Sie sind auf Seite 1von 11

MODEL PENINGKATAN RESILIENSI ANAK USIA SEKOLAH

PASCA LETUSAN GUNUNG KELUD KEDIRI BERBASIS


DISASTER NURSING COMPETENCY

(Model Of Resilience Improvement On School Age Children After The Kelud


Mountain Eruption Based On Disaster Nursing Competency)

Nian Afrian Nuari


Prodi S1 Keperawatan STIKES Karya Husada Kediri
Jln.Soekarno Hatta No.7, Pare Kediri

ABSTRACT

Children are more vulnerable than adults and receives the most severe impact on the
incidence of post-traumatic natural disaster. This is part of the focus of nursing disaster
competency is becoming a trend in nursing in Indonesia because the location of the position
of Indonesia has the opportunity of natural disasters. The purpose of this study was to
identify the development of models of resilience and PTSD (Post Traumatic Stress
Dissorder) in children of school age victims of the eruption of Kelud Kediri based on
disaster nursing competency. This research was an explanatory research on SDN
Asmorobangun Puncu in Lahar River I Kelud Mountains area. The sampel was 41 children
are taken with a Proportionate Stratified Random Sampling technique. Data collection used
resiliency questionnaire with CYRM - 28 and PTSD Checklist - Civilian Version (PCL-C).
Data were then analyzed using a structural equation model based variance or Partial Least
Square (PLS). The results showed the characteristics of respondents had significant influence
with resilience (t = 1.97) and the incidence of PTSD school-age children (t = 1.976).
Resilience is influenced components of individual factors, relationship with primary care,
and spiritual context, education and culture. Resilience has a significant correlation with the
incidence of PTSD in children of school age. Therefore, development of models of school-
age children resilience improvement in disaster areas can be performed by nurses with
education and health promotion as part of disaster nursing competencies. Nurses can
improve health promotion program by implementing the strategy of psychological care as
promotive and rehabilitative intervention.

Keywords: resilience, PTSD, nurse, disaster, children, school age.

ABSTRAK

Anak – anak lebih rentan dibandingkan orang dewasa dan menerima dampak yang paling
berat dalam kejadian traumatis pasca bencana alam. Hal ini merupakan bagian dari fokus
disaster nursing competency yang belakang ini menjadi trend dalam keperawatan di
Indonesia karena letak posisi Indonesia mempunyai peluang terjadi bencana alam . Tujuan
penelitian ini untuk mengidentifikasi pengembangan model resiliensi dan PTSD pada anak
usia sekolah korban letusan gunung Kelud Kediri berbasis disaster nursing competency.
Penelitian ini merupakan explanatory research di SDN Asmorobangun Puncu didaerah
Kali Lahar I Gunung Kelud. Sampel yang digunakan sebanyak 41anak diambil dengan
tehnik proportionate stratified random sampling. Pengumpulan data menggunakan
kuesioner resiliensi dengan kuesioner CYRM – 28 6 dan PTSD diukur PTSD Checklist –
1
Civilian Version (PCL-C). Tehnik analisis dalam penelitian ini adalah model persamaan
structural berbasis variance atau Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian menunjukkan
karakteristik responden mempunyai pengaruh signifikan dengan resiliensi (t = 1,97) dan
kejadian PTSD anak usia sekolah (t = 1,976). Resiliensi dipengaruhi komponen faktor
individu, hubungan dengan primary care, dan konteks spiritual, pendidikan dan
kultur. Resiliensi mempunyai hubungan signifikan dengan kejadian PTSD pada anak
usia sekolah. Oleh karena itu pengembangan model peningkatan resiliensi anak usia
sekolah di daerah rawan bencana dapat dilakukan oleh perawat dengan melakukan
pendidikan dan promosi kesehatan sebagai bagian dari disaster nursing competencie.
Perawat dapat meningkatkan program promosi kesehatan dengan menerapkan
strategi psychological care sebagai upaya promotif maupun rehabilitatif.

