Sie sind auf Seite 1von 14

Jurnal Peternakan Vol 11 No 1 Februari 2014 (8 - 21) ISSN 1829 – 8729

MANAJEMEN TEKNIS PRODUKSI PETERNAKAN PUYUH


(STUDI KASUS DI PETERNAKAN MASAGENA
KECAMATAN TENAYAN RAYA)
M. WAHYURI1, E. RAHMADANI2 DAN ELFAWATI3
1Alumni Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
2Laboratorium Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN SUSKA Riau
3Laboratorium Ilmu Pemuliaan dan Genetika Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN SUSKA Riau

Email : Elfirahmadani@yahoo.co.id

ABSTRACT

The purpose of this study was to describe the development of business as well as to analyze the aspects of production and
determine the feasibility of breeding quail in Livestock Masagena from 2006 to 2010. The study was conducted from May to
June 2011. The data consisted of primary and secondary data. Primary data were hatchability, mortality, hen day egg
production, meat production, by product, the characteristic of the respondents, marketing, technical maintenance, financial
analysis, fixed costs and variable costs. Secondary data was the data from the Village Office and Head Office. Case study
research method was determined by purposive sampling. Data collected by observation and interviews directly with
respondents using questionnaires. Data of quail production were analyzed using mean and standard deviation, while for
financial feasibility quantitatively was analyzed descriptively. The results showed that the average production Ranch quail
egg hatchability Masagena coverr were 78.59%, 3.09% mortality quail, hen day egg production and meat production
62.24%, 152.51 head/day. Financial feasibility analysis results showed a positive NPV, BCR was more than one, and the IRR
was higher than the interest rate, indicated that the Ranch Masagena financially viable to run.

Keywords : financial feasibility, production, quail


________________________________________________________________________________________________________________

PENDAHULUAN 6.6640.000 ekor, tahun 2008 sebanyak


6.683.000 ekor dan tahun 2009 sebanyak
Pembangunan peternakan merupakan 14.429.000 ekor (Ditjennak, 2012).
bagian dari pembangunan nasional yang Masagena merupakan salah satu
bertujuan untuk menyediakan pangan peternakan yang mensuplai puyuh petelur
hewani berupa daging, susu serta telur di Kota Pekanbaru. Produksi puyuh
yang bernilai gizi tinggi, meningkatkan petelur di peternakan ini adalah 2.258.480
pendapatan peternak serta menambah butir/tahun. Pada usaha peternakan
devisa dan memperluas kesempatan kerja. puyuh ini, aspek produksi seperti
Pada masa yang akan datang diharapkan produksi telur, produksi daging, daya
pembangunan peternakan dapat tetas telur dan angka kematian belum
memberikan kontribusi yang nyata dalam diperhatikan, sedangkan hal ini
pembangunan perekonomian bangsa. berpengaruh terhadap kelangsungan
Pemerintah Kota Pekanbaru berusaha usaha.
untuk meningkatkan pendapatan Selain ditentukan oleh aspek produksi,
peternak dan memenuhi kebutuhan keberlanjutan usaha peternakan puyuh
protein hewani bagi masyarakat dengan petelur di Masagena juga dipengaruhi
mendayagunakan dan mengembangkan oleh pengetahuan peternak terhadap
potensi ternak daerah. Adapun ternak aspek-aspek kelayakan usaha.
yang menghasilkan telur yang bernilai jual Berdasarkan hal tersebut di atas maka
tinggi salah satunya adalah puyuh tujuan penelitian adalah :
petelur. Populasi ternak puyuh skala
1. Mendeskripsikan perkembangan
nasional tahun 2007–2009 rata-rata
usaha peternakan puyuh di
mengalami peningkatan sebesar 10,86%.
Peternakan Masagena dari tahun 2006
Secara berturut-turut populasi puyuh
sampai 2010.
tersebut untuk tahun 2007 sebanyak

8
WAHYURI, dkk Jurnal Peternakan

2. Menganalisis aspek-aspek produksi kematian, produksi telur hen day, produksi


usaha ternak puyuh di Peternakan daging, dan by product peternakan puyuh.
Masagena.
3. Mengetahui tingkat kelayakan usaha Analisis Data
ternak puyuh di Peternakan
Data dianalisis secara deskriptif
Masagena.
kuantitatif. Menurut Nazir (1988) tujuan
penelitian deskriptif adalah untuk
MATERI DAN METODE
membuat deskripsi, gambaran secara
sistematis, aktual dan akurat mengenai
Waktu dan Tempat
fakta-fakta, sifat serta hubungan antara
Penelitian dilaksanakan bulan Mei fenomena-fenomena yang diselidiki.
sampai dengan Juni 2011 dan bertempat di Analisis kelayakan finansial usaha
Peternakan Masagena, Kecamatan Peternakan Masagena berdasarkan kriteria
Tenayan Raya, Kota Pekanbaru. kelayakan investasi yaitu NPV, IRR, BCR
dan Payback Period. Selanjutnya, data
Jenis Data Penelitian produksi puyuh Peternakan Masagena
Jenis data penelitian ini adalah data dianalisis menggunakan rata-rata dan
primer dan data sekunder. Data primer standard deviasi menurut Sudjana (2002)
mencakup daya tetas, angka kematian, yaitu :
produksi hen day, produksi daging by Rata-rata
product, karakteristik responden,
pemasaran, teknis pemeliharaan, analisis Dimana :
finansial, biaya tetap (fixed cost) dan biaya x = Mean atau rata-rata
variabel (variable cost) yang dikeluarkan ∑x = Jumlah data sampel
dalam usaha peternakan tersebut. Data n = Jumlah sampel
sekunder meliputi data dari profil usaha
peternakan dan instansi-instansi terkait Standard Deviasi
seperti Kantor Desa atau Kantor Camat.

Metode Penelitian Dimana :


Penelitian ini adalah studi kasus di SD : Standard deviasi
Peternakan Masagena (peternakan pola xi : Data ke-i

mandiri) yang potensial dan belum x : Mean atau rata-rata


pernah dianalisis kelayakan usahanya n : Jumlah sampel
yang berlokasi di Kecamatan Tenayan
Raya Kota Pekanbaru. Penentuan lokasi Rumus kelayakan usaha menurut
dilakukan secara langsung (purposive Kadariah (1999) adalah :
sampling).
1) Analisis Net Present Value (NPV)
Teknik Pengumpulan Data
n
Bt  Ct
Pengumpulan data dilakukan dengan
NPV =  (1  i )
t n
t

pengamatan dan wawancara langsung Keterangan :


dengan responden menggunakan Bt : Jumlah penerimaan kotor dari usaha
kuisioner. Responden penelitian adalah pada tahun t
pemilik peternakan puyuh petelur beserta Ct : Jumlah pengeluaran kotor dari usaha
tenaga kerja yang ada didalamnya. pada tahun t
Selanjutnya, peubah yang diukur pada N : Umur ekonomis
penelitian ini adalah : daya tetas, angka i : Bunga deposito (cost of capital)

