Sie sind auf Seite 1von 10

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA DIABETES


MELITUSPADA ANGGOTA DAN NON ANGGOTA KOMUNITAS
DIABETES DI PUSKESMAS NGRAMBE

Dika Erniantin(1), Martini(2), Ari Udiyono(2) dan Lintang Dian Saraswati(2)


(1)
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
(2)
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik, Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Diponegoro
Email: dikaerniantin@gmail.com

ABSTRACT

Diabetes Mellitus is a chronic metabolic disorder caused by increased levels of


blood sugar due to the pancreas is not enough to produce insulin. Diabetes can
be suffered for life, needs an evaluation to severity, burden of illness and
management of DM by looking at the quality of life in patients with Diabetes
Mellitus. The purpose of this research to describe the quality of life the patients
with Diabetes Mellitus on Members and Non Members of Diabetes Community.
This research is a descriptive research with cross sectional research approach.
The instruments used were DQOL questionnaires (Diabetes Quality of Life) to
measure quality of life, SDSCA (summary of diabetes self care activities) for self-
care, Social Support from rand health for social support, DMSES (Diabetes
Management Self Efficacy Scale) for self efficacy and BDI (Beck Depression
Inventory) for depression levels. The sample of this research are 40 responden
for each member the Diabetes community and Non Member of Diabetes
Community with home visit. The Results of this research show that in Members
and Non members of Diabetes Community have the same characteristics is
most : is long suffering DM 1-5 years, Female,not work, no school, low income
<UMK, married/ have a partner, routine blood sugar control, a high level of social
support. However, there are differences in outcomes between Diabetes
Community Members and Non Diabetes Community Members, age, blood sugar
levels, complications,self-care,depression levels, level of self efficacy and quality
of life. Quality of Life in Members of the diabetes community at most with a good
quality of life 70% while Non Members of the diabetes community most with poor
quality of life 52,5%. It is expected that all diabetics follow the diabetes
community because it can improve the quality of life and can improve the
management of DM activities for the better.

Keywords : Diabetes Mellitus, Quality of Life, Community of Diabetes

PENDAHULUAN memproduksi cukup insulin atau


Diabetes Melitus merupakan tubuh tidak dapat menggunakan
penyakit gangguan metabolik insulin yang diproduksi secara
menahun dengan karakteristik efektif.1,2Lebih dari 90% dari semua
hiperglikemia akibat pankreastidak penderita diabetes

215
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

merupakanDiabetes Melitus tipe 2 meningkatkan kualitas Hidup.


