Sie sind auf Seite 1von 7

Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015

STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA NELAYAN


DI KELURAHAN BAHU KECAMATAN MALALAYANG
KOTA MANADO SULAWESI UTARA

1
Gary S. J. Nayoan
2
Damajanty H. C. Pangemanan,
3
Christy N. Mintjelungan

1
Kandidat Skripsi Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran
2
Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran
3
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: garysjnayoan@yahoo.com

Abstract: Oral hygiene is a part of the general health that is needed to be considered by the
community. Some causes of a person neglecting his/her teeth and mouth cleanliness are level
of education, level of knowledge, and the person's income. Generally, fishermen do not have
enough time to take care of their oral hygiene. This study aimed to determine the status of oral
hygiene of fishermen living in Bahu Malalayang Manado, North Sulawesi. This was a
descriptive study using a cross sectional design. There were 63 fishermen, but only 38 fulfilled
the inclusion and exclusion criteria. The results showed that based on the knowledge, most of
the dental and oral hygiene status (62.52%) belonged to the medium category of OHI-S. Oral
hygiene status Based on the characteristics of age, most of the age group of 36-45 years
(61.29%) had the medium category of OHI-S. Distribution of oral hygiene status by education
was most dominant subjects with secondary school education level that is equal to 81,82%.
Distribution of oral hygiene status by income is most prevalent subject to income <UMP
included in category status OHI-S was in the amount of 60.00 %.
Keywords: status of oral hygiene, fisherman

Abstrak: Kebersihan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan secara umum yang
perlu diperhatikan oleh masyarakat. Beberapa faktor penyebab seseorang mengabaikan
kebersihan gigi dan mulutnya yaitu diantaranya tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dan
penghasilan. Kegiatan perikanan para nelayan yang sehari semalam berada dilaut
menyebabkan perhatian terhadap kebersihan gigi dan mulut menjadi kurang. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui status kebersihan gigi dan mulut pada nelayan di kelurahan Bahu
kecamatan Malalayang kota Manado Sulawesi Utara. Penelitian ini bersifat deskriptif
menggunakan pendekatan potong lintang, dilakukan pada nelayan yang berada di kelurahan
Bahu kecamatan Malalayang kota Manado Sulawesi Utara yang berjumlah 63 orang, namun
sampel yang didapat berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yaitu berjumlah 38 orang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan pengetahuan paling banyak ditemukan pada
kategori OHI-S sedang (65,52%). Status kebersihan gigi dan mulut berdasarkan karakteristik
usia lebih banyak ditemukan pada kategori usia 36-45 tahun yang memiliki status OHI-S
sedang (61,29%). Distribusi berdasarkan pendidikan paling banyak ditemukan tingkat
pendidikan SMA dengan status OHI-S sedang (81,82%). Distribusi berdasarkan penghasilan
paling banyak ditemukan penghasilan lebih kecil dari UMP yang termasuk dalam kategori
status OHI-S (60,00%).
Kata kunci: status kebersihan gigi dan mulut, nelayan

