Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
DENGAN ASFIKSIA
Oleh Kelompok 1:
1. Ika Ayu Fetiningrum (206117001)
2. Dinda Rismasari (206117002)
3. Melisa Anggraeni (206117003)
4. Vusfa Indah Rhamadayanty (206117004)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “IDENTIFIKASI GAWAT DARURAT
BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA” sebagai salah satu tugas Mata
Kuliah Gawat Darurat Maternal Neonatus. Studi D-III Kebidanan di STIKES Al-
Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap tahun 2019 ini dengan baik.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin member saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki makalah usaha jasa pendidikan ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari ini dapat diambil hikmah
dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ………………………..………..…………...….……....... 2
DAFTAR ISI …………………………………...……….………………..…...…. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat ......................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Prinsip Dasar Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir ................................. 6
B. Penilaian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir ........................................ 8
C. Penanganan Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir (Resusitasi Pada Bayi
Baru Lahir) .................................................................................... 10
D. Persiapan Resusitasi........................................................................11
E. Urutan Pelaksanaan Resusitasi ...................................................... 13
F. Resusitasi Bayi Baru Lahir di Rumah Dengan Sungkup dan Tabung
....................................................................................................... 31
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 39
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Asfiksia neonaturium ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini disertai dengan
hipoksia,hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat
pada penderita Asfiksia ini merupakan fakor terpenting yang dapat
menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin (Grabiel
Duck,2012). Penilaian statistik dan pengalaman klinis atau patologi anatomis
menunjukkan bahkan keadaan ini merupakan penyebab utama mortalitas dan
morbiditas bayi baru lahir. Hal ini dibuktikan oleh Drage dan Berendes (2012)
yang mendapatkan bahwa skor Apgar yang rendah sebagai manifestasi
hipoksia berat pada bayi saat lahir akan memrlihatkan angka kematian yang
tinggi.
Haupt(2013) memperlihatkan bahwa frekuensi gangguan perdarahan pada bayi
sebagai akibat hipoksia sangat tinggi. Asidosis gangguan kardiovaskuler serta
komplikasinya sebagai akibat langsung dari hipoksia merupakan penyebab
utama kegagalan ini akan sering berlanjut menjadi sindrom gangguan
pernafasan pada hari-hari pertama setelah lahir(james2012).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa prinsip dasar asfiksia pada bayi baru lahir?
2. Bagaimana penilaian asfiksia pada bayi baru lahir?
3. Bagaimana penanganan asfiksia pada bayi baru lahir (resusitasi pada bayi
baru lahir)?
4. Bagaimana persiapan resusitasi?
5. Apa saja urutan pelaksanaan resusitasi?
6. Bagaimana cara resusitasi bayi baru lahir di rumah dengan sungkup dan
tabung?
4
C. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Untuk mengetahui prinsip dasar asfiksia pada bayi baru lahir
2. Untuk mengetahui penilaian asfiksia pada bayi baru lahir
3. Untuk mengetahui penanganan asfiksia pada bayi baru lahir (resusitasi
pada bayi baru lahir)
4. Untuk mengetahui persiapan resusitasi
5. Untuk mengetahui urutan pelaksanaan resusitasi
6. Untuk mengetahui cara resusitasi bayi baru lahir di rumah dengan sungkup
dan tabung
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asfiksia intrauterin.
Bayi kurang bulan.
Obat-obat yang diberikan atau diminum oleh ibu.
Penyakit neuromuskular bawaan (kongenital).
Cacat bawaan.
Hipoksia intrapartum.
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis. Bila
proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau
kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.
Pada bayi yang mengurangi kekurangan oksigen akan terjadi pernafasan yang
cepat dalam periode yang singkat apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan
akan berhenti, denyut jantung juga akan mulai menurun, sedangkan tonus
neuromuskular berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode
apnu yang dikenal sebagai apnu primer. Perlu diketahui bahwa kondisi
pernafasan megap-megap dan tonus otot yang turun juga dapat terjadi akibat obat-
obat yang diberikan kepada ibunya. Biasanya pemberian perangsangan dan
oksigen selama periode apnu primer dapat merangsang terjadinya pernafasan
spontan.