dan menimbulkan komplikasi jika Evaluasi terhadap pengelolaan perlu
tidak tertangani dengan baik. dilakukan untuk menilai keberhasilan
Penegakan kriteria diagnostik dari pengelolaan DM dan untuk
diabetes yaitu bila glukosa plasma menilai beban akibat kesakitan serta
puasa ≥126 mg/dl, glukosa plasma tingkat keparahan dari penyakit yang
sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan diderita anggota dan non anggota
klasik DM, glukosa 2 jam pasca komunitas dengan melihat kualitas
pembebanan ≥200 mg/dl dan HbA1c hidup penderita DM. Kualitas hidup
≥6.5%.3 merupakan respon emosional
Diabetes Melitus termasuk salah penderita terhadap kepuasan hidup
satu penyakit degeneratif yang yang menjadi tujuan akhir dari
memerlukan penanganan yang seluruh intervensi pada penderita
cukup serius dan masih menjadi DM tipe 2. Penyakit Diabetes Melitus
persoalan kesehatan dunia, ini akan menyertai penderita selama
termasuk Indonesia. Berdasarkan seumur hidup sehingga sangat
data Riskesdas 2007 prevalensi mempengaruhi kualitas hidup
nasional DM di Indonesia sebesar seseorang. Kualitas hidup
1.1%, dan mengalami kenaikan di memberikan penilaian secara umum
tahun 2013 menjadi 2.1%. mengenai kemampuan fungsional,
Persebaran Diabetes Melitus di ketidakmampuan dan kekhawatiran
Jawa Timur yang masuk ke dalam akibat penyakit yang diderita yang
10 besar kabupaten salah satunya terdiri dari beberapa dimensi yang
adalah Kabupaten Ngawi dengan akan diukur yaitu kesehatan fisik,
prevalensi Diabetes Melitus yaitu psikologis, hubungan sosial dan
2.1%. Berdasarkan data lingkungan. Kualitas hidup yang
simpustronik Puskesmas Ngrambe, rendah dapat memperburuk
prevalensi penderita DM di komplikasi dan dapat berakhir
Puskesmas tersebut berada diatas kecacatan atau kematian.
prevalensi Kabupaten Ngawi yaitu Banyak faktor yang
2.3% pada tahun 2016. mempengaruhi kualitas hidup
Diabetes Mellitus merupakan penderita DM. Berdasarkan
penyakit kronik yang tidak dapat penelitian sebelumnya terdapat
disembuhkan dan dapat hubungan yang signifikan antara
berkembang progresif menjadi tingkat pendidikan, status sosial
komplikasi, namun berpotensial ekonomi berdasarkan jenis kelamin,
untuk dikendalikan melalui pendapatan, status pernikahan,
pengelolaan DM. Pengelolaan DM lama menderita, komplikasi diabetes
dilakukan dengan penerapan 4 pilar mellitus, aktivitas self care,efikasi
DM. Pengelolaan tersebut diri, dukungan sosil dan depresi
diterapkan di dalam komunitas yang dengan kualitas hidup pasien
dibantu oleh petugas medis. Dari diabetes melitus tipe 2.4,5, 6
1015 pasien DM di Puskesmas Berdasarkan perumusan
Ngrambe, hanya 120 yang mengikuti masalah tersebut dan belum adanya
komunitas DM. Sehingga masih penelitian sebelumnya yang meniliti
banyak pasien yang belum tentang kualitas hidup penderita
mengikuti kegiatan terkait Diabetes Melitus pada anggota
pengelolaan DM secara rutin dan komunitas dan Non komunitas
intensif. Tujuan dari pengelolaan DM Diabetes, maka peneliti tertarik
yaitu mencegah komplikasi dan untuk meneliti tentang gambaran

216
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

kualitas hidup penderita Diabetes informed consent, bertempat tinggal


Melitus pada Anggota dan Non di wilayah kerja Puskesmas
Anggota Komunitas Diabetes di Ngrambe dan tercatat sebagai
Puskesmas Ngrambe. Anggota Komunitas Diabetes lebih
dari 1 tahun untuk responden pada
METODE kelompok Anggota Komunitas
Jenis Penelitian ini adalah Diabetes.
penelitian deskriptif dengan
menggunakan studi cross sectional. HASIL DAN PEMBAHASAN
Populasi penelitian ini adalah Karakteristik subjek
penderita Diabetes Melitus di penelitian yang dilihat berdasarkan
wilayah kerja Puskesmas Ngrambe. jenis kelamin, umur, jenis kelamin,
Sampel penelitian ini adalah tingkat pendidikan, status
penderita DM Anggota Komunitas pernikahan, tingkat pendapatan,
dan penderita DM Non Anggota lama DM, tingkat pemeriksaan gula
komunitas dengan masing-masing darah, komplikasi, kadar gula darah
kelompok berjumlah 40 pada kelompok Anggota komunitas
orang.Sampel diambil dengan total dan Non Anggota ditunjukkan dalam
populasidengan menggunakan tabel 1.
kriteria-kriteria tertentu. Kriteria
Inklusi yaitu tercatat sebagai pasien
penderita Diabetes Melitus yang
berobat di Puskesmas Ngrambe,
bersedia menjadi responden
penelitian dengan menandatangani

Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden pada Anggota Komunitas


dan Non Anggota Komunitas Diabetes Sehat Puskesmas Ngrambe
Non
Komunitas
Komunitas
Karakteristik Responden Diabetes
Diabetes
f % f %
Usia 63-68 tahun 3 7,5 13 32,5
57-62 tahun 12 30,0 11 27,5
51-56 tahun 11 27,5 8 20,0
45-50 tahun 14 35,0 8 20,0
Jenis Kelamin Perempuan 28 70,0 28 70,0
Laki-laki 12 30,0 12 30,0
Tingkat pendidikan Tidak Sekolah 15 37,5 11 27,5
SD/ Sederajat 14 35,0 11 27,5
SMP/ Sederajat 6 15,0 6 15,0
SMA/ Sederajat 4 10,0 3 7,5
Perguruan Tinggi 1 2,5 9 22,5
Status Pernikahan Sendiri 4 10,0 4 10,0
Menikah 36 90,0 36 90,0
Lama DM < 5 tahun 26 65,0 18 45,0
≥ 5 tahun 14 35,0 22 55,0
Tingkat Kontrol Gula
Rutin (1 bulan ≤1x) 22 55,0 37 92,5
Darah
Tidak rutin (1 bulan 18 45,0 3 7,5

217
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

>1x)
Kadar Gula Darah Tinggi (≥ 200 mg/dL) 23 57,5 15 37,5
Baik (<200 mg/dL) 17 42,5 25 62,5
Komplikasi Ya 20 50,0 18 45,0
Tidak 20 50,0 22 55,0
Karakteristik responden Sedangkan Karakteristik responden
penderita DM pada Non Anggota pada Anggota Komunitas Diabetes
Komunitas Diabetes Sehat paling Sehat paling banyak berusia 63-68
banyak berusia 45-50 tahun 35%, tahun32,5%, berjenis kelamin
berjenis kelamin perempuan perempuan 70%, tidak bersekolah
70%,berpendidikan rendah 92,5%, dan SD yaitu sejumlah 27,5%,
tidak bersekolah 37,5%, berstatus berstatus menikah 90%, lama DM ≥5
menikah atau memiliki pasangan tahun 55%, tingkat kontrol gula
hidup 90%, lama DM <5 tahun 60%, darah rutin 92,5%, kadar gulaNormal
pada tingkat kontrol gula darah rutin (>200) 62,5%, tidak memiliki
55%, kadar gula tinggi (≥200) komplikasi 55%.
57,5%, pada komplikasi 50%.

Tabel 2. Distribusi frekuensi berdasarkan Efikasi diri, Perawatan Diri, Depresi dan
Kualitas Hidup pada Anggota dan Non Anggota Komunitas Diabetes Sehat
Non Komunitas Komunitas
Diabetes Diabetes
f % f %
Kualitas Hidup Buruk 21 52,5 12 30,0
Baik 19 47,5 18 70,0
Perawatan Diri Kurang 22 55 17 42,5
Baik 18 45,0 23 57,5
Tingkat Depresi Depresi 25 62,5 17 42,5
Normal 15 37,5 23 57,5
Efikasi Diri Kurang 22 55,0 17 42,5
Baik 18 45,0 23 57,5

Hasil analisis menunjukkan yang dilakukan secara rutin dengan


bahwa pada Non Anggota keterlibatan petugas kesehatan yang
Komunitas memiliki Efikasi diri dilakukan untuk meningkatkan
kurang 55%, perawatan diri kurang kemandirian serta meningkatkan
55%, depresi 62,5% dan kualitas kesehatan setiap anggotanya.
hidup buruk 52,5%. Sedangkan Penderita Diabetes yang mengikuti
pada Anggota Komunitas memiliki komunitas tersebut secara rutin,
efikasi diri baik 57,5%, perawatan sudah dipastikan akan mendapatkan
diri baik 57,5%, tingkat depresi semua kegiatan tersebut sesuai
normal 57,5%, dan kualitas hidup dengan pengarahan dari petugas
baik 70%. kesehatan yang memiliki kompetensi
Komunitas diabetes mewadahi dibidang tersebut.
penderita DM untuk melakukan Penyakit diabetes membutuhkan
kegiatan pengelolaan empat pilar pengelolaan yang harus dilakukan
diabetes yaitu berupa edukasi, terapi secara tepat dan konsisten seumur
nutrisi, aktifitas fisik dan farmakologi hidupnya. Pengelolaan DM yang

