsultasikan ke dokter spesialis THT.
10. REAKSI OBAT 4. Riwayat alergi obat sebelumnya.
10.1. EXANTHEMATOUS DRUG ERUPTION, FIXED DRUG
c. Diagnosis 1
ERUPTION (4A)
- Subjective
Exanthematous Drug Eruption
Gatal ringan sampai berat yang disertai kemerahan dan bintil pada kulit.
a. Definisi 1 Kelainan muncul 10-14 hari setelah mulai pengobatan. Biasanya disebabkan
karena penggunaan antibiotik (ampisilin, sulfonamid, dan tetrasiklin) atau
Exanthematous Drug Eruption adalah salah satu bentuk reaksi alergi ringan analgetik-antipiretik non steroid.
pada kulit yang terjadi akibat pemberian obat yang sifatnya sistemik. Kelainan umumnya timbul pada tungkai, lipat paha, dan lipat ketiak,
kemudian meluas dalam 1-2 hari. Gejala diikuti demam subfebril, malaise,
Obat yang dimaksud adalah zat yang dipakai untuk menegakkan diagnosis, dan nyeri sendi yang muncul 1-2 minggu setelah mulai mengkonsumsi obat,
profilaksis, dan terapi. Bentuk reaksi alergi merupakan reaksi jamu, atau bahan-bahan yang dipakai untuk diagnostik (contoh: bahan
hipersensitivitas tipe IV (alergi selular tipe lambat) menurut Coomb and kontras radiologi).
Gell. Nama lainnya adalah erupsi makulopapular atau morbiliformis.
- Objective

Tanda patognomonis
1. Erupsi makulopapular atau morbiliformis.
2. Kelainan dapat simetris.

Tempat predileksi
Tungkai, lipat paha, dan lipat ketiak

d. Diagnosis banding1
 Morbili

e. Komplikasi 1
 Eritroderma
b. Faktor risiko1
f. Penatalaksanaan 1
1. Riwayat konsumsi obat (jumlah, jenis, dosis, cara pemberian,
pengaruh pajanan sinar matahari, atau kontak obat pada kulit Penatalaksanaan
terbuka). Prinsip tatalaksana adalah menghentikan obat terduga. Pada dasarnya
2. Riwayat atopi diri dan keluarga. erupsi obat akan menyembuh bila obat penyebabnya dapat diketahui
3. Alergi terhadap alergen lain. dan segera disingkirkan.
Farmakoterapi yang diberikan, yaitu: Anamnesis yang dilakukan harus mencakup riwayat penggunaan obat-
1. Kortikosteroid sistemik: Prednison tablet 30 mg/hari dibagi dalam 3 obatan atau jamu. Kelainan timbul secara akut atau dapat juga beberapa hari
kali pemberian per hari selama 1 minggu. setelah mengkonsumsi obat. Keluhan lain adalah rasa gatal yang dapat
2. Antihistamin sistemik: disertai dengan demam yang subfebril.
a. Setirizin2x10 mg/hari selama 7 hari bila diperlukan, atau
b. Loratadin 10 mg/hari selama 7 hari bila diperlukan - Objective
3. Topikal:
Tanda patognomonis
Bedak salisilat 2% dan antipruritus (Menthol 0.5% - 1%)
Lesi khas:
1. Vesikel, bercak
Fixed Drug Eruption 2. Eritema
3. Lesi target berbentuk bulat lonjong atau numular
a. Definisi 1 4. Kadang-kadang disertai erosi
Fixed Drug Eruption (FDE) adalah salah satu jenis erupsi obat yang sering 5. Bercak hiperpigmentasi dengan kemerahan di tepinya, terutama
pada lesi berulang
dijumpai. Dari namanya dapat disimpulkan bahwa kelainan akan terjadi
berkali-kali pada tempat yang sama. Mempunyai tempat predileksi dan lesi
yang khas berbeda dengan Exanthematous Drug Eruption. FDE merupakan
reaksi alergi tipe 2 (sitotoksik).

b. Faktor risiko1

1. Riwayat konsumsi obat (jumlah, jenis, dosis, cara pemberian,


pengaruh pajanan sinar matahari, atau kontak obat pada kulit
terbuka)
2. Riwayat atopi diri dan keluarga
3. Alergi terhadap alergen lain
Tempat predileksi:
4. Riwayat alergi obat sebelumnya 1. Sekitar mulut
2. Daerah bibir
c. Diagnosis 1 3. Daerah penis atau vulva
- Subjective

Pasien datang keluhan kemerahan atau luka pada sekitar mulut, bibir, atau d. Diagnosis banding1
di alat kelamin, yang terasa panas. Keluhan timbul setelah mengkonsumsi
obat-obat yang sering menjadi penyebab seperti Sulfonamid, Barbiturat, Pemfigoid bulosa, Selulitis, Herpes simpleks , SJS (Steven Johnson
Trimetoprim, dan analgetik. Syndrome)
e. Penatalaksanaan 1 11. TUKAK/ULKUS TUNGKAI BAWAH
a. Definisi1
Penatalaksanaan
Prinsip tatalaksana adalah menghentikan obat terduga. Pada dasarnya erupsi Ulkus pada tungkai adalah penyakit arteri, vena, kapiler dan pembuluh
obat akan menyembuh bila obat penyebabnya dapat diketahui dan segera
darah limfe yang dapat menyebabkan kelainan pada kulit.
disingkirkan.
Untuk mengatasi keluhan, farmakoterapi yang dapat diberikan, yaitu: b. Etiologi1
1. Kortikosteroid sistemik, misalnya prednison tablet 30 mg/hari dibagi
dalam 3 kali pemberian per hari Trauma, higiene yang buruk, gizi buruk, gangguan pada pembuluh
2. Antihistamin sistemik untuk mengurangi rasa gatal; misalnya darah dan kerusakan saraf perifer dianggap sebagai penyebab yang
Hidroksisin tablet 10 mg/hari 2 kali sehari selama 7 hari atau paling sering.
Loratadin tablet 1x10 mg/hari selama 7 hari
3. Pengobatan topikal Kerusakan saraf perifer biasanya terjadi pada penderita diabetes mellitus
a. Pemberian topikal tergantung dari keadaan lesi, bila terjadi erosi dan penderita kusta. Hipertensi juga dikaitkan sebagai salah satu
atau madidans dapat dilakukan kompres NaCl 0,9% atau penyebab rusaknya pembuluh darah.
Larutan Permanganas kalikus 1/10.000 dengan 3 lapis kasa
selama 10-15 menit. Kompres dilakukan 3 kali sehari sampai c. Epidemiologi 1
lesi kering.
b. Terapi dilanjutkan dengan pemakaian topikal kortikosteroid Insiden penyakit ini meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Di
potensi ringan-sedang, misalnya Hidrokortison krim 2,5% atau negara tropis, insidens ulkus kruris lebih kurang 2% dari populasi dan
Mometason furoat krim 0,1%. didominasi oleh ulkus neurotropik dan ulkus varikosum. Wanita lebih
banyak terserang ulkus varikosum daripada pria, dengan perbandingan
Cara Kompres NaCl, yaitu:
2:1, dengan usia rata-rata di atas 37 tahun untuk prevalensi varises.
- Cairan kompres dituang ke mangkok plastik atau bening jangan
d. Faktor Risiko1
bahan logam
- Celupkan kassa ke dalam cairan kompres usia penderita, berat badan, jenis pekerjaan, penderita gizi buruk,
- Peras kassa jangan terlalu basah dan jangan terlalu kering (lipat mempunyai higiene yang buruk, penyakit penyerta yang bisa
rangkap 3) menimbulkan kerusakan pembuluh darah.
- Tempelkan pada luka selama lima menit (pada sela-sela jari harus
masuk ke sela-sela jari) e. Klasifikasi1
- Setelah itu di ulang sampai 10 kali dengan pengkompresan setiap Pembagian ulkus kruris dibagi ke dalam empat golongan yaitu,
kali 5 menit. Lakukan pada pagi, siang, dan malam sehingga
keseluruhan kompres 3 x 10 = 30 kali. Lakukan selama 3-4 hari. - ulkus tropikum
- ulkus varikosus
- ulkus arterial
- ulkus neurotrofik. f. Objective

