Sie sind auf Seite 1von 124
Alse? A000 Oud OPTIMALISASI POLA TANAM JAHE DENGAN BERBAGAI JENIS KOMBINASI TANAMAN - (Studi Kasus Desa Tajinan, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang) Oleh: Sonia Novalinda Purba - A07496077 Skripsi JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2000 “la membuat segala sesuatu indah pada waktunya” (Pengkhotbah 3:11a) And we know that : all things work together for good to them that love God, Karya Ini Kupersembahkan untuk Bapak (alm) dan Mamak Tercinta, Kak Prima, Bang Sion, Kak Sri, Bang lyus. Kak Yanti, Siska, Tika {ioni dan Vania RINGKASAN SONIA NOVALINDA PURBA. Optimalisasi Pola Tanam Jahe dengan Berbagai Jenis Kombinasi Tanaman (Di bawah bimbingan R. NUNUNG NURYARTONO). Jabe merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki banyak kegunaan dan dapat memberikan sumbangan bagi devisa negara. Produksi dan luas areal penanaman jahe di Indonesia mengalami peningkatan namun produktivitasnya mengalami penurunan. Produktivitas jahe yang semakin menurun menyebabkan pendapatan petani semakin menurun pada harga yang relatif tetap. Hal ini dapat menyebabkan minat petani menanam jahe semakin menurun. Salah satu upaya untuk meningkatkan pendapatan petani dan memperkecil resiko saat harga jahe murah atau panen gagal adalah dengan melakukan pola tanam tumpangsari. Pengusahaan jahe dengan sistem tumpangsari memerlukan tindakan yang selektif dalam memilih tanaman yang. sesuai dan paling menguntungkan. Berdasarkan permasalahan terscbut, penelitian ini memiliki empat tujuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik usahatani jahe, mengetahui tingkat pendapatan yang diperoleh petani jahe, mengetahui dan menganalisis kombinasi jenis tanaman yang optimal dan alokasi sumberdaya yang optimal yang dapat memaksimalkan pendapatan petani jahe. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2000 di Desa Tajinan, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan petani contoh. Petani contoh dipilih secara acak sederhana dari rumah tangga tani yang melakukan usahatani jahe, sedangkan data sekunder diperoleh dari dinas atau lembaga terkait Pengolahan data dilakukan dengan membagi petani dalam dua sub kelompck yaitu petani Jahan sempit dan petani lahan luas. Analisis optimalisasi dengan menggunakan program linear dengan bantuan program komputer ABQM. Usahatani jahe di daerah penelitian pada umumnya diusahakan dengan sistem tumpangsari. Lahan yang digunakan petani lahan sempit rata-rata 0.384 ha dan petani lahan luas rata-rata 1.423 ha. Petani contoh memiliki pola tanam yang beragam. Jenis tanaman yang biasanya ditumpangsarikan dengan tanaman jahe di daerah ini antara lain cabe rawit, talas, ketela pohon, jagung dan buncis. Pola tanam yang paling banyak digunakan petani adalah jahe ditumpangsarikan dengan cabe rawit, talas dan ketela pohon, Hasil produksi jahe didaerah ini akan dijual ke pasar dalam dan luar negeri. Biaya yang dikeluarkan petani lahan sempit dan luas masing-masing sebesar Rp 8 830 561.570 per hektar dan Rp 10 192 412.821 per hektar. Penerimaan petani laban sempit dan luas masing-masing sebesar Rp 14 169 611.000 per hektar dan Rp 17 901 316.000 per hektar. Pendapatan bersih petani lahan sempit sebesar Rp 5 339 049.430 per hektar sedangkan petani laban luas sebesar Rp 7 108 903.179 per hektar. Hasil analisis optimalisasi menunjukkan bahwa pola tanam yang optimal untuk petani Jahan sempit adalah jahe ditumpangsarikan dengan cabe rawit masing- masing sebesar 0.384 ha. Pola tanam yang optimal pada petani lahan luas adalah jahe + ditumpangsarikan dengan buncis masing masing sebesar luas Jahan) yang dikuasai petani yaitu 1.423 ha. Pendapatan bersih petani lahan sempit (0.384 ha) dalam keadaan optimal sebesar Rp 2 824 557.973. Pendapatan bersih petani lahan luas (1.423 ha) sebesar Rp 11 746.726.682. Pendapatan bersih yang diperoleh petani Jahan sempit dan luas meningkat sebesar 37.770 persen dan 7.082 persen. Sumberdaya yang berlebih pada petani lahan sempit yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan modal kredit, masing-masing sebesar 350.203 HOK dan Rp 2 100 921.498. Sumberdaya yang berlebih pada petani lahan luas hanya modal kredit yaitu sebesar Rp 6 492 047.213. Lahan merupakan sumberdaya yang paling langka dan selurubnya digunakan petani Jahan sempit dan petani lahan luas masing- masing sebesar 0.384 ha dan 1.423 ha. Modal kredit yang diambil petani lahan sempit dan Jahan luas masing-masing sebesar Rp 1 585 478.502 dan Rp 7 168 752.787. Tenaga kerja luar keluarga hanya dibutuhkan untuk petani lahan luas yaitu sebesar 103.795 HOK. Saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah penyesuaian pola tanam yang dilakukan petani dengan pola tanam yang aktual yaitu jahe dengan cabe rawit untuk petani lahan sempit dan jahe dengan buncis untuk petani lahan luas. Petani perlu memperhatikan jumiah dan jenis tanaman yang diusahakan agar tidak mengganggu produktivitas jahe dan pengalokasian sumberdaya yang digunakan petani. Petani lahan sempit dapat menggunakan tenaga kerja dalam keluarga yang berlebih untuk bekerja pada usahatani lainnya atau di luar usahatani agar dapat menambah pendapatan petani. Pengambilan kredit dengan sistem paket perlu diperhatikan agar disesuaikan dengan kebutuban petani. OPTIMALISASI POLA TANAM JAHE DENGAN BERBAGAI JENIS KOMBINASI TANAMAN (Studi Kasus Desa Tajinan, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang) Oleh : Sonia Novalinda Purba 407496077 Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Jurusan Imu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor 2000 SURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ee Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh : ‘Nama Mahasiswa __: Sonia Novalinda Purba NRP : 407496077 Program Studi : Agribisnis Judul : Optimalisasi Pola Tanam Jahe dengan Berbagai Jenis Kombinasi Tanaman (Studi Kasus Desa Tajinan, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang) Dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Tanggal Kelulusan : 12 Oktober 2000 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Oktober 2000 Wood Sonia Novalinda Purba 07496077 RIWAYAT BLDUP Penulis dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 1 November 1977. Penulis merupakan anak keempat dari enam bersaudara dari keluarga Bapak Djaman Purba (Alm) dan Nurain Sembiring. Pada tahun 1990 penulis menamatkan sekolah dasar dari SD Katolik Cinta Rakyat II Pematangsiantar. Pada tahun 1993 penulis tamat dari SMP Katolik Bintang ‘Timur Pematangsiantar dan melanjutkan pendidikan ke SMA Katolik Budi Mulia Pematangsiantar. Pada tahun 1996 penulis tamat SMA dan pada tahun yang sama diterima di Institut Pertanian Bogor pada Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Agribisnis melalui jalur UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri). KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kasih atas berkat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Optimalisasi Pola Tanam Jahe dengan Berbagai Jenis Kombinasi Tanaman (Studi Kasus Desa Tajinan, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang )” dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan dan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Jr, R. Numung Nuryartono, MSi sebagai dosen pembimbing skripsi atas bimbingan telah diberikan kepada penulis selama penulisan skrips ini. 2, Bapak Dr. Ir. Harianto, MS sebagai dosen penguji utama yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis. 3. Ibu Ir. Anna Fariyanti , MS sebagai dosen pengujt dari Komisi Pendidikan dan pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan kepada penulis. 4, Tbu Ir, Harmini, MSi sebagai dosen moderator dalam seminar. 5. Bapak (Alm), Mamak, Kak Prima, Bang Sion, Kak Sri, Bang Iyus, Kak Yanti, Siska, Tika, Lioni dan Vania yang senantiasa mencurahkan Kasih sayang, semangat dan doa kepada penulis selama ini 6. Bapak Lurah beserta keluarga dan Bapak Azhari beserta keluarga yang telah memberikan ijin dan menyediakan tempat tinggal selama penulis di daerah penelitian, Keluarga petani di Desa Tajinan atas bantuan dan kerjasamanya. Anita P. Widhiani sebagai pembahas dalam seminar. Adelina Ispriani sebagai teman seperjuangan dalam melaksanakan penelitian. . Sahabatku di kelompok kecil: Kak Lina, Linda dan Ibeth atas dukungannya. . Anne, Andi dan Eduwin atas persahabatan dan dukungan yang telah diberikan, . Kak Jessy, Kak Martha dan Kak Dinar atas doa dan kasih persaudaraannya, . Bram dan Edo yang telah memberi bantuan dalam penulisan skripsi ini. |. Agribisnis 33 atas kebersamaannya selama ini. . Teman-teman di KPA dan Tim Doa khususnya Dina, Parada, Lia, Esty, Handy, Randy, Charles, Roland, Novansi, Rudy dan Christian, . Keluarga besar TS-1 tempat berbagi suka dan duka selama ini khususnya Sherly, Ola, Kak Dian, Kak Mila, Kiki, Mbak Emil, Mustika, Betty, Dina, Uli dan Rina. . Anak-anak KKN Universitas Malang yang telah membantu penulis. . Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. ‘Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan, Bogor, Oktober 2000 Penulis DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI...... iii DAFTAR TABEL .. vi DAFTAR GAMBAR.... viii DAFTAR LAMPIRAN.... ix I. PENDAHULUAN 1.1, Latar Belakang.... 1 1.2. Perumusan Masalal 3 13. Tujuan Penelitian 6 1.4, Kegunaan Penelitian . 7 I TINJAUAN PUSTAKA.... 8 2.1. Karakteristik Tanaman Jahe. 9 2.2. Usahatani.... or 10 2.3. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani 13 23.1. Biaya Usahatani ... sees 14 2.3.2. Penerimaan Usahatani 15 2.3.3. Pendapatan Usahatani. 15 2.4. Optimalisasi... 16 2.5. Program Linear... 17 21 2.6. Hasil Penelitian-Penelitian Terdal I. KERANGKA PEMIKIRAN...... IV. | METODE PENELITIAN... 27 4.1, Lokasi dan Waktu Penelitian. 27 4.2. Metode Penarikan Contoh.... 27 4.3. Jenis dan Sumber Data... 4.4. Metode Analisis Data... 4.5, Perumusan Model Optimalisasi.... 4.5.1, Fungsi Tujuan......... 4.5.2. Aktivitas dan Kendala 4.5.3, Koefisien-Koefisien dari Input-Output 4.5.4, Model Matematis 4.6. Defenisi Operasional... 4,7. Keterbatasan Penelitian. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN .... 5.1. Keadaan Umum Desa Tajinan..... 5.2. Keadaan Penduduk Desa Tajinan ........ 5.3, Karakteristik Petani Contoh............ USAHATANI JAHE DI DESA TAJINAN...........-. 6.1, Karakteristik Usahatani di Desa Tajinan, 6.2. Kondisi Aktual Usahatani Jahe di Desa Tajinan.... 6.2.1. Penggunaan Input Produksi... . Penggunaan Tenaga Kerja... . Sumber Model... . Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani 6.2.4.1. Biaya Usahatani - 6.2. Penerimaan Usahatani 6.2.4.3. Pendapatan Usahatani OPTIMALISASI POLA TANAM JAHE .. 7.1. Analisis Optimalisasi ......... 7.1.1. Analisis Primal........ 7.1.1.1, Aktivitas Produksi Tanaman .. 7.1.1.2. Aktivitas Pembelian Input Produksi .... 7.1.1.3. Aktivitas Penyewaan Tenaga Kerja... Aktivitas Pengambilan Kredit . wl. Aktivitas Penjualan Hasil Produksi 7.1.2. Analisis Dual... 7.2. Analisis Sensitivitas (Analisis Pasca Optimal) 7.2.1. Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi ‘pan 7.2.2. Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala... 27 28 30 30 30 33 34 35 36 37 37 39 42 46 46 53 53 56 57 58 58 59 61 62 62 62 63 65 66 67 67 68 69 70 72 7.3.1. Input Produksi. 73.2. Tenaga Kerja Luar Keluarga 73.3, Modal Kredit. 7.3.4. Tambahan Pendapatan... 7.4. Perbandingan dengan Hasil Penelitian Jahe Terdahulu VIII. KESIMPULAN DAN SARAN..... 8.1. Kesimpulan. 8.2. Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN...... 7 75 7 8 78 80 82 82 84 85 87 ii. 12. DAFTAR TABEL Halaman Berkembangan Volume dan Nilai Bkspor Jahe Indonesia Tahun 1994- 2000 .. a ee we aeveesenenseanetee wee 2 Perkembangan Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Jahe di Indonesia Tahun 1994-1999... 2 Perkembangan Luas Areal dan Produksi Jahe di di Kabupaten Malas Tahun 1995-1999... 4 Metode Perhitungan Pendapatan Usahatani Jahe 29 Luas Desa Tajinan Menurut Penggunaan Lahan Tahun 1999.......... 39 Data Keadaan Penduduk Desa 3 Tajnan B Berdasarkan Struktur Umur Tahun 2000 . 40 Data Keadaan Penduduk Desa # Tajnan Berdasarkan an Tingkat Pendidikan Tahun 2000... 41 Data Keadaan Penduduk Desa Tainan B Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2000... 41 Sebaran Petani Contoh Menurut Golongan Umur di Desa Taina Tahun 2000... woe B . Sebaran Petani Contoh Menurut Luas Lahan di Desa Tajinan Tahun 2000... ve B Sebaran Petani Contoh Menurut Tinga Pendidikan di Desa Tainan Tahun 2000... 44 Pola Tanam Usahatani Jahe Petani Lahan Sempit di Desa Tajinan Tahun 1999-2000... eevee Al . Pola Tanam Usahatani Jahe Petani Lahan Luas di Desa Tajinan Tahun 1999-2000... esses 48 M4. 20. 21. 22. 23. 25. 26. Volume Penggunaan Pupuk dan Biaya Pupuk Rata-Rata Usahatani Jahe di Desa Tajinan Menurut Luas Lahan sn Garapan per Hektar Tahun 1999-2000... ve A . _Pengeluaran Usahatani Jahe Menurut Luas Lahan Garapan di Desa Tajinan per Hektar Tahun 1999-2000... . Penerimaan Rata-Rata Usahatani Jahe Menurut Luas Lahan Garapan di Desa Tajinan per Hektar Tahun 1999-2000 . . Nilai Reduced Cost Bibit Tanaman Penyela Usahatani Jahe di Desa Tajinan Menurut Luas Lahan Garapan Tahun 1999-2000... . Nilai Shadow Price Kendala Aktif Usahatani Jabe Petani Lahan n Sempit di Desa Tajinan Tahun 1999-2000... . Nilai Shadow Price Kendala Aktif Usahani Jahe Petani Lahan Luas di Desa Tajinan Tahun 1999-2000 .. Selang Kepekaan Nilai Koefisien Fungsi Tyjuans Petani Lahan Sempit di Desa Tajinan Tahun 1999-2000...... Selang Kepekaan Nilai Koefisien Fonsi Tujuan Petani Lahan Luas di Desa Tajinan Tahun 1999-2000 .. Perbandingan Volume dan Nilai Input Produksi Petani Lahan Sempit di Desa Tajinan per Luas Lahan Garapan (0.384 e4 1) pada Kondisi Aktual dan Optimal Tahun 1999-2000......... aes Perbandingan Volume dan Nilai Input Produksi Petani Lahan Luas di Desa Tajinan per Luas Laban Garapan (1.423 Ha) pada Kondisi: Aktual dan Optimal Tahun 1999-2000 . Perbandingan Tenaga Kerja Luar Keluarga Usahatani Jahe di Desa Tajinan Menurut Luas Laban Garapan pada K Kondisi Aktual dan Optimal Tahun 1999-2000 ... Perbandingan Jumiah Modal Kredit Usahatani Jahe di Desa Tajinan Menurut Golongan Petani per Luas Lahan Garapan pada K Kondisi Aktual dan Optimal Tahun 1999-2000 Perbandingan Pendapatan Bersih Usahatani Jahe di Desa Tajinan Menurut Golongan Petani per Luas Lahan en Caren pada Kondisi Aktual dan Optimal Tahun 1999-2000 ... 55 59 60 66 68 69 1 72 76 77 77 78 78 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Bagan Alur Kerangka Pemikiran Operasional 0.000000 26 2. Jarak Tanam Petani di Desa Tajinan.....ccccceceenensnnsinnene 50 3. Saluran Pemasaran Jahe di Desa Tajinan........ 51 DAFTAR LAMPIRAN 1. Volume Ekspor Jahe Indonesia Menurut Negara Tyjuan Tahun 1997- 1999. cccssssssstnseneentneenvenne Lao 2. Ekspor Jahe Indonesia dalam Berbagai Kemasan Tahun 1994-1999... 3. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Jahe Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan Tahun 1994-1999.. 4. Luas Areal dan Produksi Jahe Indonesia Menurut Propinsi Tahun 1998. foe 5. Luas Areal dan Produksi Jahe Jawa Timur Tahun 1997... 6. Luas Areal dan Produksi Jahe di Kabupaten Malang Tahun 1997- 1999., - 7. Peta Wilayah Desa Tajinan . 8. Perhitungan Pendapatan Usahatani Jahe Menurut Luas Lahan Gerepan per Hektar di Desa Tajinan Tahun 1999-2000 . 9. Perhitungan Pendapatan Usahatani Jahe Petani Lahan Sempit Menurut Pola Tanam per Luas Lahan Gararapan di Desa 8 Tajinan Te Tahun 1999- 2000 .. 10. Perhitungan Pendapatan Usabatani Jahe Petani Lahan Luas Menurut Pola Tanam per Luas Lahan n Garapan di Desa Tajinan Tahun 1999- 2000... . nn 11. Harga Penjualan Rata-Rata Komoditi Perkebunan/Pertanian dan Harga Pembelian Input P Produksi di Si Tingkat Petani di Desa Tajnan T Tahun 2000... one . 12. Beberapa Aktivitas yang Dipertimbangkan dalam Model.. 13. Beberapa Kendala yang Dipertimbangkan dalam Model... Halaman 88 89 89 91 92 93 95 96 o7 98 99 14. 15, . Hasil Optimalisasi Usahatani Jahe Petani Lahan Luas di Desa Model Optimalisasi Usahatani Jahe Petani Lahan Sempit di Desa Tajinan Tahun 1999-2000... Hasil Optimalisasi Usahatani Jahe Petani lahan n Sempit di Desa Tajinan Tahun 1999-2000 cc . Model Optimalisasi Usahatani Jahe Petani Lahan Luas di Desa Tajinan Tahun 1999-2000 .. Tajinan Tahun 1999-2000 .. 100 101 104 105 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jahe (Zingiber officinale Rosc.) adalah tanaman aromatik yang tergolong famili Zingiberaceae yang tumbuh tersebar di daerah tropika dan sub tropika. Jabe memiliki banyak kegunaan antara lain sebagai penyedap rasa, bahan baku industri makanan, minuman dan obat-obatan. Selain itu jahe merupakan salah satu komoditi perkebunan yang dapat memberikan sumbangan bagi devisa negara. Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor jahe dengan beberapa negara tujuan ekspor seperti Malaysia, Singapura, Pakistan, Uni Emirat Arab dan Saudi Arabia. Pada tahun 1997 negara tujuan ekspor Indonesia sebanyak 25 negara dan pada tahun 1999 meningkat menjadi 34 negara. Hal ini menunjukkan semakin banyak negara yang membutuhkan komoditi jahe. Sejak tabun 1998, Pakistan merupakan negara terbesar yang mengimpor jabe dari Indonesia (Lampiran 1). Komoditi jabe yang diperdagangkan dapat berupa rimpang isegar, rimpang kering dan komoditi jahe dalam bentuk lain seperti bubuk jahe, minyak atsiri dan oleoresin jahe. Komoditi jahe yang diekspor Indonesia sebagian besar (+ 97%) dalam bentuk jahe segar (Lampiran 2). Ekspor jahe Indonesia selama lima tahun terakhir (1994-1999) mengalami penurunan volume rata-rata 1.464 persen per tahun tetapi nilai ekspornya mengalami peningkatan rata-rata sebesar 1.994 persen per tahun. Perkembangan volume dan nilai ekspor jahe Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Jahe Indonesia Tahun 1994-1999 Tabun ‘Volume (kg) Persen Nilai US$)... Persea, 1994 43 248 350 - 14 486 393 - 1995 39 624 S41 -8.379 13.918 157 3.922 1996 44 160 392 11.447 19 757 392 41.954 1997 34 563 408 -21.732 17 961 554 -9.089 1998 33 315 211 -3.611 9 840 184 45.215 1999* 38 298 958 14.959 12 422 339 26.241 Rata-rata 38 868 476 1.464 14 728 003 1.994 Sumber : Biro Pusat Statistik, 1999 Keterangan : * Januari-Oktober 1999 Produksi jahe di Indonesia selama lima tahun terakhir (1994-1999) mengalami peningkatan rata-rata sebesar 0.482 persen per tahun. Luas areal penanaman jahe juga mengalami peningkatan rata-rata sebesar 5.946 persen per tahun, Peningkatan luas areal penanaman jahe yang lebih tinggi daripada produksi yang dihasilkan menunjukkan produktivitas jabe masih rendah, Produktivitas jahe di Indonesia mengalami penurunan rata-rata sebesar 5.010 persen per tahun. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Jahe di Indonesia Tahun 1994-1999 Tahun | Luasareal | Persen ‘Produksi Persen | Produktivitas | Persen (ha) (ke) (kg/ha) 1994 10 897 -| 75991 000 . 6 973.571 - 1995 12251| 12.605} 82631000 8.737 6 744,837 | -3.280 1996 14032] 14.531] 80471000! -2.614 5 734.820 | -14.975 1997 14.440 2.871 | 77572000 | ~-3.602 5 372.022 | -6.326 1998* 14378| -0.429| 77500000) -0.093 5 390.179 -0.338, 1999** 14 400. 0.153 | 77515000 | -0.019 5 382.986 | -0.133 Rata-rata_ 13 400. 