9
Vol 11 No 1 MANAJEMEN TEKNIS PRODUKSI

Kriteria yang dipakai dalam menilai suatu lahan kosong dan bulan Agustus 2000,
usaha adalah : jika NPV>0 maka usaha pemilik usaha peternakan mulai meman-
tersebut boleh dilaksanakan, NPV<0 maka faatkan lahan tersebut untuk dibangun
usaha tersebut ditolak karena tidak menjadi lokasi peternakan. Adapun luas
menguntungkan, NPV = 0 maka usaha lahan yang dipergunakan untuk lokasi
bisa terus dilakukan atau tidak dilakukan. peternakan adalah 0,5 Ha. Jarak usaha
peternakan dari jalan raya lebih kurang
2) Analisa Net Benefit Cost Ratio (B/C)
1 km dan jarak lokasi peternakan dari
Net Benefit Ratio (Net B/C) dihitung
rumah penduduk sekitar 20 meter.
dengan rumus Kadariah (1999) sebagai
berikut : Pada bulan September 2000, jumlah
( Bt  C t ) populasi awal puyuh 19.000 ekor dengan
 tn  n jumlah kandang satu unit (ukuran 40 x 8
(1  i2 )
Net B/C Ratio = m). Investasi awal yang dikeluarkan lebih
(C t  Bt ) kurang Rp. 40.000.000,-. Kemudian modal
 tn  n
(1  i2 ) t berkembang dari tahun ketahun, hingga
tahun 2006, modal berkembang menjadi
Kriteria menilai suatu usaha jika B/C
Rp. 472.099.885,-, (terjadi peningkatan
Ratio >1 maka usaha tersebut boleh
91,53%) tahun 2007 berjumlah
dilaksanakan (menguntungkan), B/C
Rp. 468.792.885,- terjadi penurunan 0,71%
Ratio<1 maka usaha tersebut ditolak
dari tahun sebelumnya, tahun 2008
karena tidak menguntungkan dan B/C
berjumlah Rp. 488.647.245,- terjadi
Ratio = 1 maka usaha tersebut
peningkatan 4,06% dari tahun
mengembalikan modal persis sama
sebelumnya, tahun 2009 berjumlah
dengan biaya yang dilakukan (impas).
314.650.085,- terjadi penurunan 55,30%
3) Analisis Internal Rate of Return (IRR) dan tahun 2010 berjumlah
NPV 1 Rp. 481.902.069,- terjadi peningkatan
IRR = DF1 + (DF2-DF1) 34,71% dari tahun sebelumnya. Sementara
NPV 1  NPV 2)
itu tahun 2006, jumlah puyuh yang
Kriteria penilaian kelayakan usaha jika : dipelihara adalah 82.800 ekor.
IRR >Cost of capital maka usaha dianggap
layak & IRR < Cost of capital maka usaha Struktur Organisasi
dianggap tidak layak.
Pimpinan usaha Peternakan Masagena
4) Pay Back Period merupakan pemilik sekaligus manager
Pay Back Period adalah titik balik atau yang berperan pembuat kebijakan dan
titik impas merupakan perbandingan pemegang kendali perusahaan
antara total investasi dengan keuntungan (berpendidikan tamat SMA). Manager
yang diperoleh. memiliki tugas rangkap, yaitu
bertanggung jawab dalam mengawasi
 tn  1 I i   tn 1 B icp 1
PBP = jalannya produksi, administrasi, keuangan
BP dan pemasaran. Untuk mempelancar
kegiatan produksi, maka dibantu oleh
KEADAAN UMUM LOKASI karyawan dengan pendidikan tamatan
SLTP. Untuk karyawan terbagi 2 bagian
Lokasi dan Sejarah Perusahaan yaitu :

Peternakan Masagena terletak di a. Karyawan Bagian Pakan dan Bibit,


Jl. Keliling Gunung Gayo, Kelurahan bertugas mempersiapkan pakan dan
Tangkerang Timur, Kecamatan Tenayan bibit, memberi makan dan minum,
Raya Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Pada mencatat pakan yang diberikan dan
awalnya lokasi peternakan merupakan mencatat puyuh yang mati.

10
WAHYURI, dkk Jurnal Peternakan

b. Karyawan Bagian Pemeliharaan Penetasan telur pada peternakan


bertugas mempersiapkan peralatan Masagena menggunakan mesin dengan
kandang, memelihara kesehatan kapasitas per mesin 1000 butir. Jumlah
puyuh, menjaga kebersihan dan mesin tetas yang digunakan 9 unit.
peralatan kandang, menjaga keamanan Penetasan telur di Peternakan Masagena
disekitar peternakan, termasuk dilakukan secara rotasi dengan jarak
keamanan asset, puyuh yang dipelihara waktu lebih kurang satu minggu. Hal ini
serta menanggulangi gangguan disebabkan kapasitas kandang dan juga
keamanan dari luar. jumlah telur yang terkumpul untuk
ditetaskan tidak mencukupi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Banyak faktor yang mempengaruhi
daya tetas telur diantaranya fertilitas,
Analisis Produksi
genetik, nutrisi, penyakit, seleksi telur
Produksi diartikan sebagai penggunaan (Fadillah dan Agustin, 2007) indeks telur
atau pemanfaatan sumber daya yang (Yuwanta, 2004) dan waktu penyimpanan
mengubah suatu komoditi menjadi telur (Andrianto, 2005). Fertilitas diartikan
komoditi lainnya yang sama sekali persentase telur-telur yang memperlihat-
berbeda, baik dalam pengertian apa, di kan adanya perkembangan embrio dari
mana, kapan komoditi-komoditi tersebut sejumlah telur yang ditetaskan tanpa
dialokasikan, maupun dalam pengertian memperhatikan telur tersebut menetas
apa yang dapat dikerjakan oleh konsumen atau tidak. Semakin tinggi fertilitas maka
terhadap komoditi itu (Miller dan daya tetas cenderung semakin tinggi
Meiners, 2000). (North, 1984). Nuryati (2000) menyatakan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui agar telur dapat menetas menjadi anak,
rata-rata daya tetas telur puyuh di maka telur harus dalam keadaan fertil.
peternakan puyuh Masagena tahun 2010 Faktor-faktor yang menentukan fertilitas
adalah 78,59% dengan standard deviasi adalah sex ratio, umur ternak, jarak waktu
4,90. Rata-rata angka kematian puyuh di kawin sampai bertelur, pakan dan musim
peternakan Masagena tahun 2010 adalah (Suprijatna dkk, 2005). Faktor-faktor yang
3,09% dengan standard deviasi 0,76. Rata- mempengaruhi kesuburan telur tetas
rata produksi telur hen day pada adalah sperma, jenis makanan yang
peternakan puyuh Masagena adalah diberikan pada bibit, musim, waktu
62,24% dengan standard deviasi 15,20 perkawinan, breeding dan hormon
sedangkan rata-rata produksi daging (Sarwono, 1995). Hal lain yang
puyuh tahun 2010 adalah 152,51 ekor/hari mempengaruhi fertilitas menurut Rasyaf
dengan standard deviasi 63,39. (1995) adalah perkandangan, rasio jantan
dan betina, intensitas cahaya dan daya
Daya Tetas bertelur. Pada peternakan Masagena,
pemeriksaan telur fertil dilakukan 2 kali
Berdasarkan pengamatan yang selama proses penetasan yaitu pada hari
dilakukan selama 119 hari diketahui daya ke-7 dan hari ke-14 dengan melakukan
tetas telur puyuh yang ada pada peneropongan pada telur tetas.
peternakan Masagena tahun 2010 sangat
fluktuatif. Rata-rata daya tetas pada Faktor genetik mempengaruhi
peternakan Masagena yaitu 78,59% keberhasilan penetasan telur. Faktor
sehingga diketahui daya tetas telur pada genetik itu meliputi bangsa, tipe puyuh
peternakan Masagena termasuk pada (pedaging, petelur atau kombinasi
kategori normal. Mayun dan Nugroho keduanya), perkawinan, seleksi dan
(1986) menyatakan hasil tetas yang normal korelasi diantara sifat-sifat yang
dari sebuah mesin tetas adalah 75%-85%. diinginkan (Muslim, 1993). Upaya
Peternakan Masagena dalam peningkatan

