Sie sind auf Seite 1von 7

TUGAS MATA KULIAH BIOLOGI MULUT I

PERAN DAN MEKANISME FLUOR DALAM MENCEGAH KARIES

oleh:

KELOMPOK D (GANJIL)

Reyhan Al Zena Sanaria 8387 Malida Magista 8509

Rizky Noorleta Putri 8395 Amadea Winata 8531

Erliani Tantri Harsono 8493 Merry Angel Marcella 8547

Meliana Ganda W. 8413 Annisa Nabila 8555

Fransiska Debby Rosalia 8421 Santika Devi Arimbi 8567

Nina Indrawati Rosita 8429 Erdananda Nindya W. 8511

Gloria Fortuna 8437 Pandu Azhar 8533

Yuli Anderiani 8445 Adella Syvia M. 8549

Maria Felicitas Ajeng 8473 Tresy Charlotte Marito 8559

Astrid Ardiana Armanto 8485 Dewi Sartika 8569

Galih Puspitaningrum 8493

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2010
ABSTRACT

Introduction: Dental caries is one of many diseases in oral cavity.


Fluoride was introduced to reduce the caries. There are various ways of fluoride
administration; one of them is water fluoridation. Water fluoridation is an effective
and inexpensive way to achieve appropriate fluoride exposure that is necessary
to help prevent tooth decay.
Case Presentation: A patient with a depth of dentin caries in maxillary
right first molar, with the tooth is still vital, feels pain when drinking cold or hot
beverages. After Rontgen examination, a radiolucent area appeared in the tooth
crown, nearly reaching the pulp. From clinical examination, the patient is noted to
have poor oral hygiene, seen from the redness area on entire teeth surface.
Conclusion: Higher rate of caries is obtained by the control group
(without fluoride administration) than the treatment group. By comparing the
occurrence of caries in adults of all ages with fluoride administration, caries rate
is always higher in the control group than the treatment group. Compared with all
fluoride administration (water fluoridation, personal fluoride application,
combination of personal and professional fluoride application, and fluoride
application by a professional), water fluoridation is effective in degrading caries
rates. Water fluoridation is also a way of adjusting the most appropriate
concentration of fluoride in drinking water for the communities with the optimal
concentration of fluoride to prevent dental caries.

Key words: dental caries, fluoride, water fluoridation, dose of


fluoride.

PENDAHULUAN

WHO mendefinisikan karies gigi sebagai proses patologis yang


“terlokalisasi, yang terjadi setelah gigi erupsi”, proses patologis yang berasal dari
luar yang melibatkan jaringan lunak serta jaringan keras dan selanjutnya akan
membentuk rongga pada gigi.

Menurut Wilkins (1991), karies gigi adalah penyakit dari kalsifikasi struktur
gigi: email, dentin dan sementum, yang ditandai dengan dekalsifikasi dari
komponen mineral dan kelarutan (dissolution) dari matriks organik.

Karies gigi dihasilkan karena adanya hubungan timbal balik antara empat
factor, yaitu permukaan gigi yang rentan (host), mikroorganisme tertentu
(bakteri), kabohidrat yang dipecah terutama dalam bentuk sukrosa (subsrat), dan
waktu.

Keuntungan fluoridasi air minum dalam menurunkan prevalensi karies gigi


telah dibuktikan dalam berbagai belahan dunia. Mulai dari Grand Rapids di USA,
yang merupakan kota pertama yang melakukan fluoridasi air minum, sampai ke
Birmingham dan Newcastle (Elderton, 1994).
Pengaplikasian fluor dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara sistemik
dan secara topikal :

A. Fluor Secara Sistemik


1. Pemberian fluor pada air minum
Konsentrasi optimal fluorida yang dianjurkan dalam air minum adalah 0,7-
1,2 ppm. Menurut penelitian Murray and Rugg-gun cit. Linanof, fluoridasi
air minum dapat menurunkan karies 40-50% pada gigi susu (Ami Angela,
2005).
2. Pemberian fluor pada makanan
3. Fluor pada obat-obatan

B. Fluor Secara Topikal (Yanti 2002):


1. Aplikasi topikal yang mengandung fluor
Yang dimaksud dengan aplikasi topikal fluor adalah pengolesan
langsung fluor pada enamel. Setelah dioleskan fluor, gigi dibiarkan kering
selama 5 menit, lalu selama 1 jam tidak boleh makan, minum atau
berkumur (Lubis, 2001).
Sediaan fluor dibuat dalam berbagai bentuk, yaitu NaF, SnF, APF,
yang pemakaiannya dengan cara diulaskan pada permukaan gigi dan
dengan pemberian varnish fluor. Senyawa NaF ini dianjurkan
penggunaannnya pada konsentrasi 2%, dilarutkan dalam bentuk bubuk
0,2 gram dengan air destilasi 10 ml (Yanti, 2002).
2. Berkumur dengan larutan yang mengandung fluor
3. Menyikat gigi dengan pasta yang mengandung fluor