f. Diagnosis1
- Subjective

Pasien datang dengan luka pada tungkai bawah. Luka bisa disertai dengan
nyeri atau tanpa nyeri. Terdapat penyakit penyerta lainnya yang mendukung
kerusakan pembuluh darah dan jaringan saraf perifer.
Anamnesa:
1. Dapat ditanyakan kapan luka pertama kali terjadi. Apakah pernah
mengalami hal yang sama di daerah yang lain.
2. Perlu diketahui apakah pernah mengalami fraktur tungkai atau kaki.
Pada tungkai perlu diperhatikan apakah ada vena tungkai superfisial
yang menonjol dengan tanda inkompetensi katup.
3. Perlu diketahui apakah penderita mempunyai indikator adanya
penyakit yang dapat memperberat kerusakan pada pembuluh darah.
g. Diagnosis klinis a. Pada ulkus varikosum lakukan terapi dengan meninggikan letak
tungkai saat berbaring untuk mengurangi hambatan aliran pada vena,
sementara untuk varises yang terletak di proksimal dari ulkus diberi
bebat elastin agar dapat membantu kerja otot tungkai bawah
memompa darah ke jantung.
b. Pada ulkus arteriosum, pengobatan untuk penyebabnya dilakukan
konsul ke bagian bedah.

g. penatalaksanaan1

Penatalaksanaan
1. Non medikamentosa
a. Perbaiki keadaan gizi dengan makanan yang mengandung kalori
dan protein tinggi, serta vitamin dan mineral.
b. Hindari suhu yang dingin
c. Hindari rokok
d. Menjaga berat badan
e. Jangan berdiri terlalu lama dalam melakukan pekerjaan

2. Medikamentosa
Pengobatan yang akan dilakukan disesuaikan dengan tipe dari ulkus
tersebut.
12. PENYAKIT KELAMIN - Lower abdominal pain
12.1. INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) / SEXUALLY - Vegetations
TRASNMITTED INFECTIONS (STIs)
 Infection by a number of viruses, bacterials, fungi, protozoas or
arthropods that are trasnmitted primarily through hetero- or URETHRAL DISCHARGE
homo-sexual contact.

Bakteri
- Neisseria gonorrhoeae Uretritis, epididimitis, servisitis,
proktitis, bartholinitis
- Chlamydia trachomatis, Uretritis, epididimitis, servisitis,
Mycoplasma hominis, proktitis, salpingitis,
Ureaplasma urealyticum limfogranuloma venereum (hanya C.
Trachomatis)
- Treponema pallidum Sifilis
- Gardnerella vaginalis Vaginitis
- Donovania granulomatis/ Granuloma inguinale/donovanosis
Klebsiella granulomatis
- Haemophilus ducreyi Ulkus molle/Chancroid
Virus
Herpes simpleks virus Herpes genitalis
Human papiloma virus Kondiloma akuminata
Protozoa
Trichomonas vaginalis Vaginitis, uretritis VAGINAL DISCHARGE
Fungus
Candida albicans Vulvovaginitis, balanitis, The cause of vaginal discharge:
balanopostitis. 1. PHYSIOLOGICAL
 puberty, menstrual cycles, sexual arousal, pregnancy
2. PATHOLOGICAL
STI-Associated Presenting Problems:
 noninfective : chemical, foreign body, gynecological
- Urethral discharge  infective : STI & non STI pathogen, cervical infections, vaginal
- Vaginal discharge infections
- Genital ulcer sign and symptoms of abnormal vaginal discharge:
- Scrotal swelling
- Inguinal swelling - excessive
- malodorous VAGINAL DISCHARGE: vaginal infection
- yellow or purulent
- inflammation

VAGINAL DISCHARGE: cervical infection


GENITAL ULCER

1. GONORRHEA
a. Definisi 3

Gonore merupakan semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria


gonorrhoeae.

b. Etiologi 3

Gonokok termasuk golongan diplokokus berbentuk biji kopi yang


berhadapan. berukuran 0,8 µ dan panjang 1,6 µ bersifat tahan asam. Pada
sediaan langsung dengan pewarnaan gram bersifat gram-negatif, terlihat di
luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati
dalam keadaan kering.

Secara morfologi gonokok ini terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang
mempunyai pilli yang bersifat virulen. Tipe 3 dan 4 tidak mempunyai pilli
yang bersifat nonvirulen. Pilli akan menempel pada mukosa epitel dan
menimbulkan reaksi radang.
Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel - Meningitis
kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (immature). - Dermatitis

c. Faktor Risiko6 Uretritis


1. Pasangan seksual > 1 dalam 1 bulan terakhir
2. Berhubungan seksual dengan penjaja seks dalam 1 bulan terakhir Subjective:
3. Mengalami 1/ lebih episode IMS dalam 1 bulan terakhir.
4. Perilaku pasangan seksual berisiko tinggi (ano-genital, oro-genital) - Rasa gatal
- Panas di bagian distal uretra di sekitar orifisium uretra eksternum
d. Gejala Klinis - Disusul disuria
- Polakisuria
Gejala klinis dan komplikasi sangat erat kaitannya dengan anatomi. - Keluar duh tubuh di ujung uretra
- Perasaab nyeri pada saat ereksi
Pada Pria
Objective:
Infeksi Pertama Komplikasi
Uretritis Lokal: tysonitis, parauretritis, - Orifisium uretra eksternum eritematosa, edematosa, dan ektropion
littritis, cowperitis - Duh tubuh mukopurulen
Asendens: prostatitis, vesikulitis, vas - Pembesaran kelenjar getah bening inguinal
deferentitis/funkuliti, epididimitis,
trigonitis
e. Diagnosis

Pada Wanita Diagnosis ditegakan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang yang terdiri atas 5 tahapan, yaitu
Infeksi Pertama Komplikasi
Uretritis Local: parauretritis, bartholinitis 1. Sediaan langsung
Servisitis Asendens: salpingitis, PID,
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan gonokokus
gram-negative, intraselular dan ekstraselular. Bahan duh tubuh pada pria
Komplikasi Diseminata diambil dari daerah fossa navikularis, sedangkan pada wanita dari uretra,
Pada pria dan wanita dapat berupa: muara kelenjar bartholin, serviks, dan rektum.