218
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

tepat diharapkan dapat terhindar dari perubahan perilaku sangat


komplikasi dan dapat menjalankan diperlukan untuk mencapai tujuan
aktivitas sehari-hari sesuai dengan dari pengelolaan DM yaitu kadar
kondisi kesehatan pasien. gula dalam batas normal dan
Pengelolaan tersebut membutuhkan menurunkan risiko komplikasi dan
usaha oleh pasien dalam meningkatkan kualitas
menghadapi berbagai tuntutan hidup.5Menurut beberapa penelitian
seperti faktor sosial, psikososial yaitu oleh Ratnawati dan Rahman
yang bisa menyebabkan menyebutkan bahwa terdapat
ketidakpatuhan. Salah satu faktor hubungan yang signifikan antara
penting adalah adanya efikasi diri efikasi diri terhadap kualitas hidup
pasien, yaitu kepercayaan atau pada pasien Diabetes Melitus tipe
keyakinan pasien dalam 2.5,8
mengendalikan kemajuan kondisi Efikasi Diri dalam Diabetes
medisnya untuk mendapatkan hasil Melitus mengukur keyakinan atau
sesuai yang diharapkan. kepercayaan pasien DM dan
Berdasarkan penelitian oleh Shao di kemampuan atau kekuatan pribadi
Guangzhou Cina tahun 2014 pasien berupa pengaturan pola
didapatkan hasil bahwa self efficacy makan/diet, aktifitas fisik,
telah terbukti mempengaruhi pemantauan kadar glukosa darah,
kepatuhan terhadap pengelolaan terapi pengobatan dan perawatan
dan hasil pengobatan di antara umum. Dan didapatkan hasil bahwa
pasien Diabetes Melitus.7 berdasarkan hasil penelitian
Efikasi diri menentukan pada diri menunjukkan hasil yang berbeda
individu untuk merasa, berfikir, antara aggota dan non anggota
memotivasi dirinya, dan berperilaku komunitas, dimana kelompok
untuk mencapai tujuan yang anggota komunitas memiliki efikasi
diinginkan.5 Efikasi diriberkembang diri yang baik dari pada non anggota
melalui sumber-sumber yaitu komunitas.
pengalaman keberhasilan, Berdasarkan penelitian oleh
pengalaman orang lain, persuasi beberapa peneliti didapatkan hasil
verbal berupa saran, nasihat, bahwa, dalam proses penyakit
bimbingan dari orang lain. Proses kronis, selfefficacy sangat penting.
pembentukan efikasi diri dimulai dari Karena dengan adanya self efficacy
proses berfikir, termasuk cara pasien diabetes dapat
memperoleh, pengorganisasian dan mengendalikan 95% penyakit
penggunaan informasi, kemudian mereka sendiri secara pribadi.
munculnya motivasi yang Selfefficacy secara langsung dapat
dibangkitkan melalui kognitif, meningkatkan motivasi untuk
pengaturan kondisi emosi dan reaksi mengembangkan perilaku
emosional, serta memilih aktivitas kesehatan. Rendahnya efikasi diri,
dan situasi yang sesuai dengan mungkin dikarenakan kurang
kemampuannya.5Individu dengan mencoba mengubah kebiasan-
efikasi diri yang kuat memiliki kebiasan perilaku yang
harapan yang besar terhadap buruk.Sedangkan tingkat selfefficacy
keberhasilan dalam mencapai yang lebih tinggi dikaitkan dengan
tujuan, sedangkan individu dengan praktik perawatan diri diabetes yang
efikasi yang rendah memiliki lebih baik.9,10
keraguan dalam mencapai Perawatan diri diabetes
tujuannya. Pada pasien DM merupakan program atau tindakan