495
Nayoan, Pangemanan, Mintjelungan: Status kebersihan gigi...

Indonesia mempunyai lautan yang lebih maupun sosial budaya), perilaku, dan
luas dari daratan. Dua pertiga wilayah pelayanan kesehatan. Dari keempat faktor
Indonesia ialah perairan laut yang terdiri tersebut, faktor lingkungan baik itu
dari laut pesisir, laut lepas, teluk dan selat.1 lingkungan fisik maupun sosial budaya
Luas wilayah laut termasuk di dalamnya yang diantaranya ialah tingkat pendidikan,
Zona Ekonomi Eksklusif mencapai 5,8 km2 tingkat pengetahuan, dan penghasilan,
atau sekitar 3/4 dari luas keseluruhan memegang peranan penting dalam
wilayah Indonesia.2 Wilayah laut dan memengaruhi status kesehatan gigi dan
pesisir merupakan wilayah yang amat mulut para nelayan.7 Seperti penelitian
penting bagi sebagian besar penduduk yang dilakukan oleh Fitriyansyah 2013
Indonesia. Lebih dari empat belas juta bahwa sekitar 3,33% nelayan di Pulau
penduduk atau sekitar 7,5% dari total Kodingareng memiliki keadaan kebersihan
penduduk Indonesia menggantungkan mulut yang baik, sekitar 30% memiliki
hidupnya pada pekerjaan yang ada di kebersihan mulut yang sedang, dan sekitar
wilayah laut dan pesisir pantai.3 66,66% atau lebih dari setengah nelayan di
Sebagai suatu kesatuan sosial, Pulau Kodingareng memiliki kebersihan
masyarakat nelayan hidup, tumbuh, dan mulut yang buruk.8
berkembang di wilayah pesisir atau wilayah Umur juga memengaruhi pengetahuan
pantai. Meskipun disadari bahwa tidak dan kebersihan gigi dan mulut.
semua desa-desa di kawasan pesisir Berdasarkan Departemen Kesehatan
memiliki penduduk yang bermata Republik Indonesia (DEPKES RI) pada
4
pencaharian sebagai nelayan. Nelayan tahun 2009 menunjukan masa dewasa awal
yang sehari-hari melakukan pekerjaan yang dan akhir ada pada umur 26-45 tahun.
dapat dikatakan membutuhkan keberanian Nelayan di kelurahan Bahu bekerja dengan
dan tenaga yang lebih dari pekerjan lainnya waktu yang bervariatif, tergantung dari
terkadang membuat nelayan lupa akan rejeki yang diperoleh, bahkan terkadang
kesehatannya, begitu juga dengan beberapa dari mereka berada di laut sehari
kesehatan gigi dan mulutnya. Kesehatan semalam. Hal ini menyebabkan perhatian
mulut sangat dipengaruhi oleh kebersihan terhadap kebersihan gigi menjadi kurang.
gigi dan mulut itu sendiri.5 Namun itu hanya salah satu dari beberapa
Di Indonesia masalah kesehatan gigi hal yang menjadi penyebab. Oleh karena
dan mulut tergolong tinggi, berdasarkan itu peneliti tertarik untuk melakukan
data yang didapat dari Riset Kesehatan penelitian mengenai status kebersihan gigi
Dasar (RISKESDAS) 2013 bahwa sebesar dan mulut pada nelayan di kelurahan Bahu
25,9% penduduk Indonesia mempunyai Kecamatan Malalayang Kota Manado
masalah kesehatan gigi dan mulut dalam 12 Sulawesi Utara.
bulan terakhir. Angka prevalensi tertinggi
terhadap masalah kesehatan gigi dan mulut METODE PENELITIAN
terdapat di provinsi Sulawesi Selatan Penelitian ini merupakan penelitian
36,2% diikuti Kalimantan Selatan 36,1%, deskriptif dengan menggunakan desain
Sulawesi Tengah 35,6%, Sulawesi Barat potong lintang. Penelitian dilaksanakan di
32,2%, DI Yoyakarta 32,1%, Sulawesi kelurahan Bahu kecamatan Malalayang
Utara 31,6%. Sulawesi Utara merupakan kota Manado Sulawesi Utara pada bulan
salah satu dari enam provinsi yang Oktober tahun 2015. Total populasi
memiliki nilai tertinggi dalammasalah nelayan di kelurahan Bahu sebesar 63
kesehatan gigi dan mulut dengan prevalensi orang dan berdasarkan kriteria inklusi dan
sebesar 31,6%.6 eksklusi didapatkan sampel sebanyak 38
Berdasarkan teori Blum, status orang.
kesehatan gigi dan mulut seseorang atau Variabel penelitian ini yaitu status
masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor kebersihan gigi dan mulut (OHI-S),
penting yaitu keturunan, lingkungan (fisik Karakteristik usia, Pengetahuan,
496
Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015

Pendidikan dan Penghasilan. Penelitian gigi dan mulut berdasarkan pengetahuan


dimulai sesuai dengan tanggal yang telah dapat dilihat pada Tabel 7. Distribusi status
disetujui oleh kepala kelurahan Bahu kebersihan gigi dan mulut berdasarkan
kecamatan Malalayang kota Manado pendidikan dapat dilihat pada Tabel 8.
Sulawesi Utara. Nelayan yang diperiksa Distribusi status kebersihan gigi dan mulut
diberikan surat persetujuan tertulis berupa berdasarkan penghasilan dapat dilihat pada
informed consent sebelum dilakukan Tabel 9.
pemeriksaan. Pengambilan data mengenai
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut Tabel 1. Distribusi subjek penelitian
dinilai melalui pengisian kuesioner, berdasarkan karakteristik usia
kemudian dilakukan pemeriksaan status
kebersihan gigi dan mulut dengan Karakteristik
(n) (%)
Usia (tahun)
menggunakan indeks OHI-S.
26-35 7 18,42
Langkah-langkah kerjanya yaitu
36-45 31 81,58
operator mengajukan pertanyaan-
Total 38 100,00
pertanyaan dari kuesioner kemudian
dijawab oleh responden. Setelah itu, Tabel 2. Distribusi subjek penelitian
responden duduk tenang dengan posisi berdasarkan tingkat pengetahuan
kepala sedikit diangkat kemudian
diinstruksikan membuka mulut untuk Pengetahuan (n) (%)
dilihat keadaan gigi yang akan diperiksa. Baik 29 76,32
Responden diperiksa dengan menggunakan Sedang 5 13,16
alat diagnostik berupa kaca mulut dan Kurang 4 10,52
sonde, kemudian dinilai indeks OHI-Snya Total 38 100,00
(Debris Indeks dan Kalkulus Indeks). Data
diolah berdasarkan distribusi frekuensi Tabel 3. Distribusi subjek penelitian
kebersihan mulut berdasarkan karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan
usia, pengetahuan, status pendidikan dan
pendapatan kemudian dianalisis dan Pendidikan (n) (%)
disajikan dalam bentuk tabel dengan SD 11 28,95
menggunakan program komputer. SMP 16 42,10
SMA 11 28,95
Total 38 100,00
HASIL PENELITIAN
Subjek penelitian diteliti berdasarkan
Tabel 4. Distribusi subjek penelitian
karakteristik usia, tingkat pengetahuan, berdasarkan tingkat penghasilan
tingkat pendidikan, dan tingkat
penghasilan. Distribusi subjek penelitian Penghasilan (n) (%)
berdasarkan karakteristik usia dapat dilihat > UMP 8 21,05
pada Tabel 1. Distribusi subjek penelitian < UMP 30 78,95
berdasarkan tingkat pengetahuan dapat Total 38 100,00
dilihat pada Tabel 2. Distribusi subjek
penelitian berdasarkan tingkat pendidikan Tabel 5. Distribusi status kebersihan gigi dan
dapat dilihat pada Tabel 3. Distribusi mulut responden
subjek penelitian berdasarkan tingkat
penghasilan dapat dilihat pada Tabel 4. OHI-S (n) (%)
Distribusi status kebersihan gigi dan mulut Baik 2 5.26
responden dapat dilihat pada Tabel 5. Sedang 23 60.53
Distribusi status kebersihan gigi dan mulut Buruk 13 34.21
berdasarkan karakteristik usia dapat dilihat Total 38 100.00
pada Tabel 6. Distribusi status kebersihan

497
Nayoan, Pangemanan, Mintjelungan: Status kebersihan gigi...

Tabel 6. Distribusi status kebersihan gigi dan mulut berdasarkan karakteristik usia

Karakteristik Status OHI-S Total


Usia (tahun)
Baik Sedang Buruk
n % n % n % n %
26-35 1 14,29 4 57,14 2 28,57 7 100,00
36-45 1 3,23 19 61,29 11 35,48 31 100,00

Tabel 7. Distribusi status kebersihan gigi dan mulut berdasarkan pengetahuan

Pengetahuan Status OHI-S Total


Baik Sedang Buruk
n % n % n % n %
Baik 2 6,90 19 65,52 8 27,59 29 100,00
Sedang 0 0,00 3 60,00 2 40,00 5 100,00
Kurang 0 0,00 1 25,00 3 75,00 4 100,00

Tabel 8. Distribusi status kebersihan gigi dan mulut berdasarkan pendidikan

Pendidikan Status OHI-S Total


Baik Sedang Buruk
n % n % n % n %
SD 1 9,09 6 54,55 4 36,36 11 100,00
SMP 0 0,00 8 50,00 8 50,00 16 100,00
SMA 1 9,09 9 81,82 1 9,09 11 100,00

Tabel 9. Distribusi status kebersihan gigi dan mulut berdasarkan penghasilan

Penghasilan Status OHI-S Total


Baik Sedang Buruk
n % n % n % n %
> UMP 0 0,00 5 62,50 3 37,50 8 100,00
< UMP 2 6,67 18 60,00 10 33,33 30 100,00

BAHASAN dewasa awal. Hal ini menunjukkan bahwa


Pada penelitian ini subjek penelitian usia merupakan salah satu faktor yang
terbagi atas dua kelompok usia yaitu 26-35 memengaruhi perilaku kesehatan sese-
tahun yang merupakan masa dewasa awal orang. Seperti yang dikatakan oleh Rasyid9
dan 36-45 tahun yang merupakan masa dalam bukunya bahwa usia merupakan
dewasa akhir. Persentasi pada penelitian ini salah satu faktor yang dapat menentukan
lebih banyak ditemui pada kelompok usia kematangan seseorang baik dalam berfikir,
36-45 tahun yaitu berjumlah 31 orang bertindak maupun belajar. Kematangan
(81.58%) daripada subjek yang berada pada dalam berfikir seseorang dapat memenga-
kelompok usia 26-35 tahun yaitu 7 orang ruhi baik pengetahuan, sikap, maupun
(18.42%). Hal ini disebabkan karena praktek seseorang.
sampel yang berusia 36-45 tahun Persentasi status kebersihan gigi dan
merupakan kelompok usia dewasa akhir mulut berdasarkan karakteristik usia pada
yang lebih peduli terhadap masalah penelitian ini lebih banyak ditemui pada
kesehatan gigi dan mulut daripada yang kelompok usia 36-45 dengan status
berusia 26-35 yang tergolong dalam masa kebersihan gigi dan mulut sedang yaitu
498
Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015

berjumlah 19 orang (61,29%) daripada responden di bidang kesehatan gigi dan


kelompok usia 26-35 dengan status mulut. Hal ini sama dengan pernyataan dari
kebersihan gigi dan mulut sedang yang Mubarak12 yaitu pengetahuan turut
hanya berjumlah 4 orang (57,14%). Hal ini dipengaruhi oleh faktor pendidikan.
disebabkan karena pengetahuan seseorang Semakin tinggi pendidikan seseorang,
semakin bertambah seiring dengan maka semakin mudah untuk menerima
bertambahnya usia. Seperti penelitian yang informasi, dan pada akhirnya semakin
dilakukan oleh Indirawati dan Lelly10 di banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.
Pulo Gadung tahun 2013 bahwa subjek Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat
yang berusia di atas 37 tahun memiliki pendidikan yang rendah maka akan
OHI-S baik sedangkan subjek yang berusia menghambat perkembangan seseorang
di bawah 37 tahun memiliki OHI-S buruk. untuk memperoleh informasi atau
Persentasi pada penelitian ini pengetahuan yang disampaikan.
menunjukkan bahwa sebagian besar subjek Status sosial ekonomi responden
yang diteliti berpengetahuan baik yaitu menurut penulis turut memengaruhi tingkat
berjumlah 29 orang (76,32%) dan hanya 4 pengetahuannya. Kondisi sosial ekonomi
orang (10,53%) yang berpengetahuan responden tergambar melalui besarnya
buruk. Persentasi status kebersihan gigi dan penghasilan yang didapatkan setiap
mulut berdasarkan tingkat pengetahuan bulannya. Hal ini didukung oleh pernyataan
pada penelitian ini terbanyak ditemui pada dari Setiadi13 dalam tulisannya yang
subjek yang berpengetahuan baik dengan menyatakan bahwa status ekonomi
kategori OHI-S sedang yaitu berjumlah 19 seseorang juga akan menentukan
orang (65,52%). Angka yang diperoleh tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan
menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan untuk kegiatan tertentu, sehingga
responden dalam hal kesehatan gigi dan pengetahuan seseorang semakin baik.
mulut tergolong baik. Beberapa faktor yang Penelitian ini menunjukkan bahwa
dapat memengaruhi tingkat pengetahuan berdasarkan tingkat pendidikan sebagian
seseorang, antara lain yaitu faktor usia besar subjek yang diteliti ada pada tingkat
responden, pendidikan, dan penghasilan. SMP dengan 16 orang tetapi status OHI-S
Latar belakang usia responden turut terbanyak berada pada tingkat SMA dengan
memengaruhi pengetahuan yang dimiliki kategori sedang dengan 9 orang(81,82%).
responden, karena menurut Yulianti dan Dilihat dari data di atas menunjukkan
Abi11 usia memengaruhi daya tangkap dan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
pola pikir seseorang. Semakin bertambah seseorang maka kebersihan gigi dan mulut
usia akan semakin berkembang pula daya akan semakin baik. Hal ini didukung oleh
tangkap dan pola pikirnya, sehingga penelitian Sintawati dan Tjajah14 di DKI
pengetahuan yang diperoleh semakin Jakarta tahun 2007 menyatakan bahwa
membaik. Tahapan kehidupan yang telah faktor pendidikan memengaruhi kesehatan
dijalani seseorang dapat memberikan suatu gigi dan mulut yaitu pendidikan di atas
pengalaman yang tidak mudah dilupakan. SMP memiliki peluang yang besar untuk
Tinggi rendahnya pengetahuan respon- OHI-S baik dibandingkan di bawah SMP.
den menurut pendapat penulis juga Hal ini sejalan dengan penelitian dari
dipengaruhi oleh pendidikan formal Setiawati di kawasan buruh PT Marukidaya
maupun nonformal yang diterima bahwa seseorang yang berasal dari
responden. Hal ini tidak terlepas dari pendidikan rendah seperti tamatan sekolah
pendidikan yang diperoleh dalam keluarga. dasar akan memiliki kesehatan gigi dan
Lingkungan keluarga sangat besar mulut yang buruk.15 Hasil ini juga
pengaruhnya pada pembentukan pengeta- sependapat dengan penelitian Sondang
huan individu. Pengetahuan yang diperoleh tahun 2008 di kecamatan Medan
melalui bangku pendidikan formal, turut Tuntungan menunjukkan bahwa seseorang
menambah dan melengkapi pengetahuan yang memiliki tingkat pendidikan rendah
499
Nayoan, Pangemanan, Mintjelungan: Status kebersihan gigi...