6
Apabila asfiksia berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan megap-megap
yang dalam, denyut jantung terus menurun, tekanan darah bayi juga mulai menurun
dan bayi akan terlihat lemas (flaccid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai
bayi memasuki periode apnu yang disebut apnu sekunder. Selama apnu sekunder
ini, denyut jantung, tekanan darah dan kadar oksigen di dalam darah (PaO2) terus
menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi kecuali
apabila resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian oksigen dimulai
dengan segera.
Sangat penting untuk diperhatikan bahwa sebagai akibat hipoksia janin, janin
dapat pulih dari apnu primer ke apnu sekunder di dalam rahim. Urutan
perkembangan apnu, termasuk apnu primer dan apnu sekunder dapat dimulai
intrauterin dan berkelanjutan sesudah bayi dilahirkan. Dengan demikian bayi
mungkin dilahirkan dalam apnu primer atau apnu sekunder. Dalam kenyataannya,
apnu primer dan apnu sekunder sulit sekali untuk dibedakan. Pada kedua keadaan
tersebut, bayi tidak bernafas dan denyut jantung dapat menurun sampai < 100
denyut per menit.
Pada saat bayi dilahirkan, alveoli bayi diisi dengan “cairan paru-paru janin”.
Cairan paru-paru janin harus dibersihkan terlebih dahulu apabila udara harus
masuk ke dalam paru-paru bayi baru lahir. Dalam kondisi demikian, paru-paru
memerlukan tekanan yang cukup besar untuk mengeluarkan cairan tersebut agar
alveoli dapat berkembang untuk pertama kalinya. Untuk mengembangkan paru-
paru upaya pernafasan pertama memerlukan tekanan 2 sampai 3 kali lebih tinggi
daripada tekanan untuk pernafasan berikutnya agar berhasil. Menghadapi bayi
yang tidak tidak pernah mengambil nafas pertama dapat diasumsikan bahwa
pengembangan alveoli tidak terjadi dan paru-paru tetap berisi cairan. Melakukan
pernafasan buatan pada bayi seperti ini diperlukan tekanan tambahan untuk
membuka alveoli dengan mengeluarkan cairan paru-paru.
7
Bayi sudah menderita apnu saat sudah dilahirkan.
Bayi dengan upaya pernafasan yang lemah dan tidak efektif seperti pada :
Bayi kurang bulan.
Bayi yang dilahirkan dengan depresi karena asfiksia, pengaruh obat-
obatan pada ibu, anestesia dan lain-lain sebab.
Pada awal asfiksia, darah lebih banyak dialirkan ke otak dan jantung. Denan
adanya hipoksia dan asidosis maka fungsi miokardium menurun, curah jantung
menurun dan aliran darah ke alat-alat vital juga berkurang.
8
Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau
bahwa pernafasan tidak adekuat, anda sudah menentukan dasar pengambilan
kesimpulan untuk tindakan berikutnya yaitu memberikan ventilasi dengan tekanan
positif (VTP). Sebaiknya apabila pernafasannya normal, maka tindakan
selanjutnya adalah menilai denyut jantung bayi. Segera sesudah memulai suatu
tindakan anda harus menilai dampaknya pada bayi dan membuat kesimpulan untuk
tahap berikutnya.
Pernafasan
Denyut jantung
Warna
Nilai Apgar tidak dapat dipakai untuk menentukan kapan kita memulai resusitasi
atau untuk membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi.
Nilai Apgar pada umumnya dilaksanakan pada 1 menit dan 5 menit sesudah
bayi lahir. Akan tetapi, penilaian bayi harus dimulai segera sesudah bayi lahir.