11
Vol 11 No 1 MANAJEMEN TEKNIS PRODUKSI

kualitas bibit melakukan persilangan tidak terlalu kecil), dan memilih telur
Parents Stock yang berasal dari daerah yang mempunyai kulit tebal.
Tanjung Balai Karimun dan Yogyakarta.
Menurut Yuwanta (2004) daya tetas
Sementara itu, daya tetas yang baik
yang tinggi dapat dilihat dari nilai indeks
dihasilkan dari pakan yang berkualitas.
telur. Nilai indeks telur bervariasi 65-82%
Pakan yang berkualitas baik harus
dan yang ideal adalah 70-75%. Bentuk
mempunyai keseimbangan antara protein,
telur yang digunakan dalam penetasan
energi, vitamin, mineral dan air
jangan terlalu bulat tetapi juga jangan
(Mulyantini, 2010). Dalam pemberian
terlalu lonjong (Hartono dan Isman, 2010).
pakan untuk puyuh Peternakan Masagena
Pada peternakan Masagena telur yang
memperhatikan kadar nutrisi yang
digunakan untuk telur tetas adalah telur
terkandung dalam pakan tersebut. Pakan
yang tidak terlalu lonjong, karena
dan nutrisi yang diberikan disesuaikan
peternak sudah mengetahui telur yang
dengan kebutuhan puyuh. Pakan yang
terlalu lonjong kurang baik untuk
diberikan adalah 311 untuk puyuh starter
ditetaskan sehingga akan mengurangi
dan 324 untuk puyuh grower yang masing-
daya tetas itu sendiri.
masingnya diproduksi oleh PT. Charoen
Pokhpand. Sementara itu pemberian Lamanya waktu penyimpanan telur
pakan puyuh di Peternakan Masagena juga menjadi salah satu faktor yang
dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi mempengaruhi daya tetas. Telur yang
hari jam 7.00 WIB dan pada siang hari jam disimpan terlalu lama dan dalam kondisi
14.00 WIB. lingkungan yang kurang baik
menyebabkan penurunan berat telur dan
Faktor lain yang perlu diperhatikan
pengurangan kantung udara (Andrianto,
adalah penyakit. Tindakan pencegahan
2005). Telur-telur yang disimpan daya
penularan penyakit di Peternakan
tetasnya akan menurun kira-kira 3% tiap
Masagena dilakukan pemeriksaan
tambahan hari (Hartono dan Isman, 2010).
terhadap puyuh dan jika ditemui puyuh
Biasanya peternakan Masagena
yang sakit ataupun memiliki tanda-tanda
melakukan pengumpulan telur tetas
terinfeksi penyakit maka dilakukan
selama 3 hari, hal ini dilakukan agar daya
tindakan isolasi cepat bagi puyuh
tetas telur dan kualitas telur tidak turun
tersebut. Sentral Ternak (2012)
sehingga telur banyak yang menetas.
menjelaskan penyakit dapat menyebabkan
Pengumpulan telur tetas bisa memakan
daya tetas telur menurun.
waktu kurang atau lebih dari 3 hari. Hal
Untuk meningkatkan daya tetas, ini tergantung pada jumlah telur tetas
sebelum melakukan penetasan peternak yang ada pada saat itu.
juga menyeleksi telur. Seleksi telur tetas
dilakukan dengan memperhatikan Angka Kematian (Mortalitas)
kebersihan kulit telur, berat telur dan Berdasarkan hasil penelitian di
keutuhan kulit telur. Hal ini sesuai
Peternakan Masagena tahun 2010
penjelasan Abidin (2003) bahwa kriteria
diketahui rata-rata angka mortalitas
dalam seleksi telur tetas diantaranya
puyuh periode starter adalah 3,09%.
kebersihan kulit telur, berat telur,
Berdasarkan hasil perhitungan penelitian
keutuhan kulit telur, lama penyimpanan
diketahui angka mortalitas puyuh periode
telur, umur induk dan pelaksanaan
starter di peternakan Masagena tidak lebih
penetasan. Seleksi telur tetas di
dari 3%. Ini menunjukkan angka
Peternakan Masagena dilakukan dengan mortalitas puyuh periode starter pada
memilih telur yang tidak banyak peternakan Masagena cukup baik. Hal ini
ditempeli kotoran, memilih telur yang sesuai yang dinyatakan Wuryadi (2011)
berukuran sedang (tidak terlalu besar atau

