Sie sind auf Seite 1von 10

JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIA HUSADA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN


KEJADIAN KECACINGAN PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK
IBNU HUSAIN SURABAYA

Correlation between Mother Knowledge and Personal Hygiene with Helminthiasis among
Students in Ibnu Husain Kindergarten Surabaya

Ratna Kumala1, Ririh Yudhastuti2


Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga Surabaya

ABSTRACT

Helminthiasis is an environmental diasease and become a public health problem. Incidence is


generally higher in densely populated areas with poor sanitation. Objective of this research
was to analyze correlation between mother knowledge and personal hygiene with helminthiasis
incidence among students in Ibnu Husain Kindergarten Surabaya. This research was
observational with cross sectional design study. This research samples were 24 students of Ibnu
Husain Kindergarten Surabaya and theirs mother. Primary data were collected by interview
and laboratory test. Data was analyze by using coefficient Phi test to determine the correlation
between variables. The result showed that 91,7% mother has enough knowledge about
helminthiasis problem in children. 79,2% respondents have less of hand washing, 79,2%
respondents cut nails once a week, 75% respondents used play on the ground and 54,2%
respondents have used footwear habit. The laboratory result showed that 16,7% kindergarten
student were positive with egg. At 79.2% of respondents have the habit of washing hands is
less, at 79.2% of respondents have the habit to cut the nails once a week, for 75% of respondents
have a habit of playing on the ground and of 45.8% of respondents have the habit of wearing
footwear that is lacking. Genesis worm disease in 16.7% of respondents. There were strong
enough correlation between cut nails (r=0,321), palying on the ground (r=0,258), and using
footwear habit (r=0,486) with helminthiasis incidence among students in Ibnu Husain
Kindergarten Surabaya. It is suggested that the teachers should provide additional learning
materials related to behavioral health and hygiene among students especially helminthiasis
infection prevention behaviors.
Key words: helminthiasis, mother knowledge, personal hygiene

73
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 05/NOMOR 02/OKTOBER 2016

ABSTRAK

Infeksi cacingan merupakan penyakit berbasis lingkungan yang masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Kejadian umumnya tinggi pada daerah dengan kepadatan penduduk
yang tinggi dengan sanitasi yang buruk. Penelitian bertujuan untuk menganalisis hubungan
antara pengetahuan ibu dan higiene perorangan dengan kejadian kecacingan pada murid Taman
Kanak-kanak Ibnu Husain Surabaya. Penelitian menggunakan metode observasional dengan
rancangan studi cross sectional. Sampel penelitian ini adalah murid dan ibu murid TK Ibnu
Husain Surabaya sebanyak 24 orang. Pengambilan data primer dengan metode wawancara dan
pemeriksaan laboratorium. Analisis data menggunakan uji korelasi phi untuk mengetahui kuat
hubungan antar variabel. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 91,7% ibu memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai masalah cacingan pada anak. Sebesar 79,2% responden
memiliki kebiasaan mencuci tangan yang kurang, sebesar 79,2% responden memiliki kebiasaan
memotong kuku seminggu sekali, sebesar 75% responden memiliki kebiasaan bermain di tanah
dan sebesar 45,8% responden memiliki kebiasaan memakai alas kaki yang kurang. Kejadian
kecacingan pada responden sebesar 16,7%. Terdapat 3 variabel yang memiliki kuat hubungan
cukup dengan kejadian kecacingan pada murid TK Ibnu Husain Surabaya antara lain kebiasaan
memotong kuku (r=0,321), kebiasaan bermain di tanah (r=0,258) dan kebiasaan memakai alas
kaki (r=0,486). Disarankan kepada pihak TK Ibnu Husain Surabaya untuk memberikan materi
belajar tambahan terkait perilaku hidup bersih dan sehat pada murid khususnya perilaku
pencegahan infeksi cacingan.
Kata kunci: kecacingan, pengetahuan ibu, higiene perorangan