Apabila bayi memerlukan intervensi berdasarkan penilaian pernafasan, denyut
jantung atau warna bayi, maka penilaian ini harus dilakukan segera. Intervensi
yang harus dilakukan jangan sampai terlambat karena menunggu hasil penilaian
apgar satu menit. Keterlambatan tindakan sangat membahayakan terutama pada
bayi yang mengalami depresi berat.
Walaupun nilai apgar tidak penting dalam pengambilan keputusan pada awal
resusitasi, tetapi dapat menolong dalam upaya penilaian keadaan bayi dan penilaian
efektivitas upaya resusitasi. Jadi nilai apgar perlu dinilai pada 1menit dan 5 menit.
Apabila nilai apgar kurang dari 7 penilaian nilai tambahan masih diperlulan yaitu
tiap 5 menit sampai 20 menitip atau sampai dua kali penilaian menunjukkan nilai 8
dan lebih.
9
C. PENANGANAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR (RESUSITASI
PADA BAYI BARU LAHIR)
Bayi baru lahir dalam apnu primer dapat memulai pola pernafasan biasa,
wlaupun mungkin tidak teratur dan mungkin tidak efektif, tanpa intervensi kusus.
Bayi baru lahir dalam apnu sekunder tidak akan bernafas sendiri. Pernafasan buatan
atau tindakan ventilasi dengan tekanan poaitif (VTP) dan oksigen diperlukan untuk
membantu bayi memulai pernafasan pada bayi baru lahir dengan apnu sekunder.
Apabila kita dapat membedakan bayi dengan apnh primer dari bayi dengan
apnu sekunder, maka kita dengan mudah dapat membedakan bayi yang hanya
memerlukan rangsangan sederhana dan pemberian oksigen dengan bayi-bayi yang
memerlukan pernafasan buatan dengan tekanan positif (VTP). Akan tetapisecara
klinis apabila bayi lahir dalam keadaan apnu, sulit dibedakan apakah bayi itu
mengalami apnu primer atau apnu sekunder. Hal ini berarti bahwa menghadapi
bayi yang dilahirkan dengan apnu, kita harus beranggapan bahwa kita berhadapan
dengan bayi apnu sekunder dan harus segera melakukan resusitasi.
Penyebab apapun yang merupakan latar belakang depresi ini, segera sesudah
tali pusat dijepit, bayi yang mengalami depresi dan tidak mampu memulai
pernafasan spontan yang memadai akan mengalami hipoksia yang semakin berat
dan secara progresif menjadi asfiksia. Resusitasi yang efektif dapat merangsang
pernafasan awal dan mencegah asfiksia progresif. Resusitasi bertujuan memberikan
ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk
menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya.
10
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal
sebagai ABC resusitasi.
D. PERSIAPAN RESUSITASI
Mengantisipasi bayi lahir dengan depresi/asfiksia
11
Persiapan alat
12
- Volume expander, salah satu dari yang berikut ini :
o 5% larutan Albumin Saline.
o Larutan NaCl 0,9%.
o Larutan Linger Laktat.
- Bikarbonas natrikus 4,2% (5 mEq/10ml) dalam ampul 10ml.
- Larutan dextrose 5%, 10%, 250ml.
- Aquadest steril 25ml.
- Larutan NaCl 0,9 %, 25ml.
Lain-lain.
- Stetoskop bayi.
- Plester ½ atau ¾ inci.
- Semprit untuk 1, 3, 5, 10, 20, 50 ml
- Jarum berukuran 18, 21, 25.
- Kapas alkohol.
- Baki untuk katerisasi arteria umbilikalis.
- Kateter umbilikalis berukuran 3,5F;5F.
- Three-way stopcocks.
- Sonde lambung berukuran 5F.
Paling sedikit satu orang siap dikamar bersalin yang terampil dalam melakukan
resusitasi bayi baru lahir dan dua orang lainnya untuk membantu dalam keadaan
resusitasi darurat.
13
Untuk bayi sangat kecil (berat badan kurang dari 1500 gram) atau apabila suhu
ruangan sangat dingin dianjurkan menutup bayi dengan sehelai plastik tipis
yang tembus pandang.
