Sie sind auf Seite 1von 8

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

GAMBARAN SURVEILANS KASUS LEPTOSPIROSIS BERDASARKAN


PELAKSANAAN SISTEM SURVEILANS DI KOTA SEMARANG
(STUDI KASUS DI PUSKESMAS DAN DINAS KESEHATAN KOTA
SEMARANG)

Frima Rifqi Azzahroh, Mateus Sakundarno Adi, Ari Udiyono,


Lintang Dian Saraswati

Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik, Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Diponegoro
Email: frimarifqi94@gmail.com

Abstract: Leptospirosis is an infectious disease caused by pathogenic leptospira


bacteria, which is transmitted directly or indirectly from animals to humans, so the
disease is classified in zoonoses. Leptospirosis is a zoonotic disease that is most
widely spread in the world. The disease is becoming one of the leading causes of
death in the city of Semarang. Control program of cases leptospirosis in Semarang
continues to happen every year, but the number of cases continues to exist and
increasing every year. The purpose of this study to describe the surveillance of
cases leptospirosis by implementation of a surveillance system in the city of
Semarang. This type of research is descriptive qualitative in-depth interviews. The
research sample as many as 12 research subjects using purposive sampling
technique. The results showed that in terms of data collection all recipients have
collected all the elements of data collection and reporting of data. In terms of data
processing of cases, most of the study subjects had done all the data processing
amount of suspect cases, probable, and confirm using descriptive analysis. The
detection method used is RDT (Rapid Diagnostic Test) with Leptotek.
Dissemination of information and feedback by all study subjects. Follow-up and
evaluation has been carried out intensively by Semarang City Health Office. It is
advisable to Semarang City Health Office to conduct training on surveillance in all
Primary Health Care in Semarang City and necessary analytical analysis and
utilization of GIS software and SPSS applications.

Key words:Leptospirosis, cases surveillance, the implementation of the


surveillance system, Semarang City Health Office, Primary Health Care in
Semarang City

PENDAHULUAN Penyakit menular tidak mengenal


batas-batas daerah administratif
Latar Belakang sehingga pemberantasan penyakit
menular memerlukan kerjasama
antar daerah, misalnya antar
Penyakit menular masih
propinsi, kabupaten/kota, bahkan
merupakan masalah utama
antar negara. Beberapa penyakit
kesehatan masyarakat Indonesia,
menular yang menjadi masalah di
disamping mulai meningkatnya
Indonesia salah satunya adalah
masalah penyakit tidak menular.
371
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

leptospirosis.1 serta kerjasama antara Kabupaten/


Kota,
Leptospirosis adalah Propinsi, Nasional dan
penyakit menular pada hewan dan Internasional.Salah satu kegiatan
manusia yang disebabkan oleh Pemerintah untuk mengendalikan
bakteri Leptospira interrogans. kasus leptospirosis yaitu melalui
Leptospirosis adalah suatu kegiatan surveilans epidemiologi
zoonosis yang disebabkan suatu yang bertujuan untuk memantau
mikroorganisme yaitu leptospira secara sistematis dan terusmenerus
tanpa memandang bentuk spesifik terhadap kasus leptospirosis agar
serotipenya. Penyakit ini dapat dapat dilakukan penanggulangan
berjangkit pada laki-laki maupun yang efektif dan efisien sehingga
perempuan semua umur dan kasus leptospirosis yang ada di
dikenal dengan berbagai nama, masyarakat dapat ditekan.7
seperti mud fever, slime fever, Kota Semarang menduduki
swamp fever, autumnal fever, peringkat pertama dengan jumlah
infectious fever, field fever, cane kasus terbanyak di Jawa Tengah
cutter fever. Di beberapa negara tahun 2012-2015. Kasus kejadian
leptospirosis dikenal dengan nama leptospirosis di Kota Semarang
demam icterohemorrhagic, demam meningkat tiap
lumpur, penyakit swineherd, tahunnya.Dibutuhkan gambaran
demam rawa, penyakit weil, surveilans kasus leptospirosis untuk
demam canicola. 2,3,4 mengetahui distribusi kasus
leptospirosis berdasarkan segala
Penyakit ini bisa berkembang aspek guna upaya menurunkan
di alam pada hewan baik liar angka kasus leptospirosis di Kota
maupun domestik dan manusia Semarang. Melihat masalah yang
merupakan infeksi terminal. Gejala telah dipaparkan di atas maka
umum dari penyakit ini adalah penelitian tentang gambaran
demam dengan serangan tiba-tiba, pelaksanaan surveilans kasus
sakit kepala, menggigil, mialgia leptospirosis perlu dilakukan di Kota
berat (betis dan kaki) dan merah Semarang dengan tujuan untuk
pada conjunctiva. Manifestasi lain mengetahui gambaran surveilans
yang mungkin muncul adalah kasus leptospirosis itu sendiri di Kota
demam diphasic, meningitis, ruam, Semarang.
anemia, perdarahan dalam kulit
dan selaput lendir, gangguan
mental dan depresi, myocarditis METODEPENELITIAN
dan radang paru-paru. (5),(6) Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini
Upaya pencegahan dan adalah deskriptif kualitatif.
pengendalian penyakit leptospirosis Penelitian ini bertujuan untuk
diperlukan suatu sistem surveilans menggambarkan surveilans kasus
penyakit yang mampu memberikan leptospirosis dilihat dari
dukungan upaya program dalam pelaksanaan sistem surveilans di
daerah kerja Kabupaten/Kota, Kota Semarang.
Propinsi dan Nasional, dukungan
kerjasama antar program dan sektor

