Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
ABSTRACT
To improve tfte severity of astfrma and to achieve
a controllable astrma, Asthma Rainbow was given as self management
patieEts that visited lhe Astfima clinic of to
RSUP Percahauatan. fh. conducted on ro patients trat were divided into
two groups' group A as a contlol group and group B as "tud;'*.s
a treated gilup; eactr consist of 20 patients. The sfudy was con-
18 rveeks and consisted of-superiision period
mt.tt tz weer<ii, olservation period (B weeksl and treated period (8
The tleahd gtoup was given self managernent of
aslfima with Asthma Rainbow which meant the diary card that used pEFR
coloured area to manage tfte uses of aslfrma drugs.
Asthma Rainbow was carried rt"i. by patients in ttre treated
group; and in the control group ttre managemenl
of Asthma Rainbow is carried out by"rt "t
physicians, patients
the only followed
treatnem instruction.
At.fte end or the strdy, tlePEFR values of both group was cornpared; the similar comparison
spirometry (FVC and FEV1), clinical evatuation was also made for result of
tseverny of wheezing ana oysprr"ay and type of treatnent used by patients.
Tlp results showed improvement of asthma severity pto.osl that r,va1
evaluated based on history of asthma attact and type
of teratnent used in both group. Moming PEFR valu& or uofir grcups
improved that was not aimerca statistically (o>0.05)
conclusion : the self management of astftma using Asthma
Rainiw and pEFR could be applied to manage the moderate and
severe asthma patients to improve ttre severity of tfie disease.
ABSTRAK
unfuk memperbaiki deraiat beratrya asma dan mencapai asm:l yang
terkontrol diberikan pelangi Asma dalam pengelolaan
mandiri kepada penderita asma yang berobat di poliklinik
nsu-p Persahabatan. penelitian Jahkuk"n terhadap 40 orang
perdedta yang terbagi rreniadi 2 kelonrpok. Kelompok A ""." ketornpok kontrol dan kebmpok B sebagai kelompok pertakuan
sebagai
masing'masing sebanyak 20 orang. Penelitian dilakukan s.hm.
18 minggu yang Erdiri atas periode supervisi 2 minggu,
periode observasi E minggu dan periode perlakuan g
minggu.
Dalam kelompok perlakuan diberikan cara pengeblaan asma mandiri yang
nrenggunakan peliangi Asma, yaifu sehrah catatan
harian yang nrnggunakan daerah berwama dari nirai Arus puncak
tislp:rasi (ApE) yang digunakan untrk mengatur dan
menggunakan obatobatan. Pelangi Asma dilaksanakan sendiri di
rumah oleh masing+nasing penderita pada kelompok
perlakuan, sedang pada kelompok kontrol penatalaksanaan
Pelangi Asma dilaksanakan oleh doker, penderita hanya menerima
instnrksi pengobatan.
Pada akh'ir penelitian dibandingkan hasil tiupan APE dari kedua
kelompok, demikian pula unfuk pemeriksaan spirometri (KVp
dan vEPl), evatuasi itlinis (derajat rrengi dan serangan sesak) dan
terapi yang digunakan oteh penderita. pada akhir penelitian
ini tampak perbaikan pada derajat asma (pco.osi y"ns dinilai dara rt r"y.t
serangan sesak dan maGam pengobatan yang
digunakan baik padakelo|npok pertakuan maupun kelompok kontrol. sedangkan nilai ApE pagi
kedua kelompok tedapat
iuga perbailon meskipun sccara statistik tidak bermakna (p>o,os), demikian juga bila kelompok perlakuan
dengan kebmpok korrtro! diberikan oleh dokter maka dapat dibandingkan
disimpurLn bahwa penlebhan asma mandiri yang menggunakan
Pelangi Asma dan APE dapat diberikan pada penderita asma
dengan deraiat sedang dan berat untuk memperbaiki derajat
penyakit.