12
WAHYURI, dkk Jurnal Peternakan

angka mortalitas puyuh periode starter Hepiprana (2012). Adapun faktor yang
adalah kecil dari 3%. mempengaruhi produksi telur
diantaranya adalah faktor genetik, pakan,
Menurut Togatotrop dkk (1977),
perkandangan, suhu, rontok bulu,
kematian puyuh biasanya terjadi pada
penyakit dan stress.
periode awal, sedangkan pada periode
akhir jarang terjadi kecuali akibat Produksi telur hen day di Peternakan
serangan pernafasan. Faktor-faktor yang Masagena dihitung dengan membanding-
mempengaruhi mortalitas puyuh antara kan jumlah telur yang dijual dengan
lain sanitasi peralatan dan kandang jumlah puyuh betina yang ada pada
(North dan Bell, 1990) serta suhu waktu tersebut. Penjualan telur di
lingkungan (Sugiarti dkk, 1981). Peternakan Masagena pada tanggal 4, 10
dan 17 Januari 2010, 14 April 2010 dan 26
Sementara itu, sanitasi di peternakan
Juni 2010 jauh lebih sedikit dibanding
Masagena memiliki jadwal rutin yang
hari-hari lainnya.
mana kandang dibersihkan setiap hari dan
lingkungan sekitar kandang dibersihkan Terjadinya penurunan produksi pada
dua hari sekali. Selain itu, peternak juga Peternakan Masagena ini diduga
melakukan pengapuran seluruh kandang disebabkan oleh pemilihan dan
dengan menggunakan kapur tembok. penggunaan bibit yang belum optimal
dimana peternakan menggunakan puyuh
Tempat pakan puyuh di Peternakan
jantan yang berumur di atas 8 bulan dan
Masagena dibuat dari tripleks, sedangkan
puyuh betina berumur di bawah 2 bulan
tempat minum dibuat dari plastik. Tempat
akibatnya, produksi telur kurang baik,
pakan di Peternakan Masagena diletakkan
karena kualitas sperma yang dihasilkan
di luar kandang, memanjang sepanjang
dari puyuh jantan tidak mampu
kandang dan tempat minum diletakkan
membuahi sel telur (ovum) dengan
disisi kandang. Hal ini bertujuan agar sisa
maksimal selain itu puyuh betina yang
pakan dan air minum tidak membasahi
berusia di bawah 2 bulan juga belum
dan mengotori kandang serta puyuh tidak
dewasa. Menurut Wuryadi (2011) proses
saling berebut untuk makan dan minum
pembibitan berasal dari induk betina
sehingga sanitasi kandang dan peralatan
berumur minimum 2,5 bulan sedangkan
kandang tetap terjaga. Bangunan kandang
puyuh jantan hanya dipakai selama
permanen yang dimiliki oleh peternakan
8 bulan, penampilan fisik baik dan tidak
Masagena membantu membatasi
memiliki cacat tubuh, terlihat sehat dan
masuknya suhu atau cuaca panas/dingin
lincah serta memiliki bobot badan yang
ke dalam kandang secara langsung
seragam.
sehingga tidak membahayakan
kelangsungan hidup puyuh. Puyuh mampu berproduksi pada
kisaran suhu 10–300C. Di atas suhu 300C
Produksi Telur Hen Day (Hen Day penampilan berupa pertumbuhan,
Production/HDP) konsumsi, produksi telur, ukuran telur
Berdasarkan Tabel 1 diketahui tingkat dan kualitas kerabang telur mulai
produksi telur hen day pada peternakan terpengaruh (Rao et al., 2002). Kondisi
temperatur Kota Pekanbaru yang relatif
puyuh Masagena tahun 2010 adalah
62,24%. Menurut Hepiprana (2012), panas menyebabkan rendahnya produksi
telur puyuh di Peternakan Masagena.
produksi telur puyuh adalah 300
butir/tahun atau setara dengan 68,49- Upaya untuk mengatasi temperatur cukup
81,19% dengan bobot rata-rata 10–15 g per tinggi dengan menempatkan puyuh di
butir. Dengan demikian produksi telur kandang tidak terlalu padat sehingga
puyuh di Peternakan Masagena lebih sirkulasi udara di kandang tetap lancar.
rendah dari yang dinyatakan oleh

13
Vol 11 No 1 MANAJEMEN TEKNIS PRODUKSI

Puyuh mudah mengalami stress. Hal Peternakan Masagena menghasilkan


ini disebabkan musim atau kondisi cuaca feses sehari sebanyak 12 karung dengan
yang ekstrem. Tingkat stress yang tinggi berat per karung 30 kg. Pada Peternakan
menyebabkan turunnya produksi telur Masagena pemberian biang bakteri
(Wuryadi, 2011). Tindakan antisipasi ataupun penaburan kapur tidak dilakukan
terjadinya stress pada puyuh di pada feses puyuh karena tidak terjadi
Peternakan Masagena dengan menjaga penumpukan feses puyuh. Hal ini
ketenangan di sekitar kandang dari disebabkan feses puyuh dibeli setiap
keributan. 2 minggu sekali dimana pembeli langsung
datang ke peternakan.
Produksi Puyuh Pedaging
Biaya
Berdasarkan Tabel 1 diketahui
produksi daging puyuh Peternakan Biaya Investasi.
Masagena tahun 2010 adalah 152,51 Investasi Lahan
ekor/hari dengan standard deviasi 63,39.
Hal ini dapat dimaklumi mengingat Lahan peternakan yang digunakan
Peternakan Masagena merupakan merupakan lahan milik sendiri. Luas
peternakan puyuh yang berorientasi lahan 1800 m2 dengan harga Rp. 120.000,-
kepada puyuh petelur bukan puyuh /m. Pada lahan tersebut berdiri
pedaging. Puyuh pedaging di Peternakan 2 kandang, tempat feses serta rumah
Masagena diperoleh dari puyuh jantan karyawan dan rumah Bapak Rusli sendiri.
dan puyuh betina afkir (puyuh jantan
umur 2 bulan dan puyuh betina umur Investasi Bangunan
8 bulan sudah bisa dijadikan pedaging). Menurut Listyowati dan Kinanti (2005),
Selama tahun 2010 nilai jual daging sistem kandang yang biasa diterapkan
puyuh Peternakan Masagena adalah adalah sistem litter dan sangkar (baterai).
Rp. 223.681.028,-. Nilai jual daging puyuh Namun dari hasil penelitian, jenis
tahun 2010 merupakan nilai yang paling kandang yang dipakai dalam usaha
tinggi selama peternakan ini beroperasi. Peternakan Masagena adalah kandang
Hal ini disebabkan minat masyarakat grower dan layer serta kandang indukan.
untuk mengkonsumsi daging puyuh Biaya investasi bangunan meliputi
semakin meningkat. Daging puyuh biaya pembangunan kandang yang terdiri
mempunyai kelebihan diantaranya adalah dari kandang grower dan layer, kandang
tekstur daging halus, lembut, manis, starter, ruang penetasan, tempat
memiliki kandungan kolesterol yang pembuatan kurung dan tempat kurung
sangat rendah, kaya mikronutrien dan khusus puyuh yang sakit. Kandang
berbagai vitamin termasuk folat, vitamin B indukan digunakan anak puyuh starter
kompleks, vitamin E dan vitamin K, dapat dan berfungsi untuk meletakkan puyuh
melancarkan peredaran darah dan yang berumur 1-2 hari hingga 3 minggu.
menguatkan tulang belakang, serta kaya Ukuran kandang adalah 40 cm x 100 cm x
zat besi, kalsium, dan fosfor. 160 cm dan memuat puyuh sebanyak 100
ekor puyuh. Kandang grower digunakan
By Product Peternakan Masagena untuk puyuh berumur 3–6 minggu dan
Kotoran puyuh merupakan by product layer untuk puyuh yang berumur
(produk sampingan) peternakan puyuh. 6 minggu.
Tidak hanya telur tapi kotoran puyuhpun Bangunan kandang grower dan layer
demikian bermanfaat dan berhasil guna untuk puyuh petelur dan pembibit yang
(Mulyantini, 2010). berumur grower 3-6 minggu dan layer
6 minggu lebih berukuran 8 X 20 meter,