372
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Pengambilan sampel dalam 6) Riwayat paparan dari faktor


penelitian ini terdiridari petugas risiko
surveilans leptospirosis di 7) Data serologi dan
Puskesmas dan Dinas Kesehatan mikrobiologi
Kota Semarang.
a. Kriteria Sampel Kriteria yang Berdasarkan hasil
digunakan dalam wawancara di atas tentang
pengambilan sampel adalah penemuan kasus surveilans
Puskesmas di Kota aktif dan pasif, sebagian besar
Semarang yang terdapat Puskesmas menggunakan
kasus leptospirosis selama 3 kedua pelaksanaan surveilans,
tahun terakhir berturut-turut yang di antaranya surveilans
dan Dinas Kesehatan Kota aktif melalui kegiatan
Semarang. Penyelidikan Epidemiologi (PE)
b. Besar Sampel Besar sampel dan penyuluhan kepada
berjumlah 16 subyek masyarakat dan ikut
penelitian, yang terdiri dari 1 berpartisipasi apabila ada
Petugas Surveilans program dari DKK atau dari
Leptospirosis di Litbang P2B2 Banjarnegara,
Dinas Kesehatan Kota sedangkan surveilans pasifnya
Semarang dan 15 Petugas adalah melalui laporan dari DKK
Surveilans Puskesmas di dan masyarakat mengenai
Kota Semarang yang adanya kasus. Deteksi kasus
termasuk dalam kriteria yang dilaksanakan keseluruhan
sampel. Puskesmas adalah dengan
menggunakan metode RDT
(Rapid Diagnostic Test) dan
HASIL PENELITIAN
menggunakan alat pemeriksaan
penunjang
A. Pengumpulan Data “Leptotek”.
Surveilans Kasus
Leptospirosis B. Pengolahan dan Analisis
Pada penelitian ini, semua Data Kasus Leptospirosis
subyek penelitian sudah
Pengolahan dan analisis
melakukan pengumpulan data
data dalam wawancara ini
semua unsur pengumpulan meliputi data yang diolah, cara
data, di antaranya:
pengolahan dan penyajian data,
1) Kelompok umur, jenis serta bentuk penyajian datanya.
kelamin, pekerjaan, dan Berdasarkan wawancara
informasi tempat tinggal mengenai pengolahan data,
2) Gejala klinik yang muncul sebagian besar subyek
3) Waktu/ tanggal pertama kali penelitian telah melakukan
gejala klinik muncul (onset) pengolahan data, yang meliputi
4) Waktu/ tanggal didiagnosis pengolahan data jumlah kasus
leptospirosis suspek dan kasus probabel/
5) Riwayat dirawat di Rumah konfirmasi, jumlah kasus yang
Sakit atau tidak dirawat di rumah sakit, jumlah
kematian, jumlah kasus