Bayi diletakkan terlentang di alas yang datar, kepala lurus dan leher sedikit
tengadah (ekstensi).
Untuk mempertahankan agar leher tetap tengadah, letakkan handuk atau
selimut yang digulung dibawah bahu bayi, sehingga bahu terangkat ¾
sampai 1 inci (2-3 cm).
Kepala bayi dimiringkan agar cairan berkumpul di mulut dan tidak di faring
bagian belakang.
Mulut dibersihkan terlebih dahulu dengan maksud :
- Cairan tidak teraspirasi.
- Hisapan pada hidung akan menimbulkan pernafasan megap-megap
(gasping).
Apabila mekoneum kental dan bayi mengalami depresi harus dilakukan
penghisapan dari trakea dengan menggunakan pipa endotrakea (pipa ET).
Menilai bayi
Penilaian bayi dilakukan berdasarkan 3 gejala yang sangat penting bagi kelanjutan
hidup bayi.
Usaha bernafas
Frekuensi denyut jantung
Warna kulit
14
Menilai usaha bernafas
Penilaian warna kulit dilakukan apabila bayi bernafas spontan dan frekuensi
denyut jantung bayi >100/menit.
Apabila terdapat sianosis sentral, oksigen tetap diberikan.
15
Apabila terdapat sianosis perifer, oksigen tidak perlu diberikan. Sianosis
perifer disebabkan oleh karena peredaran darah yang masih lamban, anatara
lain karena suhu ruang bersalin yang dingin, bukan akibat hipoksemia.
Urutan langkah berikut adalah urutan langkah bagi fasilitas pelayanan kesehatan
yang mempunyai alat sungkup dan balon resusitasi. Bagi fasilitas pelayanan yang
tidak mempunyai alat tersebut seperti Puskesmas atau Bidan, dapat melakukan
resusitasi dengan alat sungkup dan tabung yang diuraikan pada bagian akhir Bab
ini.
Tekanan ventilasi.
Adanya gerakan dada bayi turun naik merupakan bukti bahwa sungkup
terpasang dengan baik dan paru-paru mengembang. Bayi seperti menarik
nafas dangkal. Apabila dada bergerak maksimum, bayi seperti menarik
nafas panjang, menunjukkan paru-paru terlalu mengembang, yang berarti
tekanan diberikan terlalu tinggi. Hal ini dapat menyebabkan pneumotoraks.
16
Observasi gerak perut bayi.
Gerak perut tidak dapat dipakai sebagai pedoman ventilasi yang efektif.
Gerak perut mungkin disebabkan masuknya udara ke dalam lambung.
Apabila dengan tahapan di atas dada bayi masih tetap kurang berkembang,
sebaiknya dilakukan intubasi endotrakea dan ventilasi pipa-balon!
Frekuensi denyut jantung bayi dinilai setelah selesai melakukan ventilasi 15-
20 detik pertama.
Frekuensi denyut jantung dihitung dengan cara menghitung jumlah denyut
jantung dalam 6 detik dikalikan 10, sehingga diperoleh frekuensi jantung per
menit.
Frekuensi denyut jantung bayi dibagi dalam 3 kategori :
- Lebih dari 100 kali/menit
- Antara 60-100 kali/menit
- Kurang dari 60 kali/menit
Apabila frekuensi denyut jantung bayi > 100 kali/menit.
17
Bayi mulai bernafas spontan. Dilakukan rangsangan taktil untuk merangsang
frekuensi dan dalamnya pernafasan. VTP dapat dihentikan, oksigen arus
bebas diberikan. Kalau wajah bayi tampak merah, oksigen dapat dikurangi
secara bertahap.
Apabila pernafasan spontan dan adekuat tidak terjadi, VTP
dilanjutkan!
Apabila frekuensi denyut jantung bayi antara 60-100 kali/menit.
VTP dilanjutkan dengan memantau frekuensi denyut jantung bayi.
