Sie sind auf Seite 1von 10

Available online at: http://journal.uinsgd.ac.id/index.

php/al-aulad p-ISSN: 2615-5605


Al-Aulad: Journal of Islamic Primary Education, 1 (1), 2018, 0-0 e-ISSN: 2620-5238

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY UNTUK


MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA

Nurul Ulfah1, Yayan Carlian2 dan Sani Insan Muhammadi3


1
Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Indonesia
2
Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Indonesia
3
Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, UIN Sunan Gunung Djati bandung, Indonesia
nurululfaaaah@gmail.com

ABSTRACT
The research carried out is motivated by the ineffectiveness of learning processes in
communication skills in schools to the maximum, which causes low student communication skills,
learning is only teacher-centered so that it makes students not trained in communication skills, so
students find it difficult to express ideas, ideas, or his mind to the teacher or other students well.
This study aims to find out how students' communication skills after applying the Two Stay Two
Stray learning model to thematic learning. Two Stay Two Stray learning model is a learning model
developed by Spencer Kagan. The research method used is Classroom Action Research (CAR).
Data collection techniques use observation techniques of teacher and student activities. The object
of this study was the fourth-grade students of MI Al-Huda Rancaekek with 16 people consisting of
6 female students and 10 male students.Based on the research that has been carried out that the
implementation of the two stay two stray learning model is well implemented. this can be seen
from the increase in the average value of the results of the performance of student communication
skills in each cycle. then, in this case, the application of the model Two Stay Two Stray can
improve students' communication skills.
Keywords: Communication skills, Learning Model Two Stay Two Stray, Thematic Learning.

ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini karena belum terlaksananya proses pembelajaran keterampilan
komunikasi di sekolah secara maksimal, sehingga hal tersebut menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan keterampilan komunikasi siswa kurang terlatih dengan baik. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana keterampilan komunikasi siswa setelah penerapan model
pembelajaran Two Stay Two Stray pada pembelajaran tematik. Model pembelajaran Two Stay Two
Stray merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Spancer Kagan. Metode penelitian
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Teknik pengumpulan
data menggunakan teknik observasi aktivitas guru dan siswa serta tes unjuk kerja. Objek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas IV MI Al-Huda Rancaekek berjumlah 16 orang yang terdiri dari 6
orang siswa perempuan dan 10 orang siswa laki-laki. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
bahwa penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat
dari adanya peningkatan nilai rata-rata hasil tes unjuk kerja keterampilan komunikasi siswa di
setiap siklusnya. Maka dalam hal ini, penerapan model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan
keterampilan komunikasi siswa.
Kata Kunci: Keterampilan Komunikasi, Model Pembelajaran Two Stay Two Stray, Pembelajaran
Tematik.

PENDAHULUAN
Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa
untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Tujuan kurikulum adalah tujuan yang hendak
dicapai oleh suatu program studi, bidang studi dan suatu mata ajaran, yang disusun
berdasarkan tujuan institusional. Perumusan tujuan kurikulum berpedoman pada
Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Siswa

kategorisasi tujuan pendidikan/taksonomi tujuan, yang berkaitan dengan bidang-bidang


studi bersangkutan (Hamalik, 2009).
Karena kurikulum itu bersifat dinamis maka dengan adanya kurikulum 2013 ini
benar memang seharusnya siswa yang lebih aktif dalam pembelajaran dan guru hanya
sebagai fasilitator saja. Dalam kurikulum 2013 pembelajaran itu harus berpusat pada siswa
sehingga diharapkan mereka dapat menggali sejumlah pengetahuan sendiri sehingga
mereka tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi mereka bisa
mendapatkan pengetahuan dari manapun, dengan begitu diharapkan pembelajaran akan
sesuai dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional N0. 20 tahun 2003 pasal 3,
Fungsi dari pendidikan nasional yaitu untuk mengembangkan suatu kemampuan dan
pembentukan watak serta peradaban bangsa dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa dan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan itu adalah proses memberi bimbingan
yang dapat merubah suatu tingkah laku individu menuju arah yang lebih baik melalui
pembelajaran maupun latihan. Pendidikan bukan hanya proses transfer ilmu saja tetapi
pendidikan juga menuntut anak dapat berakhlak mulia. Hal ini dapat diterapkan pada saat
kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran atau pengjaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam
pengertian ini secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan,
mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan,
penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada
(Uno, 2007). Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan
oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik sebagai murid
(Sagala, 2012).
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003
menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam kegiatan pembelajaran guru
sebaiknya menggunakan model pembelajaran, dengan penggunaan model pembelajaran
tersebut diharapkan dapat membuat peserta didik semangat untuk belajar.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Secara lebih konkret, dapat dikemukakan bahwa
model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan
prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran
untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman dalam perencanaan
pembelajaran bagi para pendidik dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran
(Fathurrohman, 2015).
Pembelajaran akan berhasil apabila seorang guru dapat mengelolanya dengan sebaik
mungkin. Oleh karena itu untuk mendapatkan pembelajaran seperti yang diharapkan
tidaklah hanya cukup menguasai materi ajar saja tetapi juga seorang guru harus
menggunakan model pembelajaran yang menyenangkan yang dapat menggugah motivasi
anak untuk belajar.
Peran guru dalam kegiatan pembelajaran itu sangatlah penting, karena disini gurulah
yang menjadi pengelola proses belajar mengajar. Pembelajaran dapat terjadi apabila
adanya interaksi antara pendidik dan peserta didik , proses interaksi tersebut salah satunya
Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Siswa

yaitu dengan komunikasi. Guru dan siswa diharapkan dapat mengkomunikasikan materi
pembelajaran dengan baik.
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak ke
pihak lain agar saling mempengaruhi diantara keduanya. Adapun komunikasi dalam
pendidikan merupakan unsur yang sangat penting kedudukannya. Bahkan komunikasi
sangat besar peranannya dalam menentukan keberhasilan pendidikan (Sutikno : 2010).
Berdasarkan kurikulum 2013 bahwa pembelajaran harus mengacu pada siswa yang
lebih aktif atau dikenal dengan student center. Hal ini juga sejalan dengan adanya
keterampilan abad 21 yang salah satunya memuat tentang communication dan collaborasi.
Keterampilan komunikasi itu sangatlah penting, siswa dapat berkomunikasi dengan baik
itu bukanlah bawaan sejak lahir tetapi ia dapat berkomunikasi dengan baik lewat latihan
dan pengalaman. Dalam pembelajaran, komunikasi yang baik juga dapat dijadikan seorang
siswa tersebut menguasai materi pembelajaran atau tidak. Komunikasi disini maksudnya
adalah mengkomunikasikan pendapat atau gagasannya. Pada kenyataannya masih banyak
siswa yang hanya diam ketika pembelajaran berlangsung dan hanya mendengarkan
penjelasan guru, hal tersebut adalah salah satu yang menyebabkan siswa belum mampu
berkomunikasi dengan baik.
Salah satunya yaitu dengan teman, mereka dapat saling berbagi pengetahuan, oleh
karena itu siswa harus dapat berkomunikasi dengan baik agar saat mereka sedang bertukar
pengetahuan tidak terjadi kekeliruan yang dapat menyebabkan mereka salah tangkap
mengenai materi yang sedang dibahasnya.
Keterampilan komunikasi itu sangatlah penting bagi siswa dimanapun mereka
berada, apabila mereka dapat berkomunikasi dengan baik maka mereka dapat
mengkomunikasikan apa yang ada dalam pikirannya, begitu pula dalam pembelajaran.
Tetapi pada kenyataannya masih banyak siswa yang mengalami kesulitan berkomunikasi.
Siswa yang pasif cenderung dan tidak mau atau hanya mengandalkan siswa lain yang aktif,
dia tidak berkemauan menyampaikan gagasannya sendiri. Hal ini dapat disebabkan karena
model pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak bervariasi, seringnya guru hanya
menggunakan metode berceramah saja sehingga menjadikan siswa tidak aktif dalam
kegiatan pembelajaran yang menyebabkan siswa tidak dapat mengembangkan
keterampilan komunikasinya.
Berdasarkan studi pendahuluan di MI Al-Huda Rancaekek, ternyata belum
menggunakan model pembelajaran yang bervariasi sehingga menyebabkan siswa kurang
terampil dalam komunikasinya. Dengan demikian diperlukan perubahan dalam model
pembelajaran salah satunya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two
Stray. Model pembelajaran Two Stay Two Stray yang akan membantu siswa dalam
mengembangkan keterampilan komunikasinya, dan model pembelajaran ini juga
diharapkan dapat menjadikan siswa yang pasif yang biasanya hanya mendengarkan guru
memaparkan materi saja menjadi siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

