Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
ABSTRACT
The research carried out is motivated by the ineffectiveness of learning processes in
communication skills in schools to the maximum, which causes low student communication skills,
learning is only teacher-centered so that it makes students not trained in communication skills, so
students find it difficult to express ideas, ideas, or his mind to the teacher or other students well.
This study aims to find out how students' communication skills after applying the Two Stay Two
Stray learning model to thematic learning. Two Stay Two Stray learning model is a learning model
developed by Spencer Kagan. The research method used is Classroom Action Research (CAR).
Data collection techniques use observation techniques of teacher and student activities. The object
of this study was the fourth-grade students of MI Al-Huda Rancaekek with 16 people consisting of
6 female students and 10 male students.Based on the research that has been carried out that the
implementation of the two stay two stray learning model is well implemented. this can be seen
from the increase in the average value of the results of the performance of student communication
skills in each cycle. then, in this case, the application of the model Two Stay Two Stray can
improve students' communication skills.
Keywords: Communication skills, Learning Model Two Stay Two Stray, Thematic Learning.
ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini karena belum terlaksananya proses pembelajaran keterampilan
komunikasi di sekolah secara maksimal, sehingga hal tersebut menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan keterampilan komunikasi siswa kurang terlatih dengan baik. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana keterampilan komunikasi siswa setelah penerapan model
pembelajaran Two Stay Two Stray pada pembelajaran tematik. Model pembelajaran Two Stay Two
Stray merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Spancer Kagan. Metode penelitian
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Teknik pengumpulan
data menggunakan teknik observasi aktivitas guru dan siswa serta tes unjuk kerja. Objek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas IV MI Al-Huda Rancaekek berjumlah 16 orang yang terdiri dari 6
orang siswa perempuan dan 10 orang siswa laki-laki. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
bahwa penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat
dari adanya peningkatan nilai rata-rata hasil tes unjuk kerja keterampilan komunikasi siswa di
setiap siklusnya. Maka dalam hal ini, penerapan model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan
keterampilan komunikasi siswa.
Kata Kunci: Keterampilan Komunikasi, Model Pembelajaran Two Stay Two Stray, Pembelajaran
Tematik.
PENDAHULUAN
Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa
untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Tujuan kurikulum adalah tujuan yang hendak
dicapai oleh suatu program studi, bidang studi dan suatu mata ajaran, yang disusun
berdasarkan tujuan institusional. Perumusan tujuan kurikulum berpedoman pada
Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Siswa
yaitu dengan komunikasi. Guru dan siswa diharapkan dapat mengkomunikasikan materi
pembelajaran dengan baik.
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak ke
pihak lain agar saling mempengaruhi diantara keduanya. Adapun komunikasi dalam
pendidikan merupakan unsur yang sangat penting kedudukannya. Bahkan komunikasi
sangat besar peranannya dalam menentukan keberhasilan pendidikan (Sutikno : 2010).
Berdasarkan kurikulum 2013 bahwa pembelajaran harus mengacu pada siswa yang
lebih aktif atau dikenal dengan student center. Hal ini juga sejalan dengan adanya
keterampilan abad 21 yang salah satunya memuat tentang communication dan collaborasi.
Keterampilan komunikasi itu sangatlah penting, siswa dapat berkomunikasi dengan baik
itu bukanlah bawaan sejak lahir tetapi ia dapat berkomunikasi dengan baik lewat latihan
dan pengalaman. Dalam pembelajaran, komunikasi yang baik juga dapat dijadikan seorang
siswa tersebut menguasai materi pembelajaran atau tidak. Komunikasi disini maksudnya
adalah mengkomunikasikan pendapat atau gagasannya. Pada kenyataannya masih banyak
siswa yang hanya diam ketika pembelajaran berlangsung dan hanya mendengarkan
penjelasan guru, hal tersebut adalah salah satu yang menyebabkan siswa belum mampu
berkomunikasi dengan baik.
