Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
REFERAT
PENYUSUN
Aulia Rahman, S. Ked; J510195031
Resi Asadillah Majid, S. Ked; J510185067
PEMBIMBING
dr. Bambang Sutanto, Sp. An-KIC
dr. Ricka Lesmana Sp. An
dr. Febrian Dwi Cahyo Sp. An M.kes
Penyusun Penyusun
Menyetujui,
Pembimbing
Mengetahui,
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UMS
ii
GENERAL ANESTHESIA DENGAN INTUBASI ENDOTRACHEAL
Aulia Rahman, Resi Asadillah Majid
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Bagian Ilmu Anestesi dan Reanimasi, RS PKU Muhammadiyah Surakarta
ABSTRACT
Anaesthesia is used to stop you from feeling pain during surgical or diagnostic
procedures. It does this by blocking the pain signals that pass along nerves to brain. General
anesthetics is essential for some operations. The patient will be asleep and feel nothing
throghout the procedure. Before the operations start, anaesthetic drugs are injected into vein
or given to the patient as anaesthetic gases that patient breath into his lungs. The drugs ore
gases are carried to the brain in patient bloodstream, where they lead to the state of
anaesthesia (become unconscious). As the anaesthetic drug/gases wear off, your
consciousness and sensations will gradually return. General anesthetics are characterized
by relaxation, pain free and relaxation of skeletal muscles. The act of tracheal intubation is
one of the inhalation general anesthesia techniques. Intubation is inserting a tube into the
body cavity through the mouth or nose. Intubation is divided into 2 namely orotracheal
(endotracheal) intubation and nasotracheal intubation. One of the purposes of intubation is
to facilitate administration of anesthesia.
1
Anestesi Umum yang dikenakan pasien. Pasien ditanya lagi
Anestesia umum atau General mengenai hari dan jenis bagian tubuh yang
Anaesthesia adalah salah satu metode yang akan dioperasi (Werth, 2010).
dilakukan sebelum tindakan pra bedah. (a) Anamnesis: Riwayat tentang apakah
Pengertian dari anestesi umum itu sendiri pasien pernah mendapatkan anesthesia
ialah keadaan hilangnya nyeri di seluruh sebelumnya sangatlah penting untuk
tubuh dan hilangnya kesadaran yang bersifat mengetahui apakah ada hal-hal yang perlu
sementara yang dihasilkan melalui mendapat perhatian khusus, misalnya alergi,
penekanan sistem syaraf pusat karena adanya mual-muntah, nyeri otot, gatal-gatal atau
induksi secara farmakologi atau penekanan sesak napas pasca bedah, sehingga kita dapat
sensoris pada syaraf. Anestesi umum merancang anesthesia berikutnya dengan
merupakan kondisi yang dikendalikan lebih baik. Kebiasaan merokok sebaiknya
dengan ketidaksadaran reversibel dan dihentikan 1-2 hari sebelumnya untuk
diperoleh melalui penggunaan obat-obatan eliminasi nikotin yang mempengaruhi sistem
secara injeksi dan atau inhalasi yang ditandai kardiosirkulasi, dihentikan beberapa hari
dengan hilangnya respon rasa nyeri untuk mengaktifkan kerja silia jalan
(analgesia), hilangnya ingatan (amnesia), pernapasan dan 1-2 minggu untuk
hilangnya respon terhadap rangsangan atau mengurangi produksi sputum. Kebiasaan
refleks dan hilangnya gerak spontan minum alkohol juga harus dicurigai akan
(immobility), serta hilangnya kesadaran adanya penyakit hepar.
(unconsciousness) (Desai, 2010). (b) Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan keadaan
gigi-geligi, tindakan buka mulut, lidah relatif
Penilaian dan Persiapan Pra Anestesia besar sangat penting untuk diketahui apakah
Persiapan prabedah yang kurang akan menyulitkan tindakan laringoskopi
memadai merupakan faktor penyumbang intubasi. Leher pendek dan kaku juga akan
sebab-sebab kecelakaan anestesia. Dokter menyulitkan laringoskopi intubasi.
spesialis anestesia harus mengunjungi pasien Pemeriksaan rutin lain secara sistematik
sebelum pasien dibedah, agar ia dapat tentang keadaan umum tentu tidak boleh
menyiapkan pasien, sehingga pada waktu dilewatkan seperti inspeksi, palpasi, perkusi,
pasien dibedah dalam keadaan bugar. Tujuan dan auskultasi semua sistem organ tubuh
utama kunjungan pra anestesia adalah untuk pasien.
