Sie sind auf Seite 1von 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI


NARAPIDANA UMUM WANITA

Selvina Arum Dewanty*), M. Zen Rahfiludin**), Ronny Aruben**)


*)
Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM UNDIP Semarang
**)
Dosen Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM UNDIP Semarang
Email : selvinarachman@yahoo.com

Abstract : The prisoners have the right to receive worth meal service. The food
must meet the balanced nutrition in terms of both quality and quantity as well as
being safe to consume in order to improve the quality of human resources. In
fact, food services in prisons Women Class IIA Semarang 2016 do not meet the
adequacy level of energy and protein prisoners. The purpose of this research to
analyze the association of energy and protein intake with nutritional status of
common women prisoners. The research method used is quantitative with cross
sectional approach. Sampling technique used is total sampling amounted to 45
prisoners. data collectionis done by the submission of written informed consent,
data collection on respondents’ identities, assessment of nutritional status,
assessment on energy and protein intake with methods of food weighing during
three days which are not consecutive, and documentation. The results showed
that the average intake of energy consumed by common women prisoners
amounted to 1489 kcal, the average intake of protein consumed amounted to
49.5 g, average BMI of 25.8 kg/m2 and an average of MUAC is 28.0 cm. The test
results of Pearson Product Moment showed that there is a association of energy
intake and nutritional status (BMI) of common women prisoners (p=0.001;
r=0.483), there is a association of energy intake and nutritional status (MUAC) of
common women prisoners (p=0.003; r=0.428), there is a association of protein
intake with nutritional status (BMI) of common women prisoners (p=0.002;
r=0.453), and there is a association of protein intake with nutritional status
(MUAC) of common women prisoners (p=0.006; r=0.406).

Keywords : Common women prisoners, energy intake, protein intake,


nutritional status

PENDAHULUAN
Dewasa ini narapidana rentan Undang Nomor 12 Tahun 1995
terhadap perlakuan buruk, Pasal 14 tentang Pemasyarakatan
diinterogasi dengan menggunakan yang mengamanatkan bahwa
kekerasan untuk memperoleh narapidana berhak mendapatkan
pengakuan, disiksa, ditempatkan pelayanan kesehatan dan makanan
dalam kondisi tempat tahanan yang yang layak.1Dengan demikian,
tidak manusiawi dan merendahkan tahanan, narapidana, dan anak
martabat manusia sehingga negara sebagai anggota masyarakat
narapidana seakan tidak memiliki penghuni Lapas mempunyai hak
hak apapun. yang sama dengan anggota
Pemenuhan hak-hak masyarakat yang lain untuk
narapidana tertuang dalam Undang-

