Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Usak
(Dosen Hukum Bisnis, Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Halmahera. Meraih Sarjana
Hukum (S.H.) dari Universitas kristen Indonesia Paulus (2006), dan Magister Hukum (M.H.) dari Universitas Kristen Satya Wacana
(2015))
(E-mail: usakhalmahera@yahoo.com)
Abstract
One of the functions of The WTO is to become an international trade dispute resolution forum for its
member countries. International trade disputes may emerge when a country adopts certain trade policies
that are contrary to the WTO principles and rules, or implementing trade policies that harm other
countries.
One such trade disputes has been involving Indonesia and New Zealand, when New Zealand
considered Indonesia has hindered free trade by imposing quotas, minimum prices, import and import
licensing period for horticultural products, animals and animal products from New Zealand. In May 2014
the two countries have held consultation through a meeting between the delegations of New Zealand and
Indonesia as well as the Chairperson of the Dispute Settlement Body to discuss about the allegedly
restrictive policy. However, the meeting did not bring any positive result. The case is an example of a
conventional trade dispute in which the trade policy adopted by a country is considered to violate the
principles of free trade by other countries. In this case, the author argue that Indonesia's policy to limit
import of horticultural product animals and animal products from New Zealand are in accordance with the
provisions of the WTO concerning measures of safeguards to protect local farmers in the country, and
Indonesia as a developing country is entitled to the conditions contained in the provisions of Special And
Differential Treatment (S & D).
Keywords: importatation dispute, horticultura products, animal and animal products, World Trade
Organization, New Zealand vs Indonesia
4
produk hortikultura, hewan dan produk
Michael J. Trebilcock dan Robert Howse, The
Regulation of International Trade, (London: TJ hewan.
International Ltd, 1995), 367.
5
Ernst-Ulrich Petersman, International Trade Menurut Bustanul Arifin,
Law and the GATT/WTO Disputes Settlement
System, (London: Kluwer Law International Ltd, menyatakan bahwa sengketa
1997), 4. perdagangan internasional produk
6
Maslihita Nur Hidayati , Analisis Tentang
Sistem Penyelesaian Sengketa WTO Suatu hortikultura, hewan, dan produk hewan
Tinjauan Yuridis Formal, Jurnal Lex Jurnalica
Volume 11 Nomor 2 (Agustus 2014): 160.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 41
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia
yang melibatkan Indonesia, Selandia untuk New Zealand dan seluruh ekspor
Baru, dan Amerika Serikat di tingkat barang ke Indonesia tercatat meningkat
Organisasi Perdagangan Dunia, kini 17% menjadi US$ 961 juta dalam 12
memasuki masa-masa kritis. Kebijakan bulan terakhir hingga 31 Maret. Tapi
impor hortikultura, impor ternak, dan sayangnya, perdagangan sapi New
produk ternak yang diterapkan Indonesia Zealand merosot tajam karena Indonesia
dianggap restriksi kuantitatif dan memberlakukan volume impor berbasis
diskriminatif karena membatasi ruang kuota sejak 2011. New Zealand
gerak pelaku usaha Selandia Baru dan kemudian pada 8 Mei 2014
AS. Indonesia telah berusaha membela melayangkan pengaduan keduanya ke
legitimasi kebijakan impornya dengan WTO terkait pembatasan impor dan
berbagai argumen dari perspektif legal, rumitnya birokrasi di Indonesia yang
ekonomi, sosial, moral, dan sedikit telah menyebabkan ekspor sapi dan
7
politik. produk hortikulturunya merosot drastis.
Sengketa dapat muncul ketika suatu Dalam keluhan baru, yang diajukan pada
negara menetapkan suatu kebijakan 8 Mei, New Zealand mengeluhkan
perdagangan tertentu yang bertentangan bahwa Indonesia "tidak bisa dibenarkan
dengan komitmennya di WTO, atau dan membatasi perdagangan" dengan
mengambil kebijakan yang merugikan persyaratan perizinan impor, "tidak
negara lain. Seperti yang terjadi pada masuk akal dan diskriminatif.
kasus New Zealand vs Indonesia. Menurut laporan WTO, Amerika
Indonesia merupakan pasar terbesar ke-9 Serikat dengan dukungan New Zealand
memprotes kebijakan Indonesia
7
Bustanul Arifin, Sengketa Impor Hortikultura, pembatasan impor produk hortikultura.8
Hewan, Produk Hewan, 26 April 2016, Pemerintah menjelaskan bahwa
http://print.kompas.com/baca/opini/artikel/2016/ pembatasan impor hortikultura ini
04/26/Sengketa-Impor-Produk-Hortikultura-He
disebabkan karena lalu-lintas barang
wan-dan-Produk hewan.
