Sie sind auf Seite 1von 27

Usak

Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,


Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia

PENYELESAIAN SENGKETA IMPOR PRODUK HORTIKULTURA,


HEWAN DAN PRODUK HEWAN
ANTARA NEW ZEALAND DENGAN INDONESIA

Usak
(Dosen Hukum Bisnis, Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Halmahera. Meraih Sarjana
Hukum (S.H.) dari Universitas kristen Indonesia Paulus (2006), dan Magister Hukum (M.H.) dari Universitas Kristen Satya Wacana
(2015))
(E-mail: usakhalmahera@yahoo.com)

Abstract
One of the functions of The WTO is to become an international trade dispute resolution forum for its
member countries. International trade disputes may emerge when a country adopts certain trade policies
that are contrary to the WTO principles and rules, or implementing trade policies that harm other
countries.
One such trade disputes has been involving Indonesia and New Zealand, when New Zealand
considered Indonesia has hindered free trade by imposing quotas, minimum prices, import and import
licensing period for horticultural products, animals and animal products from New Zealand. In May 2014
the two countries have held consultation through a meeting between the delegations of New Zealand and
Indonesia as well as the Chairperson of the Dispute Settlement Body to discuss about the allegedly
restrictive policy. However, the meeting did not bring any positive result. The case is an example of a
conventional trade dispute in which the trade policy adopted by a country is considered to violate the
principles of free trade by other countries. In this case, the author argue that Indonesia's policy to limit
import of horticultural product animals and animal products from New Zealand are in accordance with the
provisions of the WTO concerning measures of safeguards to protect local farmers in the country, and
Indonesia as a developing country is entitled to the conditions contained in the provisions of Special And
Differential Treatment (S & D).

Keywords: importatation dispute, horticultura products, animal and animal products, World Trade
Organization, New Zealand vs Indonesia

I. PENDAHULUAN jasa antara satu negara dengan negara


A. Latar Belakang lainnya. Maka dari itu antara
Setiap Negara memiliki karakteristik negara-negara yang terdapat di dunia
yang berbeda, baik sumber daya alam, perlu terjalin suatu hubungan
iklim, geografi, demografi, struktur perdagangan untuk memenuhi
ekonomi dan struktur sosial. Perbedaan kebutuhan tiap-tiap negara tersebut.1
tersebut menyebabkan perbedaan Hukum perdagangan internasional
komoditas yang dihasilkan, komposisi merupakan bidang hukum yang
biaya yang diperlukan, kualitas dan berkembang cepat. Ruang lingkup
kuantitas produk. secara langsung atau bidang hukum ini pun cukup luas.
tidak langsung membutuhkan 1
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Transaksi
pelaksanaan pertukaran barang dan atau Bisnis Internasional (Ekspor Impor dan Imbal
Beli), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000),
1.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 39
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia

Hubungan-hubungan dagang yang sektor hortikultura sebagai salah satu


sifatnya lintas batas dapat mencakup sektor andalan negara Indonesia sebagai
banyak jenisnya, dari bentuknya yang negara agraria. Untuk bertahan dari
sederhana, yaitu dari barter, jual beli liberalisasi perdagangan WTO,
barang atau komoditi (produk-produk Indonesia telah melakukan beberapa
pertanian, perkebunan, dan sejenisnya), proteksi sektor hortikultura negaranya
hingga hubungan atau transaksi dagang yang jelas prinsip ini berlawanan dari
yang kompleks. Menurut Michelle perjanjian yang telah di sepekati
3
Sanson hukum perdagangan Indonesia dengan WTO.
internasional “can be defined as the Perubahan lingkungan perdagangan
regulation of the conduct of parties internasional berupa liberalisasi
involved in the exchange of goods, perdagangan WTO telah memicu
services and technology between perubahan kebijakan pembangunan
2
nations”. Indonesia, khususnya di bidang
Sebagai salah satu negara yang telah hortikultura. Indonesia merupakan salah
menjadi anggota World Trade satu negara pendiri World Trade
Organization (WTO), Indonesia terikat Organization (WTO) dan telah
untuk mematuhi ketentuan-ketentuan meratifikasi melalui UU No. 7/1994.
perdagangan internasional yang Keberadaan WTO sebagai suatu
disepakati dalam perundingan organisasi internasional, memiliki peran
GeneralAgeement on Tariff of Trade yang penting dalam lalu lintas
(GATT WTO) yaitu melalui ratifikasi perdagangan internasional. Harapannya,
terhadapUndang-undang Nomor 7 setiap negara akan mendapatkan
Tahun 1994 tentang Pengesahan manfaat dari adanya perdagangan
Agreement on Establishing the World internasional. Adapun yang menjadi
Trade Organization. tujuan dari proses interaksi ini pada
Indonesia sebagai salah satu negara umumnya adalah agar masing-masing
berkembang harus bersaing dalam negara memiliki kesempatan untuk
globalisasi ekonomi terkhususnya dalam
2 3
Huala Adolf, Hukum Perdagangan Ryan Fadhillah, Proteksi Indonesia Di Sektor
Internasional (Prinsip-Prinsip dan Konsepsi HortikulturaDalam Liberalisasi Perdagangan
Dasar), (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, WTO Tahun 2011-2013, Jom FISIP Volume 3
2005), 8. No 1 ( Februari 2016): 3.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 40
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia

memenuhi kebutuhan dalam negeri bagi negara-negara anggotanya. Sengketa


negaranya.4 Di sisi lain, organisasi ini dapat muncul ketika suatu negara
diharapkan dapat menjadi forum menetapkan suatu kebijakan
negosiasi masing-masing negara perdagangan tertentu yang bertentangan
anggotanya atas kepentingan ekonomi dengan komitmennya di WTO, atau
masing-masing. 5 Peran lainnya yang mengambil kebijakan yang merugikan
dimiliki oleh WTO adalah sebagai negara lain. Seperti yang terjadi pada
forum penyelesaian sengketa yang kasus New Zealand vs Indonesia. New
berdasarkan atas hukum bagi Zealand menilai Indonesia menghambat
negara-negara anggotanya. perdagangan bebas melalui
Sistem penyelesaian sengketa WTO pemberlakuan kuota, harga minimal,
sendiri telah digunakan secara intensif periode impor dan lisensi impor produk
oleh negara yang memiliki kekuasaan hortikultura, hewan dan produk hewan.
ekonomi paling besar yaitu amerika Kedua Negara yaitu Indonesia dan New
serikat dan uni eropa. Zealand pada Mei 2014 telah melakukan
Anggota-anggota yang tergolong negara tahap konsultasi yaitu melalui delegasi
berkembang, juga menggunakan sistem New Zealand dan Indonesia serta
penyelesaian sengketa WTO ini baik Chairperson of the Dispute Settlement
dalam hal harus berhadapan dengan Body, berunding mengenai kisruh
negara yang memiliki kekuatan pembatasan impor hortikultura. Namun,
ekonomi terbesar, juga berhadapan pertemuan tersebut belum menemui titik
dengan negara berkembang lainnya.6 terang. New Zealand kemudian
Salah satu peran WTO adalah mengajukan beberapa panel sidang
sebagai forum penyelesaian sengketa untuk membahas kemungkinan
yang berdasarkan atas hukum bagi Indonesia menarik pembatasan impor

4
produk hortikultura, hewan dan produk
Michael J. Trebilcock dan Robert Howse, The
Regulation of International Trade, (London: TJ hewan.
International Ltd, 1995), 367.
5
Ernst-Ulrich Petersman, International Trade Menurut Bustanul Arifin,
Law and the GATT/WTO Disputes Settlement
System, (London: Kluwer Law International Ltd, menyatakan bahwa sengketa
1997), 4. perdagangan internasional produk
6
Maslihita Nur Hidayati , Analisis Tentang
Sistem Penyelesaian Sengketa WTO Suatu hortikultura, hewan, dan produk hewan
Tinjauan Yuridis Formal, Jurnal Lex Jurnalica
Volume 11 Nomor 2 (Agustus 2014): 160.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 41
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia

yang melibatkan Indonesia, Selandia untuk New Zealand dan seluruh ekspor
Baru, dan Amerika Serikat di tingkat barang ke Indonesia tercatat meningkat
Organisasi Perdagangan Dunia, kini 17% menjadi US$ 961 juta dalam 12
memasuki masa-masa kritis. Kebijakan bulan terakhir hingga 31 Maret. Tapi
impor hortikultura, impor ternak, dan sayangnya, perdagangan sapi New
produk ternak yang diterapkan Indonesia Zealand merosot tajam karena Indonesia
dianggap restriksi kuantitatif dan memberlakukan volume impor berbasis
diskriminatif karena membatasi ruang kuota sejak 2011. New Zealand
gerak pelaku usaha Selandia Baru dan kemudian pada 8 Mei 2014
AS. Indonesia telah berusaha membela melayangkan pengaduan keduanya ke
legitimasi kebijakan impornya dengan WTO terkait pembatasan impor dan
berbagai argumen dari perspektif legal, rumitnya birokrasi di Indonesia yang
ekonomi, sosial, moral, dan sedikit telah menyebabkan ekspor sapi dan
7
politik. produk hortikulturunya merosot drastis.
Sengketa dapat muncul ketika suatu Dalam keluhan baru, yang diajukan pada
negara menetapkan suatu kebijakan 8 Mei, New Zealand mengeluhkan
perdagangan tertentu yang bertentangan bahwa Indonesia "tidak bisa dibenarkan
dengan komitmennya di WTO, atau dan membatasi perdagangan" dengan
mengambil kebijakan yang merugikan persyaratan perizinan impor, "tidak
negara lain. Seperti yang terjadi pada masuk akal dan diskriminatif.
kasus New Zealand vs Indonesia. Menurut laporan WTO, Amerika
Indonesia merupakan pasar terbesar ke-9 Serikat dengan dukungan New Zealand
memprotes kebijakan Indonesia
7
Bustanul Arifin, Sengketa Impor Hortikultura, pembatasan impor produk hortikultura.8
Hewan, Produk Hewan, 26 April 2016, Pemerintah menjelaskan bahwa
http://print.kompas.com/baca/opini/artikel/2016/ pembatasan impor hortikultura ini
04/26/Sengketa-Impor-Produk-Hortikultura-He
disebabkan karena lalu-lintas barang
wan-dan-Produk hewan.
yang sudah sangat padat, serta dukungan
http://print.kompas.com/baca/opini/artikel/2016/
04/26/Sengketa-Impor-Produk-Hortikultura-He sarana dan SDM yang belum memadai
wan-dan-Produk hewan, diakses pada tanggal 26 8
Wisnu Winardi, Dampak Pembatasan Impor
April 2016. Hortikultura Terhadap Aktivitas Perekonomian,
Tingkat Harga Dan Kesejahteraan, (Buletin
Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2013), 22.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 42
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia

dalam menangani masalah perlindungan hortikultura, hewan dan produk hewan


keamanan pangan. Namun hal ini masih antara New Zealand dengan Indonesia?
belum bisa diterima negara-negara
C. Tujuan Penelitian
eksportir sehingga dalam
Tujuan yang hendak dicapai dalam
perkembangannya Amerika Serikat dan
penelitian ini adalah untuk mengetahui
New Zealand telah bereaksi lebih jauh
dan menganalisis penyelesaian sengketa
dengan dengan meminta WTO untuk
impor produk hortikultura, hewan dan
menggugurkan kebijakan pembatasan
produk hewan antara New Zealand
impor hortikultura Indonesia.9.
dengan Indonesia.
Permasalahan yang terjadi dalam
dalam hukum pedagangan internasional D. Metode Penelitian
yang berkaitan dengan impor Sesuai dengan isu hukum yang
hortikultura, hewan dan produk hewan ditujukan untuk mengkaji penyelesaian
yang melibatkan indonesia dan new sengketa impor produk hortikultura,
zealand. Penelitian ini berisi tentang hewan dan produk hewan antara New
tinjauan atas hukum perdagangan Zealand dengan Indonesia, maka metode
internasional, tinjauan umum penelitian yang digunakan dalam
penyelesaian sengketa dalam WTO, penelitian ini adalah penelitian hukum
prinsip-prisnsip dalam penyelesaian normatif. Penelitian hukum normatif
sengketa perdagangan internasional, adalah suatu proses untuk menemukan
prosedur dalam penyelesaian sengketa aturan hukum, prinsip-prinsip hukum,
WTO, dan menganalisis kasus. maupun doktrin-doktrin hukum guna
menjawab isu hukum yang dihadapi.10
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini menggunakan metode
Berdasarkan uraian latar belakang,
analisis deskriptif kualitatif. Deskripsi
maka yang menjadi permasalahan yang
atau pemaparan merupakan kegiatan
akan diteliti adalah bagaimana
menentukan isi aturan hukum setepat
penyelesaian sengketa impor produk
mungkin, sehingga kegiatan
9
ABC (Radio Australia). AS minta WTO mendeskripsikan tersebut dengan
gugurkan pembatasan impor Indonesia,
www.radioaustralia.net.au/indonesian/2013-03-1
10
5/as-minta-wto-gugurkan-pembatasan-imporind Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,
onesia/1102254, diakses pada tanggal 1 Januari cetakan keenam, (Jakarta: Kencana Prenada
2016. Media Group, 2010), 35.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 43
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia

sendirinya mengandung kegiatan yang mencakup negara-negara yang


interpretasi.11 berbeda. 13 Ruang lingkup dari hukum
perdagangan internasional adalah:14
II. PEMBAHASAN (a) Penjualan Barang Internasional
A. Tinjauan Atas Hukum (International Sales of Goods),
Perdagangan Internasional (b) Instrumen yang dapat dinegosiasikan
Hubungan perdagangan (Negotiable Instruments) dan Kredit
internasional selalu menimbulkan Berdokumen Bank (banker’s
konsekuensi yang kompleks dan commercial credit),
beragam. Akibat perbedaan kebudayaan, (c) Hukum yang berhubungan dengan
kemampuan ekonomis, teknologi aktifitas bisnis sehubungan dengan
mengakibatkan perbedaan sistem hukum. perdagangan internasional,
Negara-negara memiliki pemerintahan (d) Asuransi,
yang berdaulat yang tidak tunduk (e) Transportasi, baik melalui laut,
kepada kekuasaan lain di dunia ini. udara, jalan raya maupun kereta dan
Sebagai akibatnya negara-negara perairan dalam,
tersebut tidak menerima sistem hukum (f) Industrial Property dan Hak Cipta
yang berasal dari negara lain, dan (Copyright), dan
sebaliknya yuridiksi sistem hukumnya (g) Arbitrase Perdagangan (Commercial
hanya terbatas pada wilayah dalam batas Arbitration).
negaranya.12 Menurut Michelle Sanson hukum
Menurut Resolusi Sidang Umum perdagangan internasional “can be
PBB 2102 (XX) yang dimaksud dengan defined as the regulation of the conduct
hukum perdagangan internasional of parties involved in the exchange of
adalah seperangkat aturan yang goods, services and technology between
mengatur hubungan perdagangan dari
hukum yang merupakan hukum privat
13
United Nations (UN), Progressive
Development of the Law of International Trade:
11
Bernard Arief Sidharta, Refleksi Tentang Report of the Secretary-General of the United
Struktur Ilmu Hukum, (Bandung: Mandar Maju, Nations, 1966,
2000), 149-150. http://www.jus.uio.no/lm/un.sg.report.itl.develop
12
Gunarto Suhardi, Beberapa Elemen Penting ment.1966/doc.html, diakses pada tanggal 22
dalam Hukum Perdagangan Internasional, Oktober 2014.
14
(Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2004), 13. Ibid.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 44
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia

15
nations”. Sanson membagi hukum b) Hukum perdagangan internasional
perdagangan internasional ini ke dalam adalah aturan-aturan hukum
dua bagian utama, yaitu hukum internasional yang berlaku terhadap
perdagangan internasional publik perdagangan barang, jasa dan
(public international trade law) dan perlindungan hak atas kekayaan
hukum internasional privat (private intelektuanl (HKI). (international
16
international trade law). Hukum trade law can be described as those
perdagangan internasional publik adalah rule of international law which are
hukum yang mengatur perilaku dagang applicable to trade in goods, service
antar Negara. Sementara itu, hukum and the protection of intellectual
perdagangan internasional privat yakni property).
hukum yang mengatur perilaku dagang c) Hukum perdagangan internasional
secara orang perorang (private traders) terdiri dari aturan-aturan hukum
17
di negara-negara yang berbeda. nasional yang memiliki atau
Dalam memberikan definisi hukum berpengaruh langsung terhadap
perdagangan internasional, Hercules perdagangan internasional secara
Booysen memberikan unsur-unsur dari umum. Karena sifat aturan-aturan
definisi hukum perdagangan hukum nasional tersebut, maka
internasional, kemudian unsur-unsur aturan-aturan tersebut merupakan
inilah yang menjadi batasan dalam bagian dari hukum perdagangan
mendefinisikan hukum perdagangan internasional. Contohnya seperti
internasional, yakni:18 perundang-undangan yang
a) Hukum perdagangan internasional ekstrateritorial (the extraterritorial
dapat dipandang sebagai suatu cabang legislation).
khusus dari hukum internasional Hukum perdagangan internasional
(international trade law may also be memiliki beberapa sumber hukum yaitu
regarded as a specialized branch of perjanjian internasional, hukum
international law). kebiasaan internasional, prinsip-prinsip
hukum umum, putusan-putusan badan
15 pengadilan dan doktrin, kontrak, dan
Huala Adolf, Op.cit, hal 8.
16
Ibid. hukum nasional. Prinsip-prinsip dasar
17
Ibid.
18
Ibid, hal 9-10.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 45
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia

(fundamental principles) yang dikenal menerima paksaan itu.21


dalam hukum perdagangan internasional Sistem penyelesaian sengketa dalam
diperkenalkan oleh sarjana hukum WTO telah menjadi suatu alat yang
perdagangan internasional Profesor dibutuhkan dalam menyelesaikan
Aleksancer Goldštajn. Beliau sengketa perdagangan internasional
memperkenalkan 3 (tiga) prinsip dasar yang terjadi diantara sesama anggota
tersebut, yaitu:19 (1) prinsip kebebasan WTO. Semenjak timbulnya masalah
para pihak dalam berkontrak (the mengenai proses pelaksanaan keputusan
principle of the freedom of contract); (2) atas sengketa yang terjadi berdasarkan
prinsip pacta sunt servanda; dan (3) pada sistem sebelumnya yaitu GATT.22
prinsip penggunaan arbitrase. Di Penyelesaian sengketa dalam WTO telah
samping tiga prinsip dasar tersebut, berkembang menjadi prosedur
prinsip dasar lainnya adalah prinsip adjudikasi dan dalam perkembangannya
dasar yang dikenal dalam hukum telah mewujudkan sistem penyelesaian
ekonomi internasional, yaitu prinsip sengketa berdasarkan atas suatu sistem
kebebasan untuk berkomunikasi (dalam struktural yang baku, termasuk di
pengertian luas, termasuk di dalamnya dalamnya prosedur-prosedur formal
kebebasan bernavigasi).20 yang harus dipenuhi dan pelaksanaan
atas tiap keputusan yang diambil. Sistem
B. Tinjauan Umum Penyelesaian
penyelesaian sengketa WTO
Sengketa Dalam WTO
berkembang sebagai wujud untuk
Suatu sengketa Internasional muncul
mengakomodir kepentingan nasional
pada saat usaha pihak untuk
masing-masing negara anggota dalam
memaksakan kehendaknya dengan
rangka terwujudnya kepentingan
menggunakan kekuatan (Force)
masyarakat internasional.23
mendapat tantangan atau perlawanan
dari pihak yang dipaksakannya. Jadi 21
Imawan Dicky Prasudhi, Penanganan
pada hakekatnya suatu sengketa harus Sengketa Perdagangan Internasional Melalui
WTO (World Trade Organization), Jurnal
adanya suatu bentrokan antara dua pihak Hukum dan Dinamika Masyarakat Vol . 5 N0. 1
(Oktober 2007): 34.
atau lebih kehendak yang tidak dapat 22
HS Kartadjoemena, GATT dan WTO: Sistem,
Forum dan Lembaga Internasional di Bidang
Perdagangan, (Jakarta: UI Press, 1996), 93-94.
19 23
Ibid, hal 14. Lawrence LC Lee, Legal Aspect of The WTO’s
20
Ibid, hal 15. Dispute Settlement Mechanism Applied To
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 46
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia

Perkembangan terakhir dari sistem samping itu terhadap aturan dan


penyelesaian sengketa dalam GATT prosedur penyelesaian sengketa telah
adalah diterimanya WTO sejak 1 Januari dilakukan penyempurnaan sehingga
1995 yang melahirkan sistem pelaksanaannya lebih efektif
penyelesaian sengketa yang lebih dibandingkan dengan sistem dalam
komprehensif, legalistis, dan lebih GATT 1947 yaitu dengan disahkannya
memberikan perlindungan kepada Understanding On Rules and
negara berkembang. Penyelesaian Procedures Governing The Settlement of
sengketa dalam WTO lebih berpijak Disputes (dan untuk selanjutnya
kepada rule-based approach daripada disingkat dengan DSU) yang merupakan
power-based approach dimana prinsip prosedur penyelesaian sengketa WTO
terakhir lebih terlihat dalam sistem sebagai perwujudan tekad negara-negara
GATT. Sehingga dengan demikian, tiap anggota untuk menciptakan aturan yang
negara anggota dapat merasa nyaman lebih mengikat.25
dengan keberadaan mereka dalam Melalui sistem penyelesaian
keanggotaan WTO itu sendiri.24 sengketa WTO yang lebih memberikan
Untuk pertama kalinya dalam kepastian hukum ini maka akan timbul
perkembangan sistem perdagangan harapan bagi negara-negara anggota
multilateral negara-negara berhasil untuk dapat menjadikan WTO sebagai
menciptakan satu kesatuan dalam sistem wadah untuk dapat menyelesaikan
penyelesaian sengketa (overall unified sengketa secara multilateral. Tujuan dari
dispute settlement) yang mencakup mekanisme penyelesaian sengketa
semua bidang perjanjian WTO. Dengan adalah menjaga keputusan yang positif
sistem yang menyatu ini tidak ada lagi terhadap sengketa. Keputusan harus
sistem penyelesaian sengketa diterima oleh para pihak yang
sendiri-sendiri yang diatur oleh bersengketa dan konsisten dengan
masing-masing bidang perjanjian. Di ketentuan yang terdapat dalam covered
agreement. Selanjutnya, sistem

Towels Trade Disputes Between China and penyelesaian sengketa WTO dalam
Taiwan, (Depok: Voices From Asia: For a Just menyelesaikan setiap sengketa yang
and Equitable World, 2007), 367.
24
Hatta, Perdagangan Internasional Dalam
Sistem GATT dan WTO, (Bandung: PT Refika
25
Aditama, 2006), 116. Ibid, hal 143.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 47
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia

muncul dalam dunia transaksi bisnis Prinsip kespakatan para pihak


internasional khususnya dalam sektor merupakan prinsip fundamental
privat memberikan kontribusi sistem dalam penyelesaian sengketa
penyelesaian sengketa yang efektif dan perdagangan internasional. Prinsip
lebih ekonomis dibandingkan dengan inilah yang menjadi dasar untuk
26
penyelesaian melalui pengadilan. dilaksanakan atau tidaknya suatu
Dengan dilaksanakannya proses penyelesaian sengketa.
tahapan-tahapan dalam prosedur b) Prinsip Kebebasan Memilih
penyelesaian sengketa yang ada Cara-cara Penyelsaian Sengketa.
membuktikan bahwa WTO Prinsip penting kedua adalah
mengharapkan adanya pemecahan atas prinsip di mana para pihak memiliki
tiap sengketa yang terjadi diantara kebebasan penuh untuk menentukan
sesama negara anggota dengan sistem dan memilih cara atau mekanisme
penyelesaian sengketa yang efektif dan bagaimana sengketanya diselesaikan
efisien. (principle of free choice of means).
c) Prinsip Kebebasan Memilih Hukum.
C. Prinsip-Prinsip Dalam
Prinsip penting lainnya adalah
Penyelesaian Sengketa
prinsip kebebasan para pihak untuk
Perdagangan Internasional
menentukan sendiri hukum apa yang
Dalam hukum perdagangan
akan diterapkanoleh badan peradilan
internasional dapat dikemukan beberapa
(arbitrase) terhadap pokok sengketa.
prinsip-prinsip mengenai penyelesaian
d) Prinsip Iktikad Baik (Good Faith).
sengketa perdagangan internasional.
Prinsip iktikad baik dapat
Adapun prisnip-prinsip penyelesaian
dikatakan sebagai prinsip
sengketa perdagangan internasional
fundamental dan paling sentral
sebagai berikut:27
dalam penyelesain sengketa. Prinsip
a) Prinsip Kesepakatan Para Pihak
ini mensyaratkan dan mewajibkan
(konsensus).
adanya iktikad baik dari para pihak
26
Lawrence LC Lee, Op.cit. dalam menyelesaikan sengketanya.
27
Beny Asrianto dan Oksep Adhayanto, e) Prinsip Exhaustion Of Local
Penyelesaian Sengketa Dagang Dalam Hukum
Internasional (Suatu Tinjuan Terhadap Forum Remedies.
Penyelesaian Sengketa Internasional Non
Litigasi), Junal Selat Vol.1 No. 2 ( Mei 2014): 67.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 48
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia

Prinsip Exhaustion of organisasi internasional, cakupan


Local Remedies sebenarnya semula dari substansi yang ditangani WTO,
lahir dari prinsip hukum kebiasaan fungsi WTO, cara pengambilan
internasional. keputusan dalam WTO, status WTO.
Sekretariat WTO, cara melakukan
D. Prosedur Penyelesaian Sengketa
amandemen dari perjanjian ini
Dalam WTO
maupun perjanjian-perjanjian
Pada prinsipnya, sistem penyelesaian
multilateral substantif tercakup pada
sengketa yang berkembang dalam WTO
annex 1 dari perjanjian ini. Perjanjian
merupakan perkembangan atas sistem
ini dianggap sebagai Umbrella
penyelesaian sengketa yang telah ada
Agreement untuk semua paket hasil
sebelumnya dalam sistem GATT yang
Uruguay Round.
terdapat dalam Pasal XXII dan XXIII
b) Perjanjian-perjanjian substantif yang
GATT Agreement. Pasal 1 DSU
bersifat multilateral yang tercantum
menyatakan bahwa: “The rules and
sebagai annex dari WTO Agreement,
procedure of this Understanding shall
yaitu Annex 1A : Multilateral Trade
apply to disputes brought pursuant to
Agreements in Goods; Annex 1B :
the consultation and dispute settlement
General Agreement on Trade in
provisions of the agreements listed in
Services; Annex 1C : Agreement on
Appendix I to this Understanding”.28
Trade-Related Aspect of Intellectual
Dengan demikian maka secara
Property Rights; Annex 2 :
eksplisit dikemukakan bahwa prosedur
Understanding on Rules of
yang tertuang dalam DSU berlaku untuk
Prosedures Governing The
semua sengketa yang berkaitan dengan
Settlement of Disputes.
perjanjian-perjanjian yang termasuk
c) Perjanjian-perjanjian substantif yang
dalam Appendix I dari perjanjian,
bersifat plurilateral yang
yaitu:29
diadministrasikan oleh WTO tetapi
a) Agreement Establishing the World
hanya mengikat bagi negara-negara
Trade Organization, yaitu perjanjian
anggota WTO yang turut dalam
untuk mendirikan WTO sebagai
perjanjian tersebut, yaitu Annex 4 :
28
Lihat Pasal 1 DSU. Agreement on Trade in Civil Aircraft
29
Michael J. Trebilcock dan Robert Howse,
Op.cit.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 49
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia

Agreement on Goverment diterapkan. Hal ini mengingat bahwa


Procurement International Dairy khusus untuk perjanjian-perjanjian yang
Agreement International Bovine termasuk jenis plurilateral agreement
Meat Agreement. yang isinya hanya mengikat pihak-pihak
yang menjadi anggota dari plurilateral
Dalam kaitannya dengan sistem
agreement tersebut dan tidak semua
penyelesaian sengketa,
anggota WTO adalah anggota dari
perjanjian-perjanjian tersebut di atas
perjanjianperjanjian khusus tersebut. Hal
dikenal sebagai covered agreement yaitu
ini berarti, covered agreement berlaku
perjanjian yang termasuk dalam sistem
sebagai lex specialis atas DSU yaitu jika
penyelesaian sengketa yang terintegrasi.
ada perbedaan pengaturan antara
Dengan demikian, maka prosedur
covered agreement dengan DSU maka
penyelesaian sengketa yang diatur dalam
ketentuan yang diutamakan adalah
DSU mencakup seluruh sengketa yang
ketentuan yang terdapat dalam covered
diajukan dalam WTO yang menyangkut
agreement.
substansi yang berkaitan dengan covered
Namun demikian, jika ada yang
agreement yang tercantum
tidak setuju, maka Ketua DSB, dengan
sebelumnya.30
berkonsultasi terlebih dahulu dengan
Dalam menangani suatu sengketa,
pihak yang bersengketa, dalam jangka
Disputes Settlement Body (dan untuk
waktu 10 (sepuluh) hari, harus
selanjutnya disingkat menjadi DSB)
menentukan prosedur mana yang akan
mengikuti tata cara yang telah
digunakan. Dalam menentukan hal
digariskan dalam DSU dan melihat pula
tersebut, Ketua DSB akan berpedoman
ketentuan khusus yang ada pada
pada prinsip bahwa prosedur khusus
beberapa covered agreement. Dalam hal
harus digunakan dan prosedur yang
ini, jika ada perbedaan antara ketentuan
diatur dalam DSU digunakan apabila
penyelesaian sengketa yang tercantum
dianggap perlu untuk menghindari
dalam DSU dan ketentuan khusus yang
pertentangan. Pada prinsipnya, bahwa
tercantum dalam covered agreement
yang ingin dicapai dalam penyelesaian
maka ketentuan khusus yang tercantum
sengketa yang terjadi adalah
dalam covered agreement yang
penyelesaian yang positif dari masalah
30
Ibid.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 50
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia

yang menimbulkan kerugian terhadap tindakan yang diambil oleh suatu pihak
negara lain akibat tindakan yang diambil dengan ketentuan yang berlaku maka
oleh suatu pihak. Selain itu, agar para upaya pertama adalah agar pihak
pihak yang bersangkutan dapat tersebut mencabut aturan atau tindakan
mengambil langkah untuk yang tidak konsisten tersebut. Apabila
menyelesaikan antara mereka. tindakan yang dinilai tidak konsisten
Akan tetapi jika setelah upaya untuk tersebut tidak dapat dicabut oleh pihak
menyelesaikan masalah tersebut tidak yang digugat maka DSU memberikan
dapat dicapai melalui pendekatan hak kepada negara yang mengajukan
langsung antara para pihak yang keluhan untuk meminta kompensasi. Hal
bersengketa, maka hal tersebut dapat ini dilakukan untuk untuk mengatasi
dibawa ke tingkat yang melibatkan kerugian akibat suatu tindakan yang
sistem secara keseluruhan lebih tidak konsisten tersebut sebagai langkah
langsung yaitu menentukan apakah interim sampai akhirnya tindakan yang
tindakan yang dilakukan oleh suatu tidak konsisten tersebut dicabut.
pihak yang menimbulkan keluhan dari Sebagai langkah terakhir, apabila
pihak lain dianggap melanggar atau sudah ditentukan bahwa tindakan yang
tidak konsisten dari perjanjian yang diambil oleh suatu pihak yang
berlaku. Hal tersebut sesuai dengan merugikan tersebut dianggap tidak
ketentuan “In the absence of a mutually konsisten dengan aturan yang berlaku
agreed solution, the first objective of the sedangkan kompensasi tidak diperoleh,
dispute settlement mechanism is ussually maka pihak yang dirugikan dapat
to secure the withdrawal of the measures meminta izin untuk mengambil tindakan
concerned if these are found to be balasan atau retaliasi. Sehingga dengan
inconsistent with the provisions of any of demikian, sistem penyelesaian sengketa
31
the covered agreement”. yang berkembang setelah perundingan
Sehingga dengan demikian, apabila Uruguay Round telah menjadi sistem
setelah proses penyelesaian sengketa yang semakin yuridis. Sistem ini telah
berjalan, sistem DSU menilai bahwa berevolusi menjadi sistem yang
terdapat suatu inkonsistensi antara berdasarkan pada rule-based system
dibandingkan dengan sistem
31
Lihat Pasal 3 ayat 7 DSU.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 51
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia

penyelesaian sengketa yang terdapat Zealand. Namun Indonesia kemudian


dalam sistem GATT dan tersistematis memperketat pembatasan lagi dan pada
serta terlembaga pada tiap tahapan bulan Januari 2015, ekspor daging sapi
prosesnya. Selandia Baru ke Indonesia merosot
menjadi hanya tinggal 28 ton, dari 2.669
E. Kasus Posisi
ton pada bulan Januari 2015. 35 Pada
Indonesia merupakan pasar
Januari 2015 ekspor daging sapi New
terbesar ke-9 untuk New Zealand dan
Zealand ke Indonesia turun lebih dari
seluruh ekspor barang ke Indonesia
95%.36
tercatat meningkat 17% menjadi US$
New Zealand menilai Indonesia
961 juta dalam 12 bulan terakhir hingga
menghambat perdagangan bebas melalui
32
31 Maret. Tapi sayangnya,
pemberlakuan kuota, harga minimal,
perdagangan sapi New Zealand merosot
periode impor dan lisensi impor produk
tajam, karena Indonesia memberlakukan
hortikultura, hewan dan produk hewan.
volume impor berbasis kuota sejak
New Zealand dan Amerika Serikat
2011. Pada 2011, karena larangan
awalnya bekerja sama untuk memulai
tersebut, ekspor sapi dan daging dari
proses hukum terhadap Indonesia
Selandia Baru merosot menjadi hanya
melalui WTO pada Agustus 2013.
10.355 ton dari 48.405 ton pada tahun
Keluhan tidak dilanjutkan ke tahap
sebelumnya. 33 Sebuah relaksasi kuota
konsultasi karena Indonesia kemudian
impor pada akhir 2013 membuat aliran
mengubah beberapa langkah-langkah,
ekspor ke RI pulih di level 19.258 ton
yang di bawah aturan WTO berarti
senilai $ 79 juta pada 2014.34 Sehingga
aplikasi baru harus dibuat.
RI menjadi pasar nomor enam di New
New Zealand akhirnya melayangkan
32 pengaduan keduanya ke WTO terkait
Liputan6, Kuota Ekspor Sapi Turun, Selandia
Baru Seret RI ke WTO, 14 Mei 2014, pembatasan impor dan rumitnya
http://bisnis.liputan6.com/read/2049679/kuota-e
kspor-sapi-turun-selandia-baru-seret-ri-ke-wto?p birokrasi di Indonesia yang telah
age=3, diakses pada tanggal 1 Januari 2016.
33
Ibid. menyebabkan ekspor sapi dan produk
34
Trobos, Batasi Impor Daging, New Zealand
dan AS Seret (Lagi) Indonesia ke WTO, 26 Maret hortikulturunya merosot drastis. New
2015, Zealand sudah berkonsultasi dengan
http://www.trobos.com/detail-berita/2015/03/26/
55/5775/Batasi-Impor-Daging,-New-Zealand-da
35
n-AS-Seret-(Lagi)-Indonesia-ke-WTO, diakses Ibid.
36
pada tanggal 1 Januari 2016. Ibid.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 52
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia

Pemerintah Indonesia mengenai Zealand selanjutnya menyatakan


kebijakan tersebut pada Januari 2013, bahwa:38
serta bekerja sama dengan Amerika “Indonesia's measures appear to
be inconsistent with Indonesia's
Serikat, untuk berkonsultasi lagi pada
obligations under the following
Agustus 2013 dan Mei 2014. Pada 15 provisions of the covered
agreements:
Mei 2014 dalam pernyataan permintaan
a. Articles III:4, X:1, XI:1 of the
konsultasinya menyatakan bahwa: GATT 1994;
b. Article 4.2 of the Agriculture
“As described below, Indonesia: (1)
Agreement;
imposes prohibitions or restrictions
c. Articles 1.2, 1.5, 1.6, 2.2, 3.2,
on imports of horticultural products,
3.3, 5.1, and 5.2 of the Import
animals, and animal products; (2)
Licensing Agreement; and
imposes unjustified and
d. (iv) Articles 2.1 and 2.15 of the
trade-restrictive non-automatic
Agreement on Preshipment
import licensing requirements on
Inspection.”
imports of such products; (3)
accords less favourable treatment to
imported products than to like F. Analisis
products of national origin; (4) has Indonesia sebagai salah satu
imposed unreasonable and
discriminatory pre-shipment negara berkembang harus bersaing
inspection requirements; and (5) has dalam globalisasi ekonomi terkhususnya
failed to notify and publish sufficient
information concerning its import dalam sektor hortikultura sebagai salah
licensing measures.” 37 satu sektor andalan negara Indonesia.

Aturan yang dipermasalahkan oleh Untuk bertahan dari liberalisasi

New Zealand termasuk UU No. 13 perdagangan WTO, Indonesia telah

Tahun 2014 tentang hortikultura, UU melakukan beberapa proteksi sektor

No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan hortikultura negaranya yang jelas prinsip

Dan Kesehatan Hewan, UU No. 18 ini berlawanan dari perjanjian yang telah

Tahun 2012 tentang Pangan, UU No. 19 disepakati Indonesia dengan WTO.

Tahun 2013 tentang Perlindungan Dan Persaingan yang bebas dan tanpa

Pemberdayaan Petani, dan UU No. 7 hambatan ini, membuat Indonesia

Tahun 2014 tentang Perdagangan. New kesulitan dalam mempertahankan


keberlangsungan produsen Hotikultura
37
World Trade Organization, dalam negeri dikarenakan harus terus
Indonesia-Importation Of Horticultural
Products, Animals And Animal Products:
Request For Consultations By New Zealand, 15
38
May 2014. Ibid.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 53
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia

berhadapan dengan hortikultura ekonominya.”39


negara-negara maju yang jauh lebih
Berdasarkan mukadimah WTO di
unggul mengenai kualitas dan
atas, jelas tujuan dari perdagangan
pengelolaan hortikulturanya.
adalah untuk memajukan dan
Liberalisasi perdagangan ini menjadikan
meningkatkan kegiatan ekonomi negara
negara negara berkembang seperti
negara anggota WTO. Hubungan dagang
Indonesia hanya sebagai tempat untuk
yang terjalin di antara negara
meraut keuntungan bagi negara-negara
berkembang dan negara maju sebagai
maju anggota WTO lainnya. Berbeda
anggota tentu mendatangkan pengaruh
dalam mukadimah WTO maksud dan
yang beragam untuk setiap negara. Sama
tujuannya didirikan oleh negara negara
halnya dengan Indonesia sebagai negara
anggotanya adalah:
berkembang yang justru memproteksi
“Bahwa hubungan hubungan
sektor hortikultura negaranya dari
perdagangan dan kegiatan ekonomi
negara negara anggota harus liberalisasi perdagangan WTO.
dilaksanakan dengan maksud untuk
Berdasarkan ketentuan dari WTO yang
meningkatkan standar hidup,
menjamin lapangan kerja disebut Special and Differential
sepenuhnya, peningkatan
Treatment (S&D) yaitu hak hak khusus
penghasilan negara, memperluas
produksi dan perdagangan barang dan keistimewaan keistimewaan yang
dan jasa, dengan penggunaan
diberikan WTO kepada negara
optimal sumber daya manusia sesuai
dengan tujuan pembangunan berkembang, dan tidak diberikan kepada
kelanjutan. Juga mengusahakan
negara maju. Dimuatnya S&D ini
perlindungan lingkungan hidup dan
meningkatkan cara pelaksanaannya dimaksudkan untuk memfasilitasi proses
dengan cara cara yang sesuai dengan
integrasi negara berkembang ke dalam
kebutuhan masing masing negara
yang berbeda. Dalam mengejar sistem perdagangan multilateral, dan
tujuan tujuan ini diakui adanya suatu
untuk membantu negara berkembang
kebutuhan akan langkah langkah
positif untuk menjamin agar negara mengatasi kesulitan kesulitan dalam
berkembang, teristimewa yang
mengimplementasikan perjanjian
paling terkebelakang, mendapat
bagian dari pertumbuhan perjanjian WTO.40
perdagangan internasional sesuai
dengan kebutuhan pembangunan
39
Lihat Preambule Marrakesh Agreement
Establishing the World Trade Organization.
40
Nandang Sutrisno, Efektifitas
Ketentuan-Kententuan World Trade
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 54
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia

41
Namun demikian proteksi yang nationality of the product.”
dilakukan Indonesia masih dinilai
Dalam ketentuan tersebut terdapat
sebagai bentuk ketidakpatuhan
tiga unsur yang harus dipenuhi apabila
Indonesia pada perjanjian WTO, sebagai
kebijakan Indonesia dianggap
salah satu kasus New Zealand yang
melanggar prinsip national treatment,
mengajukan konsultasi dengan
yaitu :
Indonesia menggunakan fasililtas
1. Barang impor dan domestik
penyelesaian masalah WTO terkait
merupakan produk sejenis (like
larangan impor beberapa produk
product)
hortikultura dan daging sapi. New
2. Adanya ketentuan hukum atau
Zealand menilai Indonesia menghambat
persyaratan yang mempengaruhi
perdagangan bebas dan melanggar
permintaan, penawaran, penjualan,
ketentuan WTO melalui pemberlakuan
transportasi, distribusi dan
kuota, harga minimal, periode impor dan
penggunaan.
lisensi impor produk hortikultura, hewan
3. Adanya perlakuan tidak seimbang
dan produk hewan. Dalam Pasal III ayat
(less favourable) antara produk
4 GATT 1994 dinyatakan bahwa:
domestik dan impor tersebut
“The products of the territory of any
New Zealand juga menyorot
contracting party imported into the
territory of any other contracting sejumlah isu dalam hukum Indonesia
party shall be accorded treatment no
dan peraturan yang tidak transparan dan
less favorable than that accorded to
like products of national origin in terlalu memberatkan. Pasal X ayat 1
respect of all laws, regulations and
GATT 1994 menyatakan bahwa:
requirements affecting their internal
sale, offering for sale, purchase, “Laws, regulations, judicial
transportation, distribution or use. decisions and administrative rulings
The provisions of this paragraph of general application, made
shall not prevent the application of effective by any contracting party,
differential internal transportation pertaining to the classification or
charges which are based exclusively the valuation of products for
on the economic operation of the customs purposes, or to rates of
means of transport and not on the duty, taxes or other charges, or to
requirements, restrictions or
prohibitions on imports or exports
Organization tentang Perlakuan Khusus dan or on the transfer of payments
Berbeda Bagi Negara Berkembang:
Implementasi dalam Praktek dan dalam therefor, or affecting their sale,
Penyelesaian Sengketa, Jurnal Hukum No.Edisi
41
Khusus Vol.16, (Oktober 2009), 2. Lihat Pasal III ayat 4 GATT 1994.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 55
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia

distribution, transportation, hewan. Sebagaimana diatur dalam Pasal


insurance, warehousing inspection,
XI ayat 1 GATT 1994:
exhibition, processing, mixing or
other use, shall be published “No prohibitions or restrictions
promptly in such a manner as to other than duties, taxes or other
enable governments and traders to charges, whether made effective
become acquainted with them. through quotas, import or export
Agreements affecting international licences or other measures, shall be
trade policy which are in force instituted or maintained by any
between the government or a contracting party on the
governmental agency of any importation of any product of the
contracting party and the territory of any other contracting
government or governmental party or on the exportation or sale
agency of any other contracting for export of any product destined
party shall also be published. The for the territory of any other
provisions of this paragraph shall contracting party”.43
not require any contracting party to
disclose confidential information Prinsip Pasal XI ayat 1 GATT 1994
which would impede law
mensyaratkan bahwa hanya
enforcement or otherwise be
contrary to the public interest or memperkenankan tindakan proteksi
would prejudice the legitimate
terhadap industri domestik melalui tarif
commercial interests of particular
enterprises, public or private”.42 (menaikkan tingkat tarif bea masuk) dan
tidak melalui upaya-upaya perdagangan
Pasal X ayat 1 GATT 1994 tersebut
lainnya (non-tarif commercial
mensyaratkan publikasi perdagangan
measures).
hukum dan peraturan yang berlaku
Sekitar 2/3 negara-negara anggota
umum. Pasal tersebut mewajibkan
GATT/WTO adalah Negara yang sedang
masing-masing Negara Anggota untuk
berkembang, termasuk Indonesia, atau
dengan segera mempublikasikan
yang masih berada dalam tahap awal
undang-undang, regulasi-regulasi,
pembangunan ekonominya. Untuk
putusan-putusan pengadilan dan
membantu pembangunan mereka, pada
administrasi yang merupakan penerapan
tahun 1965, suatu bagian baru yaitu Part
umum yang berdampak pada impor dan
IV yang memuat 3 pasal tersebut
ekspor. Selain itu New Zealand juga
dimaksudkan untuk mendorong Negara
mempermasalahkan ketetapan quantitive
industri dalam membantu pertumbuhan
restriction di Indonesia terkait impor
ekonomi negara yang sedang
produk hortikultura, hewan dan produk
42 43
Lihat Pasal X ayat 1 GATT 1994. Lihat Pasal XI ayat 1 GATT 1994.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 56
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia

berkembang. Salah satu asing (devisa) mereka yang disebabkan


pengecualiannya adalah dalam hal oleh adanya permintaan untuk impor
quantitive restriction, hal tersebut dapat yang diperlukan bagi pembayaran atau
dilakukan dalam hal: pertama, untuk karena mereka sedang mendirikan atau
mencegah terkurasnya produk-produk memperluas produksi dalam negerinya.
esensial di negara pengekspor; kedua, Adapun mengenai prosedur
untuk melindungi pasal dalam negeri penyelesaian sengketa impor produk
khususnya yang menyangkut produk hortikultura, hewan dan produk hewan
pertanian dan perikanan; ketiga, untuk antara New Zealand dengan Indonesia
mengamankan, berdasarkan escape melalui WTO secara nyata dapat
clause 44 , meningkatnya impor yang diselesaikan berdasarkan ketentuan yang
berlebihan (increase of imports) di terdapat dalam DSU, yaitu:
dalam negeri sebagai upaya untuk
1. Konsultasi
melindungi, misalnya, terancamnya
Sebagai langkah awal, para pihak
produksi dalam negeri; keempat, untuk
yang terlibat dalam sengketa dapat
melindungi neraca pembayaran (luar
melakukan konsultasi yang secara
negerinya).45
hukum tidak mengikat, lebih bersifat
Meskipun demikian restriksi tersebut
negosiasi diplomatis dalam rangka
tidak boleh diterapkan di luar yang
mencapai kesepakatan bersama. Dalam
diperlukan untuk melindungi neraca
hal ini, metode-metode yang bersifat
pembayarannya. Restriksi itu pun secara
tradisional seperti jasa-jasa baik,
progesif harus dikurangi bahkan
konsiliasi dan mediasi dapat diterapkan.
dihilangkan apabila tidak dibutuhkan
Pada tahap ini para negara anggota yang
kembali. Dengan adanya pengakuan
terlibat dalam sengketa didorong untuk
sebagaimana diatur dalam Pasal XVII,
melakukan usaha dalam mencapai
pengecualian itu telah diperluas pada
penyelesaian yang memuaskan, yang
negara-negara sedang berkembang.
sifatnya dirahasiakan dengan tidak
Dalam hal ini negara tersebut dapat
merugikan hak negara anggota lainnya
memberlakukan restriksi kuantitatif
dalam pelaksanaannya. Sedangkan,
untuk mencegah terkurasnya valuta
jangka waktu dalam menjawab
44
Lihat Pasal XIX GATT 1994. permintaan konsultasi adalah sepuluh
45
Lihat Pasal XII GATT 1994.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 57
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia

hari. Pasal 5 DSU menyatakan bahwa: permasalahan-permasalahan yang


“Permintaan akan konsultasi harus sifatnya khusus dan menjadi kepentingan
berdasarkan persetujuan dari DSB, dari negara-negara berkembang.48 Pasal
termasuk didalamnya alasan atas 12 ayat 10 DSU menjelaskan selanjutnya
permintaan tersebut seperti permintaan bahwa dalam proses konsultasi dalam
atas identifikasi terhadap hal-hal yang kaitannya terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan isu dan indikasi atas dilakukan oleh negara-negara
dasar hukum terhadap keberatan yang berkembang, para pihak dalam sengketa
diajukan sesuai dengan ketentuan Pasal 4 dapat melakukan persetujuan untuk
ayat 4 DSU”.46 memperpanjang waktu 60 hari untuk
Selanjutnya, apabila dalam jangka proses konsultasi.49 Jika para pihak tidak
waktu 10 (sepuluh) hari pihak yang menyetujuinya, maka ketua DSB dapat
meminta konsultasi belum memberikan memutuskan, setelah proses konsultasi
jawaban dan dalam jangka waktu 30 (tiga dengan para pihak, berkaitan dengan
puluh) hari belum melakukan konsultasi, waktu perpanjangan yang dianggap
maka anggota yang mengajukan relevan dan dalam jangka waktu tertentu.
permohonan dapat meminta kepada DSB Apabila jasa baik, konsiliasi maupun
untuk dibentuk panel agar penyelesaian mediasi dilakukan dalam waktu 60
sengketa dapat dilakukan melalui jalur (enam puluh) hari sejak dimintanya
panel. Selama konsultasi berlangsung, konsultasi, pihak yang mengajukan
para pihak harus menaruh perhatian complaint harus mengijinkan berlalunya
khusus pada masalah dan kepentingan jangka waktu 60 (enam puluh) hari
negara berkembang.47 tersebut, terhitung sejak permintaan
Dalam kaitannya dengan proses konsultasi, sebelum dapat meminta
konsultasi yang dilakukan dalam rangka dibentuk panel. Penggugat dapat
tercapainya solusi terbaik, Pasal 4 ayat meminta dibentuk panel dalam periode
10 DSU menjelaskan bahwa sejak proses 60 (enam puluh) hari apabila kedua belah
konsultasi yang dilakukan oleh para pihak menganggap bahwa jasa baik,
anggota WTO harus memberikan
perhatian yang khusus terhadap