METODOLOGI
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif
diperoleh dari hasil Penskoran dari instrumen lembar keterampilan komunikasi. Sedangkan
data kualitatif diperoleh dari observasi aktivitas guru dan siswa ketika pembelajaran
sedang berlangsung. Adapun metode penelitiannya adalah metode penelitian tindakan
kelas (PTK) yang dilaksanakan menggunakan siklus-siklus, dan akan selesai apabila
indikator keberhasilan sudah terpenuhi. Setiap satu siklus dilakukan dua kali tindakan
Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Siswa

pembelajaran atau dua kali pertemuan dalam satu siklus, jadi jika menggunakan dua siklus
maka akan yang dilaksanakan menggunakan siklus-siklus, dan akan selesai apabila
indikator keberhasilan sudah terpenuhi. Setiap satu siklus dilakukan dua kali tindakan
pembelajaran atau dua kali pertemuan dalam satu siklus, jadi jika menggunakan dua siklus
maka akan dilaksanakan dalam empat tahap yaitu (a) perencanaan (planning); (b) tindakan
(acting); (c) pengamatan (observing); (d) refleksi (reflecting). Penelitian ini dilakukan di
MI Al-Huda terletak di kampung Bojong Koneng rt 03 rw 08 desa Nanjungmekar
Kecamatan Rancaekek kabupaten Bandung. Adapun alasan memilih sekolah tersebut
karena sekolah ini memiliki permasalahan yang sesuai dengan rencana penelitian yaitu,
selain masih kurangnya penggunaan model pembelajaran yang bervariasi juga karena
kemampuan komunikasi siswa dalam pembelajaran masih perlu ditingkatkan.

Adapun teknik analisis yang digunakan yaitu:


1. Tes Unjuk Kerja
Berikut rumus yang digunakan untuk mengolah data hasil unjuk kerja ialah sebagai
berikut:
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑥 100
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚

(Sudjana : 2017)

2. Analisis data hasil observasi guru dan siswa


Teknik pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh dari data hasil
observasi guru dan siswa terhadap proses pembelajaran yang dianalisis berdasarkan
skor yang diperoleh dari lembar observasi guru dan siswa dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑥 100
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚

(Sudjana : 2017)
Adapun penilaian untuk presentase skor aktivitas guru dan siswa dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 1.Penilaian Presentase skor aktivitas Guru dan Siswa
No. Bobot Nilai Huruf Kriteria

1 86-100 A Sangat Baik

2 71-85 B Baik

3 56-70 C Cukup

4 ≤55 D Kurang

Sumber: Bidang Pendidikan dan Keagamaan, 2016


Untuk menghitung nilai klasikal, menurut Hayati (2013) jika ketuntasan belajar
mencapai 75%, maka siswa secara keseluruhan dinyatakan tuntas dalam belajar. Adapun
rumus untuk menghitung nilai klasikal ialah sebagai berikut :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 ≥ 75%


𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Siswa

Untuk melihat apakah setiap siswa mendapatkan nilai sesuai KKM atau belum, maka
dapat dilihat dengan menggunakan rumus berikut:
a. Ketercapaian Individu
Jumlah skor yang diperoleh
𝑥 100
Jumlah skor maksimal
Ketercapaian secara individu digunakan untuk mengetahui bagaimana hasil
keterampilan komunikasi siswa pada pembelajaran tematik.

b. Nilai Rata-rata Siswa


∑x
X=
n
X : Nilai rata-rata kelas
∑x : Total nilai yang diperoleh peserta didik
N : Jumlah siswa