219
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

yang dilakukan perorangan perawatan diri DM yang taat


sepanjang kehidupanya dan menjadi sejumlah 41,8%.12
tanggungjawab penuh bagi setiap Penelitian oleh Tyas dan
penderita diabetes untuk mengontrol Rantungdidapatkan hasil bahwa
diabetes yang meliputi tindakan terdapat hubungan yang bermakna
pengobatan dan pencegahan antara perawatan diri dengan
komplikasi. Perawatan diri DM terdiri kualitas hidup pasien DM tipe 2 yang
dari perencanaan diet, aktivitas, berarti bahwa semakin meningkat
terapi DM, perawatan kaki dan perawatan diri maka akan
pemeriksaan kaki serta pemeriksaan meningkatkan kualitas hidup.
kadar gula darah secara mandiri.11,12 Sedangkan perawatan diri yang
Telah diklaim bahwa sebanyak kurang maka kualitas hidupnya akan
98% perawatan diabetes adalah menurun.12,4
perawatan diri. Setiap penderita DM Dengan penatalaksanaan DM
harus mematuhi perilaku perawatan yang tepat diharapkan pasien dapat
diri secara tepat dan konsisten, terhindar dari komplikasi dan dapat
untuk mencegah komplikasi yang menjalankan aktivitas sehari-hari
terkait dengan diabetes (seperti sesuai dengan kondisi kesehatan
retinopati, nefropati, neuropati dan pasien. Penatalaksanaan self-
penyakit kardiovaskular), untuk careyang tidak tepatdapat menjadi
mempertahankan atau mencapai beban bagi pasien, karena
kualitas hidup yang baik, dan untuk perubahan gaya hidup dan
mencapai kesejahteraan subjektif penyesuaian terhadap perubahan
dan rasa kontrol terhadap diabetes.9 dalam kegiatan sehari-hari akan
Berdasarkan penelitian di menghasilkan respon emosi yang
dapatkan hasil bahwa pada Anggota negatif, termasuk perasaan marah,
Non Komunitas memiliki perawatan frustrasi, sedih atau kesepian.4
diri yang kurang yaitu 55% Pasien DM yang tidak dapat
sedangkan pada Anggota Komunitas menerima keadaan yang terjadi
didapatkan hasil bahwa perawatan pada dirinya, dapat mengalami
diri pada responden memiliki depresi.Depresi merupakan
perawatan diri yang baik sebesar gangguan alam perasaan yang
57,5%. ditandai dengan kemurungan dan
Berdasarkan hasil dari beberapa kesedihan yang mendalam dan
penelitian didapatkan bahwa berkelanjutan sehingga
penderita diabetes memiliki nilai menyebabkan hilangnya kegairahan
perawatan diri yang rendah. hidup, membuat orang tidak dapat
Penelitian oleh Cassidy Devarajooh berfungsi seutuhnya serta tidak
di Malaysia tahun 2017 didapatkan dapat menggunakan kemampuan
hasil bahwa perawatan diri yang yang dimilikinya.
jelek lebih tinggi yaitu 54,2% Berdasarkan hasil penelitian
sedangkan perawatan diri yang menunjukkan hasil yang berbeda
bagus sebesar 45,8%. Penelitian antara aggota dan non anggota
tersebut sejalan dengan Tyas pada komunitas, dimana kelompok
122 responden di Poli Dalam BPK anggota komunitas memiliki tingkat
RSD Mardi Waluyo dan Poliklinik depresi yang normal sedangkan
RSK Budi Rahayu Kota Blitas tahun pada Non Anggota, sebanyak 62,5%
2008 didapatkan hasil bahwa responden mengalami depresi.
perawatan diri kurang taat lebih Munculnya depresi dapat
banyak yaitu 58,2% sedangkan berkontribusi pada penurunan fisik