PENDAHULUAN
Tujuan pengobatan asma adalah memperbaiki (l-3). Keadaan ini masih sulit tercapai meskipun temuan
der$at berat penyakit dan mencapai asma yang terkontrol histopatogenesis (5-10) dan obat-obatan (ll-16) cukup
84
J Respir lndo Vol 17, No.2, 1997
sebaiknya penatalaksanaan asma berupa pengelolaan adanya serangan yang lebih berat). dan kapan sampai
mandiri. Pengelolaan asma mandiri adalah suatu bentuk kepada keadaan yang berbahaya dimana penderita harus
penatalaksanaan dengan penderita yang dapat mengikuti segera datang ke layanan gawat darurat.
instruksi dokter dalam mengatur pengobatannya setiap Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai
hari dengan menggunakan monitor obyektif (APE) pengelolaan asma mandiri (18-23) belum menerapkan
dalam Pelangi Asma (l). objektif (faal
secara langsung antara edukasi, pemantauan
Digunakannya APE dalam Pelangi Asma paru) dan penggunaan obat-obatan. Beasley (20)
dimaksudkan agar penderita dapat menyesuaikan menggabungkan antara peemantauan obyektif dengan
pengobatannya setiap hari sesuai pola penyakitnya' pengobatan yang digunakan, tetapi faal paru yang
Disamping itu komunikasi antara dokter dengan penderita digunakan adalah nilai VEPI dan KVP. Seperti diketahui
dapat berlangsung lebih mudah karena adanya monitor pemeriksaan VEPI dan KVP, selain menggunakan alat
obyektif ini. Pemeriksaan APE mudah dilakukan, cara yang rumit dalam pemeriksaannya, juga memerlukan
pemeriksaannya mudah dan alatnya sederhana, dapat konsentrasi dan kerjasama yang baik dari penderita,
untuk menilai keadaan serangan dan dapat dilalarkan oleh sehingga sulit dilakukan bila penderita sedang dalam
penderita sendiri di rumah. Variabilitas APE terjadi keadaan serangan. Pelangi Asma merupakan bentuk
selama 24 jambaik pada orang normal maupun
penderita langsung edukasi dalam,pengelolaan asma mandiri yang
asma sesuai irama sirkadi an (7 ,24). Tingginya perbedaan berdasarkan pemantauan faal paru dalam menggunakan
APE dalam pengukuran 24 iam menunjukkan asma yang obat-obatan yang dilakukan sendiri oleh penderita asma.
belum terkontrol dan hipereaktivitas bronkus masih tinggi' Penelitian ini bermaksud menerapkan program
Nilai APE cukup berkorelasi dengan adanya serangan pengelolaan asma mandiri yang disimpulkan oleh NHLBI
asma, hiperaktivitas bronkus atau adanya obstruksi 1991, dengan menggunakan Pelangi Asma, pemantauan
saluran naPas (24-27). APE baik untuk nilai mutlak atau variasi harian sebagai
Pelangi Asma adalah salah satu kesimpulan dari parameter dalam memperbaiki derajat asma.