HASIL DAN DISKUSI


Penelitian tindakan kelas pada pembelajaran Tematik Tema Indahnya Keragaman
Negeriku Subtema Indandahnya Persatuan dan Kesatuan di Negeriku dengan menerapkan
model pembelajaran Two Stay Two Stray pembelajaran dilakukan dalam beberapa tahap
yaitu pra siklus, siklus I dan siklus II. Setiap siklus dilaksanakan dalam dua tindakan.
1. Keterampilan Komunikasi Siswa di Kelas IV MI Al-Huda pada Pembelajaran
Tematik pada Tema Indahnya Keragaman di Negeriku Sub Tema Indahnya
Persatuan dan Kesatuan Negeriku Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Two
Stay Two Stray (Pra Siklus).
Proses pembelajaran pra siklus dilakukan menggunakan metode diskusi, ceramah dan
tanya jawab saja sehingga menyebabkan para siswa tidak aktif dalam kegiatan
pembelajaran di kelas, padahal seharusnya berdasarkan Kurikulum 2013 pembelajaran itu
harus berpusat pada siswa dan peran guru disini hanyalah sebagai fasilitator saja,
dikarenakan proses pembelajaran hanya berpusat pada guru saja sehingga menyebabkan
para siswa kurang aktif dan cenderung pasif sehingga hal ini sangat berpengaruh pada
keterampilan komunikasi siswa, dimana pada saat proses pembelajaran kurangnya interaksi
antara guru dan siswa sehingga keterampilan komunikasi siswa tidak terlatih. Hal tersebut
juga bisa dilihat dari hasil unjuk kerja berupa performance siswa yang dirasa masih rendah
karena dari 16 siswa hanya 3 siswa saja yang telah mencapai KKM. KKM yang
ditentukan oleh MI Al-Huda pada pembelajaran Tematik adalah 68. keterampilan
komunikasi siswa pada pra siklus dapat dijelaskan bahwa sebelum menggunakan model
pembelajaran Two Stay Two Stray pada Pembelajaran Tematik Tema Indahnya Keragaman
di Negeriku Sub Tema Indahnya Persatuan dan Kesatuan Negeriku, diperoleh nilai dari
seluruh jumlah siswa yaitu 990, dan rata-rata nilai siswa keseluruhan mencapai dengan
kriteria yang masih kurang yaitu 61,87. Adapun persentase ketuntasan belajar yaitu 18,75
% yaitu sebanyak 3 siswa telah memenuhi nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
sedangkan 13 siswa lainnya belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Berdasarkan kriteria, sebuah kelas dinyatan telah tuntas belajar secara klasikal apabila
jumlah siswa kelas tersebut mencapai ketuntasan belajar 75%.
2. Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray pada Pembelajaran Tematik
Tema Indahnya Keragaman di Negeriku Sub Tema Indahnya Persatuan dan
Kesatuan Negeriku di kelas IV MI Al-Huda Rancaekek.
Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Siswa

Proses pembelajaran tematik tema 7 Indahnya Keragaman di Negeriku subtema 3


Indahnya Persatuan dan Kesatuan di Negeriku dengan menerapkan model pembelajaran
Two Stay Two Stray dilakukan dengan dua siklus, pada setiap siklusnya terdiri dari dua
tindakan atau dua pertemuan. Untuk setiap pertemuan terdiri dari empat tahapan yaitu,
perencanaan, pelaksanaan, pengamatn atau observasi, dan refleksi.
a. Siklus I
Aktivitas guru pada proses pembelajaran pada siklus I tindakan I hasil observasi
guru dengan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray pada
pembelajaran Tematik tema tujuh Indahnya Keragaman di Negeriku subtema
Indahnya Persatuan dan Kesataun di Negeriku dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I Tindakan I
Aktivitas Guru Skor Presentase
Terlaksana 11 61%
Tidak terlaksana 7 39%
Berdasarkan tabel di atas pada siklus I tindakan I aktivitas guru berjumlah 11 maka
diperoleh presentase 61% dengan kategori sedang atau cukup aktif. Adapun hasil
observasi aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama kegiatan pembelajaran pada
siklus I tindakan I dengan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray
pada pembelajaran tematik dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Tindakan I
Aktivitas Siswa Skor Presentase
Terlaksana 11 64%
Tidak terlaksana 6 35%
Berdasarkan perhitungan di atas, maka tingkat keterlaksanaan aktivitas siswa pada
tindakan I siklus I adalah 64 % dengan kategori Cukup. Adapum aktivitas guru pada
proses pembelajaran Tematik dengan menggunakan model pembelajaran Two Stay
Two Stray sebagai berikut:
Tabel 4. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I Tindakan II
Aktivitas Siswa Skor Presentase
Terlaksana 14 73,6%
Tidak terlaksana 5 26,4%
Berdasarkan perhitungan di atas, maka tingkat keterlaksanaan aktivitas guru pada
siklus II tindakan I adalah 73,6% termasuk pada kategori sedang atau cukup aktif.
Adapun hasil observasi aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama kegiatan
pembelajaran pada siklus II tindakan I dengan menggunakan model pembelajaran
Two Stay Two Stray pada pembelajaran tematik dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Tindakan II
Aktivitas Siswa Skor Presentase
Terlaksana 15 75%
Tidak terlaksana 5 25%
Berdasarkan perhitungan di atas, maka tingkat keterlaksanaan aktivitas siswa pada
tindakan II siklus I adalah 75 % dengan kategori Baik.
b. Siklus II
Aktivitas guru pada proses pembelajaran pada siklus II tindakan I hasil observasi
aktivitas guru pada proses pembelajaran Tematik tema tujub Indahnya Keragaman di
Negeriku subtema Indahnya Kesatuan dan Persatuan di Negeriku menggunakan
model pembelajaran Two Stay Two Stray sebagai berikut.
Tabel 6. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II Tindakan I
Aktivitas Guru Skor Presentase
Terlaksana 15 83,3%
Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Siswa

