Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Abstract
Abstrak
Latar belakang: Kebiasaan buruk diketahui dapat menyebabkan maloklusi, tetapi informasi
mengenai hubungannya dengan jenis maloklusi belum ada. Tujuan Penelitian : Mengetahui
hubungan kebiasaan mendorong lidah, menghisap ibu jari dan premature loss terhadap status
oklusi geligi Murid SD di kota Makassar. Bahan dan metode : Metode sampling yang
digunakan adalah multistage random sampling. Jumlah murid SD yang diperiksa adalah 444
murid. Status oklusi gigi geligi pada pasien dinilai menggunakan Klasifikasi Angle modifikasi
Dewey. Hasil : Murid laki-laki yang maloklusi disebabkan kebiasaan mendorong lidah 22 murid
(59,5%) dan perempuan 15 murid (41,5%). Murid laki-laki yang maloklusi disebabkan
kebiasaan mengisap ibu jari yaitu 31 murid (60,7%) dan perempuan 20 murid (39,3%). Murid
laki-laki yang maloklusi disebabkan premature loss yaitu 50 murid (43,4%) dan perempuan 65
murid (46,6%). Untuk Kebiasaan mendorong lidah dan Mengisap ibu jari, Maloklusi yang paling
dominan adalah maloklusi Klas 1 Tipe 2 dan Klas 2 Divisi 1 sedangkan premature loss paling
dominan pada maloklusi Klas 1 Tipe 1 dan Klas 1 Tipe 3. Kesimpulan : Terdapat hubungan
yang signifikan antara kebiasaan ATTS, mengisap ibu jari, premature loss dengan jenis
maloklusi. Semua kebiasaan buruk memiliki pengaruh yang sama terhadap maloklusi.
Kata kunci : Mendorong lidah, mengisap ibu jari, Premature loss, jenis maloklusi.
LATAR BELAKANG
Gigi dengan kesejajaran yang baik tidak maloklusi di regio anterior, perlu mendapat
hanya berperan terhadap kesehatan rongga perhatian. Macam maloklusi yang ditemukan
mulut dan sistem stomatognasi, namun juga pada subjek penelitian tersebut adalah protrusi
mempengaruhi kepribadian tiap individu. anterior atas (38,7 %), rotasi gigi-gigi anterior
Maloklusi dapat membahayakan kesehatan atas (25,9 %), flaring anterior atas (9,4 %),
jaringan rongga mulut dan juga dapat protrusi anterior bawah (6 %), dan kombinasi.4
menyebabkan masalah psikologis dan sosial.1 Kebiasaan buruk lainnya mengisap ibu jari atau
Menurut (Bishara, 2001). Etiologi maloklusi jari lainnya banyak terjadi hampir 50% pada
merupakan ilmu yang mempelajari tentang bayi usia satu tahun, dan sebesar 33% pada anak
faktor-faktor penyebab terjadinya kelainan usia 2,5 tahun di negara barat. Kebiasaan ini
oklusi. Pengetahuan mengenai etiologi perlu menurun pada usia 4-5 tahun. Sebesar 12%
diketahui oleh dokter gigi yang akan melakukan anak-anak masih melakukan kebiasaan ini
tindakan preventif, interseptif, dan kuratif. sampai usia 9 tahun dan sebesar 2% nya pada
Penguasaan ilmu tentang faktor etiologi usia 12 tahun.5 Kebiasaan mengisap jari,
maloklusi memungkinkan dokter gigi terutama ibu jari, cukup banyak dilakukan oleh
melakukan tindakan perawatan secara tepat dan anak, dan prevalensinya berkisar antara 13-45%.