373
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

berdasarkan tipe leptospirosis, menggunakan analisa deskriptif


dan jumlah kasus berdasarkan dan interpretasi
penyebaran lokasinya. Subyek data.berdasarkan kriteria orang,
penelitian menggunakan aplikasi tempat, dan waktu. Sebagian
Ms. Excel dan aplikasi GIS besar subyek penelitian
(Geographic Information mengatakan bahwa setelah data
System) dengan bentuk diolah, kemudian dilakukan
penyajian data menggunakan analisis dan interpretasi untuk
grafik, diagram, dan peta mendapatkan informasi
persebaran. Pengolahan data selengkapnya mengenai
pada semua subyek penelitian karakteristik kasus leptospirosis
masih menggunakan aplikasi di wilayah tersebut berdasarkan
Ms. Excel dan GIS kriteria waktu, tempat, orang,
(Geographic Information cara penularan, sumber infeksi,
System), belum ada yang dan cara serologisnya.
menggunakan aplikasi SPSS
untuk pengolahan data kasus. D. Penyebarluasan Informasi
Namun, dalam pengolahan dan Umpan Balik
data, sebagian besar subyek Penyebarluasan informasi
penelitian tidak mengalami dan umpan balik meliputi cara
kendala dalam penyebarluasan informasi,
pelaksanaannya, hanya pelaporan data ke DKK
beberapa saja yang (ketepatan waktu dan
mempunyai kendala dalam hal kelengkapan laporan),
waktu dikarenakan adanya keterlibatan lintas program/
tugas tambahan di wilayah sektor, dan hal-hal yang
kerjanya. menghambat pelaksanaan
surveilans kasus leptospirosis.
C. Analisis dan Interpretasi Data Berdasarkan hasil
Surveilans wawancara mendalam (InDepth
Analisis dan interpretasi Interview) mengenai cara
data meliputi cara membuat penyebarluasan informasi,
kesimpulan dari data yang sebagian besar Puskesmas
sudah dikumpulkan dan diolah. menyebarluaskan informasi
Informasi yang didapatkan kasus Leptospirosis melalui
berupa karakteristik kasus Pertemuan Kader dan laporan
leptospirosis berdasarkan kepada kelurahan, kecamatan,
kriteria waktu, tempat, orang, dan DKK.
cara penularan, sumber Sebagian besar subyek
infeksi, dan tipe serologisnya. penelitian melakukan
Berdasarkan hasil penyebarluasan informasi
wawancara mendalam (InDepth dengan cara melakukan
Interview) mengenai analisis dan penyuluhan kepada Kader,
interpretasi data surveilans memberikan laporan kepada
kasus leptospirosis di Kota Kelurahan dan Kecamatan,
Semarang, sebagian besar serta pemberian leaflet atau
subyek penelitian telah brosur kepada masyarakat
melakukan analisa dengan tentang kasus leptospirosis.

374
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Sedangkan Dinas Kesehatan lanjut yang ditujukan kepada


Kota Semarang melakukan pihakpihak yang terkait dengan
penyebarluasan informasi upaya pengendalian
dengan cara memberikan leptospirosis, yaitu kepada
feedback kepada semua Dinas Peternakan, Dinas
Kepala Puskesmas di Kota Pertanian, Dinas Kesehatan
Semarang dan melakukan Propinsi Jawa Tengah, unit
Rapat Koordinasi. zoonosis, unit logistik, Dinas
Berdasarkan hasil Lingkungan Hidup, dan SKPD di
wawancara mendalam Jawa Tengah.
(InDepth Interview) mengenai
pelaporan data kasus PEMBAHASAN
leptospirosis, seluruh Keterkaitan Jumlah Kasus
Puskesmas telah melaporkan dengan Pelaksanaan Sistem
setiap bulan melalui SP3 Surveilans di Kota Semarang
Online setiap sebelum tanggal Jumlah kasus leptospirosis
5 ke DKK. Semua subyek di Kota Semarang yang setiap
penelitian melaksanakan tahunnya cenderung meningkat,
pelaporan data kasus tidak berarti pelaksanaan
leptospirosis kepada Kepala surveilans kasus leptospirosis
Puskesmas setiap minggu dan masih kurang. Berdasarkan hasil
pelaporan data kasus kepada penelitian, dimulai dari tahap
Dinas Kesehatan Kota setiap pengumpulan data hingga tindak
paling lambat tanggal 5 setiap lanjut dan evaluasi, dapat
bulannya. Sedangkan Dinas disimpulkan bahwa pelaksanaan
Kesehatan Kota memberikan sistem surveilans kasus
laporan kepada Dinas leptospirosis di Kota Semarang
Kesehatan Propinsi setiap belum berjalan secara optimal
bulan melalui e-mail yang sehingga belum bisa menekan
mencakup data semua kasus jumlah kasus leptospirosis yang
leptospirosis di semua wilayah cenderung meningkat
kerja Puskesmas di Kota mengingat Kota Semarang juga
Semarang. merupakan daerah endemis dan
Dalam keterlibatan lintas berisiko kasus leptospirosis.
sektoral, semua subyek Apabila Petugas Surveilans
penelitian memiliki keterlibatan Epidemiologi mempertahankan
dengan instansi lain, yaitu RT, ketepatan waktu yang baik
RW, Kelurahan, dan tersebut, angka CFR (Case
Kecamatan. (lintas sektoral) Fatality Rate) kasus
yang sudah cukup baik dan leptospirosis di Kota Semarang
tidak ada kendala dalam dapat ditekan.
keterlibatan tersebut. Metode deteksi yang
digunakan oleh semua wilayah
E. Tindak Lanjut dan Evaluasi kerja Puskesmas di Kota
Semarang (RDT) sudah cukup
Berdasarkan hasil wawancara
untuk mendeteksi kasus
mendalam (Indepth interview),
leptospirosis.
Dinas Kesehatan Kota
Semarang melaksanakan tindak