kemungkinan akan memiliki pengetahuan SIMPULAN


yang kurang mengenai kesehatan gigi dan Status kebersihan gigi dan mulut pada
mulut.16 Terlihat bahwa pendidikan sangat nelayan di kelurahan Bahu Kecamatan
penting dalam pemeliharaan kesehatan Malalayang Kota Manado Sulawesi Utara
karena menurut Tirt Hankar pendidikan menunjukkan:
ialah salah satu faktor yang memengaruhi 1. Berdasarkan karakteristik usia paling
status kesehatan, tingkat pendidikan banyak ditemui pada kategori usia 36-45
merepresentasikan tingkat kemampuan tahun yang memiliki status OHI-S
seseorang dalam memperoleh dan sedang.
memahami informasi kesehatan.16 2. Berdasarkan pengetahuan tertinggi
Berdasarkan data yang didapat ditemui pada responden dengan kategori
menunjukkan bahwa responden yang pengetahuan baik dengan status OHI-S
terbanyak terdapat pada penghasilan <UMP sedang.
dengan 30 orang. Dan status OHI-S dengan 3. Berdasarkan pendidikan paling banyak
responden terbanyak terdapat pada ditemukan pada responden dengan
penghasilan <UMP dengan status OHI-S tingkat pendidikan SMA dengan status
sedang sebanyak 18 orang (60%) OHI-S sedang.
dibandingkan dengan >UMP yang 4. Berdasarkan penghasilan paling banyak
persentasenya lebih besar akan tetapi ditemukan pada responden dengan
responden yang jauh lebih sedikit dengan penghasilan lebih kecil dari UMP yang
jumlah hanya 5 orang (62,50%). Hal ini termasuk dalam kategori status OHI-S
dapat dilihat bahwa tingkat penghasilan sedang.
yang lebih tinggi memiliki kesehatan gigi
dan mulut yang lebih baik dibandingkan SARAN
dengan tingkat penghasilan rendah. 1. Bagi Nelayan: diharapkan agar lebih
Penelitian ini sejalan dengan penelitian memperhatikan dan menjaga kebersihan
yang dilakukan oleh Alayyanur dsan gigi dan mulutnya dengan menyikat gigi
Pudjirahardjo17 di Puskesmas Jemursari secara teratur dan benar, serta
Surabaya pada tahun 2013, bahwa menjadikan sikat gigi dan bahan alat
seseorang yang memiliki penghasilan yang kebersihan gigi dan mulut lainnya
tinggi sering memeriksakan kebersihan sebagai bahan utama yang dapat
mulutnya di puskesmas dibandingkan diperhatikan dan di bawah dalam
dengan seseorang yang memiliki aktivitas keseharian sebagai nelayan.
penghasilan lebih rendah yang kurang 2. Bagi Pemerintah: diharapkan lebih
memeriksakan giginya di puskesmas. memperhatikan derajat kesehatan gigi
Tingkat penghasilan yang baik dan mulut bagi para nelayan melalui
memungkinkan anggota keluarga untuk program-program kesehatan gigi dan
memperoleh kebutuhan-kebutuhan tersebut. mulut serta penyediaan sarana dan
Keadaan ekonomi atau penghasilan prasarana untuk menunjang pelaksanaan
memegang peranan penting dalam program tersebut.
meningkatkan status kesehatan keluarga. 3. Bagi Tenaga Kesehatan: diharapkan
Tingkat penghasilan yang tinggi akan dapat memberikan penyuluhan tentang
meningkatkan upaya pemanfaatan kesehatan gigi dan mulut bagi para
pelayanan kesehatan dan pencegahan nelayan sehingga terjadi peningkatan
penyakit. Demikian juga dengan tingkat perilaku seperti kebiasaan yang baik dan
penghasilan yang rendah akan berdampak bisa meminimalisir terjadinya masalah
pada kurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
kesehatan dalam hal pemeliharaan
kesehatan karena daya beli obat maupun DAFTAR PUSTAKA
biaya transportasi dalam mengunjungi 1. Taufik A. Agama, Etos Kerja dan
pusat pelayanan kesehatan. Perkembangan Ekonomi. Jakarta:
500
Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015