- Artritis 2. Kultur
- Miokarditis
- Endokarditis Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan. Dua macam media yang
- Perikarditis dapat digunaka:
- Media transpor Gelas I Gelas II Arti
o Media stuart Jernih Jernih Tidak ada infeksi
o Media Transgrow Keruh Jernih Infeksi uretritis
- Media pertumbuhan anterior
Keruh Keruh Panuretritis
o Mc Leod’s chocolate agar
Jernih Keruh Tidak mungkin
o Media Thayer Martin
o Modified Thayer Martin Agar

3. Tes definitif
- Tes Oksidasi
 Perubahan koloni dari bening menjadi merah muda sampai
merah lembayung
- Tes Fermentasi
 Bakteri gonokokus memfermentasi glukosa

4. Tes beta-laktamase
 Perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila kuman
mengandung enzim beta-laktamase.

5. Tes thomson
- Untuk mengetahui sampai mana infeksi sudah berlangsung.
- Syarat:
o Dilakukan setelah bangun pagi
o Urin dibagi dalam 2 gelas
o Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II
- Syarat Mutlak yaitu kandung kemih harus mengandung air seni
paling sedikit 80-100 ml, jika kurang maka gelas II sukar dinilai
karna baru menguras uretra anterior.
f. Penatalaksanaan 6 Infeksi Genital Nongonokok (I.G.G.N) atau Non-gonococcal Genital
Infection (N.G.G.I) merupakan peradangan pada uretra, rectum, atau cervix
yang disebabkan bukan oleh kuman gonokok.3

b. Etiologi 3
- Chlamydia trachomatis (50%)
- Ureaplasma urealyticum (25%)
- Mycoplasma hominis
- Alergi
- Bakteri (staphylococcus dan difteroid)