46 48
Lihat Pasal 5 DSU. Lihat Pasal 4 ayat 10 DSU.
47 49
Lihat Pasal 4 ayat 3 DSU. Lihat Pasal 12 ayat 10 DSU
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 58
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia

konsiliasi maupun mediasi ternyata 10 DSU menjelaskan bahwa sengketa


gagal.50 yang terjadi antara negara maju dan
2. Panel negara berkembang, maka panel dalam
Panel berfungsi secara operasional hal ini harus, jika ada permintaan dari
apabila suatu sengketa tidak dapat negara berkembang, komposisi panel
diselesaikan melalui konsultasi setelah harus terdiri atas se-tidaknya satu panelis
ada pengaduan kepada DSB dan harus yang berasal dari negara berkembang.52
ditangani selambat-lambatnya pada Pada hampir sebagian besar sengketa
sidang setelah permintaan itu untuk yang melibatkan negara berkembang
pertama kalinya masuk dalam agenda, didalamnya, pihak pemerintah dari
kecuali apabila ada konsensus dalam negara berkembang tersebut selalu
DSB untuk tidak membentuk panel. menjadi panelis dalam proses panel yang
Permintaan pembentukan panel tersebut ada.
harus dinyatakan secara tertulis dengan Dalam kaitannya dengan proses
menyebutkan alasannya, panel, ketentuan Pasal 12 ayat 10 DSU
langkah-langkah yang telah diambil menjelaskan bahwa sengketa yang
terhadap masalah tersebut dan dasar berkenaan dengan hal-hal yang
hukum gugatannya. berhubungan dengan anggota-anggota
Fungsi panel dalam penyelesaian yang tergolong negara berkembang,
sengketa adalah untuk membantu DSB maka panel dapat memberikan waktu
dalam melakukan kewajiban yang yang dianggap perlu bagi negara
ditentukan oleh DSU dan covered berkembang untuk menyiapkan dan
agreements, yaitu untuk memberikan menjelaskan apa yang menjadi bahan
53
penilaian yang objektif terhadap masalah pertimbangannya. Dalam kaitannya
yang diserahkannya untuk ditangani. dengan laporan panel, ketentuan Pasal 12
Panel juga diminta untuk melakukan ayat 11 DSU menjelaskan bahwa dalam
konsultasi secara reguler dengan pihak kondisi satu atau lebih para pihak adalah
yang bersengketa.51 berasal dari negara-negara berkembang,
Dalam kaitannya dengan komposisi laporan panel harus secara jelas
dari panel, dalam ketentuan Pasal 8 ayat menyatakan bahwa telah diambil

50 52
Lihat Pasal 4 ayat 7 DSU. Lihat Pasal 8 ayat 10 DSU.
51 53
Lihat Pasal 11 DSU. Lihat Pasal 12 ayat 10 DSU.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 59
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia

tindakan-tindakan yang dianggap relevan tersebut dan DSU menegaskan bahwa


berkaitan dengan ketentuan-ketentuan dengan alasan apapun juga, kegiatan
WTO mengenai special and differential acara banding tersebut dilakukan
treatment dan tindakan-tindakan yang maksimal 90 (sembilan puluh) hari.57
me-nguntungkan yang muncul dalam Kedua Negara yaitu Indonesia dan
kaitannya dengan penerapan prosedur New Zealand pada Mei 2014 telah
penyelesaian sengketa WTO.54 melakukan tahap konsultasi yaitu
3. Appellate Body melalui delegasi New Zealand dan
Salah satu hal baru yang penting dari Indonesia serta Chairperson of the
prosedur penyelesaian sengketa ini Dispute Settlement Body, berunding
adalah diterimanya proses banding mengenai kisruh pembatasan impor
dengan dibentuk appellate body sebagai hortikultura. Namun, pertemuan tersebut
bagian integral dari sistem penyelesaian belum menemui titik terang. Pada tahap
55
sengketa WTO. Untuk menjamin berikutnya adalah pembentukan Panel.
pelaksanaan prosedur banding ini, DSU Pembentukan Panel ini sebagai upaya
menyatakan dalam satu pasal khusus akhir ketika penyelesaian secara bilateral
yang mengatur mengenai badan banding gagal, fungsi utama panel adalah
yaitu dalam Pasal 17 DSU. Untuk membantu penyelesaian secara obyektif
menjamin kepastian hukum atas dan untuk memutuskan apakah suatu
penyelesaian sengketa perkara yang subyek atau obyek perkara telah
masuk, maka DSU mensyaratkan bahwa melanggar perjanjian cakupan WTO.
komposisi dari appellate body sebagai Panel memformulasikan rekomendasi
suatu standing body ditentukan secara atau putusan.
langsung oleh DSB yang terdiri dari 7 Faktanya, setelah gagal pada fase
(tujuh) orang anggota dengan 3 (tiga) konsultasi, WTO akhirnya membentuk
orang di antaranya menangani setiap panel yang terdiri dari negara-negara
56
kasus yang ada. Selain itu juga anggotanya untuk memberikan
disertakan, perkiraan waktu yang persetujuan atau penolakan tentang
diperlukan untuk menyelesaikan laporan kebijakan perdagangan Indonesia.
Putusan panel dan badan banding WTO
54
Lihat Pasal 12 ayat 11 DSU
55
Lihat Pasal 16 ayat 4 DSU.
56 57
Lihat Pasal 17 ayat 1 DSU. Lihat Pasal 17 ayat 5 DSU.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 60
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia

akan mengikat kepada para pihak yang kemungkinan Indonesia menarik


bersengketa setelah badan penyelesaian pembatasan impor. Sidang pengaduan
sengketa tersebut menetapkanya, putusan pertama atas pengaduan tersebut
tersebut tidak terikat dengan isi dilaksanakan pada 22 April 2015, namun
perjanjian WTO, dan tidak memiliki panel WTO tidak mengabulkan
pengaruh hukum pada anggota WTO permohonan Amerika Serikat dan New
lainnya. Putusan tersebut juga tidak Zealand. Amerika Serikat dan New
menjadi yurisprudensi yang mengikat Zealand kembali melanjutkan
secara hukum dalam kasus-kasus gugatannya ke Indonesia melalui WTO
berikutnya. Namun demikian, putusan diajukan pada 20 November 2015.
tersebut merupakan bukti telah Gugatan atas Indonesia tersebut
diterapkanya perjanjian WTO, dan melanjutkan gugatan yang sudah
mekanisme penyelesaian sengketa panel berlangsung sejak tahun 2013. Status
dan badan banding berikutnya bebas gugatan tersebut saat ini terdaftar dalam
untuk mengutipnya dengan sidang WTO dengan Nomor 477 dan
mengandalkan penalaran mereka. 478.
Dengan menggunakan penalaran Dalam kasus ini, penulis bependapat
persuasif, meskipun putusan tersebut kebijakan Indonesia dalam membatasi
tidak diterapkan secara keseluruhan, impor atas hortikultura dan daging sapi
namun putusan tersebut dapat dikutip adalah telah sesuai dengan ketentuan
dan digunakankan oleh panel berikutnya. WTO melalui tindakan safeguard untuk
Pada kenyataannya, panel dan badan melindungi petani lokal dalam negeri,
banding selanjutnya akan meneliti dan dan Indonesia sebagai Negara
mengkaji putusan terdahulu ketika berkembang yang berhak atas ketentuan
berhadapan dengan perselisihan yang yang tercantum di dalam ketentuan
sama dan mencoba untuk tidak Special And Differential Treatment
menyimpang dari interpretasi yang (S&D). Kebijakan proteksi yang
ditetapkan oleh putusan terdahulu diberlakukan Indonesia, merupakan
tersebut. salah satu kepentingan nasional
New Zealand mengajukan beberapa negaranya. Untuk mencapai kepentingan
panel sidang untuk membahas nasional itu sendiri dibutuhkan

Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 61


Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia

kebijakan-kebijakan yang dapat membicarakan tentang kebijakan yang


mewujudkan kesejahteraan masyarakat dianggap membatasi itu. Namun,
dan membawa perkembangan yang lebih pertemuan tersebut belum menemui titik
baik lagi khususnya di dalam sektor terang. Kasus ini menjadi salah satu
hortikultura itu. contoh konvensional tentang bagaimana
kebijakan sebuah negara dianggap
III. PENUTUP
melanggar prinsip-prinsip perdagangan
A. Kesimpulan
bebas.
Salah satu peran WTO adalah
Dalam kasus ini, penulis bependapat
menjadi forum penyelesaian sengketa
kebijakan Indonesia dalam membatasi
perdagangan internasional bagi
impor atas hortikultura dan daging sapi
negara-negara anggotanya. Sengketa
adalah telah sesuai dengan ketentuan
perdagangan internasional dapat muncul
WTO melalui tindakan safeguard untuk
ketika suatu negara menetapkan suatu
melindungi petani lokal dalam negeri,
kebijakan perdagangan tertentu yang
dan Indonesia sebagai Negara
bertentangan dengan prinsip dan
berkembang yang berhak atas ketentuan
ketentuan WTO, atau menerapkan
yang tercantum di dalam ketentuan
kebijakan perdagangan yang merugikan
Special And Differential Treatment
negara lain.
(S&D).
Sengketa perdagangan semacam itu
melibatkan Indonesia dan New Zealand,
B. Saran
ketika New Zealand menilai Indonesia
Dengan keberhasilan Indonesia
telah menghambat perdagangan bebas
dalam proses penyelesaian sengketa ini
melalui pemberlakuan kuota, harga
akan memberikan pandangan positif
minimal, periode impor dan lisensi
terhadap posisi Indonesia dalam masalah
impor produk hortikultura, hewan dan
penyelesaian sengketa perdagangan
produk hewan dari New Zealand. Pada
internasional. Kebijakan Indonesia
bulan Mei 2014 kedua negara itu telah
dalam membatasi impor atas
melakukan konsultasi melalui
hortikultura dan daging sapi adalah telah
pertemuan antara delegasi New Zealand
sesuai dengan ketentuan WTO melalui
dan Indonesia serta Chairperson of the
tindakan safeguard untuk melindungi
Dispute Settlement Body. yang
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 62
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia

petani lokal dalam negeri, dan Indonesia Petersman, Ernst-Ulrich, International


Trade Law and the GATT/WTO
sebagai Negara berkembang yang
Disputes Settlement System,
berhak atas ketentuan yang tercantum di London: Kluwer Law
International Ltd, 1997.
dalam ketentuan Special And
Differential Treatment (S&D). Untuk Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian
Hukum, cetakan keenam, Jakarta:
mencapai kepentingan nasional itu
Kencana Prenada Media Group,
sendiri dibutuhkan kebijakan-kebijakan 2010.
yang dapat mewujudkan kesejahteraan
Sidharta, Bernard Arief, Refleksi
masyarakat dan membawa Tentang Struktur Ilmu Hukum,
Bandung: Mandar Maju, 2000.
perkembangan yang lebih baik lagi
khususnya di dalam sektor hortikultura. Suhardi, Gunarto, Beberapa Elemen
Penting dalam Hukum
Perdagangan Internasional,
DAFTAR PUSTAKA Yogyakarta: Universitas Atma
Jaya, 2004.
Buku
.Trebilcock, Michael J dan Robert
Adolf, Huala, Hukum Perdagangan
Howse, The Regulation of
Internasional (Prinsip-Prinsip
International Trade, London: TJ
dan Konsepsi Dasar), PT.
International Ltd, 1995.
Rajagrafindo Persada, Jakarta,
2005.
Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani,
Transaksi Bisnis Internasional
Hatta, Perdagangan Internasional
(Ekspor Impor dan Imbal Beli),
Dalam Sistem GATT dan WTO,
Jakarta: PT Raja Grafindo
Bandung: PT Refika Aditama,
Persada, 2000.
2006.
Winardi, Wisnu, Dampak Pembatasan
Kartadjoemena, HS, GATT dan WTO:
Impor Hortikultura Terhadap
Sistem, Forum dan Lembaga
Aktivitas Perekonomian, Tingkat
Internasional di Bidang
Harga Dan Kesejahteraan ,
Perdagangan, Jakarta: UI Press,
Buletin Ekonomi Moneter dan
1996.
Perbankan, Juli 2013.
Lee, LC. Lawrence, Legal Aspect of The
WTO’s Dispute Settlement
Peraturan Perundang-Undangan
Mechanism Applied To Towels
Trade Disputes Between China UU No. 13 Tahun 2014 tentang
and Taiwan, Depok: Voices hortikultura.
From Asia: For a Just and UU No. 18 Tahun 2009 tentang
Equitable World, 2007. Peternakan Dan Kesehatan
Hewan.
UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan.

Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 63


Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia

UU No. 19 Tahun 2013 tentang Jurnal Hukum dan Dinamika


Perlindungan Dan Pemberdayaan Masyarakat.Vol . 5 No. 1
Petani. (Oktober 2007); 34.
UU No. 7 Tahun 2014 tentang Sutrisno, Nandang. Efektifitas
Perdagangan. Ketentuan-Kententuan World
World Trade Organization, Trade Organization tentang
Indonesia-Importation Of Perlakuan Khusus dan Berbeda
Horticultural Products, Animals Bagi Negara Berkembang:
And Animal Products: Request Implementasi dalam Praktek dan
For Consultations By New dalam Penyelesaian Sengketa,
Zealand, 15 May 2014 Jurnal Hukum No. Edisi Khusus.
Marrakesh Agreement Vol.16, (Oktober 2009): 2.
Establishing the World Trade
Organization. Artikel Internet
General Agreement on Tariffs and Trade
ABC (Radio Australia). AS minta WTO
1994 (GATT 1994). gugurkan pembatasan impor
Indonesia,
Understanding on Rules and Procedures
www.radioaustralia.net.au/indon
Governing the Settlement of esian/2013-03-15/as-minta-wto
gugurkan-pembatasan-imporindo
Disputes (DSU).
nesia/1102254, diakses pada
Jurnal tanggal 1 Januari 2016
Arifin, Bustanul, Sengketa Impor
Asrianto, Beny dan Oksep Adhayanto.
Hortikultura, Hewan, Produk
Penyelesaian Sengketa Dagang
Hewan, 26 April 2016,
Dalam Hukum Internasional
http://print.kompas.com/baca/opi
(Suatu Tinjuan Terhadap Forum
ni/artikel/2016/04/26/Sengketa-I
Penyelesaian Sengketa
mpor-Produk-Hortikultura-Hewa
Internasional Non Litigasi), Junal
n-dan-Produk hewan, diakses
Selat. Vol.1 No. 2 ( Mei 2014):
pada tanggal 26 April 2016.
67.
Liputan6, Kuota Ekspor Sapi Turun,
Fadhillah, Ryan. Proteksi Indonesia Di
Selandia Baru Seret RI ke WTO,
Sektor HortikulturaDalam
14 Mei 2014,
Liberalisasi Perdagangan WTO
http://bisnis.liputan6.com/read/2
Tahun 2011-2013, JOM FISIP.
049679/kuota-ekspor-sapi-turun-
Volume 3 No 1 (Februari 2016):
selandia-baru-seret-ri-ke-wto?pa
3.
ge=3, diakses pada tanggal 1
Hidayati, Maslihita Nur. Analisis
Januari 2016.
Tentang Sistem Penyelesaian
Nations, United (UN), Progressive
Sengketa WTO Suatu Tinjauan
Development of the Law of
Yuridis Formal, Jurnal Lex
International Trade: Report of
Jurnalica. Volume 11 Nomor 2,
the Secretary-General of the
(Agustus 2014): 160
United Nations, 1966,
Prasudhi, Dicky Imawan. Penanganan
http://www.jus.uio.no/lm/un.sg.r
Sengketa Perdagangan
eport.itl.development.1966/doc.h
Internasional Melalui WTO
(World Trade Organization),
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 64
Usak
Penyelesaian Sengketa impor Produk Holtikultura,
Hewan dan Produk Hewan
Antara New Zealand dengan Indonesia

tml, diakses pada tanggal 22


Oktober 2014.
Trobos, Batasi Impor Daging, New
Zealand dan AS Seret (Lagi)
Indonesia ke WTO, 26 Maret
2015,
http://www.trobos.com/detail-ber
ita/2015/03/26/55/5775/Batasi-I
mpor-Daging,-New-Zealand-dan
-AS-Seret-(Lagi)-Indonesia-ke-
WTO, diakses pada tanggal 1
Januari 2016.

Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 65

Das könnte Ihnen auch gefallen