yang sudah sangat padat, serta dukungan
http://print.kompas.com/baca/opini/artikel/2016/
04/26/Sengketa-Impor-Produk-Hortikultura-He sarana dan SDM yang belum memadai
wan-dan-Produk hewan, diakses pada tanggal 26 8
Wisnu Winardi, Dampak Pembatasan Impor
April 2016. Hortikultura Terhadap Aktivitas Perekonomian,
Tingkat Harga Dan Kesejahteraan, (Buletin
Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2013), 22.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 42
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia
15
nations”. Sanson membagi hukum b) Hukum perdagangan internasional
perdagangan internasional ini ke dalam adalah aturan-aturan hukum
dua bagian utama, yaitu hukum internasional yang berlaku terhadap
perdagangan internasional publik perdagangan barang, jasa dan
(public international trade law) dan perlindungan hak atas kekayaan
hukum internasional privat (private intelektuanl (HKI). (international
16
international trade law). Hukum trade law can be described as those
perdagangan internasional publik adalah rule of international law which are
hukum yang mengatur perilaku dagang applicable to trade in goods, service
antar Negara. Sementara itu, hukum and the protection of intellectual
perdagangan internasional privat yakni property).
hukum yang mengatur perilaku dagang c) Hukum perdagangan internasional
secara orang perorang (private traders) terdiri dari aturan-aturan hukum
17
di negara-negara yang berbeda. nasional yang memiliki atau
Dalam memberikan definisi hukum berpengaruh langsung terhadap
perdagangan internasional, Hercules perdagangan internasional secara
Booysen memberikan unsur-unsur dari umum. Karena sifat aturan-aturan
definisi hukum perdagangan hukum nasional tersebut, maka
internasional, kemudian unsur-unsur aturan-aturan tersebut merupakan
inilah yang menjadi batasan dalam bagian dari hukum perdagangan
mendefinisikan hukum perdagangan internasional. Contohnya seperti
internasional, yakni:18 perundang-undangan yang
a) Hukum perdagangan internasional ekstrateritorial (the extraterritorial
dapat dipandang sebagai suatu cabang legislation).
khusus dari hukum internasional Hukum perdagangan internasional
(international trade law may also be memiliki beberapa sumber hukum yaitu
regarded as a specialized branch of perjanjian internasional, hukum
international law). kebiasaan internasional, prinsip-prinsip
hukum umum, putusan-putusan badan
15 pengadilan dan doktrin, kontrak, dan
Huala Adolf, Op.cit, hal 8.
16
Ibid. hukum nasional. Prinsip-prinsip dasar
17
Ibid.
18
Ibid, hal 9-10.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 45
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia
Towels Trade Disputes Between China and penyelesaian sengketa WTO dalam
Taiwan, (Depok: Voices From Asia: For a Just menyelesaikan setiap sengketa yang
and Equitable World, 2007), 367.
24
Hatta, Perdagangan Internasional Dalam
Sistem GATT dan WTO, (Bandung: PT Refika
25
Aditama, 2006), 116. Ibid, hal 143.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 47
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia
yang menimbulkan kerugian terhadap tindakan yang diambil oleh suatu pihak
negara lain akibat tindakan yang diambil dengan ketentuan yang berlaku maka
oleh suatu pihak. Selain itu, agar para upaya pertama adalah agar pihak
pihak yang bersangkutan dapat tersebut mencabut aturan atau tindakan
mengambil langkah untuk yang tidak konsisten tersebut. Apabila
menyelesaikan antara mereka. tindakan yang dinilai tidak konsisten
Akan tetapi jika setelah upaya untuk tersebut tidak dapat dicabut oleh pihak
menyelesaikan masalah tersebut tidak yang digugat maka DSU memberikan
dapat dicapai melalui pendekatan hak kepada negara yang mengajukan
langsung antara para pihak yang keluhan untuk meminta kompensasi. Hal
bersengketa, maka hal tersebut dapat ini dilakukan untuk untuk mengatasi
dibawa ke tingkat yang melibatkan kerugian akibat suatu tindakan yang
sistem secara keseluruhan lebih tidak konsisten tersebut sebagai langkah
langsung yaitu menentukan apakah interim sampai akhirnya tindakan yang
tindakan yang dilakukan oleh suatu tidak konsisten tersebut dicabut.