c. Gejala Klinis3
- Gejala muncul setelah 1-3 minggu kontak seksual

Pria
3
Pengobatan Gonore dengan Komplikasi
- Gejala berupa:
Pengobatan yang danjurkan: o Disuria ringan
o Perasaan tidak enak pada uretra
Sefiksim 400 mg per oral, dosis tunggal per hari selama 5 hari, or o Sering kencing
Levofloksasin 250 mg per oral, dosis tunggal per hari selama 5 hari, or o Keluarnya duh tubuh seropurulen
Seftriakson 250 mg intramuskular dosis tunggal, selama 3 hari, or - Komplikasi berupa prostatitis, vesikulitis, epididimitis, dan striktur
Spektinomisin 2 gr intramuskular dosis tunggal, selama 3 hari, or
uretra.
Kanamisin 2 gr intramuskular dosis tunggal, selama 3 hari
Wanita
2. NON-GONORRHEA - Gejala berupa:
a. Definisi o Duh tubuh yang keluar dari vagina
o Disuria ringan
Infeksi Genital Nonspesifik (I.G.N.S) atau Nonspecific Genital Infection
o Sering kencing
(N.S.G.I) merupakan infeksi menular seksual berupa peradangan pada
o Nyeri di daerah pelvis
uretra, rectum, atau cervix yang disebabkan oleh kuman nonspesifik. 3
o Disparenia
- Pada pemeriksaan servis dapat dilihat tanda-tanda servisitis yang
disertai folikel-folikel kecil yang mudah berdarah.
- Komplikasi berupa bartholinitis, proktitis, salpingitis, dan sistitis. o Pada gigi membentuk gigi Hutchinson (pada gigi insisi
permanen berupa sisi gigi konveks dan bagian menggigit
d. Penatalaksanaan konkaf). Gigi molar pertama permulaannya berbintil-bintil
(mulberry molar).
o Jaringan parut pada sudut mulut yang disebut regades.
3. SYPHILIS o Kelainan permanen lainnya di fundus okuli akibat
a. Definisi koroidoretinitis dan pada kuku akibat onikia.
Sifilis adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Treponema b. Lanjut (tarda)
pallidum dan bersifat sistemik. Istilah lain penyakit ini adalah lues veneria - bentuk ini tidak menular, terjadi sesudah 2 tahun dengan bentuk
atau lues. Di Indonesia disebut dengan raja singa karena keganasannya. guma di berbagai organ.
Sifilis dapat menyerupai banyak penyakit dan memiliki masa laten.1 - Pada lesi lanjut:
o Kornea keruh, perforasi palatum dan septum nasi, serta
b. Faktor risiko1 sikatriks kulit seperti kertas perkamen, osteoporosis
1. Berganti-ganti pasangan seksual. gumatosa, atrofi optikus dan trias Hutchinson yaitu keratitis
2. Homoseksual dan Pekerja Seks Komersial (PSK). interstisial, gigi Hutchinson, dan tuli N. VIII.
3. Bayi dengan ibu menderita sifilis.
4. Hubungan seksual dengan penderita tanpa proteksi (kondom).
c. Stigmata: bentuk ini berupa deformitas dan jaringan parut.
5. Sifilis kardiovaskular terjadi tiga kali lebih tinggi pada pria dibandingkan
wanita setelah 15–30 tahun setelah infeksi.
2. Sifilis akuisita (equired/didapat)
a. Klinis
c. Klasifikasi 1
Terdiri dari 3 stadium:
Klasifikasi - Stadium I (S I) dalam 2-4 minggu sejak infeksi.
1. Sifilis kongenital - Stadium II (S II) dalam 6-8 minggu sejak S I.
a. Dini (prekoks) - Stadium III (S III) terjadi setelah 1 tahun sejak infeksi.
- bentuk ini menular, berupa bula bergerombol, simetris di tangan dan
kaki atau di badan. b. Epidemiologis
- Bentuk ini terjadi sebelum 2 tahun dan disebut juga pemfigus - Stadium dini menular (dalam 1 tahun sejak infeksi), terdiri dari S I,
sifilitika. Bentuk lain adalah papulo-skuamosa. Wajah bayi tampak S II, stadium rekuren dan stadium laten dini.
seperti orang tua, berat badan turun dan kulit keriput. Keluhan di - Stadium tidak menular (setelah 1 tahun sejak infeksi), terdiri dari
organ lainnya dapat terjadi. stadium laten lanjut dan S III.
- Pada lesi dini dapat:
o Pada wajah: hidung membentuk saddle nose (depresi pada Bentuk lain ialah sifilis kardiovaskular dan neurosifilis. Ada yang
jembatan hidung) dan bulldog jaw (maksila lebih kecil memasukannya ke dalam SIII dan SIV
daripada mandibula).
Klasifikasi untuk neurosifilis: 4. Pembesaran kelenjar getah bening.
1. Neurosifilis asimptomatik, tidak menunjukkan gejala karena hanya 5. Sakit tenggorokan dan kutil seperti luka di mulut atau daerah
terbatas pada cairan serebrospinal. genital.
2. Sifilis meningovaskular
Bentuk ini terjadi beberapa bulan sampai 5 tahun sejak S I. Gejala Pada sifilis lanjut, gejala terutama adalah guma.Guma dapat soliter atau
tergantung letak lesi, antara lain berupa nyeri kepala, konvulsi fokal multipel dapat disertai keluhan demam. Pada tulang gejala berupa nyeri
atau umum, papil nervus optikus sembab, gangguan mental, pada malam hari.
kelumpuhan nervus kranialis dan seterusnya.
3. Sifilis parenkim Stadium III lainnya adalah sifilis kardiovaskular, berupa aneurisma aorta
a. Tabes dorsalis (8-12 tahun sejak infeksi primer). Keluhan berupa dan aortitis. Kondisi ini dapat tanpa gejala atau dengan gejala seperti angina
gangguan motorik (ataksia, arefleksia), gangguan visus, retensi dan pektoris. Neurosifilis dapat menunjukkan gejala-gejala kelainan sistem saraf
inkoninensia urin serta gangguan sensibilitas (nyeri pada kulit dan (lihat klasifikasi).
organ dalam).
b. Demensia paralitika (8-10 tahun sejak infeksi primer). Keluhan
diawali dengan kemunduran intelektual, kehilangan dekorum, apatis, - Objective
euphoria hingga waham megaloman atau depresif. Selain itu,
keluhan dapat berupa kejang, lemah dan gejala pyramidal hingga Stadium I (sifilis primer)
akhirnya meninggal. Diawali dengan papul lentikuler yang permukaannya segera erosi dan
4. Guma menjadi ulkus berbentuk bulat dan soliter, dindingnya tak bergaung dan
Guma umumnya terdapat pada meningen akibat perluasan dari berdasarkan eritem dan bersih, di atasnya hanya serum.Ulkus khas indolen
tulang tengkorak. Keluhan berupa nyeri kepala, muntah dan dapat dan teraba indurasi yang disebut dengan ulkus durum. Ulkus durum
terjadi konvulsi serta gangguan visus. Pada pemeriksaan terdapat merupakan afek primer sifilis yang akan sembuh sendiri dalam 3-10
edema papil karena peningkatan tekanan intrakranial, paralisis minggu.
nervus kranialis atau hemiplegi. Tempat predileksi
1. Genitalia ekterna, pada pria pada sulkus koronarius, wanita di labia
minor dan mayor.
d. Diagnosis 1 2. Ekstragenital: lidah, tonsil dan anus.
- Subjective
Seminggu setelah afek primer, terdapat pembesaran kelenjar getah bening
Pada afek primer, keluhan hanya berupa lesi tanpa nyeri di bagian (KGB) regional yang soliter, indolen, tidak lunak, besarnya lentikular, tidak
predileksi. supuratif dan tidak terdapat periadenitis di ingunalis medialis.
Ulkus durum dan pembesaran KGB disebut dengan kompleks primer.Bila
Pada sifilis sekunder, gejalanya antara lain: sifilis tidak memiliki afek primer, disebut sebagai syphilis d’embiee.
1. Ruam atau beruntus pada kulit, dan dapat menjadi luka, merah atau
coklat kemerahan, ukuran dapat bervariasi, di manapun pada tubuh Stadium II (sifilis sekunder)
termasuk telapak tangan dan telapak kaki. S II terjadi setelah 6-8 minggu sejak S I terjadi. Stadium ini merupakan the
2. Demam great imitator. Kelainan dapat menyerang mukosa, KGB, mata, hepar,
3. Kelelahan dan perasaan tidak nyaman. tulang dan saraf.
Kelainan dapat berbentuk eksudatif yang sangat menular maupun kering - Bentuk papul lainnya adalah kondiloma lata berupa papul
(kurang menular). lentikular, permukaan datar, sebagian berkonfluensi, dapat erosif
Perbedaan dengan penyakit lainnya yaitu lesi tidak gatal dan terdapat dan eksudatif yang sangat menular akibat gesekan kulit.
limfadenitis generalisata. - Tempat predileksi kondiloma lata: lipat paha, skrotum, vulva,
perianal, di bawah mammae dan antar jari kaki.
S II terdiri dari:
- SII dini 3. Pustul
S II dini terlihat lesi kulit generalisata, simetrik dan lebih cepat Bentuk ini jarang didapati, dan sering diikuti demam intermiten.
hilang (beberapa hari – beberapa minggu). Kelainan ini disebut sifilis variseliformis.
- Lanjut
S II lanjut tampak setempat, tidak simetrik dan lebih lama bertahan 4. Konfluensi papul, pustul dan krusta mirip dengan impetigo atau disebut
(beberapa minggu – beberapa bulan). juga sifilis impetiginosa. Kelainan dapat membentuk berbagai ulkus
yang ditutupi krusta yang disebut dengan ektima sifilitikum. Bila krusta
Bentuk lesi pada S II yaitu: tebal disebut rupia sifilitikum dan bila ulkus meluas ke perifer
1. Roseola sifilitika membentuk kulit kerang disebut sifilis ostrasea.
- eritema makular, berbintik-bintik, atau berbercak-bercak, warna
tembaga dengan bentuk bulat atau lonjong. Jika terbentuk di kepala,
dapat menimbulkan kerontokan rambut, bersifat difus dan tidak - S II pada mukosa (enantem) terutama pada mulut dan tenggorok.
khas, disebut alopesia difusa. Bila S II lanjut pada rambut, - S II pada kuku disebut dengan onikia sifilitikum yaitu terdapat
kerontokan tampak setempat, membentuk bercak-bercak yang perubahan warna kuku menjadi putih dan kabur, kuku rapuh disertai
disebut alopesia areolaris. adanya alur transversal dan longitudinal.Bagian distal kuku menjadi
- Lesi menghilang dalam beberapa hari/minggu, bila residif akan hiperkeratotik sehingga kuku terangkat. Bila terjadi kronis, akan
berkelompok dan bertahan lebih lama. Bekas lesi akan menghilang membentuk paronikia sifilitikum.
atau meninggalkan hipopigmentasi (leukoderma sifilitikum). - S II pada alat lain yaitu pembesaran KGB, uveitis anterior dan
koroidoretinitis pada mata, hepatitis pada hepar, periostitis atau
2. Papul kerusakan korteks pada tulang, atau sistem saraf (neurosifilis).
- Bentuk ini paling sering terlihat pada S II, kadang bersama-sama
dengan roseola. Papul berbentuk lentikular, likenoid, atau folikular, Sifilis laten dini tidak ada gejala, sedangkan stadium rekurens terjadi
serta dapat berskuama (papulo-skuamosa) seperti psoriasis kelainan mirip S II.
(psoriasiformis) dan dapat meninggalkan bercak leukoderma Sifilis laten lanjut biasanya tidak menular, lamanya masa laten adalah
sifilitikum. beberapa tahun bahkan hingga seusia hidup.
- Pada S II dini, papul generalisata dan S II lanjut menjadi setempat
dan tersusun secara tertentu (susunan arsinar atau sirsinar yang Stadium III (sifilis tersier)
disebut dengan korona venerik, susunan polikistik dan Lesi pertama antara 3 – 10 tahun setelah S I. Bentuk lesi khas yaitu
korimbiformis). guma.Guma adalah infiltrat sirkumskrip kronis, biasanya lunak dan
- Tempat predileksi papul: sudut mulut, ketiak, di bawah mammae, destruktif, besarnya lentikular hingga sebesar telur ayam. Awal lesi tidak
dan alat genital. menunjukkan tanda radang akut dan dapat digerakkan, setelah beberapa
bulan menjadi melunak mulai dari tengah dan tanda-tanda radang mulai o tes imunofluoresens (Fluorescent Treponemal Antibody
tampak. Kemudian terjadi perforasi dan keluar cairan seropurulen, kadang- Absorption Test – FTA-Abs)
kadang sanguinolen atau disertai jaringan nekrotik.Tempat perforasi 2. Histopatologi dan imunologi.
menjadi ulkus.
Guma umumnya solitar, namun dapat multipel. f. Diagnosis banding1
Bentuk lain S III adalah nodus. Nodus terdapat pada epidermis, lebih kecil
(miliar hingga lentikular), cenderung berkonfluensi dan tersebar dengan Diagnosis banding bergantung pada stadium apa pasien tersebut
wana merah kecoklatan.Nodus memiliki skuama seperti lilin terdiagnosis.
(psoriasiformis). 1. Stadium 1: Herpes simpleks, Ulkus piogenik, Skabies, Balanitis,
Limfogranuloma venereum, Karsinoma sel skuamosa, Penyakit
S III pada mukosa biasanya pada mulut dan tenggorok atau septum nasi Behcet, Ulkus mole
dalam bentuk guma. 2. Stadium II: Erupsi alergi obat, Morbili, Pitiriasis rosea, Psoriasis,
Dermatitis seboroik, Kondiloma akuminata, Alopesia aerata
S III pada tulang sering menyerang tibia, tengkorak, bahu, femur, fibula dan 3. Stadium III: Tuberkulosis, Frambusia, Mikosis profunda
humerus.
g. Komplikasi
S III pada organ dalam dapat menyerang hepar, esophagus dan lambung, Eritroderma
paru, ginjal, vesika urinaria, prostat serta ovarium dan testis.
h. Penatalaksanaan
1,3
e. Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan 1
Pemeriksaan T. pallidum 1. Sifilis yang sedang dalam inkubasi dapat diobati dengan regimen
Pemeriksaan mikroskopis untuk menemukan T. pallidum pada sediaan penisilin atau dapat menggunakan Ampisilin, Amoksisilin, atau
serum dari lesi kulit. Dilihat bentuk dan pergerakannya dengan Seftriakson mungkin juga efektif.
menggunakan mikroskop lapang gelap. Pemeriksaan dilakukan tiga hari 2. Pengobatan profilaksis harus diberikan pada pasangan pasien,
berturut-turut jika pemeriksaan I dan II negatif. Setelah diambil serum dari namun sebaiknya diberikan sejak 3 bulan sebelumnya, tanpa
lesi, lesi dikompres dengan larutan garam fisiologis. memandang serologi.
3. Kontak seksual harus ditelusuri, diketahui dan diobati
Pemeriksaan lain yang dapat dirujuk, yaitu: 4. Pasien perlu diuji untuk penyakit lain yang ditularkan secara seksual
1. Tes Serologik Sifilis (TSS) (sexually transmitted diseases/STD), termasuk HIV, harus dilakukan
TSS dibagi menjadi 2 berdasarkan antigen yang dipakai, yaitu: pada semua penderita.
- Non-treponemal (tes reagin)
 Contohnya tes flokulasi: VDRL (Venereal Disease Research Pada sifilis dengan kehamilan untuk wanita berisiko tinggi, uji serologis
Laboratories) rutin harus dilakukan sebelum trimester pertama dan awal trimester ketiga
- Treponemal serta pada persalinan.
o TPHA (Treponemal pallidum Haemoglutination Assay)
Bila tanda-tanda klinis atau serologis memberi kesan infeksi aktif atau 4. CHANCROID (ULCUS MOLLE)
diagnosis sifilis aktif tidak dapat dengan pasti disingkirkan, maka a. Definisi 3
indikasiuntuk pengobatan.
Ulkus molle adalah penyakit infeksi pada alat kelamin yang akut, setempat,
3
Pengobatan Sifilis disebabkan oleh Streptobacillus ducrey (Haemophilus ducreyi) dengan
gejala klinis yang khas berupa:
- Sifilis Stadium Dini
- Ulkus necrotic
Pengobatan yang dianjurkan, yaitu: - Nyeri pada temapt inokulasi
- Benzatin penisilin 2,4 juta IU, intramuskular, dosis tunggal - Dan sering disertai dengan pernanahan KGB regional
diberikan satu kali seminggu, or
- Prokain penisilin 0,6 juta IU perhari, intramuskular selama 10 hari b. Gejala klinis3
berturut-turut - Masa inkubai berkisar 1-14 hari, pada umumnya kurang dari 7 hari.
Lesi kebanyakan multipel, biasanya pada daerah genital. Mula-mula
Pilihan lain: kelainan kulit berupa papul, kemudian menjadi vesiko-pustul pada
tempat inokulasi, cepat pecah menjadi ulkus.
- Doksisiklin 100 mg, 2 kali sehari per oral selama 30 hari, or
- Ulkus: kecil, lunak pada perabaan, tidak terdapat indurasi, berbentuk
- Tetrasiklin 500 mg, 4 kali sehari per oral selama 30 hari, or
cawan, pinggir tidak rata, sering bergaung, dan dikelilingi halo yang
- Eritromisin 500 mg, 4 kali sehari per oral selama 30 hari.
eritematosa. Ulkus sering ditutupi jaringan nekrotik, dasar ulkus
berupa jaringan granulasi yang mudah berdarah, dan pada perabaan
- Sifilis Stadium Lanjutan
terasa nyeri.
Pengobatan yang dianjurkan:3 - Tempat predileksi pada laki-laki: permukaan mukosa preputium,
sulkus koronarius, frenulum penis, dan batang penis. Pada wanita
- Benzatin penisilin 2,4 juta IU intramuskular dosis tunggal satu kali yaitu labia, klitoris, fourchette, vestibuli, anus, dan cervix.
semingu selama 3 minggu berturut-turut, or
- Prokain penisilin 0,6 juta IU intramuskular perhari selama 3 minggu Ulkus Durum Ulkus Molle
berturut-turut. - Treponema pallidum - Haemopilus ducreyi
- Indolen (tidak nyeri) - Nyeri
Pilihan lain: - Teraba indurasi - Tidak terdapat indurasi
- Dasar bersih - Dasar kotor
- Doksisiklin 100 mg, 2 kali sehari per oral selama minimal 30 hari,or - Tidak bergaung - Bergaung
- Tetrasiklin 500 mg, 4 kali sehari per oral selama minimal 30 hari, or
- Eritromisin 500 mg, 4 kali sehari per oral selama minimal 30 hari.
c. Klasifikasi - Azitromisin 1 gr per oral, dosis tunggal
- Ulkus mole folikularis
- Dwarf chancroid Pilihan lain:
- Transient chancroid (chancre mou valant) - Seftriakson 250 mg intramuskular dosis tunggal
- Papular chancroid (ulkus mole elevatum)
- Giant chancroid 5. LYMPHOGRANULOMA VENEREUM3
- Phagedenic chancroid a. Definisi
- Tipe serpiginosa
Limfogranuloma venereum adalah penyakit venerik yang disebabkan oleh
d. Diagnosis chlamydia trachomatis.