Kata kunci: resiliensi, PTSD, perawat, bencana, anak, usia sekolah

PENDAHULUAN psikologis juga dapat teradi karena


Dalam kurun waktu 10 tahun kejadian ini tentunya menimbulkan
Indonesia mengalami beberapa ketakutan dan kecemasan bagi para
bencana, diantaranya Tsunami di korban.
Aceh, gempa bumi di Yogyakarta dan Anak-anak hingga lansia telah
Jawa Tengah, Banjir di Wasior dan menyaksikan kejadian yang
yang belum lama terjadi meletusnya menakutkan dalam sejarah hidup
Gunung Kelud di Jawa Timur. Salah mereka. Tempat tinggal dan harta
satu dari bencana yang terjadi di benda mereka telah hilang bahkan
Indonesia adalah peristiwa meletusnya nyawa mereka pun terancam ketika
Gunung Kelud pada 13 Februari 2014 Gunung Kelud meletus. Dari semua
yang lalu. Bencana ini mengakibatkan korban, anak-anak adalah kelompok
35 kelurahan dan tiga kecamatan paling rentan. Masa anak-anak
tertutup abu tebal dan diperkirakan merupakan waktu bagi mereka untuk
sebanyak 200 ribu jiwa harus bermain dan mengenal kehidupan di
mengungsi dari tempat tinggalnya. sekitarnya. Anak-anak korban bencana
Tidak hanya kerugian secara materi, mengalami peristiwa yang terjadi
kerugian secara fisik pun dirasakan secara tiba-tiba yang akan
oleh para korban penyakit seperti memberikan respon cemas dan
infeksi saluran pernapasan, iritasi mata ketakutan. Mereka harus menyaksikan
karena debu bahkan dampak rumah dan sekolah mereka hancur,
2
orang tua dan saudara-saudaranya dalam perkembangan karena anak
berlari ketakutan serta menghadapi yang mempunyai resiliensi yang baik
kehidupan di pengungsian. Hal-hal akan mampu beradaptasi dengan
tersebut dapat memberikan stressor masalah yang menyulitkannya. Oleh
yang besar bagi mereka dan dapat karena itu penting dilakukan penelitian
menyebabkan trauma psikologis. gambaran tentang resiliensi anak usia
Berdasarkan studi pendahuluan yang sekolah untuk memantau
dilakukan pada 7 orang siswa di SDN perkembangan psikologisnya.
Kebonrejo II, Kepung, Kabupaten Onset morbiditas pada anak-
Kediri, didapatkan 3 dari 7 siswa anak yang terekspos pada trauma
mengatakan mudah teringat pada bervariasi.2 Anak mungkin kelihatan
peristiwa erupsi gunung Kelud tak terpengaruh akibat sebuah bencana
tersebut dan 5 siswa beberapa kali alam. Walaupun begitu, seiring
mengalami mimpi buruk tentang berjalannya waktu pada sebagian besar
peristiwa tersebut. anak-anak mungkin berkembang
Anak – anak dan remaja lebih morbiditas yang besar yang dapat
rentan dibandingkan orang dewasa dan berlanjut pada tahun kedua setelah
menerima dampak yang paling berat sebuah bencana alam. Anak yang
dalam kejadian traumatis.1 Anak-anak terpengaruh terhadap peristiwa
yang terdampak disaster/ bencana traumatis mungkin pada awalnya
perlu melakukan proses adaptasi. memperlihatkan fenomena reaktif,
Dalam beradaptasi, ada anak yang yang mungkin berlanjut dan membawa
mampu bertahan dan pulih kembali kepada gangguan apabila anak
dari situasi yang negatif sedangkan tersebut memiliki kepribadian yang
ada juga yang gagal karena tidak rentan.3 Hal-hal tersebut akan
dapat menghadapi perubahan yang menyisakan ingatan buruk pada
ada. Hal ini tergantung seberapa mereka dan memberikan stressor yang
jauh kemampuan individu besar. Salah satu dampak yang dapat
menyesuaikan diri terhadap perubahan terjadi karena pengalaman traumatis
yang terjadi dalam kehidupan yang tersebut adalah terjadinya gangguan
lebih dikenal dengan resiliensi. Stress Pascatrauma (Post Traumatic
Resiliensi merupakan hal yang penting Stress Dissorder/ PTSD).