14
WAHYURI, dkk Jurnal Peternakan

dengan lokasi satu sama lain berdekatan. satu tingkat kurung puyuh grower dan
Kandang besar terbuat dari bangunan layer kapasitas 100 ekor, mampu
setengah permanen menggunakan kawat menampung 40 ekor puyuh. Jumlah
sebagai dinding atasnya. Untuk atap kurung pada masing-masing kandang
kandang menggunakan asbes dan lantai grower dan layer kapasitas 150 ekor
terbuat dari semen. Di depan masing- dapat diisi 80 unit kurung dengan
masing kandang besar terdapat kran air kapasitas masing-masing kurung 120
yang berfungsi sebagai tempat ekor. Perbedaan daya tampung kurung
membersihkan peralatan makan dan dibuat lebih ramping sehingga tidak
minum puyuh. banyak memakan tempat. Kurung
untuk puyuh starter, berkapasitas 250
Bangunan kandang kecil untuk puyuh
ekor puyuh per unit. Pada kurung
starter memiliki ukuran 10 X 12 meter
starter dilengkapi dengan lampu
dengan bentuk struktur bangunan
penghangat terutama untuk kurung
permanen yang memuat puyuh sebanyak
puyuh yang baru dipindahkan dari
80 ekor. Kandang permanen dibuat karena
mesin tetas atau sering disebut DOQ.
DOQ membutuhkan udara yang hangat
agar tidak kedinginan dan cepat sakit. b) Tandon (Bak) air, digunakan untuk
Letak kandang kecil berada satu menampung air dari sumur pompa
bangunan dengan ruang penetasan telur. yang dialirkan ke kran di depan
Untuk tempat pembuatan kurung masing-masing kandang. Jumlah
berdekatan dengan tempat puyuh-puyuh tandon/bak air yang digunakan 1 unit
yang sakit. Bentuk bangunan tidak dengan harga Rp. 1.200.000,- dengan
permanen (tempat terbuka yang diberi umur ekonomis 5 tahun dan jumlah
atap), letaknya berada di sebelah kandang biaya penyusutan per tahun
besar. Rp. 192.000,- dan nilai sisa Rp. 240.000,-
Biaya yang dikeluarkan untuk c) Tempat pakan dan minum yang
pembuatan 280 m kandang adalah
2 digunakan oleh Peternakan Masagena
Rp. 180.000/m2 dengan umur ekonomis 230 buah dan harga satuannya
5 tahun. Sementara itu total biaya yang Rp. 10.000,-, sehingga biaya yang
dikeluarkan untuk pembuatan kandang dikeluarkan untuk tempat pakan dan
adalah Rp. 50.400.000,- dan biaya minum Rp. 2.300.000,- dengan umur
penyusutan per tahun Rp. 8.064.000,- dan ekonomis selama 5 tahun. Biaya
nilai sisa Rp. 10.080.000,- penyusutan untuk tempat pakan dan
minum Rp. 368.000,- dan nilai sisa
Investasi Peralatan Rp. 460.000,-.
Sarana peralatan kandang adalah d) Pompa air berfungsi sebagai alat
instalasi air minum, instalasi tempat memompa air dari sumber air (sumur).
pakan, instalasi listrik, tirai atau layer, alas Jumlah mesin pompa air yang
litter, instalasi pemanas, pelindung digunakan 1 unit dengan harga
indukan dan peralatan lainnya (Santoso, Rp. 500.000,- dengan umur ekonomis
2010). Total biaya yang dikeluarkan 5 tahun dan jumlah biaya penyusutan
untuk peralatan adalah Rp. 34.248.500,-. per tahun Rp. 80.000,- dengan nilai sisa
Sementara peralatan kandang yang Rp. 100.000,-.
digunakan pada Peternakan Masagena
e) Pipa, digunakan untuk mengalirkan air
adalah :
dari pompa air ke tandon serta dari
a) Kurung, terbuat dari kayu dan kawat tandon ke kran air. Pipa yang
yang telah dilengkapi dengan tempat digunakan 5 buah dengan harga
pakan serta tempat minum. Satu satuannya Rp. 15.000,- sehingga total
kurung terdiri dari 5 tingkat. Untuk biaya yang digunakan untuk pipa

15
Vol 11 No 1 MANAJEMEN TEKNIS PRODUKSI

Rp. 75.000,-, umur ekonomis untuk k) Timbangan duduk, yang digunakan


pipa adalah 5 tahun dan biaya 1 unit dengan harga Rp. 2.500.000,-
penyusutan per tahunnya Rp. 12.000,- /unit dengan umur ekonomis 5 tahun
dan nilai sisa Rp. 15.000,-. dan jumlah biaya penyusutan per
tahun Rp. 400.000,- dan nilai sisa
f) Genset, digunakan jika terjadi
Rp. 500.000,-.
pemadaman listrik. Lampu di mesin
tetas dinyalakan 24 jam pada masa l) Sekop, yang digunakan 1 buah dengan
penetasan 17 hari. Jika lampu mati, harga Rp. 17.500,-/buah dengan umur
resiko kegagalan menetas puyuh akan ekonomis 2 tahun dan jumlah biaya
semakin besar. Generator yang penyusutan per tahun Rp. 4.375,- dan
digunakan 1 unit dengan harga nilai sisa Rp. 8.750,-.
Rp. 8.500.000,- dengan umur ekonomis
m) Terpal penutup, yang digunakan
10 tahun dan jumlah biaya penyusutan
20 unit dengan harga Rp. 20.000,-/unit
per tahun Rp. 765.000,- dan nilai sisa
dengan umur ekonomis 5 tahun dan
Rp. 850.000,-.
jumlah biaya penyusutan per tahun
g) Instalasi listrik. Biaya pemasangan Rp. 64.000,- dan nilai sisa Rp. 80.000,-.
instalasi listrik biaya yang dikeluarkan
n) Mesin cuci kandang yang dimiliki oleh
Rp. 1.500.000,- dengan umur ekonomis
Peternakan Masagena 1 unit dengan
5 tahun sehingga biaya penyusutan per
harga Rp. 1.200.000,- dengan umur
tahunnya Rp. 240.000,- dan nilai sisa
ekonomis 5 tahun dan jumlah biaya
Rp. 300.000,-.
penyusutan per tahun Rp. 192.000,- dan
h) Semprotan digunakan untuk nilai sisa Rp. 240.000,-.
menyemprot kurung, mesin tetas, dan
o) Peralatan lainnya yang diperlukan
kandang maupun lingkungan sekitar
adalah selang, kawat, baskom, gayung,
kandang menggunakan desinfektan.
sapu lidi, raskam/skrab, gerobak, tape
Alat penyemprot yang digunakan
recorder dan kursi. Selang yang
2 unit dengan harga Rp. 80.000,-/unit
digunakan 5 m dengan harga
dengan umur ekonomis 5 tahun dan
Rp. 3000,-/m dengan umur ekonomis
jumlah biaya penyusutan per tahun
5 tahun dan jumlah biaya penyusutan
Rp. 25.000,- dan nilai sisa Rp. 32.000,-.
per tahun Rp. 2.400,-. dan nilai sisa
i) Ember plastik, berfungsi untuk Rp. 3.000,-. Biaya yang dikeluarkan
menampung air untuk mencuci untuk pembelian kawat Rp. 15.730.000,-
peralatan pakan serta minum, juga dengan umur ekonomis selama 1 tahun
untuk alat persiapan minum puyuh. sehingga jumlah biaya penyusutan per
Ember yang digunakan 3 buah dengan tahun Rp. 2.516.800,- dan nilai sisa
harga Rp. 10.000,-/buah dengan umur Rp. 3.146.000,-. Baskom yang
ekonomis 2 tahun dan jumlah biaya digunakan 3 buah dengan harga
penyusutan per tahun Rp. 7.500,- dan Rp. 50.000,-/buah dan umur ekonomis
nilai sisa Rp. 15.000,-. 2 tahun dan jumlah biaya penyusutan
per tahun Rp. 37.500,- dan nilai sisa
j) Tempat kotak telur, terbuat dari kayu
Rp. 75.000,-. Gayung yang digunakan
dengan bantalan busa. Digunakan
1 buah dengan harga Rp. 5000,-/buah
untuk memanen telur puyuh setiap
dan umur ekonomis 2 tahun dan
pagi. Nampan yang digunakan 120
jumlah biaya penyusutan per tahun
buah dengan harga Rp. 3000,-/buah
Rp. 1.250,- dan nilai sisa Rp. 2.500,-.
dengan umur ekonomis 2 tahun dan
Sapu lidi yang digunakan 2 buah
jumlah biaya penyusutan per tahun
dengan harga Rp. 5000,-/m dan umur
Rp. 90.000,- dan nilai sisa Rp. 180.000,-.
ekonomis 2 tahun dan jumlah biaya
penyusutan per tahun Rp. 2.500,- dan