PENDAHULUAN cambuk (Trichuris trichiura) dan cacing


Kecacingan merupakan infestasi satu atau tambang (Necator americanus dan
lebih cacing parasit usus yang terdiri dari Ancylostoma duodenale) (Kemenkes RI,
golongan nematoda usus (WHO, 2016). 2012). Cacing tersebut termasuk nematoda
Infeksi cacingan tersebar di seluruh dunia dan usus yang ditularkan melalui tanah atau Soil
paling sering terjadi di negara berkembang Transmitted Helminth (STH) karena cacing
dengan iklim tropis (Prasetyo, 2013). Hal golongan ini membutuhkan tanah untuk
tersebut disebabkan adanya faktor yang pematangan dari bentuk non-infektif menjadi
menunjang untuk hidup dan berkembangnya infektif (Natadisastra dan Ridad, 2009).
cacing seperti kondisi alam, iklim, suhu dan Cacing tersebut akan tinggal di usus dan
kelembapan (Natadisastra dan Ridad, 2009). mengeluarkan ribuan telur setiap harinya dan
Indonesia termasuk salah satu negara keluar bersama feses manusia. Di daerah yang
beriklim tropis dan prevalensi cacingan sanitasinya tidak memadai, telur tersebut
umumnya masih tinggi terutama pada dapat mencemari tanah (WHO, 2016).
golongan penduduk kurang mampu dengan Selain itu juga terdapat cacing kremi
sanitasi yang buruk (Kemenkes RI, 2012). (Enterobius vermicularis) yang sering
Rata-rata prevalensi cacingan di Indonesia menginfeksi anak-anak (Widodo, 2013).
mencapai lebih dari 28% dengan tingkat yang Cacing ini tidak termasuk dalam golongan
berbeda di tiap daerahnya (Agustina, 2015). nematoda usus yang ditularkan melalui tanah
Sementara sebelumnya Kementerian atau Non-Soil Transmitted Helminth.
Kesehatan pada tahun 2010 telah melakukan Penularan infeksi cacing kremi dapat terjadi
kebijakan opersional berupa kerjasama lintas karena tertelannya telur melalui tangan yang
program yang bertujuan untuk memutuskan terkontaminasi atau makanan (Ideham dan
rantai penularan dan menurunkan prevalensi Suhintam, 2007).
cacingan menjadi <20% pada tahun 2015 Infeksi cacingan dapat mengenai siapa saja
(Depkes RI, 2010). mulai dari bayi, balita, anak, remaja bahkan
Beberapa cacing usus yang sering orang dewasa, namun infeksi pada anak
ditemukan di Indonesia antara lain cacing sekolah adalah yang tertinggi dibandingkan
gelang (Ascaris lumbricoides), cacing golongan umur lainnya (Kemenkes RI, 2012).

74
Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Higiene Perorangan Dengan Kejadian ( | RATNA KUMALA

Tingginya angka cacingan pada anak usia berasal dari warga yang tinggal disekitarnya.
sekolah dikarenakan mereka sering bermain Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
atau kontak dengan tanah yang merupakan kuat hubungan antara pengetahuan ibu dan
tempat tumbuh dan berkembangnya cacing higiene perorangan (kebiasaan mencuci
perut (Rampengan, 2007). tangan, memotong kuku, bermain di tanah dan
Infeksi cacingan pada anak juga erat memakai alas kaki) dengan kejadian
kaitannya dengan higiene perorangan. Anak kecacingan pada murid TK Ibnu Husain
yang masih belum mengerti tentang higiene Surabaya.
perorangan akan lebih mudah terinfeksi
kecacingan (Zulkoni, 2011). Penelitian METODE PENELITIAN
Dwijayanti (2013) menunjukkan terdapat Penelitian menggunakan metode
hubungan antara kebiasaan memakai alas kaki observasinal non-eksperimental dengan
dan kebiasaan bermain di tanah dengan rancangan studi cross sectional. Populasi
kejadian kecacingan pada murid SDN Klesem penelitian ini adalah seluruh murid dan ibu
II Kecamatan Kebonagung Kabupaten murid TK Ibnu Husain Surabaya tahun ajaran
Pacitan. Penelitian Nuary (2011) 2015/2016. Sampel penelitian diambil sebesar
menunjukkan ada hubungan antara kebiasaan 24 orang yang terdiri dari 24 orang murid dan
mencuci tangan dan kebiasaan memotong 24 ibu murid yang memenuhi kriteria inklusi.
kuku dengan kejadian kecacingan pada siswa Variabel bebas yang diteliti antara lain
SDN Dinoyo 3 Kecamatan Lomokwaru Kota pengetahuan ibu dan kebersihan perorangan
Malang. yang meliputi kebiasaan mencuci tangan,
Anak-anak rawan terinfeksi cacingan memotong kuku, bermain di tanah dan
mengingat susahnya menjaga kebersihan memakai alas kaki. Variabel terikat adalah
perorangan mereka. Perilaku kebersihan anak kejadian kecacingan pada murid TK Ibnu
sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar Husain Surabaya.
termasuk orang tua dan keluarga yang Pengumpulan data primer dengan metode
mengasuhnya. Orang tua yang memiliki wawancara menggunakan kuesioner dan
persepsi perilaku kebersihan yang benar pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan
diharapkan mampu menjaga dan memelihara laboratorium untuk mengetahui status
kebersihan anaknya. Peran orang tua terutama kecacingan responden dengan melihat ada
ibu merupakan model atas tingkah laku bagi tidaknya telur cacing pada sampel feses
anak, termasuk dalam berperilaku hidup sehat responden. Pemeriksaan telur cacing
khususnya perilaku pencegahan penyakit menggunakan metode konsentrasi dengan
cacingan (Marlina dan Junus, 2012). larutan NaCl. Sampel feses diambil oleh ibu
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran orang responden dan dimasukkan kedalam pot
tua dalam memperhatikan kebersihan anak sampel yang telah disediakan oleh peneliti.
menyebabkan anak juga tidak memperhatikan Sampel dikirim dan diperiksa oleh
kebersihan dirinya sendiri (Wong, 2009). laboratorium terakreditasi di Surabaya.
Kelurahan Sidotopo merupakan salah satu Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari
Kelurahan di Kota Surabaya dengan komisi etik.
kepadatan penduduk yang tinggi dan tingkat Analisis dilakukan secara univariat untuk
sanitasi yang rendah. Akses penduduk di melihat distribusi frekuensi masing-masing
Kelurahan Sidotopo terhadap fasilitas sanitasi variabel dan secara bivariat untuk melihat
(jamban) yang layak masih sebesar 78,60% kuat hubungan antara variabel bebas dengan
(Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2015). variabel terikat. Kuat hubungan antar variabel
Mayoritas penduduk di Kelurahan Sidotopo dianalisis menggunakan uji statistik Koefisien
tingkat pendidikan terakhir adalah tamat SD. Phi.
Taman Kanak-kanak Ibnu Husain merupakan
salah satu Taman Kanak-kanak di Kelurahan HASIL PENELITIAN DAN
Sidotopo yang memiliki jumlah murid cukup PEMBAHASAN
banyak. Jumlah murid tahun ajaran 2015/2016 Berdasarkan hasil wawancara diketahui
sebanyak 73 murid. Sebagian besar murid pengetahuan ibu mengenai masalah cacingan