220
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

dan fungsi mental yang pilihan pengobatan. Persepsi


menyebabkan seseorang tidak individu tentang dampak dan
mengikuti perawatan diri secara rutin kepuasan tentang derajat kesehatan
dan menyebabkan kadar gula dan keterbatasannya menjadi
meningkat serta munculnya penting sebagai evaluasi akhir
komplikasi.Selain itu Pengelolaan terhadap keefektifan pengobatan,
DM yang membutuhkan waktu lama dalam evaluasi pelayanan
bahkan seumur hidup dapat kesehatan, untuk penilaian dan
berakibat pada penurunan fungsi untuk membuat kebijakan.15
psikis pasien DM. Terdapat Penanganan DM yang tidak
penelitian yang menunjukkan bahwa baikdapat menyebabkan kondisi
penanganan DM yang seumur hidup kronik yang membahayakan jiwa
akan mengakibatkan masalah dan mempengaruhi kualitas hidup
psikologi pada pasien seperti seseorang. Penurunan kualitas
depresi, cemas, dan frustasi.8 Dapat hidup mempunyai hubungan yang
dipahami jika penderita DM tipe 2 signifikan terhadap angka kesakitan
mengalami stres, tentunya ini akan dan kematian, serta mempengaruhi
mempengaruhi fungsi tubuh. Stres usia harapan hidup pasien Diabetes
akan memicu peningkatkan kortisol Melitus.16 Kualitas hidup yang buruk
dalam tubuh yang akan juga menunjukkan bahwa
mempengaruhi peningkatkan kadar kemampuan dalam melakukan
glukosa darah dengan meningkatkan aktivitas fisik mulai berkurang dan
glukoneogenesis katabolisme lemak bahkan menghilang.Kemampuan
dan protein. Selain itu, kortisol juga aktivitas sehari-hari menjadi sangat
akan mengganggu ambilan glukosa terbatas.
oleh sel tubuh sehingga dapat Hasil penelitian menunjukkan
mempengaruhi kadar glukosa darah. bahwa pada kelompok Non Anggota
Kondisi ini dapat menyebabkan komunitas memiliki efikasi diri yang
terjadinya ketidak seimbangan kadar kurang, perawatan diri kurang,
gula dalam darah dan jika hal ini mengalami depresi yang masih
terjadi dalam waktu yang lama maka banyak sehingga dapat mendukung
risiko munculnya komplikasi akan kualitas hidup buruk.
meningkat dan akan berpengaruh Perbedaan hasil kualitas hidup
terhadap kualitas hidup pada Non Anggota Komunitas dan
responden.13,14Hasil penelitian Anggota komunitas disebabkan
sebelumnya menyebutkan bahwa karena pada Non Komunitas
terdapat hubungan antara depresi sebagian besar responden belum
dengan kualitas hidup. Pasien DM puas dengan pengobatan dan
tipe 2 yang tidak mengalami depresi mengalami dampak negatif dari
maka kualitas hidupnya meningkat, penyakit yang dialami serta
begitu juga pasien DM yang pengobatan yang dijalani. Hal
mengalami depresi maka kualitas tersebut didukung dengan hasil pada
hidupnya menurun.8 variabel-variabel lainnya yang
Salah satu tujuan dari terapi mendukung hasil pengukuran
Diabetes Melitus adalah kualitas hidup yaitu pada Non
meningkatnya kualitas Anggota Komunitas dengan
hidup.Kualitas hidup dipakai sebagai kebanyakan responden
alat yang digunakan untuk menilai berpendidikan rendah,
hasil dari sebuah hasil medis berupa berpenghasilan rendah dan tidak
perawatan dan manfaat dari sebuah mengikuti komunitas yang berarti