375
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Pada tahap pengolahan data, ≥ 80%. Ketepatan pelaksanaan


pemanfaatan aplikasi lunak GIS Penyelidikan Epidemiologi kasus
(Geographic Information leptospirosisnya pun sudah
System) perlu ditingkatkan dilaksanakan 100% dari semua
penggunaannya untuk semua kasus dan dilakukan dalam waktu ≤
wilayah kerja Puskesmas di Kota 1x24 jam setelah dilaporkannya
Semarang. Melalui aplikasi kasus.
lunak GIS tersebut, dapat dilihat Penyebarluasan informasi oleh
bagaimana persebaran wilayah semua subyek penelitian telah
kasus leptospirosis sehingga dilakukan melalui Pertemuan Kader,
dapat diambil tindakan untuk Pelaporan kepada
lebih menggiatkan kegiatan Kepala Puskesmas dan Dinas
pencegahan terutama Kesehatan Kota Semarang,
diprioritaskan pada wilayah yang Pelaporan kepada Kelurahan dan
paling endemis dan memiliki Kecamatan, dan pemberian brosur
kasus terbanyak. kepada masyarakat.
Untuk tahap analisa dan Penyebarluasan informasi ini sudah
interpretasi data, semua subyek berjalan sesuai dengan indikator
penelitian menggunakan analisa Permenkes RI No.
deskriptif yang kemudian 1479/MENKES/SK/X/2003
diinterpretasikan menurut kajian
tentang Pedoman
epidemiologi (orang, tempat,
dan waktu). Dari analisa tersebut Penyelenggaraan Sistem Surveilans
dapat dilihat bagaimana Epidemiologi
persebaran kasusnya Penyakit Menular dan Tidak Menular
berdasarkan orang, tempat, Terpadu. Demikian juga dengan
waktu untuk kemudian diambil umpan balik
tindakan efektif untuk wilayah (feedback) yang diberikan dari Dinas
yang paling prioritas. Walaupun Kesehatan Kota
dalam hal surveilans kasus Semarang setiap 3 bulan sekali.
leptospirosis, analisa deskriptif Umpan balik tersebut sudah berjalan
sudah cukup untuk dengan rutin dan kontinyu.
menggambarkan persebaran Pada tahap tindak lanjut dan
kasusnya, akan tetapi tidak bisa evaluasi, Dinas Kesehatan Kota
dilihat faktor risiko terkait kasus. Semarang telah melakukan
Faktor risiko dapat dilihat apabila Supervisi Rutin Terpadu dan Monev-
dilakukan analisa analitik, yaitu Intervensi kepada seluruh wilayah
melalui pemanfaatan aplikasi kerja
lunak SPSS sehingga faktor Puskesmas di Kota Semarang.
risiko yang muncul dapat Tindak lanjut dan evaluasi yang
dikendalikan guna menekan dilakukan oleh Dinas Kesehatan
jumlah kasus. Kota Semarang ini meliputi
Pada tahap penyebarluasan pengawasan terhadap kendala
informasi dan umpan balik, semua dalam pelaksanaan surveilans kasus
Puskesmas di Kota leptospirosis sehingga diambil
Semarang telah memiliki angka tindakan bagaimana usaha
kelengkapan laporan sesuai dengan mengurangi kendalakendala
indikator kelengkapan laporan, yakni

