Sie sind auf Seite 1von 11

ANALISIS STRUKTUR PASAR INDUSTRIAL PERTELIVISIAN

DI INDONESIA
Dengan Menggunakan Pendekatan Industrial Organizational Model

Drs. A. G. Sudibyo, M.Si

STIKOM InterStudi, Jl. Wijaya II No. 82, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12160,
Telp. (021) 726211, Fax : (021) 72798060 Email: ag.sudibyo27@yahoo.com

ABSTRACT

This research is aimed to analyze the television industrial media market structure in Indonesia. The
perspective qualitative description `is used to collect data by applying the in-depth interview with some
key figures in the television media industry, and relevant references. By using The Industrial
Organizational Model Prespective in the economic media theoretical framework, this research is to
analyze the aspect of market structure, regulations, economic and political system that influence the
television media market in Indonesia. The result shows that the market is oligopoly high competition
occurs with has caused the taken over and merger which followed by domination of ownerships in some
of the industrial television media market structure. TVRI, state owned television, had dominated during
the New Era. Regulations have changed during the Reformation Era wherein the Government has given
permission for private television companies to operate. RCTI was the first private television company,
then followed by other television companies such as SCTV, Metro TV, TPI, ANTV, JakTV, Elshinta TV
and MNC.

Key words : market stucture, ownership, regulation, competition, take over and merger

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur pasar industri pertelevisian di Indonesia.
Metode penelitian yang digunakan kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode
pengumpulan data wawancara mendalam (indepth interview) dengan beberapa tokoh
pertelevisian dan sumber pustaka. Pendekatan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan Industrial Organizational Model dalam perspektif ekonomik media, dengan melihat
aspek stuktur pasar, kepemilikan, regulasi, sistem ekonomi dan sistem politik yang berpengaruh
pada industri tersebut. Hasil penelitian menunjukkan struktur pasar bersifat oligopoli, terjadi
persaingan ketat (kompetisi) yang memunculkan terjadinya take over dan merger di industri
televisi Indonesia, yang kemudian memunculkan dominasi beberapa kepemilikan industri pada
perusahaan tertentu. Bila selama orde baru, industri televisi didominasi TVRI, kemudian pada
era Reformasi pemerintah memberikan ijin pada industri televisi swasta, munculah RCTI, SCTV,
Metro TV, ANTV, TPI, Lativi, JAKTV, MNC, dan berbagai stasiun tv swasta lainnya.

Kata kunci : struktur pasar, kepemilikan, regulasi, kompetisi, take over dan merger.
Pendahuluan Kehadiran RCTI sebagai satu satunya stasiun
televisi swasta pertama di Indonesia tidak
Sejarah pertelevisian di Indonesia dimulai bertahan lama. Pada tanggal 24 Agustu1990
sejak berdirinya televisi Republik Indonisia juga berdiri SCTV di Surabaya. Stasiun swasta
tanggal, 24 Agustus 1962 bertepatan dengan ini pada mulanya hanya mengudara secara
diselenggarakannya Asian Games IV di Jakarta lokal yaitu di wilayah Jawa Timur (Surabaya
dimana acara tersebut berhasil disiarkan dan sekitarnya). Setelah muculnya RCTI dan
melalui televisi walaupun dengan SCTV tidak berapa lama kemudian pada
menggunakan peralatan yang sangat sederhana. tanggal 23 Januari 1991 lahir pula sebuah
Sejak saat itu bangsa Indonesia memasuki era stasiun TV baru yaitu Televisi Pendidikan
pertelevisian walaupun hanya ada TVRI. Indonesia (TPI) milik PT Cipta Televisi
Selama 37 tahun TVRI mendominasi dunia Pendidikan Indonesia, Anteve dan Indosiar.
pertelevisian Indonesia karena tidak ada stasiun Setelah Reformasi pada tahun 1998 tidak bisa
TV lain selain TVRI. dipungkiri dunia pertelevisian di Indonesia
Pada tahun 1989 dominasi TVRI sebagai satu berkembang dengan pesat. Munculnya stasiun
- satunya lembaga penyiaran pertelevisian di baru seperti stasiun Trans TV, La TV, TV7,
Indonesia berakhir setelah pemerintah dan Metro TV seolah ikut meramaikan industri
memberikan ijin kepada pihak swasta pertelevisian di Indonesia. Kemunculan
mendirikan stasiun televisi. Adalah PT. stasiun-stasiun televisi yang melakukan siaran
Bimantara Citra dan PT. Rajawali Wira Bhakti secara nasional tersebut juga diikuti oleh
Utama yang memelopori mendirikan stasiun munculnya stasiun televisi swasta lokal.
televisi swasta di Indonesia. Kedua perusahaan Maraknya dunia pertelevisan di Indonesia
tersebut mendirikan Rajawali Citra Televisi tersebut memunculkan terjadinya persaingan di
Indonesia (RCTI) yang merupakan stasiun dalam memperebutkan iklan yang menjadi
televisi swasta pertama di Indonesia. Kehadiran sumber utama pemasukannya. Dalam
RCTI sebagai televisi swasta pertama di perkembangannya terdapat beberapa stasiun
Indonesia menjadi tonggak lahirnya industri televisi yang terpaksa merger dengan stasiun
pertelevisian di Indonesia. lain atau berganti kepemilikannya. Kompetisi
antar dunia pertelevisian membuat beberapa merupakan bagian penting dalam sistem
stasiun televisi juga harus membuat spesialisasi ekonomi. Konsumen menunjukkan preferensi
program atau segmentasi khalayak. Industri content media melalui pertukaran uang (seperti
pertelevisian sebagai suatu entitas ekonomi ketika berlangganan majalah atau menyewa
benar benar terjadi. Semua aspek aspek yang video) dan waktu (seperti ketika mendengarkan
terjadi di dalam pasar atau market juga berlaku radio dan tv).
di dalam dunia pertelevisian swasta. Dalam sebagian pasar media, content tidak
Di dalam perkembangannya saat ini dunia hanya didesain untuk menarik konsumen, tetapi
pertelevisian di Indonesia hanya ada 10 juga untuk menarik pengiklan yang
(sepuluh) stasiun yang melakukan siaran secara menginginkan akses ke konsumen. Dengan
nasional dan dapat dikelompokkan ke dalam demikian perusahaan media serta content yang
beberapa pemilik. Kesepuluh stasiun swasta dihasilkan dipengaruhi oleh konsumen dan
tersebut adalah RCTI, Global TV dan MNC pengiklan. Oleh karena itu content media jelas
TV yang ketiganya dibawah bendera MNC berhubungan dengan ekonomi.
grup milik Hary Tanoesoedibyo. ANTV dan Studi ekonomi media memberikan sebuah
TV ONE dibawah bendera Viva Grup milik konteks dimana di dalamnya seseorang dapat
Grup Bakrie. Trans TV dan Trans 7 dibawah lebih memahami perilaku perusahaan media,
bendera Trans Media milik Chaerul Tandjung, pasar media dan konsumen (Owers, Carveth
Indosiar dan SCTV di bawah bendera Emtek dan Alexander, 1993).
milik Didi Syailendra dan Metro TV milik Ekonomi media merupakan ilmu yang relatif
Suryo Paloh di bawah bendera Media grup. baru, melibatkan aplikasi prinsip-prisnip
ekonomi dasar dalam studi industri media. Saat
Kerangka konseptual Ekonomi Media ini industri komunikasi hampir setiap hari
dipenuhi dengan berita mengenai merger,
Saat ini media massa merupakan institusi akuisisi, divestasi dan kompetisi. Dampak
ekonomi yang terlibat dalam produksi dan teknologi, peraturan pemerintah dan
diseminasi content yang ditujukan kepada perkembangan ekonomi global memusatkan
konsumen (Picard, 1989). Karena perusahaan- perhatian pada pentingnya media, tidak hanya
perusahaan media merupakan entitas ekonomi, sebagai sumber informasi dan hiburan, tetapi
maka perilaku mereka juga diarahkan oleh juga sebagai entitas ekonomi. Dengan
faktor ekonomi. Demikian pula para konsumen memahami aktivitas ekonomi dalam industri
media, seseorang dapat memahami peran, kekuatan yang ada di pasar serta dampaknya
fungsi dan tujuan media dalam masyarakat bagi kegiatan ekonomi.
dengan lebih baik. Industrial Organizational Model terdiri dari
Ekonomi media telah memperoleh pengakuan tiga bagian, yaitu :
dan mutu tinggi selama satu dekade terakhir. 1. Market Structure,
Sebagai sub bidang ilmu komunikasi massa, 2. Market Conduct,
penelitian ekonomi media secara rutin 3. Market Perfomance.
diberitakan dalam publikasi seperti Journal of Industrial Organization Model
Media Economics dan jurnal-jurnal ilmiah
lainnya.
Market
Ekonomi media adalah ilmu yang Structure
mempelajari bagaimana industri media
menggunakan sumber daya yang langka untuk
Structure
memproduksi content yang didistribusikan Market Market
kepada konsumen dalam masyarakat untuk Conduct Perfomance

memuaskan berbagai keingingan dan


kebutuhan. Ekonomi media sedikit banyak
membantu kita memahami hubungan ekonomi
antara produsen media dengan audiens, Gambar 1 :

pengiklan dan masyarakat


Market Structure atau struktur pasar dapat

Industrial Organizational Model dianalisis melalui beberapa faktor, antara lain

Industri media dapat dijelaskan atau jumlah penjual dan pembeli, diferensiasi

dianalisa dengan menggunakan Industrial produk, struktur biaya dan sebagainya. The

Organizational Model yang dikembangkan theory of the firm menggambarkan empat jenis

oleh Scherer (1980). Model ini dapat struktur pasar, yaitu monopoli, oligopoli,

menjelaskan hubungan antara konsep - konsep monopolistic dan pasar persaingan sempurna

abstrak yang ditemui ketika menganalisa suatu (Litman, 1988 dalam Albarran,1996: 32).

media market. Selain itu model ini juga dapat


menjelaskan interaksi antara kekuatan- Market Conduct mengacu pada kebijakan-
kebijakan dan prilaku yang ditampilkan oleh
pembeli dan penjual di dalam pasar. Market
Conduct mencakup 5 (lima) hal utama yaitu
pricing behaviour, product strategy and
MARKET
advertising, research and innovation, plant
PERFORMANCE
investment dan legal tactics. Market Conduct 1.Efficiency
2.Progress
sendiri dapat mencakup lingkup umum yaitu 3.Equity

conduct dari industri (dalam hal ini industri


media) secara keseluruhan atau secara khusus Gambar 2 :

yaitu conduct dari salah satu unsur dalam


Market Structure (Struktur Pasar)
industri media.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
market structure atau struktur pasar yaitu
Market Performance mencakup analisa
1. Number of sellers and buyers (Jumlah
kemampuan sebuah perusahaan (dalam industri
penjual dan pembeli).
media) dalam mencapai tujuan yang sudah
Semakin sedikit jumlah produsen, maka
ditetapkannya. Analisa kemampuan didasarkan
semakin besar tingkat kekuatan yang
pada performance criteria yang berbeda - beda.
digunakan, begitu pula sebaliknya.
Misalnya tingkat technical efficiency dan
2. Product Differentiation (Differensiasi
allocative efficiency yang dicapai dan
Produk)
sebagainya.
Perbedaan atau ciri khas antara satu
produk dengan produk lainnya yang ada
INDUSTRIAL ORGANIZATION MODEL
pada persepsi konsumen yang membuat
MARKET STRUCTURE produk tersebut dikenal.
1.Number ofsellers/buyers
2.Product differentiation 3. Barrier to entry (Halangan untuk
3.Barriers to entry
4.Cost structures masuk)
5.Integration
Halangan untuk masuk ke dalam pasar
dapat berupa halangan financial dan
struktural (financial barriers and
MARKET CONDUCT artificial barriers)
1.Princing behavior
2.Productstrategy / 4. Cost structure (Struktur Biaya)
advertising
3.Research & innovation
Total biaya terdiri atas biaya tetap atau
4.Plan investment
5.Legal tactics fixed cost (biaya yang diperlukan untuk
memproduksi satu unit produk) dan Pembahasan hasil penelitian
biaya variabel atau variable cost (biaya
yang tersedia secara alami dan Dari kerangka konseptual yang
tergantung pada jumlah yang digunakan di dalam peneiltian ini, hanya
diproduksi seperti SDM dan SDA). struktur pasar yang akan dianalisis. Struktur
5. Integration ( integrasi ) pasar menurut Industrial Organizational Model
Yaitu suatu bentuk kendali yang dapat dianalisis melalui beberapa faktor, antara
dilakukan berdasarkan kepemilikan. lain jumlah penjual dan pembeli, diferensiasi
Integrasi dibagi ke dalam 2 bagian produk, halangan untuk masuk, struktur biaya
yaitu: dan integrasi.
a. Integrasi Vertikal: Yaitu bentuk Dilihat dari jumlah penjual dan pembeli
kendali yang dilakukan oleh sebuah industri pertelevisian di Indonesia ternyata
industri terhadap aspek produksi, lebih banyak penjual dari pada pembelinya.
distribusi dan penjualan produk. Sejak munculnya beberapa stasiun televisi
b. Integrasi horizontal: yang terjadi jika swasta sebelum era reformasi dan yang muncul
beberapa media yang saling bersaing setelah era reformasi akhirnya banyak stasiun
di pasar sebenarnya dimiliki oleh televisi yang mengalami kerugian dan akhirnya
satu pengendali. berpindah kepemilikan. LATV yang
sebelumnya ada dibawah bendera Lative
Metodologi Corporation akhirnya dibeli oleh kelompok
Metodologi dalam penelitian ini menggunakan Bakrie dan berubah nama menjadi TV One.
pendekatan kualitatif. Data data di dalam Demikian juga ANTV yang sebelumnya dibeli
peneltian ini merupakan hasil wawancara oleh STAR TV akhirnya juga bergabung
mendalam dan dari hasil kepustakaan. dengan kelompok Bakrie dibawah bendera
Wawancara mendalam dilakukan terhadap VIVA Grup. TV 7 yang semula dimiliki
ketua Asosiasi TV swasta Indonesia ATVSI kelompok Kompas Gramedia juga merger
yang juga adalah Komisaris utama Trans bersama Trans Media menjadi Trans7. Televisi
Media Bapak Dr. Ishadi, SK., MSc. disamping Pendidkan Indonesia atau TPI yang
bahan bahan kepustakaan yang peneliti sebelumnya milik Siti Hardiyanti Rukmana
dapatkan. bergabung dengan kelompok MNC grup milik
Hary Tanoesoedibyo dan berubah nama
menjadi MNC. Indosiar yang sebelumnya yang berbeda mereka juga menonjolkan
dimiliki oleh Salim grup akhirnya juga sinetron sebagai program andalannya.
bergabung dengan EMTEK bersama SCTV. TV ONE dan Metro TV kedua stasiun
Dari data di atas menunjukkan bahwa hukum televisi ini menjadikan berita sebagai program
pasar juga berlaku di dalam industri utamanya dan yang membedakan dengan
pertelevisian. Jumlah stasiun yang ada atau stasiun televisi lainnya. Masyarakat sudah
penjual melebihi jumlah pembeli dalam hal ini sangat paham bahwa kedua stasiun Televisi ini
pengiklan yang akan memasang iklannya di adalah News Television atau TV berita. Stasiun
televisi. Dari kondisi ini hanya beberapa televisi dibawah Trans Media yaitu Trans TV
stasiun televisi yang bisa meraup keuntungan, dan Trans 7 juga berusaha membedakan
sedangkan beberapa stasiun yang lain program-programnya dari stasiun televisi
mengalami kerugian karena biaya lainya dengan tidak menampilkan sinetron.
operasionalnya lebih besar dari pendapatan Kedua stasiun ini berusaha membuat format
yang mereka peroleh. Hampir semua stasiun lain dengan menampilkan reality show, komedi
televisi swasta di Indonesia hanya dan pemutaran filem filem sebagai andalan
mengandalkan iklan sebagai sumber programnya. Program-program yang
pemasukannya. ditayangkan oleh Trans TV maupun Trans 7
Melihat kondisi di atas beberapa stasiun kebanyakan adalah produk sendiri atau in
kemudian melakukan konsolidasi disamping house production. Program - program yang
ada beberapa yang merger dengan stasiun lain ditayangkan kebanyakan adalah produksi
mereka kemudian melakukan diferensiasi mereka sendiri. Acara Extravagansa, Opera
produknya. Masing masing stasiun televisi Van Java, Bukan Empat Mata, Hitam Putih
berusaha menbedakan produknya dengan adalah contoh program yang dihasilkan oleh
stasiun yang lain. Beberapa stasiun Trans Media. Bioskop TV adalah juga
menonjolkan program hiburannya dengan merupakan program andalan Trans TV. Filem-
sinetron sebagai primadonanya. MNC grup filem yang pernah diputar di gedung bioskop
dengan ketiga stasiun yang dimilikinya kemudian diputar di Trans TV. Pemirsapun
terutama RCTI dan MNC sangat menonjolkan akhirnya tahu kalau mereka ingin menyaksikan
tayangan sinetron. Demikian juga dengan filem-filem yang pernah diputar di gedung
SCTV dan Indosiar walaupun dengan format bioskop mereka dapat menyaksikan di Trans
TV. Stasiun ANTV di dalam membedakan
programnya dengan stasiun televisi yang lain baru mereka juga harus berhadapan berbagai
mereka mengandalkan filem - filem dari India. regulasi yang telah dikeluarkan oleh
Cerita-cerita seperti Mahabarata dan beberapa pemerintah. Setelah masalah permodalan dan
cerita pewayangan yang kemudian dibuat filem regulasi-regulasi yang harus dihadapi mereka
dalam versi India juga menjadi salah satu juga harus berhadapan dengan stasiun - stasiun
program andalan ANTV di dalam membedakan televisi swasta yang telah ada terlebih dahulu.
programnya dengan stasiun televisi yang lain. Perebutan iklan adalah merupakan tantangan
Dari keterangan di atas tampak jelas bahwa yang harus dihadapi stasiun baru karena iklan
stasiun-stasiun televisi di Indonesia di dalam adalah merupakan sumber pemasukan utama
memperebutkan penonton mereka berusaha suatu stasiun televisi. Beberapa stasiun yang
membuat diferesiasi atau pembedaan produk tidak bisa menghadapi persaingan di dalam
programnya atau acaranya. Akhirnya perebutan iklan ini jelas akan rugi. Stasiun
pemirsapun tahu bahwa stasiun televisi yang terus menerus mengalami kerugian
mempunyai kekhasan ini dan stasiun televisi kemudian melakukan merger dengan stasiun
yang lain mempunyai kekhasan itu. Dalam televisi lain atau menjual stasiun televisi
persaingan yang begitu ketat di dalam tersebut. Di samping perebutan iklan halangan
memperebutkan iklan sebagai sumber lain yang harus di hadapi suatu stasiun televisi
pendapatan utamanya maka mau tidak mau baru adalah di dalam perebutan sumber daya
mereka harus membuat diferensiasi produknya. manusia. Masih terbatasnya sumber daya
Barrier to entry atau halangan yang harus di manusia di dalam dunia pertelevisian menjadi
hadapi oleh stasiun televisi ketika mereka salah satu halangan di dalam pertelevisian.
mulai beroperasi tidaklah mudah. Halangan Sehingga bajak membajak SDM dalam
yang harus dihadapi bisa berupa permodalan pertelevisian menjadi isu yang terus hangat
atau halangan lainnya yang berupa peraturan dibicarakan.
atau regulasi regulasi yang dikeluarkan oleh Struktur biaya atau cost structure juga
pemerintah. Menurut Ishadi, SK. Ketua menjadi salah satu elemen di dalam struktur
Asosiasi TV Swasta Indonesia atau ATVSI pasar industri media. Biaya yang harus
untuk menjadi pemain baru di dalam dunia dikeluarkan oleh suatu industri media ada
pertelevisian tidaklah mudah. Di samping bermacam macam. Disamping biaya biaya
masalah permodalan yang cukup besar yang rutin yang harus dikeluarkan oleh suatu industri
harus dimiliki oleh suatu stasiun televisi yang media, biaya variabel atau variable cost juga
harus diperhitungkan ketika stasiun televisi media terhadap medianya. Integrasi vertikal
harus menayangkan suatu program. Menurut adalah kendali yang dilakukan oleh pemilik
Ishadi SK. Yang juga adalah Komisaris utama media terhadap aspek-aspek produksi,
Trans Media, semua program yang ditayangkan distribusi dan konsumsi. Trans Media di dalam
oleh Trans TV maupun Trans 7 adalah konsep integrasi vertikal menekankan bahwa
merupakan produksi karyawan mereka sendiri. hampir sebagian produksi dikendalikan sendiri.
In – house production adalah merupakan Seluruh proses produksi mulai dari
kebijakan manajemen Trans Media di dalam perencanaan sampai dengan eksekusi
menyediakan program - programnya. Untuk pelaksanaan suatu produksi dikendalikan oleh
itulah Trans Media membangun studio - studio internal Trasn Media. Demikian juga dengan
produksi. Selama 24 jam studio - studio proses penayangannya. Trans Media
tersebut dimaksimalkan penggunaannya di menetapkan bahwa seluruh hasil produksinya
dalam memproduksi siaran-siaran Trans TV setelah ditayangkan ada yang di ulang
dan Trans 7. Hampir 80 % seluruh tayangan penayangannya dan setelah itu disimpan di
televisi di bawah Trans Media adalah hasil pengarsipan produksi. Tidak ada produksi yang
produksi mereka sendiri. Kebijakan ini diambil setelah ditayangkan kemudian dijual ke stasiun
disamping untuk menghemat biaya juga lain atau ke lembaga lain. Inilah kenyataan
hampir sebagian karyawan Tras TV dan Trans yang dihadapi oleh sebagian besar stasiun
7 masih berusia muda. Kebijakan ini rupanya televisi di Indonesia setelah masa penayangan
bisa menekan biaya produksi siaran. Bahkan program program yang mereka hasilkan
beberapa stasiun televisi yang lain mencontoh kemudian di simpan karena tidak laku untuk di
apa yang dilakukan oleh Trans Media. Untuk jual. Integrasi horizontal adalah jika beberapa
memproduksi program program tersebut saat media yang saling bersaing di pasar sebenarnya
ini Trans media mempunyai empat buah studio dimiliki oleh satu pengendali. Sebagaimana
produksi. kita ketahui bahwa stasiun televise di Indonesia
Integration atau integrasi adalah juga khususnya sepuluh stasiun yang melakukan
merupakan salah satu elemen yang terdapat di siaran secara nasional adalah hanya dimiliki
dalam struktur pasar industri media. Di dalam oleh beberapa orang atau perusahaan saja.
integrasi terdapat dua jenis yaitu integrasi Sebagaimana yang ditulis di atas RCTI, Global
vertikal dan intergrasi horizontal. Integrasi TV, dan MNC TV ada di bawah bendera MNC
adalah kendali yang dilakukan oleh pemilik grup milik Harytanoesoedibyo, Trans TV dan
Trans 7 di bawah bendera Trans Media milik Indonesia. Dari situ dapat ditarik suatu
Chaerul Tandjung. TV One dan ANTV kesimpulan:
dibawah bendera Viva grup milik Bakrie dan
Indosiar, SCTV di bawah bendera EMTEK 1. Dilihat dari the number of seller and
milik Didi Syailendra. Fenomena ini jelas buyer atau penjual dan pembeli maka
mirip dengan konsep integrasi horizontal dalam jumlah stasiun televisi yang ada di
struktur pasar di dalam Industrial Indonesia khususnya stasiun televisi yang
organizational Model dari Sherer. Stasiun- melakukan siaran secara nasional
stasiun televisi tersebut diharapkan saling jumlahnya sangat banyak. Hal ini
bersaing atau berkompetesi padahal sebenarnya berdampak pada ketatnya di dalam
mereka ada di bawah satu kendali perusahaan. perebutan iklan sebagai sumber
Stasiun televisi di bawah Trans Media yaitu pemasukan utama stasiun televisi.
Trans TV dan Trans 7 dalam kesehariannya Beberapa stasiun televisi bahkan dijual
mereka diharuskan bersaing satu sama lain. kepada pihak lain dan berganti
Mereka juga harus berkompetisi dengan stasiun kepemilikan. Disamping itu ada stasiun
televisi yang lain di dalam memperebutkan yang merger dengan stasiun televisi yang
iklan. lain.
2. Product differensiation atau pembedaan
Kesimpulan produk juga dilakukan oleh stasiun
Dari uraian tentang struktur pasar industri televisi di Indonesia. Ada stasiun yang
pertelevisian di Indonesia dapat terlihat bahwa hiburan sebagai program utamanya
industri ini sudah dapat dikatakan sebagai misalnya dengan penayangan sinetron
entitas ekonomi. Semua aspek ekonomi yang namun ada juga stasiun yang
ada di industri lain juga ada di dalam industi mengkususkan dalam berita atau news
pertelevisian di Indonesia, baik aspek produksi, sebagai program andalannya.
aspek distrubusi maupun aspek konsumsi. 3. Barrier to entry atau halangan untuk
Semua elemen yang ada dalam struktur pasar masuk bagi stasiun baru juga mereka
dilihat dari Industrial Organizational Model alami. Disamping aspek permodalan
yang dikemukakan oleh Sherer ada di dalam halangan berupa regulasi - regulasi juga
stuktur pasar industri pertelevisian di menjadi halangan bagi mereka untuk
masuk di dalam dunia industri
pertelevisian. Bersaing dengan stasiun- Daftar Pustaka
stasiun televisi yang sudah ada terlebih
dahulu merupakan tantangan utama yang Albaran, Alan B, Olmsted, Sylvia M. Chan,
Wirth Michael O. (2006) Hand Book of
harus di hadapi oleh stasiun televisi yang
Media Management and Economics. New
baru hadir. Tidak mudah untuk Jersey: Lawrence Ealbaum Associate Inc.
mengalahkan pemain lama.
Albaran, Alan B. Media Economics:
4. Cost structure atau struktur biaya yang Undustanding Markets, Industries and
Concepts. (1996) Iowa: Iowa state University
dilakukan oleh setiap stasiun televisi
Pers.
berbeda beda. Ada stasiun yang
Alexander, Alison. James Owers, Rpd Carveth,
memproduksi sendiri program-
C. Ann Hollifield, Albert N. Greco. (2004)
programnya namun ada juga stasiun Media Economic Theory and Practice. New
York
televisi yang menggunakan pihak ketiga
di dalam pengadaan materi program atau Jersey : Lawrence Erlbaum Associates.Media
Perception. Media Planning Guide Indonesia
acaranya.
2008 (2008) Jakarta : PT. Strategi Komunindo
5. Integration atau integrasi yang dilakukan
Picard, Robert G. The Economics and Media
oleh stasiun televisi yang ada di
Companies. (1002) New York : Fordham
Indonesia berbeda - beda. Dilihat dari University Pers.Grossberg Lawrence, Ellen
Wartella, D. Charles Whitney, J. Macgregor
integrasi vertikalnya ada stasiun televisi
Wise. Media Making (2006) London: Sage
yang menguasai mulai dari aspek Publications.
produksi sampai penayangannya. Namun
Valdivia, Angharad N. A Companion to Media
ada juga stasiun televisi yang Studies.(2006) Oxford : Blackwell Publishing
menggunakan pihak ketiga untuk
Vinet,Mark. Entertainment Industry (2006)
pengadaan program - programnya. Quebec:Wadem Publishing.
Sedangkan kalau dilihat dari integrasi
horizontalnya beberapa perusahaan yang
mempunyai beberapa stasiun televisi
mengharuskan semua stasiun televisinya
bersaing atau berkompetisi satu sama lain
walaupun di bawah satu kendali atau
perusahaan.

Das könnte Ihnen auch gefallen