efektif. 2 Sekitar 80% bayi sampai usia sekitar 18 bulan
tetapi kebiasaan ini masih dijumpai pada anak
Salah satu etiologi maloklusi yaitu kebiasaan pra-sekolah sampai usia 6 tahun. Kebiasaan
buruk. Ada berbagai kebiasaan buruk di mulut mengisap jari sebenarnya merupakan hal yang
anak-anak, misalnya bernapas lewat mulut, normal bagi bayi atau anak kecil, namun apabila
mendorongkan lidah, menggigit jari, mengisap kebiasaan ini dilakukan melebihi usia tiga
jari, mengisap bibir. Kebiasaan buruk pada setengah tahun maka dapat menimbulkan
seseorang dapat berdiri secara mandiri atau malokusi.6
terjadi bersama-sama dengan kebiasaan buruk
lainnya. Ini berarti pasien yang sama dapat Penyebab maloklusi salah satunya adalah
terjadi beberapa kebiasaan buruk. Berdasarkan premature loss gigi sulung. Penelitian mengenai
penelitian, yang dilakukan untuk 92 anak-anak maloklusi dan premature loss gigi sulung
dari Yayasan Bahtera Bandung dengan 6-12 dilakukan oleh Saloom et al di Baghdad pada
tahun, melaporkan bahwa sekitar 50% dari anak usia 3-6 tahun, menunjukkan bahwa
anak-anak memiliki kebiasaan buruk melalui premature loss kaninus hanya menyebabkan
mulut, dengan proporsi kebiasaan mengisap ibu maloklusi kelas I, sedangkan premature loss
jari 43,8%, menggigit bibir dan mengisap bibir molar pertama dan molar kedua tampak pada
34,8%, dan mendorong lidah 8,7%, menggigit maloklusi kelas I,II dan III.15 Selain itu
kuku serta bernapas lewat mulut 6,55%.3 penelitian De Souza et al di Jequie Brazil pada
Kebiasaan buruk anak yang sering dijumpai anak usia 7-11 tahun, didapatkan maloklusi
adalah Anterior Tongue Thrust Swallow (ATTS) kelas I 22,9%, maloklusi kelas II divisi 1 7,2%,
yaitu penelanan dengan mendorongkan lidah ke maloklusi kelas II divisi 2 0,4% dan maloklusi
anterior, dapat menimbulkan maloklusi di regio kelas III 8,3%. Premature loss gigi sulung
anterior yang akan menjadi masalah merupakan keadaan gigi sulung yang hilang
psikofisiologis dengan adanya gangguan estetik, atau tanggal sebelum gigi penggantinya
fonetik, dan pengunyahan pada pasien dengan mendekati erupsi yang disebabkan karena
pola ATTS. Tingginya prevalensi ATTS (73,7 karies, trauma dan kondisi sistemik. Hasil
%) pada penelitian anak usia 7—13 tahun di penelitian Ahamed et al pada anak usia 5-10
Jakarta, dengan 88,2 % di antaranya mempunyai tahun di Kota Chidambaram India menunjukkan
prevalensi premature loss gigi sulung sebesar 60,5%, tahun 2014 penelitian yang dilakukan
16,5% dengan persentase premature loss molar oleh Wijayanti di Jakarta yang mengalami
pertama (60,36%), molar kedua (29.72%), maloklusi 83,3% dan di Manado yang dilakukan
insisivus (6,30%) dan kaninus (3,60%). 7 oleh Laguhi yang mengalami maloklusi
sebanyak 91,2%, data tersebut terlihat angka
Berdasarkan laporan hasil Riset Kesehatan maloklusi cukup tinggi. Penelitian Drupadi
Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2013, (2014) pada remaja Sekolah Menengah Pertama
sebanyak 14 provinsi mengalami masalah gigi usia 12-15 tahun di Kota Cimahi ditemukan
dan mulut yaitu 25,9%. Prevalensi maloklusi di bahwa prevalensi maloklusi sebesar 91,26%.
Indonesia masih sangat tinggi sekitar 80% dari Menurut penelitian Wijayanti et al7 pada anak
jumlah penduduk, dan merupakan salah satu SD usia 9-11 tahun di Jakarta, dilaporkan bahwa
masalah kesehatan gigi dan mulut yang cukup keseluruhan subjek mengalami maloklusi
besar.6 Hal ini ditambah dengan tingkat sebesar 65,3% dengan maloklusi kelas I, 31,6%
kesadaran perawatan gigi yang masih rendah maloklusi kelas II dan 3,1% maloklusi kelas
dan kebiasaan buruk seperti mengisap ibu jari III.7 Namun, dikota Makassar belum ada
atau benda-benda lain, mendorong lidah, dan penelitian yang menjelaskan tentang pengaruh
melakukan premature ekstraksi sebagai faktor faktor risiko yag terkait dengan kebiasaan buruk
resiko dari maloklusi.1 Gigi geligi sulung terhadap jenis maloklusi pada anak. Prevalensi
mempunyai arti yang sangat penting bagi maloklusi masih sangat tinggi sehingga
perkembangan gigi permanen, karena ciri dan menunjukkan perlu adanya pemeriksaan sejak
anomali tertentu pada geligi sulung sering masih dini untuk mengurangi angka kejadian
terlihat pada geligi permanen. Di samping itu maloklusi, pencegahan dan perawatan terhadap
beberapa kelainan oklusi atau maloklusi yang penyebab maloklusi ataupun perawatan
dapat terjadi pada periode geligi sulung, bila interseptif pada maloklusi sehingga tercapai
tidak dicegah dan dirawat sedini mungkin, dapat suatu oklusi yang harmonis, fungsional dan
menetap pada geligi permanen. estetik.