221
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

tidak mengikuti kegiatan Anggota Komunitas dan Non


pengelolaan DM yang dipantau Anggota komunitas, yaitu usia, kadar
petugas kesehatan secara rutin dan gula darah, komplikasi, tingkat
intensif, memiliki efikasi diri kurang, perawatan diri, tingkat depresi,
perawatan diri yang. Dengan tingkat efikasi diri serta kualitas
perawatan diri yang rendah dan hidup. Kualitas Hidup pada Anggota
disertai dengan kadar gula darah Komunitas paling banyak dengan
yang tinggi serta masih banyaknya kualitas hidup baik 70% sedangkan
responden yang mengalami Non Anggota Komunitas kualitas
komplikasi menyebabkan munculnya hidup baik hanya 47,5%.
gejala depresi. Hal tersebut yang SARAN
menyebabkan kualitas hidup buruk 1. Bagi Masyarakat
pada Non Anggota komunitas. a. Masyarakat diharapkan
Sedangkan pada komunitas, memperbanyak aktifitas fisik
sebagian besar responden sudah sehari-hari, seperti
cukup puas terhadap pengobatan membiasakan berjalan kaki
yang dijalani dan sangat jarang ataupun bersepeda.
mengalami dampak negatif dari b. Masyarakat diharapkan
penyakitnya. Hal tersebut didukung mampu melakukan
dengan hasil pada variabel lainnya pengaturan pola makan yang
yaitu pada Anggota komunitas yang sehat sesuai kebutuhannya.
mendapatkan kegiatan pengelolaan c. Masyarakat diharapkan
DM yaitu berupa seminar kesehatan memahami keadaan dirinya
rutin, latihan fisik berupa senam DM, dan segera memeriksakan
pemeriksaan fisikdan gula darah, diri jika mengalami adanya
pengelolaan farmakologi. Dengan gejala penyakit kronis, agar
adanya kegiatan tersebut segera terdiagnosis lebih dini
menyebabkan efikasi diri anggota oleh dokter.
komunitas baik, perawatan diri baik, d. Masyarakat diharapkan
tidak mengalami depresi, komplikasi menambah pengetahuan
yang rendah. Berdasarkan hal tentang kesehatan dengan
tersebut yang menyebabkan pada mengikuti seminar kesehatan
Anggota Komunitas Diabetes dan mengikuti komunitas
memiliki kualitas hidup yang baik. seperti komunitas diabetes
sebagai bentuk pencegahan
KESIMPULAN dini risiko terkena penyakit
Berdasarkan hasil penelitian kronik seperti diabetes
dapat disimpulkan bahwa: mellitus.
Non Anggota dan Anggota 2. Bagi Pelayan Kesehatan
Komunitas Diabetes memiliki a. Petugas Puskesmas
kesamaan karakteristik yaitu paling diharapkan lebih intensif
banyak lama menderita DM1-5 dalam memberikan konseling
tahun, berjenis kelamin perempuan, terkait perawatan diri
tidak bekerja, tidak bersekolah, diabetes melitus yaitu terkait
memiliki pendapatan <UMK, dengan diet sesuai petunjuk
berstatus menikah atau memiliki dokter, meningkatkan
pasangan hidup, tingkat aktivitas fisik, rutin
pemeriksaan gula darah rutin, melakukan pemeriksaan gula
dukungan sosial baik. Namun darah serta melakukan
terdapat perbedaan hasil antara pemeriksaan kaki.