5.946 | 78 613 333 0.482 5 933.066 5.010 ‘Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 1998 Keterangan : * Sementara + Estimasi Sebagian besar (+ 97%) produksi jahe di Indonesia diusahakan oleh rakyat dalam bentuk perkebunan rakyat dengan produktivitas rata-rata yang masih rendah (Lampiran 3). Karena itu perlu adanya usaha peningkatan produksi dan produktivitas jahe baik melalui intensisikasi maupun ekstensifikasi. Usaha peningkatan produksi, produktivitas dan ekspor jahe Indonesia ini mempunyai tiga tujuan utama yaitu : (1) sebagai sumber devisa negara dari sektor nonmigas, (2) sumber peningkatan pendapatan petani, dan (3) penganckaragaman hasil. Pemerintah telah berusaha mendorong petani untuk dapat memperluas dan meningkatkan usahanya, bahkan Badan Pengembangan Ekspor Nonmigas (BPEN) telah mencanangkan jahe sebagai salah satu komoditi yang diprioritaskan untuk dikembangkan. Usaha peningkatan luas areal penanaman jahe ternyata masih belum dapat meningkatkan produksi jahe di Indonesia untuk memenuhi kebutuban yang ada, Di samping peningkatan luas areal penanaman perlu dilakukan) usaha untuk meningkatkan produktivitas tanaman jahe, namun suatu usaha pada akhirnya akan dinilai dari pendapatan yang dihasilkan. Sehubungan dengan hal diatas, maka perlu dilakukan optimalisasi pola tanam jahe untuk meningkatkan pendapatan petani jahe, 1.2, Perumusan Masalah Produksi jahe di Indonesia sebagian besar divsahakan oleh rakyat dengan produktivitas rata-rata yang masih rendah, Hal ini disebabkan berbagai masalah yang banyak dijumpai dalam upaya peningkatan produksi jahe. Permasalahan tersebut antara lain, sulitnya bahan tanaman yang tepat untuk bibit, meluasnya penyakit busuk 4 rimpang yang disebabkan Pseudomonas solanacearum sehingga menurunkan minat petani untuk menanam jahe. Faktor lain yang menyebabkan turunnya produksi jahe di Indonesia adalah faktor nonteknis yaitu keamanan, harga jahe dan sistem tataniaga jahe itu sendiri ( Paimin dan Murhananto, 1999). Daerah sentra produksi jahe di Indonesia antara lain Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat dan Jawa Timur. Pada tahun 1998 Jawa Timur merupakan dacrah penghasil jahe terbesar di Indonesia dengan produksi sebesar 30.341 persen dari total produksi jahe di Indonesia. Jawa Timur memiliki luas areal penanaman jahe kedua terbesar di Indonesia setelah Daerah Istimewa ‘Aceh, Luas areal penanaman jahe di wilayah Jawa Timur sebesar 15.099 persen dari, total luas areal penanaman jahe di Indonesia (Lampiran 4). . Wilayah penanaman dan penghasil jahe terbesar di Jawa Timur adalah Kabupaten Malang (Lampiran 5). Perkembangan luas areal dan produksi jahe di Kabupaten Malang pada tahun 1995-1999 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan Luas Areal dan Produksi Jahe di Kabupaten Malang Tahun 1995-1999 Tahun | Luas Areal] Persen | Produksi | Persen | Produktivitas | Persen (ha) (kg) (kg/ha) 1995 609 -| 10067000 - 16 530 377 - 1996 751 | 23.317} 12695000} 26.105 16 904 128 2.261 1997 631 | -15.979 | 10 152 000 | -20.031 16 088 748 | -4.823 1998 618] -2.060] 9756000} -3.901 15 786 407 | -1.879 1999 902 | 45.955 |_ 13 941 000 | 42.896 15 455 654 | _-2.095 Rata-rata 702 | 12.808 | 11322200 | 11.267 16 153.063 | -1.634 Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Malang, 1999 5 Berdasarkan Tabel 3, luas areal penanaman dan produksi jahe di Kabupaten Malang selama empat tahun terakhir (1995-1999) mengalami peningkatan sedangkan produktivitasnya mengalami penurunan, Luas areal penanaman dan produksi jahe masing-masing mengalami peningkatan rata-rata sebesar 12.808 persen per tabun dan 11.267 persen per tahun, Produktivitas jahe di Kabupaten Malang mengalami penurunan rata-rata sebesar 1.634 persen per tahun. Tanaman jahe pada umumnya diusabakan secara tradisional dengan pola tanam monokultur dan tumpangsari . Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan melakukan pola tanam tumpangsari adalah mengurangi resiko kerugian pada saat harga jahe sedang murah, meningkatkan produktivitas lahan, memperbaiki sifat fisik tanah dan mengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuban gulma. Penanaman jahe dengan sistem tumpangsari memerlukan tindakan yang selektif dalam memilih tanaman yang sesuai dan paling menguntungkan. Usahatani jahe di Kabupaten Malang pada umumnya diusahakan petani dengan sistem tumpangsari, Petani di daerah ini memiliki kebiasaan dan keinginan yang tinggi untuk memanfaatkan lahan-lahan yang masih kosong di sela-sela tanaman jahe. ‘Tujuan utama petani melakukan usahatani adalah untuk memperoleh pendapatan yang maksimal dan meningkatkan kesejahteraan keluarganya, Salah satu usaha yang dilakukan petani di Kabupaten Malang untuk mencapai tujuan ini dengan pemanfaatan lahan di sela-sela tanaman jahe. Namun, untuk mencapai tujuannnya petani dihadapkan pada berbagai kendala seperti keterbatasan Iuas lahan, igoaga kerja dan modal yang dimilikinya. ~ 6 Sehubungan dengan kondisi diatas maka beberapa masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah : 1. 2. Bagaimana karakteristik usahatani jahe ? Bagaimana kombinasi jenis tanaman yang optimal yang dapat memaksimalkan pendapatan petani jahe ? . Bagaimana alokasi sumber daya yang optimal sehingga diperoleh pendapatan yang maksimal ? 1.3. Tujuan Penelitian Schubungan dengan permasalahan yang dikemukakan sebelumnya maka tujuan penelitian ini adalah : : 1. 2. Mengetahui karakteristik usahatani jahe. Mengetahui tingkat pendapatan yang diperoleh petani jahe. |. Mengetahui dan menganalisis kombinasi jenis tanaman yang optimal yang dapat memaksimalkan tingkat pendapatan petani jahe. . Mengetahui dan menganalisis alokasi sumberdaya yang optimal yang dapat memaksimalkan pendapatan. 1.4, Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai : 1. Bahan pertimbangan bagi petani di daerah penelitian dalam menentukan kombinasi jenis tanaman yang akan diusahakan dalam usahatani jahe. 2, Baban pertimbangan bagi petani di daerah penelitian dalam mengalokasikan sumber daya yang tersedia. 3. Bahan masukan bagi para penentu kebijakan yang terkait dengan usahatani jahe dan sebagai informasi untuk penelitian lebih lanjut. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Tanaman Jahe Jahe (Zingiber officinale Rosc) merupakan tanaman dari kelas Monocotyledonae dengan famili Zingiberaceae. Ciri utama jenis tanaman yang tergolong famili Zingiberaceae antara Jain, berdaun tunggal dengan pettulangan daun sejajar atau melengkung dan rimpangnya yang beraroma khas (Tjitrosoepomo dalam Rostiana ef al, 1991). Jahe termasuk tanaman tahunan dengan batang semu yang tumbuh tegak. Tingginya berkisar 0.3-0.75 m dengan akar rimpang yang dapat bertahan lama di dalam tonah, Akar rimpang tersebut mampu mengeluarkan tunas baru untuk mengganti daun dan batang yang sudah mati, Tanaman jahe terdiri dari bagian akar, batang, daun dan bunga. Akar merupakan bagian terpenting dari tanaman jahe. Tunas-tunas baru yang kelak akan menjadi tanaman tumbuh pada bagian ini. Akar tunggal (rimpang) tersebut tertanam kuat di dalam tanah dan makin membesar dengan pertambahan umur dan membentuk rhizoma-thizoma baru. Rimpang jahe memiliki banyak kegunaan antara lain sebagai bumbu masak, obat-obatan, dan minyak jahe. Schubungan dengan hal tersebut, maka tujuan penanaman jahe selalu untuk memperoleh rimpangnya (Paimin dan Murhananto, 1999). Berdasarkan bentuk, ukuran dan warna rimpangnya dikenal tiga klon jahe yaitu : Jahe Besar yang dikenal juga sebagai Jahe Badak atau Jahe Gajah, Jahe Kecil atau Jahe Empirit dan Jahe Merah atau Jahe Sunti, Jahe Besar mempunyai rimpang yang lebih besar, seratnya lebih lembut, aromanya kurang tajam dan rasanya kurang 9 pedas. Jahe Kecil memiliki rimpang relatif kecil, seratnya agak kasar, aromanya agak tajam dan rasanya pedas. Jahe Merah memiliki rimpang yang lebih Keoil dari kedua klon Jainnya, seratnya agak kasar, aromanya tajam dan rasanya sangat pedas. Perbedaan sifat dan kandungan kimia ketiga klon jahe tersebut memberikan fiongsi penggunaan yang berbeda pula. Jahe Besar banyak digunakan untuk masekan, minuman, permen dan asinan. Jahe ini merupakan produk yang sedang berkembang pesat sebagai komoditi ekspor. Jahe Kecil banyak digunakan sebagai rempab- rempah, penyedap makanan dan minuman serta bahan minyak atsiri. Jahe Merah banyak digunakan sebagai bahan baku obat. Jahe ini memiliki kandungan minyak atsiti yang paling tinggi (Rostiana et al, 1991) Tanaman jahe memerlukan tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik (humus). Tanah harus dalam keadaan remah dan ringan sehingga_memberi kesempatan akar jahe untuk berkembang dengan normal, ‘Tanaman ini tidak tahan genangan air sehingga drainasenya barus selalu diperhatikan (Ashari, 1995). Jabe dapat tumbuh sampai pada ketinggian 900 meter dari permukean laut, tetapi akan lebih baik pertumbuhannya pada ketinggian 200-600 m dari permukaan laut, Curah hojan yang dibutuhkan antara 2500-4000 mm per tabun (Paimin dan Murhananto, 1999). Perbanyakan tanaman jahe hingga saat ini masih dilakukan dengan mempergunakan rimpangnya, Ukuran rimpang untuk bibit antara 50-80 gram, Tklim dan kedalaman tanah perlu diperhatikan sebelum menanam jahe. Waktu yang terbaik untuk menanam jahe pada awal musim bujan (September-November) sedangkan waktu pemanenan jahe ditentukan oleh tujuan penggunaannya, Apabila rimpang akar “digunakan untuk bahan manisan, maka jabe harus dipanen sebelum rimpangnya berserat. Panen ini dinamakan panen jahe muda, yaitu pada saat tanaman berumur 4-5 bulan. Apabila jahe digunakan untuk tujuan lain, maka panen dapat dilakukan setelah tanaman berumur sembilan bulan atau lebih (Ashari, 1995). Budidaya tanaman jahe dapat dilakukan secara monokultur atau tumpangsari. ‘Tanaman yang bisa ditumpangsarikan dengan jahe antara lain jagung, kacang tanah, bawang merah, cabai rawit, buncis dan ketela pohon. Pemilihan jenis tanaman yang ditumpangsarikan tergantung pada iklim, selera dan harga pasar, sebingga perlu dilakukan pemilihan jenis tanaman yang tepat. Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan melakukan pola tumpangsari antara lain mengurangi resiko kerugian pada saat harga jahe sedang murah, meningkatkan produktivitas Jahan, memperbaiki sifat fisik dan mengawetkan tanah akibat rendabnya pertumbuhan gulma (Paimin dan Murhananto, 1999). 2.2. Usahatani Bachtiar Rivai dalam Hernanto (1991) mendefenisikan usahatani sebagai organisasi alam, kerja, modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan peitanian. Organisasi ini ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang tetikat genologis, politis maupun teritorial sebagai pengelolanya. Hemanto (1991) mengemukakan bahwa di dalam usahatani \terdapat empat faktor-faktor produksi yang selalu ada antara lain : tana, tenaga kerja, modal dan pengelolaan (management). ‘Tanah sebagai salah satu faktor produksi yang relatif n langka dibanding dengan faktor produksi lainnya. Distribusi penguasaannya di masyarakat tidak merata. Tanah memiliki beberapa sifat antara lain : Iuas relatif tetap atau dianggap tetap, tidak dapat dipindah-pindahkan dan dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan. Tansh dianggap sebagai salah satu faktor produksi usahatani, meskipun di bagian lain dapat juga berfungsi sebagai faktor atau unsur pokok modal usahatani karena sifatnya yang Khusus. Menurut Soekartawi ef al (1986) ketersediaan tanah atau Jahan dapat ditentukan dengan mengukur luas usahatani, tetapi harus memperhatikan bagian-bagian yang tidak digunakan untuk pertanian, seperti lahan yang sudah digunakan untuk bangunan, saluran dan jalan. Faktor produksi kedua adalah tenaga kerja. Tenaga kerja dapat dibagi tiga yaitu tenaga kerja manusia, tenaga kerja ternak dan tenaga kerja mekanik. Tenaga kerja manusia dapat dibedakan atas tenaga Kerja pria, wanita dan anak-anak. Tenaga kerja dalam usahatani dapat diperoleh dari dalam dan luar keluarga. Kebutuhan tenaga kerja untuk setiap cabang usaha akan berbeda. Perbedaan ini disebabkan Karena berbedanya jenis kegiatan, jenis komoditi, tingkat teknologi, serta intensitas kombinasi dari faktor produksi, skala usahanya serta waktv. Menurut Soekartawi ef al (1986) ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam raengukur tenaga kerja, yaitu : jumlah tenaga kerja yang benar-benar dipakai dalam proses produksi (bukan tenaga kerja yang tersedia) dan kalau memungkinkan kualitas kerja yang dapat digolongkan dalam satu satuan unit kerja. Konversi kerja yang dikemukakan oleh Soekartawi er al (1986) adalah pria : wanita : anak-anak = 1 : 0.8 : 0.5 | Faktor produksi ketiga adalah modal, Modal adalah barang atau wang yang bersama-sama dengan faktor produksi lain dan tenaga kerja serta pengelolaan 12 " menghasilkan barang-barang baru, yaitu hasil produksi pertanian, Modal menurut sifatnya dapat dibagi dua: 1. Modal tetap Modal tetap merupakan modal yang tidak habis digunakan dalam satu periode produksi. Jenis modal ini memerlukan pemeliharaan dan mengalami penyusutan. 2. Modal bergerak Modal bergerak merupakan modal yang habis digunakan atau dianggap habis dalam satu periode produksi. Faktor produksi keempat adalah pengelolaan (management), Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani menentukan, mengorganisir, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasainya sebaik-baiknya dan ‘mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Perencanaan usahatani diperlukan dalam mengelola usahatani. Menurut Soekartawi et al (1986) perencanaan usabatani meliputi tiga langkah utama yaitu menyusun rencana terperinci mengenai cabang-cabang usaha dan metode produksi yang akan digunakan, menguji rencana tersebut dalam kaitannya dengan sumber daya yang dibutuhkan dan mengevaluasi rencana dan menyusun urutan-urutan rencana alternatif berdasarkan patokan yang sesuai dengan tujuan memilih rencana yang terbaik. Tujuan petani melakukan usahatani untuk memperoleh pendapatan dan meningkatkan kesejahteraannya. Upaya untuk meningkatkan pendapatan petani dapat dilakukan dengan memanfaatkan setiap kesempatan ekonomi, Suatu kesempatan ekonomi dapat berupa : (1) penambahan jenis cabang usabatani maupun cabang usaha rumah tangga, (2) perbaikan penggunaan input usahatani, 13 (3) pemanfaatan lahan yang masih kosong dan (4) cara pengolahan hasil yang lebih baik (Pangarsa dalam Edi, 1995). Dalam mengelola suatu usahatani ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan kombinasi cabang usaha (Hernanto, 1991) antara lain : 1. Kombinasi cabang usaha akan dapat menjaga kelestarian tanah. 2. Kombinasi cabang usaha akan mengurangi resiko kegagalan panen dan kerugian finansial, 3. Kombinasi yang terlalu banyak akan merendahkan efisiensi dan biaya yang cukup tinggi. 4. Kombinasi cabang usaha harus memperhatikan hubungan antara kombinasi tersebut yaitu hubungan-hubungan yang bersaing, suplementer dan komplementer. 5, Perencanaan usahatani harus berorientasi ke depan. Usahatani jahe dapat dilakukan secara monokultur maupun tumpangsari. Usahatani jahe pada umumnya diusahakan oleh petani tradisional dengan sistem tumpangsari. Penambahan kombinasi cabang usaba ini dilakukan petani untuk ‘meningkatkan pendapatan petani dan menekan resiko apabila terjadi kegagalan panen atau harga jahe murah. 2.3. Biaya , Penerimaan dan Pendapatan Usahatani 2.3.1, Biaya Usakatani Sockartawi, et al (1986) mengatakan bahwa biaya atau pengeluaran usahatani adalah semua nilai masuk yang habis dipakai atau dikeluarkan di dalam produksi, 14 tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. Menurut Hernanto (1991) biaya atau pengeluaran usabatani adalah semua biaya operasional dengan tanpa memperhitungkan bunga dari modal usahatani dan nilai kerja pengelola usahatani. Pengeluaran ini meliputi pengeluaran tunai, penyusutan benda fisik, pengurangan nilai inventaris, nilai tenaga kerja yang tidak dibayar. Biaya usahatani ini dapat digolongkan berdasarkan sifatnya yaitu biaya tetap dan variabel. Biaya tetap adalah biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah sebanding dengan besarnya produksi (Soekartawi, 1986). Menurut Hernanto (1991) usahatani yang dikelola secara tumpangsari akan memiliki biaya bersama. Dalam menentukan biaya ini ada dua tahap yang diperlukan yaitu : 1. Mengetabui luas penanaman masing-masing tanaman, Untuk itu perlu dilakukan konversi berdasar nilai bibit atau nilai produksi. 2. Penetapan pembebanan biaya dapat dihitung dari rasio luas tanaman dari luas total tanaman tumpangsari dikali total biayanya. 2.3.2. Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani adalah hasil perkalian dari jumlah produksi total dan harga satuan dari hasil produksi (Tjakrawiralaksana, 1987). Menurut Soekartawi (1986) penetimaan usabatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Penerimaan mencakup produk 15 yang dijual, dikonsumsi sendiri baik yang digunakan kembali untuk bibit atau yang disimpan di gudang. Menurut Hernanto (1991) penerimaan usahatani yaitu penerimaan dari semua sumber usahatani, Penerimaan ini terdiri dari jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil dan nilai produk yang dikonsumsi rumah tanga. 2.3.3, Pendapatan Usahatani Menurut Tjakrawiralaksana (1987) pendapatan usahatani merupakan selisih dari biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh. Dalam menganalisa pendapatan usahatani diperlukan dua keterangan pokok yaitu, keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan, . ‘Analisa pendapatan mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik faktor produksi, Ada dua tujuan utama dari analisa pendapatan, yaitu (Soeharjo dan Patong, 1973) : 1. Menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha. 2. Menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. 2.4, Optimalisasi Menurut Bronson (1991) dalam permasalahan optimalisasi ada sebuah besaran tertentu yang dimaksimumkan atau diminimumkan. Besaran ini disebut tujuan obyektif yang tergantung pada sejumlah variabel masukan. Twjuan adalah hasil akhir yang bendak dicapai dengan cara memilih suatu tindakan yang paling tepat untuk sistem yang dipelajari, Menurut Taha (1996) 16 penelitian operasional berusaha menetapkan arah tindakan yang terbaik (optimal) dari suatu masalah dengan sumber daya yang terbatas. Ada lima tabap yang dilalui dalam proses pengambilan keputusan yaitu (Nasendi dan Anwar, 1985) : 1. Mengidentifikasi persoalan Menentukan dan merumuskan tujuan yang jelas dari persoalan dalam sistem model yang dihadapi, mengidentifikasi variabel yang digunakan sebagai kriteria untuk pengambilan keputusan yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan dan mengumpulkan data tentang kendala-kendala yang menjadi syarat ikatan terhadap variabel-variabel dalam fungsi tujuan. 2. Penyusunan model Momilih model yang paling sesuai dengan permasalahan, merumuskan segala macam faktor yang terkait di dalam model yang bersangkutan secara simbolik ke dalam rumusan model matematika, menentukan variabel-variabel beserta kaitannya satu sama Jain dan menetapkan fungsi tujuan serta kendala-kendala dengan nilai dan parameter yang jelas. 3. Analisis model Melakukan analisis terhadap model yang telah disusun dan dipilih, memilih hasil-hasil analisis yang terbaik (optimal), melakukan uji kepeKaan dan analisis postoptimal terhadap hasil analisis model tersebut. 4. Pengesahan model Analisis pengesahan model menyangkut penilaian terhadap | model tersebut dengan cara mencocokannya dengan keadaan dan data nyata, juga dalam rangka Wn menguji dan mengesahkan asumsi-asumsi yang membentuk model tersebut secara struktural. 