16
WAHYURI, dkk Jurnal Peternakan

nilai sisa Rp. 5.000,-. Raskam/skrab tahun sebelumnya, tahun 2009 biaya
yang digunakan 3 buah dengan harga variabel yang dikeluarkan
Rp. 7000,-/buah dan umur ekonomis Rp. 301.275.000,- mengalami penurunan
5 tahun dan jumlah biaya penyusutan sebesar 55,30% dan tahun 2010 berjumlah
per tahun Rp 3.360,- dan nilai sisa Rp 468.526.984,- meningkat 34.71% dari
Rp. 4.200,-. Gerobak yang digunakan tahun sebelumnya.
3 buah dengan harga Rp. 185.000,-
a) DOQ (Day Old Quail)
/buah dan umur ekonomis 5 tahun
DOQ yang digunakan oleh usaha
dan jumlah biaya penyusutan per
Peternakan Masagena adalah puyuh
tahun Rp. 88.800,- dan nilai sisa
yang berasal dari daerah Yogyakarta
Rp. 111.000,-. Selang yang digunakan
dan Tanjung Balai yang diperoleh dari
5 m dengan harga Rp. 3000/m dengan
Poultry Shop yang diproduksi oleh
umur ekonomis 5 tahun dan jumlah
PT. Indojaya Agrinusa. Harga DOQ
biaya penyusutan per tahun Rp. 2.400,-
setiap periode produksi dari tahun
dan nilai sisa Rp. 3.000,-. Tape Recorder
2006 adalah Rp. 3.150,- tahun 2007
yang digunakan 1 buah dengan harga
sebesar Rp. 3.214,- tahun 2008
Rp. 300.000,- dan umur ekonomis
Rp. 3.150,-.
5 tahun dan jumlah biaya penyusutan
per tahun Rp. 48.000,- dan nilai sisa Harga rata-rata DOQ adalah Rp. 3.171.
Rp. 60.000,-. Kursi yang digunakan Total pembelian DOQ tahun 2006-2008
2 buah dengan harga Rp. 10.000,-/buah adalah 246.960 ekor dengan total biaya
dan umur ekonomis 2 tahun sehingga yang dikeluarkan Rp 782.992.800,-.
jumlah biaya penyusutan per tahun Harga DOQ tertinggi pada tahun 2007
Rp. 5.000,- dan nilai sisa Rp. 10.000,-. yaitu Rp. 3.214,-.
b) Pakan
Biaya Tetap Pakan yang diberikan berbentuk
Pajak Bumi dan Bangunan butiran. Usaha Peternakan Masagena
menggunakan 2 jenis pakan yaitu
Peternakan Masagena merupakan
pakan 311 dan pakan 324 yang
usaha peternakan rakyat, sehingga hanya
diproduksi oleh PT. Charoen Phokpan.
dikenakan pajak bumi dan bangunan
Pakan 311 diberikan umur 1-18 hari,
setiap satu tahun sekali yang mana dari
sedangkan pakan 324 diberikan pada
tahun 2006 sampai dengan tahun 2010
puyuh umur 19 hari sampai panen.
adalah Rp. 115.000,- .
Usaha Peternakan Masagena
memperoleh pakan dari Poultry Shop
Penyusutan
yang terletak di jalan Nangka
Biaya penyusutan terdiri dari Pekanbaru. Jarak antara peternakan
bangunan kandang, instalasi listrik dan dengan Poultry Shop sekitar 10 km.
peralatan kandang. Total biaya Harga pakan tiap tahun mengalami
penyusutan asset tetap Rp. 13.260.085,- peningkatan. Harga per kg tahun 2006
per tahun atau sekitar 20% per tahun. adalah Rp. 2.400,-, tahun 2007 sebesar
Rp. 2.750,- meningkat 14,58%, tahun
Biaya Variabel 2008 harga pakan Rp. 3.100,- meningkat
Total biaya variabel yang dikeluarkan 12,72%, tahun 2009 sebesar Rp. 3.375,-
usaha Peternakan Masagena pada tahun meningkat 8,78% dan tahun 2010 harga
2009 adalah Rp. 458.724.800,- sedangkan pakan per kg Rp. 3.600,- meningkat
di tahun 2007 sebesar Rp. 455.717.800,- 6,66%. Rata-rata harga pakan tahun
terjadi penurunan 0,71%, tahun 2008 biaya 2006-2010 yaitu Rp 3.045,-/kg. Jumlah
variabel yang dikeluarkan adalah pakan yang dihabiskan tahun 2006,
Rp. 475.272.160,- meningkat 4.06% dari 2007, 2008, 2009, 2010 berturut-turut

17
Vol 11 No 1 MANAJEMEN TEKNIS PRODUKSI

adalah 70.452 kg, 62.316 kg, 56.074 kg, tahunnya. Biaya yang dibutuhkan
75.600 kg dan 115.039 kg. Total biaya untuk pembelian minyak tanah dari
pakan yang dihabiskan dari tahun ke tahun 2006, 2007, 2008, 2009, 2010
tahun mengalami peningkatan, hal ini berturut-turut adalah Rp. 950.000,-;
disebabkan kenaikan pada ongkos Rp. 1.200.000,-; Rp. 1.350.000,-;
angkut pakan dari pabrik sampai ke Rp. 1.700.000,-; Rp. 2.000.000,-
konsumen.
Biaya yang dikeluarkan dari tahun
c) Obat-obatan dan Vaksin (OV) 2006-2010 terus mengalami
Obat-obatan yang digunakan peningkatan, hal ini disebabkan karena
diantaranya : Medimik yang berfungsi terjadinya perubahan harga jual
untuk pengobatan terhadap infeksi minyak tanah setiap tahunnya.
CRD, Mycoplasma Gallisepticum, E.Coli
e) Tenaga Kerja
dan kolera pada puyuh, Rodalon
Tenaga kerja di Peternakan Masagena
digunakan untuk penyemprotan dan
merupakan tenaga kerja tetap
Egg Stimulant digunakan untuk
berjumlah 3 orang yang terdiri dari
perangsang telur yang diberikan pada
tenaga kerja bagian pakan dan bibit
puyuh petelur setelah produksi puyuh
serta tenaga kerja bagian pemeliharaan.
70%.
Jumlah gaji tenaga kerja terus
Selain obat, puyuh diberi vitamin dan mengalami peningkatan dari tahun
vaksin. Total biaya obat-obatan, 2006 sampai 2010 secara berturut-turut
vitamin dan vaksin untuk puyuh per Rp. 9.600.000; Rp. 9.840.000;
tahun adalah Rp. 26.605.000,-. Jumlah Rp. 13.120.000,-; Rp.19.600.000,-;
biaya obat-obatan, vitamin dan vaksin Rp. 22.560.0000,-. Sementara itu, total
yang dikeluarkan oleh Peternakan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan
Masagena dari tahun 2006, 2007, 2008, Rp. 74.720.000,-. Hal ini dipengaruhi
2009, 2010 berturut-turut Rp. 3.750.000,- oleh harga kebutuhan pokok yang
; Rp. 3.200.000,-; Rp. 4.080.000,-; cenderung meningkat setiap tahunnya.
Rp. 6.300.000,-; Rp. 9.275.000,-.
f) Biaya Variabel Lainnya
d) Bahan Bakar Biaya yang dikeluarkan untuk variabel
Bahan bakar yang digunakan usaha lain yaitu listrik, koran, dan
Peternakan Masagena adalah minyak transportasi secara berturut-turut dari
tanah dan bensin. Minyak tanah tahun 2006 sampai 2010 adalah listrik
digunakan untuk bahan bakar sebesar Rp. 6.600.000,-; Rp. 7.040.000,-;
pemanas, sedangkan bensin digunakan Rp. 6.150.000,-; Rp. 8.685.000,-;
untuk bahan bakar mesin cuci Rp. 10.350.000,-; untuk biaya koran
kandang. Kebutuhan minyak tanah Rp. 1.320.000,-; 1.320.000,-;
untuk satu pemanas sebanyak 5 liter Rp. 1.320.000,-; Rp. 1.620.000,-; dan
berkisar Rp. 1.440.000,- per tahunnya Rp. 1.800.000,-. Biaya transportasi
sementara untuk bensin berkisar Rp. 5.400.000,-; Rp. 5.400.000,-;
Rp. 1.824.000,- per tahunnya. Biaya Rp. 6.000.000,-; Rp. 6.000.000,-; dan
yang dibutuhkan untuk pembelian Rp. 6.000.000,-. Perubahan biaya ini
bensin dari tahun 2006, 2007, 2008, dipengaruhi oleh perubahan harga
2009, 2010 berturut-turut Rp. 1.200.000,- masing-masing biaya variabel yang
; Rp. 1.500.000,-; Rp. 1.800.000,-; cenderung mengalami peningkatan.
Rp. 2.220.000,-; Rp. 2.400.000,-. Biaya
yang dikeluarkan dari tahun 2006 s/d
2010 terus mengalami peningkatan, hal
ini disebabkan karena terjadinya
perubahan harga jual bensin setiap

18
WAHYURI, dkk Jurnal Peternakan

Tabel 1. Jumlah telur puyuh dan puyuh yang dipasarkan di Peternakan Masagena Tahun
2006 – 2010
Tahun Jumlah Telur Puyuh (butir) Jumlah Panen Puyuh (kg)
2006 1.975.050 79.164
2007 2.040.050 81.025
2008 1.938.450 86.480
2009 2.376.850 88.292
2010 2.961.999 89.761
Sumber : Olah data peneliti (2012)

Tabel 2. Bobot panen dan harga jual telur puyuh dan puyuh pedaging tahun 2006 – 2010
Tahun Nilai Penjualan Telur Nilai Penjualan Puyuh Total Nilai
Puyuh (Rp) Pedaging (Rp) Penjualan (Rp)
2006 355.509.000,- 142.495.200,- 498.004.200,-
2007 367.209.000,- 145.845.000,- 513.054.000,-
2008 387.690.000,- 155.664.000,- 543.354.000,-
2009 499.138.500,- 194.242.400,- 693.380.900,-
2010 592.399.800,- 224.402.500,- 816.802.300,-
Sumber : Olah data peneliti (2012).

Pemasaran Penerimaan
Produk yang dijual Peternakan Penerimaan adalah jumlah yang dijual
Masagena berupa telur puyuh. Peternakan dikalikan dengan harga jual (Rasyaf,
Masagena memasarkan produknya ke 2002). Total penerimaan tahun 2006, 2007,
agen dan agen menjualnya ke pedagang 2008, 2009 dan 2010 berturut
pengecer di berbagai pasar di Pekanbaru Rp 498.004.200,-; Rp 513.054.000,-;
seperti Pasar Pagi Panam, Pasar Pagi Rp 543.354.000,-; Rp 693.380.900,- dan
Arengka, Pasar Cik Puan serta rumah Rp 816.802.300,-. Total penerimaan usaha
makan dan restoran disekitar Kecamatan Peternakan Masagena tahun 2006-2010
Tampan. Tabel 1 menunjukkan jumlah sebesar Rp 3.064.595.400,- .
puyuh yang dipasarkan tahun 2006-2010.
Alokasi biaya yang dibutuhkan tahun
Jumlah yang terbanyak untuk telur puyuh
2006, 2007, 2008, 2009 dan 2010 yaitu
dan puyuh pedaging pada tahun 2010
Rp 472.099.885,-; Rp 468.792.885,-;
yaitu 89.761 ekor.
Rp 488.647.245,-; Rp 314.650.085,- dan
Tabel 2 menunjukkan nilai jual telur Rp. 481.902.069,-. Total biaya usaha
puyuh dan daging puyuh di Peternakan Peternakan Masagena tahun 2006-2010
Masagena dari tahun 2006-2010 fluktuatif. sebesar Rp 2.226.092.169,-.
Nilai jual puyuh yang paling tinggi terjadi
Penerimaan by product feses puyuh
pada tahun 2010, dimana untuk nilai
merupakan penerimaan tambahan untuk
penjualan telur puyuh mencapai
karyawan kandang. Harga jual feses
Rp. 592.399.800,- dan nilai penjualan
adalah Rp 10.000,-/karung. Biasanya
untuk puyuh pedaging Rp. 224.402.500,-.
jumlah feses puyuh yang dijual 150-200
karung pada setiap kali transaksi. Dengan
Harga Jual
demikian dalam waktu 1 bulan karyawan
Rata-rata harga jual telur puyuh dari kandang rata-rata memperoleh
tahun 2006-2010 adalah Rp. 194,-/butir pendapatan Rp. 3.600.000,- dari hasil
dan untuk daging puyuh Rp. 2.020,-/ekor. penjualan feses. Hasil pengumpulan dan
Harga jual telur puyuh di Peternakan penjualan feses puyuh menjadi tanggung
Masagena setiap periode produksi tahun jawab penuh dari karyawan kandang,
2006 - 2010 dapat dilihat pada Tabel 2. sehingga pemilik peternakan tidak ikut

19
Vol 11 No 1 MANAJEMEN TEKNIS PRODUKSI

campur dalam pembagian hasil penjualan dalam investasi usaha adalah 3 tahun 7
feses puyuh. bulan 19 hari.