Tidak terlaksana 3 16,7%


Berdasarkan tabel di atas mengenai aktivitas guru diperoleh dengan hasil 75%
dengan kategori baik atau aktif. Pada siklus II tindakan II hasil observasi aktivitas
guru dan aktivitas siswa pada proses pembelajaran Tematik tema tujub Indahnya
Keragaman di Negeriku subtema Indahnya Persatuan dan Kesatuan di Negeriku
menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray sebagai berikut :
Tabel 7. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II Tindakan II
Aktivitas Guru Skor Presentase
Terlaksana 17 100%
Tidak terlaksana 0 -
Berdasarkan tabel di atas mengenai aktivitas guru diperoleh dengan hasil 100%
termasuk pada kategori sangat aktif. Aktivitas siswa pada proses pembelajaran
Aktivitas siswa siklus II tindakan I pada proses pembelajaran Fiqih dengan
menggunakan komik dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 8. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Tindakan I
Aktivitas Siswa Skor Presentase
Terlaksana 18 90%
Tidak terlaksana 2 10%
Berdasarkan hasil dari tabel di atas dapat dilihat bahwa observasi pada aktivitas
siswa memperoleh 90% dengan kategori baik atau aktif. Aktivitas siswa pada proses
pembelajaran siklus II tindakan II pada mata pembelajaran tematik dengan
menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray yaitu:
Tabel 9. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Tindakan II
Aktivitas Siswa Skor Presentase
Terlaksana 20 100%
Tidak terlaksana 0 -
Berdasarkan hasil dari tabel di atas dapat dilihat bahwa observasi pada aktivitas
siswa memperoleh 100% dengan kategori sangat baik atau sangat aktif. Akhir siklus
II tindakan II guru sudah melaksanakan semua kegiatan yang ada pada lembar
observsi aktivitas guru sehingga siswa juga bisa mengikuti semua kegiatan yang ada
pada lembar observasi aktivitas siswa, maka observasi guru dan siswa dikatan tuntas
dan tidak ada refleksi untuk siklus selanjutnya. Peningkatan hasil observasi aktivitas
guru dan siswa sebagai berikut:
Tabel 10. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Aktivitas Siswa
Data Siklus I Siklus II
Tindakan I Tindakan II Tindakan I Tindakan II
Aktivitas Guru 61,1% 73,6% 83,3% 100%
Aktivitas Siswa 64,7% 75% 90% 100%
Dapat diketahui dari tabel 4.13 bahwa hasil observasi aktivitas guru dari setiap
tindakannya mengalami peningkatan. Begitupun untuk hasil observasi aktivitas siswa
mengalami peningkatan dari setiap tindakan setelah pembelajaran dikelas dengan
menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray.
3. Keterampilan komunikasi siswa setelah penerapan model pembelajaran Two Stay
Two Stray di kelas IV MI Al-Huda pada pembelajaran tematik tema Indahnya
Keragaman di Negeriku subtema Indahnya Persatuan dan Kesatuan Negeriku.
a. Hasil Keterampilan Komunikasi Siswa pada Siklus I
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil keterampilan komunikasi siswa pada
saat pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two
Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Siswa