3
Peran perawat sangat diperlukan bencana agar tidak menimbulkan
dalam mengatasi gejala PTSD pada maslah psikologis pasien seperti
anak dengan memberikan terapi-terapi adanya PTSD. Oleh karena itu peneliti
seperti, Cognitive Behavior Therapy ingin mengidentifikasi pengembangan
(CBT), Trauma Healing dan model resiliensi dan PTSD pada anak
permainan kelompok dapat diberikan usia sekolah korban letusan gunung
pada anak-anak korban bencana untuk Kelud Kediri berbasis disaster nursing
mengurangi resiko terjadinya competency yang perlu diteliti lebih
gangguan stress pascatrauma akibat lanjut.
dari disaster. Hal ini merupakan
bagian dari disaster nursing METODE PENELITIAN

competency dalam mendukung fungsi Penelitian ini menggunakan desain

psikologis para korban bencana. penelitian survey dengan desain

Disaster nursing competency cross sectional dan sifat penelitian ini

merupakan hal yang belakang ini penelitian penjelasan ( explanatory

menjadi trend dalam keperawatan di research). Sampel dalam penelitian

Indonesia karena letak posisi ini adalah sebagian siswa SDN

Indonesia yang penuh dengan gunung Asmorobangun I Kecamatan Puncu,

berapi sehingga mempunyai peluang Kabupaten Kediri yang berusia

terjadi bencana alam. Disaster nursing diantara 10 – 12 tahun berjumlah 41

competency meliputi 4 kompetensi anak yang diambil secara

yaitu kompetensi mitigasi, kompetensi Proportionate Stratified Random

pencegahan, kompetensi respon dan Sampling.5 Lokasi SD ini bertempat di

kompetensi rehabilitasi/ recovery. Kecamatan Puncu yang merupakan

Kompetensi respon meliputi daerah ring 1 yang berjarak kurang 10

perawatan terhadap komunitas; km dari puncak Kelud dan Desa

perawatan terhadap individu dan Asmorobangun merupakan lokasi KL

keluarga; perawatan psikologis dan 1 (Kali Lahar 1) yang terdampak

perawatan terhadap kelompok yang material letusan gunung kelud dan

rentan/ berkebutuhan khusus.4 Hal ini pengambilan data dilakukan bulan

terkait dengan peran perawat dalam Februari – Maret 2015.

melakukan perawatan psikologis pasca

4
Variabel dalam penelitian ini persamaan structural berbasis variance
adalah resiliensi dengan menggunakan atau component based yang terkenal
kuesioner The Child and Youth Partial Least Square (PLS). Hasil
6
Resilience Measure (CYRM) – 28 analisis Multivariat dengan Partial
dan PTSD diukur dengan instrument Least Square yang meliputi dua tahap.
kuesioner menggunakan PTSD Tahap pertama dengan melakukan
Checklist – Civilian Version (PCL- pengujian measurement model dan
C).7 Tehnik analisis yang digunakan tahap ke dua dengan uji struktural
dalam penelitian ini adalah model model.8

Gambar 1. Diagram Jalur Model Struktural

Tabel 1.Analisis Uji Validitas Konstrak


Konstrak Indikator Loading Uji T Keterangan
Factor
Karakteristik Usia 0,58 1,39 Tidak signifikan
Responden Jenis Kelamin -0,25 0,72 Tidak signifikan
Pendidikan Orang Tua 0,78 2,09 Signifikan
Pendapatan Orang Tua 0,15 0,38 Tidak signifikan
Resiliensi Individual Factor 0,91 3,12 Signifikan
(Personal skill, Social
Support, Peer
Support)
Hubungan dengan 0,65 2,36 Signifikan
Primary Care
Konteks Spritual, 0,94 2,64 Signifikan
Education, Kultur
PTSD (Post Re-experiencing 0,88 5,39 Signifikan
Traumatic Avoidance 0,39 1,32 Tidak signifikan
5
Stress Hyperarousal 0,81 4,01 Signifikan
Dissorder)

Tabel 2.Analisis Uji Hipotesis


Hubungan antar variabel Coefisien Path Uji T Keterangan
Karakteristik responden 0,389 1,97 Signifikan
terhadap Resiliensi
Karakteristik responden 0,439 1,976 Signifikan
terhadap PTSD
Resiliensi terhadap PTSD 0,158 2,10 Signifikan

HASIL indikator yang signifikan meliputi


Hasil Analisis Multivariat indikator re-experiencing dan
dengan Partial Least Square (PLS) indikator hyperarousal.
pada hasil uji validitas konstrak Hasil uji struktural model
didapatkan bahwa 6 indikator yang bertujuan mengetahui hubungan antar
signifikan yang mempunyai T-statistik variabel didapatkan bahwa
> 1,96. Hasil pengujian membuktikan karakteristik responden mempunyai
bahwa pendidikan orang tua pengaruh dengan resiliensi (γ = 0,389,
merupakan indikator konstrak yang T= 1,97) dan karakteristik responden
terkuat dari variabel karakteristik mempunyai pengaruh dengan PTSD
responden. Sedangkan hasil (γ = 0,439, T= 1,976). Resiliensi
pengukuran variabel resiliensi mempunyai pengaruh signifikan
menunjukkkan bahwa dari ke tiga dengan PTSD (γ = 0,158, T= 2,10).
indikator mempunyai T statistik >
1,96 yang berarti bahwa semua PEMBAHASAN
indikator dalam resiliensi signifikan Karakteristik responden
dan indikator konteks spiritual, meliputi indikator jenis kelamin, usia,
education dan kultur yang merupakan pendidikan orang tua dan pendapatan
indikator konstrak yang terkuat dari orang tua. Hasil pengujian
variabel resiliensi. Pada variabel membuktikan bahwa pendidikan
PTSD didapatkan indikator re- orang tua merupakan indikator
experiencing merupakan indikator konstrak yang terkuat dari variabel
konstrak yang terkuat. Sedangkan karakteristik responden. Berdasarkan

6
pada tabel 2 menunjukkan bahwa care , dan konteks spiritual,
karakteristik responden mempunyai education serta kultur. Pada faktor
pengaruh signifikan terhadap individual meliputi 3 faktor yaitu
resiliensi. Resiliensi adalah sebuah individual personal skill, individual
proses atau hasil adaptasi positif yang peer support dan social skills. Ketiga
merupakan hasil interaksi antara faktor tersebut sangat penting dalam
individu dan lingkungan eksternalnya. membentuk resiliensi seorang anak.
Lingkungan eksternal yang paling Mayoritas usia responden dalam
mendukung dalam perkembangan penelitian ini adalah usia 10 dan 11
anak adalah keluarga atau orang tua. tahun. Usia ini merupakan tahap early
Keluarga mampu membentuk anak adolescence yang meliputi
dalam memberikan respon adaptif perkembangan pubertas. Pada masa
terhadap stressor. Dukungan sosial early adolescence merupakan masa
dari keluarga, teman dan agama peralihan dari anak-anak ke dewasa
merupakan faktor protektif yang dapat dimana individu dihadapkan pada
mencegah munculnya dampak kebutuhan untuk menemukan jati diri.
negatif.9 Hasil penelitian menunjukkan Permulaan usia remaja, individu juga
pendidikan orang tua mempunyai mengalami perubahan sosial yang
validitas konstrak terkuat dari faktor akan mempengaruhi perkembanagan
keluarga. Pendidikan orang tua psikososial individu tersebut.10
mempunyai pengaruh dalam Indikator hubungan dengan Primary
pembentukan respon adaptif seorang Care juga berpengaruh signifikan
anak terhadap stressor. Orang tua terhadap resiliensi dimana merupakan
mampu menjadi role model anak bagian dari faktor protektif eksternal.
dalam penyelesaikan konflik/ masalah Adanya pelayanan kesehatan yang
sehingga dapat dicontoh oleh anak. maksimal akan menyebabkan anak
Penyelesaian masalah yang adaptif usia sekolah mendapatkan kualitas
membentuk resiliensi yang baik pada kesehatan yang baik apabila
anak. mengalami permasalahan kesehatan.
Berdasarkan Tabel 1, Indikator spiritual, edukasi dan kultur
didapatkan 3 indikator yaitu faktor juga berpengaruh signifikan dalam
individual, hubungan dengan primary resiliensi. Resiliensi juga dipengaruhi

7
faktor spiritual atau agama karena menyebabkan timbulnya PTSD (Post
agama juga merupakan faktor protektif Traumatic Stress Disorder). 1
eksternal. Faktor budaya memberikan Berdasarkan hasil penelitian
pengaruh dalam perkembangan menunjukkan bahwa variabel PTSD
resiliensi individu. Pemahaman yang berhubungan dengan karakteristik
mendalam mengenai faktor budaya responden dan berpengaruh signifikan
yang dianut pada daerah terkena terhadap resiliensi. Indikator yang
bencana dapat meningkatkan signifikan dalam PTSD adalah Re-
semangat pada korban bencana.11 experiencing dan Hyperarousal. Re-
Indonesia termasuk dalam experiencing merupakan munculnya
negara yang sering terjadi bencana gejala yang mengganggu seperti
alam dan semakin banyak populasi berulang, kenangan tak sadar, mimpi
yang terkena bencana setiap menyedihkan, atau kilas balik
tahunnya.12 Frekuensi dan dampak peristiwa traumatik. Sedangkan
bencana yang semakin bertambah, hyperarousal merupakan suatu gejala
diperlukan kemampuan bangkit peningkatan arousal yang persisten
kembali dari individu tersebut. Anak- sebagaimana diindikasikan oleh dua
anak lebih rentan menerima dampak hal (atau lebih) yaitu kesulitan untuk
kejadian traumatis dibandingkan oleh tertidur atau tetap tidur; mudah
orang dewasa. Dampak tersebut tersinggung atau marah meledak-
diantaranya ketika mereka tidak dapat ledak; sulit konsentrasi; kewaspadaan
ke sekolah karena harus tinggal di yang teralu tinggi dan respon kejut
pengungsian dan kehilangan waktu yang berlebihan.
bermain mereka Hal ini bisa menjadi PTSD merupakan sindrom
stressor yang kemudian menjadi yang dialami oleh seseorang yang
stimuli yang mengaktivasi proses mengalami kejadian yang traumatis
resiliensi pada anak. Bencana alam dan individu tersebut tidak mampu
tersebut bisa menginisiasi berbagai menghilangkan ingatan akan kejadian
macam gangguan seperti distress, tersebut dari pikirannya.13 PTSD
disorder dan health risk behaviour. kemungkinan berlangsung berbulan-
Apabila hal tersebut tidak bulan, bertahun-tahun atau sampai
mendapatkan perhatian akan beberapa dekade dan mungkin baru

8
muncul setelah beberapa bulan atau gunung berapi sehingga mempunyai
tahun setelah adanya pemaparan peluang terjadi bencana alam.
terhadap peristiwa traumatis. Pada Komponen dari disaster
anak usia sekolah respon psikologis nursing competencies meliputi 4
yang mungkin mucul setelah terpapar kompetensi yaitu Kompetensi
bencana adalah gangguan pikiran pencegahan/ mitigasi, kompetensi
tentang kejadian, sulit tertidur, mimpi pencegahan, kompetensi respon dan
buruk di malam hari, mudah terjaga, kompetensi rehabilitasi/ recovery.
respons kaget berlebihan, luapan Kompetensi respon meliputi
kemarahan, dan kesulitan perawatan terhadap komunitas,
berkonsetrasi. Bila gejala ini tidak perawatan terhadap individu dan
diketahui dan ditangani sejak awal, keluarga, perawatan psikologis dan
maka dapat mengancam kesehatan perawatan terhadap kelompok yang
mental dan proses pembentukan rentan/ berkebutuhan khusus. 4
kepribadian anak. Salah satu kompetensi yang
Resiliensi dan PTSD sangat penting dilakukan dalam
merupakan aspek psikologis yang perawatan disaster adalah melakukan
sangat diperlukan peran perawat perawatan psikologis (Psychological
didalamnya. Pemahaman akan Care) agar tidak mengalami gangguan
pentingnya gambaran tentang jiwa. Peran perawat pada tahap
resiliensi dan PTSD pada anak usia tanggap darurat menyediakan
sekolah pasca bencana/ disaster perawatan kesehatan baik fisik dan
merupakan salah satu komponen yang mental. Perawatan disediakan dalam
harus dipahami oleh perawat agar bisa berbagai pengaturan dalam kondisi
memberikan psychology care sebagai bencana yang membutuhkan perawat
salah satu poin dalam disaster nursing berpengetahuan, terampil dan kreatif.
competency. Disaster nursing Perawat harus melakukan koordinasi
competency merupakan hal yang perawatan, menentukan apakah
belakang ini menjadi trend dalam standar pelayanan harus diubah,
keperawatan di Indonesia karena letak membuat rujukan yang tepat, triase,
posisi Indonesia yang penuh dengan penilaian, pengendalian infeksi dan
evaluasi. Perawat disaster juga perlu