pertemuan NHLBI 1991 (1), merupakan upaya dalam
menangani pola penyakit asma yang bersifat fluktuatif
BAHAN DAN CARA
dan individual. Dalam Pelangi Asma instruksi penggunaan
obat-obatan sesuai dengan nilai APE yang diperiksa setiap Penelitian dilakukan pada pengunjung poliklinik
hari, dibagi menjadi 3 tahap sesuai dengan warna lampu asma RSUP Persahabatan yang termasuk derajat asma
lalu lintas agar mudah diingat' Daerah hijau untuk asma sedang dan berat dan bersedia mengikuti petunjuk dan
yang stabil, daerah kuning menunjukkan adanya serangan jadual penelitian. Berpendidikan cukup, lebih dari SLTP
ringan atau sedang, dan daerah merah merupakan tahun. Sebanyak 40 penderita secara
dan berusia 16-60
peringatan kepada penderita agar segera datang ke
gawat acak, dibagi menjadi 2 kelompok, 20 orang dalam
darurat untuk mendapatkan penanganan yang lebih kelompok kontrol dan 20 orang kelompok perlakuan'
kompleks. Pada daerah kuning merupakan peringatan Waktu penelitian terbagi dalam periode supervisi 2
adanya serangan yang dapat menjadi berat bila tidak minggu, periode observasi 8 minggu dan periode
diatasi dengan cepat. Bila pada penderita tidak dapat perlakuan 8 minggu, dengan 5 kali kunjungan' Kunjungan
kembali ke daerah hijau, harus segera ke dokter karena pertama setelah 2 minggu periode supervisi, kunjungan
diperlukan pengobatan tambahan. Daerah pelangi asma kedua setelah 4 minggu pertama periode observasi,
akan berbeda untuk setiap orang dan berbeda pula dari kunjungan ketiga setelah 4 minggu kedua periode
waktu ke waktu. Demikian pula instruksi dalam observasi kemudian 4 minggu pertama dan 4 minggu
penggunaan obat-obatannya, tergantung dari deraj at berat kedua periode perlakuan untuk kunjungan keempat dan
penyakitnya masing-masing' Pelangi asma akan kelima.
85
MANFAAT PENGELOLAAN MANDIRI PADA PENDERITA ASMA
DENGAN MENERAPKAN PELANGI ASMA DAN APE
Pada periode supervisi semua penderita diberikan selanjutnuya atau diperlukan tindakan lainnya misalnya
pengobatan maksimal sesuai derajat penyakit saat itu. bronkodilator inhalasi atau injeksi atau kemungkinan
Pengobatan disini ditujukan untuk mengatasi serangan diperlukannya perawatan rumah sakit.
asma yang masih terdapat pada beberapa penderita.
Selain itu dimriksudkan agar terdapat keseragaman Dalam penilaian dilakukan analisa perbandingan
cara pengobatan sesuai standar dari NHLBI l9g2 (2). hasil pemantauan pada periode supervisi, periode obser-
Pada periode ini penderita mulai diminta melakukan vasi pertama dan kedua (I & D, periode perlakuan
pemeriksaan APE setiap hari2kali,pagi pk. 06.00-0g.00, bulan pertama dan kedua (I & II). para-meter yang
sore pk. 19.00-21.00 sebelum penggunaan bronkodilator.
dicatat adalah APE pagi yo, APE sore %o, ApE maksimal
yo, KVP dan VEPl(yang dibandingkan
dengan nilai
Pada periode observasi kedua kelompok diminta prediksi Pneumobil 1992).Derajat asma dan derajat sesak
melanjutkan pemeriksaan ApE dan mencatat gejala klinis dibandingkan permulaan dan akhir penelitian.
serta obat-obatan yang dipakai setiap hari seperti yang Dibandingkan pula perbedaan hasil antara kelompok
dilakukan pada periode supervisi. kontrol dan kelompok perlakuan. Data obyektif setiap
Pada periode perlakuan kelompok kontrol tetap variabel dihitung nilai rata-rata dan standar deviasinya.
mendapat perlakuan seperti pada periode observasi. pada Untuk membandingkan data kontinyu digunakan uji
kelompok perlakuan diberikan pelangi Asma untuk parametrik t berpasangan dan uji t berkelompok. Untuk
pemantauan pola penyakit dan pemilihan obat_obatan. menilai perubahan data ordinal digunakan uji non
Daerah pelangi asma (daerah hijau, kuning dan merah) parametrik "Wilcoxon Sign Rank,' untuk data ber-
dibuat sesuai evaluasi ApE selama periode observasi pasangan dan Uji "Chi-square', untuk data berkelompok.
seperti yang telah diterangkan diatas. pemilihan obat_
obatan berdasarkan nilai ApE setiap hari dan instruksi
pemdkaian obat dari dokter seperti di bawah ini :
HASIL
Penderita poliklinik asma RSUp persahabatan
dengan derajat asma sedang dan berat yang mengikuti
Daerah Hijau penelitian 40 orang dibagi menjadi 2 kelompok, 20 or-
ang kelompok A (sebagai kelompok kontrol) dan 20 or-
APE > 80% dari ApE tertinggi. penderita di sini
menggunakan obat seperti yang biasa digunakan ang sebagai kelompok B (kelompok perlakuan).
sesuai derajat asma.