Salah satunya yaitu dengan teman, mereka dapat saling berbagi pengetahuan, oleh
karena itu siswa harus dapat berkomunikasi dengan baik agar saat mereka sedang bertukar
pengetahuan tidak terjadi kekeliruan yang dapat menyebabkan mereka salah tangkap
mengenai materi yang sedang dibahasnya.
Keterampilan komunikasi itu sangatlah penting bagi siswa dimanapun mereka
berada, apabila mereka dapat berkomunikasi dengan baik maka mereka dapat
mengkomunikasikan apa yang ada dalam pikirannya, begitu pula dalam pembelajaran.
Tetapi pada kenyataannya masih banyak siswa yang mengalami kesulitan berkomunikasi.
Siswa yang pasif cenderung dan tidak mau atau hanya mengandalkan siswa lain yang aktif,
dia tidak berkemauan menyampaikan gagasannya sendiri. Hal ini dapat disebabkan karena
model pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak bervariasi, seringnya guru hanya
menggunakan metode berceramah saja sehingga menjadikan siswa tidak aktif dalam
kegiatan pembelajaran yang menyebabkan siswa tidak dapat mengembangkan
keterampilan komunikasinya.
Berdasarkan studi pendahuluan di MI Al-Huda Rancaekek, ternyata belum
menggunakan model pembelajaran yang bervariasi sehingga menyebabkan siswa kurang
terampil dalam komunikasinya. Dengan demikian diperlukan perubahan dalam model
pembelajaran salah satunya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two
Stray. Model pembelajaran Two Stay Two Stray yang akan membantu siswa dalam
mengembangkan keterampilan komunikasinya, dan model pembelajaran ini juga
diharapkan dapat menjadikan siswa yang pasif yang biasanya hanya mendengarkan guru
memaparkan materi saja menjadi siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
METODOLOGI
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif
diperoleh dari hasil Penskoran dari instrumen lembar keterampilan komunikasi. Sedangkan
data kualitatif diperoleh dari observasi aktivitas guru dan siswa ketika pembelajaran
sedang berlangsung. Adapun metode penelitiannya adalah metode penelitian tindakan
kelas (PTK) yang dilaksanakan menggunakan siklus-siklus, dan akan selesai apabila
indikator keberhasilan sudah terpenuhi. Setiap satu siklus dilakukan dua kali tindakan
Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Siswa
pembelajaran atau dua kali pertemuan dalam satu siklus, jadi jika menggunakan dua siklus
maka akan yang dilaksanakan menggunakan siklus-siklus, dan akan selesai apabila
indikator keberhasilan sudah terpenuhi. Setiap satu siklus dilakukan dua kali tindakan
pembelajaran atau dua kali pertemuan dalam satu siklus, jadi jika menggunakan dua siklus
maka akan dilaksanakan dalam empat tahap yaitu (a) perencanaan (planning); (b) tindakan
(acting); (c) pengamatan (observing); (d) refleksi (reflecting). Penelitian ini dilakukan di
MI Al-Huda terletak di kampung Bojong Koneng rt 03 rw 08 desa Nanjungmekar
Kecamatan Rancaekek kabupaten Bandung. Adapun alasan memilih sekolah tersebut
karena sekolah ini memiliki permasalahan yang sesuai dengan rencana penelitian yaitu,
selain masih kurangnya penggunaan model pembelajaran yang bervariasi juga karena
kemampuan komunikasi siswa dalam pembelajaran masih perlu ditingkatkan.
(Sudjana : 2017)
(Sudjana : 2017)
Adapun penilaian untuk presentase skor aktivitas guru dan siswa dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 1.Penilaian Presentase skor aktivitas Guru dan Siswa
No. Bobot Nilai Huruf Kriteria
2 71-85 B Baik
3 56-70 C Cukup
4 ≤55 D Kurang
Untuk melihat apakah setiap siswa mendapatkan nilai sesuai KKM atau belum, maka
dapat dilihat dengan menggunakan rumus berikut:
a. Ketercapaian Individu
Jumlah skor yang diperoleh
𝑥 100
Jumlah skor maksimal
Ketercapaian secara individu digunakan untuk mengetahui bagaimana hasil
keterampilan komunikasi siswa pada pembelajaran tematik.