222
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

b. Kegiatan Komunitas Efikasi Diri Terhadap Kualitas


Diabetes sebaiknya perlu Hidup Pasien Diabetes
memberikan bimbingan Melitus Tipe 2 Di RS PKU
psikologis dengan Muhammadiyah Yogyakarta.
mendatangkan psikiater Yogyakarta: Universitas
untuk meningkatkan motivasi Muhammadiyah Yogyakarta;
dan mencegah depresi pada 2016.
penderita DM. 6. Yusra A. Hubungan Antara
c. Dengan banyaknya manfaat Dukungan Keluarga Dengan
di dalam Komunitas Diabetes Kualitas Hidup Pasien
Sehat, petugas puskesmas Diabetes Melitus Tipe 2 Di
harus lebih aktif lagi dalam Poliklinik Penyakit Dalam
mengajak penderita DM Rumah Sakit Umum Pusat
lainnya untuk bergabung di Fatmawati Jakarta. Jakarta:
dalam komunitas tersebut. Universitas Indonesia; 2011.
UCAPAN TERIMA KASIH 7. Shao Y, Liang L, Shi L, Wan
C, Yu S. The Effect of Social
1. Dr. Ir. Martini, M. Kes Support on Glycemic Control
2. dr. Ari Udiyono, M.Kes in Patients with Type 2
3. Lintang Dian Saraswati, SKM, Diabetes Mellitus: The
M.Epid Mediating Roles of Self-
Efficacy and Adherence. J
Diabetes Res;2017:8. 2.
DAFTAR PUSTAKA 8. Rahman HF, Yulia, Sukmarini
1. Kementerian Kesehatan RI. L. Efikasi Diri, Kepatuhan, dan
Pusat Data Dan Kualitas Hidup Pasien
Informasi.Situasi Dan Analisis Diabetes Melitus Tipe 2. J
Diabetes. Indonesia: Pustaka Kesehat.
Kementerian Kesehatan RI; 2017;5(1):108-113.
2014. 9. Mohebi S, Azadbakht L, Feizi
2. Wulandari MY. Kaitan A, Sharifirad G, Kargar M.
Sindroma Metabolik dan Gaya Review the key role of self-
Hidup Dengan Gejala efficacy in diabetes care. J
Komplikasi Mikrovaskuler. J Educ Heal Promot. 2013;2:36.
Berk Epidemiol. 10. Devarajooh C, Chinna K.
2013;1(2):224-233. Depression, distress and self-
3. Perkumpulan Endokrinologi efficacy: The impact on
Indonesia. Konsensus diabetes self-care practices.
Pengelolaan Dan PLoS One. 2017;12(3):1-16.
Pencegahan Diabetes Melitus 11. Soegondo D.
Tipe 2 Di Indonesia. Jakarta: Penatalaksanaan Diabetes
PB.Perkeni; 2015. Melitus Terpadu. Jakarta:
4. Rantung J, Yetti K, Herawati Balai Penerbit FKUI; 2007.
T. Hubungan self-care 12. Tyas MDC. Hubungan
dengan kualitas hidup pasien Perawatan Diri Dan Persepsi
diabetes melitus (dm) di Sakit Dengan Kualitas Hidup
persatuan diabetes indonesia Pasien Diabetes Melitus Tipe
(persadia) cabang cimahi. J 2 Dalam Konteks Asuhan
Sk Keperawatan. Keperawatan Di Kota Blitar.
2015;1(1):38-51. Jakarta: Universitas
5. Ratnawati N. Hubungan

223
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Indonesia; 2008. Di Surakarta. Surakarta:


13. Antari, Rasdini, Triyanni. Universitas Muhammadiyah
Besar Pengaruh Dukungan Surakarta; 2014.
Sosial Terhadap Kualitas 15. WHO. Introducing the
Hidup Pada Penderita WHQOL
Diabetes Melitus Tipe 2. Bali: Instrumnet.www.who.int.
Universitas Udayana; 2013. 16. Laoh JM, Tampongangoy D.
Gambaran kualitas hidup
14. Dewi RK. Hubungan Antara pasien diabetes mellitus di
Kadar Glukosa Darah poliklinik endokrin rsup Prof.
Penderita Diabetes Melitus dr. r. d. Kandou Manado.
Tipe 2 Dengan Kualitas Hidup JUIPERDO. 2015;4(1):32-37.
Pada Peserta Prolanis Askes

224

Das könnte Ihnen auch gefallen