LAPORAN KASUS

Seorang pasien datang ke klinik RSGM dengan keluhan rasa sakit pada
gigi geraham atas kanan. Berdasarkan hasil anamnesis, terungkap informasi
bahwa pasien merasakan sakit pada gigi tersebut apabila pasien minum
minuman dingin atau panas. Rasa sakit tersebut dirasakan sejak dua minggu
yang lalu.
Hasil pemeriksaan intraoral menunjukkan bahwa kondisi oral hygiene
pasien buruk. Pada saat dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan
disclosing solution, tampak area kemerahan pada seluruh permukaan gigi,
terutama pada area lingual gigi-geligi anterior rahang bawah dan bukal gigi-geligi
posterior rahang atas. Hasil pemeriksaan juga menunjukkan bahwa terdapat
lubang besar dengan kedalaman dentin pada gigi molar pertama kanan rahang
atas dan gigi masih vital.
Hasil pemeriksaan Rontgen menunjukkan bahwa pada gigi tersebut
terdapat area radiolusen pada mahkota gigi hampir mencapai pulpa gigi.

Merajuk pada kasus yang dikeluhkan dan diungkapkan dari pasien, dapat
diketahui bahwa pasien menderita karies dental dengan kedalaman dentin. Gigi
pasien juga terasa sakit. Hal ini dapat diakibatkan karena adanya tubulus
dentinalis yang terbuka mengingat kedalaman karies sudah hampir mendekati
pulpa. Oral hygiene pasien yang buruk juga terlihat dari banyaknya timbunan
plak.

PEMBAHASAN

Fluoridasi dapat dinyatakan sebagai suatu bentuk suplemen nutrisi, yaitu


fluor sebagai suplemen nutrisi ditambahkan ke air minum. American Dental
Association (ADA) mendefinisikan fluoridasi air minum sebagai suatu
penyesuaian konsentrasi fluor alamiah pada suplai air minum ke tingkat
konsentrasi yang direkomendasikan untuk mencapai kesehatan gigi yang optimal
(Sriyono, 2005).

Fluoridasi juga merupakan cara penyesuaian konsentrasi fluor yang


paling tepat pada pusat sumber air minum untuk masyarakat, dengan
konsentrasi fluor yang optimal untuk mencegah karies gigi. Tingkat optimal
konsentrasi fluor ternyata antara 0,7 sampai 1,2 ppm (Neenan dkk, 2004).

Tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi gigi dari karies; fluor
bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat
menyebabkan fermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada
enamel menjadi fluor apatit yang lebih stabil dan lebih tahan terhadap pelarutan
asam.

Reaksi kimia Ca10(PO4)6.(OH)2 + F  Ca10(PO4)6.(OHF)


menghasilkan enamel yang lebih tahan asam sehingga dapat menghambat
proses demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi yang merangsang
perbaikan dan penghentian lesi karies (Angela, 2005).

Mineral pada email adalah kalsium fosfat, yang disebut hidroksi apatit.
Terdapat 2 teori tentang mekanisme kariostatik oleh fluor, yaitu:

1). Saat konsentrasi fluor tinggi pada apatit email, email tersebut resisten
terhadap karies.
2). Saat konsentrasi fluor tinggi di dalam medium, email tidak akan terlarut
(berdasarkan hukum aksi massa) (Larsen, 1990; White and Nancallas,
1990; tan Cate, 1997).

Ketika email terpapar oleh konsentrasi fluor yang tinggi, material calcium
fluoride-like akan terbentuk pada permukaan email. Calcium fluoride ini bekerja
sebagai tempat penyimpanan (reservoir) ion fluorida di email dan plak. Karena
saliva tidak sepenuhnya jenuh kalsium fluorida, saliva melarutkan garam
tersebut.

Pelepasan F di reservoir tergantung pada pH, di mana pH rendah


meningkatkan pelepasannya. Pada pH rendah, ketika apatit email terlarut saat
pembentukan lesi karies, konsentrasi F meningkat pada medium, sehingga dapat
menginduksi formasi fluor apatit pada lapisan permukaan email.

Apabila tidak ada F, lapisan yang termineralisasi baik tersebut tidak akan
terbentuk, mengakibatkan lesi menjadi erosi. Semakin tinggi konsentrasi F pada
fase aqueous, semakin jenuh akibat keberadaan fluor apatit dan lapisan makin
termineralisasi baik.

Susunan CaF pada lapisan gigi sangat bergantung pada durasi kontak
antara agen F dan mineral. Tingginya tingkat F dan kuatnya ikatan F pada
permukaan gigi sangat menguntungkan untuk mencegah karies karena
solubilitas ‘fluor apatit’-nya rendah (White and Nancallas, 1990).