mengurangi angka kesakitan operasi, (c) Pemeriksaan Laboratorium: Uji
mengurangi biaya operasi dan meningkatkan laboratorium hendaknya atas indikasi yang
kualitas pelayanan kesehatan (Werth, 2010). tepat sesuai dengan dugaan penyakit yang
walaupun pada pasien sehat untuk bedah
Penilaian Prabedah
minor, misalnya pemeriksaan darah kecil
Identitas setiap pasien harus lengkap
(Hb, leukosit, masa perdarahan dan masa
dan harus dicocokan dengan gelang identitas
2
pembekuan) dan urinalisis. Pada usia pasien pasien yang dijadwalkan untuk operasi
diatas 50 tahun ada anjuran pemeriksaan elektif dengan anesthesia harus dipantangkan
EKG dan foto toraks. diri masukan oral (puasa) selama periode
(d) Kebugaran untuk anestesi: Pembedahan tertentu sebelum induksi anesthesia. Pada
elektif boleh ditunda tanpa batas waktu untuk pasien dewasa umumnya puasa 6-8 jam, anak
menyiapkan agar pasien dalam keadaan kecil 4-6 jam dan pada bayi 3-4 jam. Air
bugar, sebaliknya pada operasi sito putih, teh manis sampai 3 jam dan untuk
penundaan yang tidak perlu harus dihindari. keperluan minum obat air putih dan dalam
(e) Klasifikasi Status Fisik: Klasifikasi yang jumlah terbatas boleh 1 jam sebelum induksi
lazim digunakan untuk menilai kebugaran anesthesia.
fisik seseorang ialah yang berasal dari The
American Society Of Anesthesiologist (ASA). Premedikasi
Klasifikasi fisik ini bukan alat prakiraan Premedikasi ialah pemberian obat 1-2
risiko anestesi, karena dampak samping jam sebelum induksi anesthesia dengan
anestesi tidak dapat dipisahkan dari dampak tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan,
ASA I : Pasien dalam keadaan normal dan 1. Meredakan kecemasan dan ketakutan.
ASA II : Pasien dengan kelainan sistemik 3. Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan
ASA III : Pasien dengan gangguan atau 5. Mengurangi mual-muntah pasca bedah.
berat tak dapat melakukan aktivitas rutin dan Kecemasan merupakan reaksi alami,
ASA V : Pasien sekarat yang diperkirakan pasien dapan membangun kepercayaan dan
dengan atau tanpa pembedahan hidupnya menentramkan hati pasien. Obat pereda
tidak akan lebih dari 24 jam. kecemasan bisa digunakan diazepam peroral
(f) Masukan Oral: Refleks laring mengalami 10-15 mg beberapa jam sebelum induksi
penurunan selama anesthesia. Regurgitasi isi anesthesia. Jika disertai nyeri karena
lambung dan kotoran yang terdapat dalam penyakitnya dapat diberikan opioid misalnya
3
Untuk meminimalkan kejadian diatas dapat diberikan oksigen. Induksi cara ini
diberikan antagonis reseptor H2 histamin dikerjakan pada pasien yang kooperatif.
misalnya oral simetidin 600 mg atau oral 2) Induksi Intramuskular
ranitidine (zantac) 150 mg 1-2 jam sebelum Induksi intramuskular biasanya
jadwal operasi. menggunakan injeksi ketamin (ketalar)
Untuk mengurangi mual-muntah pasca yang dapat diberikan secara
bedah sering ditambahkan premedikasi intramuscular dengan dosis 5-7
suntikan intramuscular untuk dewasa mg/kgBB dan setelah 3-5 menit pasien
droperidol 2,5-5 mg atau ondansetron 2-4 mg tidur.
(zofran,narfoz) (Werth, 2010). 3) Induksi Inhalasi
Induksi inhalasi hanya dikerjakan
Induksi Anestesia dengan halotan (fluotan) atau
Induksi anestesia adalah tindakan untuk sevofluran. Cara induksi ini dikerjakan
membuat pasien dari sadar menjadi tidak pada bayi atau anak yang belum
sadar, sehingga memungkinkan dimulainya terpasang jalur vena atau dewasa yang
anestesia dan pembedahan. Induksi anestesi takut disuntik. Induksi halotan
dapat dikerjakan dengan secara intravena, memerlukan gas pendorong O2 atau
inhalasi, intramuskuler atau rektal. Setelah campuran N2O dan O2. Induksi dimulai
pasien tidur akibat induksi anestesi langsung dengan aliran O2 > 4 liter/menit atau
dilanjutkan dengan pemeliharaan anestesi campuran N2O : O2 = 3 : 1 aliran > 4
sampai tindakan pembedahan selesai. liter/menit, dimulai dengan halotan 0,5
Sebelum memulai induksi anestesi vol % sampai konsentrasi yang
selayaknya disiapkan peralatan dan obat- dibutuhkan. Kalau pasien batuk
obatan yang diperlukan, sehingga seandainya konsentrasi halotan diturunkan untuk
terjadi keadaan gawat dapat diatasi dengan kemudian kalau sudah tenang dinaikkan
lebih cepat dan lebih baik. lagi sampai konsentrasi yang
Induksi anestesi umum dapat dikerjakan diperlukan.
melalui cara/rute (Ganiswara, 1995): Induksi dengan sevofluran lebih
1) Induksi Intravena disenangi karena pasien jarang batuk.
Induksi intravena paling banyak Walaupun langsung diberikan dengan
dikerjakan dan digemari, apalagi sudah konsentrasi tinggi sampai 8 vol %.
terpasang jalur vena, karena cepat dan Seperti dengan halotan konsentrasi
menyenangkan. Obat induksi bolus dipertahankan sesuai kebutuhan.
disuntikan dalam kecepatan 30-60 Induksi dengan enfluran (etran),
detik. Selama induksi anesthesia, isofluran (foran, aeran) atau desfluran
pernapasan pasien, nadi, dan tekanan jarang dilakukan, karena pasien sering
darah harus diawasi dan selalu batuk dan waktu induksi menjadi lama.
4
4) Induksi Mencuri anestesi sampai menimbulkan hilangnya
Induksi mencuri (steal induction) kesadaran. Rasa takut dapat meningkatkan
dilakukan pada anak atau bayi yang frekuensi nafas dan pulsus, dilatasi pupil,
sedang tidur. Untuk yang sudah ada dapat terjadi urinasi dan defekasi. Stadium II
jalur vena tidak ada masalah, tetapi pada (stadium eksitasi involunter), dimulai dari
yang belum terpasang jalur vena, harus hilangnya kesadaran sampai permulaan
dikerjakan hati-hati supaya pasien tidak stadium pembedahan. Pada stadium II terjadi
terbangun. Induksi mencuri inhalasi eksitasi dan gerakan yang tidak menurut
seperti induksi inhalasi biasa hanya kehendak, pernafasan tidak teratur,
sungkup muka tidak kita tempelkan inkontinensia urin, muntah, midriasis,
pada muka pasien, tetapi kita berikan hipertensi, dan takikardia. Stadium III
jarak berapa sentimeter, sampai pasien (pembedahan/operasi), terbagi dalam 3
tertidur baru sungkup muka kita bagian yaitu; Plane I yang ditandai dengan
tempelkan. pernafasan yang teratur dan terhentinya
anggota gerak. Tipe pernafasan thoraco-
Rumatan Anestesi abdominal, refleks pedal masih ada, bola
Rumatan anestesi (maintenance) dapat mata bergerak-gerak, palpebra, konjuctiva
dikerjakan dengan secara intravena (anestesi dan kornea terdepresi. Plane II, ditandai
intravena total) atau dengan inhalasi atau dengan respirasi thoraco-abdominal dan bola
dengan campuran intravena inhalasi. mata ventro medial semua otot mengalami
Rumatan anestesi biasanya mengacu pada relaksasi kecuali otot perut. Plane III,
trias anestesi yaitu (Ganiswara, 1995): ditandai dengan respirasi regular, abdominal,
- Hipnosis bola mata kembali ke tengah dan otot perut
- Analgesia relaksasi. Stadium IV (paralisis medulla
- Relaksasi otot oblongata atau overdosis),ditandai dengan
paralisis otot dada, pulsus cepat dan pupil
Tahap - Tahap Anestesi
dilatasi. Bola mata menunjukkan gambaran
Stadium anestesi dibagi dalam 4 yaitu;
seperti mata ikan karena terhentinya sekresi
Stadium I (stadium induksi atau eksitasi
lakrimal (Munaf, 2008).
volunter), dimulai dari pemberian agen
5
Tabel 1. Tahap Anestesi
Tahap Nama Keterangan
1 Analgesia Dimulai dengan keadaan sadar dan diakhiri dengan hilangnya
kesadaran. Sulit untuk bicara; indra penciuman dan rasa nyeri
hilang. Mimpi serta halusinasi pendengaran dan penglihatan
mungkin terjadi. Tahap ini dikenal juga sebagai tahap induksi.
2 Eksitasi atau delirium Terjadi kehilangan kesadaran akibat penekananan korteks
serebri. Kekacauan mental, eksitasi, atau delirium dapat terjadi.
Waktu induksi singkat.
3 Surgical Prosedur pembedahan biasanya dilakukan pada tahap ini.
4 Paralisis medular Tahap toksik dari anestesi. Pernapasan hilang dan terjadi kolaps
sirkular. Perlu diberikan bantuan ventilasi.
Sumber: (Boulton dan Blogg, 2008)
2
Halothane Tidak begitu menekan SSP.
Bau dan rasa tidak menyengat. Resorpsinya setelah inhalasi, cepat
Khasiat anestetisnya sangat kuat dengan waktu induksi 2-3 menit.
tetapi khasiat analgetisnya dan Sebagian besar diekskresikan
daya relaksasi ototnya ringan, melalui paru-paru dalam keadaan
yang baru adekuat pada anestesi utuh, dan sisanya diubah menjadi
dalam. ion fluoride bebas.
Halotan digunakan dalam dosis Efek samping: hipotensi, menekan
rendah dan dikombinasi dengan pernapasan, aritmia, dan
suatu relaksans otot, seperti merangsang SSP. Pasca bedah
galamin atau suksametonium. dapat timbul hipotermi
Kelarutannya dalam darah relative (menggigil), serta mual dan
rendah induksi lambat, mudah muntah, dapat meningkatkan
digunakan, tidak merangsang perdarahan pada saat persalinan,
mukosa saluran napas. SC, dan abortus.
Bersifat menekan refleks dari Isofluran (Forane)
faring dan laring, melebarkan Bau tidak enak.
bronkioli dan mengurangi sekresi Termasuk anestesi inhalasi kuat
ludah dan sekresi bronchi. dengan sifat analgetis dan
Famakokinetik: sebagian relaksasi otot baik.
dimetabolisasikan dalam hati Daya kerja dan penekanannya
bromide, klorida anorganik, dan terhadap SSP = enfluran.
trifluoacetik acid. Efek samping: hipotensi, aritmi,
Efek samping: menekan menggigil, konstriksi bronkhi,
pernapasan dan kegiatan jantung, meningkatnya jumlah leukosit.
hipotensi, jika penggunaan Pasca bedah dapat timbul mual,
berulang, maka dapat muntah, dan keadaan tegang.
menimbulkan kerusakan hati. Sediaan: isofluran 3-3,5% dlm O2;
Dosis: tracheal 0,5-3 v%. + NO2-O2 = induksi; maintenance
Enfluran : 0,5%-3%.
Anestesi inhalasi kuat yang Desfluran
digunakan pada berbagai jenis Desfluran merupakan halogenasi
pembedahan, juga sebagai eter yang rumus bangun dan efek
analgetikum pada persalinan. klinisnya mirip isofluran.
Memiliki daya relaksasi otot dan Desfluran sangat mudah menguap
analgetis yang baik, melemaskan dibandingkan anestesi volatil lain,
otot uterus.
3
sehingga perlu menggunakan dapat menyebabkan keadaan anestesi
vaporizer khusus (TEC-6). disosiatif dan obat-obat lain
Titik didihnya mendekati suhu (droperianol, etomidate,
ruangan (23.5C). dexmedetomidine) (Soerasdi, et al.,
Potensinya rendah. 2010).
Bersifat simpatomimetik Barbiturat
menyebabkan takikardia dan Blokade sistem stimulasi di
hipertensi. formasi retikularis.
Efek depresi napasnya seperti Hambat pernapasan di medula
isofluran dan etran. oblongata.
Merangsang jalan napas atas, Hambat kontraksi otot jantung,
sehingga tidak digunakan untuk tidak menimbulkan sensitisasi
induksi anestesi jantung terhadap ketekolamin.
Sevofluran Dosis anestesi : rangsang SSP;
Merupakan halogenasi eter. dosis > = depresi SSP.
Induksi dan pulih dari anestesi Dosis : induksi = 2 mg/kgBB (i.v)
lebih cepat dibandingkan dengan dlm 60 dtk; maintenance = ½ dosis
isoflurane. induksi
Baunya tidak menyengat dan tidak Na tiopental.
merangsang jalan napas. Induksi : dosis tgt BB, keadaan
Efek terhadap kardiovaskular fisik dan penyakit.
cukup stabil, jarang menyebabkan Dewasa : 2-4 ml larutan 2,5%
aritmia. secara intermitten tiap 30-60 dtk
Efek terhadap sistem saraf pusat ad capaian.
seperti isofluran dan belum ada Ketamin
laporan toksik terhadap hepar. Sifat analgesik, anestetik,
Setelah pemberian dihentikan kataleptik dengan kerja singkat.
sevofluran cepat dikeluarkan oleh Analgesik kuat utk sistem somatik,
badan. lemah utk sistem visceral.
2. Anestesi Intravena relaksasi otot polos lurik (-), tonus
Termasuk golongan ini adalah: meninggi.
barbiturate (thiopental, methothexital); tingkatkan TD, nadi, curah
benzodiazepine (midazolam, jantung.
diazepam); opioid analgesic (morphine, Ketamin sering menimbulkan
fentanyl, sufentanil, alfentanil, takikardi, hipertensi, hipersalivasi,
remifentanil); propofol; ketamin, suatu nyeri kepala, pasca anestesi dapat
senyawa arylcylohexylamine yang menimbulkan mual-muntah,
4
pandangan kabur, dan mimpi Dosis bolus untuk induksi 2-2.5
buruk. mg/kg, dosis rumatan untuk
Kalau harus diberikan sebaiknya anestesi intravena total 4- 12
sebelumnya diberikan sedasi mg/kg/jam dan dosis sedasi untuk
mdasolam (dormikum) atau perawatan intensif 0.2 mg/kg.
diazepam (valium) dengan dosis Pengenceran propofol hanya boleh
0.1 mg/kg intravena dan untuk dengan dekstrosa 5%.
mengurangi salivasi diberikan Pada manula dosis harus
sulfas atropin 0.001 mg/kg. dikurangi, pada anak <3 tahun dan
Dosis bolus untuk induksi pada wanita hamil tidak
intravena adalah 1-2 mg/kg dan dianjurkan.
untuk intramuskular 3-10 mg. Midazolam
Ketamin dikemas dalam cairan Midazolam merupakan anestesi
bening dengan kepekatan 1% intravena golongan benzodiazepin
(1ml=10mg), 5% (1ml=50 mg) dengan mula kerja yang pendek
dan 10 % (1ml=100 mg). dan memiliki efek ansiolitik,
Fentanil dan droperidol sedasi, amnesia, relaksasi otot,
Analgesik & anestesi neuroleptic. antikonvulsan dan digunakan
Kombinasi tetap. sebagai adjuvant (Pacifici, 2014).
Aman diberikan pada yang Mekanisme kerja: menghambat
mengalami hiperpireksia dan subunit-subunit reseptor
anestesi umum lain. neurotransmiter yang diaktivasi
Fentanil : masa kerja pendek, mula oleh GABA spesifik di sinaps
keja cepat. neuron susunan saraf pusat (SSP)
Droperidol : masa kerja lama & dan menfasilitasi frekuensi
mula kerja lambat. pembukaan saluran ion klorida
Propofol yang diperantarai oleh GABA,
5
Dosis: nasotrakeal yaitu tindakan memasukan pipa
- Premedikasi 0,07 – 0,15 (IM) nasal melalui nasal dan nasopharing ke dalam
- Sedasi 0,01 – 0,1 (IV) oropharing sebelum laryngoscopy (Latief, et
- Induksi 0,1 – 0,4 (IV) al., 2001).
Mula kerja: 30 – 60 detik Tujuan dilakukannya intubasi yaitu
Waktu paruh eliminasi: 2-3 jam. sebagai berikut (Latief, et al., 2001):
6
adekuat, melindungi terhadap aspirasi paru, Klasifikasi Mallampati:
kebutuhan untuk mengontrol dan - Mallampati 1 : Palatum mole, uvula,
mengeluarkan sekret pulmonal. Penyulit dinding posterior oropharing, pilar
intubasi endotrakeal adalah trauma servikal tonsil.
yang memerlukan keadaan imobilisasi tulang - Mallampati 2 : Palatum mole, sebagian
vertebra servical, sehingga sangat sulit untuk uvula, dinding posterior uvula.
dilakukan intubasi. - Mallampati 3 : Palatum mole, dasar
Intubasi nasotrakeal dapat dilakukan uvula.
pada pasien-pasien yang akan menjalani - Mallampati 4 : Palatum durum saja.
operasi maupun tindakan intraoral. Selain sistem klasifikasi Mallampati,
Dibandingkan dengan pipa orotrakeal, temuan fisik lainnya telah terbukti menjadi
diameter maksimal dari pipa yang digunakan prediktor yang baik dari kesulitan saluran
pada intubasi nasotrakeal biasanya lebih kecil nafas. Wilson dkk menggunakan analisis
oleh karenanya tahanan jalan napas menjadi diskriminan linier, dimasukkan lima variable:
cenderung meningkat. Intubasi nasotrakeal Berat badan, kepala dan gerakan leher,
pada saat ini sudah jarang dilakukan untuk gerakan rahang, sudut mandibula, dan gigi ke
intubasi jangka panjang karena peningkatan dalam sistem penilaian yang diperkirakan
tahanan jalan napas serta risiko terjadinya 75% dari intubasi sulit pada kriteria risiko =
sinusitis. Teknik ini bermanfaat apabila dua. Faktor lain yang digunakan untuk
urgensi pengelolaan airway tidak memprediksi kesulitan intubasi meliputi
memungkinkan foto servikal. (Morgan, et al., (Gregory dan Riazi, 1998):
2006).
- Lidah besar
- Gerak sendi temporo-mandibular
Kesulitan Intubasi
terbatas
Sehubungan dengan manajemen saluran
- Mandibula menonjol
nafas, riwayat sebelum intubasi seperti
riwayat anestesi, alergi obat, dan penyakit - Maksila atau gigi depan menonjol
7
glossoptosis), Treacher Collins nafas yang dalam dengan oksigen 100%
(mandibulofacialdysostosis) (Pramono, 2015).
- Endokrinopati (Kegemukan, Persiapan alat untuk intubasi antara
Acromegali, Hipotiroid macroglossia, lain:
Gondok) STATICS
- Infeksi (Ludwig angina (abses pada Scope
dasar mulut), peritonsillar abses, Scope adalah stetoskop dan
retropharyngeal abses, epiglottitis) laringoskop. Stestoskop untuk mendengarkan
8
dimasukkan melalui mulut (orotracheal tube) di faring di sekeliling pipa tersebut untuk
atau melalui hidung (nasotracheal tube). mencegah aspirasi untuk fiksasi dan agar
Nasotracheal tube umumnya digunakan bila tidak terjadi kebocoran udara inspirasi. Bila
penggunaan orotracheal tube tidak intubasi secara langsung (memakai
memungkinkan, mislanya karena terbatasnya laringoskop dan melihat rima glotis) tidak
pembukaan mulut atau dapat menghalangi berhasil, intubasi dilakukan secara tidak
akses bedah. Namun penggunaan langsung (tanpa melihat trakea) yang juga
nasotracheal tube dikontraindikasikan pada disebut intubasi tanpa lihat (blind). Cara lain
pasien dengan farktur basis kranii. adalah dengan menggunakan laringoskop
Pipa endotrakea adalah suatu alat yang serat optic.
dapat mengisolasi jalan nafas, Untuk orang dewasa dan anak diatas 6
mempertahankan patensi, mencegah aspirasi tahun dianjurkan untuk memakai pipa dengan
serta mempermudah ventilasi, oksigenasi dan balon lunak volume besar tekanan rendah,
pengisapan. Pipa endotrakea terbuat dari untuk anak kecil dan bayi pipa tanpa balon
material silicon PVC (Polyvinyl Chloride) lebih baik. Balon sempit volume kecil
yang bebas lateks, dilengkapi dengan 15mm tekanan tinggi hendaknya tidak dipakai
konektor standar. Termosensitif untuk karena dapat menyebabkan nekrosis mukosa
melindungi jaringan mukosa dan trakea. Pengembangan balon yang terlalu
memungkinkan pertukaran gas, serta struktur besar dapat dihindari dengan memonitor
radioopak yang memungkinkan perkiraan tekanan dalam balon (yang pada balon lunak
lokasi pipa secara tepat. Pada tabung besar sama dengan tekanan dinding trakea
didapatkan ukuran dengan jarak setiap 1cm dan jalan nafas) atau dengan memakai balon
untuk memastikan kedalaman pipa. tekanan terbatas. Pipa hendaknya dibuat dari
Anatomi laring dan rima glotis harus plastik yang tidak iritasif.
dikenal lebih dulu. Besar pipa trakea Pemakaian pipa endotrakea sesudah 7
disesuaikan dengan besarnya trakea. Besar sampai 10 hari hendaknya dipertimbangkan
trakea tergantung pada umur. Pipa trakeostomi, bahkan pada beberapa kasus
endotrakea yang baik untuk seorang pasien lebih dini. Pada hari ke-4 timbul kolonisasi
adalah yang terbesar yang masih dapat bakteri yang dapat menyebabkan kondritis
melalui rima glotis tanpa trauma. Pada anak bahkan stenosis subglotis.
dibawah umur 8 tahun trakea berbentuk Kerusakan pada laringotrakea telah jauh
corong, karena ada penyempitan di daerah berkurang dengan adanya perbaikan balon
subglotis (makin kecil makin sempit). Oleh dan pipa. Jadi trakeostomi pada pasien koma
karena itu pipa endaotrakeal yang dipakai dapat ditunda jika ekstubasi diperkirakan
pada anak, terutama adalah pipa tanpa balon dapat dilakukan dalam waktu 1-2 minggu.