Apabila frekuensi denyut jantung bayi <80 kali/menit, dimulai
kompresi dada bayi!
Apabila frekuensi denyut jantung bayi < 60 kali/menit.
VTP dilanjutkan. Periksa ventilasi apakah adekuat dan oksigen yang
diberikan benar 100%?
Segera dimulai kompresi dada bayi!
Indikasi
VTP dengan balon dan sungkup lebih lama dari 2 menit harus dipasang
kateter orogastik dan tetap terpasang selama ventilasi, oleh karena ventilasi
udara dari orofaring dapat masuk ke dalam esofagus dan lambung berakibat
:
- Lambung yang terisi udara akan membesar dan menekan diafragma
menghalangi paru-paru berkembang.
- Udara dalam lambung daoat menyebabkan regurgitasi isi lambung yang
mungkin menimbulkan aspirasi.
- Udara dalam lambung dapat masuk ke usus, menyebabkan perut
kembung yang akan menekan diafragma.
Alat yang dipakai ialah pipa orogastik nomor 8F. Semprit 20 ml.
Ukur panjang pipa yang akan dimasukkan dengan cara mengukur
panjangnya mulai dari pangkal hidung ke daun telinga bayi dan dari daun
telinga bayi ke prosesus sifoideus (ujung bawah tulang dada) bayi.
18
Masukkan pipa melalui mulut (hidung untuk ventilasi)
Setelah pipa dimasukkan sesuai panjang yang diinginkan (sesuai pengukuran
sebelumnya), sambung dengan semprit 20 ml dan hisap isi lambung dengan
cepat dan halus.
Lepaskan semprit dari pipa. Biarkan ujung pipa terbuka agar ada lubang
udara ke lambung. Plester pipa ke pipi bayi untuk fiksasi ujung pipa.
Kompresi dada
19
Untuk mengetahui apakah darah mengalir secara efektif, nadi harus
dikontrol secara periodik dengan meraba nadi misalnya di tali pusat, karotis,
brakhialis, dan femoralis.
Evaluasi frekuensi denyut jantung bayi
Pada awal, setelah 30 detik tindakan kompresi dada frekuensi denyut
jantung bayi harus dikontrol, oleh karena setelah frekuensi denyut jantung
mencapai 80 kali/menit atau lebih tindkaan kompresi dada dihentikan.
Frekuensi denyut jantung bayi atau nadi dikontrol tidak lebih dari 6 detik!
Keputusan untuk menghentikan resusitasi kardiopulmonal
Resusitasi kardiopulmonal dihentikan apabila setelah 30 menit tindkan
resusitasi dilakukan tidak ada respon dari bayi.
Intubasi endotrakeal
Indikasi
- Apabila diperlukan VTP agak lama.
- Apabila ventilasi dengan balon dan sungkup tidak efektif.
- Apabila perlu melakukan penghisapan trakea.
- Apabila dicurigai ada hernia diafragmatika.
- Bayi lahir kurang bulan dengan berat < 1000 gram.
Masukkan daun laringoskop antara palatum dan lidah. Ujung daun
laringoskop dimasukkan menyusuri lidah secara perlahan ke pangkal lidah
sampai di vallecula (lekuk antara pangkal lidah dan epiglottis).
Sewaktu memasukan daun laringoskop, jikalau terdapat sekret/lendir
menutupi jalan nafas, dilakukan penghisapan lendir menggunakan kateter
sampai epiglottis tanpak dan untuk menghindarkan aspirasi apabila bayi
gasping.
Tindakan intubasi dibatasi 20 detik untuk mencegah hipoksia. Pada waktu
berhenti, bayi distabilkan dengan memompa balon dan sungkup.
Masukkanlah pipa ET di antara pita suara, sampai sebatas garis tanda pita
suara, agar ujung pipa terletak dalam trakea di tengah antara pita suara dan
20
carina. Sewaktu memasukkan pipa ET, jangan kenai pita suara dengan
ujung pipa, karena dapat menyebabkan spasme pita suara.
Laringoskop dikeluarkan dengan tangan kiri tanpa mengganggu/menggeser
pipa ET.
Cabut stilet dari pipa ET.
Sambil memegang pipa ET, pasang sambungan pipa ke balon resusitasi dan
lakukan ventilasi sambil memperhatikan dada dan perut bayi. Apabila letak
pipa ET betul akan terlihat dada mengembang dan perut tidak mengembung
sewaktu ventilasi. Mintalah kepada orang lain (pembantu) untuk
mendengarkan suara nafas menggunakan stetoskop.
Tanda pipa ET tepat terletak di tengah trakea.
Kedua sisi dada mengembang sewaktu dilakukan ventilasi. Suara nafas
terdengar sama dikedua sisi dada. Tidak terdengar suara di lambung. Perut
tidak kembung.
Tanda pipa ET terletak di bronkus.
Suara nafas hanya terdengar di satu sisi paru-paru. Suara nafas terdengar
tidak sama keras. Tidak terdengar suara di lambung. Perut tidak kembung.
Tindakan : tarik pipa ET kurang lebih 1 cm.
Tanda pipa ET terletak di esofagus.
Tidak terdengar suara nafas. Terdengar suara udara masuk ke lambung.
Perut tampak kembung. Tindakan : cabut pipa ET, diberi oksigen melalui
balon dan sungkup, masukkan lagi pipa ET
Fiksasikan pipa ET ke wajah bayi dengan plester atau dengan pemegang
pipa yang dapat ditempelkan ke wajah bayi. Sebelumnya wajah bayi harus
dikeringkan. Larutan benzoin dapat digunakan untuk melindungi kulit dan
mempermudah lekatnya plester.
Memberikan Obat-obatan
Obat-obat diperlukan oleh bayi baru lahir yang tidak memeberikan respon terhadap
ventilasi yang adekuat dengan oksigen 100% dan kompresi dada.
21
Obat-obat diberikan apabila :
Frekuensi jantung bayi tetap di bawah 80 per menit walaupun telah
dilakukan ventilasi adekuat (dengan oksigen 100%) dan kompresi dada
untuk paling sedikit 30 30 detik; atau
Frekuensi jantung nol.
Dosis obat didasarkan pada berat bayi. Di kamar bersalin resusitasi selalu
dilakukan sebelum bayi ditimbang. Dalam keadaan ini berat badan harus ditaksir
dengan melihat bayi tersebut atau dari prakiraan berat bayi sebelum lahir. Setiap
orang yang terlibat dalam resusitasi bayi baru lahir harus membiasakan diri dengan
cara pemberian obat yang digunakan.
22
umbilikalis sampai ujung kateter sedikit di bawah batas kulit, tetapi aliran darah
tetap lancar. Apabila insersi kateter terlalu dalam, terdapat risiko masuknya cairan
ke dalam hati dan dapat menyebabkan terjadinya kerusakan.
Epinerfin
Epinefrin ialah obat pertama yang di berikan. Apabila respons terhadap epinefrin
tidak adekuat, volume expanders dan/atau natrium bikarbonat diperlukan.
Epinefrin hidroklorid (kadang-kadang disebut adrenalin klorid) adalah suatu
stimulan jantung. Epinefrin meningkatkan kekuatan dan kecepatan kontraksi
jantung dan menyebabkan melalui arteri-arteri coroner dan aliran darah ke jaringan
otak.
Indikasi
Apabila detak jantung tidak dapat di deteksi, epinefrin harus segera di berikan dan
ada saat yang sama VTP dan kompresi dada dimulai.
Dosis
Sebagian anak dan orang dewasa yang memberikan respons dengan dosis
0,2 mg/kg (2 ml/kg) tetapi data ini tidak cukup untuk mengevaluasi efikasi dan
keamanan dosis tersebut pada bayi baru lahir.
23
Cara pemberian
Pertimbangkan pemberian dosis yang lebih tinggi yaitu 0,1-0,2 mg/kg (1-2 ml/kg)
epinefrin melalui pipa ET apabila secara intravena tidak memungkinkan dan
apabila bayi baru lahir tidak memberikan respon terhadap dosis standar. Apabila
diberikan melalui pipa ET, epinefrin diencerkan dengan cairan garam fisiologis
sampai volume 1-2 ml dan diberikan dengan cepat.
Efek
Frekuensi jantung harus naik sampai 100 kali per menit atau lebih dari 30 detik
setelah epinefrin di berikan melalui infius
Tindak lanjut
Epinefrin diberikan lagi. Dapat diulang setiap 3-5 menit apabila di perlukan.
Volume expanders, apabila terdapat kehilangan darah akut dengan tanda-
tandah hipovolemia.
Natrium bikarbonat; untuk apnu yang lama yang tidak memberikan respon
terhadap terapi lain
Volume expanders
24
disadari bahwa tanda-tanda hipovolemia karena kehilangan darah pada bayi sering
tidak tampak. Bayi dapat menderita kehilangan 10%-15% dari volume darah total
menyebabkan tanda-tanda berikut;
Indikasi
Volume expanders digunakan dalam resusitasi apabila terdapat kejadian atau diduga
adanya kehilangan darah akut dengan tanda-tanda hipovolemia
Walaupun darah yang cocok merupakan volume expanders yang terbaik, tetapi
kemungkinan darah ini sulit didapatkan dengan segera. Kenalilah setiap volume
expanders dalam kemasannya di intitusi anda dan bagaimana setiap volume
expanders disiapkan untuk diberikan beberapa jenis membutuhkan filter. Masukan
40 ml ke dalam semprit atau perangkat infus.
Pemberian
Dosis 10 ml/kg
25
Cara pemberian intravena (IV).
Efek
Tekanan darah yang meningkat. Nadi menjadi kuat dan warna pucat menghilang.
Tidak lanjut
Natrium bikarbonat
Penggunaan natrium bikarbonat tidak menguntungkan dalam apnu yang lama yang
tidak memberikan respon terhadap terapi lain.
26
Indikasi
Natrium bikarbonat digunakan apabila terdapat apnu yang lama yang tidak
memberikan respon terhadap terapi lain.
Dosis
Dosis2 mEq/kg
Kadar dalam larutan yang di anjurkan 0,5 mEq/ml = 4,2% cairan. Cairan 4,2%
natrium bikarbonat terdapat dalam semprit 10 ml.
Cara pemberian
Intravena (IV)
Efek
Frekuensi jantung harus meningkatkan sampai 100 kali atau lebih per menit dalam
30 detik setelah obat di berikan.
Tindak lanjut
27
Apabila terdapat hipotensi yang menetap dipetimbangkan pemberian
dopamine.
Peringatan
Nalokson hidroklorid
Indikasi
Dosis
Kadar 0,4 mg/ml atau 1,0 mg/ml cairan siapkan 1 ml dalam semprit
28
Cara pemberian
Efek
Antagonis narkotika
Pernafasan spontan.
Tindak lanjut
Pantau pernafasan dan frekuensi jantung dengan ketat. Nalokson ulang diberikan
apabila depresi pernafasan timbul lagi
Catatan
Lama kerja nalokson 1 jam sampai 4 jam. Lama kerja narkotika sering lebih lama
daripada nalokson, sehingga memerlukan dosis ulangan nalokson.
Hati hatilah dalam memberikan nalokson kepada bayi dari ibu pecandu
narkotika karena dapat mengakibatkan kejang kejang berat.
29
Volume Darah lengkap 40 ml 10ml/kg Diberikan selama 5-10 menit.
expanders albumin salin Diberikan melalui semprit atau
IV
(kristaloid 5% Larutan tetesan intravena
) garam
fisiologis
Ringer laktat
Nalokson 0,4 mg/ml 0,1mg/kg IV, ET, IM, Diberikan cepat. Diutamakan
hidriklorit SC IV, ET, IM, SC dapat
(0,2ml/kg)
dilakukan.