Sebagai penyokong diagnosi ialah: Afek primer biasnaya cepat hilang, bentuk yang tersering ialah sindrom
inguinal. Sindrom ini berupa limfadenits dan periadenitis beberapa KGB
1. Pemeriksaan sediaan hapus inguinal.
Diambil bahan pemeriksaan dari tepi ulkus yang bergaung, dibuat hapusan b. Gejala klinis
pada gelas alas, kemudian dibuat pewarnaan gram (Unna-pappenhein,
Wright, atau Giemsa). Ditemukan berkelompok atau berderet seperti rantai. Masa inkubasi sekitar 4-21 hari. Didahului oleh gejala konstitusi seperti
malese, nyeri kepala, artralgia, anoreksia, nausea, dan demam.
2. Kultur
3. Imunofluoresens Sindrome inguinal
4. Biopsi
- Unilateral
- KGB inguinal medial
e. Diagnosis Banding
- Tanda radang akut: dolor, rubor, tumor, kalor, dan fungsio lesa
- Herpes genitalis
- Selain limfadenitis terdapat pula periadenitis yang menyebabkan
- Sifilis stadium I
perlengketan dengan jaringan sekitar.
- Limfogranuloma venereum
- Sering terlihat 2 atau 3 kelompok kelenjar yang berdekatan dan
- Granuloma inguinale
memanjang seperti sosis di bagian proksimal dan distal ligamentum
pouparti dan dipisahkan oleh lekuk (sulkus)  stigma of groove
f. Penatalaksanaan