Analisis Kelayakan Finansial KESIMPULAN


Net Present Value (NPV)
1. Aspek produksi puyuh di Peternakan
Nilai NPV tahun 2006-2010 dengan Masagena dinilai kategori normal yaitu
menggunakan modal sendiri (i= 6,25%) 78,59%, mortalitas puyuh cukup baik
yaitu Rp 351.551.834,41. Hasil analisis yaitu 3,09%, produksi telur hen day
NPV tahun 2006-2010 menggunakan rendah yaitu 62,24%, dan produksi
modal pinjaman (i= 15%) yaitu puyuh pedaging 152,51 ekor/hari.
Rp 172.860.508,74,-. Dengan demikian,
2. Aspek-aspek produksi Peternakan
Peternakan Masagena dikatakan layak
Masagena dinilai mendukung
untuk dikembangkan.
perkembangan usaha dimulai dari
bibit, pakan, kandang dan manajemen
Benefit Cost Ratio (BCR)
pemeliharaannya.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh
3. Usaha Peternakan Masagena layak
BCR selama 5 tahun mulai tahun 2006-
diilanjutkan karena nilai NPV (pada
2010 menggunakan modal sendiri
i = 6,25%) = Rp. 351.551.834,41 dan
(i= 6,25%) yaitu 1,16. Hal ini berarti
NPV (pada i = 15%) sebesar Rp.
Rp 100,- pengeluaran pada saat itu akan
172.860.508,74. Nilai BCR Peternakan
menghasilkan manfaat Rp 1,16. Nilai BCR
Masagena adalah 1,16 (i-=6,25) dan 1,10
selama 5 tahun menggunakan modal
(i=15%), dengan IRR 42,06%.
pinjaman (i= 15%) diperoleh sebesar 1,10
Berdasarkan perhitungan payback period
berarti setiap Rp 100,- pengeluaran pada
diperoleh pengembalian modal dari
saat itu akan dihasilkan manfaat Rp 1,10,-
investasi yang ditanamkan adalah
Melihat hasil tersebut maka usaha
3 tahun 7 bulan 19 hari.
Peternakan Masagena layak untuk
dikembangkan/memberikan keuntungan
SARAN
bagi pemilik usaha.
Perusahaan sebaiknya mengurus izin-
Internal Rate of Return (IRR)
izin usaha seperti Surat Izin Usaha
Hasil penelitian menunjukkan nilai IRR Perdagangan (SIUP), Surat Izin Tempat
pada usaha Peternakan Masagena dari Usaha (SITU) agar memiliki kekuatan
tahun 2006-2010 yaitu 42,06%. Nilai IRR hukum yang lebih kuat sehingga leluasa
menunjukkan Peternakan Masagena mengembangkan usahanya ke daerah lain
mampu mengembalikan modal pinjaman ataupun negara lain.
sampai tingkat bunga maksimum 42,06%.
Nilai IRR menunjukkan usaha Peternakan DAFTAR PUSTAKA
Masagena layak dilanjutkan dan
dikembangkan. Hal tersebut sesuai Abidin, Z. 2003. Meningkatkan Produktivitas
pernyataan Kadariah (1999) usaha Ayam Ras Petelur. Agromedia. Jakarta.
dikatakan layak untuk dilanjutkan jika
nilai IRR > Cost of Capital. Agromedia. 2011. Petunjuk Praktis Beternak
Ayam Ras Petelur, Itik, dan Puyuh. PT.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Pay Back Period
Berdasarkan hasil analisa investasi, Andrianto, T. 2005. Panduan Praktis Beternak
Peternakan Masagena dapat menutup Burung Puyuh. Absolut. Yogyakarta.
kembali semua biaya yang dikeluarkan

20
WAHYURI, dkk Jurnal Peternakan

Ditjennak. 2012. Statistik Peternakan 2009. Nuryati, L. K Sutarto dan S. P. Hardjosworo.


Direktorat Jenderal Peternakan. 2000. Sukses Menetaskan Telur. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Fadillah, R dan Agustin, P. 2007. Sukses
Beternak Ayam Broiler Komersial. Rao, et al. 2002. Feeding to Minimise Heat Stress.
Agromedia. Pustaka. Jakarta. Poultry International. 41(7).

Gitinger, J.P. 1999. Analisis Ekonomi Proyek- Rasyaf, M. 1995. Pengelolaan Penetasan.
proyek Pertanian. UI Press. Jakarta. Kanisius. Yogyakarta.

Hartono, T dan Isman. 2010. Kiat Sukses Santoso, H dan Suryani, T. 2010. Pembesaran
Menetaskan Telur Ayam. Agromedia. Jakarta. Ayam Pedaging Hari per Hari di Kandang
Panggung Terbuka. Penebar Swadaya.
Hepiprana, 2012, Beternak Puyuh, Jakarta.
http://hepiprana.blogspot.com/2012/02/b
eternak-puyuh.html. Diakses tanggal 16 Sarwono, B. 1995. Pengawetan dan Pemanfaatan
Juni 2012. Telur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kadariah, 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Sentral Ternak. 2012. Bila Telur Unggas Gagal
Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Menetas. http://sentral
Mada. Gadjah Mada University Press. ternak.com/index.php /2008/08/29/ bila-
Yogyakarta. telur-unggas-gagal-enetas/. Diakses
tanggal dari 14 April 2012.
Listyowati, E dan Kinanti, R. 2005. Puyuh :
Tata Laksana Budidaya secara Komersial. Edisi Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Tarsito.
Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. Bandung.

Mayun, I.G.T dan Nugroho. 1986. Beternak Sugiarti, T. 1981. Pengaruh Cekaman Panas
Burung Puyuh. Eka Offset. Semarang. Terhadap Pertumbuhan Dan Efesiensi
Penggunaan Makanan Pada Ayam Pedaging.
Miller, R. L dan Meiners, R.E. 2000. Teori Lembaga LPP 1: 9-11.
Mikroekonomi Intermediate. Penerjemah
Haris Munandar. PT. Raja Grafindo Sugiharto, R.E. 2005. Meningkatkan Keuntungan
Persada. Jakarta. Beternak Puyuh. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Mulyantini. 2010. Ilmu Manajemen Ternak
Unggas. Gadjah Mada University Press. Suprijatna, E, U Atmomarsono dan R
Yogyakarta. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Muslim, D. A. 1993. Seri Budidaya Ayam
Bangkok. Kanisius. Jakarta. Togatotrop M.H.B dan Soemarni. 1977.
Performans ayam pedaging periode
Nazir. M. 1988. Metode Penelitian. PT. Galia finisher dengan pemeliharaan lantai litter
Indonesia. Jakarta. dan lantai kawat. Bul. LPP. 19: 18-26.

North, M. O and Bell, D. D. 1990 Commercial Wuryadi. S. 2011. Beternak dan Bisnis Puyuh.
Chicken Production Manual. 4th. Edition. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Chapman and Hall. New York.
Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas.
Kanisius. Yogyakarta.

21

Das könnte Ihnen auch gefallen