552
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

mendapatkan pelayanan kesehatan diberikan kepada narapidana yang


dan makanan yang layak. melakukan jenis pekerjaan tertentu.5
Undang-Undang Nomor Penelitian Lisma Juratmy pada
Nomor 36 Tahun 2009 Bab VIII tahun 2011 menunjukkan bahwa
Pasal 142 tentang Kesehatan juga 76,4% warga binaan wanita memiliki
menyebutkan bahwa upaya asupan energi dalam kategori
perbaikan gizi dilakukan pada kurang dan 94,4% warga binaan
seluruh siklus kehidupan sejak wanita memiliki asupan protein
dalam kandungan sampai dengan kurang.6
lanjut usia dengan prioritas kepada Asupan energi dan protein
kelompok rawan.2 Narapidana yang tidak sesuai dengan jumlah
wanita merupakan salah satu dan kualitas dapat menyebabkan
kelompok rawan gizi, di mana dalam penyakit kekurangan gizi sehingga
siklus kehidupan memerlukan zat- narapidana lebih mudah terserang
zat gizi dalam jumlah lebih besar penyakit, kurang motivasi, bereaksi
dari kelompok yang lain. Salah satu lamban, apatis, prestasi menurun,
upaya perbaikan gizi bagi sehingga produktivitas kerja akan
narapidana di Lapas melalui berkurang.11
pelayanan makanan. Asupan energi dan protein
Pelayanan makanan di Lapas berpengaruh terhadap status gizi
dalam penyediannya sehari-hari seseorang.12Status gizi wanita
harus memenuhi gizi seimbang, baik khususnya Wanita Usia Subur
dari segi kualitas maupun kuantitas (WUS) dapat dinilai dengan IMT.13
serta aman untuk dikonsumsi.3Oleh IMT dapat digunakan untuk melihat
sebab itu, dikeluarkan Surat Edaran status gizi ibu sebelum hamil.
Dirjen Pemasyarakatan No Diketahuinya status gizi ibu sebelum
E.PP.02.05-02 tgl 20-9-2007tentang hamil berguna untuk mengetahui
peningkatan pelayanan makan bagi kelompok ibu dengan risiko
narapidana WBP baik pria maupun Kekurangan Energi Kronik (KEK).14
wanita dewasa adalah sebesar Selain IMT, penilaian status
2.250 kkal untuk energi dan 60 gram gizi pada WUS dapat dilakukan
untuk protein.4 dengan cara mengukur Lingkar
Penyediaan makanan yang Lengan Atas (LILA).13Pengukuran
baik bagi narapidana juga dijelaskan LILA bertujuan untuk mengetahui
dalamPeraturan Pemerintah Nomor risiko KEK pada WUS.
32 Tahun 1999 Pasal 19 tentang Jawa Tengah memiliki
Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan prevalensi risiko KEK penduduk
Hak Warga Binaan Pemasyarakatan wanita hamil sebanyak 23,2%
yang menjelaskan bahwa setiap sedangkan wanita tidak hamil
narapidana dan anak didik sebanyak 20,2%.18 WUS dan ibu
pemasyarakatan berhak hamil yang mengalami KEK dalam
mendapatkan makanan dan jangka panjang akan melahirkan
minuman sesuai dengan jumlah bayi dengan Berat Badan Lahir
kalori yang memenuhi syarat Rendah (BBLR).19
kesehatan. Selanjutnya, narapidana Sementara Jawa Tengah
dan anak didik pemasyarakatan memiliki prevalensi perempuan
yang sakit, hamil atau menyusui, dewasa kurus sebanyak 11,7%
berhak mendapatkan makanan sedangkan perempuan obesitas
tambahan sesuai dengan petunjuk sebanyak 30,2%.18
dokter. Makanan tambahan juga

553
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Lapas Klas IIA Wanita HASIL DAN PEMBAHASAN


Semarang merupakan Lapas yang 1. Analisis Variabel Penelitian
memiliki perhatian khusus terhadap Tabel 1 Distribusi Frekuensi
narapidana wanita. Narapidana di Umur
Lapas tersebut ada yang kurang Narapidana Umum
mendapatkan asupan makanan Wanita
karena kelebihan penghuni. Pada Umur n %
sisi lain, Lapas tersebut tidak 19-29 10 22,2
memiliki Ahli gizi yang bertugas 30-49 35 77,8
mengawasi penyelenggaraan Total 45 100,0
makanan terutama dalam hal
asupan, sehingga makanan yang Tabel 1 menunjukkan bahwa
didistribusikan ke narapidana wanita narapidana umum wanita di Lapas
kurang sesuai dengan AKG dan Klas IIA Wanita Semarang Tahun
TKG masing-masing narapidana. 2016 paling banyak berumur 30-49
Hal tersebut dapat mengakibatkan tahun sebanyak 35 responden
narapidana di Lapas Klas IIA Wanita (77,8%).
Semarang semakin rentan
mengalami kekurangan gizi dan Tabel 2 Distribusi Status
penyakit-penyakit lain akibat kurang Perkawinan Narapidana
asupan energi maupun protein. Umum Wanita
Bertitik tolak dari Status
permasalahan yang muncul, peneliti n %
Perkawinan
perlu melakukan penelitian lebih Belum
lanjut mengenai hubungan asupan 3 6,7
kawin
energi dan protein dengan status gizi Janda 16 35,6
narapidana umum wanita dengan Kawin 26 57,8
obyek di Lapas Klas IIA Wanita Total 45 100,0
Semarang.
Tabel 2 menunjukkan bahwa
METODE PENELITIAN narapidana umum wanita di Lapas
Penelitian ini merupakan Klas IIA Wanita Semarang Tahun
penelitian kuantitatif dengan 2016 paling banyak berstatus kawin
pendekatan cross sectional. Teknik sebanyak 26 responden (57,8%) dan
pengambilan sampel adalah paling sedikit berstatus belum kawin
totalsampling. Sampel berjumlah 45 sebanyak 3 responden (6,7%).
narapidana umum wanita.
Variabel yang digunakan Tabel 3 Distribusi Frekuensi
dalam penelitian ini adalah asupan Tingkat
energi, asupan protein, dan status Pendidikan Narapidana
gizi narapidana umum wanita. Umum Wanita
Pengambilan data dilakukan dengan Tingkat
kuesioner,food weighing 3 hari tidak n %
Pendidikan
berurutan, formulir pengukuran Tamat SD 9 20,0
antropometri, dan wawancara. Tamat SMP 12 26,7
Analisis data dilakukan secara Tamat SMA 15 33,3
univariat dan bivariat menggunakan Tamat PT 9 20,0
uji korelasi Pearson Product Moment Total 45 100,0
karena semua variabel berdistribusi Tabel 3 menunjukkan bahwa
normal. narapidana umum wanita di Lapas