Pengobatan yang dianjurkan:3 c. Pemeriksaan penunjang


- Tes Frei
- Siprofloksasin 500 mg per oral 2 kali sehari selama 3 hari, or
- Eritromisin 500 mg per oral, 4 kali sehari selama 7 hari, or
Caranya seperti pada tes tuberkulin, yaitu 0,1 cc disuntikan Bakteri calymatobacterium granulomatis. Berbentuk batang pendek,
intrakutan pada anterior lengan bawah dan dibaca setelah 48 jam. tebal, tidak membentuk spora, gram-negatif, dan pada pewarnaan
Postif jika terdapat infiltrat berdiameter 0,5 cm atau lebih. membentuk gambaran bipolar seperti peniti.

- Tes ikatan komplemen


Jika titer 1/16 berarti sedang sakit, tapi jika titer lebih rendah berarti c. Gejala klinis
pernah sakit.
d. Diagnosis Banding Masa inkubasi bervariasi berkisar antara 1-12 minggu. Lesi dapat dimulai
- Sklofuroderma pada daerah genitalia eksterna, paha, lipat paha, atau perineum. Pada
- Limfadenitis piogenik permulaan lesi berbentuk papul tau vesikel yang tidak nyeri, kemudian
- Limfadenitis karena ulkus molle perlahan-lahan menjadi ulkus granulomatosa berbentuk bulat, menimbul,
- Limfoma malignum seperti beludru dan mudah berdarah.

Pembengkakan di daerah inguinal dapat timbulmenyertai lesi genital,


e. Penatalaksanaan
sebagai massa induratif atau abses yang kahirnya pecah menimbulkan ulkus
Pengobatan yang dianjurkan:3 khas  pseudobubo (granuloma subkutan yang membesar bukan KGB).