Pada dasarnya ada 3 mekanisme dasar dalam mencegah dan


menghambat terjadinya karies, yaitu dengan cara menghambat metabolisme
bakteri, menghambat demineralisasi, dan meningkatkan remineralisasi.
Dalam menghambat metabolisme, bakteri fluor yang terionisasi (F-) tidak
dapat menembus dinding dan membran bakteri, tetapi dapat masuk ke sel
bakteri kariogenik dalam bentuk HF. Ketika pH plak turun akibat bakteri yang
menghasilkan asam, ion hidrogen akan berikatan dengan fluor dalam plak
membentuk HF yang dapat berdifusi secara cepat ke dalam sel bakteri. Di dalam
sel bakteri, HF akan terurai menjadi H+ dan F-. H+ akan membuat sel menjadi
asam dan F- akan mengganggu aktivitas enzim bakteri. Contohnya, fluor
menghambat enolase (enzim yang dibutuhkan bakteri untuk metabolisme
karbohidrat). Terperangkapnya fluor di dalam sel merupakan proses yang
kumulatif.

Mekanisme dasar yang kedua ialah menghambat demineralisasi dengan


cara fluor yang diadsorpsi ke permukaan kristal CAP (mineral email) dan
menyebabkan mekanisme proteksi yang poten melawan kelarutan asam pada
permukaan kristal pada gigi sehingga demineralisasi dapat dihambat.
Selanjutnya fluor akan meningkatkan remineralisasi dengan
mengadsorpsi pada permukaan kristal menarik ion kalsium diikuti dengan ion
fosfat untuk pembentukan mineral baru.
(Featherstone, 2000)
Manfaat fluor:

1. PRA ERUPSI
- Selama pembentukan gigi, fluor melindungi enamel dari pengurangan
sejumlah matriks yang dibentuk.
- Pembentukan enamel yang lebih baik dengan kristal yang lebih resisten
terhadap asam.
- Pemberian yang optimal, kristal lebih besar, kandungan karbonat lebih
rendah, kelarutan terhadap asam berkurang.
- Pengurangan jumlah dan ukuran daerah yang menyebabkan akumulasi
makanan dan plak.

2. PASCA ERUPSI
- Fluor apatit menurunkan kelarutan enamel dalam asam.
- Fluor apatit lebih padat dan membentuk kristal sedang, daerah
permukaan yg bereaksi dengan asam lebih sedikit.
- Pembentukan kalsium fluorida pada permukaan kristal (lapisan pelindung
karena sedikit larut dalam asam).
- Fluor menggantikan ion karbonat dalam struktur apatit. Kristal apatit
dengan karbonat rendah lebih stabil & kurang larut dibanding karbonat
tinggi.
- Adanya fluor dlm saliva dapat meningkatkan remineralisasi sehingga
merangsang perbaikan/penghentian lesi karies awal.
- Fluor menghambat banyak sistem enzim. Hambatan terhadap enzim yang
terlibat dalam pembentukan asam serta pengangkutan dan penyimpanan
glukosa dalam streptokokus oral dan juga membatasi penyediaan bahan
cadangan untuk pembuatan asam dalam sintesis polisakarida.

Selain dapat mencegah karies, fluor juga mempunyai efek samping yang
tidak baik, yaitu dengan adanya apa yang disebut ‘mottled enamel’. Pada mottled
enamel, gigi-gigi tampak kecoklat-coklatan, permukaannya berbintik-bintik dan
bila fluor yang masuk dalam tubuh terlalu banyak, dapat menyebabkan gigi
menjadi rusak sekali (Zelvya P.R.D., 2003).

DAFTAR PUSTAKA

Angela, A. 2005. Pencegahan Primer Pada Anak Yang Berisiko Karies Tinggi.
Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 3.

DeBiase,Christina.B.,1991, Dental Health Education Theory and Practice,


Williams & Wilkins : Philadelphia.

D.,Zelvya P.R. 2003. Kesehatan Gigi dan Mulut.


http://beta.tnial.mil.id/cakrad_cetak, diakses tanggal 14 Mei 2010

Featherstone, J.D.B., 2000, The Science and Practice of Caries Prevention, The
Journal of The American Dental Association,131:888-892

J.Ten cate, H. Buller, A. Sturk, J. Levin, Progr.biol.clin.res.Liss inc, New York.

Lubis. S.L.A. 2001. Fluor dalam Pencegahan Karies Gigi. USU e-Repository.

Sriyono NW. 2009. Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Medika


Fakultas Kedokteran UGM. Yogyakarta.

Yanti, S. 2002. Topikal Aplikasi Pada Gigi Permanen Anak. USU e-Repository.

Elderton, R. J., 1987, Positive Dental Prevention: The Preventio in Childhood of


Dental Disease in Adult Life, London, William Heinemann Medical Books

International Programme on Chemical Safety, 2002, Environment Health Criteria


for Fluorides (EHC 227), pdf, http://www.greenfacts.org, diakses tanggal 11
Mei 2011

Das könnte Ihnen auch gefallen