Penelitian mengenai maloklusi sudah Oleh karena itu, Tujuan Penelitian ini
dilakukan di beberapa kota di Indonesia yang mengetahui hubungan kebiasaan mendorong
menunjukan angka yang terus meningkat yaitu lidah, menghisap ibu jari dan premature loss
penelitian yang dilakukan oleh Dewi di kota terhadap jenis maloklusi Murid SD di kota
Medan tahun 2008 yang mengalami maloklusi Makassar.
BAHAN DAN METODE
Metode sampling yang digunakan Subjek diperiksa menggunakan kaca mulut dan
adalah multistage random sampling. Penelitian sonde steril dengan pencahayaan sinar
ini dilaksanakan pada bulan mei 2016. Jumlah matahari. Seluruh hubungan oklusal dievaluasi
murid SD yang diperiksa adalah 444 murid. pada Interkuspasi Maksimal. Oklusi kemudian
Sebanyak 203 murid yang memiliki kebiasaan diklasifikasi ke dalam oklusi normal atau
buruk masuk dalam sampel dan 241 murid yang maloklusi menggunakan gigi molar satu
tidak memiliki kebiasaan buruk dikeluarkan permanen, seperti yang dijelaskan oleh Angle.
dalam sampel. Distribusi dan pola maloklusi Pipi diretraksi penuh untuk memperoleh
pada pasien dinilai menggunakan modifikasi tampilan gigi yang beroklusi dari arah lateral
Dewey.1 Seluruh murid diperiksa oleh satu secara langsung pada tiap sisi. Setelah itu
orang operator setelah memperoleh surat melakukan wawancara langsung terkhusus
persetujuan dari subjek dan orangtuanya. kepada orang tuanya tentang riwayat kebiasaan
buruknya. Uji chi-square dilakukan untuk kebiasaan buruk terhadap jenis maloklusi. Data
analisis melihat hubungan kebiasaan buruk diolah dengan menggunakan program SPSS
terhadap jenis maloklusi, dengan nilai versi 17.0. Penyajian data yaitu dalam
signifikasi p<0.05. sedangkan uji regresi bentuktabel.
logistik untuk melihat besaran pengaruh dari
HASIL PENELITIAN
Dari 203 murid yang memenuhi kriteria dengan presentase (64,7%) yang memiliki
murid laki-laki lebih banyak memiliki kebiasaan mengisap ibu jari mengalami
kebiasaan buruk dibandingkan sampel murid maloklusi Klas 1 Tipe 2 dan 15 murid
perempuan yaitu sampel murid laki-laki 103 presentase (29,4%) yang mengalami maloklusi
murid (51,9%) dan perempuan 100 murid Klas 2 Div 1. Sedangkan kebiasaan premature
(48,1%). loss lebih dominan pada status oklusi gigi
dengan maloklusi Klas 1 Tipe 1 yaitu sebanyak
Tabel 1 menunjukkan kebiasaan ATTS 84 murid dengan presentase (73,0%). Dan
dan mengisap ibu jari lebih dominan pada Jenis maloklusi Klas 1 Tipe 3 presentase (23,4%).
maloklusi Klas 1 tipe 2 dan Klas 2 div 1. Ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan
Dengan jumlah 23 murid presentase (62,1%) ATTS dan Mengisap ibu jari dengan maloklusi
yang memiliki kebiasaan ATTS mengalami Klas 1 tipe 2 dan Klas 2 Div 1, Ada hubungan
maloklusi Klas 1 tipe 2 dan 10 murid dengan yang signifikan antara kebiasaan premature loss
presentase (27,0%) mengalami maloklusi Klas dengan Maloklusi Klas 1 Tipe 1 dan Klas 1
2 Divisi 1. Selain itu, sebanyak 33 murid Tipe3.
Tabel 1. Distribusi Sampel yang mengalami kebiasaan (ATTS, Mengisap Ibu jari, Premature
loss), dan hubungannya dengan Jenis maloklusi.
Kebiasaan Buruk
ATTS Mengisap Ibu Jari Prematur ekstraksi
Jenis Maloklusi
n (%) n (%) n (%)
Klas 1 Tipe 1 0 (0%) 0 (0%) 84 (73,0%)*
Klas 1 Tipe 2 23 (62,1%)* 33 (64,7%)* 1 (0,8%)
Klas 1 Tipe 3 0 (0%) 0 (0%) 27 (23,4%)*
Klas 1 Tipe 4 3 (8,1%) 3 (5,9%) 2 (1,6%)
Klas 2 Divi 1 10 (27,0%)* 15 (29,4%)* 0 (0%)
Klas 2 Divi 2 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)
Klas 3 1 (2,8%) 0 (0%) 1 (0,8%)
Total 37 51 115
(100%) (100%) (100%)
Nilai P = (*) Signifikan <0,05 (Chi-square)
Hasil penelitian ini menunjukkan murid normal tidak ada. Ada hubungan yang
yang memiliki kebiasaan buruk dengan signifikan antara kebiasaan (ATTS, Mengisap
maloklusi yaitu sebanyak 203 murid dengan ibu jari, dan premature loss) dengan jenis
presentase (100%), sedangkan yang memiliki maloklusi. Seperti yang tercantum pada (tabel
kebiasaan buruk dengan status oklusi gigi 3).