- Doksisiklin 100 mg per oral, 2 kali sehari selama 14 hari, or Tipe gambaran klinis
- Eritromisisn 500 mg per oral, 4 kali sehari selama 14 hari,
- Tipe nodular
Pilihan lain: Nodul berwarna merah, lunak, akhirnya timbul ulkus dengan
granulasi.
- Tetrasiklin 400 mg per oral 4 kali sehari selama 14 hari, or - Tipe ulsero-vegetatif
- Trimetropim (80 mg) dan sulfametoksasol (400mg)/tablet, 2 kali Terdiri atas ulkus yang besar, makin melebar, berasal dari tipe
sehari 2 tablet selama 14 hari nodular.
- Tipe hipertrofik
6. GRANULOMA INGUINALE3 Timbul reaksi proliferasi dan membentuk massa vegetatif yang
a. Definisi besar.
Granloma inguinale adalah proses granulomatosa yang biasanya mengenai - Tipe sikatrisial
daerah anogenital dan inguinal. Timbul sikatriks pada tempat jaringan granulasi, terlihat pulau-pulau
jaringan granulasi di antara sikatriks.
b. Etiologi
d. Pemeriksaan Penunjang - Kelainan klinis: vesikel yang berkelompok diatas kulit yang sembab
- Biopsi dan eritematosa, berisi cairan jernih, dan mejadi seropurulen, dapat
o Diantara infiltrat tersebar abses kecil terdiri atas neutrofil dan menajdi krusta dan kadang menajdi ulsrasi yang dangkal, biasanya
sedikit sel limfoid. Badan inklusi intrasitoplasmik (badan sembuh tanpa sikatrik.
donovan) terdapat dalam histiosit.
o Untuk melihat badan-badan ini digunakan pewarnaan giemsa 2. Fase laten
dan perak. - VHS ditemukan tidak aktif pada ganglion dorsalis.
e. Penatalaksanaan
- Doxycycline 100 mg per oral 2 kali sehari 3. Infeksi rekurens
- Tetracycline 500 mg per oral 4 kali sehari selama 10-20 hari - Gejala lebih ringan berlangsung 7-10 hari
- Erythromycine 500 mg per oral 4 kali sehari selama 2-3 minggu - Gejala prodromal lokal sebelum vesikel berupa rasa panas, gatal,
dan nyeri. Infeksi rekurens dapat muncul pada tempat yang sama
(loco) atau tempat lain (non-loco).
7. HERPES GENITALIS3
a. Definisi c. Pemeriksaan penunjang
 Tzanck Smear dengan pewarnaan giemsa dapat ditemukan sel
Infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus herpes datia berinti banyak dan badan inklusi intranuklear.
hominis) tipe I dan terutama tipe II yang ditandai dengan adanya vesikel
yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritemotosa pada daerah d. Penatalaksanaan 3
dekat mukokutan.
Episode klinis pertama
b. Gejala klinis
Pengobatan yang dianjurka:
Infeksi VHS ini berlangsung dalam 3 tingkat
- Asiklovir 200 mg per oral, 5 kali sehari selama 7 hari, or
1. Infeksi primer - Valasiklovir 500 mg per oral, 2 kali sehari selama 7 hari
- Tempat predileksi VHS tipe 1 adalah daerah pinggang ke atas
terutama daerah mulut, hidung, biasanya pada usia naak-anak. Infeksi herpes kambuhan
- Infeksi VHS tipe II mempunyai tempat predileksi yaitu di daerah
pinggang ke bawah, terutama daerah genitalia. Pengobatan yang dianjurka:
- Infeksi primer berlangsung lebih lama dan berat (3 minggu) disertai - Asiklovir 200 mg per oral, 5 kali sehari selama 5 hari, atau
gejala sistemik seperti demam, malese, dan anoreksia, dan dapat - Valasiklovir 500 mg per oral, 2 kali sehari selama 5 hari
diteukan pembesaran KGB regional.
8. CONDYLOMA ACCUMINATA3
a. Definisi - Salep asam salisilat 20-40%. Sebelum obat dioleskan, kulit diseitar
lesi diolesi salep pelindung seperti vaselin album, atau
Merupakan vegetasi oleh human papilloma virus tipe tertentu, bertangkai - Krim imikuimod 5%, biarkan semalaman, digunakan 3 kali
dan permukaannya berjonjot. seminggu selama 16 hari.
b. Gejala klinis
9. CANDIDIASIS
Penyakit ini terutama terdapat di daerah lipatan yang lembab, misalnya di a. Definisi
daerah genitalia eksterna. Pada pria tempat predileksinya di perineum dan
sekitar anus, sulkus koronarius, glans penis, muara uretra eksterna, korpus, Kandidosis merupakan penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut
dan pangkal penis. Pda wanita di daerah vulva dan sekitarnya, intraitus disebabkan oleh Candida albicans.
vagina, kadang pada porsio uteri.
b. Gejala klinis (vulvovaginitis)
Kelainan kulit berupa vegetasi yang bertangkai dan berwarna kemerahan Biasanya sering terjadi pada penderita Diabetes melitus karena kadar gula
kalau masih baru, jika telh lama agak kehitaman. Permukaannya berjonjot yang tinggi dalam darah dan urin. Pada wanita hamil karena penimbuna
(papilomatosa) sehingga pada vegetasi yang besar dapat dilakukan glikogen dala epitel vagina.
percobaan sondase. Jika timbul infeksi sekunder warna kemerahan akan
berubah menajdi keabu-abuan dan berbau tidak enak. Keluhan utama ialah gatal di daerah vulva. Pada yang berat terdapat pula
rasa panas, nyeri sesudah miksi, dan dispaneuria.
Vegetasi yang besar dsebut giant condyloma (Buschke).
Pada pemeriksaan yang ringan tampak hiperemia di labisa minora, introitus
c. Diagnosis Banding vagina, dn vagina terutama 1/3 bagian bawah. Sering juga terdapat kelainan
- Veruka vulgaris yang khas yaitu bercak-bercak putih kekuningan.
- Kondiloma lata
- Karsinoma sel skuama Fluor albus pada kandidosis vagina berwarna kekuningan. Tanda khas ialah
gumpalan-gumpalan sebagai kepala susu berwarna putih kekuningan.
d. Penatalaksanaan
c. Diagnosis Banding
3
Pengobatan yang dianjurka: - Trikomonas vaginalis
- Gonore
- Tinktura podifilin 10-25%. Segera dicuci setelah 1-4 jam, diulangi - Leukoplakia
setiap minggu bila perlu. Sebelum obat dioleskan, kulit disekitar lesi - Liken planus
dioles salep pelindung misalnya vaselin album, atau
- Larutan asam trikloro-asetat 50-70% topikal. Setelah aplikasi taburi
d. Penatalaksanaan
dengan talk atau natrium bikarbonat untuk menghilangkan obat yang
tidak bereaksi, atau Pengobatan yang dianjurkan untuk kandidiasis vulvovaginalsi, yaitu:3
- Klotrimazol 200 mg, intravagina setiap hari selama 3 hari, or Pengobatan yang dianjurkan:3
- Klotrimazol 500 mg intravagina dalam dosis tunggal, atau
- Flukonazol 150 mg per oral dalam dosis tunggal,or - Metronidazol 2 gr per oral, diberikan dalam dosis tunggal, or
- Itrakonazol 200 mg per oral 2 kali sehari dosis tunggal - Tinidazol 2 gr per oral dalam dosis tunggal

Pilihan lain: Pilihan lain:

- Nistatin 100.000 IU intravagina setiap hari selama 14 hari. - Metronidazol 500 mg peroral 2 kali sehari selama 7 hari
- Tinidazol 500 mg per hari selama 7 hari
10. TRICHOMONIASIS
a. Definisi 11. VAGINOSIS BAKTERIALIS
a. Definisi
Trikomoniasis merupakan infeksi saluran urogenital bagian bawah
disebabkan oleh trichomonas vaginalis dan penularannya biasanya melalui Merupakan infeksi pada vagina yang disebabkan oleh bakteri Gardnerella
hubungan seksual. vaginalis.

b. Gejala klinis b. Gejala klinis


- Duh tubuh dari vagina yang ringan atau sedan
Pada wanita - Berbau tidak enak (amis) yang dinyatakan oleh pasien sebagai satu-
satunya gejala yang tdiak menyenangkan
- Sekret seropurulen berwarna kekningan, kning-hijau, berbau tak - Bau lebih menusuk setelah senggama dan mengakibatkan darah
enak (amlodorous), dan berbusa. menstruasi berbau abnormal
- Dinding vagina kemerahan dan sembab - Iritasi daerah vagina dan sekitarnya (gatal, rasa terbakar)
- Kadang abses kecil pda dinding vagina dan cervix  granuloma - Pemeriksaan: adanya duh tubuh vagina yang bertambah, warna bau-
berwarna merah (strawberry appearance abu homogen, viskositas rendah dan normal, berbau, dan jarang
- Dispareuria, perdarahan pascakoitus dan perdaran intermenstrual berbusa. Duh tubu melekat pada dinding vagina.terdapat eritema
Pada pria atau peteki pada dinding vagina.