554
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Klas IIA Wanita Semarang Tahun 2016 paling banyak masuk


2016 paling banyak menempuh klasifikasi B1 sebanyak 38
pendidikan hingga tamat SMA responden (84,4%). Narapidana B1
sebanyak 15 responden (33,3%) dan merupakan narapidana yang telah
narapidana umum wanita paling divonis lebih dari 1 tahun.
sedikit menempuh pendidikan
hingga tamat PT dan SD sebanyak 9 Tabel 6 Distribusi Frekuensi
responden (20%). Tindak Pidana
Narapidana Umum
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Wanita
Pekerjaan Terakhir Tindak Pidana n %
Narapidana Umum KDRT 1 2,2
Wanita Kepabeanan 1 2,2
Pekerjaan Pembunuhan 6 13,3
n %
Terakhir Pencucian 1 2,2
Belum kerja 1 2,2 Uang
Buruh 1 2,2 Pencurian 3 6,7
Ibu rumah 16 35,6 Penganiayaan 1 2,2
tangga Penggelapan 15 33,3
Pedagang 1 2,2 Trafficking 4 8,9
Pembantu 1 2,2 Uang Palsu 6 13,3
rumah tangga Perbankan 1 2,2
Petani 1 2,2 UU 6 13,3
Swasta 14 31,1 Perlindungan
Wiraswasta 10 22,2 Anak
Total 45 100,0 Total 45 100,0

Tabel 4 menunjukkan bahwa Tabel 6 menunjukkan bahwa


narapidana umum wanita di Lapas narapidana umum wanita di Lapas
Klas IIA Wanita Semarang Tahun Klas IIA Wanita Semarang Tahun
2016 paling banyak memiliki 2016 paling banyak melakukan
pekerjaan terakhir sebagai ibu tindak pidana penggelapan
rumah tangga sebanyak 20 sebanyak 15 responden (33,3%) dan
responden (40%) dan paling sedikit paling sedikit melakukan tindak
sebagai buruh, pedagang, pembantu pidana KDRT, kepabeanan,
rumah tangga, dan petani sebanyak pencucian uang, penganiayaan, dan
1 responden (2%) perbankan sebanyak 1 responden
(2,2%).
Tabel 5 Distribusi Frekuensi
Klasifikasi Narapidana Tabel 7 Distribusi Frekuensi
Umum Wanita Asupan Energi dan
Klasifikasi Protein Narapidana
n %
Narapidana Umum Wanita
B1 38 84,4
B2-A 7 15,6
Total 45 100,0

Tabel 5 menunjukkan bahwa


narapidana umum wanita di Lapas
Klas IIA Wanita Semarang Tahun

555
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Asupan Energi (kkal) Protein (g) TKE (%)