9
mengidentifikasi individu dengan Hyperarousal. Resiliensi dan PTSD
penyakit kronis atau cacat. Kejadian merupakan aspek psikologis yang
PTSD / Post Traumatic Stress sangat diperlukan peran perawat
Disorder, depresi dan kecemasan didalamnya sebagai bagian dari
sering terlihat setelah terjadinya disaster nursing competency.
bencana. Perawat harus terus
memantau korban untuk tanda-tanda Saran
masalah kesehatan mental, harus Pengembangan model
memberikan perawatan dan harus peningkatan resiliensi anak usia
membuat rujukan yang diperlukan. sekolah di daerah rawan bencana
Kompetensi perawat sangat penting dapat dilakukan oleh perawat dengan
untuk mengenal resiliensi korban melakukan pendidikan dan promosi
untuk mencegah adanya PTSD. kesehatan sebagai bagian dari disaster
nursing competencie. Perawat dapat
SIMPULAN DAN SARAN meningkatkan program promosi
Simpulan kesehatan dengan menerapkan strategi
Berdasarkan hasil penelitian Psychological Care dan
maka kesimpulan yang didapat mengidentifikasi tumbuh kembang
adalah sebagai berikut: Hasil anak sekolah didaerah rawan bencana
penelitian menunjukkan karakteristik sebagai upaya preventif sebelum
responden berpengaruh terhadap terjadi bencana dan sebagai upaya
resiliensi dan munculnya PTSD anak rehabilitatif pasca bencana. Upaya
usia sekolah. Resiliensi anak usia promotif terhadap resiliensi anak usia
sekolah dapat dikembangkan melalui sekolah perlu dukungan dari berbagai
komponen faktor individu, hubungan faktor yaitu dengan meningkatkan
dengan primary Care, dan konteks keterlibatan orang tua dan lingkungan
spiritual, pendidikan dan kultur. eksternal karena merupakan faktor
Resiliensi pada anak usia sekolah yang berpengaruh signifikan dalam
mempunyai hubungan yang signifikan peningkatan resiliensi anak sekolah
dengan PTSD. Komponen PTSD yang sehingga mampu menurunkan gejala
mempunyai hubungan signifikan pada PTSD pada anak. Penelitian lebih
indikator Re-experiencing dan lanjut dapat dilakukan dengan

10
menerapkan suatu intervensi tertentu Penerbit Universitas Diponegoro.
2005.
untuk meningkatkan resiliensi pada
9. Ahn, E.S. A Study of Risk
anak usia sekolah. Factors, Protective Factors,
and Resilience Among College
Students. A thesis submitted to
KEPUSTAKAAN the Faculty Of Emory College of
Arts and sciences Of Emory
University,Departement Of
1. Vijaya Kumar & Thara, R. Sociology. 2011.
Psychological Interventions 10. Santrock,J.W. Adolescence (7th
After Tsunami in Tamil Nadu ed).USA: McGraw-Hill
India. International Review of Companies Inc. 1998.
Psychiatric. 2006 11. Chandra,V., Pandav,R., &
2. Wagnild & Young . Development Bhugra,D. Mental health and
and Psychometric Evaluation Psychosocial support After The
Of The Resilliance Scale. Journal Tsunami: Observations Across
Of Nursing Maesurement. 1999. Affected Nations. International
3. Afrianti, Mariza. Gambaran Review Of Psychiatry. 2006.
Tingkat Distres Psikologis Satu 12. Doocy,S., Gorokhovich,Y.,
Tahun Pasca Trauma Healing Burnham,G., Balk,D,. &
Akibat Gempa Bumi Pada Robinson,C. Tsunami Mortality
Siswa Kelas Iii, Iv, Dan V SDN Estimates And Vulnerability
02 Terandam Kecamatan Mapping in Aceh, Indonesia.
Padang Timur Kota Padang American Journal Of Public
Tahun 2011. Skripsi. Tidak Health. 2007.
Diterbitkan, Fakultas 13. Erwina, Ira. Pengaruh
Keperawatan Universitas Andalas Cognitive Behavior Therapy
Padang. 2011. Terhadap Post-Traumatic
4. ICN. ICN Framework of Stress Disorder Pada
Disaster Nursing Competency. Penduduk Pasca Gempa di
WHO and International Council Kelurahan Air Tawar Barat
Of Nurses. 2009. Kecamatan Padang Utara
5. Sugiyono. Statistika untuk Propinsi Sumatera Barat.
penelitian. Bandung: CV Tesis. Tidak diterbitkan, Fakultas
Alfabeta. 2008. Ilmu Keperawatan Universitas
6. Resilience Research Centre. The Indonesia, Depok. 2010.
Child And Youth Ressilience
Measure-28 : User Manual
Halifax. NS: Ressilience
Research centre: Dalhousie
University. 2009.
7. Saryono. Kumpulan Instrumen
Penelitian Kesehatan.Bantul:
Nuha Medika. 2011.
8. Ghozali, Imam.. Struktural
Equation Modeling Dengan
Program LISREL 8.54, Badan
11

Das könnte Ihnen auch gefallen