Tabel 3. Distribusi Sampel kebiasaan buruk yang mengalami maloklusi dan tidak maloklusi
Pada tabel 4 menjelaskan tentang sebanyak 115 murid. Ada hubungan yang
distribusi Sampel yang memiliki kebiasaan signifikan antara kebiasaan (ATTS, Mengisap
buruk dan hubungannya dengan status oklusi ibu jari, dan premature loss) dengan jenis
gigi. Distribusi sampel yang memiliki maloklusi. Ketiga variabel kebiasaan buruk
kebiasaan ATTS dengan maloklusi sebanyak berpengaruh terhadap maloklusi. Dari ketiga
37 murid, mengisap ibu jari dengan maloklusi variabel kebiasaan buruk, memiliki nilai
yaitu sebanyak 51 murid dan premature loss eksponen B(besar pengaruh) yang sama.
Tabel 4. Hubungan dan kekuatan pengaruh kebiasaan (ATTS, Mengisap ibu jari, dan premature
loss) terhadap maloklusi.
Nilai P = Signifikan <0,05 (uji chi square), (uji regresi logistic) (*)=eks (B) 2964871516.00
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Tulika T. Priyank R. Pattern and Distribution of Malocclusion using Deweys Modification in New Delhi, India.
OHDM Journal. Vol 13. No.4 . 2014.
2. Andina R. Bernafas Lewat Mulut Merupakan Etiologi Maloklusi. Jurnal fakultas Kedokteran gigi Universitas
Sultan Agung, 2005.
3. Rudy J. Oral Habits That Cause Malocclusion Problems. IDJ. Volume 1. No.2.
4. Lesmana M. Ketidaknyamanan Tongue Crib Sebagai Faktor Risiko Untuk Keberhasilan Koreksi Anterior
Tongue Thrust Swallow. Indonesian Journal of Dentistry; 15 (1 ): 90-106.2008.
5. Eriska R. Sisti. Maloklusi Pada Anak Akibat Tidak Mendapatkan Asi. Jurnal Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak
Universitas Padjajaran. 2006.
6. Arlia B. Pengaruh Perilaku Ibu Dan Pola Keluarga Pada Kebiasaan Mengisap Jari Pada Anak, Dikaitkan Dengan
Status Oklusi Geligi Sulung:Studi Epidemiologis Pada Anak TK Di DKI Jakarta. Jurnal Bagian Kedokteran Gigi
Anak Universitas Indonesia. 2014.
7. Herawati H. Hubungan Premature Loss Gigi Sulung Dengan Kejadian Maloklusi Di Sekolah Dasar Negeri Kota
Cimahi. Journal of Medicine and Health. Vol. 1 No. 2. August 2015.
8. Kristina K. Antanas S. Prevalence of Malocclution and Oral Habbit among 5- 7 years old Children. Med Sci
Monit, 2014; 20: 2036-2042.
9. Hayder S. Atabi A. Prevalence of Bad Oral Habits and Relationship with Prevalence of Malocclusion in
Sammawa City Students Aged (6-18) Years Old. Medical Journal Of Babylon. Vol 11. 1. 2014.
10. Tarvade S.M. Tongue Thrusting Habbit : A Review. International Journal of Contemporary Dental and Medical
Reviews (2015).
11. Shetty M. Uma B. Comparison of Soft Tisuue dental and Skeletal Characteristic in Children with and without
Tongue Thrust. Contemporary Clinical Dentistry. Jan-Mar 2013. Vol.4. Issue 3.
12. Hojarra A. Huseyyin A. Prevalence Of Non-Nutritive Sucking Habits Among Saudi Children And Its Effects
On Primary Dentition. Pakistan Oral & Dental Journal Vol 29, No. 1, (June 2009).
13. Shahraki M. Yassael M. Abnormal Oral Habbits: A review. Journal of Dentistry and Oral Hygiene Vol. 4(2),
pp.12-15, May 2012.
14. Solanki G. Lohra N. A Review On Thumb Sucking Habit In Children. International Journal of Pediatric
Nursing. 2014;1(1):18-20.
15. Joyte S. Nutritive and Non-Nutritive Sucking Habits – Effect on the Developing Oro-Facial Complex; A
Review. Dentistry Journal . 2014.
16. Anne R. Teodora C. Prevalence Of Premature Loss Of Temporary Teeth In The Korkhaus Support Area
Because Of Dental Caries In Patients With Malocclusion. Fascicula journal No.2. 2014.