75
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 05/NOMOR 02/OKTOBER 2016

pada anak dan higiene perorangan anak dapat


dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Wawancara Responden TK. Ibnu Husain Surabaya Tahun 2016

Variabel Jumlah %
Pengetahuan Ibu
Cukup 22 91,7
Baik 2 8,3
Higiene Perorangan Anak
Kebiasaan mencuci tangan
Baik 5 20,8
Kurang 19 79,2
Kebiasaan memotong kuku
Seminggu sekali 19 79,2
Lebih dari seminggu sekali 5 20,8
Kebiasaan menggigit kuku
Iya 9 37,5
Tidak 15 62,5
Kebiasaan bermain di tanah
Tidak pernah 6 25,0
Sering 18 75,0
Kontak tangan dengan tanah saat bermain
Iya 17 70,8
Tidak 7 29,2
Kebiasaan memakai alas kaki
Baik 13 54,2
Kurang 11 45,8

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa sebesar minggunya. Selain itu, diketahui sebesar
91,7% ibu memiliki pengetahuan yang cukup 37,5% responden juga memiliki kebiasaan
mengenai masalah cacingan pada anak. menggigit atau menghisap jari kedalam mulut.
Sebagian besar ibu responden sudah cukup Sebesar 75% responden memiliki
mengetahui mengenai masalah cacingan pada kebiasaan bermain di tanah dimana 70,8%
anak seperti penyebab, gejala, dampak, dan diantaranya tangan mereka kontak langsung
cara pencegahannya. dengan tanah.
Sebesar 79,2% responden memiliki Sebesar 54,2% responden sudah memiliki
kebiasaan mencuci tangan yang kurang. kebiasaan memakai alas kaki yang baik yaitu
Hanya sebagian kecil responden yang selalu saat bermain di luar rumah, saat istirahat
mencuci tangan sebelum makan, setelah sekolah, saat berangkat dan pulang sekolah.
buang air besar dan setelah bermain Namun masih terdapat sebesar 45,8%
menggunakan air dan sabun. responden yang memiliki kebiasaan memakai
Sebesar 79,2% responden memiliki alas kaki yang kurang.
kebiasaan memotong kuku yang baik. Berdasarkan hasil pemeriksaan
Sebagian besar responden sudah memotong laboratorium, dapat dilihat kejadian
kuku setiap seminggu sekali. Hal tersebut kecacingan pada responden murid TK. Ibnu
disebabkan karena adanya pemeriksaan kuku Husain Surabaya tahun 2016 pada Tabel 2.
rutin yang dilakukan guru di sekolah setiap

76
Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Higiene Perorangan Dengan Kejadian ( | RATNA KUMALA

Tabel 2. Kejadian Kecacingan pada Responden Murid TK. Ibnu Husain Surabaya
Tahun 2016
Kejadian Kecacingan Jumlah % Keterangan
Positif 4 16,7 - 50% telur cacing
gelang Ascaris
lumbricoides
- 50% telur cacing
kremi Enterobius
vermicularis
Negatif 20 83,3
Total 24 100,0