Stray pada siklus I dinyatakan tuntas apabila nilai yang diperoleh mencapai 68
atau lebih besar dari nilai tersebut sesuai dengan KKM di kelas IV pada
pembelajaran tematik di MI Al-Huda. Suatu kelas dinyatakan tuntas apabila
hasil penggabungan dari tes unjuk kerja tindakan I dan tindakan II tersebut
mencapai nilai klasikal 75% dari nilai siswa yang tuntas di kelas. Hasil tes
keterampilan komunikasi pada siklus I tindakan I dan siklus I tindakan II dengan
mencari rata-rata dari nilai yang dipeorleh setiap siswa. Dilihat dari tabel di
bawah, maka diketahui dari 16 siswa di kelas IV MI Al-Huda Rancaekek
sebanyak 8 siswa (50%) telah tuntas keterampilan komunikasinya.
Tabel 10 Hasil Pemahaman Siswa Siklus I
Data Hasil
Jumlah Siswa yang Tuntas 8 Siswa (50%)
Jumlah Siswa yang Tidak Tuntas 8 Siswa (50%)
Jumlah Skor Seluruh Siswa 1071
Nilai Rata-rata Siswa 66,93
Jumlah Ketuntasan Belajar Klasikal 50%
Berdasarkan tabel di atas siswa yang sudah mencapai nilai KKM yaitu ≥ 68
berjumlah 8 siswa dinyatakan tuntas dan sisanya yang berjumlah 8 siswa masih
dibawah nilai KKM dinyatakan belum tuntas. Artinya siswa yang telah
memenuhi nilai KKM sebesar 68 adalah sebanyak 8 siswa atau 50% dari 16
siswa, sementara itu 50% atau 8 siswa belum tuntas dan ketuntasan klasikal
belajar pada siklus I termasuk kategori cukup. Maka kelas IV MI Al-Huda
Rancaekak belum memenuhi ketuntasan belajar. Karena suatu kelas dinyatakan
tuntas belajar apabila sudah mencapai 75% dari siswa yang tuntas di dalam kelas
tersebut.
b. Hasil keterampilan komunikasi Siswa pada Siklus II
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil keterampilan komunikasi siswa pada
saat pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two
Stray di kelas IV MI Al-Huda Rancaekek pada siklus I dinyatakan tuntas
apabila nilai yang diperoleh telah mencapai 68 atau diatas nilai tersebut sesuai
dengan KKM di kelas tersebut pada pembelajaran tematik. Suatu kelas
dinyatakan tuntas apabila hasil penggabungan dari tes unjuk kerja tindakan I dan
tindakan II tersebut mencapai nilai klasikal 75% dari nilai siswa yang tuntas di
kelas. Untuk melihat apakah setiap siswa mendapatkan nilai sesuai KKM atau
belum pada siklus I, maka dapat dilihat pada ketuntasan individu pada siklus II
dipeorleh dari hasil tes unjuk kerja siswa pada siklus II tindakan I dan siklus II
tindakan II dengan mencari rata-rata dari nilai yang diperoleh setiap siswa Data
pada tabel di bawah diketahui bahwa dari 16 siswa di kelas IV MI Al-Huda
Rancaekek sebanyak sebanyak 14 siswa (87,5%) telah tuntas belajarnya dan
sebanyak 2 siswa (12,5%) belum tuntas belajarnya.