(cuff). Bila dipakai pipa tanpa balon Akan tetapi pasien sadar tertentu
hendaknya dipasang kasa yang ditempatkan memerlukan ventilasi intratrakea jangka
9
panjang mungkin merasa lebih nyaman dan dimasukkan dari sudut kanan dan lapangan
diberi kemungkinan untuk mampu berbicara pandang akan terbuka. Daun laringoskop
jika trakeotomi dilakukan lebih dini. didorong ke dalam rongga mulut. Gagang
diangkat ke atas dengan lengan kiri dan akan
Airway
terlihat uvula, faring serta epiglotis.
Airway yang dimaksud adalah alat
Ekstensi kepala dipertahankan dengan
untuk menjaga terbukanya jalan napas yaitu
tangan kanan. Epiglotis diangkat sehingga
pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal
tampak aritenoid dan pita suara yang tampak
airway) atau pipa hidung-faring (naso-
keputihan berbentuk huruf V. Tracheal tube
tracheal airway). Pipa ini berfungsi untuk
diambil dengan tangan kanan dan ujungnya
menahan lidah saat pasien tidak sadar agar
dimasukkan melewati pita suara sampai
lidah tidak menyumbat jalan napas.
balon pipa tepat melewati pita suara. Bila
Tape yang dimaksud adalah plester diminta untuk menekan laring ke posterior
untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong sehingga pita suara akan dapat tampak
10
atau gaster akan mengembang, terdengar intubasi atau cenderung mendapatkan
suara saat ventilasi (dengan stetoskop), trauma fisik atau fisiologis selama
kadang‐kadang keluar cairan lambung, dan intubasi.
makin lama pasien akan nampak semakin 4. Komplikasi sering terjadi saat situasi
membiru. Untuk hal tersebut pipa dicabut dan emergensi.
intubasi dilakukan kembali setelah diberikan Faktor yang berhubungan dengan anestesia
oksigenasi yang cukup. 1. Ilmu pengetahuan, teknik keterampilan
Intubasi yang gagal tidak harus dan kemampuan menangani situasi
dilakukan berulang-ulang dengan cara yang krisis yang dimiliki anestesiologis
sama. Perubahan harus dilakukan untuk memiliki peranan penting terjadinya
meningkatkan kemungkinan keberhasilan, komplikasi selama tatalaksana jalan
seperti reposisi pasien, mengurangi ukuran napas.
tabung, menambahkan stylet, memilih pisau 2. Intubasi yang terburu-buru tanpa
yang berbeda, mencoba jalur lewat hidung, evaluasi jalan napas atau persiapan
atau meminta bantuan dari ahli anestesi lain. pasien dan peralatan yang adekuat dapat
Jika pasien juga sulit untuk ventilasi dengan menimbulkan kegagalan dalam
masker, bentuk alternatif manajemen saluran intubasi.
napas lain (misalnya, LMA, Combitube, Faktor yang berhubungan dengan peralatan
cricothyrotomy dengan jet ventilasi, 1. Bentuk standar dari endotracheal tube
trakeostomi) harus segera dilakukan (ETT) akan memberikan tekanan yang
(Gamawati dan Sri, 2002). maksimal pada bagian posterior laring.
Oleh sebab itu, kerusakan yang terjadi
Komplikasi Intubasi
pada bagian tersebut tergantung dari
Faktor-faktor predisposisi terjadinya
ukuran tube dan durasi pemakaian tube
komplikasi pada intubasi endotrakeal dapat
tersebut.
dibagi menjadi:
2. Pemakaian stilet dan bougie merupakan
Faktor pasien
faktor predisposisi terjadinya trauma.
1. Komplikasi sering terjadi pada bayi,
3. Bahan tambahan berupa plastik dapat
anak dan wanita dewasa karena
menimbulkan iritasi jaringan.
memiliki laring dan trakea yang kecil
4. Sterilisasi tube plastik dengan etilen
serta cenderung terjadinya edema pada
oksida dapat menghasilkan bahan
jalan napas.
toksik berupa etilen glikol jika waktu
2. Pasien yang memiliki jalan napas yang
pengeringan inadekuat.
sulit cenderung mengalami trauma.