Kelompok A terdiri atas 6 orang laki-laki dan 14
perempuan dengan.usia rata-rata 34,05 + 10,44 tahun,
kelompok B terdiri atas laki-laki 7 orangdan perempuan
Daerah Kuning l3 orang dengan usia rata+ata 36,85 + 12,15 tahun.
I
86
di
J Respir lndo Vol 17, No' 2, 1997
Tabet l. perbandingan hasil pemeriksaan APE antara periode observasi dan periode perlakuan pada kelompok
A dan kelompok B
Kelompok A Kelompok B
Mean p: o-I p: o-tr Mean p: O-I p: O-tr p
APE pagi %
Observasi I 62,93 r5,59 69,74 12,74 0,134
Observasi II 67,02 14,97 0,024 68,80 12,69 0,587 0,687
Perlakuan I 64,86 14,44 0,297 0,12s 69,76 13,05 0,989 0,631 0,268
Perlakuan II 65,67 15,57 0,140 o,425 71,02 12.26 0,464 0,327 0,235
APE maksimal %
Observasi I 68,63 15,16 74,61 11,82 0,173
Observasi II 71,92 t3.73 0,103 73,39 t2,65 0,555 0,725
Perlakuan I 69,63 15,30 0,965 0,067 73,61 I1,28 0,509 0.908 0,355
Perlakuan II 70,28 14,98 0,360 0,324 74,82 9,42 0,908 0,503 0,267
APE sore 7o
Observasi I 66,15 15,32 70,97 17,32 0,266
Observasi II 70,02 14,71 0,064 70,19 11,19 0,632 o,967
Perlakuan I 67,68 t4.79 0,475 0,050 7t,23 11,14 0,885 0,574 0,397
Perlakuan II 68,06 16.57 0,364 0,225 71,33 10,43 0,89 0.658 0,459
Faal paru tidak dibandingkan pada periode ini Selama penelitian berlangsung dibandingkan nilai
karena sebagian penderita datang pada keadaan serangan APE antara periode observasi (l & [) dengan periode
o/ohanya
ringan atau dalam keadaan tidak terkontrol. perlakuan (I & D, tampak perubahan APE pagr
87
IIIAT\IFAAT PEAIGELOUAN ASMA MANDIRI
DENGAN MENERAPKAN PEI.AT{GI ASMA DAN APE
88
I
J Raspir lndo Vol 17, No. 2, 1997
rE
t{ t,l
12 12
10
0
il to
o.
0 I
4 .l
2
o JI [.JLKEL.A
N 2
o J
sEs^K
sesax
i E[
z KsN
segax s flJ
TENAPI 1
TENAPI 2
TEFIAPI 3
!I
NNNN
"j
sesnx r &ffr TEN PI ,I WA
SuD€.vlgl Observssl Perltrkuon TERAPI 6 trlS
Super vlsl Obs e r vasl Perlnktrnrr
Dera.iat sesak 1 tidak ada sesak malam hari
a sesak malam hari < 2 seminggu Terapi 1 = BDI kalau pedu
5 sesak malam hari > 2 seminggu 2=CSl+BDl
4 sesak sepanjang hari 3 = CSI + BDOX legas lambat + BDI
4=CSl+BDO+BDl
5=CSt+CSO+BDO+BDl
Gambar 5. Gambaran perubahan serangan sesak p: PS = harga p dibandingkan pasca-supervisi
selama penelitian antara kelompok A p: PO = harga p dibandingkan pasca-ob€ervasi
dan kelomPok B
Gambar 6. Gambaran perubahan terapi yang
diberikan selama penelitian antara
Serangan sesak pada ketompok A tampak berbeda kelompok A dan kelomPk B.