pihak yang menimbulkan keluhan dari Sebagai langkah terakhir, apabila
pihak lain dianggap melanggar atau sudah ditentukan bahwa tindakan yang
tidak konsisten dari perjanjian yang diambil oleh suatu pihak yang
berlaku. Hal tersebut sesuai dengan merugikan tersebut dianggap tidak
ketentuan “In the absence of a mutually konsisten dengan aturan yang berlaku
agreed solution, the first objective of the sedangkan kompensasi tidak diperoleh,
dispute settlement mechanism is ussually maka pihak yang dirugikan dapat
to secure the withdrawal of the measures meminta izin untuk mengambil tindakan
concerned if these are found to be balasan atau retaliasi. Sehingga dengan
inconsistent with the provisions of any of demikian, sistem penyelesaian sengketa
31
the covered agreement”. yang berkembang setelah perundingan
Sehingga dengan demikian, apabila Uruguay Round telah menjadi sistem
setelah proses penyelesaian sengketa yang semakin yuridis. Sistem ini telah
berjalan, sistem DSU menilai bahwa berevolusi menjadi sistem yang
terdapat suatu inkonsistensi antara berdasarkan pada rule-based system
dibandingkan dengan sistem
31
Lihat Pasal 3 ayat 7 DSU.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 51
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia
No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan hortikultura negaranya yang jelas prinsip
Dan Kesehatan Hewan, UU No. 18 ini berlawanan dari perjanjian yang telah
Tahun 2013 tentang Perlindungan Dan Persaingan yang bebas dan tanpa
41
Namun demikian proteksi yang nationality of the product.”
dilakukan Indonesia masih dinilai
Dalam ketentuan tersebut terdapat
sebagai bentuk ketidakpatuhan
tiga unsur yang harus dipenuhi apabila
Indonesia pada perjanjian WTO, sebagai
kebijakan Indonesia dianggap
salah satu kasus New Zealand yang
melanggar prinsip national treatment,
mengajukan konsultasi dengan
yaitu :
Indonesia menggunakan fasililtas
1. Barang impor dan domestik
penyelesaian masalah WTO terkait
merupakan produk sejenis (like
larangan impor beberapa produk
product)
hortikultura dan daging sapi. New
2. Adanya ketentuan hukum atau
Zealand menilai Indonesia menghambat
persyaratan yang mempengaruhi
perdagangan bebas dan melanggar
permintaan, penawaran, penjualan,
ketentuan WTO melalui pemberlakuan
transportasi, distribusi dan
kuota, harga minimal, periode impor dan
penggunaan.
lisensi impor produk hortikultura, hewan
3. Adanya perlakuan tidak seimbang
dan produk hewan. Dalam Pasal III ayat
(less favourable) antara produk
4 GATT 1994 dinyatakan bahwa:
domestik dan impor tersebut
“The products of the territory of any
New Zealand juga menyorot
contracting party imported into the
territory of any other contracting sejumlah isu dalam hukum Indonesia
party shall be accorded treatment no
dan peraturan yang tidak transparan dan
less favorable than that accorded to
like products of national origin in terlalu memberatkan. Pasal X ayat 1
respect of all laws, regulations and
GATT 1994 menyatakan bahwa:
requirements affecting their internal
sale, offering for sale, purchase, “Laws, regulations, judicial
transportation, distribution or use. decisions and administrative rulings
The provisions of this paragraph of general application, made
shall not prevent the application of effective by any contracting party,
differential internal transportation pertaining to the classification or
charges which are based exclusively the valuation of products for
on the economic operation of the customs purposes, or to rates of
means of transport and not on the duty, taxes or other charges, or to
requirements, restrictions or
prohibitions on imports or exports
Organization tentang Perlakuan Khusus dan or on the transfer of payments
Berbeda Bagi Negara Berkembang:
Implementasi dalam Praktek dan dalam therefor, or affecting their sale,
Penyelesaian Sengketa, Jurnal Hukum No.Edisi
41
Khusus Vol.16, (Oktober 2009), 2. Lihat Pasal III ayat 4 GATT 1994.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 55
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia
46 48
Lihat Pasal 5 DSU. Lihat Pasal 4 ayat 10 DSU.
47 49
Lihat Pasal 4 ayat 3 DSU. Lihat Pasal 12 ayat 10 DSU
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 58
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia
50 52
Lihat Pasal 4 ayat 7 DSU. Lihat Pasal 8 ayat 10 DSU.
51 53
Lihat Pasal 11 DSU. Lihat Pasal 12 ayat 10 DSU.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 59
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia