Sie sind auf Seite 1von 81

PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN TINDAKAN KESEHATAN GIGI

DAN MULUT PADA ANAK JALANAN DAN BUKAN ANAK JALANAN


DI KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat

untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi

NUR KHADIJA SYAMSUL


J111 16 502

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2019
DIFFERING KNOWLEDGE AND ACTIONS OF THE ORAL HEALTH
OF STREET CHILDREN AND NON-STREET CHILDREN
IN MAKASSAR CITY

Nur Khadija Syamsul

Faculty of Dentistry Hasanuddin University

ABSTRACT

Background: Health is the most important thing in human life. Knowledge or


cognitive as a most important domain when the person has behavior formed
because dental health knowledge will underlie the attitudes that affect the person
in maintaining dental and oral hygiene. Objective: This study was conducted to
determine differences in knowledge and action of oral health in street children and
not street children in Makassar City. Methods: This study is an observational
analytic study with cross sectional research design. Data was obtained by
assessing the level of knowledge and action of dental and oral health through a
questionnaire and examination dental caries using the value of dmf-t (Decay
Missing Filling Teeth) for 100 respondents of street children and 100 respondents
of non-street children in Makassar City. Results: The results of the study showed
that from 100 respondents of street children in Makassar City had an average
value of dental and oral health knowledge 2.16 and from 100 respondents not
street children in Makassar City had an average value of dental and oral health
knowledge 4.13. The results of the study showed that from 100 respondents of
street children in Makassar City had an average value of dental and oral health
actions 2.54 and from 100 respondents non street children in Makassar City had
an average value of dental and oral health actions 3.47. The results of the study
for dental caries status in street children averaged 5.58 and dental caries status for
non-street children averaged 2.55. Conclusions: It can be concluded that the
description of dental and oral health knowledge and actions along with dental
caries status in street children is lower than the description of dental and oral
health knowledge and actions and dental caries status in non-street children.

Keywords: knowledge, actions, oral health, street children

ii
PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN TINDAKAN KESEHATAN GIGI
DAN MULUT PADA ANAK JALANAN DAN BUKAN ANAK JALANAN
DI KOTA MAKASSAR

Nur Khadija Syamsul

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

ABSTRAK

Latar belakang: Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia.


pengetahuan atau kognitif sebagai ranah yang sangat penting pada saat
terbentuknya perilaku seseorang karena pengetahuan kesehatan gigi akan
mendasari sikap yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam memelihara
kebersihan gigi dan mulut Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
perbedaan pengetahuan dan tindakan kesehatan gigi dan mulut pada anak jalanan
dan bukan anak jalanan di kota Makassar Metode Penelitian: Penelitiaan ini
merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross
sectional. Untuk memperoleh data di lapangan dilakukan dengan menilai tingkat
pengetahuan dan tindakan kesehatan gigi dan mulut melalui kuesioner terancang
serta menilai status karies gigi dengan menggunakan nilai dmf-t (Decay Missing
Filling Teeth) kepada 100 responden yang berstatus anak jalanan dan 100 yang
bukan anak jalanan di Kota Makassar. Hasil Penelitian: Hasil penelitian
menunjukkan dari 100 responden anak jalanan di Kota Makassar memiliki nilai
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut rata-rata 2.16 dan dari 100 responden
bukan anak jalanan di Kota Makassar memiliki nilai pengetahuan kesehatan gigi
dan mulut rata-rata 4.13. Hasil penelitian untuk nilai tindakan kesehatan gigi dan
mulut pada anak jalanan rata-rata 2.54 dan nilai tindakan kesehatan gigi dan mulut
bukan anak jalanan rata-rata 3.47. Hasil penelitian untuk status karies gigi pada
anak jalanan rata-rata 5.58 dan status karies gigi pada bukan anak jalanan rata-rata
2.55. Kesimpulan: Dapat disimpulkan pengetahuan dan tindakan kesehatan gigi
dan mulut serta status karies gigi pada anak jalanan lebih rendah dibandingkan
gambaran pengetahuan dan tindakan kesehatan gigi dan mulut serta status karies
gigi pada bukan anak jalanan.

Kata kunci: pengetahuan, tindakan, kesehatan gigi dan mulut, anak jalanan

iii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan
Pengetahuan dan Tindakan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Anak Jalanan
dan Bukan Anak Jalanan di Kota Makassar”. Salam dan shalawat senantiasa
tercurah kepada Rasulullah SAW yang mengantarkan umatnya dari zaman
kegelapan ke zaman yang terang benderang ini. Penyusunan skripsi ini sebagai
salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana kedokteran gigi. Selain itu skripsi
ini diharapkan dapat memberikan manfaat tidak hanya untuk penulis tetapi juga
bagi pembaca dan peneliti lainnya untuk menambah pengetahuan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan,


dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil, sehingga
skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada


penulis dalam penyusunan skripsi ini
2. Kedua orangtua tercinta, Capt.Syamsul A.Rasyid, M.Mar dan Dra. Hj.
Faridah, serta kakak-kakakku tersayang Arsul Syam, Dwi Syulfa
Chaeria, Muhammad Assidik Syam yang senantiasa mendoakan,
memberi dukungan, semangat, perhatian dan kasih sayang yang tiada
hentinya agar penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini.
3. drg. M. Ruslin, M. Kes., Ph.D., Sp.BM (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
4. drg. Nurhaedah H. Ghalib, Sp.KGA selaku dosen pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mendampingi,
membimbing, dan menasehati penulis dalam menyusun skripsi ini.
5. Dr. drg. Asdar Gani, M.Kes selaku penasehat akademik yang selalu
sabar dalam memberikan dukungan selama perkuliahan.

iv
6. Sahabat-sahabatku, “MM” Rati Ramayani Abidin, Dila Aulia S, Gina
Guista, Diazty Ningsih, Riana Armedina, Achika Puspita K yang
selalu sabar menemani, mendukung, mengingatkan, memberi kebahagiaan,
sehingga mewarnai masa perkuliahan penulis dan memberikan dukungan
dalam pembuatan skripsi
7. Muh. Akira Takashi, S.KG yang telah memberikan dukungan dan
bantuan dalam pembuatan skripsi
8. Haritza Aqilah Ma’ruf, Muh. Fuad Anshar, Jumiati Radiyusman,
Fedelia Setiawati yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam
pembuatan skripsi
9. Teman-teman KKN Arjunasis, Rifkah Mungil, Windah Imut, Alvaro,
Maria Sabyan, Puji Kecil, Fatemawati yang selalu menemani
mengerjakan skripsi selama proses KKN
10. Teman seperjuangan skripsi bagian Pedodonsia Rati, Edjo, Hildah,
Nume, Iin, Fedel, Hanin, Anita, Nadwa atas kerja samanya selama
pembuatan skripsi ini
11. Teman seperjuangan RETRAKSI 2016 yang memberikan banyak cerita
dan kenangan pada masa kuliah dan memberi bantuan dalam pembuatan
skripsi ini
12. Segenap Dosen/Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hasanuddin yang telah memberi ilmu dan keterampilan yang tidak ternilai
harganya bagi penulis selama di bangku kuliah
13. Seluruh Staf Pegawai Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
yang telah banyak membantu penulis
14. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan
penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Terima kasih penulis ucapkan disertai doa kepada semua pihak-pihak yang
telah membantu. Penulis menyadari bahwa pembuatan skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangan. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
diharapkan. Akhirnya dengan segenap kerendahan hati, penulis mengarapkan agar

v
kiranya tulisan ini dapat menjadi salah satu sumbangsih ilmu dan peningkatan
kualitas pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi ke depannya. Aamiin.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Makassar, 9 Juli 2019

Nur Khadija Syamsul

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i


ABSTRACT ............................................................................................................ ii
ABSTRAK ............................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH .............................................................................. 4
1.3 TUJUAN PENELITIAN ............................................................................... 5
1.4 HIPOTESIS PENELITIAN ........................................................................... 5
1.5 MANFAAT PENELITIAN ........................................................................... 5
BAB II ..................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 6
2.1 PENGETAHUAN ......................................................................................... 6
2.1.1 DEFINISI PENGETAHUAN ................................................................. 6
2.1.2 TINGKATAN PENGETAHUAN .......................................................... 6
2.2 TINDAKAN ATAU PERILAKU ................................................................. 7
2.2.1 TEORI TINDAKAN............................................................................... 7
2.2.2 TINDAKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT ................................ 8
2.3 KESEHATAN GIGI DAN MULUT ............................................................. 9
2.4 ANAK JALANAN ...................................................................................... 10
2.4.1 DEFINISI ANAK JALANAN .............................................................. 10
2.4.2 KLASIFIKASI ANAK JALANAN ...................................................... 12
2.5 KARIES GIGI ........................................................................................ 14
2.5.1 Pengertian Karies .................................................................................. 14
2.5.2 Etiologi Karies ...................................................................................... 14
2.5.3 Indikator Penilaian Karies Gigi ............................................................ 15
BAB III ................................................................................................................. 16

vii
KERANGKA TEORI DAN KONSEP ................................................................. 16
3.1 Kerangka Teori ............................................................................................ 16
3.2 Kerangka Konsep ........................................................................................ 17
BAB IV ................................................................................................................. 18
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 18
4.1 JENIS PENELITIAN .................................................................................. 18
4.2 RANCANGAN PENELITIAN ................................................................... 18
4.3 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN .................................................... 18
4.3.1 Lokasi.................................................................................................... 18
4.3.2 Waktu .................................................................................................... 18
4.4 VARIABEL PENELITIAN ........................................................................ 18
4.4.1 Variabel Independen ............................................................................. 18
4.4.2 Variabel Dependen ............................................................................... 18
4.5 DEFINISI OPERASIONAL........................................................................ 18
4.5.1 Pengetahuan dan Tindakan Kesehatan Gigi dan Mulut ........................ 18
4.5.2 Anak Jalanan ......................................................................................... 19
4.6 POPULASI DAN SAMPEL ....................................................................... 19
4.6.1 Populasi................................................................................................. 19
4.6.2 Sampel .................................................................................................. 19
4.7 PENGUMPULAN DATA ........................................................................... 21
4.7.1 Data Primer ........................................................................................... 21
4.8 INSTRUMEN/ALAT UKUR...................................................................... 21
4.9 PROSEDUR PENELITIAN ........................................................................ 22
4.10 ALUR PENELITIAN ................................................................................ 23
BAB V................................................................................................................... 24
HASIL PENELITIAN ........................................................................................... 24
5.1 Gambaran Umum ........................................................................................ 24
5.2 Karakteristik Responden ............................................................................. 25
5.3 Status Karies ................................................................................................ 26
5.4 Hubungan tingkat pengetahuan dan tindakan dengan status karies ............ 27
BAB VI ................................................................................................................. 32

viii
PEMBAHASAN ................................................................................................... 32
BAB VII ................................................................................................................ 36
PENUTUP ............................................................................................................. 36
7.1. Kesimpulan ............................................................................................. 36
7.2. Saran ....................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 38

ix
DAFTAR TABEL

Tabel. 5.1.1 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin……………………24

Tabel. 5.1.2 Distribusi sampel berdasarkan usia………………………….......25

Tabel. 5.2.1 Distribusi kriteria pengetahuan kesehatan gigi dan mulut………25

Tabel. 5.2.2 Distribusi kriteria tindakan kesehatan gigi dan mulut…………..26

Tabel. 5.3.1 Hasil pemeriksaan status karies menggunakan index DMF-T….27

Tabel. 5.3.2 Perbedaan status karies berdasarkan kelompok responden anak

jalanan dan bukan anak jalanan……………………………………………….27

Tabel.5.4.1 Hubungan tingkat pengetahuan dan status karies gigi anak

jalanan dan bukan anak jalanan...…………………………………………….28

Tabel. 5.4.2. Hubungan tingkat tindakan kesehatan gigi dan status karies gigi

anak jalanan dan bukan anak jalanan…………………………………………28

Tabel. 5.4.3 Hubungan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan status karies

gigi anak jalanan..........……………………………………………………….29

Tabel. 5.4.4 Hubungan tingkat tindakan kesehatan gigi dan status karies gigi

anak jalanan…………………………………………………………………..30

Tabel. 5.4.5. Hubungan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan status

karies gigi pada kelompok bukan anak jalanan………………………………30

Tabel. 5.4.6. Hubungan tingkat tindakan kesehatan gigi dan status karies gigi

pada kelompok bukan anak jalanan………………………………………….31

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia, baik itu
dari segi kesehatan jasmani maupun rohani begitu pula halnya dengan kesehatan
gigi dan juga mulut yang perlu mendapatkan perhatian besar karena nantinya
dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara menyeluruh. Adapun salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut yaitu perilaku
kesehatan, seperti memperhatikan diet makanan, membersihkan sisa makanan
dengan menyikat gigi, membersihkan karang gigi dan menambal gigi berlubang.
Selanjutnya, Menurut Green dalam Notoatmodjo bahwa perilaku kesehatan
dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya pengetahuan, sikap, pengaruh
lingkungan dan ketersediaan fasilitas sebab pengetahuan merupakan faktor
terpenting dalam membentuk perilaku seseorang.1 Hal ini dapat dilihat pada
penelitian di Panchkula, India yaitu terdapat hubungan pengetahuan terhadap
perilaku perawatan kesehatan gigi. Begitu pula halnya pada Penelitian di
Finlandia dan Amerika yang menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap dan
tindakan berpengaruh terhadap frekuensi menyikat gigi, kebersihan gigi dan
mulut, dan periodontitis.2

Oleh karena itulah, pengetahuan atau kognitif sebagai ranah yang sangat
penting pada saat terbentuknya perilaku seseorang karena pengetahuan kesehatan
gigi akan mendasari sikap yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam
memelihara kebersihan gigi dan mulut. Sehingga seringkali akibat dari kurangnya
pengetahuan mengenai kesehatan gigi menjadi faktor predisposisi dari perilaku
kesehatan yang mengarah pada timbulnya penyakit. Oleh sebab itu, perilaku yang
didasari oleh pengetahuan, kesadaran sikap positif akan bersifat lebih langgeng
jika dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari atas pengetahuan dan juga
kesadaran sehingga perilaku tersebut tidak akan berlangsung lama. Salah satu,
faktor utama yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut penduduk di negara

1
berkembang adalah sikap dan perilaku. Karena sikap sebagai suatu pengetahuan
yang disertai dengan kecenderungan dalam bertindak sesuai dengan pengetahuan,
tetapi yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan
sehingga sikap dikatakan sebagai respon evaluatif yang hanya akan timbul apabila
individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya reaksi.2

Secara umum, kebersihan gigi dan mulut penting bagi kesehatan dan
kesejahteraan tubuh karena dapat mempengaruhi fungsi bicara, pengunyahan, dan
rasa percaya diri. Hal inilah, yang membuat kebanyakan masyarakat tidak
menyadari awal mula timbulnya penyakit gigi dan mulut yang bersumber dari
kesehatan rongga mulut secara menyeluruh dan menyebabkan timbulnya masalah
gigi dan mulut pada masyarakat salah satu faktornya akibat mengabaikan
kebersihan gigi dan mulut. Hal ini dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan
pentingnya pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut. Menurut penelitian
Pontunuwu dalam Afiati (2014) menjelaskan bahwa pengetahuan yang tepat
memengaruhi perilaku kesehatan dalam meningkatkan kesehatan khususnya
kesehatan gigi dan mulut. Namun, pengetahuan seseorang tentang perilaku
memelihara kesehatan gigi dan mulut seringkali terdapat ketidakselarasan.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (2007) menunjukkan 91,1 %
masyarakat Indonesia menggosok gigi tiap hari namun hanya 7,3% dari data
tersebut yang melakukan gosok gigi dengan benar. Kenyataan yang lain dapat
ditunjukkan pada perilaku masyarakat yang mengunjungi fasilitas pelayanan
kesehatan gigi.4 Padahal, kebersihan gigi dan rongga mulut dapat ditempuh
dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah dengan menggosok gigi.
Untuk itu, menggosok gigi perlu dilakukan setelah makan dan sebelum tidur dan
menjadi kebiasaan sehari-hari karena dengan menggosok gigi maka dapat
mencegah gigi berlubang, menyegarkan napas, mengurangi bau mulut,
mengurangi sakit gigi, menjadikan gigi putih dan bersih dan aktivitas lebih
semangat serta fokus.5 Begitu pun dengan kesehatan gigi dan mulut pada anak
seharusnya menjadi kebiasaan terpenting yang harus dilakukan sejak dini karena
sebagaimana dipahami bahwa anak ialah seseorang yang belum berusia 18

2
(delapan belas) tahun dan memiliki hak untuk dapat hidup, tumbuh dan
6
berkembang. Fakta menyebutkan bahwa 89% anak dibawah usia 12 tahun
menderita penyakit gigi dan mulut.8

Hal diatas terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pendidikan


kesehatan pada anak usia 6-12 tahun.5 Padahal Usia sekolah sebagai masa untuk
meletakkan landasan kokoh bagi terwujudnya manusia yang berkualitas dan
kesehatan merupakan faktor penting yang menentukan kualitas sumber daya
manusia. Apalagi anak sekolah dasar merupakan kelompok yang rentan terhadap
penyakit gigi dan mulut karena umumnya anak-anak tersebut masih mempunyai
perilaku atau kebiasaan diri yang kurang menunjang terhadap kesehatan gigi.7
Tidak hanya kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak umumnya namun juga
kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak jalanan perlu mendapat perhatian
khusus. Anak jalanan sebagai anak-anak yang menghabiskan waktunya dijalanan
baik itu untuk bermain ataupu mencari nafkah. Seringkali mereka ditandai dengan
rambut kemerahan, pakaian yang tidak terurus, warna kulit kusam, sifat yang
penuh curiga, acuh tak acuh, berwatak keras dan memiliki mobilitas yang tinggi
serta tindakan yang mereka lakukan erat hubungannya dengan pola hubungan
sosial dengan para tokoh anak jalanan. Pada umumnya anak jalanan hidup dengan
lingkungan yang kotor dan serba kekurangan sehingga jarang dari mereka yang
memperhatikan kesehatan apalagi masalah kebersihan gigi dan mulut berbeda
dengan anak-anak umumnya yang hidup dalam lingkungan perekonomian
berkecukupan.8

Berdasarkan data menurut United Nation International Children’s


Emergency Fund (UNICEF) yang menunjukkan bahwa terdapat 100 juta jumlah
anak jalanan. Sementara berdasarkan data Departemen Sosial ,pada tahun 2009
menunjukkan sebanyak 230.000 jumlah anak jalanan ( UNICEF dalam Kasim,
2013: 15). Data Dinas Sosial kota Makassar memperkuat pernyataan ini pada
tahun 2011 menyebutkan angka 918 untuk jumlah anak jalanan yang terdaftar di
Kota Makassar. Pada tahun 2012 jumlah anak jalanan meningkat hingga 990
anak. Sedangkan jumlah anak jalanan pada tahun 2013 sebanyak 1.043 anak

3
jalanan, namun pada tahu 2014 jumlah anak jalanan mengalami penurunan
sebanyak 687, dan pada tahun 2015 sebanyak 520 anak jalanan di Kota Makassar
(Dinas sosial provinsi sulawesi selatan, 2015).6

Oleh sebab itu, salah satu masalah yang umumnya terjadi pada anak
jalanan akibat keadaan kurang gizi karena pola makan yang tidak teratur, kurang
gizi merupakan salah satu faktor penyebab mudahnya seseorang terkena penyakit
infeksi, hal ini karena sistem kekebalan tubuh yang dimiliki orang tersebut
melemah. Anak jalanan sering diidentikan sebagai komunitas yang kurang
memperhatikan perilaku hidup sehat dalam hal ini studi yang dilaksanakan lidya
Natalya (2011) mengenai gambaran pemenuhan dasar personal hygiene anak
jalanan di Medan bahwa kebersihan kulit sangat buruk, mandi dilakukan lebih
banyak di sungai sebanyak 30 orang (57%), alat untuk mandi hanya mengunakan
air saja sebanyak 35 orang (87%), memotong kuku dilakukan 1 kali dalam
seminggu sebanyak 20 orang (50%), alat yang digunakan untuk memotong kuku
lebih banyak menggunakan gigi sebanyak 31 orang (77%), frekuensi kebersihan
gigi dilakukan 1 kali dalam seminggu sebanyak 29 orang (72,5%), alat yang
digunakan lebih banyak menggunakan air saja sebanyak 34 orang (85%),
berdasarkan pernyataan pada mulut alat yang digunakan lebih banyak
menggunakan air sebanyak 23 (57%), keadaan mulut lebih banyak kering dan bau
sebanyak 20 orang (50%), keluhan yang dialami lebih banyak sariawan sebanyak
27 orang (67%).6 Berdasarakan uraian tersebut, penelitian ini dirancang untuk
mengetahui perbedaan pengetahuan dan tindakan kesehatan gigi dan mulut pada
anak jalanan dan bukan anak jalanan di kota Makassar.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan pada latarbelakang masalah diatas maka dapat diuraikan
rumusan masalah diantaranya:

1. Bagaimana pengetahuan dan tindakan kesehatan gigi dan mulut pada anak
jalanan dan bukan anak jalanan di kota Makassar?
2. Apakah ada perbedaan pengetahuan dan tindakan kesehatan gigi dan
mulut pada anak jalanan dan bukan anak jalanan di kota Makassar?

4
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian berkaitan dengan rumusan masalah yang ada
maka dapat di uraikan tujuan penelitian antara lain:

1. Untuk mengetahui pengetahuan dan tindakan kesehatan gigi dan mulut


pada anak jalanan dan bukan anak jalanan di kota Makassar.
2. Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan tindakan kesehatan gigi
dan mulut pada anak jalanan dan bukan anak jalanan di kota Makassar.

1.4 HIPOTESIS PENELITIAN


Terdapat perbedaan pengetahuan dan tindakan kesehatan gigi dan mulut
pada anak jalanan dan bukan anak jalanan di kota Makassar.

1.5 MANFAAT PENELITIAN


a. Bagi dokter gigi, penelitian ini berguna untuk memberikan
pengetahuan tentang pentingnya mengetahui perbedaan pengetahuan
dan perilaku anak jalanan dan bukan anak jalanan sehingga dapat
memahami dalam penanganan pasien anak seperti ini di klinik gigi.
b. Bagi penulis, penelitian ini memberi pengalaman yang berharga dalam
memperluas wawasan dan pengetahuan dalam bidang penelitian serta
pengetahuan sehubungan dengan judul penelitian ini.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGETAHUAN
2.1.1 DEFINISI PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat diperoleh secara
alamiah atau melalui proses pendidikan. Pengetahuan yang dimiliki seseorang
mempengaruhi prilakunya, semakin baik pengetahuan seseorang maka
9
perilakunya pun semakin baik. Oleh karena itulah, pengetahuan atau kognitif
sebagai ranah yang sangat penting pada saat terbentuknya perilaku seseorang
karena pengetahuan kesehatan gigi akan mendasari sikap yang mempengaruhi
perilaku seseorang dalam memelihara kebersihan gigi dan mulut. Sehingga
seringkali akibat dari kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan gigi menjadi
faktor predisposisi dari perilaku kesehatan yang mengarah pada timbulnya
penyakit.2

2.1.2 TINGKATAN PENGETAHUAN


Menurut Budiharto, pengetahuan merupakan ranah kognitif yang mempunyai
tingkatan, yaitu:9
1. Tahu (know)
Seseorang dapat dikatakan tahu ketika dapat mengingat suatu materi yang
telah dipelajari; Misalnya, anak dapat menyebutkan manfaat menggosok
gigi.
2. Memahami (comprehension)
Seseorang dikatakan telah memahami jika ia mampu menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menarik kesimpulan materi
tersebut secara benar; Misalnya, anak dapat menjelaskan pentingnya
menggosok gigi setiap hari.
3. Aplikasi (application)

6
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya; Misalnya, anak akan
melakukan gosok gigi setiap hari ketika mereka telah memahami
pentingnya menjaga kesehatan gigi.
4. Analisis (analysis)
Seseorang dikatakan mencapai tingkat analisis ketika mampu menjabarkan
ilmu pengetahuan ke dalam komponen ilmu yang lebih spesifik, tetapi
masih dalam struktur yang sama dan berkaitan satu sama lain. Misalnya,
anak dapat membedakan, memisahkan, mengelom-pokkan tindakan yang
baik, makanan yang dapat merusak gigi, dsb.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis merupakan kemampuan anak untuk menghubung-kan bagian-
bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya, anak
dapat menyusun, merencanakan, menyesuaikan suatu teori dan rumusan
yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi. Misalnya, melihat perbedaan antara anak yang rajin
menggosok gigi dengan yang tidak.
2.2 TINDAKAN ATAU PERILAKU
2.2.1 TEORI TINDAKAN
Teori pilihan rasional atau rational choice, menekankan pada sifat rasional
manusia sebagai basis tindakannya. Seperti dikatakan Wallace dan Wolf,
“Theories of rational choice assume that people are rational and base their actions
on what they perceive to be the most effective means to their goals” (Wallace and
Wolf, 2006: 303). Salah satu tokoh dalam kelompok teori ini, yakni George C.
Homans, menjelaskan bahwa tindakan seseorang merupakan hasil dari kalkuasi
antara nilai dan kemungkinan keberhasilan dari tindakan itu (Turner, 1998: 265).
Walau nilai dari suatu tindakan itu tinggi, namun jika kemungkinan
keberhasilannya rendah, mungkin seseorang akan memilih tindakan lain yang

7
nilainya tidak terlalu tinggi, namun tingkat keberhasilannya tinggi. 10 Tindakan ini
diformulasikan oleh Homans sebagai berikut:10
Tindakan = Nilai x Kemungkinan
atau
Action = Value x Probability
2.2.2 TINDAKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
Secara umum, kebersihan gigi dan mulut penting bagi kesehatan dan
kesejahteraan tubuh karena dapat mempengaruhi fungsi bicara, pengunyahan, dan
rasa percaya diri. Hal inilah, yang membuat kebanyakan masyarakat tidak
menyadari awal mula timbulnya penyakit gigi dan mulut yang bersumber dari
kesehatan rongga mulut secara menyeluruh dan menyebabkan timbulnya masalah
gigi dan mulut pada masyarakat salah satu faktornya akibat mengabaikan
kebersihan gigi dan mulut.4 Kesehatan gigi dan mulut sangat erat hubungannya
dengan perilaku. Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang baik akan
sangat berperan dalam menentukan derajat kesehatan dari masing-masing
individu. Oleh karena itu perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang
kurang baik harus diubah. Lingkungan sangat berperan dalam pembentukan
perilaku seseorang, di samping faktor bawaan. Lingkungan masyarakat di mana
individu itu berada akan ikut berperan dalam pembentukan perilaku seseorang,
oleh karena itu untuk mengubah perilaku dibutuhkan peran serta masyarakat
dimana individu tersebut berada. Lingkungan terdekat di mana individu berada
yaitu lingkungan keluarga dan lebih luas lagi yaitu lingkungan sekolah. Di sini
peran orang tua dan guru sangat menentukan dalam melakukan perubahan
perilaku dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak. Pengetahuan dan
pendidikan yang diberikan orang tua dan guru sangat membantu pembentukan
perilaku anak. Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut antara lain meliputi
tindakan menyikat gigi, kumur-kumur dengan larutan fluor. Tindakan menyikat
gigi merupakan hal yang utama dalam upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut. Untuk melakukan tindakan ini dibutuhkan kemampuan motorik, dimana
usia sekolah dasar merupakan usia yang ideal untuk melatih kemampuan motorik

8
seorang anak. Tindakan yang dimaksud adalah bagaimana orang tua melakukan
perawatan kesehatan pada gigi dan mulut.11
Menurut penelitian Pontunuwu dalam Afiati (2014) menjelaskan bahwa
pengetahuan yang tepat memengaruhi perilaku kesehatan dalam meningkatkan
kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut. Namun, pengetahuan seseorang
tentang perilaku memelihara kesehatan gigi dan mulut seringkali terdapat
ketidakselarasan. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (2007) menunjukkan
91,1 % masyarakat Indonesia menggosok gigi tiap hari namun hanya 7,3% dari
data tersebut yang melakukan gosok gigi dengan benar. Kenyataan yang lain
dapat ditunjukkan pada perilaku masyarakat yang mengunjungi fasilitas pelayanan
kesehatan gigi.4 Padahal, kebersihan gigi dan rongga mulut dapat ditempuh
dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah dengan menggosok gigi.
Untuk itu, menggosok gigi perlu dilakukan setelah makan dan sebelum tidur dan
menjadi kebiasaan sehari-hari karena dengan menggosok gigi maka dapat
mencegah gigi berlubang, menyegarkan napas, mengurangi bau mulut,
mengurangi sakit gigi, menjadikan gigi putih dan bersih dan aktivitas lebih
semangat serta fokus.5 Begitu pun dengan kesehatan gigi dan mulut pada anak
seharusnya menjadi kebiasaan terpenting yang harus dilakukan sejak dini karena
sebagaimana dipahami bahwa anak ialah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun dan memiliki hak untuk dapat hidup, tumbuh dan
6
berkembang. Fakta menyebutkan bahwa 89% anak dibawah usia 12 tahun
menderita penyakit gigi dan mulut.8

2.3 KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Menurut UU tentang kesehatan no. 39 tahun 2009, yang dimaksud dengan


kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Kemudian pengertian sehat menurut World Health Organization
diartikan suatu keadaan sejahtera (sempurna) fisik, mental, dan sosial, tidak
terbatas pada bebas dari penyakit dan kelemahan saja (WHO, 1946). Jadi tidak
hanya sehat secara fisik atau kemampuan fungsional (tidak adanya penyakit),

9
tetapi juga secara mental dan sosial. Konsep biopsikososial memungkinkan suatu
pemahaman yang menyeluruh tentang munculnya suatu kondisi sakit yang
dihubungkan dengan faktor lingkungan dan stres yang terkait di dalamnya.
Kondisi lingkungan dalam hal ini dukungan sosial menurut konsep biopsikososial
dapat memberikan perubahan pada kondisi sakit.12 Kesehatan merupakan hal yang
penting untuk keberlangsungan hidup seseorang, tidak terlepas orang dewasa,
manula, atau anak-anak. Pola hidup sehat sudah menjadi kebutuhan pada setiap
individu saat ini. Pola ini harus diterapkan sedini mungkin kepada setiap individu
sehingga setiap individu paham dan terbiasa dengan pola hidup sehat.13 Kesehatan
gigi dan mulut merupakan salah satu bagian dari pola hidup sehat. Kesehatan gigi
dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang dapat memengaruhi
kesehatan tubuh keseluruhan. Gigi merupakan bagian tubuh yang berfungsi untuk
mengunyah, berbicara dan mempertahankan bentuk muka, sehingga penting untuk
menjaga kesehatan gigi sedini mungkin agar dapat bertahan lama dalam rongga
mulut. Masalah kesehatan gigi dan mulut banyak dijumpai pada anak-anak di
seluruh dunia terutama pada negara berkembang termasuk Indonesia ialah karies
gigi. Masalah kesehatan gigi dan mulut masih menjadi permasalahan yang butuh
perhatian serius di beberapa negara maju maupun negara berkembang termasuk
Indonesia.14 Faktor orang tua, lingkungan, dan kesadaran pribadi sangat penting
untuk mempengaruhi individu dalam menerapkan pola ini. Namun dari beberapa
faktor diatas, faktor orang tua merupakan faktor yang dominan dalam menerapkan
pola hidup sehat khususnya pada kesehatan gigi dan mulut. Untuk dapat
menerapkannya, pengetahuan dan tindakan mengenai kesehatan gigi dan mulut
dari orang tua sangat diperlukan.13
2.4 ANAK JALANAN

2.4.1 DEFINISI ANAK JALANAN


Anak jalanan didefinisikan sebagai anak-anak yang menghabiskan
waktunya dijalanan baik itu untuk bermain ataupu mencari nafkah. Seringkali
mereka ditandai dengan rambut kemerahan, pakaian yang tidak terurus, warna
kulit kusam, sifat yang penuh curiga, acuh tak acuh, berwatak keras dan memiliki
mobilitas yang tinggi serta tindakan yang mereka lakukan erat hubungannya

10
dengan pola hubungan sosial dengan para tokoh anak jalanan (Atwar, 2012).6
Anak jalanan mempunyai ciri-ciri secara umum yang menggambarkan perbedaan
antara anak jalanan dengan anak pada umumnya. Anak gelandangan atau jalanan
mempunyai pengalaman konsep diri yang berbeda dengan konsep diri anak pada
umumnya. Anak jalanan mengembangkan konsep diri baik yang bernilai positif
maupun konsep diri yang bernilai negatif.18 Pada umumnya anak jalanan hidup
dengan lingkungan yang kotor dan serba kekurangan sehingga jarang dari mereka
yang memperhatikan kesehatan apalagi masalah kebersihan gigi dan mulut
berbeda dengan anak-anak umumnya yang hidup dalam lingkungan perekonomian
berkecukupan.8Berdasarkan data menurut United Nation International Children’s
Emergency Fund (UNICEF) yang menunjukkan bahwa terdapat 100 juta jumlah
anak jalanan. Sementara berdasarkan data Departemen Sosial ,pada tahun 2009
menunjukkan sebanyak 230.000 jumlah anak jalanan ( UNICEF dalam Kasim,
2013: 15). Data Dinas Sosial kota Makassar memperkuat pernyataan ini pada
tahun 2011 menyebutkan angka 918 untuk jumlah anak jalanan yang terdaftar di
Kota Makassar. Pada tahun 2012 jumlah anak jalanan meningkat hingga 990
anak. Sedangkan jumlah anak jalanan pada tahun 2013 sebanyak 1.043 anak
jalanan, namun pada tahu 2014 jumlah anak jalanan mengalami penurunan
sebanyak 687, dan pada tahun 2015 sebanyak 520 anak jalanan di Kota Makassar
(Dinas sosial provinsi sulawesi selatan, 2015).6
Oleh sebab itu, salah satu masalah yang umumnya terjadi pada anak
jalanan akibat keadaan kurang gizi karena pola makan yang tidak teratur, kurang
gizi merupakan salah satu faktor penyebab mudahnya seseorang terkena penyakit
infeksi, hal ini karena sistem kekebalan tubuh yang dimiliki orang tersebut
melemah. Anak jalanan sering diidentikan sebagai komunitas yang kurang
memperhatikan perilaku hidup sehat dalam hal ini studi yang dilaksanakan lidya
Natalya (2011) mengenai gambaran pemenuhan dasar personal hygiene anak
jalanan di Medan bahwa kebersihan kulit sangat buruk, mandi dilakukan lebih
banyak di sungai sebanyak 30 orang (57%), alat untuk mandi hanya mengunakan
air saja sebanyak 35 orang (87%), memotong kuku dilakukan 1 kali dalam
seminggu sebanyak 20 orang (50%), alat yang digunakan untuk memotong kuku

11
lebih banyak menggunakan gigi sebanyak 31 orang (77%), frekuensi kebersihan
gigi dilakukan 1 kali dalam seminggu sebanyak 29 orang (72,5%), alat yang
digunakan lebih banyak menggunakan air saja sebanyak 34 orang (85%),
berdasarkan pernyataan pada mulut alat yang digunakan lebih banyak
menggunakan air sebanyak 23 (57%), keadaan mulut lebih banyak kering dan bau
sebanyak 20 orang (50%), keluhan yang dialami lebih banyak sariawan sebanyak
27 orang (67%).6

2.4.2 KLASIFIKASI ANAK JALANAN


Anak jalanan mempunyai ciri-ciri secara umum yang menggambarkan
perbedaan antara anak jalanan dengan anak pada umumnya. Berdasarkan
penelitian eksploitasi anak jalanan sebagai pengemis dikawasan simpang lima
Semarang, menjelaskan ciri-ciri anak jalanan secara umum, antara lain, a). berada
di tempat umum (jalanan, pasar, pertokoan, tempat hiburan) selama 3-24 jam
zperhari, b) berpendidikan rendah (kebanyakan putus sekolah, dan sedikit sekali
yang lulus SD), c) berasal dari keluarga yang tidak mampu (kebanyakan kaum
urban, dan beberapa diantaranya tidak jelas keluarganya), d) melakukan aktivitas
ekonomi atau melakukan pekerjaan pada sektor informal. Anak gelandangan atau
jalanan mempunyai pengalaman konsep diri yang berbeda dengan konsep diri
anak pada umumnya. Anak jalanan mengembangkan konsep diri baik yang
bernilai positif maupun konsep diri yang bernilai negatif.18Hasil penelitian lain
menunjukkan bahwa anak jalanan memiliki dua klasifikasi karakteristik.
Karakteristik individual dan karakteristik dinamis atau sosial. Hasil kajian tentang
karakteristik individual disebutkan bahwa: (1) Sebagian besar anak jalanan
berusia 7-12, dan ditemukan sebuah kecendrungan bahwa di atas usia tersebut
jumlahnya semakin berkurang berdasarkan interval survey yang telah dilakukan,
yakni 1999 dan 2001. Kemudian, (2) Sebagian besar anak jalanan tidak
bersekolah, atau tidak memiliki hubungan dengan lembaga pendidikan.8
Selanjutnya, anak jalanan memiliki karakteristik dinamis. Karakteristik
dinamis menyangkut mobilitas anak jalanan dari satu titik lokasi ke titik lokasi
yang lain. Mobilitas ini akan menunjukkan bagaimana anak jalanan berperilaku
dan melakukan kontak dengan orang lain, seperti; orang tua, pengemis,

12
gelandangan, petugas keamanan dan ketertiban, pemalak dan yang lain yang ada
di jalanan sebagai bagian dari lingkungan mereka. Interaksi sosial anak jalanan
yang dibangun dalam kerangka hubungan kekerasan fisik dan mental, tidak hanya
berlangsung di jlanan tetapi juga di rumah orang tuanya.8
Departemen Sosial Republik Indonesia menyusun tiga kategori anak
jalanan. Kategori tersebut didasarkan pada bentuk-bentuk strategi pengentasan
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dalam kluster anak jalanan.
Terdapat tiga kategori anak jalanan;8
- Anak jalanan yang hidup di jalanan (children of the street)
- Anak jalanan yang bekerja dijalanan (children on the street)
- Anak jalanan menjadi anak jalanan.
Pertama anak jalanan yang hidup di jalanan (children of the street), yaitu
anak jalanan dengan kriteria intensitas hubungan yang sangat rendah bahkan putus
hubungan dengan orang tua. Dari segi waktu, delapan sampai 16 jam dalam sehari
mereka menghabiskan waktunya dijalanan untuk bekerja mencari nafkah dengan
mengamen, mengemis, maupun menggelandang dari satu tempat ke tempat
lainnya. Mereka putus hubungan dengan sekolah (drop-out).8
Kedua, anak jalanan yang bekerja di jalanan (children on the street) yang
termasuk dalam kelompok ini memiliki karakteristik; intensitas hubungan dengan
orang tua tidak teratur , waktu yang dihabiskan di jalanan dalam satu hari
mencapai enak sampai delapan jam tiap hari, hidup di daerah kumuh (slum),
dengan cara mengontrak bersama dengan anak jalanan lainnya, putus hubungan
dengan sekolah (drop-out), dan mencari nafkah untuk mendapatkan uang dengan
menjual Koran, makanan dan minuman (pengasong), mencuci kendaraan,
memungut barang bekas (pemulung) dan menyemir sepatu.8
Ketiga adalah anak rentan menjadi anak jalanan. Klasifikasi ini mengacu
pada anak yang memiliki kriteria; intensitas pertemuan dengan orang tuanya
teratur karena mereka masih tinggal dengan keluarganya (orang tua), empat
sampai enam jam waktunya digunakan untuk bekerja di jalan, rata-rata masih
bersekolah, dan melakukan berbagai aktivitas untuk mendapatkan uang dengan
mengamen, menjual koran, dan menyemir sepatu.8

13
2.5 KARIES GIGI

2.5.1 Pengertian Karies


Karies gigi adalah kerusakan secara lokal pada jaringan keras gigi yang dapat
diidentifikasi sebagai hilangnya ion mineral secara kronis pada enamel di mahkota
atau permukaan akar gigi yang sebagian besar distimulasi oleh keberadaan
sejumlah bakteri. 15 Definisi lain menjelaskan bahwa Karies gigi adalah penyakit
infeksi dan merupakan proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras
permukaan mahkota dan akar gigi yang sesungguhnya dapat dicegah. Prevalensi
karies masih cukup tinggi di seluruh belahan dunia, sehingga karies merupakan
suatu penyakit infeksi gigi yang menjadi prioritas masalah kesehatan gigi dan
mulut.21
Karies gigi merupakan suatu penyakit mengenai jaringan keras gigi, yaitu
enamel, dentin dan sementum, berupa daerah yang membusuk pada gigi, terjadi
akibat proses secara bertahap melarutkan mineral permukaan gigi dan terus
berkembang kebagian dalam gigi. Proses ini terjadi karena aktivitas jasad renik
dalam karbohidrat yang dapat diragikan. Proses ini ditandai dengan dimineralisasi
jaringan keras dan diikuti kerusakan zat organiknya, sehingga dapat terjadi invasi
bakteri lebih jauh ke bagian dalam gigi, yaitu lapisan dentin serta dapat mencapai
pulpa.22

2.5.2 Etiologi Karies


Karies gigi merupakan penyakit multifaktoral. Penyebab utama terjadinya
karies gigi adalah adanya mikrooganisme berupa bakteri yang dapat mengubah
karbohidrat untuk memproduksi asam. Faktor lain seperti faktor nutrisi, aliran
saliva, kebersihan rongga mulut yang buruk, dan status sosial yang rendah juga
dapat menyebabkan terjadinya karies gigi. Karies gigi merupakan suatu penyakit
jaringan keras gigi yang sering dijumpai pada masyarakat. Penyakit ini tidak
hanya menjadi penyebab timbulnya kerusakan pada gigi, tetapi juga
mempengaruhi kondisi rongga mulut serta tubuh.15
Faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat, baik
sebagai pemberi pelayanan (provider) maupun pengguna (costumer), menurut

14
konsep Blum tahun 1974 yang dipengaruhi oleh 4 faktor utama yakni:
Lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan (Hereditas). Perilaku
merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi
kesehatan individu, kelompok dan masyarakat. Perilaku memegang peranan
penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut. Oleh karena
pentingnya perilaku dalam mempengaruhi status kesehatan gigi, maka perilaku
dapat mempengaruhi baik buruknya kebersihan gigi dan mulut termasuk
mempengaruhi skor karies dan penyakit periodontal.22

2.5.3 Indikator Penilaian Karies Gigi


Untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut dalam hal ini karies gigi
digunakan nilai DMF-T (Decay Missing Filled Teeth). Angka D(decay) adalah
jumlah gigi berlubang karena karies gigi, angka M (missing) adalah gigi yang
dicabut karena karies gigi, angka F (filled) adalah gigi yang ditambal atau
ditumpat karena karies dan dalam keadaan baik pada seseorang atau sekelompok
orang 2,3. Menurut WHO, indikator utama pengukuran DMF-T adalah anak usia
12 tahun yaitu ≤ 3, yang artinya pada usia 12 tahun jumlah gigi yang berlubang
(D), dicabut karena karies gigi (M), dan gigi dengan tumpatan yang baik (F) ,
adalah 3( tiga) gigi per anak.16
Klasifikasi tingkat keparahan karies gigi menurut WHO, dikatagorikan
menjadi lima katagori yaitu tingkat keparahan sangat rendah dengan nilai DMF-T
sebesar 0,0-1,0. Kemudian tingkat keparahan rendah dengan nilai DMF-T sebesar
1,2-2,6. Tingkat keparahan sedang dengan nilai DMF-T sebesar 2,7-4,4. Dan
tingkat keparahan tinggi dengan nilai DMF-T sebesar 4,5- 6,5, serta tingkat
keparahan sangat tinggi dengan nilai DMF-T sebesar > 6,6.16

15
BAB III

KERANGKA TEORI DAN KONSEP

3.1 Kerangka Teori

Masa kanak-kanak usia


ANAK 6-11 tahun

Mempengaruhi
PENGETAHUAN perilakunya, semakin
 Lingkungan KESEHATAN GIGI DAN baik pengetahuan
 Pendidikan MULUT seseorang maka
perilakunya pun semakin
baik.

 Kebiasaan
 Menyikat gigi TINDAKAN  Motivasi
KESEHATAN GIGI DAN 
 Kumur-kumur Budaya
MULUT  Pengetahuan
dengan larutan
Orang Tua
fluor

ANAK BUKAN ANAK


JALANAN JALANAN

Anak-anak yang Anak-anak yang tidak


menghabiskan waktunya menghabiskan
waktunya dijalanan.
dijalanan baik itu untuk
bermain ataupun
mencari nafkah.

Keterangan :

: Variabel yang diteliti


: Variabel yang tidak diteliti

16
3.2 Kerangka Konsep

ANAK

PENGETAHUAN
 Lingkungan
KESEHATAN GIGI DAN
 Pendidikan
MULUT

TINDAKAN
KESEHATAN GIGI DAN  Kebiasaan
MULUT  Motivasi

ANAK BUKAN ANAK


JALANAN JALANAN

Keterangan:
: Ruang lingkup penelitian

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

17
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik, yakni penelitian yang
menganalisis hubungan antar variabel tanpa adanya menipulas/perlakuan oleh
peneliti.
4.2 RANCANGAN PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional.
4.3 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
4.3.1 Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Kota Makassar
4.3.2 Waktu
Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2019
4.4 VARIABEL PENELITIAN
4.4.1 Variabel Independen
Dalam penelitian ini pengetahuan dan tindakan kesehatan gigi dan mulut dianggap
sebagai variabel independen.
4.4.2 Variabel Dependen
Dalam penelitian ini yang dianggap sebagai variabel dependen adalah perbedaan
anak jalanan dan bukan anak jalanan.
4.5 DEFINISI OPERASIONAL
4.5.1 Pengetahuan dan Tindakan Kesehatan Gigi dan Mulut
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari
oleh seseorang. Sedangkan tindakan adalah sebuah homonim karena arti-artinya
memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Secara umum,
kebersihan gigi dan mulut penting bagi kesehatan dan kesejahteraan tubuh karena
dapat mempengaruhi fungsi bicara, pengunyahan, dan rasa percaya diri. Hal
inilah, yang membuat kebanyakan masyarakat tidak menyadari awal mula
timbulnya penyakit gigi dan mulut yang bersumber dari kesehatan rongga mulut
secara menyeluruh dan menyebabkan timbulnya masalah gigi dan mulut pada

18
masyarakat salah satu faktornya akibat mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. 4
Kesehatan gigi dan mulut sangat erat hubungannya dengan perilaku. Perilaku
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang baik akan sangat berperan dalam
menentukan derajat kesehatan dari masing-masing individu. Oleh karena itu
perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang kurang baik harus diubah..11
4.5.2 Anak Jalanan
Anak jalanan didefinisikan sebagai anak-anak yang menghabiskan
waktunya dijalanan baik itu untuk bermain ataupu mencari nafkah. Karakteristik
individual dan karakteristik dinamis atau sosial. Hasil kajian tentang karakteristik
individual disebutkan bahwa: (1) Sebagian besar anak jalanan berusia 7-12, dan
ditemukan sebuah kecendrungan bahwa di atas usia tersebut jumlahnya semakin
berkurang berdasarkan interval survey yang telah dilakukan, yakni 1999 dan
2001. Kemudian, (2) Sebagian besar anak jalanan tidak bersekolah, atau tidak
memiliki hubungan dengan lembaga pendidikan.8
Departemen Sosial Republik Indonesia menyusun tiga kategori anak
jalanan. Kategori tersebut didasarkan pada bentuk-bentuk strategi pengentasan
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dalam kluster anak jalanan.
Terdapat tiga kategori anak jalanan:8
- Anak jalanan yang hidup di jalanan (children of the street)
- Anak jalanan yang bekerja dijalanan (children on the street)
- Anak jalanan menjadi anak jalanan.

4.6 POPULASI DAN SAMPEL


4.6.1 Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan subjek yang diteliti. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua anak jalanan maupun bukan anak jalanan di Kota
Makassar berumur 6-11 tahun.

4.6.2 Sampel
Sampel adalah unit yang mewakili populasi. Dalam penelitian ini, jumlah
sampel yang diteliti adalah seluruh anak yang memenuhi kriteria sampel dan hadir
selama penelitian ini dilakukan.

19
Rumus penentuan besar sampel:17

{𝑍1−𝛼 √2P(1 − P) + 𝑍1−𝛽 √P1(1 − P1 ) + P2 (1 − P2 )}2


2
𝑛=
(P1 − P2 )2
𝐏𝟏 + 𝐏𝟐
𝐏=
𝟐

n = besar sampel
Z1-α/2 = nilai distribusi normal baku pada α tertentu
P1 = proporsi di populasi 1
P2 = proporsi di populasi 2
Z1-β = nilai distribusi normal baku pada β tertentu
Penentuan besar sampel berdasarkan rumus diatas sesuai masalah pada penelitian:

{1.96√2(0.6)(0.39) + 1.28√(0.72)(0.28) + 0.5(0.5)}2


𝑛=
(0.72 − 0.5)2

{1.35044+0.86}2
𝑛= =100
0.0484

Dimana didapatkan sampel yang diambil masing-masing 100 pada anak


jalanan dan 100 pada bukan anak jalanan. Prosedur pengambilan sampel pada
anak jalanan yaitu dengan teknik accidental sampling dan teknik proposional
stratified random sampling untuk pada bukan anak jalanan. Adapun kriteria
sampel adalah sebagai berikut:

Kriteria inklusi.
a) Anak jalanan maupun bukan anak jalanan yang berumur 6-11 tahun.
b) Guru dan orang tua bersedia anak muridnya menjadi subjek penelitian.
c) Anak jalanan

20
Kriteria eksklusi.
Jika pada saat penelitian berlangsung tiba-tiba anak ataupun orang tua/guru
menolak menjadi subjek.

4.7 PENGUMPULAN DATA


4.7.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Data primer
diperoleh melalui teknik pengumpulan data dengan kueisioner.

4.8 INSTRUMEN/ALAT UKUR


Tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan kesehatan gigi dan mulut diukur
menggunakan kuesioner terancang (terlampir). Kuisioner ini berisi 10 pertanyaan
yang berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
Masing-masing pertanyaan pada penelitian ini memiliki nilai yang akan mengukur
tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan anak.
Pengetahuan
Tingkat pengetahuan diukur oleh 5 pertanyaan yang berhubungan mengenai
pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Setiap pertanyaan diberi
skor 1 jika jawaban benar, skor 0 bila jawaban salah. Kemudian masing-masing
skor dijumlahkan dan ditentukan oleh kriteria pengukuran pengetahuan.
1. Rendah bila total skor 0-1
2. Sedang bila total skor 2-3
3. Tinggi bila total skor 4-5
Tindakan
Penilaian tindakan diukur dengan memberikan 5 pertanyaan yang
berhubungan mengenai tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Setiap
pertanyaan diberi skor 1 jika jawaban benar, skor 0 bila jawaban salah. Kemudian
masing-masing skor dijumlahkan dan ditentukan oleh kriteria pengukuran
tindakan.
1. Rendah bila total skor 0-1
2. Sedang bila total skor 2-3
3. Tinggi bila total skor 4-5

21
Indeks Karies Gigi
Untuk menilai status karies gigi digunakan nilai DMF-T (Decay Missing Filling
Teeth). Nilai DMF-T adalah angka yang menunjukkan jumlah gigi dengan karies
pada seseorang atau sekelompok orang.15
Angka D = Decay : Gigi yang berlubang karena karies gigi.
Angka M = Missing : Gigi yang dicabut karena karies gigi.
Angka F = Filling : Gigi yang ditambal atau ditumpat karena karies dan dalam
keadaan baik.
Rumus DMF-T Rata-rata

Jumlah D+M+F
DMF-T =
Jumlah orang yang diperiksa

Klasifikasi tingkat keparahan karies gigi, yaitu:16


1. Tingkat keparahan sangat rendah : 0,0 – 1,0.
2. Tingkat keparahan rendah : 1,2 – 2,6.
3. Tingkat keparahan sedang : 2,7 – 4,4.
4. Dan tingkat keparahan tinggi : 4,5 – 6,5.
5. Serta tingkat keparahan sangat tinggi : > 6,6.

4.9 PROSEDUR PENELITIAN


a. Anak yang ada di Makassar, data berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi.
Anak yang memenuhi kriteria inklusi kemudian dijadikan sebagai sampel
penelitian.
b. Melakukan kunjungan terkait penelitian
c. Meminta sampel untuk mengisi kueisioner terkait penelitian
d. Melakukan pemeriksaan intraoral pada sampel terkait penelitian
e. Melakukan analisis data

22
4.10 ALUR PENELITIAN

SURVEY LOKASI

PENETAPAN PASIEN ANAK SESUAI KRITERIA


RESPONDEN

SAMPEL ANAK MENGISI KUEISIONER

DILAKUKAN PEMERIKSAAN INTRAORAL

IDENTIFIKASI PERBEDAAN PENGETAHUAN


DAN TINDAKAN KESEHATAN GIGI DAN
m ANALISIS DATA
MULUT SERTA STATUS KARIES GIGI PADA
ANAK JALANAN DAN BUKAN ANAK
JALANAN

23
BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum

Telah dilakukan mengenai perbedaan pengetahuan dan tindakan kesehatan

gigi dan mulut serta status karies gigi, Penelitian ini merupakan penelitian

observasional analitik dengan desain cross sectional. Kota Makassar digunakan

sebagai tempat penelitian dan dilakukan pada bulan Juni 2019. Dari populasi 200

anak berusia 6-11 tahun yang diperiksa, berikut rincian distribusi sampel yang

terdiri dari anak jalanan maupun bukan anak jalanan

Tabel. 5.1.1 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin

Bukan anak
Total Anak jalanan
jalanan
Jenis Kelamin n=200 n=100
n=100
N % n % n %
Laki-laki 102 51 56 28 46 23
Perempuan 98 49 44 22 54 27

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebanyak laki laki


merupakan jenis kelamin paling banyak diantara seluruh sampel yaitu
berjumlah 102 anak. Begitu pula berdasarkan pengelompokkan anak jalanan,
anak laki-laki lebih banyak dari pada anak perempuan, sedangkan pada
pengelompokkan bukan anak jalanan, anak perempuan lebih banyak daripada
anak laki-laki.

24
Tabel. 5.1.2 Distribusi sampel berdasarkan usia

Total Anak jalanan Bukan anak jalanan


Usia n=200 n=100 n=100
N % Mean n % mean n % mean
6 29 14.5 8.67±1.86 27 13.5 8.2±0.18 2 1 9.14±1.28
7 29 14.5 17 8.5 12 6
8 32 16 16 8 16 8
9 30 15 8 4 22 11
10 50 25 14 7 36 18
11 30 15 18 9 12 6
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari rentang usia 6-11 tahun,
pada pengelompokkan anak jalanan rata-rata berusia 8 tahun, sedangkan bukan
anak jalanan rata-rata berusia 9 tahun.
5.2 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah anak jalanan dan bukan anak jalanan

berusia 6-11 tahun yang berjumlah 200 anak. Dari hasil penelitian dapat dilihat

gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan mengenai kesehatan gigi dan mulut

yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel. 5.2.1 Distribusi kriteria pengetahuan kesehatan gigi dan mulut

Total Anak jalanan Bukan anak jalanan


Tingkat n=200 n=100 n=100
pengetahuan
n % Mean N % mean n % mean
Rendah 37 18.5 2.28±0.75 36 18.0 2.16±0.13 1 0.5 4.13±1.02
Sedang 69 34.5 45 22.5 24 12.0
Tinggi 94 47.0 19 9.5 75 37.5
Berdasarkan tingkat pengetahuan sebanyak 75 (37.5%) anak dari
kelompok bukan anak jalanan memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi
sedangkan hanya 19 (9.5%) anak dari kelompok anak jalanan yang memiliki
tingkat pengetahuan yang tinggi. Anak jalanan lebih banyak memiliki tingkat
pengetahuan yang sedang, yakni sebanyak 45 (22.5%) anak.

25
Tabel. 5.2.2 Distribusi kriteria tindakan kesehatan gigi dan mulut

Total Anak jalanan Bukan anak jalanan


Tingkat n=200 n=100 n=100
tindakan
n % Mean N % Mean n % mean
Rendah 34 17.0 2.23±0.72 28 14.0 2.54±0.13 6 3.0 3.47±1.13
Sedang 86 43.0 44 22.0 42 21.0
Tinggi 80 40.0 28 14.0 52 26.0
Berdasarkan tingkat tindakan kesehatan gigi sebanyak 52 (26%) anak dari
kelompok bukan anak jalanan memiliki tingkat tindakan kesehatan gigi yang
tinggi sedangkan hanya 28 (14%) anak dari kelompok anak jalanan yang
memiliki tingkat tindakan yang tinggi. Anak jalanan lebih banyak memiliki
tingkat tindakan yang sedang, yakni sebanyak 44 (22%) anak.

Tabel. 5.2.2 Perbedaan tingkat pengetahuan berdasarkan kelompok responden

anak jalanan dan bukan anak jalanan

Anak jalanan Bukan anak jalanan Comparison


Variabel
n Mean ± SD n Mean ± SD test*
Tingkat pengetahuan 100 2.16±0.13 100 4.13±1.02 0.00
Tingkat tindakan 2.54±0.13 3.47±1.13 0.00
kesehatan gigi 100 100
*Mann Whitney: p<0.05; significant

Dari Tabel 5.2.2 secara deskriptif terlihat bahwa kelompok bukan anak
jalanan memiliki tingkat pengetahuan dan tindakan yang lebih tinggi daripada
kelompok anak jalanan. Berdasarkan uji statistik Mann Whitney didapatkan nilai
signifikansi 0,000 (p<0.05) yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna pada
kelompok anak jalanan dan bukan anak jalanan dari masing masing variable.
5.3 Status Karies

Pemeriksaan status karies pada anak jalanan dan bukan anak jalanan di Kota

Makassar yang dilakukakan dengan index DMF-T didapatkan 200 responden

dengan rentang usia 6-11 tahun sebagai berikut:

26
Tabel. 5.3.1 Hasil pemeriksaan status karies menggunakan index DMF-T

Total Anak jalanan Bukan anak jalanan


Status Karies n=200 n=100 n=100
n % Mean n % mean N % mean
Sangat 44 22.0 3±1.41 9 4.5 5.5±0.33 35 17.5 2.55±1.86
rendah
Rendah 30 15.0 10 5.0 20 10.0
Sedang 46 23.0 21 10.5 25 12.5
Tinggi 42 21.0 24 12.0 18 9.0
Sangat 38 19.0 36 18.0 2 1.0
tinggi

Status karies berdasarkan index DMFT, sebanyak 35 (17.5%) anak dari


kelompok bukan anak jalanan memiliki tingkat kerusakan yang sangat rendah,
sedangkan hanya 9 (4.5%) anak dari kelompok anak jalanan yang memiliki
tingkat kerusakan yang sangat rendah. Anak jalanan lebih banyak memiliki
kerusakan gigi pada tingkat sangat tinggi, yakni sebanyak 36 (18%) anak.

Tabel. 5.3.2 Perbedaan status karies berdasarkan kelompok responden anak

jalanan dan bukan anak jalanan

Anak jalanan Bukan anak jalanan Comparison


Variabel
n Mean ± SD n Mean ± SD test*
Index DMFT 100 5.5±0.33 100 2.55±1.86 0.00
*Mann Whitney: p<0.05; significant

Dari Tabel 5.3.2 secara deskriptif terlihat bahwa kelompok bukan anak jalanan

memiliki status karies yang lebih rendah daripada kelompok anak jalanan.

Berdasarkan uji statistik Mann Whitney didapatkan nilai signifikansi 0,000

(p<0.05) yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna pada kelompok anak

jalanan dan bukan anak jalanan dari status kariesnya.

5.4 Hubungan tingkat pengetahuan dan tindakan dengan status karies

27
Penelitian ini meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang tentang

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dan hubungannya dengan indeks DMF-T

pada anak.

Tabel.5.4.1 Hubungan tingkat pengetahuan dan status karies gigi anak jalanan

dan bukan anak jalanan

Status karies
Sangat Renda Sedan Sangat Total P
Tinggi value*
rendah h g Tinggi
Rendah 2 1 12 7 15 37
Tingkat
Pengetah Sedang 11 15 9 17 17 69
0.000
uan Tinggi 31 14 25 18 6 94
Total 44 30 46 42 38 200
*Chi-square: p<0.05; significant

Berdasarkan tabel 5.4.1 diatas, hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa sebanyak

31 anak memiliki pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut

tinggi dengan status karies kategori sangat sendah. Hasil analisis dengan

menggunakan chi-square menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan status karies menggunakan indeks

DMF-T (p<0.05)

Tabel. 5.4.2. Hubungan tingkat tindakan kesehatan gigi dan status karies gigi

anak jalanan dan bukan anak jalanan

Status karies
Sangat Renda Sedan Sangat Total
Tinggi P value
rendah h g Tinggi
Rendah 2 3 5 9 15 34
Tingkat
0.002
tindakan Sedang 21 12 23 15 15 86

28
kesehatan Tinggi 21 15 18 18 8 80
gigi
Total 44 30 46 42 38 200

Berdasarkan tabel 5.4.2 diatas, hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa sebanyak

23 anak memiliki tingkat tindakan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut

sedang dengan status karies kategori sedang. Hasil analisis dengan menggunakan

chi-square menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan pemeliharaan

kesehatan gigi dan mulut dengan status karies menggunakan indeks DMF-T

(p<0.05)

Tabel. 5.4.3 Hubungan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan status karies gigi

anak jalanan

Status karies
Sangat Renda Sedan Sangat Total
Tinggi P value
rendah h g Tinggi
Rendah 2 1 11 7 15 36
Tingkat
pengetahu Sedang 3 8 7 12 15 45 0.139
an Tinggi 4 1 3 5 6 19

Total 9 10 21 24 36 100

Berdasarkan tabel 5.4.3 diatas, hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa sebanyak

15 anak jalanan memiliki tingkat pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan

gigi dan mulut rendah dengan status karies kategori sangat tinggi. Hasil analisis

dengan menggunakan chi-square menunjukkan tidak ada hubungan antara

pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan status karies

menggunakan indeks DMF-T (p>0.05)

29
Tabel. 5.4.4 Hubungan tingkat tindakan kesehatan gigi dan status karies gigi anak

jalanan

Status karies
Sangat Renda Sangat Total
Sedang Tinggi P value
rendah h Tinggi
Tingkat Rendah 0 1 5 7 15 28
tindakan Sedang 6 5 13 6 14 44 0.013
kesehatan
gigi Tinggi 3 4 3 11 7 28

Total 9 10 21 24 36 100

Berdasarkan tabel 5.4.4 diatas, hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa sebanyak

15 anak jalanan memiliki tingkat tindakan tentang pemeliharaan kesehatan gigi

dan mulut rendah dengan status karies kategori sangat tinggi. Hasil analisis

dengan menggunakan chi-square menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan status karies menggunakan indeks

DMF-T (p<0.05)

Tabel. 5.4.5. Hubungan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan status karies gigi

pada kelompok bukan anak jalanan

Status karies
Sangat Renda Sangat Total
Sedang Tinggi P value
rendah h Tinggi
Rendah 0 0 1 0 0 1
Tingkat
pengetahu Sedang 8 7 2 5 2 24 0.082
an Tinggi 27 13 22 13 0 75

Total 35 20 25 18 2 100

30
Berdasarkan tabel 5.4.5 diatas, hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa sebanyak

27 anak dari kelompok bukan anak jalanan memiliki tingkat pengetahuan tentang

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut tinggi dengan status karies kategori sangat

rendah. Hasil analisis dengan menggunakan chi-square menunjukkan tidak ada

hubungan antara pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan

status karies menggunakan indeks DMF-T (p>0.05)

Tabel. 5.4.6. Hubungan tingkat tindakan kesehatan gigi dan status karies gigi

pada kelompok bukan anak jalanan

Status karies
Sangat Renda Sangat Total
Sedang Tinggi P value
rendah h Tinggi
Tingkat Rendah 2 2 0 2 0 6
tindakan Sedang 15 7 10 9 1 42 0.814
kesehatan
Tinggi 18 11 15 7 1 52
gigi
Total 35 20 25 18 2 100

Berdasarkan tabel 5.4.6. diatas, hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa

sebanyak 18 anak dari kelompok bukan anak jalanan memiliki tingkat

pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut tinggi dengan status

karies kategori sangat rendah. Hasil analisis dengan menggunakan chi-square

menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan pemeliharaan kesehatan

gigi dan mulut dengan status karies menggunakan indeks DMF-T (p>0.05)

31
BAB VI
PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan pada anak jalanan dan bukan anak jalanan usia 6-11
tahun di Kota Makassar pada bulan Juni 2019 sebanyak 200 anak. Diperoleh 100
anak untuk anak jalanan dan 100 anak untuk bukan anak jalanan.
Anak jalanan atau sering disingkat anjal adalah sebuah istilah umum yang
mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun
masih memiliki hubungan dengan keluarganya. Anak jalanan menghabiskan
sebagian atau seluruh waktunya dijalanan dengan melakukan kegiatan-kegiatan
untuk mencari uang atau guna mempertahankan hidupnya atau
keluarganya.23Berbagai kegiatan yang dilakukan anak jalanan di luar rumah
sesungguhnya membawa risiko bagi kondisi fisik dan kesehatan anak jalanan.
Biaya untuk makan saja sulit, apalagi untuk memikirkan alokasi dana berjaga-jaga
ketika sakit di kemudian hari.24 Hal itulah yang menyebabkan anak jalanan
memiliki perilaku yang tidak sehat. Sebagian besar anak jalanan memiliki
perilaku yang resiko rendah untuk personal hygiene. Perilaku sehat anak jalanan
yang memiliki resiko tinggi terdiri atas perilaku personal hygiene yang tidak baik,
perilaku terhadap lingkungan yang tidak baik dan perilaku sehat lainnya seperti
merokok.23 Pernyataan tersebut mendukung hasil penelitian yang dilakukan pada
anak jalanan dan bukan anak jalanan,diperoleh hasil bahwa bukan anak jalanan
memiliki tingkat pengetahuan, tindakan yang lebih tinggi serta status karies yang
lebih rendah dibandingkan anak jalanan.
Budiharto menyatakan bahwa perilaku dipengaruhi oleh ada atau tidaknya
sarana dan prasarana kesehatan sebagai faktor pendukung. Sulitnya akses
pelayanan kesehatan dan tidak adanya pos kesehatan merupakan salah satu faktor
yang memengaruhi pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Lingkungan tempat
tinggal juga memengaruhi perilaku kesehatan gigi dan mulut.25 Pada saat
penelitian terdapat perbedaan perilaku antara anak jalanan dan bukan anak
jalanan, bukan anak jalanan lebih tertib dan teratur serta saat penelitian lebih
kooperatif dibandingkan anak jalanan. Mungkin dapat diakibatkan karena bukan

32
anak jalanan sudah mendapatkan pendidikan yang baik mengenai kesehatan gigi
dan mulut sehingga dapat lebih kooperatif jika diadakan pelayanan kesehatan.
Seperti disebutkan bahwa desakan ekonomi membuat anak jalanan mengurungkan
niatnya untuk bersekolah. Hal ini menyebabkan mereka tidak pernah berubah ke
arah yang lebih baik, karena mereka sama sekali tidak tersentuh oleh pendidikan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa hampir semua anak jalanan mengalami putus
sekolah bahkan tidak pernah mengenyam pendidikan. Jangankan untuk sekolah,
untuk makan sehari tiga kali saja sudah sulit.24
Pendidikan erat kaitannya dengan pengetahuan seseorang, semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya.
Lingkungan tempat tinggal juga memengaruhi perilaku kesehatan gigi dan mulut.
Berarti pengaruh dari orang sekitar tempat tinggal yaitu orang tua dan guru
memiliki peran penting, karena pendidikan yang diberikan oleh orang tua ataupun
guru akan berdampak pada perilaku seorang anak.25 Anak-anak sekolah dasar
yang telah memiliki gigi permanen belum terbiasa menyikat gigi dengan baik dan
benar namun mereka telah memiliki pemahaman yang baik akan pentingnya
menjaga kebersihan gigi dan mulut.1 Pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk
siswa SD dan MI sudah terjangkau oleh tenaga dan fasilitas kesehatan gigi yang
terbatas kegiatannya, sehingga kegiatan yang dapat dilaksanakan sangat terbatas
seperti pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi yang dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan untuk semua siswa kelas I – VI dilaksanakan minimal satu kali dalam 3
bulan. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit oleh guru dan
penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I pada awal tahun ajaran diikuti
dengan pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal dengan persetujuan
tertulis (informed consent) dari orang tua dan tindakan dilakukan oleh tenaga
kesehatan gigi. Untuk menunjang upaya kesehatan agar mencapai derajat
kesehatan optimal (hidup sehat), upaya di bidang kesehatan gigi dan mulut juga
perlu mendapatkan perhatian terutama anak sekolah dasar melalui wadah UKGS
di setiap sekolah dasar. UKGS merupakan salah satu upaya penerapan kesehatan
gigi pada anak sekolah dasar dan madrasah Ibtidaiyah dengan memperhatikan tiga
pokok program UKGS yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan

33
pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat, sehingga dapat dicapai derajat
kesehatan gigi dan mulut yang optimal bagi anak sekolah.26
Dari hasil penelitian, diperoleh gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan
tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang diperoleh dari data kuisioner
yang diberikan kepada anak jalanan dan bukan anak jalanan di Kota Makassar.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan sebanyak 75 (37.5%) anak dari
kelompok bukan anak jalanan memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi
sedangkan hanya 19 (9.5%) anak dari kelompok anak jalanan yang memiliki
tingkat pengetahuan yang tinggi. Anak jalanan lebih banyak memiliki tingkat
pengetahuan yang sedang, yakni sebanyak 45 (22.5%) anak. Berdasarkan tingkat
tindakan kesehatan gigi sebanyak 52 (26%) anak dari kelompok bukan anak
jalanan memiliki tingkat tindakan kesehatan gigi yang tinggi sedangkan hanya 28
(14%) anak dari kelompok anak jalanan yang memiliki tingkat pengetahuan yang
tinggi. Anak jalanan lebih banyak memiliki tingkat pengetahuan yang sedang,
yakni sebanyak 44 (22%) anak. Secara deskriptif terlihat bahwa kelompok bukan
anak jalanan memiliki tingkat pengetahuan dan tindakan yang lebih tinggi
daripada kelompok anak jalanan. Berdasarkan uji statistik Mann Whitney
didapatkan nilai signifikansi 0,000 (p<0.05) yang berarti terdapat perbedaan yang
bermakna pada kelompok anak jalanan dan bukan anak jalanan dari masing
masing variable.
Hasil penelitian gambaran kesehatan gigi anak jalanan maupun bukan anak
jalanan di Kota Makassar diperoleh dengan cara pemeriksaan gigi menggunakan
indeks karies (DMF-T). Status karies berdasarkan index DMFT, sebanyak 35
(17.5%) anak dari kelompok bukan anak jalanan memiliki tingkat kerusakan yang
sangat rendah, sedangkan hanya 9 (4.5%) anak dari kelompok anak jalanan yang
memiliki tingkat kerusakan yang sangat rendah. Anak jalanan lebih banyak
memiliki kerusakan gigi pada tingkat sangat tinggi, yakni sebanyak 36 (18%)
anak. Secara deskriptif terlihat bahwa kelompok bukan anak jalanan memiliki
status karies yang lebih rendah daripada kelompok anak jalanan. Berdasarkan uji
statistik Mann Whitney didapatkan nilai signifikansi 0,000 (p<0.05) yang berarti

34
terdapat perbedaan yang bermakna pada kelompok anak jalanan dan bukan anak
jalanan dari status kariesnya.
Pengetahuan tentang kesehatan gigi sangat menentukan status kesehatan gigi
dan mulut seseorang kelak, namun pengetahuan saja tidak cukup perlu diikuti
dengan sikap dan tindakan yang tepat. Sama halnya dengan penelitian yang
dilakukan Jacky, dkk menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang kuat antara
tingkat pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dengan tingkat keparahan
karies. Terdapat faktor luar sebagai faktor predisposisi dan penghambat yang
berhubungan tidak langsung dengan terjadinya karies gigi antara lain usia, jenis
kelamin, letak geografis, tingkat ekonomi, sikap, dan prilaku terhadap
pemeliharaan kesehatan gigi. Menurut Notoatmodjo yang dikutip Samuel dkk,
pengetahuan akan menentukan perilakunya dalam hal kesehatan. Seseorang yang
mempunyai pengetahuan yang baik, maka akan tahu tindakan yang tepat apabila
terserang suatu penyakit.20 Pernyataan tersebut mendukung hasil penelitian yang
dilakukan pada anak jalanan dan bukan anak jalanan,diperoleh hasil adanya
hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap, dan tindakan pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut terhadap status kesehatan gigi, semakin tinggi nilai
pengetahuan, sikap, dan tindakan maka semakin rendah nilai DMF-T.

35
BAB VII

PENUTUP

7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian yang telah
dilakukan pada anak jalanan dan bukan anak jalanan di Kota Makassar, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:
1. Terlihat bahwa kelompok bukan anak jalanan memiliki tingkat
pengetahuan yang lebih tinggi daripada kelompok anak jalanan.
2. Terlihat bahwa kelompok bukan anak jalanan memiliki tingkat tindakan
yang lebih tinggi daripada kelompok anak jalanan.
3. Terlihat bahwa kelompok bukan anak jalanan memiliki tingkat status nilai
karies yang lebih rendah daripada kelompok anak jalanan.
4. Berdasarkan uji statistik Mann Whitney didapatkan nilai signifikansi 0,000
(p<0.05) yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna pada kelompok
anak jalanan dan bukan anak jalanan dari masing masing variable.
5. Semakin tinggi nilai pengetahuan, sikap dan tindakan, maka nilai DMF-T
akan semakin rendah

7.2. Saran
1. Instansi Terkait
Puskesmas, dokter gigi dan pihak dinas sosial atau pemerintahan perlu
meningkatkan kerjasama dalam program kesehatan gigi dan mulut, dengan
peningkatan pengetahuan dan tindakan pada anak jalanan agar angka
DMF-T menjadi baik dan juga perlunya penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan salah satunya kesehatan gigi dan mulut untuk anak jalanan demi
menunjang kesehatan gigi dan mulut yang baik untuk anak-anak di
Indonesia.

36
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
- Adanya penelitian dengan variabel bebas lain yang dapat berpengaruh
terhadap status kesehatan anak jalanan dan bukan anak jalanan yang
lainnya dengan sampel yang lebih besar.
- Dapat dilakukan penelitian antara tingkat pengetahuan dan tindakan
kesehatan gigi dan mulut anak jalanan yang masih dibawah asuhan
orang tua denga anak yang sudah tidak tinggal dengan orang tua atau
tidak memiliki orang tua.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Carla Dianmartha, Kusumadewi S, Kurniawati Desak PY. Pengetahuan


terhadap perilaku perawatan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia 9-12
tahun di SDN 27 Pemecut Denpasar. ODONTO Dental Journal.
2018;5(2):110.
2. Culia Rahayu, Widiati S, Widyanti N. Hubungan antara Pengetahuan,
Sikap, dan Perilaku terhadap Pemeliharaan Kebersihan Gigi dan Mulut
dengan Status Kesehatan Periodontal Pra Lansia di Posbindu Kecamatan
Indihiang Kota Tasikmalaya. Maj Ked Gi. 2014;21(1):28,31.
3. R Agusta Maria. Hubungan pengetahuan kesehatan gigi dengan kondisi
oral hygiene anak tunarungu usia sekolah (Studi pada Anak Tunarungu
Usia 7-12 tahun di SLB Kota Semarang). Medali Jurnal. 2015; 2(1):65.
4. Gayatri Rara W. Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku
pemeliharaan kesehatan gigi anak SDN Kauman Malang. Jurnal of Health
Education. 2017;2(2):202.
5. Susi Shorayasari, Effendi Dian P, Puspita S. Perbedaan pengetahuan
setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang menggosok gigi dengan
video modeling. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2017;81(1):44.
6. Jusfaega, Nurdiyanah, Syarfaini. Perilaku personal hygiene terhadap anak
jalanan di Kota Makassar tahun 2016. HIGIENE. 2016;2(3):148-9.
7. Nadie Fatimatuzzahro, Prasetya Rendra C, Amilia W. Gambaran perilaku
kesehatan gigi anak sekolah dasar di desa Bangsalsari kabupaten Jember.
Jurnal IKESMA. 2016;12(2):85.
8. Bajari Atwar. Anak jalanan. Jakarta:Humaniora;2012.12,18,19 p.
9. Lintang Jacky Ch, Palandeng H, Leman MA. Hubungan tingkat
pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan tingkat keparahan karies
gigi siswa SDN Tumaluntung Minahasa Utara. Jurnal e-GiGi.
2015;3(2):568.
10. Kinseng Rilus A. Struktugensi: sebuah teori tindakan.Jurnal Sosiologi
Pedesaan.2017;5(2):128

38
11. Sutjipto Chrisdwianto,Wowor Vonny NS, Kaunang Wulan PJ. Gambaran
tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak usia 10-12 tahun di
SD Kristen Eben Haezar 02 Manado. Jurnal e-Biomedik. 2013;1(1):698.
12. Karimah Dienna,Nurwati Nunung, Basar Gigin GK. Pengaruh pemenuhan
kesehatan anak terhadap perkembangan anak. Prosiding. 2014;2(1):120.
13. Gustabella Monica Irvania, Wardani R, Suwargiani Anne Agustina.
Pengetahuan dan tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada
ibu yang memiliki anak usia bawah tiga tahun. J Ked Gi Unpad.
2017;29(1):31.
14. Cambu Dominikus W, Gunawan Paulina N, Wicaksono DA. Gambaran
tindakan perawatan gigi anak di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas
Sam Ratulangi pada tahun 2011. Jurnal e-GiGi. 2016;4(1):33-4.
15. Dewi Reka Oktiana, Herwanda, Novita CF. Gambaran status karies gigi
(indeks DMF-T) pada pasien Thalasemia Beta Mayor di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Journal Caninus
Dentistry. 2017;2(2):71-3.
16. Notohartojo Indirawati T, Ghani Lannywati. Pemeriksaan karies gigi pada
beberapa kelompok usia oleh petugas dengan latar belakang berbeda di
Provinsi Kalimantan Barat. Buletin Penelitian Kesehatan. 2015;43(4):258-
9
17. Syahdrajat Tantur. Panduan Penelitian. Jakarta:Ricky Offset;2019. 35 p.
18. Suzanna. Pengalaman perubahan konsep diri pada anak jalanan di panti
sosial rehabilitasi gelandangan, pengemis, dan terlantar di Sumatera
Selatan tahun 2016. Jurnal Keperawatan Sriwijaya. 2018;5(1):41.
19. Lintang J, Palendeng H, Leman M. Hubungan tingkat pengetahuan
pemeliharaan kesehatan gigi dan tingkat keparahan karies gigi siswa SDN
Tumaluntung Minahasa Utara. Jurnal e-GiGi (eG). 2015; 3(2): 567-672.
20. Tambuwun S, Harapan I, Amuntu S. Hubungan pengetahuan cara
memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan karies gigi pada siswa kelas
I SMP Muhammadiyah Pone kecamatan Limboto Barat kabupaten
Gorontalo. Juiperdo; September 2014: 3(2).

39
21. Handayani Hendrastuti, Arifah Ainun N. Hubungan pengetahuan,sikap
dantindakan kesehatan gigi dan mulut terhadap status kesehatan gigi siswa
SMP/MTs Pondok Pesantren Putri Ummul Mukminin. Makassar Dent J.
2016; 5(2):44.
22. Widayati Nur. Faktor yang berhubungan dengan karies gigi pada anak usia
4–6 tahun. Jurnal Berkal Epidemiologi. 2014;2(2):198.
23. Sari N, Mayasari E. Analisis cluster perilaku sehat anak jalanan kota kediri
Jawa Timur. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 2015;4(1):52,56-7.
24. Astri Herlina. Kehidupan anak jalanan di indonesia: faktor penyebab,
tatanan hidup dan kerentanan berperilaku menyimpang. Aspirasi. 2014;
5(2):149,150.
25. Fitri AB, Zubaedah C, Wardani R. Hubungan pengetahuan dengan sikap
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut siswa Pondok Pesantren Salafiyah
Al-Majidiyah. J Ked Gi Unpad. 2017;29(2):149.
26. Abdullah N. Hubungan status kesehatan gigi dan mulut anak sekolah
dengan pelaksanaan ukgs (usaha kesehatan gigi sekolah) di sekolah dasar
dan sederajat se kota Makassar. Media Kesehatan Gigi. 2018;17(1):32,36-
7.

40
KUESIONER

PENGETAHUAN DAN TINDAKAN PEMELIHARAAN KESEHATAN


GIGI DAN MULUT

A. Nama:
Umur:

B. Jenis Kelamin: 1. Laki laki


2. Perempuan

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memilih salah satu jawaban yang
dianggap paling benar dengan cara menyilangkannya (x).

Pengetahuan

1. Permukaan gigi yang harus disikat:


A. Bagian sebelah depan saja
B. Bagian sebelah dalam saja
C. Bagian depan dan dalam
D. Seluruh permukaan gigi

2. Kebiasaan yang baik:


A. Satu sikat dipakai bersama
B. Jajan diantara jam makan
C. Sering minum minuman manis
D. Sikat gigi secara teratur

3. Waktu yang tepat untuk menyikat gigi:


A. Setiap mandi pagi hari
B. Setiap mandi sore hari
C. Pagi sesudah sarapan dan malam sebelum tidur
D. Setiap mandi

4. Jenis makanan yang tidak mudah merusak gigi:


A. Makanan yang manis
B. Makanan yang berserat
C. Makanan yang berzat tepung
D. Makanan bersifat lengket

41
5. Yang tidak termasuk gejala gigi berluabang:
A. Sakit
B. Ngilu
C. Bengkak
D. Menular

Tindakan

1. Tadi pagi permukaan gigi mana yang adik sikat?


A. Bagian luar
B. Bagian luar dan dalam
C. Tidak sikat gigi

2. Apakah tadi malam sebelum tidur adik menyikat gigi?


A. Ya
B. Tidak
C. Lupa

3. Apakah tadi sesudah sarapan adik dmenyikat gigi?


A. Ya
B. Tidak
C. Lupa

4. Apakah adik menggunakan satu sikat gigi secara bersama-sama?


A. Ya
B. Tidak
C. Tidak tahu

5. Apakah kemarin adik jajan diantaranya jam makan?


A. Ya
B. Tidak
C. Lupa

42
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
pengetahuan_abj_aj 200 1.00 3.00 2.2850 .75938
tindakan_abj_aj 200 1.00 3.00 2.2300 .72090
dmft_abj_aj 200 1.00 5.00 3.0000 1.41776
Valid N (listwise) 200

Anak Jalanan
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 6.00 27 27.0 27.0 27.0
7.00 17 17.0 17.0 44.0
8.00 16 16.0 16.0 60.0
9.00 8 8.0 8.0 68.0
10.00 14 14.0 14.0 82.0
11.00 17 17.0 17.0 99.0
12.00 1 1.0 1.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

jenis_kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1.00 56 56.0 56.0 56.0
2.00 44 44.0 44.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

43
Descriptives
pengetahuan Mean 2.1600 .13906
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.8841
Mean Upper Bound 2.4359
5% Trimmed Mean 2.1333
Median 2.0000
Variance 1.934
Std. Deviation 1.39059
Minimum .00
Maximum 5.00
Range 5.00
Interquartile Range 2.00
Skewness .122 .241
Kurtosis -.888 .478
tindakan Mean 2.5400 .13811
95% Confidence Interval for Lower Bound 2.2660
Mean Upper Bound 2.8140
5% Trimmed Mean 2.5556
Median 3.0000
Variance 1.907
Std. Deviation 1.38111
Minimum .00
Maximum 5.00
Range 5.00
Interquartile Range 3.00
Skewness -.320 .241
Kurtosis -.912 .478
dmft Mean 5.5800 .33399
95% Confidence Interval for Lower Bound 4.9173
Mean Upper Bound 6.2427
5% Trimmed Mean 5.4111
Median 5.5000

44
Variance 11.155
Std. Deviation 3.33993
Minimum .00
Maximum 17.00
Range 17.00
Interquartile Range 5.00
Skewness .687 .241
Kurtosis .512 .478

Statistics
pengetahuan tindakan_abj
pengetahuan tindakan dmft _abj_aj _aj dmft_abj_aj
N Valid 100 100 100 200 200 200
Missing 100 100 100 0 0 0
Mean 1.8300 2.0000 3.6800 2.2850 2.2300 3.0000
Std. Deviation .72551 .75210 1.30175 .75938 .72090 1.41776

Frequency Table

pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1.00 36 18.0 36.0 36.0
2.00 45 22.5 45.0 81.0
3.00 19 9.5 19.0 100.0
Total 100 50.0 100.0
Missing System 100 50.0
Total 200 100.0

45
tindakan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1.00 28 14.0 28.0 28.0
2.00 44 22.0 44.0 72.0
3.00 28 14.0 28.0 100.0
Total 100 50.0 100.0
Missing System 100 50.0
Total 200 100.0

dmft
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1.00 9 4.5 9.0 9.0
2.00 10 5.0 10.0 19.0
3.00 21 10.5 21.0 40.0
4.00 24 12.0 24.0 64.0
5.00 36 18.0 36.0 100.0
Total 100 50.0 100.0
Missing System 100 50.0
Total 200 100.0

Crosstabs

Notes
Output Created 27-JUL-2019 19:11:19
Comments
Input Data D:\Be the best Statistician\2016
nur khadijah\spss.sav

46
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 100
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each table are
based on all the cases with valid
data in the specified range(s) for
all variables in each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=usia jenis_kelamin
BY pengetahuan tindakan dmft
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00.03
Elapsed Time 00:00:00.07
Dimensions Requested 2
Cells Available 349496

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
usia * pengetahuan 100 100.0% 0 0.0% 100 100.0%

usia * tindakan 100 100.0% 0 0.0% 100 100.0%

usia * dmft 100 100.0% 0 0.0% 100 100.0%

jenis_kelamin * 100 100.0% 0 0.0% 100 100.0%


pengetahuan
jenis_kelamin * tindakan 100 100.0% 0 0.0% 100 100.0%
jenis_kelamin * dmft 100 100.0% 0 0.0% 100 100.0%

47
usia * pengetahuan

Crosstab
Count
pengetahuan
1.00 2.00 3.00 Total
usia 6.00 16 8 3 27
7.00 5 7 5 17
8.00 4 9 3 16
9.00 4 4 0 8
10.00 3 8 3 14
11.00 4 9 4 17
12.00 0 0 1 1
Total 36 45 19 100

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 17.325a 12 .138
Likelihood Ratio 17.626 12 .128
Linear-by-Linear Association 4.639 1 .031
N of Valid Cases 100
a. 10 cells (47.6%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .19.

usia * tindakan

Crosstab
Count
tindakan Total

48
1.00 2.00 3.00
usia 6.00 12 7 8 27
7.00 5 8 4 17
8.00 3 9 4 16
9.00 2 5 1 8
10.00 3 6 5 14
11.00 3 8 6 17
12.00 0 1 0 1
Total 28 44 28 100

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 10.028a 12 .613
Likelihood Ratio 10.555 12 .567
Linear-by-Linear Association 2.202 1 .138
N of Valid Cases 100
14 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
.28.

usia * dmft

Crosstab
Count
dmft
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 Total
Usia 6.00 3 0 6 5 13 27
7.00 1 1 3 4 8 17
8.00 1 1 2 7 5 16
9.00 0 1 3 2 2 8
10.00 1 3 3 3 4 14
11.00 2 4 4 3 4 17
12.00 1 0 0 0 0 1

49
Total 9 10 21 24 36 100

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 27.706a 24 .273
Likelihood Ratio 24.057 24 .458
Linear-by-Linear Association 6.533 1 .011
N of Valid Cases 100
a. 28 cells (80.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .09.

jenis_kelamin * pengetahuan

Crosstab
Count
pengetahuan
1.00 2.00 3.00 Total
jenis_kelamin 1.00 20 25 11 56
2.00 16 20 8 44
Total 36 45 19 100

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square .034a 2 .983
Likelihood Ratio .034 2 .983
Linear-by-Linear Association .021 1 .885
N of Valid Cases 100
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 8.36.

50
jenis_kelamin * tindakan

Crosstab
Count
tindakan
1.00 2.00 3.00 Total
jenis_kelamin 1.00 20 25 11 56
2.00 8 19 17 44
Total 28 44 28 100

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 5.892a 2 .053
Likelihood Ratio 5.986 2 .050
Linear-by-Linear Association 5.812 1 .016
N of Valid Cases 100
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 12.32.

jenis_kelamin * dmft

Crosstab
Count
dmft
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 Total
jenis_kelamin 1.00 7 4 12 10 23 56

2.00 2 6 9 14 13 44
Total 9 10 21 24 36 100

51
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 5.693a 4 .223
Likelihood Ratio 5.816 4 .213
Linear-by-Linear Association .000 1 .990
N of Valid Cases 100
a. 2 cells (20.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 3.96.