5, Implementasi hasil Hasil-hasil yang diperoleh terupa nilai-nilai yang akan dipakai dalam kriteria pengambilan keputusan. Hasil-hasil analisis dapat dipakai dalam perumusan strategi-strategi, target-target, dan langkah-langkah kebijakan guna disajikan kepada pengambil keputusan dalam bentuk alternatif-alternatif pilihan, 2.5. Program Linear Program linear merupakan suatu teknik perencanaan yang analisisnya menggunakan model matematika, dengan tujuan menemukan beberapa kombinasi alternatif masalah. Kemudian akan dipilih alternatif yang terbaik dalam rangka menyusun strategi dan langkah-langkah kebijakan lebih lanjut mengenai alokasi sumber daya dan dana yang terbatas guna mencapai tujuan atau sasaran yang diinginkan secara optimal (Nasendi dan Anwar, 1985). ‘Ada lima syarat yang harus dipenubi agar dapat menyusun persoalan atau permasalahan yang dihadapi ke dalam model program linear (Nasendi dan Anwar, 1985): 1. Tujuan Tujuan permasalahan yang dihadapi yang ingin dicari jalan keluarnya harus jelas dan tegas yang disebut fungsi tujuan. Fungsi tujuan dapat berupa dampak positif, manfaat, keuntungan dan kebaikan yang dimaksimumkan atau dampak negatif, Kerugian, resiko, biaya, jarak, waktu yang diminimumkan. . Alternatif perbandingan Harus ada sesuatu atau berbagai alternatif yang ingin diperbandingkan, . Sumber daya Sumber daya yang dianalisis harus berada dalam keadaan yang terbatas. Keterbatasan sumber daya tersebut disebut kendala. . Perumusan kuantitatif Fungsi tujuan dan kendala tersebut harus dapat dirumuskan secara kuantitatif yang disebut model matematika. . Keterkaitan variabel Variabel-variabel yang membentuk fungsi tujuan dan kendala tersebut harus memiliki hubungan fungsional. Model dasar program linear dapat dirumuskan sebagai berikut : Optimumkan (maksimumkan atau minimumkan) : Z = LGNj, untuk j=1,2,....0 Dengan kendala : DLaijXj < atau > bi, untuk i= 1,2,...,m dan Xj>0 Untuk : Cj = Parameter yang dijadikan kriteria optimalisasi, atau koefisien variabel pengambilan keputusan dalam fungsi tujuan. Xj = Variabel pengambilan keputusan aij = Koefisien teknologi variabel pengambilan keputusan dalam kendala ke-i, bi. = Sumber daya yang tersedia yang membatasi kegiatan atau usaha yang bersangkutan disebut konstanta atau “ nilai sebelah kanan” dari kendala ke-i, Z — = Nilai suatu fungsi tujuan ' 19 Program linear didukung oleh asumsi-asumsi yang mendasarinya. Asumsi- asumsi tersebut antara lain : 1. Linearitas Asumsi ini menginginkan agar perbandingan antara inpct yang satu dengan input yang lainnya atau antara suatu input dengan output besarnya tetap dan tidak tergantung pada tingkat produksi. 2. Proporsionalitas Asumsi ini menyatakan bahwa jika variabel pengambilan keputusan (Xj) berubah, maka dampak perubahannya akan menyebar dalam proporsi yang sama terhadap fungsi tujuan (CjXj) dan juga kendalanya (aijXj). 3. Aditivitas Asumsi ini menyatakan bahwa nilai parameter suatu kriteria optimalisasi (koefisien variabel pengambilan keputusan dalam fungsi tujuan) merupakan jumlah dari nilai individu-individu Cj dalam model program linear tersebut. Dampak total terhadap kendala ke-i merupakan jumlah dampak individu terhadap -variabel pengambilan keputusan (Xj). 4. Divisibilitas ‘Asumsi ini menyatakan bahwa vatiabel-variabel pengambilan keputusan (Xj) jika diperlukan dapat dibagi ke dalam pecahan-pecahan. 5. Deterministik ‘Asumsi ini menghendaki agar semua parameter dalam model! program linear dapat diketabui atau ditentukan secara pasti. 20 Beneke dan Winterboer (1973) menyatakan bahwa program linear merupakan salah satu metode perencanaan yang sangat bermanfaat dalam pengambilan keputusan diantara berbagai alternatif yang ada. Kelebihan utama program linear adalah kemampuannya untuk menguji sejumlah alternatif sekaligus menganalisis konsekuensinya dengan sedikit masukan dan menghemat waktu. Disamping kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, program linear memiliki beberapa keterbatasan antara lain : | 1. Program linear hanya mampu merumuskan cara terbaik tentang penggunaan sumber daya pada kondisi tertentu sehingga tidak banyak membantu pengambilan keputusan yang berubah-ubah. 2. Program linear tidak dapat memperkirakan hubungan antara input dan output. 3, Perumusan kendala dalam program linear kadang-kadang sulit dlakuken Karena menyangkut perkiraan tentang ketersediaan sumber daya pada masa yang akan datang. 4, Asumsi bahwa setiap tambahan unit output akan membutuhkan input dalam jumlah yang senantiasa sama pada dasarnya tidak realistis karena bertentangan dengan prinsip diminishing marginal returns. Dalam menyelesaikan persoalan-persoalan program linear ada dua cara yang dapat digunakan antara lain (Taha, 1996): 1. Cara grafis, dapat digunakan apabila persoalan program linear yang akan diselesaikan hanya memiliki dua buah variabel (kegiatan). Keunggulan cara ini yaitn dapat menggambarkan daerah pengambilan keputusan dalam bentuk grafik. 21 Namun, cara ini tidak dapat digunakan untuk persoalan linear yang memiliki variabel lebih dari dua. 2. Metode simpleks, merupakan teknik yang paling berhasil dikembangkan untuk memecahkan persoalan linear yang mempunyai jumlah variabe] Keputusan dan pembatas yang banyak. Kelemahan metode ini yaitu tidak dapat menggambarkan daerah pengambilan keputusannya dalam bentuk grafik. 2.6. Hasil Penclitian-Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai jabe belum banyak dilakukan. Hasil penelitian jahe yang terdapat di Perpustakaan Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian ada dua yaitu hasil penelitian Yani (1996) dan Soemarsono (1997). ‘Yani (1996) di dalam penelitiannya menganalisis keragaan usahatani jahe di Kecamatan Induk Kepahiang, Kabupaten Rejang Lebong, Propinsi Bengkulu. Yani (1996) memaparkan bahwa di dalam usahataninya, petani tidak hanya mengusahakan hanya satu jenis tanaman. Petani yang mengkhususkan diri pada pembudidayaan jahe hanya sekitar 21.880 %, sedangkan 31.750 % mengusahakan padi dan kopi, 37.500 % mengusahakan kopi, dan 9.370 % mengusahakan padi. Penggunaan faktor-faktor produksi pada petani contoh masih di bawah tingkat yang dianjurkan Dinas perkebunan Rejang Lebong. Keadaan ini disebabkan rendahnya pengetahuan petani di dalam teknologi budidaya jake. Pendapatan tunai usahatani jahe baik itu dalam usahatani dengan dua jenis tanaman ataupun tiga tanaman yang ditanam, masih lebih baik dari padi dan sedikit lebih kecil dari kopi. Hal ini berarti jahe dalam pola 22 - usahatani di Kecamatan Induk Kepahiang memiliki peran yang cukup besar untuk memberikan sumbangan bagi pendapatan tunai. Soemarsono (1997) menganalisis pendapatan dan pemasaran komoditi jahe sebagai usaha sampingan di Desa Cilangkap, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi, Soemarsono (1997) menyimpulkan bahwa biaya produksi dibedakan atas biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Rasio penerimaan tethadap biaya (R/C) untuk panen muda dan panen tua masing-masing 1.420 dan 3.620. Hal ini memperlihatkan bahwa kedua panen menguntungkan atau layak untuk diusahakan, Petani lebih banyak menggunakan saluran pemasaran yang kurang efisien. Struktur pasar yang terjadi adalah cenderung oligopsoni. Struktur pasar ini akan menempatkan petani pada posisi tawar-menawar yang lemah. Penelitian mengenai optimalisasi sudah banyak dilakukan baik di perusahaan maupun usahatani Hasil penelitian terdahulu mengenai optimalisasi yang dilakukan pada usahatani yang terdapat di Perpustakaan Jurusan Imu-IImu Sosial Ekonomi Pertanian antara lain Alam (1998), Fane (1998) dan Yuningsih (1999). ‘Alam (1998) menganalisis optimalisasi pendapatan pada usahatani peserta program intensifikasi kedelai 1P-300 di wilayah Kabupaten Karawang. Alam (1998) menyimpulkan usahatani peserta program IP-300 baik petani penyewa dan pemilik yang telah dijalankan selama ini belum optimal Pola yang paling menguntungkan adalah kedelai NS muda. Fane (1998) menganalisis optimalisasi pendapatan usabatani tanaman hias dalam meningkatkan pendapatan petani, Fane (1998) menyimpulkan bahwa jenis Kegiatan yang mengoptimalken pendapatan petani lahan sempit golongan pemilik 23 penggarap dan petani Jahan Juas adalah nusa indah dan glodogan tiang. Sedangkan petani laban sempit adalah palem botol dan mawar bogor. Yuningsih (1999) menganalisis optimalisasi pendapatan usabatani pada keragaman jenis usaha petani nenas. Yuningsih (1999) menyimpulkan bahwa jenis kegiatan yang mengoptimalkan pendapatan bersih total petani lahan sempit adalah nenas dan singkong, untuk petani golongan pemilik dan golongan penyewa penggarap adalah nenas yang diusahakan secara monokultur. Untuk petani lahan luas golongan pemilik-penyewa penggarap adalah nenas dan cabe sedangkan petani lahan Iuas golongan pemilik penggarap adalah nenas dan jahe. Til. KERANGKA PEMIKIRAN Usahatani yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah usahatani jahe. Alur penelitian akan dimulai dengan menggambarkan karakteristik dan kondisi aktual usabatani jahe di daerah penelitian. Beberapa hal yang akan dibahas antara lain, pola tanam, budidaya, saluran pemasaran dan alokasi sumber daya usahatani jahe. Petani dalam mengusahakan jahe dipengaruhi oleh sumberdaya yang terbatas yang menjadi kendala dalam melaksanakan usahatani jahe. Kendala tersebut terdiri dari kendala Jahan, modal, tenaga kerja dan input produksi yaitu bibit dan pupuk. Kombinasi jenis tanaman yang diusahakan petani sangat beragam. Jenis tanaman yang diusahakan di daerah penelitian adalah tanaman jahe sebagai tanaman utama. Tanaman sela yang biasanya ditumpangsarikan dengan jahe di daerah penelitian antara Jain cabe rawit, talas, Ketela pohon, jagung dan buneis, Hasil analisa kondisi usahatani ini akan dapat menggambarkan keadaan biaya dan penerimaan usahatani jahe di daerah penelitian . Komponen biaya dan penerimaan yang ada dapat digunakan untuk mengetahui gambaran_ tingkat pendapatan petani jahe di daerah penelitian. \ Tujuan utama petani melakukan usahatani adalah memperoleh keuntungan yang maksimal dan meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Upaya yang dapat dilakukan petani untuk memaksimalkan keuntungan dengan memilih kombinasi jenis tanaman dan alokasi sumber daya yang optimal. Kombinasi jenis tanaman dan alokasi sumber daya yang optimal dapat diperoleh dengan melakukan analisis optimalisasi. Analisis optimalisasi dapat dilakukan dengan menggunakan linear 25 “programming yang dilengkapi dengan analisis primal, analisis dual dan analisis sensitivitas. Kombinasi jenis tanaman dan alokasi sumber daya yang optimal akan menghasilkan keuntungan yang maksimal. Apabila keuntungan yang diperoleh petani maksimal maka pendapatan petani akan meningkat. Hasil analisis ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi petani untuk melakukan perencanaan usabatani selanjutnya. 26 Bagan alur kerangka pemikiran operasional dapat digambarkan sebagai berikut : Usahatani Jahe Kendala + ~ Tanaman Utama (Jahe) Laban, Modal, Tenaga - Tanaman Sela Kerja, Input Produksi ¥ Kombinasi Jenis Tanaman | <— Jenis Tanaman + - Jahe - Ketela Pohon - Cabe rawit - Jagung Pendapatan -Talas — - Buncis, + Analisis Optimalisasi Linear programming - Analisis Primal - Analisis Dual - Analisis Sensitivitas YY Kombinasi Jenis Alokasi Sumber Daya Tanaman Optimal Optimal See ‘Keuntungan Maksimal ¥ Tingkat Pendapatan Petani Meningkat Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Pemikiran Operasional 1V. METODE PENELITIAN 4.1, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tajinan , Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja karena merupakan salah satu daerah sentra produksi jahe. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2000. 4.2. Metode Penarikan Contoh Metode penarikan contoh dilakukan secara acak sederhana. Populasi dalam penelitian adalah semua rumah tangga tani di daerah penelitian yang melakukan usahatani jahe, dengan satu rumah tangga tani sebagai satu unit contoh. Petani contoh yang dipilih sebanyak 30 unit. Jumlah unit contoh dipilih dengan memperhatikan keterbatasan waktu, tenaga dan biaya. 4,3, Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data ptimer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kepada petani contoh yang terpilih. Wawancara dengan petani contoh dibantu dengan daftar pertanyaan yang telah disiapkan dalam bentuk kuisioner. Data sekunder sebagai data pelengkap dan penunjang diperoleh dari laporan- Japoran tertulis yang terdapat di berbagai instansi atau dinas yang terkait seperti 28 * Dinas Perkebunan Kabupaten Malang, Direktorat Jenderal Perkebunan, Pusat Studi Ilmu Ekonomi dan Biro Pusat Statistik. 4.4, Metode Analisis Data Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data usahatani jahe petani contoh pada kondisi normal yaitu musim tanam 1998/1999 sedangkan harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada tahun 2000. Hal ini disebabkan karena pada saat penelitian dilakukan tanaman jahe diserang penyakit sehingga mengalami penurunan produksi yang tinggi. Kondisi ini tidak dapat digunakan dalam penelitian karena merupakan kondisi yang tidak normal. Jangka waktu yang digunakan dalam analisis selama satu musim tanam jabe atau satu tahun. Pengolahan data dan analisis data dilakukan dengan cara membagi petani contoh dalam dua sub kelompok berdasarkan luas lahan garapan yaitu petani Jahan sempit dan petani lahan luas. Pembagian petani contch dilakukan untuk menghindari data menjadi bias. Batas pemisah yang digunakan adalah rata-rata luas lahan seluruh petani contoh. Petani lahan sempit adalah petani yang luas lahan garapannya dibawah atau sama dengan rata-rata luas lahan seluruh petani contoh. Petani Jahan luas adalah petani yang luas lahan garapannnya diatas rata-rata Iuas Jahan seluruh petani contoh. Jumlah petani contoh yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 29 unit. Hal ini disebabkan ada satu unit contoh yang tidak dapat digunakan karena datanya merupakan pencilan ekstrim (mayor) yang dapat membuat data menjadi bias. 29 Data yang diperoleh terlebih dabulu ditabulasikan dan kemudian diolah dengan bantuan program Komputer Microsoft Excel dan kalkulator. Tingkat pendapatan usahatani akan diperoleh dengan melakukan analisa pendapatan Metode perhitungen pendapatan usahatani jahe yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Metode Perhitungan Pendapatan Usahatani Jahe Nomor Ttem I Penerimaan a. Penjualan hasil produksi jahe b. Penjualan hasil produksi tanaman sela Total IL. Biaya a. Biaya variabel 1. Bibit - Bibit tanaman jahe - Bibit tanaman sela 2. Pupuk - Urea - ZA - TSP - Kel - Kandang 3. Sewa tenaga kerja b. Biaya tetap 1. Sewa lahan 2. Pajak 3. Penyusutan 4, Bunga modal kredit Total TL. Pendapatan bersih usabatani (I-11) ‘Analisis optimalisasi dilakukan dengan menggunakan linear programming. Data-data tersebut ditabulasikan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada dan 30 dimasukkan ke dalam bentuk linear programming. Metode penyelesaian yang digunakan adalah metode simpleks dan diolah dengan bantuan program komputer ABQM (Allyn and Bacon Quantitative Method) yang meliputi analisis primal, dual dan sensitivitas. 4.5. Perumusan Model Optimalisasi 4.5.1, Fungsi Tujuan Fungsi tujuan dalam penelitian ini adalah memaksimalkan pendapatan bersih petani jahe dengan kombinasi jenis tanaman dan alokasi sumberdaya yang optimal. Nilai pendapatan bersih diperoleh dengan mengurangi_biaya total dari penerimaan total Penerimaan diperoleh dari hasil kali antara harga per satuan kegiatan dengan jumlah output yang dihasilkan sedangkan biaya total adalah seluruh korbanan yang dikeluarkan petani dalam melakukan kegiatan produksi. 4.5.2. Aktivitas dan Kendala Pemilihan aktivitas berdasarkan tujuan penelitian. Aktivitas usahatani jahe di daerah penelitian terdiri dari : 1. Aktivitas Produksi Aktivitas produksi tanaman didasarkan pada tanaman yang pada umumnya diusahakan petani di daerah penelitian. Aktivitas produksi yang utama di daerab penelitian adalah aktivitas produksi tanaman jahe. Aktivitas produksi sebagai usaha sampingan adalah aktivitas produksi cabe rawit, talas, ketela pohon, jagung 31 dan buncis sebagai tanaman sela, Aktivitas produksi dinyatakan dalam satuan hektar lahan yang digunakan. Aktivitas pembelian bibit tanaman Bibit yang digunaken diasumsian berasal dari Iuar usahatani. Aktivitas pembelian bibit tanaman dibedakan berdasarkan jenis tanaman yang diproduksi. Aktivitas pembelian bibit jahe, cabe rawit, jagung, dan buncis dinyatakan dalam kilogram. Aktivitas pembelian bibit talas dinyatakan dalam batang dan ketela pohon dinyatakan dalam stek. Aktivitas pembelian pupuk Pupuk yang digunakan diasumsikan berasal dari luar usabatani, Aktivitas pembelian pupuk dibagi berdasarkan jenis pupuk yang digunakan. Jenis pupuk yang digunakan untuk tanaman jahe sama dengan tanaman sela karena tanaman sela mengambil pupuk dari tanaman jahe, Pupuk yang dibeli antara lain pupuk urea, ZA, TSP, KCI dan pupuk kandang. Aktivitas pembelian pupuk dinyatakan dalam kilogram. Aktivitas penyewaan tenaga kerja luar keluarga. Aktivitas penyewaan tenaga kerja luar keluarga dilakukan apabila tenaga kerja dalam Keluarga tidak mencukupi. Aktivitas penyewaan tenaga kerja luar keluarga dibuat dalam satu tahun dan dinyatakan dalam HOK. Aktivitas penjualan basil produksi Aktivitas penjualan hasil produksi dibagi berdasarkan jenis tanaman yang diusahakan, Aktivitas penjualan hasil produksi dinyatakan dalam kilogram. 32 6. Aktivitas pengambilan modal kredit Aktivitas pengambilan modal kredit dilakukan apabila modal sendiri yang dimiliki petani tidak mencukupi. Aktivitas peminjaman modal kredit dinyatakan dalam rupiah. Jenis kendala dalam penelitian ini terdiri dari kendala lahan, tenaga kerja keluarga, modal kredit dan modal sendiri. 1. Kendala luas laban Kendala Iuas Jahan dibagi dua yaitu Iahan untuk tanaman utama yaitu jahe dan Jahan untuk tanaman sela. Luas tanam untuk tanaman utama diasumsikan sama dengan luas tanam untuk tanaman sela yaitu sebesar luas lahan yang dikuasai petani, Luas lahan yang tersedia merupakan rata-rata luas lahan yang dimiliki petani. Kendala luas lahan dinyatakan dalam hektar. 2. Kendala tenaga kerja keluarga Kendala tenaga kerja keluarga didefenisikan sebagai tenaga kerja potensial yang tersedia khusus untuk usahatani. Tenaga kerja potensial yang tersedia di daerah penelitian terdiri dari satu pria dan satu wanita. Jumlah tenaga kerja dinyatakan dalam hari orang kerja baik pria maupun wanita. Jumlah tenaga kerja keluarga yang tersedia dalam satu musim tanam jahe sebesar 561.600 HOK. 3. Kendala modal kredit Kendala modal kredit merupakan jumlah modal pinjaman yang tersedia bagi petani di daerah penelitian . Kendala ini dinyatakan dalam rupiab. 33 4, Kendala modal senditi Kendala modal sendiri merupakan rata-rata modal yang dimiliki petani. Kendala in dinyatakan dalam rupiah. 4.5.3. Koefisien-koefisien dari Input-Output Koefisien input-output menunjukkan besarnya input yang digunakan untuk aktivitas produksi setiap satu hektar lahan. Koefisien input-output dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Pada baris kendala lahan baik tanaman jahe maupun tanaman sela, nilai koefisien input-output untuk kolom aktivitas produksi sama dengan satu yang dinyatakan dalam bektar. 2. Pada baris transfer pembelian bibit, nilai koefisien input-output untuk kolom aktivitas produksi sama dengan rata-rata bibit yang digunakan per hektar. Koefisien input-output untuk aktivitas pembelian bibit bernilai satu dan bertanda negatif. 3. Pada baris transfer pembelian pupuk, nilai koefisien input-output untuk kolom aktivitas produksi sebesar rata-rata pupuk yang digunakan per hektar sedangkan untuk kolom aktivitas pembelian pupuk bernilai satu dan bertanda negatif. 4. Pada baris kendala tenaga kerja keluarga, nilai koefisien input-output untuk kolom aktivitas produksi sebesar rata-rata tenaga kerja yang dibutuhkan per hektar sedangkan untuk kolom aktivitas penyewaan tenaga kerja luar keluarga bernilai satu dan bertanda negatif. 34 5. Pada batis kendala transfer penjualan hasil produks, nilai koefisien input-output untuk kolom aktivitas produksi sebesar rata-rata jumlah hasil produksi per hektar bertanda negatif sedangkan nilai koefisien input-output untuk Kolom aktivitas penjualan hasil produksi sebesar satu. 6. Pada batis kendala modal kredit, nilai koefisien input-output aktivitas sebesar satu. 7. Pada kendala modal sendiri, nilai koefien input-output setiap aktivitas merupakan harga atau biaya rata-rata per satuan jenis kegiatan bertanda positif kecuali modal bertanda negatif. 4.5.4. Model Matematis Maksimumkan : Z = ¥ ai Qi- L bi Bi- Y oj Pj- Ndi Li-e T-rM ..... Dengan kendala : L2+13+14+L5+L6 < Is... Bi- fili < 0... Pj-Laiibyj < 0. T-Dhili < Kt... Qi-kiLi < 0. M < Knnk.. YbiBit Lej Pj+ LdiLiteT-M < Kms Syarat non negafitas... Dimana : ki qj Ls Kt 35, Jumlah komoditi ke-i yang dijual (Kg), dimana i= 1,2,...,6 Jumlah bibit untuk aktivitas produksi komoditi ke-i yang dibeli Jumlah pupuk jenis ke-j yang dibeli (Kg), dimana j= 1,2,....5. Lahan yang digunakan petani untuk aktivitas produksi komoditi ke-i (Ha) Jumlah tenaga kerja yang disewa (HOR) Modal kredit yang diambil petani (Rp) Harga per unit komoditi ke-i (Rp/kg) Harga per unit bibit komoditi ke-i (Rp/unit) Harga per unit pupuk jenis ke-j (Rp/kg) Biaya lain-lain per unit lahan yang digunakan untuk aktivitas produksi komoditi ke-i (Rp/ha) = Harga per unit tenaga kerja yang disewa (Rp/HOK) Tingkat suku bunga modal kredit Kebutuhan bibit untuk aktivitas produksi komoditi ke-i per hektar (satuan/ha) ! Kebutuhan pupuk jenis ke-j yang digunakan untuk aktivitas produksi komoditi ke-i per hektar (Kg/ha) | Kebutuhan tenaga kerja untuk aktivitas produksi komoditi ke-i per hektar (HOK/ha) Hasil produksi komoditi ke-i per hektar (Kg/ha) Luas Jahan yang tersedia untuk tanaman jahe (Ha) Luas Jahan yang tersedia untuk tanaman sela (Ha) Ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga (HOK) Ketersediaan modal kredit (Rp) Ketersediaan modal sendiri (Rp) 4,6. Definisi Operasional 1. Penerimaan petani adalah nilai semua produk yang dihasilkan usahatani yang diukur berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan dikali tingkat harga yang berlaku di tingkat petani saat penelitian, Satuannya adalah rupiah. 2, Biaya total adalah semua jenis pengeluaran dalam usabatani tanaman jahe baik yang tunai maupun diperhitungkan. Satuannya adalah rupiah, 36 3. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi. Satuannya adalah rupiah. 4. Biaya variabel adalah biaya yang harus dikeluarkan dengan jumlah yang berubah ‘tergantung dengan besarnya produksi. Satuannya adalah rupiah. 5. Biaya penyusutan merupakan biaya karena pemakaian peralatan. Biaya penyusutan dihitung per tahun dengan metode penyusutan garis lurus. Peralatan diasumsikan memiliki umur pemakaian selama lima tahun kecuali ember hanya dapat digunakan dalam satu tahun. 6. Pendapatan bersih petani adalah pendapatan yang diterima setelah penerimaan dikurangi seluruh pengeluaran. 4.7. Keterbatasan Penelitian Beberapa keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan adalah: 1. Kurangnya data mengenai jumlah populasi petani jahe berdasarkan Iuas Jahan garapan. 2. Tenaga kerja tidak dikonversikan ke per bulan karena kurangnya data mengenai kebutuhan tenaga kerja per bulan setiap petani sehingga tidak diketahui waktu- waktu dimana tenaga kerja dibutuhkan banyak. 3. Model penelitian ini tidak dibagi ke dalam musim tanam karena kurangnya data yang pasti alokasi setiap input produksi dalam setiap musim tanam. V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN | 5.1. Keadaan Umum Desa Tajinan Desa Tajinan terletak di Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur. Jarak Desa Tajinan dengan ibukota kecamatan + 0.7 km, dari ibukota Kabupaten + 12 km dan dari ibukota propinsi + 93 km. Kecamatan Tajinan merupakan salah satu daerah sentra produksi jahe di Kabupaten Malang. Pada tahun 1996 Kecamatan Tajinan merupakan daerah penghasil jahe terbesar di Kabupaten Malang. Areal penanaman jahe seluas 250 hektar dapat memberikan +hasil produksi sebesar 4 588 ton, Pada tahun 1997, lvas areal dan jumlah produksi di Kecamatan Tajinan mengalami penurunan. Pada tahun 1999 Kecamatan Tajinan merupakan daerah keempat penghasil jahe terbesar di Kabupaten Malang. Areal penanaman jahe seluas 54 hektar dapat memberikan hasil produksi sebesar 986 ton (Lampiran 6 ), Desa Tajinan pada tahun 1999 memiliki luas areal penanaman jahe seluas 21.500 ha dengan jumlah produksi sebesar 268.750 ton (Potensi Desa Tajinan, 1999). Secara geografis Desa Tajinan yang berada pada bagian Utara Kecamatan ‘Tajinan berbatasan secara Jangsung dengan desa-desa fain yaitu: - Bagian Utara berbatasan dengan Desa Ngingit Kecamatan Tumpang - Bagian Selatan berbatasan dengan Desa Purwosekar Kecamatan Tajinan - Bagian Tenggara berbatasan dengan Desa Jatisari Kecamnatan Tajinan - Bagian Barat berbatasan dengan Desa Gunungronggo Kecamatan Tajinan - Bagian Timur berbatasan dengan Desa Randugading Kecamatan Tajinan 38 Peta desa wilayah Desa Tajinan dapat dilihat pada Lampiran 7. Luas wilayah administratif Desa Tajinan seluas 271.170 hektar yang terbagi dalam tiga dusun yaitu Klagen, Tajinan, dan Karangnongko. Setiap dusun terbagi lagi atas beberapa RW dan tiap RW terbagi atas beberapa RT. Desa Tajinan memiliki 12 RW dan 28 RT. Desa Tajinan terletak pada ketinggian 476 meter diatas permukaan laut. Pada umumnya kondisi tanah Desa Tajinan datar hingga bergunung-gunung yang dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu, tanah datar hingga berombak (60%), berombak hingga berbukit (20 %) dan berbukit hingga bergunung (20%). Kondisi tanah di Dusun Tajinan dan Klagen datar hingga landai tetapi di dusun Karangnongko sebagian besar kondisi tanabnya curam, bergelombang. Dusun Karangnongko merupakan punggung bukit Baran sehingga cukup potensial untuk perkebunan. Salah satu komoditi perkebunan yang banyak ditanam di Dusun Karangnongko adalah tanaman jahe. Iklim Desa Tajinan termasuk iklim dataran tinggi dengan curali hujan tahunan 1200 mnvtahun. Curah hujan rata-rata adalah 261 mm dan curah bujan harian terbanyak adalah 15 hari dengan suhu rata-rata antara 17°C-28°C. Kondisi iklim di Desa Tajinan sangat mendukung budidaya pertanian dan perkebunan. Lahan di Desa Tajinan pada umumnya digunakan untuk sektor pertanian dan perkebunan. Lahan yang digunakan untuk sawah, tegalan dan kebun masing-masing adalah 92.737 hektar (34.199%), 146.540 hektar (54.040%) dan 11.500 hektar (4.241%). Luas Desa Tajinan menurut penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 5. 39 Tabel 5. Luas Desa Tajinan Menurut Penggunaan Lahan Tahun 1999) No Penggunaan Lahan Luas (ha) Persen 1. | Sawah 92.737 34.199 2. | Tegalan 146.540 54.040 3. | Perumahan 9.596 3.539 4, | Perkantoran 0.125 "0,046 5, | Kebun 11.500 4241 6. | Lapangan Olahraga 0.600 0.221 7. | Tempat Ibadah 0.431 0.139 8. | Kuburan 1.995 0.736 9. | Sarana Kesehatan 0.465 0171 10, | Sekolah 0.634 0.234 11. | Lain-lain 6.547 2,414 Total 2170 100.000 ‘Sumber : Data Monografi Desa, 1999 Sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Tajinan yang mendukung sektor pertanian antara lain : - Sarana pengairan yang terdiri dari waduk (dua buah), dam (dua buah), pompa air (11 buah) dan sungai (satu buah). - Prasarana pengangkutan terdiri dari jalan dan jembatan. Jalan di Desa Tajinan terdiri dari jalan aspal (1 km), jalan makadam (5 km) dan jalan tanah (25 km). Jalan yang dapat dilalui kendaraan beroda empat adalah 12 km. 5.2. Keadaan Penduduk Desa Tajinan Pada bulan Maret 2000, jumlah penduduk Desa Tajinan yang tercatat sebanyak 4 236 orang dengan komposisi laki-laki 2 170 orang (51.227 %) dan perempuan 2 066 orang (48.72%). Keadaan penduduk Desa Tajinan berdasarkan struktur umur tahun dapat dilihat pada Tabel 6. 40 Tabel 6. Data Keadaan Penduduk Desa Tajinan Berdasarkan Struktur Umur Tahun 2000 Umur Jumlah (orang) Persen 0-9 1 268 29.934 10-17 723 17.068 18-25 582 13.739 26-40 836 19.736 >4l 827 19.523, Total 4236 100.000 Sumber : Data Monografi Desa, 2000 Persentase penyebaran penduduk Desa Tajinan paling tinggi pada umur 0-9 tahun yaitu sebesar 1 268 orang (29.934%). Penduduk pada umur ini termasuk golongan anak-anak yang belum produktif untuk bekerja. Keadaan Penduduk Desa Tajinan berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 7. Tingkat pendidikan penduduk Desa Tajinan cukup tinggi. Jumlah penduduk yang tingkat pendidikannya rendah (tidak sekolah atau tidak tamat SD) sebesar 564 orang (34.161%). Jumlah penduduk yang tingkat pendidikannya cukup tinggi (tamat SD atau SLTP) sebesar 878 orang (53.180%). Penduduk Desa Tajinan yang tingkat pendidikannya tinggi (tamat SLTA atau akademi/PT) sebesar 209 orang (12.659%). Persentase penduduk yang tidak sekolah atau tidak tamat SD cukup tinggi. Hal ini disebabkan banyak generasi tua yang tidak pernah sekolah atau tidak dapat melanjutkan sekolahnya Karena harus membantu orangtuanya dalam usahatani, Namun pada saat ini penduduk di Desa Tajinan cenderung memiliki keinginan untuk menyekolahkan anaknya karena mereka telah menyadari pentingnya pendidikan, 4 *Tabel 7. Data Keadaan Penduduk Desa Tajinan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2000 No |_ Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persen 1 Tidak sekolah 227 13.749. 2 Tidak tamat SD. 337 20.412 3 Tamat SD 202 12.235 4 Tamat SLTP 676 140.945 5 Tamat SLTA. 162 9.812 6 Tamat akademi/PT AT 12.847 Total 1651 100.000 ‘Sumber : Data Monografi Desa, 2000 Mata pencaharian penduduk Desa Tajinan pada umumnya di bidang pertanian. baik sebagai petani maupun buruh tani. Hal ini sesuai dengan penggunaan lahan di Desa Tajinan yang banyak digunakan untuk sektor pertanian dan perkebunan, Data keadaan penduduk Desa Tajinan berdasarkan mata pencahariannya dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Data Keadaan Penduduk Desa Tajinan Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2000 No Mata Pencaharian Jumilah (orang) Persen 1 | Karyawan 331 7.814 2 [Tani S77 13.621 | 3_| Buruh Tani 1.003 23.678 3__| Dagan 324 7.649 4__ | Pertukangan 202 4.769 5 __| Pensiunan 31 0.732 6 _| Lain-lain 1768 41,737 Total 4236 100.000 ‘Sumber : Data Monografi Desa, 2000 42 Jumlah penduduk yang menjadi buruh tani (23.678%) lebih besar daripada yang menjadi petani (13.621%). Hal ini disebabkan tidak semua penduduk memiliki laban sendiri atau mampu untuk menyewa aban. Lahan di Desa Tajinan pada umumnya dimiliki secara turua-temurun. Orangtua akan membagikan tanahnya kepada anak-anaknya apabila mereka sudah menikah. Penguasaan lahan di Desa Tajinan tidak merata, sebagian penduduk memiliki lahan dengan skala yang luas, namun sebagian lagi memiliki lahan dengan skala yang sempit bahkan banyak dari penduduk Desa Tajinan yang tidak memiliki lahan. 5.3. Karakteristik Petani Contoh Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran umur petani contoh beragam, mulai dari golongan urur antara 26 tahun hingga 35 tahun sampai golongan umur 65 tahun ke atas, Jumlah petani paling banyek terdapat pada golongan uraur 36-45 tahun sebanyak sembilan orang (31.035%) dan golongan umur 46-55 tahun sebanyak delapan orang (27.586%) . Umur petani contoh pada umumnya termasuk golongan usia yang produktif untuk bekerja. Petani contoh yang tidak produktif lagi hanya tiga orang (10.345%) yaitn petani yang umurnya diatas 65 tahun (Tabel 9). Umur petani contoh dapat menentukan kekuatan fisik dan daya tahan tubuh petani, Petani dalam umur produktif akan memiliki kekuatan dan daya tahan tubuh yang lebih tinggi daripada petani yang tergolong dalam umur yang tidak produktif lagi. Hal ini akan mempengarubi kontribusi yang diberikan petani terhadap usahatani dimana kontribusi petani pada umur produktif lebih besar daripada petani yang tidak produktif lagi. 43 Tabel 9. Sebaran Petani Contoh Menurut Golongan Umur di Desa Tajinan Tahun 2000 Golongan Umur (tahun) | Jumlah Petani (orang) Persen 26-35 8 27.586 36-45 9 31.035 46 —55 8 27.586, 56~65 L 3.448 > 65 3 10.345 Total 29 100.000 Luas Jahan yang dikuasai petani contoh baik yang dimiliki maupun disewa yang sesuai untuk ditanami jahe dapat dilihat pada Tabel 10, Petani contoh pada umumnya merupakan petani pemilik penggatap. Persentase petani yang termasuk golongan petani pemilik dan penggarap sebesar 93.103 persen, sedangkan petani yang selain memiliki Jahan sendiri juga menyewa lahan orang lain hanya 6.897 persen. Tabel 10. Sebaran Petani Contoh Menurut Luas Lahan di Desa Tajinan Tahun 2000 Tuas (ha) Jumlah Petani (orang) Persen 0.195 - < 0.840 16 SSI7L 0.841- < 2.000 13 44/829 Total 29 100.000 Rata-rata luas Jahan yang dimiliki petani contoh sebesar 0.840 hektar. Petani yang tergolong petani lahan sempit adalah petani yang iuas lahannya dibawah atau sama dengan rata-rata luas Jahan seluruh petani contoh. Persentase petani yang tergolong petani lahan sempit di dacrah ini sebesar 55.171 persen, Petani yang 44 tergolong petani lahan luas adalah petani yang memiliki lahan diatas rata-rata Iuas laban seluruh petani contoh. Persentase petani yang tergolong petani Jahan luas di daerah ini sebesar 44.829 persen. Lahan yang dikuasai petani contoh relatif cukup juas namun tidak semua lahan digunakan untuk usahatani jahe. Sebaran Iuas lahan petani contoh menggambarkan bahwa petani jahe masih memiliki potensi untuk mengembangkan usahatani jahenya. Luas Jahan yang digunakan untuk usahatani jahe hanya seperempat atau setengahnya, namun ada juga petani yang menggunakan seluruh Jahannya untuk usahatani jahe. Lahan yang dikuasai petani pada umumnya terbagi-bagi menjadi beberapa persil yaitu kurang lebih 2-5 lima persil. Apabila dilihat dari tingkat pendidikan contoh, sebagian besar petani contoh tidak sekolah atau tidak tamat SD yaitu sebesar 55.172 %. Petani contoh yang lulus SD sebesar 31.035%, lulus SLTP 3.448 % dan lulus SLTA 10.345 % (Tabel 11). Tabel 11. Sebaran Petani Contoh Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Tajinan Tahun 2000 Uraian Jumlah (orang) Persen. Tidak sekolah/tidak tamat SD 16 55.172. Tamat SD 9 131.035 Tamat SLTP 1 3.448 Tamat SLTA 3 (10.345 Total 29 100.000. Berdasarkan Tabel 11, tingkat pendidikan petani contoh masih rendab. Rendahnya tingkat pendidikan petani membuat petani sulit menerima inovasi-inovasi yang ada khususnya dalam bidang pertanian. Informasi dan pengetahuan mengenai 45 jahe pada umumnya diperoleh dari orang tua dan petani lainnya. Selain itu ada juga petani yang memperoleh informasi dan pengetahuan mengenai jahe dari pelatiban dan penyuluhan yang diberikan oleh Dinas Perkebunan. Petani contoh yang pernah mengikuti pelatihan dan penyuluhan sebanyak 11 orang (37.931%) sedangkan yang tidak pernah mengikuti pelatihan sebanyak 18 orang (62.069%). Tingginya persentase petani yang tidak pernah mengikuti pelatihan disebabkan banyak petani yang tingkat pendidikannya rendah sehingga sulit untuk mengikuti pelatihan dan penyuluhan yang diberikan oleh dinas-dinas atau aparat-aparat yang ada. Pelatihan dan penyuluhan yang diberikan dapat membuat petani semakin baik dalam mengelola usahatani karena mereka berusaha mengikuti anjuran yang diberikan baik dari segi pemakaian pupuk, pestisida, dan baban-bahan lainnya. Usahatani bagi petani conto sebagian besar (# 93.103%) merupakan mata pencaharian pokok, sedangkan petani yang menganggap usabatani sebagai mata pencaharian sampingan hanya 6.897 persen. Petani lahan sempit yang memiliki pekerjaan di luar usahatani sebanyak tiga orang (18.750 %). Petani lahan luas yang memiliki pekerjaan di Iuar usahatani sebanyak enam orang (46.154 %). Hal ini menggambarkan bahwa petani lahan sempit lebih banyak menggunakan waktunya untuk bekerja di usahatani dibandingkan dengan petani lahan luas. Pekerjaan di luar usahatani yang dilakukan petani contoh antara lain berdagang, buruh bangunan, aparat desa, dan guru. Petani di daerah ini memiliki pengalaman dalam usahatani selama 10-30 tahun. VI. USAHATANI JAHE DI DESA TAJINAN 6.1. Karakteristik Usahatani Jahe di Desa Tajinan Usahatani jahe di Desa Tajinan pada umumnya dilakukan oleh petani tradisonal dengan skala usaha yang kecil. Hal ini dapat dilihat dari Jahan yang digunakan petani relatif sempit dan teknologi yang digunakan masih sederhana. ‘Alasan petani memilih tanaman jahe sebagai tanaman utama yang diusahakan antara lain disebabkan : (1) tanaman jahe dapat memberikan pendapatan yang tinggi karena harganya tinggi, hasilnya banyak selain itu dapat ditumpangsarikan dengan tanaman lain (72.413%); (2) Jahan yang dimiliki petani sesuai untuk ditanami jahe (13.793%), (3) tradisi yang turun temurun (6.897%) dan (4) mengikuti petani lainnya (6.897%). Jenis laban yang digunakan untuk usahatani jahe adalah lahan tegal dan sedikit pekarangan. Petani contoh yang memiliki pekarangan sebanyak tujuh orang (24.137 %). Luas pekarangan hanya sepersembilan dari luas lahan tegal yang dikuasai petani. Usahatani jahe di daerah ini dilakukan dengan sistem tumpangsari., Petani memanfaatkan lahan di sela-sela tanaman jahe untuk ditanami jenis tanaman lainnya karena petani ingin meningkatkan pendapatan dan memperkecil resiko saat panen gagal atau harga jahe murah. Tanaman yang biasanya ditumpangsarikan dengan tanaman jahe di daerah penelitian antara lain cabe rawit, talas, ketela pohon, jagung dan buncis. Petani di Desa Tajinan memiliki pola tanam yang beragam. Pola tanam yang paling banyak digunakan petani Jahan sempit adalah pola tanam jahe 47 ditumpangsarikan dengan cabe rawit, talas dan ketela pohon. Petanj Jahan sempit yang menggunakan pola tanam ini sebanyak empat orang (25 %), Pola tanam usahatani jahe petani lahan sempit dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Pola Tanam Usahatani Jahe Petani Lahan Sempit di Desa Tajinan Tahun 1999-2000 No Pola Taam ==] Jumlah Petani | Persen = (orang) 1,_| Jahe + cabe rawit 2 12.500 2. _| Jahe + cabe rawit dan talas 2 12.500, 3._ | Jahe + cabe rawit dan ketela pohon’ 3 18.750 4,__| Jahe + cabe rawit, talas, dan ketela pohon 4 25.000 5,_| Jahe + cabe rawit, talas dan buncis 1 6.250 6._| Jahe + cabe rawit, ketela pohon dan jagung 1 6.250 7.__| Jahe + cabe rawit, ketela pohon dan buncis 2 | | 12.500 8._| Jahe + cabe rawit, talas, ketela pohon dan jagung 1 6.250 TOTAL 16 100,000 Ket : + = tumpangsari Petani lahan luas sebagian besar menggunakan pola tanam jahe ditumpangsarikan dengan cabe rawit, talas dan ketela pohon. Jumlah petani laban fuas yang menggunakan pola tanam ini sebanyak tujuh orang (53.846 %). Petani Jahan luas yang mengusahakan jahe dengan lima tanaman sela scbanyak satu orang (7.692%), Pola tanam ini masih dapat dilakukan petani contoh Karena lahan yang dimiliki petani lahan luas masih mencukupi untuk mengusahakan jahe dengan Tima tanaman sela. Hal ini perlu diperhatikan karena jenis tanaman dan jumlah tanaman sela yang berlebih dapat mengganggu produktivitas jahe sebagai tanaman utama. Pola tanam usahatani jahe petani lahan luas dapat dilihat pada Tabel 13. 48 Tabel 13. Pola Tanam Usahatani Jahe Petani Lahan Luas di Desa Tajinan Tahun 1999-2000 No Pola Tanam Jumlah | Persen Petani (orang) 1. _| Jahe + cabe rawit dan ketela pohon 2. 15.386 2._| Jahe + talas dan jagung 1| 7.692 3._| Jahe + cabe rawit, talas, dan ketela pohon 7 53.846, 4. | Jahe + cabe rawit, talas dan jagung. 1 7.692 5. | Jahe + cabe rawit, talas, ketela pohon dan jagung 1 7.692 6.__| Jahe + cabe rawit, talas, ketela pohon, jagung dan buncis 1 7,692 TOTAL 13 | 100,000 ‘Ket : + = tumpangsari Petani di daerah ini pada umumnya mengusahakan jahe dengan tiga tanaman sela. Hal ini menunjukkan bahwa petani memiliki keinginan yang tinggi untuk memanfaatkan Jahan di sela-sela tanaman jahe. Jenis tanaman sela yang berumur pendek jarang ditanam beberapa kali dalam satu musim tanam jahe untuk menghindari pengambilan hara yang sama sehingga dapat mengganggu pertumbuban tanaman jahe sebagai tanaman utama. Usahatani jahe di daerah ini dilakukan dengan teknologi yang sederhana. Beberapa tahap yang dilakukan dalam mengusahakan jahe adalah pengolahan laban, pengadaan bibit, penanaman dan pemeliharaan. Pengolaban lahan dilakukan sebulan atau lebih sebelum menanam jahe, Pada saat pengolahan lahan pupuk yang diberikan petani adalah pupuk kandang setelah itu Jahan dibiarkan 2-4 minggu, tetapi ada juga petani yang menggunakan pupuk kimia, Tenaga kerja yang banyak digunakan pada saat pengolahan lahan adalah tenaga kerja pria. Pengolahan laban untuk tanaman sela 49 ” gilnkcakan bersamaan dengan tanaman jahe sehingga jika tanaman sela ditanam tidak bersamaan dengan tanaman jale maka Jahan tidak perlu diola kembali. Pengadaan bibit jahe dilakukan sebulan sebelum penanaman dilakukan, Rimpang yang baru dipanen tidak dapat Jangsung ditanam, tetapi terlebih dabulu dijemur tidak sampai kering kemudian disimpan sekitar sebulan. Rimpang akan dipotong dengan pisau sesuai dengan ukuran yang dikehendaki, Setelah itu direndam dengan air yang diberi Agrimycin latu dijemur dan dikecambahkan. Pengadaan bibit tanaman sela tidak perlu dilakukan sebulan scbelum tanam keouali jenis tanaman yang bibitnya disemai terlebih dahulu seperti cabe rawit. Penanaman dilakukan setelah pengolahan tanah dan persiapan bibit, Waktu penanaman jabe sangat tergantung pada ketersediaan air, Apabila johe ditanam pada Jahan tegal maka sebaiknya ditanam pada awal musim hujan yaitu pada bulan September:November, demikian pula halnya kondisi yang terjedi di daerah penelitian, Waktu penanaman tanaman sela biasanya dilakukan bersamaan dengan tanaman jahe yaita pada awal musim hujan keouali cabe rawit dan buncis. Cabe rewit biasanya ditanam pada bulan Januari-Februari dan buncis ditanam pada bulan Maret-April. | Jarak tanam ditentukan terlebih dahulu sebelum penanaman dilakukan. Petani dalam usahatani jahe menggunakan jarak tanam yang berbeda-beda, hal ini dipengeruhi oleh jumlah dan jenis tanaman sela yang akan ditanam, Petani pada umamnya menggunakan jarak tanam baris ganda (79.310 %) tetapi ada juga yang menggunakan jarak tanam baris tunggal (20.690 %) dengan jarak dalam barisan antara 15-25'em dan 75-200 cm antar barisan. Petani yang menggunakan jarak tanam SL yang digunakan pada saat penyiangan biasanya tenaga kerja wanite, Pemeliharaan tanaman sela mengikuti tanaman jahe. ‘Waktu panen jahe tergantung pada tujuan panen. Ada petani yang memanen jake pada saat umur jahe masih muda tetapi ada juga petani yang memanen saat jahe sudah tua, Petani di daerah Tajinan pada umumnya melakukan panen saat jahe berumur 7-9 bulan bahkan setahun. Hisil produksi jahe di daerah ini dijual ke pasar dalam dan Iuar negeri Saluran pemasaran jahe di Desa Tajinan dapat dilihat pada Gambar 3. Petani | aa vv Pedagang Pengumpul I vv |__| Pedagang Pengumpul TI ly oui Pasar Lokel/Perusahaan Dalam Negeri Eksportir Kewrngin: pS —— > Saluran II ‘Saluran TV Gambar 3. Saluran Pemasaran Jahe di Desa Tajinan Saluran pemasaran jahe untuk pasar dalam negeri yang terdapat di Desa Tajinan ada dua yaitu saluran I (petani — pedagang pengumpul I — pedagang 52 pengumpul II - pasar lokal/perusahaan dalam negeri) dan saluran IL (petani — pedagang pengumpul II - pasar lokal/perusahaan dalam negeri). Saluran pemasaran jahe untuk pasar Iuar negeri dibagi dua yaitu saluran Ii (petani — pedagang pengumpul I — pedagang pengumpul II — eksportir) dan saluran IV (petani — pedagang pengumpul II — eksportir). Petani di daerah ini pada umumnya menjual hasil panennya pada pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul biasanya datang ke petani untuk membeli hasil panen petani, tetapi terkadang petani yang membawa hasilnya ke pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul akan menyortir, membersihkan, mengepak dan menjual jahe ke eksportir di Surabaya atau ke pasar lokal di Malang, Surabaya dan Jakarta. Harga jahe di tingkat petani berkisar antara Rp 1 000,000/kg- Rp 1 300.000/kg, Sedangkan harga jahe di tingkat pengumpul ditentukan menurut ukuran dan kualitasnya. Jahe Karachi yang berukuran 75-150 gram harganya Rp 1 100.000/kg sedangkan Jahe Super yang berukuran 150-200 gram harganya sekitar Rp 1 800.000/kg-Rp 2 000.000/kg. Panen tanaman sela tergantung pada umur masing-masing tanaman. Hasil panen tanaman sela juga dijual kepada pedagang pengumpul kecuali ketela pobon. Penjualan ketela pohon dilakukan dengan sistem borongan sehingga petani tidak perlu mengupah orang untuk memanen ketela pohon. 53 6.2. Kondisi Aktual Usahatani Jahe di Desa Tajinan 6.2.1. Penggunaan Input Produksi Input produksi yang digunakan dalam melakukan usahatani jahe antara Jain bibit dan pupuk. Petani di daerah ini pada umumnya tidak menggunakan pestisida, tetapi ada juga petani yang menggunakan pestisida. Jumlah petani yang menggunakan pestisida sebanyak enam orang dengan persentase sebesar 20.689 persen. Pestisida yang biasa digunakan adalah Dithane, Atonik, Agrimycin. Alasan petani tidak menggunakan pestisida antara Jain karena harganya yang mahal, jumlah modal yang dimiliki terbatas, dan tanaman jahe taban terhadap serangan penyakit. Jahe yang diusahakan petani adalah jahe varietas gajah. Bibit yang digunakan petani pada umumnya diperoleh dari hasil panen sebelumnya namun apabila bibit dari hasil panen sebelumnya tidak mencukupi maka petani akan membelinya. Bibit dipilih dati hasil yang terbaik dan kemudian disimpan. Pemilihan bibit sangat perlu diperhatikan karena bibit yang baik dapat memberikan hasil yang baik. Ukuran berat jahe yang dijadikan bibit harus kurang dari 75 gram. Bibit tanaman penyela pada umumnya juga diperoleh dari hasil panen sebelumnya kecuali buncis. Kebutuhan bibit jahe per hektarnya tergantung dari jarak tanam yang ditentukan petani, Petani lahan sempit (0.384 hektar) rata-rata menggunakan bibit jahe sebesar 937.750 kg/ha sedangkan petani Jahan Iuas (1.423 hektar) rata-rata menggunakan bibit jahe sebesar 1 382.385 kg/ha, Kebutuban bibit jahe pada petani Jahan luas lebih tinggi daripada petani lahan sempit. Hal ini menunjukkan kerapatan tanaman jahe pada petani Jahan luas lebih tinggi daripada petani laban sempit. Petani Jahan luas lebih berorientasi dalam memproduksi tanaman jahe daripada petani Jahan 54 sempit, Harga bibit jahe ditentukan oleh kualitasnya. Harga bibit rata-rata yang digunakan petani Rp 1 400,000/kg. Kebutuhan bibit tanaman penyela berbeda di setiap petani hal ini ditentukan oleh jenis tanaman sela yang ditanam dan jumlah tanaman yang ditanam dalam satu musim tanam. Petani lahan sempit rata-rata menggunakan bibit cabe, talas, ketela pohon, jagung dan buncis masing-masing sebesar 20.500 kg ; 3 658 batang ; 1 107 stek ; 43.500 kg dan 4.670 kg. Jumlah bibit rata-rata yang digunakan petani lahan Iuas untuk cabe rawit, talas, ketela pohon, jagung dan buneis masing-masing sebesar 15 kg ; 3 091 batang; 1 702 stek; 38 ke dan 16 kg. Petani Jahan sempit rata-rata mengeluarkan biaya untuk bibit jake dan tanaman penyela sebesar Rp 1 475 350.000 per hektar atau Rp 566 534.400 per 0.384 hektar. Petani Jahan luas rata-rata mengeluarkan biaya untuk bibit jahe dan tanaman penyela sebesar Rp 2 155 797.000 per hektar atau Rp 3 067 699.131 per 1.423 hektar, Petani Jahan luas mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk bibit daripada petani lahan sempit. Jenis pupuk yang digunakan petani terdiri dari pupuk kimia dan pupuk kandang. Pupuk kimia yang digunakan antara Jain pupuk Urea, ZA, TSP, dan KCl. Pupuk kimia biasanya diperoleh dari toko-toko pertanian yang ada di desa tersebut. Pupuk yang digunakan petani selain pupuk kimia adalah pupuk kandang. Sebagian petani memperoleh pupuk kandang dari ternak yang dimilikinya. Petani yang dapat memenuhi kebutuhan pupuk kandang dari yang dimilikinya sebanyak 13 orang atau 44, 827 persen. Petani yang menggunakan pupuk kandang milik sendiri dan sebagian membelinya sebanyak dua orang atau 6.896 persen. Petani yang membeli seluruh 55 pupuk kandang yang dibutubkan sebanyak 14 orang atau 48.275 persen, Petani yang membeli pupuk kandang pada umumnya membeli pupuk kandang dengan menggunakan truk yang berkapasitas lima ton. Harga per truk pupuk kandang rata- rata Rp 60 000,000. Volume penggunaan pupuk dan biaya pupuk rata-rata per hektar usahatani jahe menurut luas lahan garapan dapat dilihat pada Tabel 14 Tabel 14, Volume Penggunaan Pupuk dan Biaya Pupuk Rata-Rata Usahatani Jahe di Desa Tajinan Menurut Luas Lahan Garapan per Hektar Tahun 1999-2000 Tenis Pupuk Tuas Lahan Garapan Petani Lahan Sempit Petani Lahan Luas Volume (kg) | Nilai (Rp) | Volume (ke) [' Nilai (Rp) Pupuk kandang 86476, TOs7TTI2| «7047 |; 852-504 Urea 622, 622 000 637 637.000 ZA : 490| 441.000 | 468 |) 421 200 TSP 422, 590800 250 |) 350 000 KCl 236 354 000 276|, 414 000 Total 3.045 512 2 674 164 Petani di Desa Tajinan pada umumnya menggunakan pupuk kandang dengan dengan dosis yang relatif tinggi. Penggunaan pupuk kandang di Desa Tajinan rata~ yata 86 476 kg/ha pada lahan sempit dan 71 047 ke/ha pada lahan Juas sedangkan dosis pupuk kandang yang dianjurkan berkisar antara 25-30 ton pupuk kandang per hektar, Petani memiliki kebiaszan menggunakan seluruh pupuk kandang yang dimilikinya untuk usabatani jabe. Pengeluaran untuk pupuk per hektar pada petani Jahan sempit lebih tinggi dari petani lahan Iuas. Hal ini dapat dipengaruhi oleh jenis tanaman yang ditanam petani lahan sempit banyak menyerap unsur hara sehingga 56 diperlukan jumlah pupuk yang lebih tinggi. Selain itu dapat dipengaruhi oleh cara petani dalam memberikan pupuk. Pemberian pupuk dilakukan dengan menyebar dan membuat alur. 6.2.2, Penggunaan Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan berasal dari tenaga kerja dalam dan luar keluarga yang terdiri dari tenaga kerja pria dan wanita. Upah tenaga kerja di Desa Tajinan rata-rata Rp 7 500/HOK, Upah yang diberikan belum termasuk makanan dan minuman yang diberikan kepada buruh tani yang disewa. Kebutuban tenaga kerja rata-rata pada petani lahan sempit sebesar 522.600 HOK/ha/tahun sedangkan petani Jahan !uas membutuhkan tenaga kerja sebesar 458.280 HOK/ha/tahun. Kebutuhan tenaga kerja pada petani lahan sempit lebih tinggi daripada petani lahan luas. Hal ini dapat disebabkan jenis tanaman yang diusahakan petani laban sempit terdiri dari kegiatan-kegiatan budidaya yang cenderung lebih rumit dan memerlukan pemeliharaan yang lebih intensif sehingga membutuhkan tenaga kerja yang lebih tinggi. Jumlah tenaga kerja rata-rata yang disewa petani lahan sémpit 262.400 HOK/ha/tahun sedangkan petani lahan luas rata-rata 374.900 HOK/ha/tahun. Jumlah tenaga kerja yang disewa petani lahan luas lebih tinggi daripada petani lahan sempit. Hal ini disebabkan petani lahan sempit lebih banyak menggunakan waktunya untuk bekerja di usahatani sedangkan petani Jahan Iuas lebih memilih bekerja di luar usahatani yang dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarganya, Petani Jahan luas cendenung sebagai pengelola dan mengupah orang lain untuk bekerja di usahatani yang dimilikinya, Ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga petani lahan 57 sempit dan petani lahan luas yaitu 561.600 HOK/ha/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani di Desa Tajinan pada umumnya belum menggunakan tenaga kerja yang tersedia secara optimal. Pengeluaran untuk tenaga kerja yang disewa pada petani Jahan luas sebesar Rp 1 968 000.000 per hektar atau Rp 755 712.000 per 0.384 hektar dan sedangkan petani lahan luas sebesar Rp 2 811 750.000 per hektar atau Rp 4001 120.250 per hektar. 6.2.3, Sumber Modal Modal yang digunakan petani lahan sempit berasal dari modal kredit dan modal sendiri, Modal sendiri diperoleh dari hasil usahatani terdahulu, pendapatan di luar usahatani dan hasil penjualan ternak, Modal sendiri yang dimiliki petani laban luas lebih tinggi daripada petani lahan sempit. Jumlah modal sendiri yang dimiliki petani lahan sempit rata-rata sebesar Rp 500 000.000 sedangkan petani lahan luas memiliki modal sendiri rata-rata sebesar Rp 1 500 000.000. Modal diluar modal sendiri bersumber dari kredit yang disediakan seperti Kredit Usahatani (KUT) untuk tanaman jahe, KUT yang tersedia bagi petani jahe sebesar Rp 9 600 000.000 per hektar, KUT diberikan kepada petani dengan sistem paket. Bunga yang dibebankan untuk kredit ini sebesar 10.5 persen per tahun. Ketersediaan Kredit usahatani ditentukan oleh lvas lahan yang akan divsahakan petani sehingga ketersediaan kredit bagi petani Jahan sempit berbeda dengan petani lahan luas, Kredit yang disediakan bagi petani lahan sempit sebesar Rp 3 686 400.000 sedangkan petani lahan luas sebesar Rp 13 660 800.000. 38 Petani yang mengambil kredit usahatani sebanyak 11 orang (37.931 %) sedangkan petani yang tidak mengambil Kredit usahatani sebanyak 18 orang (62.069%). Persentase petani yang tidak mengambil kredit usahatani lebih tinggi daripada petani yang mengambil kredit usahatani. Hal ini disebabkan banyak petani di daerah ini yang takut tidak dapat mengembalikan kredit yang diambil pada jangka waktu yang telah ditetapkan apabila terjadi kegagalan panen. Persentase petani contoh yang tergolong petani lahan sempit yang mengambil kredit usahatani dari keseluruhan petani contoh sebesar 10.340 persen sedangkan petani lahan luas sebesar 27.590 persen. Persentase petani lahan luas yang mengambil kredit usahatani dari keseluruhan petani contoh lebih tinggi daripada petani Jahan sempit. Hal ini dapat disebabkan kebutuhan modal petani lahan sempit lebih rendah daripada kebutuhan modal petani lahan Iuas sehingga petani Jahan sempit dapat memenuhi kebutuhan modal usahatani jahe dari modal yang dimiliki sendiri. Jumiah kredit yang diambil petani lahan sempit rata-rata sebesar Rp 2.616 230.656 per 0.384 hektar. Petani lahan luas mengambil kredit sebesar Rp 11 773 709.850 per 1.423 hektar. 6.2.4. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Pendapatan usahatani diperoleh dengan mengurangkan biaya terhadap penerimaan, Perhitungan pendapatan usahatani jahe petani lahan sempit dan luas dapat dilihat pada Lampiran 8 6.2.4.1. Biaya Biaya yang dikeluarkan untuk usahatani jahe terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel terdiri dari biaya untuk bibit, pupuk dan sewa tenaga 39 kerja. Biaya tetap terdiri dari sewa lahan, pajak, biaya penyusutan dan bunga modal Kredit. Biaya yang dikeluarkan petani lahan sempit sebesar Rp 8 830 561.570 per hektar atau Rp 3 390 935.643 per 0.384 hektar. Biaya yang dikeluarkan petani lahan juas sebesar Rp 10 192 412.820 per hektar atau Rp 14 503 803.440 per 1.423 hektar. Pengeluaran usahatani jahe menurut Iuasan lahan per hektar Jahan di Desa Tajinan dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Pengeluaran Usahatani Jahe Menurut Luas Lahan Garapan/di Desa Tajinan per Hektar Tahun 1999-2000 Jenis Pengeluaran Petani Lahan | Persen | PetaniLahan .| Persen Sempit (Rp) Luas (Rp): Biaya Variabel - Bibit Jahe 1312-850.000 14.867 1 935 339.000 18.988 - Bibit Tanaman Sela 162 500.000 1,840 220 458.000 2.163 - Pupuk 3.045 512.000 34.489 2 674 764.000 26.243 - Tenaga Kerja 1.968 000.000 22.286 2811 750.000 27,587 Biaya Tetap - Penyusutan 91 324.000 1.034 146 346.000 1,436 - Pajak 35 000.000 0.396 35 000.000 0.343 - Sewa Lahan 1 500 000.000 16.987 1 500 000.000 14.717 - Bunga modal kredit 715 375.570 8.101 868 755.821 8.523 Total 8 830 561.570 | 100.000] 10 192 412.821 | 100.000 Persentase biaya yang paling tinggi pada petani Jahan sempit adalah pupuk yaitu sebesar 34.489 persen. Persentase biaya yang paling tinggi pada petani lahan luas adalah tenaga kerja yaitu sebesar 27.587 persen. 6.2.4.2. Penerimaan Penerimaan petani jahe terdiri dari penerimaan dari tanaman jahe dan tanaman sela, Penerimaan petani diperoleh dari hasil produksi tanaman jahe dan tanaman sela 60 dikali harga masing-masing komoditi. Produktivitas tanaman jahe pada petani lahan sempit rata-rata 6 489.875 kg/ha sedangkan petani lahan luas sebesar 9 996.462 kg/ha. Produktivitas jahe pada petani lahan luas lebih tinggi daripada petani lahan sempit. Hal ini dapat disebabkan petani lahan luas lebih berorientasi dalam mengusahakan jahe daripada petani lahan sempit. Selain itu dapat juga disebabkan kombinasi jenis tanaman yang digunakan petani lahan luas lebih mendukung produktivitas tanaman jahe sebagai tanaman utama.dibandingkan dengan petani lahan sempit, Penerimaan rata-rata usahatani jahe menurut luas Jahan garapan di Desa Tajinan per hektar dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Penerimaan Rata-Rata Usahatani Jahe Menurut Luas Laban Garapan di Desa Tajinan per Hektar Tahun 1999-2000 = Petaai Lahan = |” Pétsen®: | Petani Lahan « |. Persen a oenfens “Lunas Zz SG Tanaman Jahe 7787 850 54.962, 11 995 754) 67.010 Tanaman Sela 6 381 761 45.038 5 905 562) 32.990 Total 14 169611 100.00 17 901 316, 100.000 Penerimaan rata-rata usahatani jahe pada petani lahan sempit sebesar Rp 14 169 611.000 per hektar atau Rp 5 441 131.000 per 0.384 hektar. Penerimaan petani lahan luas sebesar Rp 17 901 316.000 per hektar atau Rp 25 473 574.000 per 1.423 hektar, Penerimaan rata-rata per hektar petani lahan luas lebih tinggi daripada petani Jahan sempit. Penerimaan petani lahan sempit dari tanaman sela lebih tinggi daripada petani lahan luas. Hal ini menunjukkan bahwa petani Iahan sempit lebih 61 cenderung memanfaatkan lahan di sela-sela tanaman untuk tanaman lainnya daripada petani lahan luas. 6.2.43, Pendapatan Pendapatan petani merupakan selisih dari penerimaan (nilai produksi) dari tanaman jahe dan tanaman sela dikurangi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk produksi tanaman jahe dan tanaman sela. Pendapatan bersih petani lahan sempit dan lahan luas menurut pola tanam petani dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 10 Pendapatan bersih rata-rata petani Jahan sempit sebesar Rp 5 339 049.430 per hektar atau Rp 2.050 194.981 per 0.384 hektar lahan sedangkan petani lahan luas sebesar Rp 7 708 903.179 per hektar atau Rp 10 969 769.220 per 1.423 hektar lahan. Pendapatan bersih rata-rata petani lahan luas lebih tinggi daripada petani lahan sempit per hektar Jahan, Hal ini menunjukkan usahatani yang dilakukan petani lahan luas lebih menguntungkan daripada petani lahan sempit. Hal ini dapat dipengaruhi kemampuan petani lahan luas dalam mengelola usahatani lebih tinggi daripada petani lahan sempit baik dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi maupun memilih tanaman- tanaman sela yang sesuai untuk tanaman jahe. VI. OPTIMALISASI POLA TANAM JAHE 7.1. Analisis Optimalisasi Analisis optimalisasi dengan menggunakan program linear terdiri dari analisis primal dan analisis dual. Model optimalisasi petani lahan sempit dan lahan luas dapat dilihat pada Lampiran (14) dan Lampiran (16). Hasil analisis optimalisasi petani lahan sempit menunjukkan nilai fungsi tujuan (nilai fungsi Z) atau pendapatan bersih petani lahan sempit (0.384 ha) pada kondisi optimal sebesar Rp 2 824 557.973/tahun (Lampiran 15). Nilai fungsi tujuan (nilai fungsi Z) atau pendapatan bersih petani lahan luas (1.423 ha) sebesar Rp 1] 746 726.682/tahun (Lampiran 17). 7.1.1. Analisis Primal Analisis primal menunjukkan aktivitas-aktivitas yang masuk dalam skema optimal dan besamya kuantitas dari aktivitas bersangkutan. Aktivitas yang tidak termasuk skema optimal akan memiliki nilai reduced cost. Aktivitas-aktivitas yang dipertimbangkan dalam model penelitian dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran (12). Hasil analisis primal petani Jahan sempit menunjukkan ada 12 aktivitas masuk dalam skema optimal. Hasil analisis primal petani lahan luas menunjukkan ada 13 aktivitas yang masuk dalam skema optimal. Aktivitas-aktivitas tersebut dibagi ke dalam lima sub kelompok yaitu aktivitas produksi tanaman, pembelian input produksi, penyewaan tenaga kerja luar keluarga, pengambilan modal kredit dan penjualan hasil produksi 63 7.1.1.1. Aktivitas Produksi Tanaman Hasil analisis primal petani lahan sempit menunjukkan bahwa aktivitas produksi tanaman yang masuk dalam skema optimal adalah aktivitas produksi tanaman jahe dan cabe rawit. Luas lahan yang digunakan petani lahan sempit untuk memproduksi jahe dan cabe rawit seluas 0.384 hektar sedangkan luas tanam jahe dan cabe rawit masing-masing seluas 0.384 hektar. Cabe rawit merupakan tanaman sela yang masuk ke dalam skema optimal. Cabe rawit merupakan komoditi yang memiliki harga jual yang paling tinggi dibandingkan tanaman-tanaman lainnya (Lampiran 11) namun cabe rawit membutuhkan tenaga kerja yang paling tinggi karena memiliki tahapan-tahapan budidaya yang lebih kompleks dibandingkan tanaman penyela lainnya. Petani di daerah ini biasanya menyemaikan benih cabe rawit terlebih dabulu untuk mendapatkan bibit, Kebutuban tenaga kerja yang paling tinggi saat penanaman dan panen, Panen cabe rawit memerlukan tenaga kerja yang paling tinggi karena panen dilakukan setiap minggu. Ketersediaan tenaga kerja keluarga pada petani Jahan sempit masih mencukupi kebutuhan tenaga kerja yang tinggi untuk melakukan pola tanam jahe ditumpangsarikan dengan cabe rawit. Hal inilah yang mendukung komoditi ini terpilih menjadi tanaman sela yang terbaik untuk diproduksi pada lahan sempit. Hasil analisis primal petani Jahan luas menunjukkan aktivitas produksi tanaman yang masuk dalam skema optimal adalah aktivitas produksi tanaman jahe dan buncis, Petani lahan luas menggunakan lahan seluas 1.423 hektar untuk memproduksi jahe dan buncis sedangkan luas tanam jahe dan buncis masing-masing 1,423 hektar. Buncis sebagai tanaman penyela masuk ke dalam skema optimal 64 karena memiliki harga jual yang tinggi dibandingkan tanaman sela lainnya kecuali cabe rawit. Kebutuhan tenaga kerja buncis lebih rendah daripada cabe rawit. Ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga tidak dapat mencukupi kebutuhan tenaga kerja dalam melakukan usahatani jahe pada lahan yang luas. Hal ini dapat dilihat dari nilai shadow price tenaga kerja dalam keluarga petani lahan luas (Lampiran 17). Hal ini menyebabkan buncis menjadi tanaman sela yang terbaik umtuk diproduksi pada lahan luas. Petani contoh yang tergolong petani lahan sempit yang memproduksi tanaman jahe dan cabe rawit dalam satu musim tanam jahe atau satu tahun sebanyak dua orang (12.500 persen dari total petani contoh yang tergolong petani lahan sempit). Petani contoh yang tergolong petani lahan luas tidak ada yang menggunakan pola tanam jahe dan buncis dalam satu musim tanam jahe. Pola tanam petani contoh yang sesuai dengan pola tanam pada kondisi optimal sangat jarang ditemukan. Hal ini disebabkan petani di daerah penelitian cenderung ingin menggunakan lahan yang dimilikinya dengan beberapa jenis tanaman sela. Petani lahan sempit pada kondisi optimal tidak menggunakan lahannya untuk memproduksi_ tanaman penyela selain cabe rawit sedangkan petani Jahan luas tidak memproduksi tanaman sela selain buncis. Hal ini disebabkan setiap peningkatan penggunaan Jahan seluas satu hektar untuk setiap jenis tanaman sela lainnya akan mengurangi pendapatan bersih petani sebesar nilai reduced cost, Nilai reduced cost tanaman talas, ketela pohon, jagung dan buncis pada lahan sempit! masing-masing Rp 2 801 331.883 ; Rp 3 612 679.715 ; Rp 3 836 483.662 dan Rp 4 006 230.714. Nilai reduced cost tanaman cabe rawit, talas, ketela pohon dan jagung pada lahan luas 65 masing-masing Rp 1 284 021.789 ; Rp 986 467.707 ; Rp 902 963.242 dan Rp 1 177 200.742. Apabila petani tetap berkeinginan untuk memproduksi jenis tanaman penyela Iain, maka jenis tanaman penyela yang sebaiknya diusahakan adalah tanaman penyela yang memiliki nilai reduced cost paling rendah yaitu talas pada Jahan sempit dan ketela pohon pada lahan luas. 7.1.1.2, Aktivitas Pembelian Input Produksi Aktivitas pembelian bibit yang masuk dalam skema optimal adalah aktivitas pembelian bibit yang digunakan untuk memproduksi jenis tanaman yang diusahakan, Jumlah bibit yang dibeli pada kondisi optimal sama dengan jumlah bibit yang digunakan sehingga tidak ada bibit yang berlebih. Bibit yang dibeli petani lahan sempit adalah bibit yang digunakan untuk memproduksi tanaman jahe dan cabe rawit. Jumlah bibit yang dibeli petani lahan sempit untuk jahe dan cabe rawit masing- masing 360.096 kg dan 7.872 kg per 0.384 hektar lahan. Bibit yang dibeli petani Jahan luas adalah bibit yang digunakan untuk memproduksi jahe dan buncis. Jumlah bibit yang dibeli petani lahan Iuas untuk memproduksi tanaman jahe dan buncis masing-masing 1 966.586 kg dan 22.768 kg per 1.423 hektar lahan, —_Aktivitas pembelian bibit untuk tanaman penyela lainnya yang tidak diproduksi tidak perlu dilakukan Karena setiap pembelian satu unit bibit tanaman penyela lainnya akan mengurangi pendapatan bersih sebesar nilai reduced cost . Nilai reduced cost bibit tanaman penyela pada lahan sempit dan lahan luas dapat dilihat pada Tabel 17. 66 Tabel 17. Nilai Reduced Cost Bibit Tanaman Penyela Usahatani! Jahe di Desa Tajinan Menurut Luas Lahan Garapan Tahun 1999-2000 ‘Bibit-Tanaman Penyela etani Lahan Luas: ee SS = (Rp) : Cabe rawit 2.983.500 Talas 55.250 Ketela pohon 2.163 Jagung, 2.983.500 2983.500 Buncis 7 596.875 9.000, Bibit tanaman penyela yang memiliki nilai reduced cost yang paling tinggi pada lahan sempit adalah bibit buncis yaitu sebesar Rp 7 596.875. Nilai reduced cost tanaman penyela yang paling tinggi pada lahan luas adalah bibit cabe rawit dan jagung yaitu sebesar Rp 2 983.500. Aktivitas pembelian pupuk yang masuk skema optimal adalah aktivitas pembelian pupuk urea, ZA, TSP, KCI dan pupuk kandang, Jumlah pupuk yang dibeli petani Jahan sempit (0.384 hektar) pada kondisi optimal sebesar 191.078 kg urea; 150.528 kg ZA; 129.638 kg TSP ; 72.499 kg KCI dan 26 565.427 kg, pupuk kandang. Petani lahan luas (1.423 hektar) pada kondisi optimal membeli pupuk sebesar 616.387 kg, urea; 452.799 kg ZA ; 241.910 kg TSP ; 266.955 kg KCl/dan 68 747.848 kg pupuk kandang. 7.1.1.3. Aktivitas Penyewaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Aktivitas penyewaan tenaga kerja luar keluarga hanya perlu dilakukan petani lahan luas, Jumlah tenaga kerja keluarga yang tersedia pada petani lahan sempit sudah mencukupi untuk melakukan kegiatan usahatani tumpangsari jahe sehingga petani lahan sempit tidak perlu menyewa tenaga kerja dari Iuar keluarga. Setiap 67 penambahan penggunaan tenaga kerja luar keluarga sebesar satu HOK akan mengurangi pendapatan bersih petani lahan sempit sebesar Rp 8 287.500 Aktivitas penyewaan tenaga kerja luar keluarga dalam melakukan usahatani jahe pada lahan luas perlu dilakukan karena ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga tidak mencukupi, Jumlah tenaga kerja luar keluarga yang perlu disewa pada kondisi optimal sebesar 103,795 HOK/tahun, 7.1.1.4, Aktivitas Pengambilan Kredit Aktivitas pengambilan kredit perlu dilakukan petani lahan sempit dan lahan luas Karena jumlah modal sendiri yang dimiliki petani tidak méncukupi untuk melakukan usahatani tumpangsari jahe. Jumlah kredit usahatani jahe yang diambil petani Jahan sempit (0.384 hektar) pada kondisi optimal sebesar Rp 1 585 478.502 sedangkan petani lahan luas (1.423 hektar) sebesar Rp 7 168 752.787. 7.1.1.8. Aktivitas Penjualan Hasil Produksi Aktivitas penjualan hasil produksi yang dilakukan adalah penjualan jahe dan tanaman penyela. Petani lahan sempit melakukan aktivitas penjualan jahe dan cabe rawit. Jumiah jahe dan cabe rawit yang dijual masing-masing sebesar 2 492.112 kg dan 772.584 kg. Petani Jahan luas melakukan aktivitas penjualan jahe dan buncis. Jahe dan buncis yang dijual masing-masing sebesar 14 224, 965 kg dan 3 415.2 kg. Aktivitas penjualan tanaman penyela yang tidak diproduksi memiliki nilai reduced cost sebesar nol, Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas tersebut tidak berpengaruh terhadap nilai fungsi tujuan atau pendapatan bersih petani. 68 "7.4.2. Hasil Analisis Dual ‘Analisis dual memberikan penilaian terhadap sumberdaya’ yang tersedia. Sumberdaya yang habis digunakan (langka) merupakan kendala aktif yang memiliki nilai slack sebesar nol. Sumberdaya yang berlebih atau tidak langka memiliki nila slack tidak sama dengan nol Analisis dual petani lahan sempit menunjukkan bahwa sumberdaya yang Jangka pada usahatani jahe lahan sempit (0.384 hektar) adalah Iahan untuk tanaman jahe dan penyela dan model milik sendiri sedangkan sumberdaya yang berlebih adalah tenaga kerja dalam keluarga dan modal kredit, Tenaga kerja keluarga yang berlebih sebesar 350.203 HOK/tahun, Modal kredit yang berlebih sebesar Rp 2 100 921.498, Sumberdaya yang langka memiliki nilai shadow price. Nilai shadow price menunjukkan harga bayangan suatu sumberdaya. Hal ini menunjukkan langka atau tidaknya suatu sumberdaya, Nilai shadow price kendala aktif usahatani jahe petani lahan sempit dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Nilai Shadow Price Kendala Aktif Usahatani Jahe Petani Lahan Sempit di ‘Desa Tajinan Tahun 1999-2000 No= Jenis Kendala~ = Shadow Price (Rp) 1. | Lahan untuk tanaman jahe 3 846 066.773 2. | Laban untuk tanaman penyela 3.372 834.199 3,__| Modal sendiri 0.105 69 Harga bayangan paling tinggi adalah harga bayangan Iahan untuk tanaman jahe yaitu sebesar Rp 3 846 066.773. Hal ini menunjukken bahwa lahan untuk tanaman jahe merupakan sumberdaya yang paling langka pada usahatani lahan sempit. Sumberdaya yang langka pada usahatani jahe petani lahan luas adalah lahan untuk tanaman jahe dan tanaman sela, tenaga kerja dalam keluarga dan modal sendiri, Sumberdaya yang berlebih hanya modal kredit, Modal kredit yang berlebih sebesar Rp 6 492 047.213 Sumberdaya yang paling langka pada usahatani jahe petani Jahan Iuas adalah lahan untuk tanaman jahe karena memiliki nilai shadow price yang paling tinggi sebesar Rp 4 036 198.952. Nilai shadow price kendala aktif usahatani jahe petani lahan Iuas dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19, Nilai Shadow Price Kendala Aktif Usahatani Jahe Petani Lahan Luas di Desa Tajinan Tahun 1999-2000 No Tenis Kendala = = Shadow Price ®p) 1. | Lahan untuk tanaman jahe 4.036 198.952 2. | Lahan untuk tanaman sela 837 284.491 3. | Tenaga kerja dalam keluarga 8287.500 4. Modal sendiri 0.105 7.2. Analisis Sensitivitas (Analisis Pasca Optimal) ‘Analisis sensitivitas dapat menunjukkan selang perubahan yang tidak mengubah nilai optimal. Hasil analisis sensitivitas dibagi menjadi dua yaitu analisis sensitivitas untuk jenis kegiatan dan kendata, Analisis sensitivitas untuk jenis 70 kegiatan menunjukkan selang perubahan harga atau biaya yang tidak dapat mengubah nilai optimal, sedangkan analisis sensitivitas untuk kendala menunjulckan batas-batas perubahan ketersediaan sumberdaya yang tidak mengubah inilai optimal. Analisis sensitivitas dengan menggunakan program komputer ABQM dalam penelitian ini menampilkan analisis sensitivitas nilai-nilai koefisien fungsi tujuan dan analisis sensitivitas nilai ruas kanan kendala-kendala. Selang kepekaan yang ditampilkan terdiri dari batas maksimum (xpper limit), batas minimum (lower limit), kenaikan yang diperbolehkan (allowable increase) dan penurunan yang diperbolehkan (allowable decrease) . 7.2.1. Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan Analisis sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan menunjukkan analisis sensitivitas untuk jenis kegiatan. Selang kepekaan nilai koefisien fungsi tujuan menunjukkan selang kepekaan harga atau biaya yang dikeluarkan per satuan variabel keputusan (jenis kegiatan) yang tidak mengubah nilai optimal. Interpretasi nilai koefisien fungsi tujuan pada kolom allowable increase dan allowable decrease mengalami pembalikan untuk variabel keputusan yang bertanda negatif, Selang kepekaan nilai koefisien fungsi tujuan petani lahan sempit dapat dilihat pada Tabel 20, Penurunan harga atau biaya per satuan jenis kegiatan yang paling peka untuk mengubah hasil optimal pada petani lahan sempit adalah penurunan harga jahe dan yang kedua adalah harga cabe rawit. Penurunan harga jahe diljinkan sebesar 49.385 persen dari harga sekarang sedangkan penurunan harga ¢abe rawit yang diijinkan sebesar 51.569 persen dari harga sekarang, nu Tabel 20. Selang Kepekaan Nilai Koefisien Fungsi Tujuan Petani Lahan Sempit di Desa Tajinan Tahun 1999-2000 | Variabel 7 Nilal Roelisien Fungal Tay ‘Péningkatan’ | Penaranan ie yang diijinkan yang ‘Nilai Sekarang ©) diifinkan "I a - E 4), a 607.374 1 200,000 No limit No limit 49,385 @ 1307.645 2.700.000 No limit No limit 31.569 @ 0.000 1.000.000 7 531,305 153.131 100,000 QF 0,000 175.000, 982.992 461.710 100.000 5 0.000 '$75.000 7 269.139 "740.856 100,000 06 0.000 1 200.000 16 148.662 1 245.718 100.000 BL =147.000 1,400.00 35501378 292.956 710.500 B2 283.500 | __ 2.700.000 139°350.336 3 061.124 110.500 B3 5.250 50.000 No limit No limit, 110.500 Bt 0.263 2.500 ‘No limit No limit, 110.500 BS 283.500 700.000 ‘No limit No limit 110.500 BG =T2875|___ 6 875.000 ‘No limit No limit 110.500 PI =105.000 1.000.000 14 156.143 7315.614 110.500 Po 94.500 ‘900.000 17 600.247 1 855.583, 110.500 PS. =147.000 1 400.000 20°791.282 1 385.092 110.500 Pa =157,500 500.000 36 174.241 2311.616 110.500 PS. 1.260. 12,000 106.629 788.575. 140.500 T =787.500 |___ 7 300.000 No limit, No limit 110,500 il ‘No limit | 822 984.000 |" _4 669 050.773 467.332 [No limit 12 ‘No limit | 803 340,000 [3.604 671.883 348.711 ‘No limit 13 =1 997 991.883 | 803 340.000 No limit ‘No limit, 348.711 Lt 2 809 339,715 | 803 340.000 No limit No limit 449.707 15 ~3.033 143.662 | 803 340.000 ‘No limit, ‘No limit 477.566 16 =3 202 890.714 | 803 340.000 ‘No limit ‘No limit 498,697 M 0.000 0.105 1.183 1 026.667 700.000 Pada petani lahan luas penurunan harga atau biaya per satuan jenis kegiatan yang paling peka untuk mengubah hasil optimal adalah penurunan harga buncis dan yang kedua adalah harga jahe. Penurunan harga buncis yang diijinkan sebesar 29.072 persen dari harga sekarang sedangkan penurunan harga jahe yang diijinkan cebesar 32,646 persen dari harga sekarang, Peningkatan harga atau biaya per satuan jenis kegiatan paling peka untuk mengubah hasil optimal adalah harga cabe rawit dan yang kedua adalah harga talas. Peningkatan harga cabe rawit yang diijinkan sebesar inkan 39.499 persen dari harga sekarang sedangkan peningkatan harga talas yang sebesar 75.779 persen dari harga sekarang. Selang kepekaan nilai koefisien fungsi tujuan petani lahan luas dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Selang Kepekaan Nilai Koefisien Fungsi Tujuan Petani Lahan Luas di Desa Tajinan Tahun 1999-2000 Qi 1 200.000 ‘No limit ‘No limit 33.646 @ 2.700.000 3 766.463 39.499 100,000 for} 0.000 1.000.000 1 638.490 638.490 100.000 Qt 0.000 175,000 307.613 73.179 100.000 or 0.000 875.000 1 752.199 100.251 100,000 6 851.133 1 200,000 No timit_ ‘No Jimit 29.072 BL 147.000 1 400,000 4 320.549 208.611 710.500 B2 =283.500 2.700.000 ‘No limit No limit 110.500, B3 5.250 50,000 No limit ‘No limit, 110.500 BS 0.263 2.500 No limit No limit 150.500 BS -283.500 2.700.000 ‘No limit ‘No limit 110,500, BG ~721.875 6 875.000 39 205.281 761.168 110.500, PL 105.000 1000.00, 11 110.897 1 011.090 110.500, P2 -94.500, 900.000 14 671.127 1 530.125 110,500 P3, 147.000 1 400.000 27 162.567, 1 840.183 110.500 Pa =157.500, 1 500,000 24,887,835, 1 559,189 110.500 PS, -1.260 12,000 102.653 755.442, 110.500, T 1 302.685, 750.000 17 846.575 137.954 82.631 LI No limit | 871 548.000 4907 746.952 463.107 No limit 12 #74 223.789 | 809 798.000 No limit ‘No limit 158,561 13 “176 669.707 | 809 798.000 ‘No limit 121.816 La -93 165.242 | 809 798.000 ‘No limit 115,505 LS -367 402.742 |_ 809 798.000 ‘No limit 145.370 6 ‘No limit |" 809 798.000 1647 082.491 103.394 ‘No limit M 0.000 0.105, 0.558 431,428 100.000 7.2.2. Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Analisis sensitivitas nilai ruas kanan kendala atau right hand side menjelaskan perubahan nilai right hand side yang diiijinkan yang menyebabkan nilai dualnya B tidak berubah. Kepekaan suatu sumberdaya dipengaruhi penting tidaknya suatu sumberdaya. Sumberdaya yang semakin penting akan memiliki selang kepekaan yang semakin sempit. Analisis sensitivitas di dalam model penelitian ini terdiri dari analisis sensitivitas terhadap fungsi kendala lahan (Kendala 1 dan 2), Kendala transfer pembelian bibit (kendala 3 sampai dengan 8), kendala transfer pembelian pupuk (kendala 9 sampai dengan 13), kendala tenaga kerja keluarga (kendala 14), kendala transfer hasil produksi (kendala 15 sampai dengan 20), kendala modal (kendala 21 dan 22). Analisis sensitivitas terhadap nilai ruas kanan kendala lahan dibagi dua yaitu analisis sensitivitas terhadap nilai ruas kanan lahan untuk tanaman jahe sebagai tanaman pokok (kendala 1) dan nilai ruas kanan lahan untuk | tanaman sela (kendala 2). Analisis ini menunjukkan selang perubahan ketersediaan lahan yang tidak mengubah nilai bayangannya, Hasil analisis sensitivitas petani Jahan sempit menunjukkan penurunan yang diijinkan sebesar 0.384 hektar untuk tanaman jahe dan tanaman sela sedangkan peningkatan yang diijinkan sebesar 0.589 hektar untuk tanaman jahe dan 1.089 hektar untuk tanaman sela, Hasil analisis sensitivitas petani Jahan luas menunjukkan penurunan yang diijinkan sebesar 0.266 hektar untuk fanaman jahe dan 1.339 hektar untuk tanaman sela. Peningkatan yang dijjinkan sebesar 0.901 hektar untuk tanaman jahe dan 3.512 hektar untuk tanaman sola Analisis sensitivitas terhadap nilai ruas kanan kendala transfer pembelian bibit menunjukkan batas maksimum kenaikan atau penurunan selisih jumlah bibit yang dibutuhkan atau digunakan dengan jumlah yang dibeli. Batas bawah nilai ruas kanan 4 ~ kendala transfer pembelian benih bertanda negatif menunjukkan bahwa jumlah bibit yang dibeli lebih besar daripada jumlah bibit yang dibeli lebih tinggi daripada junlah bibit yang digunakan. Bibit yang tidak digunakan pada usahatani petani lahan sempit dan petani iahan Iuas memiliki batas bawah sebesar nol dan tidak memiliki batas atas menunjukkan bahwa bibit tersebut tidak berpengaruh Analisis sensitivitas terhadap nilai ruas kanan kendala transfer pembelian pupuk menunjukkan batas maksimum kenaikan atau penurunan selisih jumlah pupuk yang digunakan dengan jumlah pupuk yang dibeli. Batas bawah bemilai negatif menunjukkan bahwa jumlah pupuk yang dibeli lebih tinggi daripada jumlah pupuk yang digunakan, Analisis sensitivitas terhadap nilai ruas kanan kendala tenaga kerja keluarga menunjukkan perubahan ketersediaan tenaga kerja keluarga yang tidak merubah nilai bayangannya. Petani Jahan sempit memiliki batas bawah nilai ruas kanan kendala tenaga kerja keluarga sebesar nilai s/ack-nya yaitu 21 1,397 dan tidak memiliki batas atas (no limit). Petani Iahan tuas memiliki batas bawah nilai ruas kanan kendala tenaga kerja keluarga sebesar negatif 304.006 HOK, Hal ini menunjukkan apabila ketersediaan tenaga kerja keluarga tidak mencukupi dan harus menyewa tenaga kerja keluarga maksimal sebesar 304.006 HOK tetap tidak merubah nilai bayangannya, Batas atas nilai ruas kanan kendala tenaga kerja dalam keluarga sebesar 665.395 HOK menunjukkan kenaikan tenaga kerja keluarga hingga 665.395 HOK tidak merubah nilai bayangannya. | Analisis sensitivitas transfer hasil produksi menunjukkan batas maksimum kenaikan dan penurunan selisih jumlah produk yang dibasilkan dengan jumlah 7B produk yang dijual yang tidak merubah harga bayangannya, Komoditi yang tidak dihasitkan tidak berpengaruh terhadap harga bayangan, Hal ini ditunjukkan dengan nilai batas bawah sebesar nol dan tidak memiliki batas atas. Analisis sensitivitas terhadap nilai ruas kanan kendala modal dibagi dua yaitu kendala modal kredit (kendala 21) dan modal sendiri (kendala 22). Analisis ini menunjukkan perubahan ketersediaan modal yang tidak miengubah _nilai bayangannya, Petani lahan sempit memiliki batas bawah nilai ruas kanan kendala modal kredit sebesar nilai slack-nya sebesar Rp 1 585 478.502 dan tidak memiliki batas atas. Petani lahan luas memiliki batas bawah nilai ruas kanan kendala sebesar nilai slack-nya yaitu Rp 7 168 752.787 dan tidak memiliki batas atas. Batas bawah nilai ruas kanan kendala modal sendiri petani lahan sempit dan lahan luas bertanda negatif menunjukkan bahwa apabila modal sendiri tidak mencukupi harus mengambil kredit maksimal Rp 4 992 047.213 (petani lahan sempit) dan Rp 1 600 921.498 (petani Jahan luas) tidak akan mengubah nilai bayangannya, Batas atas nilai ruas Kanan kendala modal sendiri sebesar Rp 2 085 478.502 (petani lahan sempit) dan Rp 8 668 752.787 (petani lahan fuas). 7.3. Perbandingan Kondisi Aktual dan Optimal 7.3.1. Input Produksi Volume dan nilai input produksi pada kondisi optimal lebih rendah dari kondisi aktual, Hal ini dapat menyebabkan penurunan biaya yang dikeluarkan petani pada kondisi optimal. Volume dan nilai input produksi yang digunakan petani lahan 6 sempit per luas lahan garapan pada kondisi aktual dan optimal dapat dilihat pada Tabel 22. abel 22, Perbandingan Volume dan Nilai Input Produksi Petani Lahan Sempit di Desa Tajinan per Luas Lahan Garapan (0.384 Ha) pada Kondisi Aktual dan Optimal Tahun 1999-2000 -Penurunan | @ 1. Bibit : = Jahe 360,096 | _ 504 134.400 360,096 | 504 134.400 0.000 = Tanaman Sela = 62,400,000 - 721.254,400 | 65.938. TE, Pupake t = Urea 738,848 | _238 848,000 151,078 | _191078.000 | 20.000 = ZA, 188.160 | 169 344.000, 350.528 | _135.475.200 |__ 20.000 | ~ TSP. 162.048 | 226 867.200 129.638 | _181 493.200 [20.000 =KCI 90.624 | 135 936.000 72.499 | 108 748,500 |__ 20.000 = Kandang 33.206.848 | 398 482.176 | _26565.427 [318,785,124 | __ 20.000 Berdasarkan Tabel 22, volume penggunaan pupuk dan biaya untuk bibit tanaman sela pada kondisi optimal pada petani lahan sempit lebih rendah daripada kondisi aktual, Hal ini dapat menghemat biaya yang dikeluarkan petani lahan sempit dalam melakukan usahatani jahe, Biaya yang penurunanannya paling tinggi adalah biaya untuk bibit tanaman sela yaitu sebesar 65.938 persen. Volume dan nilai input produksi petani lahan luas per luas Jahan garapan pada kondisi aktual dan optimal dapat dilihat pada Tabel 23. Volume penggunaan pupuk dan biaya untuk bibit tanaman sela petani Jahan luas pada kondisi optimal lebih rendah daripada kondisi aktual. Hal ini dapat menyebabkan penurunan biaya yang dikeluarkan petani. Penurunan biaya yang dikeluarkan petani Jahan Iuas paling tinggi pada kondisi optimal adalah biaya untuk tanaman sela yaitu sebesar 50.103 persen. 7 Tabel 23. Perbandingan Volume dan Nilai Input Produksi Petani Lahan Luas di Desa Tajinan per Luas Lahan Garapan (1.423 Ha) pada Kondisi Aktual dan Optimal Tahun 1999-2000 Input. Aktual ‘Optimal. f Penorunan Volume ‘Nilai (Rp) ‘Volume Nilai Bie ce) ks) @p) Nad 1. Bibit ~Jahe 1 966.586, 2.359 903.200 1 966.586 | 2 359 903.20 0.000, ~ Tanaman Sela - 313 711.734 = 156 530.00 50.103 TT, Pupuk - Urea 906.451 906 451.000 616.387 616 387.00 32,008 -ZA 665.964 599 367.600 452.799 407 519.10 32.008 - TSP. 355.750, 498 050.000 241.910 338 674.00 32,008 -KCl 392.748 589 122.000 266.955 400 432.50 32.008, ~ Kandang_ 101 099.881 398 481.400 68 747.848 824 974.17. 32.008, 7.3.2, Tenaga Kerja Luar Keluarga Tenaga kerja keluarga yang disewa petani lahan sempit dan luas pada kondisi optimal lebih rendah daripada kondisi aktual, Petani Jahan sempit (0.384 ha) dapat menghemat biaya sebesar Rp 755 707.500 sedangkan petani Jahan luas (1.423 ha) dapat menghemat biaya sebesar Rp 3 22 652.500. Perbandingan penggunaan tenaga kerja nar keluarga pada kondisi optimal dan aktual dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Perbandingan Tenaga Kerja Luar Keluarga Usahatani Jahe di Desa Tajinan Menurut Luas Lahan Garapan pada Kondisi Aktual dan Optimal Tahun 1999-2000 Uraian“]-Petani Lahan Sempit | -Petani Lahan Luas (HOK) (HOR) Aktual 100.761 533.482 ‘Optimal 0,000 103.795, 7.3.3. Modal Kredit Modal kredit yang disediakan tidak seluruhnya diambil oleh petani. Pengambilan kredit yang dilakukan oleh petani pada kondisi aktual dan optimal dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Perbandingan Jumlah Modal Kredit Usahatani Jahe di Desa Tajinan Menurut Golongan Petani per Luas Lahan Garapan pada Kondisi Aktual dan Optimal Tahun 1999-2000 Golongan Petani:.; Optimal Rp) Petani lahan sempit 2.616 230.656 | _ | 1585 478.502 Petani lahan luas 11 773 709.850 7168 752.787 Modal kredit yang diambil petani lahan sempit dan luas pada kondisi optimal lebih rendah daripada kondisi aktual. Hal ini disebabkan kebutuhan modal yang diperlukan pada konsi optimal lebih kecil daripada kondisi aktual 7.3.4. Tambahan Pendapatan Perbandingan pendapatan bersih yang diperoleh petani lahan sempit dan luas dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Perbandingan Pendapatan Bersih Usahatani Jahe di Desa Tajinan Menurut Golongan Petani per Luas Laban Garapan pada Kondisi Aktual dan Optimal Tabun 1999-2000 i Golongan Petani Optimal ‘Tambahan | Peningkatan —— = =p) | Pendapatan %) a ay ®p) | Petani Jahan sempit_ 2.050 194.981 2 824 557.973 TT4 362,992 37.770 Petani lahan Inas 10 969 769.220 |_11 746 726.682, 716 957.462. 7,082 79 Petani lahan sempit pada kondisi optimal akan dapat) meningkatkan pendapatan bersih sebesar Rp 774 362.992 per 0.384 hektar. Peningkatan pendapatan bersih petani lahan sempit sebesar 37.770 persen dibandingkan dengan kondisi aktualnya. Petani lahan huas pada kondisi optimal dapat meningkatkan pendapatan bersih sebesar Rp 776 957.462 per 1.423 hektar. Peningkatan pendapatan bersih petani Iahan luas sebesar 6.988 persen dibandingkan dengan kondisi aktuainya. Peningkatan pendapatan petani pada lahan sempit lebih tinggi daripada petani lahan luas. Hal ini dapat menunjukkan bahwa kondisi usahatani jahe lahan luas lebih mendekati optimal daripada kondisi usahatani lahan sempit, Pendapatan bersih yang dihasilkan petani lahan sempit dengan kombinasi jahe ditumpangsarikan dengan cabe rawit pada kondisi optimal lebih tinggi daripada pola tanam yang digunakan petani pada kondisi aktual. Analise pendapatan petani lahan sempit berdasarkan pola tanam yang digunakan pada kondisi aktual dapat dilihat pada Lampiran 9. Pendapatan bersih yang dihasilkan petani lahan luas dengan kombinasi jahe ditumpangsarikan dengan buncis pada kondisi optimal lebib tinggi daripada pola tanam yang digunakan petani lahan luas pada kondisi aktual kecuali kombinasi jahe ditumpangsarikan dengan talas dan jagung. Analisa pendapatan petani lahan luas menurut pola tanam dapat dilihat pada Lampiran 10. Kombinasi jahe ditumpangsarikan dengan jagung pada kondisi aktual lebih tinggi dari jahe ditumpangsarikan dengan buncis disebabkan petani contoh yang menggunakan Kombinasi ini menggunakan bibit unggul yang telah bersertifikat. Pengelolaan yang dilakukan petani ini juga berbeda dengan petani lainnya, Hal ini menyebabkan 80 penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan jahe sangat tinggi. Hal ini menyebabkan pendapatan bersih dengan kombinasi jahe ditumpangsarikan dengan buncis pada kondisi optimal lebih rendah daripada kombinasi jahe ditumpangsarikan dengan talas dan jagung pada kondisi aktual. 7.4. Perbandingan dengan Hasil Penelitian Jahe Terdahulu Hasil penelitian mengenai jahe yang terdapat di Perpustakaan Jurusan Ilmu- Timu Sosial Ekonomi Pertanian antara jain hasil penelitian Yani (1996) dan Soemarsono (1997). Yani (1996) menganalisis keragaan usahatani jahe di Kecamatan Induk Kepahiang, Kabupaten Rejang Lebong, Propinsi Bengkulu. Jahe di daerah ini pada umumnya diusahakan secara tumpangsari demikian juga yang terjadi di Desa Tajinan, Kabupaten Malang. Perbedaan yang terdapat di Kecamatan Induk Kepahiang dengan Desa Tajinan antara lain : 1. Jenis tanaman yang ditumpangsarikan di Kecamatan Induk Kepahiang antara lain kopi dan padi. Jenis tanaman yang ditumpangsarikan di Desa Tajinan antara lain cabe, talas, ketela pohon, jagung dan buncis. Pola tanam di Desa Tajinan lebih beragam daripada pola tanam di daerah Kecamatan Induk Kepahiang 2, Keinginan petani di Desa Tajinan untuk memanfaatkan lahan di sela-sela jahe lebih tinggi daripada petani di Kecamatan Induk Kepabiang. Hal ini dapat dilihat dari pola tanam yang dilakukan di kedua daerah penelitian. Petani di Kecamatan Induk Kepahiang pada umumnya mengusahakan jahe dengan satu tanaman sela 81 sedangkan petani di Desa Tajinan pada umumnya mengusahakan jahe dengan dua atau tiga tanaman sela. Soemarsono (1997) menganalisis pendapatan dan pemasaran komoditi jahe sebagai usaha sampingan di Desa Cilangkap, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi. Usahatani jahe di Desa Cilangkap memberi keuntungan demikian juga halnya yang terjadi di Desa Tajinan. Perbedaan yang terdapat di Desa Cilangkap dan Desa Tajinan antara lain : 1. Jahe di Desa Cilangkap sebagai usaha sampingan sedangkan jahe di Desa Tajinan sebagai usaha utama, 2, Pemasaran jahe di Desa Cilangkap hanya ditujukan untuk pasar dalam negeri sedangkan jahe di Desa Tajinan lebih ditujukan untuk pasar dalam negeri dan luar negeri. VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1, Kesimpulan Usahatani jahe di Desa Tajinan pada umumnya diusahakan secara tumpangsari dengan pola tanam yang beragam. Tanaman yang biasanya ditumpangsarikan dengan jahe pada daerah ini antara lain cabe rawit, talas, ketela pohon, jagung dan buncis, Petani pada umumnya mengusahakan jahe dengan dua atau tiga tanaman sela. Pola tanam yang paling dominan di daerah ini yaitu jahe ditumpangsarikan dengan cabe rawit, talas dan ketela pohon. Saluran pemasaran jahe yang digunakan di daerah ini dibagi dua yaitu saluran pemasaran dalam dan tuar negeri. Saluran pemasaran'dalam negeri dibagi menjadi dua yaitu petani — pedagang, pengumpul I — pedagang pengumpul II — pasar lokal atau perusahaan dalam negeri dan petani — pedagang pengumpul II — pasar lokal atau perusahaan dalam negeri. Saluran pemasaran luar negeri dibagi dua yaitu petani — pedagang pengumpul I ~ pedagang pengumpul I - eksportir dan petani — pedagang pengumpul II ~ eksportir. Biaya yang dikeluarkan petani lahan sempit sebesar Rp 8 830 561.570 per hektar sedangkan petani Jahan luas sebesar Rp 10 192 412 821 per hektar. Penerimaan petani lahan sempit sebesar Rp 14 169 611.000 per hektar sedangkan petani lahan luas sebesar Rp 17 901 316.000 per hektar, Pendapatan bersih petani lahan sempit sebesar Rp 5 339 049.430 per hektar sedangkan petani lahan Juas sebesar Rp 7 708 903.179 per hektar. Tingkat pendapatan petani lahan luas lebih tinggi daripada petani lahan sempit. 83 Hasil analisis optimalisasi pola tanam yang optimal adalah jahe ditumpangsarikan dengan cabe rawit pada petani Jahan sempit dan jahe ditumpangsarikan dengan buncis pada petani lahan luas. Pendapatan bersih petani lahan sempit (0.384 ha) dalam keadaan optimal sebesar Rp 2 824 557.973.000 Pendapatan bersih petani Jahan fuas (1.423 ha) sebesar Rp 11 746 726.682. ‘Tambahan pendapatan bersih yang diperoleh petani Jahan sempit (0.384 ha) sebesar Rp 774 362,992 atau meningkat sebesar 37.770 persen. Tambahan pendapatan bersih yang diperoleh petani lahan luas (1.423 ha) sebesar Rp 776 957.462 atau meningkat sebesar 7.082 persen. Input produksi yang digunakan petani Jahan sempit (0.384 ha) pada kondisi optimal sebesar 360.096 kg bibit jahe; 7.872 kg bibit cabe rawit; 191.078 kg urea ; 150.528 kg ZA ; 129.638 kg TSP ; 72.499 ke KCI ; 26 565.427 kg pupuk kandang. Petani Jahan vas (1.423 ha) pada kondisi optimal menggunakan’ input produksi sebesar 1966,586 kg bibit jahe ; 22.768 kg bibit buncis ; 616.387 kg urea ; 452.799 kg ZA; 241.910 kg TSP ; 266.955 kg KCl dan 68 747.848 kg pupuk kandang. ‘Sumberdaya yang berlebih pada petani Iahan sempit yaitu tenaga kerja dalam Keluarga dan modal credit, masing-masing sebesar 350.203 HOK dan Rp 2 100 921.498. Sumberdaya yang berlebih pada petani lahan luas hanya modal ksedit yaitu sebesar Rp 6 492 047.213. Lahan merupakan sumberdaya yang paling fangka dan selurubnya digunakan petani lahan sempit dan petani Iahan luas masing- masing sebesar 0.384 ha dan 1.423 ha. Modal kredit yang diambil petani lahan sempit dan Jahan luas masing-masing sebesar Rp 1 585) 478.502 dan 84 Rp 7 168 752.787. Tenaga kerja luar keluarga hanya dibutuhkan untuk petani lahan Iuas yaitu sebesar 103.795 HOK. 8.2, Saran 1. Pola tanam yang sebaiknya dilakukan adalah pola tanam dengan satu tanaman sela yaitu jahe dan cabe rawit untuk petani lahan sempit dan jahe dan buncis untuk petani lahan luas, 2. Jumlah dan jenis tanaman sela yang ditanam perlu diperhatikan karena apabila tanaman sela yang ditanam terlalu banyak dapat mengganggu pertumbuhan jahe sebagai tanaman utama, Hal ini dapat menurunkan hasil produksi jahe sebagai tanaman utama . 3. Alokasi sumberdaya yang digunakan petani perlu diperhatikan, Tenaga kerja dalam keluarga yang berlebih dalam usahatani lahan sempit dapat digunakan untuk bekerja di usahatani lainnya atau Iuar usahatani sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. 4. Modal kredit yang disediakan pada kondisi optimal tea berlebih. Pengambilan ksedit dengan sistem paket menyebabkan petani mengambil kredit sesuai dengan jumlah yang disediakan. Karena itu pemberian kredit dengan sistem paket perlu diperhatikan agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan petani. a 85 DAFTAR PUSTAKA Alam, Mohamad Ari. 1998. Analisis dan Optimalisasi Pendapatan pada Usabatani Peserta Program Intensifikasi Kedelai IP-300 di Wilayah Kabupaten Karawang, Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Ashari, 8. 1995, Hortikultura, Aspek Budidaya. UI Pres, Jakarta. Beneke R.R. dan Winterboer R. 1973. Linear Programming Applications to Agriculture. The lowa State University Press. AMES. ! Biro Pusat Statistik. 1994-1999. Ekspor Indonesia. Jakarta. Bronson, Richard. 1991. Teori dan Soal-Soal Operations Research. Brlangga. Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan. 1998. Statistik Perkebunan Indonesia. Deptan Jakarta. Fane, Arju. C. 1998. Analisis dan Optimalisasi Pendapatan Usahatani Tanaman Hias dalam Meningkatkan Pendapatan Petani. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Hernanto, Fadholi. 1991. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta. Nassendi, B.D. dan A. Anwar. 1985, Program Linier dan Variasinya, Gramedia, Jakarta, Paimin, F.B. dan Murhananto. 1999, Budidaya, Pengolahan, dan Perdagangan Jahe. Penebar Swadaya. Jakarta. Prasetyo, E.Y. 1995. Analisis Pendapatan dan Alokasi Sumber Daya pada Usahatani Tebu Rakyat Intensifikasi Lahan Sawah (TRIS1) Pola Tumpang Sari, Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. IPB. Bogor Rostiana, Otih ef.al. 1991. Jenis-Jenis Tanaman Jahe. Littro. Soeharjo, A dan Dahlan Patong. 1973. Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usahatani Kecil. , Departemen IImu-Iimu Sosial Ekonomi Pertanian. IPB. Bogor. | Soekartawi, ef.a/. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. UI. Pres. Jakarta, 86 Soekartawi. 1995. Linear Programming, Teori dan Aplikasinya Khususnya dalam Bidang Pertanian, Rajawali Pres. Jakarta. Soemarsono, Mahatva. 1997, Analisis Pendapatan dan Pemasaran Komoditi Jahe (Zingiber officinale) Sebagai Usaha Sampingan. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Taha, Hamdy. A. 1996. Riset Operasi Suatu Pengantar. Binarupa Aksara. Jakarta ‘Tjakrawiralaksana, Abas. 1987. Ilmu Usahatani. Departemen Sosial Ekonomi. IPB. Bogor. Yani, Nova. D, 1996. Analisis Keragaan Usahatani Jahe, Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. Yuningsih, Yuyun, 1999. Analisis Optimalisasi Pendapatan Usahatani pada Keragaman Jenis Usaha Petani Nenas. Skripsi, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. Lampiran 1. Volume Ekspor Jahe Indonesia Menurut Negara Tujuan Tahun 1997- 1999 No: | -— Negara‘Tujuan i = 1997 = 1999% 1. | Japan 3.042 621 651479 960 692 2. | Hongkong 4861765 2.078.596 602.769 3. | Korea 39711 48.000 11850 4. | Taiwan 3.840 0 60.400 5. | Thailand 401 503, 111 644 165 592 6. | Singapore 6.078 306 5.098 268 4.449 403, 7. | Phillipines 20175 110 419 51210 8 | Malaysia 9745 327 4.640 566 | 6771891 9. | Brunci Darussalam 94 000 126 060 L954 10. | India 21.600 82777 171 950 11, | Pakistan 2.301 999 11772018 13 834715 12. | Afghanistan 24 500 oO 0 13. | Saudi Arabia 2.990 320 3397690 3.334726 44. | Kuwait 189 000 220 000 105 006 15. | UAE 4.273 340 4.373 072 3.878 795 16. | Qatar 20 500 0 0 17, | Babrain 122.000 57200 144.100 18. | USA 107 730 33 923 T7285 19. | Argentina 25.000 0 0 20. | United Kingdom 82.903 24.000 57827 21. | France 74 620 58 150 18 100 22. | Spain 2.508 0 0 23, | Australia 3353, 0 400 24, | Canada 35787 40 306 0 25, | Netherlands 1000 2.250 51001 26, | Bangladesh 0 287 793 3.334.003 27. | Oman 0 25000 0 28, | Congo 0 3.000 0 29. | Ukraine oO 73 000 24.750 30. | Nigeria 0 0 22.620 31. | Comoros 0 0 758 32, | American Samoa 0 0 25.000 33. | Mexico 0 0 941 34. | Antigua and Barbuda 0 0 3768 38. | Germany 0 0 41235 36. | Belgium 0 0 25392 37. | Sweden 0 0 33.000 38. | Bulgaria 0 0 25.000 39, | Denmark 0 0 1 40. | Maldives 0 ° 686 41,_| Syria Arab Republik 0 0 8 Total 34 563 408 33315 211 38 298 958 Sumber : Biro Pusat Statistik, 1999 Keterangan : * Januari-Oktober 1999 Lampiran 2. Ekspor Jahe Indonesia dalam Berbagai Kemasan Tahun 1994-1999 : Jahe Segar Jahe Kering Jahe Lainnya Jumilah Total Tahun |~ Volume Nila | Volume | Nilai | Volume | Nilai Volume Nilai (kg) (US $) (kg) (US 8) (kg) US $) (kg) (US $) 1994 | 42 122701 | 13 916 080| 257968| 135983] 867681| 434330| 43 248350 | 14 486 393 1995 | 39404929) 13715228| 1i1is| 9140] 208494) 193 789) 39624541 | 13918 157 1996, 43 106 151| 18 605 479 - -| 1054241) 1151913) 44160392} 19757392 1997 | 31930350! 15016 835 - -| 2733058] 2944719) 34563408 | 17961554 1998 | 32807661] 9286161 : -| 507550] 554023] 33315211] 9840184 1999* | 36 643 007 | 10 746 827 = - | 1855951} 1675 512| 38298958 | 12 422339 Keterangan Sumber : Biro Pusat Statistik, 1999 * Januari-Oktober 1999 Lampiran 3. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Jahe Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan Tahun 1994-1999 Tahun Luas Areal (ha) Produksi (ton) PR PBN PBS | Jumlah PR PBN PBS Jumlah 1994 10879 0 5 | 10884 75 936 0 35 | 75991 1995 12.251 0 5 | 12256 82 628 0 3 | 82631 1996 14.032 0 5 | 14037 80 468 0 3 | 80471 1997 14.440 0 o | 14440 71572 0 0 | 77972 1998* 14378 0 o | 14378 77500 0 0 | 77500 ig99%* | __ 14.400 0 o | 14400 71515 0 o | 7515 Sumber :Direltorat Jenderal Perkebunan, 1998: — Keteranga: PR = Perkebunan Rakyat PBI erkebunan Besar Negara PBS = Perkebunan Besar Swasta + Sementara ++ Estimasi 6 90 Lampiran 4. Luas Areal dan Produksi Jahe Indonesia Menurut Propinsi Tahun 1998 1 | D1 Aceh’ . 7.950 2 | Sumatera Utara 1929 13.416 20.947 27.029 3 | Sumatera Barat 414 2.858 1285 1.658 4 | Riaw 2 0.014 1 0,000 5 | Jambi 0 0.000 0 0.000 6 | Sumatera Selatan 116 0.807 843 1.087 7 | Bengkulu su 3.544 4011 5.175 8 | Lampung 1810 12.589 9139 11.793 9 | DK IJakarta 0 0.000 0 0,000 10 | Jawa Barat 1838 12.784 5789 7410 11 | Jawa Tengah 1469 10.217 2.326 3.001 12 | DI Yogyakarta 0 0.000 0 0,000 13° | Jawa Timur 24171 15,099 23515 30.341 14 | Bali 289 2.010 2.636 3.401 15 _ | Nusa Tenggara Barat 0 0.000 0 0.000 16 | Nusa Tenggara Timur ° 0.000 0 0.000 17 | Timor - Timur 0 0.000 0 0.000 18 | Kalimantan Barat 0 0.000 0 0.000 19 | Kalimantan Tengah 45 0.313 52 0.067 20 | Kalimantan Selatan 381 2.650 246 0.317 21. | Kalimantan Timur 165 1.148 391 0.505 22 | Sulawesi Utara 0 0.000 0 0.000 23 | Sulawesi Tengah 5 0.035 7 0.001 24 | Sulawesi Selatan 475 3.304 is 0.196 25 | Sulawesi Tenggara 0 0.000 0 0.000 26 | Maluku 0 0.000 0 0.000 27_| Irian Jaya 0 0,000 0 0.000, Total 14378 100.000 77500 160,000 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 1998 2 Lampiran 5. Luas Areal dan Produksi Jahe Jawa Timur Tahun 1997 : - Produksi No. = Kabupaten rata = (kg/ha) * T | Pacitan 113 330) «(2.946.430 2 | Mojokerto 152 1459 | 9 598.680 3 | Ponorogo 230 621 || 2.700.000 4 | Trenggalek 60 436 7 266.670 5 | Tulungagung, 32 303 || 9.468.750 6 | Blitar 38 15 |) 3.026.320 7 | Kediri 9 16 8 444.440 8 | Malang 705 12.982 18 414.180 9 | Lumajang 20 2 1 100,000 10 | Banyuwangi 36 9 |) 3.305.560 11 | Bondowoso 6 4 2.333.330 12 | Probotinggo 386 5409 |, 14012950 13. | Pasuruan 25 520 20 800,000 14 | Sidoarjo 4 15 3.750.000 15. | Jombang 46 368 8.000.000 16 | Nganjuk 20 101 5050,000 17) Madiun 42 100 2.380.950 18 | Magetan 33 46 1 393.940 19 | Ngawi 19 86 4.526.320 20 | Bojonegoro B 26 2.000.000 21 | Tuban 2 195 2.378.050 22 | Lamongan 2 38 3 166.670 23 | Gresik 3 un 3 666.670 24 | Pamekasa 2 m | 3227270 25 | Sumenep 66 37 8.636.400 Total 2178 23520 10 823.750 ‘Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 1998 92 10 | Lawang - - - - - 4 - - 11 | Tumpang -| 95] 86] 88 -| 1502] 1355) 1385 12. | Poncokusumo 176| 201] 190} 183| 2953] 3166] 2993] 2882 13. | Pakis -| 30, 30] 60 ~| 465} 465 | 909 14 | Jabung : - -| 35 - - ~| 543 15 | Bululawang - : - - - + - - 16 | Gondanglegi : : - - - + : - 17 | Wajak 225) 153} 153] 295) 3521] 2395] 2394) 4381 18 | Tajinan 250| 58} 58] 54] 4588] 1064| 1064} 986 19 | Turen - - - - - : - - 20 } Dampit 15{ 15] 15} 20] 21} 222) 222] 296 21 | Ampetgading - - - - - + - - 22 | Tirtoyudo - 3 5 4 - 86] 86 69 23 | Sumbermanjing Wt | 18 7] 7) 8| 329] 128 | 128) 140 24 | Kepanjen - - - 5 - ’ - 5 25 | Pakisaji - - - - - + - - 26 | Sumbespucung - - - : - - - - 27 | Kromengan - - - - - + - : 28 | Ngajum -| 1} 10) 15 -| 14g] 149] 223 29 | Wonosari - - - - - : - - 30 | Wagir - - - - - : : - 31 | Pagak - - - - - + : - 32 | Kalipare - - - - + - - 33 | Bantur - - - - : - - 34. | Donomulyo 4 8 s| so] 203) 116) 116] 738 35_| Gedangan 2 77 9 25| _173| _90| 117 Total ry 631} 618] 902] 12695] 10152 | 9756 | 13 941 ‘Sumber - Dinas Perkcbunan Malang, 1999 Lampiran 7. Peta Wilayah Desa Tajinan 93 Dose Ngingtt Keo. Tumpang bess Gunungzert sruoro PROSES PERENCANNAN rts? QURUSAN TPLINOLOGE TTX HALAKG DeSA TAJINAK KECRMATAN TRJIMAN KAOUPATEN TK.IT ALANS PETA 4 KILAVAH ADMENISTRNSE nda Kanter doze Bates kocanatan Balas dose Bates dusun MESA TAAEHAN oe 4 Lampiran 8. Perhitungan Pendapatan Usahatani Jahe Menurut Luas Lahan Garapan per Hektar di Desa Tajinan Tahun 1999-2000 PENERIMAAN - Jahe - Tanaman sela Total BIAYA Biaya Variabel - Bibit eJahe ‘Tanaman sela Pupuk Urea °ZA “TSP KCl ‘* Kandang ~ SewaTenaga kerja Biaya Tetap = Sewa Lahan ~ Pajak - Penyusutan ~ Bunga modal kredit ‘Total PENDAPATAN BERSIA. Nilai tenaga kerja keluarga PENDAPATAN SETELAH DIKURANGI TENAGA KERJA KELUARGA 7787 850.000 6 381 761.000 14 169 611.000 1312 850.000 162 500.000 622. 000.000 441 000.000 590 800.000 354.000.000 1037 712.000 1 968 000.000 1500 000.000 35 000.000 91 324.000 NS 375.570 8 830 561.570 5 339.049.430 2.502 292.500 2.836 756.930 11 995 754.000 5.905 562.000 17901 316.000 1.935 339.000 220 458.000 637 000.000 421 200.000 350 000.000 414 000.000 852 564.000 2.811 750.000 1500 000.000 35,000,000 146 346.000 868 755.821 10 192 412.820 7708 903.179 1752 540.000 5 956 363.179 Lampiran 9. Perhitungan Pendapatan Usahatani Jahe Petani Lahan Sempit Menurut Pola Tanam per Luas Lahan Tajinan Tahun 1999-2000 Garapan di Desa 7 tem Tahe + Cabe | Jahe-+ Gabe, | Jahe + Cabe, | Jahe* Cabe, | Jahe + Cabe, | Jahe + Cabo [ Jahet Cabe, | Jahe + Cabe, Talas, Ce Talas Ketela | Talas, Ketela | Tatas, Buncis | Ketela, Jagung | Ketela, Buncis | Ketela, Jagung [PENERIMAAN Jah 3.133 440.000] 4 608 000.000] 2 918 400.000| 2 792 217.600] 4 608,000,000} 2 304.000.000] 1 382 400.000) 1. 843 200.000] * Cabe rawit 2280 960.000 362 880.000] 1 728 000.000] 2.476 369.000] 796 262.400| 1 382.054.400] 933.120.0001. 036 800.000} * Talas 384 006.000] 183 680,000] 768 000.000] 230 400,000] * Ketela pohon 117 760,000] 217 600.000] 499.200,000| 296 640,000] 384 000,000) + Jagung, 336 000.009] 67 200.000) * Buncis 92 160,000] 139 161,600] Total Penerimaan | § 414 400.000] 5 354 880.000] 4 764 160,000] 5 670 066.600| 6 264 427.400] 4 521254.400| 2 751321.600| 3 561 600.000] /BIAYA Biaya Variabel IBibit H Jahe 698 880,000 940 800.000} 340 480.000) 470 973.600] 537 600.000] 268.800.000| 322 560,000] 430 080,000 p+ Cabe rawit 8.294.400] 103 680,000] 24 192,000] 19699.200] 4.147.200] 10 368,000)_—_‘11. 404.800] 8 294,400] } Talas 100 000.000} 29 136.0001 76 800,000] 23 040.000] #* Ketela potion 420.160) 1 289,760) 1.782.720 1059,360] 1370,880| > Jagung 20 736.000} } Buncis 5.280.000] 69 465.600 15 840.000 /Pupuk * Urea 384 000.000] 384 000,000] 166 400.000 304 768,000] 153 600.000} 62 208.000] 134 400.000 153 600,000] + ZA 138 240.000] 172 800.000] 138 240,000] 192,499,200} 276 480.000] 172 800.000, 79 488.000 138 240.000] * TSP 215 523.840] 549 444,000] *Kcl 17 280,000] 153 792.000} 130 467.000] 17 280.000] * Kandang 46 080,000] 460 800.000] 199 680.000 378 557.337| 460 800.000| 307 201.536] 322 560.000] 368 640.000] |Sewa Tenaga Kerja | 2 433 024.000] 1 067 238,000] 595 632.960 609.071,040| $99.617.500| 654 120.000) 728 062.500] 595 092.000] Biaya Tetap - Penyasutan 35:068.416|~~-35 068416|— 35-068.416| 35 068.416]. 35 068.416]. 35.068.416) . -35.068.416| 35.068.416) Sewa Laban 576 000.000} 576 000,000, $76 000.000) $76 000.000] $76 000.000] 576 000.000] 576 000.000} 576 000.000] IPajak 13 440.000] 13 440.000] 13 440,000] 13 440,000] 13 440.000} 13 440,000] _13 440,000 13 440.000] Bunga modal kredit] 387.072.000] 353 966.174] 166 903.121] 262 480.931) 306 468.132 _ 175 481.698) 184 502.123] 195 678.178| ‘Total Biaya 4720 098,816| 4 225 072.590| 2.256 456.657} 3 262 299.324] 3 725 212.248] 2346 735.970] 2.441.665.1992. 559 279.874 IPENDAPATAN | 694 301.184] 1129 807.410] 2507 703.343) 2.407 767.276| 2.539 210.152] 2.174518.430] 309 656.401] 1 002.320.126| BERSIB. 6 Lampiran 10. Perhitungan Pendapatan ‘Usahatani Jahe Petani Lahan Luas Menurut Pola Tanam per Luas Lahan Garapan di Desa Tajinan Tahun 1999-2000 Trem | Tahe # C: [Saket Cabe; | Tahe(F Gabe,” [Jahe(f(Cabe, Talas] “Jalie + Cabey NA i Ketela: falas, Ketela’ | Talas;Jagung ||| Ketela,Jagung _ | Ketela, Jagung, Buncis | [PENERIMAAN P Tahe 15795 300.000|38 421 000.000] 17 645 057.700] 5 855 360.400] _6 830 400.000 13 660 800.000 * Cabe rawit 5.090 782.500 1722221,325| 4 387678.200| 11 526 300.000] 6 147 360,000] * Talas 853 800,000] 3979 419.500] 1 016 022.000) 284 600.000 2.276 800.000} + Ketela pohon 2.205 650.000] 1 760.025.000 853 800,000 1 138 400.000 * Jagang, 3.961 987.750] 336 105.750] 373 537.500 1992 200,000} + Buncis 4.098 240,000| ‘Total Penerimaan 23 091 732.500| 43 236 787.750| 25 106 723.530| 11 615 166.350] 19 868 637.500 29 313 800.000] |BIAYA Biaya Variabel Bibi P Jahe 2.440 445,000] 11 739 750,000} 2838 885,000| 1 137546.200] 2 490 250.000} 3.486 350,000 I* Cabe rawit 86 447,250) 72,999,900] 43 992.045 11 526,300] 61 473.600] H+ Talas 85.380,000[ 397.941.950] 101 602.200) 28 460,000) 227 680.000| * Ketela pohon 7 876.305 8 942.665} 3.048.777] 4.062.665 + Fagung 57 631,500| 21 899.970] 26 849.700] 153 684,000 + Buncis 156 530.000 |Pupuk P+ Urea 1.423.000,000| 924 950.000] 1043 414.750] 610 467.000 426 900,000 1 138 400,000 ZA 896 490,000] $71 064.130] 512 280.000] 256 140.000) 1.024 360.000 * TSP 765.044.644| 398 440.000 840 708.400| KEL 213 450,000] 640 350.000] 915 700.500 503 742,000] * Kandang 1 686 255,000| 1 343.764.400} 1 $22607.154] 487 878.396) 683 040,000 2.049 120,000] iSewa Tenaga Kerja 4 504 725.000| 6 853072,500| 3 733 567.500| 2368 755.000] 1 372. 862.500] 4893 819.075| LBiaya Tetap [Penyusutan -208-250,358)...208.250,358}... 208 250.358]. 208.250.358] 208 250.358 208 250.358} ‘Sewa Lahan 2.134 500.000] 2 134 500.000] 2 134500,000| 2 134500,000| 2.134 500.000] 2134 500.000] Pajake 49 850,000] 49850,000} 49.850.000]_49.850.000] 49 850.000} 49 850,000} [Bunga modal kredit 1275 883.340] 1 760 661.458] 1199276.324| 690 946.375 671 126.151 1.620 436.661 ‘Total Biaya 14927 174,200|27 134 268,990] 14 120 955.600] 8771 388.044] 8 562 803.786| 18 553 166.760] |PENDAPATAN BERSIE. 8 164 558.250|16 102 518.760] 10 985 767,920, 2843778.306| _ 11 305 833.710) 10 760 633.240 97 Lampiran 11, Harga Penjualan Rata-Rata Komoditi Perkebunar/Pertanian dan Harga Pembelian Input Produksi di Tingkat Petani di Desa Tajinan Tahun 2000 Komoditi Satuan Harga (Rp) _ Jahe Kg /1200,000 Cabe rawit Kg 2 700,000 Talas Kg | 1.000.000 Ketela Pohon Kg 175,000 Jagung Kg 875,000 Buncis Kg 1 200.000 Bibit Jahe Kg 1.400.000 Benih Cabe Kg 2.700.000 Bibit Talas Batang 50.000 Bibit Ketela Pohon Stek 2.500 Benih Jagung Kg 2.700.000 Benih Buncis Kg 6 875.000 Pupuk Urea Kg 1.000.000 Pupuk ZA Kg 900.000 Pupuk TSP Kg 1 400,000 Pupuk KCI Kg 1 500,000 Pupuk Kandang Kg 12.000 Tenaga Kerja HOK 7,500,000 98 a Kg ‘tas penjualan jahe Q Kg itas penjualan cabe rawit Q@3 Kg itas penjualan talas Q4 Kg itas penjualan ketela pohon Qs Kg Aktivitas penjualan jagung a6 Kg Aktivitas penjualan buncis Bl Kg Aktivitas pembelian bibit jahe B2 Kg Aktivitas pembelian benih cabe rawit B3 Kg Aktivitas pembelian bibit talas B4 Kg Aktivitas pembelian bibit ketela pohon BS Kg Aktivitas pembelian benih jagung B6 Kg Aktivitas pembelian benih buncis PI Kg Aktivitas pembelian pupuk Urea p2 Kg Aktivitas pembelian pupuk ZA P3 Kg Aktivitas pembelian pupuk TSP PA Kg itas pembelian pupuk KC] PS Kg itas pembelian pupuk kandang Ll Ha itas produksi jahe L2 Ha Aktivitas produksi cabe rawit 13 Ha Aktivitas produksitalas | 4 Ha ‘Aktivitas produksi ketela pohon Ls Ha ‘Aktivitas produksi jagung L6 Ha Aktivitas produksi buncis M Rp Aktivitas pengambilan kredit Lampiran 13. Beberapa Kendala yang Dipertimbangkan dalam Model, 99 Kendala | Satuan Keterangan Cl Tia) Kendala Tas laban yang tersedia untuk tanajoan jahe c2 Ha __| Kendala luas lahan yang tersedia untuk tanaman sela C3 Kg __ | Kendala transfer pembelian bibit jahe c4 Kg __| Kendala transfer pembelian benih cabe rawit cs Kg _| Kendala transfer pembelian bibit talas C6 Kg __ | Kendala transfer pembelian ketela pohon c7 Kg __| Kendala transfer pembelian benihjagung cs Kg __| Kendala transfer pembelian benih buncis 9 Kg _| Kendala transfer pembelian pupuk urea clo Kg _| Kendala transfer pembelian pupuk ZA cu Kg _| Kendala transfer pembelian pupuk TSP ci2 Kg _| Kendala transfer pembelian pupuk KCI 13 Kg _| Kendala transfer pembelian pupuk kandang cia Kg __ | Kendala penyewaan tenaga kerja cis Kg __ | Kendala transfer penjualan jahe cl6 Kg __| Kendala transfer penjuaian cabe rawit C17 Kg __| Kendala transfer penjualan talas c18 Kg _| Kendala transfer penjualan ketela pohon ci9 Kg _| Kendala transfer penjualan jagung C20 Kg _| Kendala transfer penjualan bunois 21 Rp __ | Kendala ketersediaan modal kredit c22 Rp___| Kendala ketersediaan modal sendiri 100 Lampiran 14, Model Optimalisasi Usahatani Jahe Petani Lahan Sempit di Desa Tajinan Tahun 1999-2000 Max. Z= 1200Q1 +2700Q2 + 1000Q3 + 175Q4 + 875Q5 + 1200Q6 - 1400B1- 2700B2 - 50B3 - 2.5B4 - 2700B5 - 6875B6 - 1000P1 - 900P2- 1400P3 - 1500P4 - 12P5 - 7500T - 822984L1 - 803340L2 - 80334013 - 803340L4 - 803340L5 - 803340L6 - 0.105M Subject to ch LI <= 0.384 c2 L2+L3 +L4+L5 +16 <= 0.384 c3 -B1 + 937.75L1 <=0 c4 -B2+20.5L2 <=0 C5 -B3+3658L3. <=0 C6 -B4+1107L4 <=0 c7 -B5+43,5L5 <=0 C8 = -B6+4.67L6 <=0 CO --P1+ 292.3413 + 205.2612 + 68.42L3 + 24.88L4 + 18.66L5 + 12.4416 <= 0 C10 -P2 + 230.3L1 + 161.7L2 + 53.9L3 + 19.6L4 + 14.75 + 9.8L6 <=0 Cll -P3 + 198.34L1 + 139.26L2 + 46.42L3 + 16.88L4 + 12.66L5 + 8. 44L6 0 C12 -P4+110.92L] + 77.88L2 + 25.96L3 + 9.44L4 + 7.08L5 + 4.72L6 <=0 C13. -P5 + 40643.72L1 + 28537.08L2 + 9512.36L3 + 3459.04L4 + 2594.28L5 + 1729.52L6 <=0 | C14 -T+228,882L1 + 321.63L.2 + 67.107L3 +31.164L4 + 26.297L5 + 28.19L6 <= 561.6 C15 QL- 6489.875L1 <=0 C16 = Q2- 2011.938L2 0 C17 Q3-1829.375L3_ <= 0 C18 Q4-4471.1818L4 <= 0 C19 Q5- 600L5 0 C20 = Q6 - 268L6 =0 C21 M<=3686400 22 1400B1 + 2700B2 + 50B3 + 2.5B4 + 2700B5 + 6875B6 + 1000P1+ 900P2+ 1400P3 + 1500P4 + 12P5 + 7500T + 822984L1 + 803340L2 + 803340L3 + 803340L4 + 803340L5 + 8033406 - M<= 500000 101 Lampiran 15. Hasil Optimalisasi Usahatani Jahe Petani Lahan Sempit di Desa Tajinan Tahun 1999-2000 Z =2824557.973 Variable Value Reduced Cost a 2492.12 0.000 Q@ 772.584 0.000 @ 0.000 0.000 Q 0.000 0.000 Qs 0,000 0.000 a6 0.000 0.000 Bl 360.096 0.000 B2 1872 0,000 B3 0.000 55.250 Ba 0.000 2.763 BS 0.000 2983.500 B6 0.000 7596.875 Pl 191.078 0,000 P2 150,528 0.000 P3 129.638 0.000 P4 72.499 0.000 PS 26565.427 0.000 T 0.000 8287.500 Li 0.384 0.000 L2 0.384 0,000 L3 0.000 ——-2801331.883 4 0.000 —-3612679.715 LS 0.000 —-3836483.622 16 0.000 4006230.714 M 1585478.502 0.000 Shadow Price cl 0,000 3846066.773 C2 0,000 3372834.199 C3 0.000 1547.000 C4 0.000 2983.500 cs 0.000 0.000 C6 0.000 0.000 C7 0.000 0.000 cs 0,000 0,000 co 0.000 1105.000 102 C10 0.000 994.500 cil 0,000 1547.000 C12 0,000 1657.500 C13 0.000 13.260 ci4 350.203 0.000 Cis 0.000 1200.000 C16 0.060 2700.000 C17 0.000 1000.000 C18 0.000 175.000 clo 0.000 875.000 C20 0.000 1200.000 C21 ~—-2100921.498 0.000 C22 0,000 0.105 Lower Current Upper Allowable! Allowable Variables Limit Values Limit Increase, Decrease Qi 607.374 1200.000 No limit No limit 592.626 Q2 1307.645 2700.000 No limit No limit 1392.355 Q@ 0,000 1000,000 2531.305 1531,305 1000.000 4 0.000 175.000 982.992 807.992 175,000 Qs 0,000 875.000 7269.139 6394,139 875.000 Q6 0.000 1200,000 —16148.622 14948.622 1200.000 BL ~5501,378 -1400.000 147.000 1647.000! 4101.378 B2 -139350.336 -2700.000 283.500 2983.500; 136650.336 B3 No limit 50.000 5,250 55.250, No limit B4 No limit -2.500 0.263 2.763 No limit BS No limit. -2700.000 283.500 2983.500) No limit B6 No limit -6875.000 721.875 7596875 No limit Pl ~14156.143 -1000,000 105,000 1105.000° 13156.143 P2 -17600.247 -900,000 94.500 994.500) 16700.247 P3 ~20791.282 -1400.000 147.000 1547.000 19391.282, P4 -36174,241 -1500.000 157.500 1657.500: 34674.241 PS -106.629 -12.000 1.260 13.260: 94.629 T No limit -7500.000 787.500 287.500) No limit Li ~4669050.773 -822984.000 No limit No limit) 3846066.773 L2 -3604671,883 -803349.000 No limit Nolimit' 2801331.883 L3 No limit -803340.000 1997991.883 2801331.883| No limit L4 No limit -803340.000 2809339.715 3612679.715| No limit LS No limit -803340.000 3033143.622 3836483. 622, No limit Lo No limit -803340.000 3202890.714 4006230.714 No limit M 1,183 ~0.105 0.000 0.105 1.078 103 Right Hand Side Ranges Lower Current Upper Allowable Allowable Constraints Limit Values Limit Increase ‘Decrease cl 0.000 0.384 0.973 0.589 0.384 c2 0.000 0.384 1473 1,089 0.384 C3 -1500,658 0.000 360,096 360,096 —‘1500.658 C4 -TT8,119 0.000 7872 7812 778.119 cs 0.000 0.000 No limit No limit 0.000 co 0.000 0.000 No limit No limit 0,000 c7 0,000 0.000 No limit No limit 0.000 cs 0.000 0.000 No limit No limit 0.000 co -2100.921 0.000 —-191.078 191.078 —-2100.921 C10 -2334,357 0.000 «150.528 150.528 ©: 2334.357 cll -1500.658 0,000 129.638 129.638 1500.658 c12 -1400.614 0.000 72.499 72.499 1400.614 C13. -175076.791 0.000 26565.427 26565.427 —175076.791 ci4 211.397 561,600 No limit No limit 350.203 cis -2492,112 0,000 ~—-Nollimit No limit 2492.12 C16 -772.584 0.000 No limit No limit 772.584 C17 0.000 0.000 No limit No limit 0,000 C18 0.000 0.000 No limit No limit, 0.000 cis 0,000 0.000 No limit No limit 0,000 C20 0.000 0.000 No limit No limit 0,000 C21 —-1585478.502 3686400,000 No limit No limit 2100921.498 C22 -1600921.498 500000,000 2085478.502 1585478.502 2100921.498 104 Lampiran 16. Model Optimalisasi Usahatani Jahe Petani Lahan Luas di Desa Tajinan Tahun 1999-2000 Max. Z= 1200Q1 + 2700Q2 + 1000Q3 + 175Q4 + 875Q5 + 1200Q6 - 1400B1 - 2700B2 - 50B3 - 2.5B4 - 2700B5 - 6875B6 - 1000P1 - 900P2 - 1400P3 - 1500P4 - 12P5 - 7500T - 871548L1 - 809798L2 - 809798L3 - 809798LA4 - 809798L5 - 809798L6 - 0.105M Subject to cl C2 C3 C4 cs cé C7 ck co C10 cil C12 C13 Cl4 Cis C16 Ci7 cis C19 C20 C21 C22 L1<= 1.423 L2+L3 +L4+L5 +16 <= 1423 -BI + 1382L1 <=0 B2+15L2 <0 -B3 + 3091L3 <=0 -B4 + 1702L4.<=0 -B5+38L5 <=0 -B6+16L6 <=0 -P1 + 350.3511 + 95,55L2 +44,59L3 + 31.85L4+3185L5 + 82.81L6 <=0 -P2 + 257.4L1 + 70.2L2 + 32.7L3 + 23.4L4 + 23.4L5 + 60.8L6 <=0 -P3 + 137.5L1 +37.5L2 + 17.5L3 + 12,5L4 + 12.5L5 + 32.5L6 <=0 -P4+ 151.81 + 41.412 + 19.313 + 13.814 + 13.8L5 + 35.8L6 <0 -P5 + 39075.8L1 + 10657.05L2 + 4973.29L3 + 3552.35L4 + 3552.35L5 + 9236.11L6 <0 -T +390.1L1] + 284.69L2 + 71.5L3 + 25.9L4 +56,9L5+77.5L6 <= 561.6 QI -9996.462L1 <=0 Q2-12042 <=0 Q3-1545L3 <=0 Q4 - 6809L4 0 Q5-1342L5 <=0 Q6-2400L6 <+0 M <= 13660800 1400B1 + 2700B2 + 50B3 + 2.5B4 + 2700B5 + 6875B6 + 1000P1 + 900P2 + 1400P3 + 1500P4 + 12P5 + 7500T + 871548L1 + 809798L2+ 80979813 + 809798L4 + 809798L5 + 809798L6 - M <= 1500000 105, * Lampiran 17. Hasil Optimalisasi Usahatani Jahe Petani Lahan Luas di Desa Tajinan Tahun 1999-2000 Z =11746726.682 Qu 14224.965 0,000 Qa 0.000 0.000 @ 0.000 0.000 a4 0.000 0,000 Qs 0.000 0.000 6 3415.200 0.000 BI 1966.586 0.000 B2 0.000 2983.500 B3 0.000 55.250 B4 0.000 2.763 BS 0.000 2983,500 B6 22.768 0,000 Pi 616.387 0.000 P2 452.799 0,000 P3 241.910 0.000 P4 266.955 0.000 PS 68747.848 0.000 T 103.795 0.000 Li 1.423 0.000 12 0.000 ——-1284021.789 3 0.000 986467.707 1A 0.000 902963.242 Ls 0.000 ——-1177200.742 L6 1.423 0,000 M 7168752.787 0.000 cl 0.000 4036198.952 c2 0.000 837284.491 C3 0.000 1547.000 C4 0.000 0.c00 cS 0.000 0.000 C6 0.000 0.000 C7 0.000 0.000 C8 0,000 7596.875 co 9.000 1105.000 106 clo 0,000 994.500 cll 0.000 1547.000 ci2 0.000 1657.500 C13 0.000 13.260 cl4 0.000 287.500 cis 0.000 1200.000 C6 0.000 2700.000 C17 0,000 1000.000 C18. 0.000 175.000 c19 0.000 875.000 C20 0.000 1200,000 C21 6492047213 0.000 C22 0.000 0.105 Lower Current Upper Allowable Allowable Variables Limit Values Limit Increase ‘Decrease 796.237 1200.000 No limit No limit 403.763 0,000 2700.000 3766.463 1066.463 2700.000 0.000 1000.000 1638.490 638.490 000.000 0.000 175.000 307.613 132.613, 175.000 0.000 875.000 1752.199 877.199 875.000 851.131 1200.000 No limit No limit 348.869 Bl -4320.549 -1400.000 147.000 1547.000 2920.549 B2 No limit -2700.000 283.500 2983.500 No limit B3 No limit 50.000 5.250 55.250 No limit B4 No limit 2.500 0.263 2.763 No limit BS No limit -2700.000 283.500 2983.500 No limit B6 ~59205.281 -6875.000 721.875 7596.875 52330.281 Pl -11110.897 -1000.000 105.000 1105.000 10110.897 p2 -14671.127 ~900.000 94,500 994.500 377.127 P3 -27162.567 -1400.000 147.000 1547.000 25762.567 P4 -24887.835 -1500.000 157.500 1657.500 23387.835 PS -102.653 ~12.000 1.260 13.260 90.653 T -17846.575 -7500.000 -1302.685 6197.315 10346.575 LL -4907746.952 -871548.000 No limit No limit 4036198,952 Lz No limit -809798.000 474223.789 1284021.789 No limit 13 No limit -809798.000 176669.707 986467.707 No limit L4 No limit -809798.000 93165.242 902963.242 No limit LS No limit -809798.000 367402.742 1177200.742 No limit L6 -1647082.491 — -809798.000 No limit No limit 837284.491 M -0.558 -0.105 0.000 0.105 0.453 107 Right Hand Side Ranges Lower Current Upper Allowable Allowable Constraints Limit Values Limit Increase Decrease cl 1.157 1.423 2,324 0.901 0.266 C2 0,084 1.423 4.935, 3.512 1.339 C3 -4637.177 0.000 1966.586 1966.586 4637.177 C4 0.000 0,000 No limit No limit 0.000 cs 0.000 0.000 No limit No limit 0.000 C6 0.000 0.000 No limit No limit 0,000 C7 0.000 0.000 No limit No limit 0.000 C8 -944,.298 0.000 22.768 22.768 944.298 co -6492.047 0.000 616.387 616.387 6492.047 clo -7213.386 0.000 452.799 452.799 7213.386 cll -4637.177 0.000 241.910 241.910 4637.177 C12 ~4328.031 0.000 266.955 266.955 4328.031 C13 -541003.934 0.000 68747.848 68747.848 541003,934 cl4 -304.006 561.600 665.395 103.795 865.606 cis -14224.965 0,000 No limit No limit 14224.965.- C16 0.000 0,000 ‘No limit No limit 0.000 Cl7 0.000 0.000 No limit No limit 0.000 C18. 0.000 0,000 No limit No limit 0.000 C19 0.000 0.000 No limit No limit 0.000 20 -3415,200 0.000 No limit No limit 3.415.200 C21 7168752.787 13660800.000 No limit No limit 6492047.213 €22 —_-4992047.213 1500000.000 8668752.787 7168752.787 6492047.213

Das könnte Ihnen auch gefallen