376
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

tersebut guna menekan angka kasus Semarang sudah


leptospirosis di Kota Semarang. melakukan pelaksanaan
analisis dan interpretasi
KESIMPULAN data. Pelaksanaan
analisis dan interpretasi
1. Pelaksanaan
data tersebut
pengumpulan data menggunakan analisa
semua unsur data deskriptif, belum ada
surveilans kasus yang menggunakan
leptospirosis pada analisa analitik, padahal
Puskesmas dan Dinas dengan menggunakan
Kesehatan Kota analisa analitik dapat
Semarang sudah ditemukan faktor risiko
dilakukan oleh semua kejadian leptospirosis
Petugas Surveilans agar dapat dilakukan
Epidemiologi dan semua tindakan
Puskesmas sudah penanggulangan faktor
melakukan deteksi kasus risiko tersebut guna
menekan angka kasus
surveilans aktif dan pasif,
leptospirosis.
dengan metode deteksi
suspek yang dilakukan 4. Pelaksanaan penyebarluasan
menggunakan RDT dan informasi oleh Puskesmas
di Kota Semarang dilakukan
(Rapid Diagnostic Test).
melalui penyuluhan kepada
2. Pelaksanaan Kader, lintas sektoral terkait, dan
pengolahan dan Dinas Kesehatan Kota
penyajian data Semarang. Sedangkan pada
Puskesmas sudah Dinas Kesehatan
dilaksanakan oleh Kota Semarang dilakukan
sebagian besar dengan memberikan feedback
Puskesmas dengan kepada semua Kepala
menggunakan teknologi Puskesmas mengenai
komputerisasi dan ketepatan dan kecepatan
aplikasi yang digunakan laporan serta diadakan
dalam pengolahan data pelaksanaan Rapat
adalah aplikasi lunak
Koordinasi apabila ada
Microsoft Office Excel
peningkatan kasus leptospirosis.
dan GIS (Geography
Information System). Pelaksanaan evaluasi dan
Belum ada Puskesmas tindak lanjut sudah dilakukan
yang menggunakan oleh Dinas
aplikasi SPSS untuk Kesehatan Kota
pengolahan data kasus Semarang dengan cara
leptospirosis. Supervisi Rutin Terpadu di
3. Sebagian besar seluruh Puskesmas dan
Puskesmas di pelaksanaan monitoring-
Kota evaluasi.
Dinas Kesehatan Kota 7. DinasKesehatan Kota
Semarang Semarang. (2011).

377
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

melaksanakan tindak 8. DinasKesehatanPropinsiJ lanjut yang


ditujukan awa Tengah. (2016).
kepada pihak-pihak yang terkait
dengan upaya
pengendalian
leptospirosis, yaitu kepada
Dinas
Peternakan, Dinas
Pertanian, Dinas
Kesehatan Propinsi
Jawa Tengah, unit
zoonosis, unit logistik, Dinas
Lingkungan Hidup, dan
SKPD di Jawa
Tengah.

DAFTAR PUSTAKA
1. W.K Kellog Foundation. Evaluation handbook.
Battle Creek, MI: W.K, Kellog Foundation, 1998.
Dapatdiperolehpada:
http://wkkf.org/Publication
/evalhdbk.
2. Soeharsono. 2002.
PenyakitMenulardariHew
ankeManusia. Volume 1.
Yogyakarta: Kanisius.
7980.
3. Mansjoer,A (2005). KapitaSelektaKedokteran
edisi 3 Bagian I. Media Aesculapius. FKUI.
Jakarta.
4. PDPERSI Jakarta. (2007)
5. Chin,J., Communicable Diseases(Leptospirosis).
American Public Health
Association. Washington.
2000.
6. World Health
Organization. Human
Leptospirosis: Guidance for
diagnosis, surveillance,
and control. Geneva: World
Health Organization; 2003.

378

Das könnte Ihnen auch gefallen