bermakna setelah penelitian baik bila dibandingkan
dengan pemeriksaan saat pascasupervisi maupun bila
dibandingkan dengan saat pemeriksaan pasca perlakuan
Thbel 3. Perbandingan derajat asma sebelum dan
setelah selesai Penelitian
(p < 0,05). Sedangkan pada kelompok B perbedaan
bermakna hanya terdapat ibila pemeriksaan pascaper- lhrajat asma KehmpokA rcnak- xehmRokB
KHf' A: B
lakuan dibandingkan pascasupervisi, sedangkan selama Sehelum pcnefitian
penelitian secara statistik tidak terdapat perbedaan yang Rin5in
bermakna pada kelompok B. Apabila kelompok A Sed.ng 1l (57'90%) E (A'l0o/o)
Berat 9 (42,mo/o) 12 (57,10o/o) 0;a
dibandingkan dengan kelompok B, maka didapat fttclah pnelitian
perbedaan yang tidak bermakna (gambar 5). Ringan 2 (40,m%) 3 (60'000/0)
Scdang l0 (45'50%) 12 (s450%)
Penggunaan terapi pada keelompok B tampak Bcat 8 (61'500/0) 0Jl0 s (3&s0%) 0.005 05M
berbeda bermakna selama penelitian (p < 0,05)'
Sedangkan pada kelompok A tidak terdapat perbedaan
vang bermakna pada pemberian terapi seiama penelitian DISKUSI
berlangsung (p > 0,05). Bila kelompok A dibandingkan
Pada penelitian ini dipilih penderita asma dengan
dengan kelompok B berbeda tidak bermakna. Gambaran
ini tampak pada
usia 16-60 tahun dan riwayat pendidikan lebih dari
pengurangan penggunaan obat-obatan
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama karena pada Program
gambar 6.
Asma Mandiri diperlukan pengetahuan penderita
Pada akhir periode perlakuan dievaluasi kembali mengenai patogenesis dan pengetahuan mengenai cara
derajat asma kedua kelompok. (p > 0,05). Tetapi bila kerja dan efek samping obat-obatan, kemampuan
dibandingkan derajat asma selama penelitian tampak melakukan pemeriksaan dan penilaian Arus Puncak
perbedaan yang bermakna pada kelompok B (p=0,0051), Ekspirasi serta penggunaan Pelangi Asma (l).
sedangkan pada kelompok A berbeda tidak bermakna Kemampuan dan pengetahuan yang kurang dalam
(p:0,3105), seperti tampak pada tabel 3 dan gambar 7. mengikuti Program Asma Mandiri dapat mengakibatkan
89
*o"*'5.'il3ih",'ff
I-XiHiXf 'i?il,T,',T'llf llt
mekanisme kortikosteroid dalam mengatasi inflamasi akut
(14). Sedangkan untuk mencapai asma yang terkontrol
masih diperlukan waktu lebih lama lagi sesuai mekanisme
kortikosteroid dalam menekan hipereaktivitas bronkus
(15)
90
I
J Respir lndo Vol 17, No' 2, 1997
derajat asma 3 orang peserta berubah menjadi derajat penelitian. Dapat diartikan pula dengan cara pengobatan
ringan. Peserta dengan derajat berat yang sebelumnya ini serangan asma dapat diatasi tetapi asma yang
lrrjumlah 12 orang berkurang menjadi 5 orang. Pada terkontrol belum dapat dicapai. Hal ini mungkin karena
lielompok kontrol terdapat juga perubahan derajat asma waktu penelitian yang terlalu pendek (8 minggu) dan
tetapi tidak bermakna (p : 0,310), hal ini mungkin kunjungan penderita hanya 2 kali dengan jarak 4
disebabkan perubahan terapi yang diberikan menjadi minggu agaknya terlalu lama. Unhrk mencapai asma
kurang dini karena peserta hanya kembali ke dokter yang terkontrol diperlukan waktu yang lebih lama,
dalam periode 1 bulan, sedangkan penderita dalam sesuai dengan efek steroid dalam mengatasi hipereak-
Adanya perbedaan yang bermaknapada kelompok Tampaknya secara objektifderajat berat asma belum dapat