Kesulitan menjaga jalan napas dan
3. Pasien dengan variasi kongenital seperti
kegagalan intubasi mencakup kesulitan
penyakit kronik yang didapat
ventilasi dengan sungkup, kesulitan saat
menimbulkan kesulitan saat dilakukan
menggunakan laringoskopi, kesulitan
11
melakukan intubasi dan kegagalan intubasi. Pada ekstubasi pasien tidak sadar diperlukan
Situasi yang paling ditakuti adalah tidak dosis pelumpuh otot dalam jumlah yang
dapat dilakukannya ventilasi maupun cukup banyak, dan setelahnya pasien
intubasi pada pasien apnoe karena proses menggunakan alat untuk memastikan jalan
anestesi. Kegagalan dalam oksigenasi dapat nafas tetap lapang berupa pipa orofaring atau
menyebabkan kematian atau hipoksia otak. nasofaring dan disertai pula dengan triple
Krikotirotomi merupakan metode yang airway manuver standar (Friedland, et al.,
dipilih ketika dalam keadaan emergensi 2001).
seperti pada kasus cannot-ventilation- Syarat-syarat ekstubasi :
cannot-intubation (CVCI) (Gamawati dan 1. Vital capacity 6 – 8 ml/kg BB.
Sri, 2002). 2. Tekanan inspirasi diatas 20 cm H2O.
3. PaO2 diatas 80 mm Hg.
Ekstubasi Perioperatif
4. Kardiovaskuler dan metabolic stabil.
Setelah operasi berakhir, pasien
5. Tidak ada efek sisa dari obat pelemas
memasuki prosedur pemulihan yaitu
otot.
pengembalian fungsi respirasi pasien dari
nafas kendali menjadi nafas spontan. Sesaat 6. Reflek jalan napas sudah kembali dan
12
darurat komponen inilah yang pertama kali Greenberg MS, Glick M. Burket’s oral
dipertahankan. Salah satu cara menjaga medicine diagnosis and treatment. 10th
patensi saluran napas (airway) tersebut ed. Ontario: BC Decker Inc, 2003:
adalah dengan intubasi. Sehingga teknik
94,126, 612.
intubasi harus dikuasai dengan benar dari
Gregory GA, Riazi J. Classification and
mulai indikasi sampai dengan komplikasi-
assessment of the difficult pediatric
komplikasinya.
airway. Anesth Clin North Am.
Adams L George, boies L, dkk. 1997. Boies Katzung, Bertram G., Susan, B.Masters., and
Anestesiologi. Edisi 10. Jakarta: EGC. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, p. 483-
Dorland, Newman. 2002. Kamus Kedokteran Latief, Said A, Kartini A. Suryadi dan M.
Gamawati, Dian Natalia dan Sri Morgan Edward, Mikhail Maged, Murray
13
Munaf, S., 2008. Kumpulan Kuliah terapi intensif Fakultas Kedokteran
Farmakologi. Palembang: EGC. UNDIP/RSUP dr.Kariadi.
Pacifici, Gian Maria., 2014. Clinical Soerasdi E., Satriyanto M.D., Susanto E.
Pharmacology of Midazolam in 2010. Buku Saku Obat-Obat Anesthesia
Neonates and Children: Effect of Sehari-hari. Bandung.
Disease-A Review. Intern J of Ped. P. 1- Werth, M. 2010. Pokok-Pokok Anestesi.
20. Jakarta: EGC.
Pramono, Ardi. 2015. Buku Kuliah: Anestesi. Williams, L., 2013. Practice Guidelines for
Jakarta: EGC. p:19-23. Management of the Difficult
Sabiston, DC. 1995. Buku Ajar Bedah Airway. The American Society of
Bagian 1. Jakarta: EGC. Anesthesiologists.
Said, A., 2002. Petunujuk Praktis Xu, R., 2016. Airway Complications During
Anestesiologi. Jakarta: FK UI. and After General Anesthesia: A
Schmitt H, Buchfelder M, Radespiel-Troger Comparison, Systematic Review and
M, et al. Difficult intubation in Meta-Analysis of Using Flexible
acromegalic patients: incidence and Laryngeal Mask Airways and
probability. Anesthesiology. Endotracheal Tubes. PLOS One.
2000;93:110-114.
Soenarjo & Jatmiko, H., 2010. Anestesiologi.
Semarang: Bagian anestesiologi dan
14
1