Lapas Asupan
Kurang Cukup Lebih
Rerata 1489 49,5 Lapas
SD 70 2,2 n 45 0 0
Luar
% 100,0 0,0 0,0
Lapas
Rerata 395 21,5 Luar
SD 277 16,6 Lapas
Total n 45 0 0
Asupan % 100,0 0,0 0,0
Rerata 1884 71,0 Total
SD 287 16,8 Asupan
n 44 0 1
Tabel 7 menunjukkan bahwa % 97,8 0,0 2,2
narapidana umum wanita di Lapas
Klas IIA Wanita Semarang Tahun Tabel 9 menunjukkan bahwa
2016 rata-rata mengonsumsi energi narapidana umum wanita di Lapas
dari makanan yang disajikan oleh Klas IIA Wanita Semarang Tahun
Lapas sebanyak 1489±70 kkal dan 2016 memiliki TKE kategori kurang
mengonsumsi protein sebanyak dari AKG untuk makanan yang
49,5±2,2 g. berasal dari Lapas maupun luar
Lapas sebanyak 45 responden
Tabel 8 Distribusi Frekuensi TKE (100%) dan memiliki TKE kategori
dan TKP Narapidana Umum kurang dari AKG untuk total
Wanita makanan (makanan dari Lapas dan
Asupan TKE (%) TKP (%) luar Lapas) sebanyak 44 responden
Lapas (97,8%).
Rerata 63,9 81,1
SD 8,3 10,1 Tabel 10 Distribusi Frekuensi
Luar Kategori TKP
Lapas Narapidana
Rerata 16,2 33,8 Umum Wanita
SD 10,4 24,3 TKP (%)
Asupan
Total Kurang Cukup Lebih
Asupan Lapas
Rerata 80,1 114,9 n 45 0 0
SD 11,7 24,7 % 100,0 0,0 0,0
TKP (%)
Tabel 8 menunjukkan bahwa Asupan
Kurang Cukup Lebih
narapidana umum wanita di Lapas Luar
Klas IIA Wanita Semarang Tahun Lapas
2016 rata-rata memiliki TKE dari N 45 0 0
makanan Lapas sebesar 63,9±8,3% % 100,0 0,0 0,0
dan memiliki TKP dari makanan Total
Lapas sebesar 81,1±10,1%. Asupan
n 44 0 1
Tabel 9 Distribusi Frekuensi % 97,8 0,0 2,2
Kategori TKE Narapidana Umum
Wanita Tabel 10 menunjukkan bahwa
narapidana umum wanita di Lapas
Klas IIA Wanita Semarang Tahun

556
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

2016 memiliki TKP kategori kurang Tabel 12 menunjukkan bahwa


dari AKG untuk makanan yang narapidana umum wanita di Lapas
berasal dari Lapas sebanyak 17 Klas IIA Wanita Semarang Tahun
responden (37,8%), memiliki TKP 2016 paling banyak memiliki status
kategori kurang dari AKG untuk gizi tidak risti KEK berdasarkan LILA
makanan yang berasal dari luar sebanyak 44 responden (97,8%).
Lapas sebanyak 43 responden
(95,6%), dan memiliki TKP kategori 2. Analisis Hubungan Variabel
kurang dari AKG untuk total Bebas dengan Terikat
makanan (makanan Lapas dan luar a. Hubungan Asupan Energi dengan
Lapas) sebanyak 1 responden IMT Narapidana Umum Wanita
(2,2%).

IMT narapidana umum wanita


Narapidana umum wanita di
Lapas Klas IIA Wanita Semarang
rata-rata memiliki IMT sebesar 25,82
± 3,12 kg/m2.

Tabel 11 Status Gizi Narapidana


Umum Wanita
Berdasarkan IMT
Hasil uji statistik menggunakan
Status Gizi
Pearson Product Momentdiperoleh
berdasarkan n %
nilai p=0,001 (p<0,05) yang
IMT
menunjukkan ada hubungan yang
Normal 21 46,7
signifikan antara asupan energi
Gemuk 24 53,3
dengan IMT narapidana umum
Total 45 100,0 wanita. Nilai koefisien korelasi (r)
sebesar 0,483 dapat
Tabel 11 menunjukkan bahwa diinterpretasikan bahwa kekuatan
narapidana umum wanita di Lapas hubungan antara asupan energi dan
Klas IIA Wanita Semarang Tahun IMT narapidana umum wanita
2016 paling banyak memiliki status sedang dengan arah korelasi positif.
gizi gemuk berdasarkan IMT Hasil penelitian ini sejalan
sebanyak 24 responden (53,3%). dengan penelitian Ernawati yang
dilakukan di Semarang menunjukkan
LILA narapidana umum wanita bahwa ada hubungan yang
Narapidana umum di Lapas bermakna antara tingkat konsumsi
Klas IIA Wanita Semarang rata-rata energi dengan status gizi.59 Silvano
memiliki LILA sebesar 27,98 ± 2,74 juga mengatakan hal yang serupa
cm. bahwa semakin banyak kalori yang
Tabel 12 Status Gizi Narapidana dikonsumsi maka akan semakin
Umum Wanita tinggi energi yang tersimpan.
Status Gizi Kelebihan simpanan energi tersebut
berdasarkan n % jika tidak dikeluarkan secara terus-
LILA menerus mengakibatkan kenaikan
Risti KEK 1 2,2 berat badan bahkan mengakibatkan
Tidak risti 44 97,8 obesitas.60 Sebaliknya, Arnelia dan
KEK Sri Muljati dalam Irawan
Total 45 100,0 mengatakan bahwa adanya