- Disuria c. Diagnosis
- Poliuria
- Sekret uretra mukoid atau mukopurulen Diagnosis dapat ditegakan berdasarkan:
- Urin biasanya jernih tapi kadang ada benang-benang halus 1. Duh tubuh vagina berwarna abu-abu homogen dan berbau
2. Pada sediaan basah sekret vagina terlihat leukosit sedikit atau tidak
c. Penatalaksanaan ada, sel peitel banyak dan adanya kokobasil kecil-kecil yang
berkelompok. Clue Cell  adanya epitel vagina yang granular b. Faktor risiko
diliputi olehh kokobasil sehingga batas sel tidak jelas.
3. Bau amin setelah ditetesin 1 tetes larutan KOH 10% pada sekret Terdapat riwayat koitus dengan pasangan yang dicurigai menularkan
vagina  tes Sniff (tes amin) penyakit menular seksual.
4. pH vagina 4,5-5,5 c. Diagnosis
5. pemeriksaan kromatografi - Subjective
6. kultur
7. tes biokimia Biasanya terjadi pada daerah genitalia wanita yang berusia di atas 12 tahun,
reaksi oksidase, indole, urea negatif. ditandai dengan adanya perubahan pada duh tubuh disertai salah satu atau
lebih gejala rasa gatal, nyeri, disuria, nyeri panggul, perdarahan antar
d. Penatalaksanaan menstruasi atau perdarahan paska-koitus.

Pengobatan yang dianjurkan:3 - Objective

- Metronidazol 500 mg per oral, 2 kali sehari selama 7 hari, atau Penyebab discharge terbagi menjadi masalah infeksi dan non infeksi.
- Klindamisin 300 mg per hari, 2 kali sehari selama 7 hari Masalah non infeksi dapat karena benda asing, peradangan akibat alergi
atau iritasi, tumor, vaginitis atropik, atau prolaps uteri, sedangkan masalah
Pilihan lain: infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, jamur atau virus seperti berikut ini:
1. Kandidiasis vaginitis, disebabkan oleh Candida albicans, duh tubuh
- Metronidazol 2 gr per oral dalam dosis tunggal tidak berbau, pH <4,5 , terdapat eritema vagina dan eritema satelit di
luar vagina
12. FLUOR ALBUS/VAGINAL DISCHARGE NON-GONORE 2. Vaginosis bakterial (pertumbuhan bakteri anaerob, biasanya
Gardnerella vaginalis), memperlihatkan adanya duh putih atau abu-
(LEUKORRHEA)/KEPUTIHAN
abu yang melekat di sepanjang dinding vagina dan vulva, berbau
a. Definisi amis dengan pH >4,5.
3. Servisitis yang disebabkan oleh chlamydia, dengan gejala inflamasi
Vaginal discharge atau keluarnya duh tubuh dari vagina secara fisiologis
serviks yang mudah berdarah dan disertai duh mukopurulen
yang mengalami perubahan sesuai dengan siklus menstruasi berupa cairan 4. Trichomoniasis, seringkali asimtomatik, kalau bergejala, tampak
kental dan lengket pada seluruh siklus namun lebih cair dan bening ketika duh kuning kehijauan, duh berbuih, bau amis dan pH >4,5.
terjadi ovulasi. Masih dalam batas normal bila duh tubuh vagina lebih 5. Pelvic inflammatory disease (PID) yang disebabkan oleh chlamydia,
banyak terjadi pada saat stres, kehamilan atau aktivitas seksual. Vaginal ditandai dengan nyeri abdomen bawah, dengan atau tanpa demam.
discharge bersifat patologis bila terjadi perubahan-perubahan pada warna, Servisitis bisa ditandai dengan kekakuan adneksa dan serviks pada
konsistensi, volume, dan baunya. nyeri angkat palpasi bimanual.
6. Liken planus
7. Gonore
8. Infeksi menular seksual lainnya
9. Atau adanya benda asing (misalnya tampon atau kondom yang DAFTAR PUSTAKA
terlupa diangkat)

d. Pemeriksaan Penunjang
1. Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Panduan Praktik Klinis Dokter Di
Swab vagina atas (high vaginal swab) tidak terlalu berarti untuk diperiksa, Fasilitas Kesehatan Layanan Primer.; 2014.
kecuali pada keadaan keraguan menegakkan diagnosis, gejala kambuh, 2. Linuwih S, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit Dan
pengobatan gagal, atau pada saat kehamilan, postpartum, postaborsi dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi Ketujuh.;
postinstrumentation. 2016.

e. Komplikasi 3. Djuanda A, Dkk. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Fakultas


1. Radangpanggul (Pelvic Inflamatory Disease = PID) dapat terjadi Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi Kelima.; 2009.
bila infeksi merambah ke atas, ditandai dengan nyeri tekan, nyeri
panggul kronis, dapat menyebabkan infertilitas dan kehamilan 4. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8th. 2012:1294-
ektopik 1303.
2. Infeksi vagina yang terjadi pada saat paska aborsi atau paska 5. Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta E. Kapita Selekta
melahirkan dapat menyebabkan kematian, namun dapat dicegah Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi
dengan diobati dengan baik Keempat.; 2014.
3. Infertilitas merupakan komplikasi yang kerap terjadi akibat PID,
selain itu kejadian abortus spontan dan janin mati akibat sifilis dapat 6. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi
menyebabkan infertilitas Menular Seksual.; 2011.
4. Kehamilan ektopik dapat menjadi komplikasi akibat infeksi vaginal
yang menjadi PID.
Ketua Editor: Of Prengki, S.Ked

Anggota Editor:

- Ridho Anugrah, S.Ked

- Ilman Mabruri, S.ked

- Sinta Nur Apriliyani, S.Ked

- Chinta Nur Silmi, S.Ked

- Fitriah Hany, S.Ked

- Hanifatur Rohmah, S.Ked

- Danti Julianti, S.Ked

- Ratri Damayanti, S.Ked

Das könnte Ihnen auch gefallen