LP3ES bekerja sama dengan YOI dan 11. Yulianti RP, Abi M. Hubungan Antara
Leknas–LIPI; 1993. Pengetahuan Orang Tua Tentang
2. Apridar. Ekonomi Kelautan dan Pesisir. Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011. Kejadian Karies Gigi di SDN V
3. Nurhati H. Wilayah pesisir coastal zone. Jataen Karanganyar. FIK UMS; 2010.
Available from: http://repository.usu.ac.id/bitstream/1
http://sastrakelabu.wordpress.com/20 23456789/51667/2/Reference.pdf
10/04/15/wilayah-pesisir-coastale> 12. Mubarak WI. Promosi Kesehatan.
(cited Desember 2012) Jogjakarta: Graha Ilmu, 2007.
4. Kusnadi. Kebudayaan Masyarakat Nelayan. 13. Setiadi. Ilmu Sosial Budaya Dasar.
Available from: www.bappenas Jakarta: Perdana Media Grup, 2002.
.go.id/index.php/download_file/view/ 14. Sintawati FX, Tjajah I. Faktor-faktor
10691/2407 (cited April 2014). yang mempengaruhi kebersihan gigi
5. Sondang P, Hamada T. Menuju gigi dan dan mulut masyarakat DKI Jakarta
mulut sehat. Medan: USU Press, Tahun 2007. Jurnal Ekologi
2008; p. 69-70. Kesehatan. 2008:8(1):860-73.
6. Riskesdas. Riset Kesehatan Dasar, Badan 15. Setiawati ER. Hubungan Sosial Ekonomi
penelitian dan pengembangan dengan Status Kehilangan Gigi.
kesehatan, Republik Indonesia. Makasar: 2013.
Jakarta: Laporan Nasional; 2013. repository.unhas.ac.id/.../RISKI%20E
7. Seiham A. Oral health, general health and RDA%20SETY
quality of life. Bulletin of WHO. 16. Sondang P. Hubungan Tingkat
2005;83(9):644. Pendidikan Dengan Karies Gigi Pada
8. Jalil F, Akbar. Keadaan kebersihan mulut Ibu-ibu Rumah Tangga Usia 20-45
dan peradangan gingiva nelayan di tahun di Kelurahan Simpang Selayan
pulau Kodingareng [Skripsi]. Medan Tuntungan. 2008.
Makassar: FKG-Universitas http://www.scribd.com/doc/23103854
Hasanuddin; 2013. p. 93-113. /Son-Dang#scribd
9. Rasyid H. Penilaian hasil belajar. [online]. 17. Alayyannur PA, Pudjirahardjo WJ.
Available from URL: Customer Value Analysis Based On
http://id.shvoong.com/socialsciences/ Customer Characteristic In Teeth
education/2010/12. Bandung: CV. Clinic of Puskesmas Jemursari
Wacana Prima, 2008. Surabaya. Jurnal Administrasi
10. Indirawati NT, Lelly A. Worker Oral Kesehatan Indonesia. 2013:1(2).
Hygiene Indeks in the Industrial Area http://journal.unair.ac.id/article_5606
in Pulo Gadung. Sistem Kesehatan. _media141_category141.html
2013;16(2):168-75.

501

Das könnte Ihnen auch gefallen