Stray pada siklus I dinyatakan tuntas apabila nilai yang diperoleh mencapai 68
atau lebih besar dari nilai tersebut sesuai dengan KKM di kelas IV pada
pembelajaran tematik di MI Al-Huda. Suatu kelas dinyatakan tuntas apabila
hasil penggabungan dari tes unjuk kerja tindakan I dan tindakan II tersebut
mencapai nilai klasikal 75% dari nilai siswa yang tuntas di kelas. Hasil tes
keterampilan komunikasi pada siklus I tindakan I dan siklus I tindakan II dengan
mencari rata-rata dari nilai yang dipeorleh setiap siswa. Dilihat dari tabel di
bawah, maka diketahui dari 16 siswa di kelas IV MI Al-Huda Rancaekek
sebanyak 8 siswa (50%) telah tuntas keterampilan komunikasinya.
Tabel 10 Hasil Pemahaman Siswa Siklus I
Data Hasil
Jumlah Siswa yang Tuntas 8 Siswa (50%)
Jumlah Siswa yang Tidak Tuntas 8 Siswa (50%)
Jumlah Skor Seluruh Siswa 1071
Nilai Rata-rata Siswa 66,93
Jumlah Ketuntasan Belajar Klasikal 50%
Berdasarkan tabel di atas siswa yang sudah mencapai nilai KKM yaitu ≥ 68
berjumlah 8 siswa dinyatakan tuntas dan sisanya yang berjumlah 8 siswa masih
dibawah nilai KKM dinyatakan belum tuntas. Artinya siswa yang telah
memenuhi nilai KKM sebesar 68 adalah sebanyak 8 siswa atau 50% dari 16
siswa, sementara itu 50% atau 8 siswa belum tuntas dan ketuntasan klasikal
belajar pada siklus I termasuk kategori cukup. Maka kelas IV MI Al-Huda
Rancaekak belum memenuhi ketuntasan belajar. Karena suatu kelas dinyatakan
tuntas belajar apabila sudah mencapai 75% dari siswa yang tuntas di dalam kelas
tersebut.
b. Hasil keterampilan komunikasi Siswa pada Siklus II
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil keterampilan komunikasi siswa pada
saat pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two
Stray di kelas IV MI Al-Huda Rancaekek pada siklus I dinyatakan tuntas
apabila nilai yang diperoleh telah mencapai 68 atau diatas nilai tersebut sesuai
dengan KKM di kelas tersebut pada pembelajaran tematik. Suatu kelas
dinyatakan tuntas apabila hasil penggabungan dari tes unjuk kerja tindakan I dan
tindakan II tersebut mencapai nilai klasikal 75% dari nilai siswa yang tuntas di
kelas. Untuk melihat apakah setiap siswa mendapatkan nilai sesuai KKM atau
belum pada siklus I, maka dapat dilihat pada ketuntasan individu pada siklus II
dipeorleh dari hasil tes unjuk kerja siswa pada siklus II tindakan I dan siklus II
tindakan II dengan mencari rata-rata dari nilai yang diperoleh setiap siswa Data
pada tabel di bawah diketahui bahwa dari 16 siswa di kelas IV MI Al-Huda
Rancaekek sebanyak sebanyak 14 siswa (87,5%) telah tuntas belajarnya dan
sebanyak 2 siswa (12,5%) belum tuntas belajarnya.
Tabel 11 Hasil Pemahaman Siswa Siklus II
Data Hasil
Jumlah Siswa yang Tuntas 14 Siswa (87,5%)
Jumlah Siswa yang Tidak Tuntas 2 Siswa (12,5%)
Jumlah Skor Seluruh Siswa 1194
Nilai Rata-rata Siswa 74,62
Jumlah Ketuntasan Belajar Klasikal 87,5%
Berdasarkan tabel di atas, siswa yang telah mencapai nilai KKM ≥ 68 berjumlah
14 siswa dinyatakan tuntas dan siswa lainnya dengan jumlah 2 siswa dibawah nilai
Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Siswa

KKM dinyatakan belum tuntas. Maka dari itu siswa yang telah memenuhi KKM
sebesar 68 adalah 14 siswa atau 87,5 % dari 16 siswa, sementara 12,5% atau 2 siswa
lainnya belum tuntas dan ketuntasan klasikal belajar pada siklus II termasuk katagori
sangat baik. Oleh karena itu siswa kelas IV MI Al-Huda telah memenuhi ketuntasan
belajar. Karena suatu kelas dinyatakan tuntas belajar apabila telah mencapai 75% dari
jumlah siswa yang tuntas dalam kelas tersebut. Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar
siswa pada setiap siklus atau dapat dilihat pada diagram sebagai berikut :