perlakuan berarti adanya perbaikan derajat asma dengan diperbaiki dengan program asma mandiri yang diberikan,
program asma mandiri, tetapi tidak adanya perbedaan terlihat dari perhitungan statistik hasil APE pagi dan APE
bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok maksimal tidak berbeda bermakna pada seluruh periode
kontrol (tabel 3) menunjukkan bahwa program ini belum penelitian. Demikian pula pada APE sore tidak tampak
berjalan lebih baik dibandingkan pengobatan yang biasa adanya perbedaan yang bermakna secara statistik, disini
dilakukan di poliklinik asma RSUP Persahabatan' berarti para peserta penelitian belum dapat
Kemungkinan lain adalah memang perilaku penderita menggunakan obat-obatan dengan tepat. Penggunaan
asma tidak sesuai dengan pengetahuan dan sikapnya (3 l), obat-obatan yang ditentukan oleh penderita sendiri
mereka lebih suka tergantung kepada obat yang diberikan berdasarkan petunjuk Pelangi Asma belum dapat
dokter daripada harus memeriksa APE setiap hari, diterapkan dengan benar, kemungkinan karena waktu
memperkirakan sendiri timbulnya serangan dan beratnya penelitian hanya 8 minggu dengan 2 kali kunjungan. Bagi
penyakit serta memilih obat-obatan sendiri. Dapat seorang penderita asma untuk dapat mengerti dan
disimpulkan bahwa pada penderita asma yang tidak mengenal dengan baik tentang seluk beluk penyakitnya
mengikuti program asma mandiri hhrus dilakukan evaluasi diperlukan waktu yang cukup lama, seperti yang dilakukan
lebih ketat dan waktu kunjungan yang lebih sering untuk oleh Malo (22) atau Charlton (19) yang membutuhkan
mencapai asma terkontrol. wakru lebih dari 6 bulan dalam memberikan edukasi pada
penderita asma. Dalam mengevaluasi hasil suatu
pengelolaan yang diberikan harus menggunakan waktu
Evaluasi Faal Paru yang cukup, karena asma merupakan penyakit konik yang
berfluktuasi.
Nilai APE pagi dianggap sebagai ukuran dari derajat
serangan yang masih ada, APE sore digunakan sebagai Variasi harian lebih banyak menunjukkan stabilitas
ukuran apakah pengobatan yang dipakai sudah cukup penyakit daripada derajat berat asma (25). Pada penelitian
atau belum dan nilai APE maksimal untuk mengetahui ini secara statistik tidak tampak perbedaan yang bermakna
derajat perbaikan yang sudah dicapai (25). diantara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (p >
0,05) sampai akhir dari penelitian tabel 3). Tetapi bila
Seiama penelitian perbaikan tiupan APE hanya
periode perlakuan II dibandingkan dengan periode
terdapat pada kelompok kontrol, untuk APE pagi maupun
observasi I secara statistik (p : 0,025) berbeda bermakna,
APE sore. APE pagi hanya terdapat bila periode observasi
II dibandingkan dengan periode observasi I (p : 0,024), sedangkan bila dibandingkan dengan observasi I
setelah itu tidak tampak lagi kemajuan yang nyata. menurut perhitungan statistik tidak bermakna (p :
Sedangkan APE sore perbaikan terdapat bila periode 0,107). Disini berarti selama periode observasi memang
perlakuan II dibandingkan dengan observasi II (p
:0.05). belum terjadi stabilitas penyakit karena memang baru 8
Berarti pada kelompok ini pengobatan yang diberikan minggu, disamping itu pada kelompok perlakuan ketika
sudah dapat memberikan perbaikan asma tetapi hasil periode observasi belum diberikan program asma mandiri.