Tabel 11 Hasil Pemahaman Siswa Siklus II
Data Hasil
Jumlah Siswa yang Tuntas 14 Siswa (87,5%)
Jumlah Siswa yang Tidak Tuntas 2 Siswa (12,5%)
Jumlah Skor Seluruh Siswa 1194
Nilai Rata-rata Siswa 74,62
Jumlah Ketuntasan Belajar Klasikal 87,5%
Berdasarkan tabel di atas, siswa yang telah mencapai nilai KKM ≥ 68 berjumlah
14 siswa dinyatakan tuntas dan siswa lainnya dengan jumlah 2 siswa dibawah nilai
Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Siswa
KKM dinyatakan belum tuntas. Maka dari itu siswa yang telah memenuhi KKM
sebesar 68 adalah 14 siswa atau 87,5 % dari 16 siswa, sementara 12,5% atau 2 siswa
lainnya belum tuntas dan ketuntasan klasikal belajar pada siklus II termasuk katagori
sangat baik. Oleh karena itu siswa kelas IV MI Al-Huda telah memenuhi ketuntasan
belajar. Karena suatu kelas dinyatakan tuntas belajar apabila telah mencapai 75% dari
jumlah siswa yang tuntas dalam kelas tersebut. Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar
siswa pada setiap siklus atau dapat dilihat pada diagram sebagai berikut :
74,62
66.93
61,78
87,5%
50%
18,7%
nilai klasikal yang diperoleh yaitu 75%. Pembelajaran pada pra siklus dikatakan rendah ini
dipengaruhi oleh faktor guru dan siswa, faktor guru yaitu saat mengajar guru belum
menggunakan model pembelajaran yang bervariasi guru hanya menggunakan metode
konvensional sehingga menyebabkan keterampilan komunikasi siswa kurang terlatih, dan
juga faktor dari siswa karena siswa kebanyakan siswa kurang berani atau percaya diri saat
mengungkapkan pendapatnya. Keterampilan komunikasi yang rendah ini dapat dilihat pada
saat pelaksanaan pembelajaran tematik pada pra silklus nilai rata-rata siswa hanya
mencapai 61,68 sedangkan nilai KKM yaitu 68 maka nilai rata-rata yang diperoleh siswa
dapat dikatakan kurang dari KKM. Pelaksanaan pembelajaran Tematik pada tema
Indahnya keragaman di Negeriku Subtema Indahnya Persatuan dan Kesatuan di Negeriku
di kelas IV MI Al-Huda dengan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray
dalam proses pembelajaran dilaksanakan dengan cara guru terlebih dahulu menjelaskan
materi secara singkat, setelah itu guru membagi siswa ke dalam empat kelompok, lalu guru
membagikan materi yang berbeda pada setiap kelompok untuk dibahas bersama anggota
kelompoknya masing-masing, setelah semua kelompok selesai berdiskusi guru meminta
perwakilan dua orang siswa dari setiap kelompok untuk menjadi tamu dan dua orang siswa
lainnya bertugas dalam kelompoknya untuk mendiskusikan materi kelompoknya pada
tamu yang berkunjung. Setelah selesai setiap siswa kembali lagi pada kelompoknya untuk
mendiskusikan hasil temuan materi yang mereka peroleh dari kelompok lain, setelah itu
setiap kelompok secara bergantian mempresentasikan semua materi yang mereka dapatkan
pada hari tersebut di depan kelas. Hasil komunikasi iswa setelah penggunaan model
pembelajaran Two Stay Two Stray pada pembelajaran tematik dari siklus I ke siklus II
mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata sebelum penerapan model
pembelajaran Two Stay Two Stray atau pada pra siklus yaitu sebesar 61,68 dan ketuntasan
klasikalnya hanya sebesar 18,75 % sehingga belum tuntas. Sedangkan pada siklus I nilai
rata-rata siswa meningkat yaitu sebesar 66,93 dan ketuntasan klasikalnya 50 % masih
belum tuntas. Adapun pada siklus II nilai rata-rata siswa lebih meningkat yaitu sebesar
74,62 dan ketuntasan klasikalnya yaitu sebesar 87,5 % sehingga telah tuntas. Nilai rata-rata
dan ketuntasan klasikal yang diperoleh siswa pada siklus II termasuk katagori sangat baik.
BIBLIOGRAPHY