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa sebesar Infeksi cacing kremi (Enterobius
16,7% responden murid positif ditemukan vermicularis) merupakan infeksi cacingan
telur cacing dalam pemeriksaan fesesnya. yang mudah dikenali karena menimbulkan
Jenis telur cacing yang ditemukan antara lain gejala yang khas. Penderita akan merasa gatal
50% telur cacing gelang (Ascaris di daerah dubur pada malam hari dan
lumbricoides) dan 50% telur cacing kremi cenderung untuk menggaruknya. Gejala
(Enterobius vermicularis). tersebut juga menyebabkan gangguan tidur
Infeksi cacing gelang umumnya bersifat pada penderita. Penularan dapat melalui
kronis tanpa menimbulkan gejala klinis yang kontak langsung dengan tangan yang
jelas dan dampak yang ditimbulkannya baru terkontaminasi telur cacing kremi maupun
terlihat dalam jangka panjang (Kurniawan, masuk tertelan lewat mulut (Prasetyo, 2013).
2011). Cacing gelang dalam tubuh manusia Infeksi cacing ini mudah menular terutama
menghasilkan ribuan telur setiap harinya dan pada orang terdekat dalam satu rumah
keluar bersama feses. Penularan cacing gelang maupun teman bermain. Tingkat higiene
dapat dengan cara tertelannya telur cacing perorangan yang rendah dan penularan dari
melalui tangan, makanan atau minuman yang teman sekolah atau bermain merupakan faktor
terkontaminasi oleh feses manusia penyumbang angka infeksi cacing ini (Ideham
(Natadisastra dan Ridad, 2009). Keberadaan dan Suhintam, 2007).
cacing dalam tubuh manusia dapat Hasil tabulasi silang dan analisis uji
menganggu absorbsi baik protein, lemak, statistik Koefisien Phi antara pengetahuan ibu
karbohidrat maupun vitamin sehingga dapat dan higiene perorangan dengan kejadian
terjadi malnutrisi (Prasetyo, 2013). kecacingan pada murid TK. Ibnu Husain
dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Tabulasi Silang Variabel Penelitian dengan Kejadian Kecacingan pada Responden
Murid TK. Ibnu Husain Surabaya Tahun 2016

Kejadian Kecacingan
Variabel Positif Negatif Jumlah % R
n % n %
Pengetahuan Ibu
Cukup 4 16,7 18 75 22 91,7 0,135
Baik 0 0,0 2 8,3 2 8,3
Higiene Perorangan Anak
Kebiasaan mencuci
tangan
Baik 0 0,0 5 20,8 5 20,8 0,229
Kurang 4 16,7 15 62,5 19 79,2
Kebiasaan memotong
kuku

77
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 05/NOMOR 02/OKTOBER 2016

Seminggu sekali 2 8,3 17 70,9 19 79,2 0,321


Lebih dari seminggu 2 8,3 3 12,5 5 20,8
sekali
Kebiasaan bermain di
tanah
Tidak pernah 0 0,0 6 25,0 6 25,0 0,258
Sering 4 16,7 14 58,3 18 75,0
Kebiasaan memakai alas
kaki
Baik 0 0,0 13 54,2 13 54,2 0,486
Kurang 4 16,7 7 29,1 11 45,8

Responden yang positif ditemukan telur hubungan yang cukup dengan kejadian
cacing memiliki ibu dengan tingkat kecacingan pada murid.
pengetahuan yang cukup. Sedangkan pada Semua responden yang positif
ibu dengan tingkat pengetahuan yang baik ditemukan telur cacing memiliki kebiasaan
tidak ditemukan responden yang positif memakai alas kaki yang kurang. Sedangkan
cacingan. Hasil analisis uji korelasi phi, pada responden yang memiliki kebiasaan
menunjukkan nilai koefisien korelasi memakai alas kaki yang baik, tidak
sebesar 0,135 yang artinya pengetahuan ibu ditemukan positif telur cacing. Hasil
memiliki kuat hubungan yang sangat lemah analisis uji korelasi phi, menunjukkan nilai
dengan kejadian kecacingan pada murid. koefisien korelasi sebesar 0,486 yang
Semua responden yang positif artinya kebiasaan memakai alas kaki
ditemukan telur cacing memiliki kebiasaan memiliki kuat hubungan yang cukup
mencuci tangan yang kurang. Pada dengan kejadian kecacingan pada murid.
responden dengan kebiasaan mencuci Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap
tangan yang baik, tidak ditemukan positif feses responden menunjukkan sebesar
telur cacing. Hasil analisis uji korelasi phi, 16,7% positif ditemukan telur cacing. Jenis
menunjukkan nilai koefisien korelasi telur cacing yang ditemukan pada
sebesar 0,229 yang artinya kebiasaan responden 50% diantaranya adalah cacing
mencuci tangan memiliki kuat hubungan gelang (Ascaris lumbricoides) dan 50%
yang sangat lemah dengan kejadian lainnya cacing kremi (Enterobius
kecacingan pada murid. vermicularis).
Sebesar 50% dari responden yang positif Hasil wawancara dengan kepala sekolah
ditemukan telur cacing memiliki kebiasaan TK. Ibnu Husain diketahui sudah ada
memotong kuku lebih dari seminggu sekali kegiatan pemberian obat cacing pada murid
dan sebagian lainnya memotong kuku yang merupakan program dari Dinas
seminggu sekali. Hasil analisis uji korelasi Kesehatan Kota Surabaya. Kegiatan
phi, menunjukkan nilai koefisien korelasi dilakukan serempak bekerjasama dengan
sebesar 0,321 yang artinya kebiasaan Puskesmas dan Posyandu setempat dengan
memotong kuku memiliki kuat hubungan sasaran kegiatan yaitu anak pra sekolah dan
yang cukup dengan kejadian kecacingan anak sekolah dasar di Kota Surabaya.
pada murid. Kegiatan pemberian obat cacing terakhir di
Semua responden yang positif TK. Ibnu Husain dilakukan pada bulan
ditemukan telur cacing memiliki kebiasaan Agustus tahun 2015.
sering bermain di tanah. Sedangkan pada Masih ditemukannya murid yang positif
responden yang tidak memiliki kebiasaan telur cacing dapat disebabkan karena
bermain di tanah, tidak ditemukan yang pemberian obat cacing terakhir sudah lebih
positif telur cacing. Hasil analisis uji dari 6 bulan yang lalu. Hasil wawancara
korelasi phi, menunjukkan nilai koefisien kepada petugas puskesmas Sidotopo
korelasi sebesar 0,258 yang artinya Surabaya diketahui kegiatan pemberian
kebiasaan bermain di tanah memiliki kuat obat cacing hanya dilakukan setahun sekali.

78
Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Higiene Perorangan Dengan Kejadian ( | RATNA KUMALA

Mengingat bahwa obat cacing idealnya 16,7% diantaranya positif ditemukan telur
diminum setiap 6 bulan sekali, maka cacing. Mencuci tangan adalah proses yang
diharapkan kepada orang tua murid untuk secara mekanis melepaskan kotoran dan
memberikan obat cacing sendiri pada anak debu dari kulit tangan dengan
6 bulan setelah pemberian obat cacing dari menggunakan sabun dan air bersih. Tangan
Puskesmas. Sementara sebagian besar ibu adalah organ tubuh yang sering digunakan
responden tidak mengetahui adanya untuk mengambil dan memakan makanan
kegiatan pemberian obat cacing pada anak (Ali, 2016). Kebiasaan makan dengan
di sekolah. Hal tersebut dikarenakan tangan tidak dicuci lebih dahulu
mayoritas murid selama sekolah tidak meningkatkan penyebaran penyakit
ditunggu oleh ibu mereka. menular yang menyerang sistem
Hasil wawancara kepada ibu responden pencernaan (Soedarto, 2009). Pencegahan
menunjukkan sebagian besar sudah kecacingan terutama ditujukan kepada
memiliki pengetahuan yang cukup. Hanya kebersihan perorangan termasuk cuci
sebagian kecil ibu responden yang memiliki tangan sesudah buang air besar dan sebelum
pengetahuan yang baik mengenai masalah makan (Natadisastra dan Ridad, 2009).
cacingan pada anak. Tingkat pengetahuan Telur cacing dapat masuk kedalam tubuh
ibu dapat berhubungan dengan terjadinya lewat mulut melalui tangan atau makanan
infeksi cacingan pada anak. Ibu dengan yang tersentuh tangan yang terkontaminasi
pengetahuan yang baik tentang infeksi (Ali, 2016).
cacingan, dapat menjadi lebih protektif Hasil analisis menunjukkan kebiasaan
terhadap anaknya (Marlina dan Junus, mencuci tangan memiliki hubungan yang
2012). sangat lemah dengan kejadian kecacingan
Hasil analisis menunjukkan pengetahuan pada murid. Hasil tersebut tidak sejalan
ibu memiliki kuat hubungan yang sangat dengan penelitian Fitri, dkk (2012) yang
lemah dengan kejadian kecacingan pada menyatakan bahwa faktor kebiasaan
murid. Sejalan dengan penelitian mencuci tangan paling berpengaruh dengan
Limbanadi, dkk (2013) yang menyatakan kejadian cacingan pada murid sekolah dasar
bahwa tidak ada hubungan antara tingkat di Kecamatan Angkola Timur Kebupaten
pengetahuan ibu dengan infestasi cacing Tapanuli Selatan tahun 2012. Hasil yang
pada siswa kelas IV, V dan VI di SD Negeri sama pada penelitian Muchlisah, dkk
47 Kota Manado. Berbeda dengan (2014) menyatakan bahwa terdapat
penelitian Ariska (2011) yang menyatakan hubungan antara kebiasaan cuci tangan
bahwa ada hubungan antara tingkat pakai sabun dengan kejadian kecacingan di
pengetahuan ibu dengan kejadian infeksi SD Athirah Bukit Baruga Makassar.
cacing askariasis pada murid SDN 204/IV Kebiasaan mencuci tangan memiliki
di Kelurahan Simpang IV Sipin Kota Jambi kuat hubungan yang sangat lemah dengan
tahun 2011. kejadian kecacingan dapat disebabkan
Pengetahuan ibu yang baik dapat karena sebagian besar responden memiliki
mencegah terjadinya infeksi cacingan pada kebiasaan mencuci tangan yang kurang dan
anak apabila diikuti juga dengan melakukan hanya beberapa yang positif ditemukan
tindakan pencegahan. Berdasarkan hasil telur cacing. Hal tersebut dapat dipengaruhi
wawancara diketahui sebagian besar ibu oleh hal lain yang tidak diteliti dalam
responden tidak memberikan obat cacing penelitian ini seperti apakah responden
pada anak dalam kurun waktu 6 bulan makan disuapi oleh ibu dan menggunakan
terakhir. Tidak dilakukannya tindakan sendok atau tidak. Mengingat responden
pencegahan oleh ibu responden dapat dalam penelitian ini adalah murid taman
menjadi salah satu penyebab masih kanak-kanak yang mempunyai
terdapatnya murid yang positif telur cacing. kemungkinan saat makan akan disuapi oleh
Hasil penelitian menunjukkan sebesar ibunya.
79,2% responden memiliki kebiasaan Pada responden yang positif ditemukan
mencuci tangan yang kurang, dimana telur cacing diketahui 50% diantaranya