557
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

penurunan status gizi disebabkan


karena kurangnya jumlah makanan
yang dikomsumsi baik secara
kualitas maupun kuantitas.61
b. Hubungan Asupan Energi dengan
LILA Narapidana Umum Wanita

Hasil uji statistik menggunakan


Pearson Product Momentdiperoleh
nilai p=0,002 (p<0,05) yang
menunjukkan ada hubungan yang
signifikan antara asupan protein
dengan IMT narapidana umum
wanita. Nilai koefisien korelasi (r)
Hasil uji statistik menggunakan sebesar 0,453 dapat
Pearson Product Momentdiperoleh diinterpretasikan bahwa kekuatan
nilai p=0,003 (p<0,05) yang hubungan antara asupan protein dan
menunjukkan ada hubungan yang IMT narapidana umum wanita
signifikan antara asupan energi sedangdengan arah korelasi positif.
dengan LILA narapidana umum Hasil penelitian ini sejalan
wanita. Nilai koefisien korelasi (r) dengan penelitian yang dilakukan
sebesar 0,428 dapat Fillah terkait hubungan asupan
diinterpretasikan bahwa kekuatan protein dengan status gizi (r=0,631
hubungan antara asupan energi dan p=0,000) di mana arah korelasi
LILA narapidana umum wanita postif dengan kekuatan korelasi
sedang dengan arah korelasi positif. yang kuat.69
Hasil penelitian ini sejalan d. Hubungan Asupan Protein
dengan penelitian Muchlisadalam dengan LILA Narapidana Umum
Fauziah yang mengatakan bahwa Wanita
terdapat hubungan antara asupan
energi dan LILA.63 Simarmata juga
menemukan ada hubungan yang
bermakna antara pola konsumsi
makan berdasarkan jumlah energi
sig=0.037 (sig<0.05) dengan
kejadian KEK.64
c. Hubungan Asupan Protein
dengan IMT Narapidana Umum
Wanita
Hasil uji statistik menggunakan
Pearson Product Momentdiperoleh
nilai p=0,006 (p<0,05) yang
menunjukkan ada hubungan yang
signifikan antara asupan protein
dengan LILA narapidana umum
wanita. Nilai koefisien korelasi (r)

558
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

sebesar 0,406 dapat gizi. Selain itu, pengukuran


diinterpretasikan bahwa kekuatan berat badan, tinggi badan, dan
hubungan antara asupan protein dan LILA secara berkala.
LILA narapidana umum wanita b. Perlu penambahan jumlah
sedang dengan arah korelasi positif. tenaga medis di Lapas Klas IIA
Hasil penelitian ini sejalan Wanita Semarang.
dengan penelitian Muchlisadalam c. Penyediaan sarana berupa sel
Fauziah yang mengatakan bahwa tersendiri bagi narapidana
terdapat hubungan antara asupan yang melahirkan.
protein dan LILA.63 Pendapat ini 2. Bagi Peneliti Lainnya
sejalan dengan Gibson yang a. Perlu penelitian lanjutan, selain
menyatakan LILA dapat digunakan asupan energi dan protein.
untuk memprediksi perubahan pada
status gizi protein.13

KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA


Kesimpulan 1. Republik Indonesia. Undang-
1. Rata-rata asupan energi yang Undang Nomor 12 Tahun 1995
dikonsumsi narapidana umum tentang Pemasyarakatan.
wanita sebesar 1489 kkal. Jakarta: Lembaran Negara
Sedangkan rata-rata asupan Tahun 1995 Nomor 77,
protein yang dikonsumsi sebesar Tambahan Lembaran Negara
49,5 g. Republik Indonesia Nomor
2. Rata-rata IMT narapidana umum 3614, 1995.
wanita sebesar 25,8 kg/m2. 2. Republik Indonesia. Undang-
Sedangkan rata-rata LILA undang Nomor 36 Tahun 2009
sebesar 28,0 cm. tentang Kesehatan. Jakarta:
3. Terdapat hubungan asupan Tambahan Lembaran Negara
energi dengan status gizi (IMT) Republik Indonesia Nomor
narapidana umum wanita 5063, 2009.
(p=0,001; r=0,483). 3. Damayanti. Hubungan Asupan
4. Terdapat hubungan asupan Makanan dengan Status Gizi
energi dengan status gizi (LILA) Narapidana di Lembaga
narapidana umum wanita Pemasyarakatan Klas I
(p=0,003; r=0,428). Makassar Tahun 2003. Skripsi.
5. Terdapat hubungan asupan Fakultas Kesehatan Masyarakat
protein dengan status gizi (IMT) Universitas Hasanuddin
narapidana umum wanita Makassar, 2003.
(p=0,002; r=0,453). 4. Republik Indonesia. Peraturan
6. Terdapat hubungan asupan Menteri Hukum dan Hak Asasi
protein dengan status gizi (LILA) Manusia Republik Indonesia.
narapidana umum wanita Nomor: M.HH-01.PK.07.02
(p=0,006; r=0,406). Tahun 2009 tentang Pedoman
Saran Penyelenggaraan Makanan
1. Bagi Kalapas Klas IIA Wanita Bagi Warga Binaan
Semarang Pemasyarakatan di Lembaga
a. Perlu diadakan perbaikan dan Pemasyarakatan dan Rumah
pengawasan penyelenggaraan Tahanan Negara. Jakarta:
makanan di Lapas Klas IIA Menteri Hukum dan Hak Asasi
Wanita Semarang oleh ahli Manusia Republik Indonesia.

559
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

5. Republik Indonesia. Peraturan 13. Gibson, Rosalind. Principle of


Pemerintah Nomor 32 Tahun Nutritional Assessment Second
1999 tentang Syarat dan Tata Edition. New York: Oxford
Cara Pelaksanaan Hak Warga University, 2005.
Binaan Pemasyarakatan. 14. Supariasa, I Dewa Nyoman,
Jakarta: Tambahan Lembaran Bachyar Bakri, Ibnu Fajar.
Negara Republik Indonesia Penilaian Status Gizi. Jakarta:
Nomor 3846, 1999. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
6. Juratmy, Lisma. Studi tentang 2002.
Kesesuaian antara Asupan 15. Departemen Kesehatan RI.
dengan Kebutuhan Zat Gizi Pedoman Praktis Pemantauan
Makro Warga Binaan Wanita di Status Gizi Orang Dewasa.
Rumah Tahanan Negara Klas I Jakarta: Depkes RI, 2002.
Makassar. Jurnal MKMI. 2011:
(7) 1 hlm. 127-32.
7. Aritonang, Irianton. Korelasi
Asupan Energi dan Protein
dengan Status Gizi pada
Remaja di Lapas Anak Kutoarjo
Purworejo, Jawa Tengah. Jurnal
Nurisia. 2008: (9) 2 hlm. 110-13.
8. Beck, M. Ilmu Gizi dan Diet
(terj.). Yogyakarta: Yayasan
Essentia Medica, 2000.
9. Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar
Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2010.
10. Andriani, Merryana dan
Wirjatmadi, Bambang.
Pengantar Gizi Masyarakat.
Jakarta: Kencana Prenada
group, 2012.
11. Andansari, Putri Amalia.
Pemenuhan Hak Memperoleh
Pelayanan Kesehatan Bagi
Narapidana Wanita yang
Sedang Hamil Studi di Lembaga
Pemasyarakatan Wanita Klas
IIA Malang. Jurnal Ilmu Hukum.
Malang: Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya, 2014.
12. Muchlis, N., Veni H. Nurhaedar
J. Hubungan Asupan Energy
dan Protein dengan Status Gizi
Balita di Kelurahan
Tamamaung. Jurnal Ilmu Gizi.
Makassar: Program Ilmu Gizi
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Univeritas Hasanuddin, 2011.

560

Das könnte Ihnen auch gefallen