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pengetahuan * dmft 100 100.0% 0 0.0% 100 100.0%

tindakan * dmft 100 100.0% 0 0.0% 100 100.0%

pengetahuan * dmft

Crosstab
Count
dmft
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 Total
pengetahuan 1.00 2 1 11 7 15 36

2.00 3 8 7 12 15 45
3.00 4 1 3 5 6 19

52
Total 9 10 21 24 36 100

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 12.286a 8 .139
Likelihood Ratio 11.774 8 .162
Linear-by-Linear Association 1.753 1 .186
N of Valid Cases 100
a. 8 cells (53.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 1.71.

tindakan * dmft

Crosstab
Count
dmft
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 Total
tindakan 1.00 0 1 5 7 15 28
2.00 6 5 13 6 14 44
3.00 3 4 3 11 7 28
Total 9 10 21 24 36 100

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 16.751a 8 .033
Likelihood Ratio 19.314 8 .013
Linear-by-Linear Association 4.647 1 .031
N of Valid Cases 100

53
a. 6 cells (40.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 2.52.

Bukan anak jalanan

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation
Pengetahuan 100 4.1300 1.02154
tindakan 100 3.4700 1.13222
Valid N (listwise) 100

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation
dmft 100 2.5500 1.86068
Valid N (listwise) 100

Frequency Table

Usia_abj
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 6.00 2 2.0 2.0 2.0
7.00 12 12.0 12.0 14.0
8.00 16 16.0 16.0 30.0
9.00 22 22.0 22.0 52.0
10.00 36 36.0 36.0 88.0
11.00 12 12.0 12.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

54
JK_abj

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1.00 46 46.0 46.0 46.0
2.00 54 54.0 54.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Statistics
pengetahuan_a
Usia_abj JK_abj bj tindakan_abj dmft_abj
N Valid 100 100 100 100 100
Missing 100 100 100 100 100
Mean 9.1400 1.5400 2.7400 2.4600 2.3200
Std. Deviation 1.28723 .50091 .46319 .61002 1.18816

Usia_abj
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 6.00 2 1.0 2.0 2.0
7.00 12 6.0 12.0 14.0
8.00 16 8.0 16.0 30.0
9.00 22 11.0 22.0 52.0
10.00 36 18.0 36.0 88.0
11.00 12 6.0 12.0 100.0
Total 100 50.0 100.0
Missing System 100 50.0
Total 200 100.0

JK_abj
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1.00 46 23.0 46.0 46.0
2.00 54 27.0 54.0 100.0

55
Total 100 50.0 100.0
Missing System 100 50.0
Total 200 100.0

pengetahuan_abj
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1.00 1 .5 1.0 1.0
2.00 24 12.0 24.0 25.0
3.00 75 37.5 75.0 100.0
Total 100 50.0 100.0
Missing System 100 50.0
Total 200 100.0

tindakan_abj
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1.00 6 3.0 6.0 6.0
2.00 42 21.0 42.0 48.0
3.00 52 26.0 52.0 100.0
Total 100 50.0 100.0
Missing System 100 50.0
Total 200 100.0

dmft_abj
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1.00 35 17.5 35.0 35.0
2.00 20 10.0 20.0 55.0
3.00 25 12.5 25.0 80.0
4.00 18 9.0 18.0 98.0
5.00 2 1.0 2.0 100.0
Total 100 50.0 100.0
Missing System 100 50.0

56
Total 200 100.0

pengetahuan_abj_aj
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1.00 37 18.5 18.5 18.5
2.00 69 34.5 34.5 53.0
3.00 94 47.0 47.0 100.0
Total 200 100.0 100.0

tindakan_abj_aj
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1.00 34 17.0 17.0 17.0
2.00 86 43.0 43.0 60.0
3.00 80 40.0 40.0 100.0
Total 200 100.0 100.0

dmft_abj_aj
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1.00 44 22.0 22.0 22.0
2.00 30 15.0 15.0 37.0
3.00 46 23.0 23.0 60.0
4.00 42 21.0 21.0 81.0
5.00 38 19.0 19.0 100.0
Total 200 100.0 100.0

Crosstabs

57
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pengetahuan_abj * 100 100.0% 0 0.0% 100 100.0%
dmft_abj
tindakan_abj * dmft_abj 100 100.0% 0 0.0% 100 100.0%

pengetahuan_abj * dmft_abj

Crosstab
Count
dmft_abj
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 Total
pengetahuan_abj 1.00 0 0 1 0 0 1

2.00 8 7 2 5 2 24
3.00 27 13 22 13 0 75
Total 35 20 25 18 2 100

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 13.984a 8 .082
Likelihood Ratio 13.903 8 .084
Linear-by-Linear Association .452 1 .502
N of Valid Cases 100
a. 9 cells (60.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is .02.

tindakan_abj * dmft_abj

58
Crosstab
Count
dmft_abj
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 Total
tindakan_abj 1.00 2 2 0 2 0 6

2.00 15 7 10 9 1 42
3.00 18 11 15 7 1 52
Total 35 20 25 18 2 100

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 4.451a 8 .814
Likelihood Ratio 5.861 8 .663
Linear-by-Linear Association .142 1 .706
N of Valid Cases 100
a. 7 cells (46.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is .12.

Usia_abj * dmft_abj

Crosstab
Count
dmft_abj
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 Total
Usia_abj 6.00 0 0 2 0 0 2

7.00 1 3 4 3 1 12
8.00 5 5 2 4 0 16
9.00 5 2 9 5 1 22

59
10.00 16 8 7 5 0 36
11.00 8 2 1 1 0 12
Total 35 20 25 18 2 100

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 28.166a 20 .106
Likelihood Ratio 28.755 20 .093
Linear-by-Linear Association 10.149 1 .001
N of Valid Cases 100
a. 23 cells (76.7%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .04.

Usia_abj * pengetahuan_abj

Crosstab
Count
pengetahuan_abj
1.00 2.00 3.00 Total
Usia_abj 6.00 0 0 2 2
7.00 0 3 9 12
8.00 0 2 14 16
9.00 1 6 15 22
10.00 0 11 25 36
11.00 0 2 10 12
Total 1 24 75 100

Chi-Square Tests

60
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 6.819a 10 .742
Likelihood Ratio 6.919 10 .733
Linear-by-Linear Association .321 1 .571
N of Valid Cases 100
a. 11 cells (61.1%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .02.

Usia_abj * tindakan_abj

Crosstab
Count
tindakan_abj
1.00 2.00 3.00 Total
Usia_abj 6.00 0 1 1 2
7.00 1 2 9 12
8.00 1 5 10 16
9.00 0 11 11 22
10.00 3 16 17 36
11.00 1 7 4 12
Total 6 42 52 100

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 7.980a 10 .631
Likelihood Ratio 9.802 10 .458
Linear-by-Linear Association 3.416 1 .065
N of Valid Cases 100
a. 8 cells (44.4%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is .12.

61
JK_abj * dmft_abj

Crosstab
Count
dmft_abj
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 Total
JK_abj 1.00 14 8 13 10 1 46
2.00 21 12 12 8 1 54
Total 35 20 25 18 2 100

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 1.834a 4 .766
Likelihood Ratio 1.837 4 .766
Linear-by-Linear Association 1.511 1 .219
N of Valid Cases 100
a. 2 cells (20.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is .92.

JK_abj * pengetahuan_abj

Crosstab
Count
pengetahuan_abj
1.00 2.00 3.00 Total
JK_abj 1.00 1 15 30 46
2.00 0 9 45 54

62
Total 1 24 75 100

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 4.891a 2 .087
Likelihood Ratio 5.282 2 .071
Linear-by-Linear Association 4.766 1 .029
N of Valid Cases 100
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is .46.

JK_abj * tindakan_abj

Crosstab
Count
tindakan_abj
1.00 2.00 3.00 Total
JK_abj 1.00 6 21 19 46
2.00 0 21 33 54
Total 6 42 52 100

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 9.188a 2 .010
Likelihood Ratio 11.493 2 .003
Linear-by-Linear Association 7.204 1 .007
N of Valid Cases 100

63
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 2.76.

Mann-Whitney Test

Ranks
klp N Mean Rank Sum of Ranks
pengetahuan_abj_aj anak jalanan 100 68.41 6840.50
bukan anak jalanan 100 132.60 13259.50
Total 200
tindakan_abj_aj anak jalanan 100 83.94 8394.00
bukan anak jalanan 100 117.06 11706.00
Total 200

Test Statisticsa
pengetahuan_abj_
aj tindakan_abj_aj
Mann-Whitney U 1790.500 3344.000
Wilcoxon W 6840.500 8394.000
Z -8.512 -4.385
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000
a. Grouping Variable: klp

Mann-Whitney Test

Ranks
Klp N Mean Rank Sum of Ranks
dmft_abj_aj anak jalanan 100 127.75 12775.00
bukan anak jalanan 100 73.25 7325.00
Total 200

64
Test Statisticsa
dmft_abj_aj
Mann-Whitney U 2275.000
Wilcoxon W 7325.000
Z -6.804
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: klp

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pengetahuan * dmft 100 50.0% 100 50.0% 200 100.0%
tindakan * dmft 100 50.0% 100 50.0% 200 100.0%

pengetahuan * dmft

Crosstab
Count
dmft
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 Total
pengetahuan 1.00 2 1 11 7 15 36

2.00 3 8 7 12 15 45
3.00 4 1 3 5 6 19
Total 9 10 21 24 36 100

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 12.286a 8 .139

65
Likelihood Ratio 11.774 8 .162
Linear-by-Linear Association 1.753 1 .186
N of Valid Cases 100
a. 8 cells (53.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 1.71.

Symmetric Measures
Asymptotic
Standard Approximate Approximate
Value Errora Tb Significance
Interval by Pearson's R -.133 .101 -1.329 .187c
Interval
Ordinal by Spearman -.111 .100 -1.101 .273c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 100
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

tindakan * dmft

Crosstab
Count
dmft
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 Total
tindakan 1.00 0 1 5 7 15 28
2.00 6 5 13 6 14 44
3.00 3 4 3 11 7 28
Total 9 10 21 24 36 100

Chi-Square Tests

66
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 16.751a 8 .033
Likelihood Ratio 19.314 8 .013
Linear-by-Linear Association 4.647 1 .031
N of Valid Cases 100
a. 6 cells (40.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 2.52.

Symmetric Measures
Approximat
Asymptotic e
Standard Approximat Significanc
Value Errora e Tb e
Interval by Pearson's R -.217 .084 -2.197 .030c
Interval
Ordinal by Spearman -.217 .090 -2.200 .030c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 100
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pengetahuan_abj * 100 50.0% 100 50.0% 200 100.0%
dmft_abj
tindakan_abj * dmft_abj 100 50.0% 100 50.0% 200 100.0%

pengetahuan_abj * dmft_abj

Crosstab

67
Count
dmft_abj
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 Total
pengetahuan_abj 1.00 0 0 1 0 0 1

2.00 8 7 2 5 2 24
3.00 27 13 22 13 0 75
Total 35 20 25 18 2 100

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 13.984a 8 .082
Likelihood Ratio 13.903 8 .084
Linear-by-Linear Association .452 1 .502
N of Valid Cases 100
a. 9 cells (60.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is .02.

Symmetric Measures
Asymptotic
Standard Approximate Approximate
Value Errora Tb Significance
Interval by Pearson's R -.068 .102 -.670 .504c
Interval
Ordinal by Spearman -.045 .104 -.447 .656c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 100
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

tindakan_abj * dmft_abj

68
Crosstab
Count
dmft_abj
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 Total
tindakan_abj 1.00 2 2 0 2 0 6

2.00 15 7 10 9 1 42
3.00 18 11 15 7 1 52
Total 35 20 25 18 2 100

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 4.451a 8 .814
Likelihood Ratio 5.861 8 .663
Linear-by-Linear Association .142 1 .706
N of Valid Cases 100
a. 7 cells (46.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is .12.

Symmetric Measures
Asymptotic
Standard Approximate Approximate
Value Errora Tb Significance
Interval by Pearson's R -.038 .101 -.376 .708c
Interval
Ordinal by Spearman Correlation -.038 .101 -.373 .710c
Ordinal
N of Valid Cases 100
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

69
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pengetahuan_abj_aj * 200 100.0% 0 0.0% 200 100.0%
dmft_abj_aj
tindakan_abj_aj * 200 100.0% 0 0.0% 200 100.0%
dmft_abj_aj

pengetahuan_abj_aj * dmft_abj_aj

Crosstab
Count

dmft_abj_aj
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 Total
pengetahuan_abj_a 1.00 2 1 12 7 15 37
j 2.00 11 15 9 17 17 69
3.00 31 14 25 18 6 94
Total 44 30 46 42 38 200

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 40.416a 8 .000
Likelihood Ratio 44.334 8 .000
Linear-by-Linear Association 26.376 1 .000
N of Valid Cases 200
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 5.55.

70
tindakan_abj_aj * dmft_abj_aj

Crosstab
Count
dmft_abj_aj
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 Total
tindakan_abj_a 1.00 2 3 5 9 15 34
j 2.00 21 12 23 15 15 86
3.00 21 15 18 18 8 80
Total 44 30 46 42 38 200

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 24.026 8 .002
Likelihood Ratio 23.489 8 .003
Linear-by-Linear Association 14.552 1 .000
N of Valid Cases 200
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 5.10.

71

Das könnte Ihnen auch gefallen