79
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 05/NOMOR 02/OKTOBER 2016

memiliki kebiasaan memotong kuku yang Penyebaran infeksi cacingan dari feses
baik yakni seminggu sekali, sedangkan 50% manusia salah satunya melalui media tanah.
lainnya memotong kuku lebih dari Mempunyai kebiasaan bermain di tanah
seminggu sekali. Diketahui sebesar 37,5% dapat meningkatkan risiko terjadinya
responden memiliki kebiasaan menggigit infeksi cacingan pada anak. Cacing usus
atau menghisap jari kedalam mulut. Hasil seperti cacing gelang (Ascaris
analisis menunjukkan kebiasaan memotong lumbricoides) merupakan nematoda usus
kuku memiliki hubungan yang cukup yang ditularkan melalui tanah (Natadisastra
dengan kejadian kecacingan pada murid. dan Ridad, 2009). Telur cacing yang berada
Sejalan dengan penelitian Ali, dkk (2016) di tanah dapat menempel pada tangan dan
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan kuku anak saat bermain di tanah. Telur yang
antara kebersihan kuku dengan kejadian menempel pada tangan dapat masuk
kecacingan pada petani sayur di Kelurahan kedalam mulut apabila anak mempunyai
Maharatu Kecamatan Marpoyan Damai perilaku kebersihan yang kurang seperti
Kota Pekanbaru. Hasil yang sama dengan biasa memasukkan jari kedalam mulut atau
penelitian Fitri, dkk (2012) yang tidak mencuci tangan sebelum makan.
menyatakan bahwa kebersihan kuku Sebesar 54,2% responden mempunyai
merupakan salah satu variabel berpengaruh kebiasaan memakai alas kaki yang baik
terhadap kejadian kecacingan pada murid yakni saat bermain diluar rumah, saat
sekolah dasar di Kecamatan Angkola Timur istirahat, berangkat dan pulang sekolah.
Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2012. Sedangkan 45,%% responden lainnya
Faktor risiko lain yang berhubungan mempunyai kebiasaan memakai alas kaki
dengan infeksi kecacingan adalah yang kurang, dimana 16,7% diantaranya
kebersihan kuku karena kuku dapat menjadi positif ditemukan telur cacing. Hasil
perantara masuknya telur cacing ke dalam analisis menunjukkan kebiasaan memakai
tubuh manusia (Winita dkk, 2012). Bibit alas kaki memiliki hubungan yang cukup
penyakit dan telur cacing dapat berada pada dengan kejadian kecacingan pada murid.
tangan atau kuku yang kotor (Siswanto, Sejalan dengan penelitian Muchlisah, dkk
2010). Kuku yang panjang dapat menjadi (2014) yang menunjukkan bahwa terdapat
tempat melekatnya berbagai kotoran hubungan antara kebiasaan memakai alas
maupun telur cacing yang kemudian dapat kaki dengan kejadian kecacingan di SD
masuk ke dalam tubuh waktu Athirah Bukit Baruga Makassar. Hasil yang
mengkonsumsi makanan (Faridan dkk, sama dengan penelitian Fitri, dkk (2012)
2013). Pencegahan kecacingan terutama yang menunjukkan bahwa kebiasaan
ditujukan kepada kebersihan perorangan, memakai alas kaki merupakan salah satu
salah satunya yaitu kuku harus dipotong variabel yang berpengaruh terhadap
pendek (Natadisastra dan Ridad, 2009). kejadian cacingan pada murid sekolah dasar
Sebesar 75% responden memiliki di Kecamatan Angkola Timur Kabupaten
kebiasaan bermain di tanah, dimana 16,7% Tapanuli Selatan tahun 2012.
diantaranya positif ditemukan telur cacing. Pada tanah yang tercemar tinja manusia
Diketahui pada responden yang memiliki dapat berada cacing maupun telur cacing
kebiasaan bermain di tanah 70,8% didalamnya. Infeksi cacing usus yang hidup
diantaranya tangan mereka kontak dengan di tanah dapat terjadi dengan cara
tanah saat bermain. Hasil analisis menembus kulit ketika bersentuhan
menunjukkan kebiasaan bermain di tanah langsung dengan tanah. Pemakaian alas
memiliki hubungan yang cukup dengan kaki terutama saat bermain di tanah dapat
kejadian kecacingan pada murid. Hasil mencegah terjadinya infeksi cacing yang
tersebut sejalan dengan penelitian Endriani, masuk kedalam tubuh melalui kulit
dkk (2011) yang menyatakan bahwa anak (Prasetyo, 2013).
yang biasa bermain di tanah mempunyai
kecenderungan infestasi cacingnya lebih
tinggi.