74,62
66.93
61,78

Pra Siklus Siklus I Siklus II


Gambar 1. Grafik Nilai Rata-rata Siswa Setiap Siklus
Berdasarkan gambar diagram di atas , terdapat peningkatan dalam hasil rata-rata
siswa setiap siklusnya. Hal ini terbukti bahwa penggunaan model pembelajaran Two
Stay Two Stray dapat meningktkan keterampilan komunikasi siswa. Untuk diagram
hasil peningkatan ketuntasan belajar klasikal dari pra siklus, siklus I, dan siklus II
yaitu:

87,5%

50%

18,7%

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Gambar 2 Diagram Peningkatan Ketuntasan Klasikal Belajar Setiap Siklus


KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menarapkan model
pembelajaran Two Stay Two Stray pada pembelajaran Tematik sebelum penggunaan model
pembelajaran Two Stay Two Stray di kelas IV MI Al-Huda Rancaekek dapat dikatakan
rendah, hal tersebut diketahui karena keterampilan komunikasi siswa masih sangat kurang,
hanya 3 orang siswa yang telah memenuhi KKM, atau pada pra siklus ini ketuntasan
klasikalnya hanya mencapai 18,75% saja. Padahal suatu kelas dinyatakan tuntas apabila
Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Siswa

nilai klasikal yang diperoleh yaitu 75%. Pembelajaran pada pra siklus dikatakan rendah ini
dipengaruhi oleh faktor guru dan siswa, faktor guru yaitu saat mengajar guru belum
menggunakan model pembelajaran yang bervariasi guru hanya menggunakan metode
konvensional sehingga menyebabkan keterampilan komunikasi siswa kurang terlatih, dan
juga faktor dari siswa karena siswa kebanyakan siswa kurang berani atau percaya diri saat
mengungkapkan pendapatnya. Keterampilan komunikasi yang rendah ini dapat dilihat pada
saat pelaksanaan pembelajaran tematik pada pra silklus nilai rata-rata siswa hanya
mencapai 61,68 sedangkan nilai KKM yaitu 68 maka nilai rata-rata yang diperoleh siswa
dapat dikatakan kurang dari KKM. Pelaksanaan pembelajaran Tematik pada tema
Indahnya keragaman di Negeriku Subtema Indahnya Persatuan dan Kesatuan di Negeriku
di kelas IV MI Al-Huda dengan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray
dalam proses pembelajaran dilaksanakan dengan cara guru terlebih dahulu menjelaskan
materi secara singkat, setelah itu guru membagi siswa ke dalam empat kelompok, lalu guru
membagikan materi yang berbeda pada setiap kelompok untuk dibahas bersama anggota
kelompoknya masing-masing, setelah semua kelompok selesai berdiskusi guru meminta
perwakilan dua orang siswa dari setiap kelompok untuk menjadi tamu dan dua orang siswa
lainnya bertugas dalam kelompoknya untuk mendiskusikan materi kelompoknya pada
tamu yang berkunjung. Setelah selesai setiap siswa kembali lagi pada kelompoknya untuk
mendiskusikan hasil temuan materi yang mereka peroleh dari kelompok lain, setelah itu
setiap kelompok secara bergantian mempresentasikan semua materi yang mereka dapatkan
pada hari tersebut di depan kelas. Hasil komunikasi iswa setelah penggunaan model
pembelajaran Two Stay Two Stray pada pembelajaran tematik dari siklus I ke siklus II
mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata sebelum penerapan model
pembelajaran Two Stay Two Stray atau pada pra siklus yaitu sebesar 61,68 dan ketuntasan
klasikalnya hanya sebesar 18,75 % sehingga belum tuntas. Sedangkan pada siklus I nilai
rata-rata siswa meningkat yaitu sebesar 66,93 dan ketuntasan klasikalnya 50 % masih
belum tuntas. Adapun pada siklus II nilai rata-rata siswa lebih meningkat yaitu sebesar
74,62 dan ketuntasan klasikalnya yaitu sebesar 87,5 % sehingga telah tuntas. Nilai rata-rata
dan ketuntasan klasikal yang diperoleh siswa pada siklus II termasuk katagori sangat baik.

BIBLIOGRAPHY

Fathurrohman, M. ( 2015 ). Model-model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta : AR-RUZZ


MEDIA.
Sutikno,S,M. (2010). Pengelolaan Pendidikan Tinjauan Umum dan Konsep Islami.
Bandung : Prospect.
Hamalik, O. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Uno. B, Hamzah .( 2011). Model Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Sagala, S. (2012) Konsep dan Makna Poembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Das könnte Ihnen auch gefallen