(0,1 ml/kg)
Resusitasi bayi baru lahir dengan sungkup dan tabung resusilator merupakan cara
baru menolong pernafasan bayi baru lahir dengan cepat. Alat ini hanya di gunakan
untuk meniupkan udara ke paru paru bayi baru lahir. Alat ini tidak menggantikan
dan tidak boleh mengubah langkah langkah resusitasi yang benar. Tindakan
30
membersihkan jalan nafas langkah langkah selanjutnya tetap tidak boleh
ditinggalkan.
Dengan alat ini, pertolongan resusitasi akan lebih baik dan di dapatkan beberapa
keuntungan yaitu penolong dapat melihat pergerakan dada bayi dengan lebih jelas,
dan kemungkinan penularan penyakit dari bayi kepada penolong dapat di cegah.
Komponen alat sungkup dan tabung tampak pada gambar di bawah ini berikut
dengan cara pemasangannya
Cara Pemeliharaan
Bagian sungkup silikon dan katup karet dapat di rrbus atau di sterilkan. Pipa
dan peralatan plastik lainnya cukup di cuci dengan sabun.
31
Sebelum mempraktekan upaya bantuan pernafasan pada bayi baru lahir,
lakukanlah latihan dengan meniup sungkup pada bola yang dihubungkan
dengan pipa dam botol limun (soft drink) yang berisi penuh (kurang lebih
30 cm air)
Berlatihlah dengan meniup sampai pipa penuh terisi udara sehingga air
meluber (tumpah)
Cara penggunaan
Tatalaksana Resusitasi bayi baru lahir di rumah atau di polindes dengan sungkup
dan tabung
Letakkan bayi dalam sikap terlentang dan taruhlah sepotonh kain yang
digulung dibawah bahu bayi.
32
Penolong berdiri di belakang kepala bayi agar dapat melihat pergerakan dada
bayi dan menentukan apakah pergerakan berlangsung simetris.
Melalui sungkup lihat bahwa hidung dan mukut keduanya tertutup oleh
sungkup dan tidak ada udara yang keluar di sisi sungkup.
Pada tiupan pertama perhatikan bahwa tidak terjadi pelebaran (distensi) leher
bayi. Bila ada berarti posisi kepala bayi terlalu tengadah.
Amati pergerakan dada bayi pada saat meniup, upayakan agar seluruh dada
juga bagian pinggir kiri- kanan dada ikut bergerak.
Bila reaksi terhadap peniupan kurang baik atau tidak terjadi pergerakan dada
bagian atas, periksalah sungkup dan tabung terhadap kebocoran udara dan
perhatikan si kap/posisi kepala bayi yang sedikit mengadah.
Bayi dengan frekuensi denyut jantung rendah disertai upaya bernafas, harus
segera dirujuk kepusat pelayanan kesehatan dengan fasilitas yang sesuai.
33
Untuk bayi yang tidak memperlihatkan denyut jantung sesudah 30 menit
pernafasan buatan dilakukan kemungkiman besar sudah mninggal.
34
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
RINGKASAN RESUSITASI DI KMR BERSALIN
evaluasi
>100/mnt
denyut jantung
Evalu
asi
warna
kulit
Pucat
Biru
Kemerahan
35
Ventilasi Denyut jantung denyut - Diamati terus
diteruskan tetap jantung sampai pernafasan
Kompresi bertambah spontan
dada - Kemudian
Observasi O2
Frekuensi jantung
Atau
Frekuensi jantung <80/mnt setelah VTP dan kompresi dada 30 detik
36
Dopamin Depresi berlanjut
Nalokson hidroklorid
Depresi pernafasan dan riwayat pemberian narkotika pada ibu 4 jam sebelumnya
Berikan nalokson
hidroklorid
37
DAFTAR PUSTAKA
38