80
Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Higiene Perorangan Dengan Kejadian ( | RATNA KUMALA

SIMPULAN DAN SARAN http://ejournal.unri.ac.id/index.ph


p/DL/article/download/3288/3199
Sebesar 91,7% ibu responden memiliki
Ariska, BM. 2011. Beberapa Faktor yang
pengetahuan yang cukup mengenai masalah
Berhubungan dengan Kejadian
cacingan pada anak. Sebesar 79,2%
Infeksi Cacing Askariasis
responden murid mempunyai kebiasaan
Lumbricoides pada Murid SDN
mencuci tangan yang kurang, 79,2%
204/IV di Kelurahan Simpang IV
responden memotong kuku seminggu
Sipin Kota Jambi Tahun 2011.
sekali, 75% responden biasa bermain di
Skripsi. Universitas Andalas.
tanah dan 54,2% responden memiliki
Diakses dari
kebiasaan memakai alas kaki yang baik.
http://repository.unand.ac.id/1730
Hasil pemeriksaan laboratorium
3/1/beberapa_faktor_yang_berhub
menunjukkan sebesar 16,7% responden
ungan_dengan_kejadian_infeksi_
positif ditemukan telur cacing. Pengetahuan
cacing_askariasis__lumbricoides_
ibu dan kebiasaan mencuci tangan
pada.pdf
mempunyai kuat hubungan yang sangat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
lemah dengan kejadian kecacingan pada
2010. Penyakit Kecacingan Masih
murid TK. Ibnu Husain Surabaya tahun
Dianggap Sepele. Diakses dari
2016. Sedangkan kebiasaan memotong
http://www.depkes.go.id/pdf.php?
kuku, bermain di tanah dan memakai alas
id=1135
kaki mempunyai kuat hubungan yang
Dwijayanti, P. 2013. Hubungan Host,
cukup dengan kejadian kecacingan pada
Agent, Environment dan
murid TK. Ibnu Husain Surabaya tahun
Imunoglobulin E dengan Kejadian
2016.
Kecacingan di SDN Klesem II
Perlu dilakukan penyuluhan kepada ibu
Kecamatan Kebonagung
murid mengenai pentingnya pemberian obat
Kabupaten Pacitan Tahun 2013.
cacing secara berkala setiap 6 bulan sekali
Skripsi. Universitas Airlangga
untuk mencegah infeksi cacingan pada anak
Surabaya.
serta perlu diberikan materi belajar
Endriani., Mifbakhdin., dan Sayono. 2011.
tambahan pada murid TK. Ibnu Husain
Beberapa Faktor yang
Surabaya terkait perilaku hidup bersih dan
Berhubungan dengan Kejadian
sehat khususnya mengenai perilaku
Kecacingan pada Anak Usia 1-4
pencegahan infeksi cacingan.
Tahun. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Indonesia, 7(1):
DAFTAR PUSTAKA
pp.22-35. Diakses dari
Agustina, D. 2015. ‘Cacingan’ Bukan Lagi http://jurnal.unimus.ac.id/index.ph
Penyakit Orang Kampung. p/jkmi/article/download/585/637
Diakses dari Faridan, K., Marlinae, L., dan Alaudhah, N.
http://www.cnnindonesia.com/gay 2013. Faktor-faktor yang
a-hidup/20151105194633-255- berhubungan dengan kejadian
89764/cacingan-bukan-lagi- kecacingan pada siswa Sekolah
penyakit-orang-kampung/ Dasar Negeri Cempaka 1 Kota
Ali, RU., Zulkarnaini., Affandi, D. 2016. Banjarbaru. Jurnal Epidemiologi
Hubungan Personal Hygiene dan dan Penyakit Bersumber Binatang,
Sanitasi Lingkungan dengan 4(3): pp. 121-127. Diakses dari
Angka Kejadian Kecacingan (Soil http://ejournal.litbang.depkes.go.i
Transmitted Helminth) pada Petani d/index.php/buski/article/view/32
Sayur di Kelurahan Maharatu 29
Kecamatan Marpoyan Damai Kota Fitri, J., Saam, Z., dan Hamidy, MY. 2012.
Pekanbaru. Dinamika Lingkungan Analisis Faktor-faktor Risiko
Indonesia, 3(1): pp.24-32. Diakses Infeksi Kecacingan Murid Sekolah
dari Dasar Di Kecamatan Angkola

81
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 05/NOMOR 02/OKTOBER 2016

Timur Kabupaten Tapanuli http://repository.unhas.ac.id/bitstr


Selatan Tahun 2012. Jurnal Ilmu eam/handle/123456789/10580/ain
Lingkungan, 6(2): pp. 146-161. un%20muchlisah%20k11110104.
Diakses pdf?sequence=1
dari http://ejournal.unri.ac.id/inde Natadisastra, D. dan Ridad, A. 2009.
x.php/jil/article/download/964/95 Parasitologi Kedokteran Ditinjau
7 dari Organ Tubuh yang Diserang.
Ideham, B. dan Suhintam, P. 2007. Jakarta: Buku Kedoktertan EGC.
Helmintologi Kedokteran. Nuary, AO. 2011. Hubungan antara Sanitasi
Surabaya: Airlangga University Perumahan dan Kebersihan
Press. Perorangan dengan Kejadian
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Penyakit Kecacingan pada Siswa
Pengendalian Kecacingan. Sekolah Dasar Negeri Dinoyo 3
Diakses dari Kecamatan Lomokwaru Kota
http://perpustakaan.depkes.go.id:8 Malang. Skripsi. Universitas
180/bitstream//123456789/1943/2 Airlangga Surabaya.
/BK212-493.pdf Prasetyo, H. 2013. Buku Ajar Parasitologi
Kurniawan, A. 2011. Infeksi Parasit: Dulu Kedokteran Parasit Usus. Jakarta:
dan Masa Kini. Majalah Sagung Seto.
Kedokteran Indonesia, 60(11). Rampengan, TH. 2007. Penyakit Infeksi
Diakses dari Tropik pada Anak Edisi 2. Jakarta:
http://indonesia.digitaljournals.org Buku Kedoktertan EGC.
/index.php/idnmed/article/viewFil Siswanto, Hadi. 2010. Pendidikan
e/747/752 Kesehatan Anak Usia Dini.
Limbanadi, EM., Rattu, JA., dan Pitoi, M. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
2013. Hubungan Antara Status Soedarto. 2009. Penyakit Menular di
Ekonomi, Tingkat Pendidikan dan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto.
Pengetahuan Ibu tentang Penyakit World Health Organization. 2016. Soil-
Kecacingan dengan Infestasi transmitted helminth infections.
Cacing pada Siswa Kelas IV, V Diakses dari
dan VI di SD Negeri 47 Kota http://www.who.int/mediacentre/f
Manado. Diakses dari actsheets/fs366/en/
http://fkm.unsrat.ac.id/wp- Widodo, H. 2013. Parasitologi Kedokteran.
content/uploads/2013/08/Jurnal- Yogyakarta: D-Medika.
Eka-M.Limbanadi- Winita, R., Mulyati., dan Astuty, H. 2012.
091511075_kesling.pdf Upaya Pemberantasan Kecacingan
Marlina, L dan Junus, W. 2012. Hubungan di Sekolah Dasar. Makara
Pendidikan Formal, Pengetahuan Kesehatan, 16(2), pp: 65-71.
Ibu dan Sosial Ekonomi terhadap Diakses dari
Infeksi Soil Transmitted Helminths http://journal.ui.ac.id/index.php/h
pada Anak Sekolah Dasar di ealth/article/download/1631/1361
Kecamatan Seluma Timur Wong, DL. 2009. Buku Ajar Keperawatan
Kabupaten Seluma Bengkulu. Pediatrik. Jakarta: Buku
Jurnal Ekologi Kesehatan [e- Kedoktertan EGC.
journal] 11(1): 33-39. Diakses dari Zulkoni, A. 2011. Parasitologi: Untuk
http://ejournal.litbang.depkes.go.i Keperawatan, Kesehatan
d/index.php/jek/article/view/3824 Masyarakat dan Teknik
Muchlisah, A., Manyullei, S., dan Birawida, Lingkungan. Yogyakarta: Nuha
AB. 2014. Hubungan Higiene Medika.
Perorangan dengan Kejadian
Kecacingan di SD Athirah Bukit
Baruga Makassar. Diakses dari

82

Das könnte Ihnen auch gefallen