pengobatan masih sukar dipertahankan terbukti dengan Pada periode observasi I serangan asma dapat diatasi oleh
hasil tiupan APE yang menurun lagi pada akhir periode periode supervisi sebelumnya, juga terlihat dengan
9l
MANFAAT PENGELOLAAN MANDIRI PADA PENDERITA ASMA
OENGAN MENERAPKAN PELANGI ASMA OAN APE
Penggunaan ApE sebagai tolok ukur dalam Program Asma Mandiri dengan pemantauan ApE
keberhasilan pengobatan asma sebenamya tidak diragukan dan Pelangi Asma tampaknya dapat digunakan untuk
lagi dan telah dibuktikan oleh beberapa perreliti (24), penatalaksanaan asma sedang dan berat, dalam pelak_
Pemeriksaan spirometri pada penelitian ini tidak 2. NHLBI, National Institute of Health of Bethesda, Maryland
Intemational Consensus Report on Diagnosis and Treatment of
menunjukkan perubahan yang bermakna pada seluruh
Asthma. Eur J espir, 1992.,5: 601-41
periode penelitian (tabel 4). pemeriksaan spirometri
3. Hadiarto M. Diagnosis dan penatalaksanaan asma. Simposium
memerlukan perhatian dan tenaga yang cukup dari PPDI Jakana, 1992
penderita, pada penelitian ini pemeriksaan spirometri
4. Hargreave FE, Dolovich J, Newhouse MT The assessment and
tidak dapat digunakarr sebagai evaluasi derajat berat asma treatment of asthma : A conference report. J Allergy Clin
karena tidak dilakukan pada waktu yang tepat. penderita Immunol, 1990; 85:
.1089-1l l t
datang berkunjung pada keadaan serangan sehingga 5. Barnes PJ. New concept in the pathogenesis of bronchial
menolak untuk dilakukan pemeriksaan spirometri, karena hyperresponsiveness and asthma. J Allergy Clin Immunol, 19g9;
83:1013-33
mereka takut pemeriksaan itu dapat menambah berat
serangan sesak yang sudah ada. pemeriksaan spirometri
6. Laitinen LA, Laitinen A. pathology of Human Asthma. In :
pada setiap periode, tampak peningkatan nilai Kay AB. asthma and inflamation. J Allergy Clin Immunol, l99l;
persentasenya 87:893-910
tetapi tidak berbeda bermakna.
Perncriksaan VEPI lebih berarti bila dipakai untuk Busse WW, Calhoun WF, Sedgwick JD. Mechanism of airway
92
J Respir lndo Vol 17, No.2, 1997
13. Sears MR, Taylor DR, Pint CG. Regular inhaled beta-agonist 23. Bailey WC, Richards JM, Brooks M, Song SJ, Windsor RA,
treatment in bronchial asthma. The Lancet, 1990; 336: 139l_6 Manzella BA. A randomized trial to improve self-management
14. Barnes PJ. Effect of corticosteroid on airway practices of adult with asthma. Ach Intem Med, 1993;150:1664_
hyperrespon_
siveness. Am Rev Respir Dis, 1990; 141: 570-6 8
15. Vathenen AS, Knox AJ, Wsniewski A, Tattersfield AE. Time 24 Clark NM, Evans D, Mellins RB. patient use of peak flow
course of change in bronchial reactivity with an inhaled monitoring. Am Rev Respir Dis, 1992;145:722-5
corticosteroid in asthma. Am Rev Respir Dis, l99l; 143: l3l7_ 25 Enright PL, l,ebowitz MD, Cockroft DW. physiologi measures:
21 pulmonary function test. Asthma Outcome. am J Respir Crit Care
16. McFadden Jr ER. Dosages of corticosteroid in asthma. Am Rev Med, 1994; 149: S9-St8
Respir Dis, 1993;147: 1306-10 26. Faisal Y Faal paru dan asma. Simposium penanganan Status
17. Laporan Tahunan Bagian pulmonologi FKUI/Unit paru RSUp Asmatikus. Bagian Pulmonologi FKUI, 1992
Persahabatan. J akarta, 1992. 27 Neukirch F, Liard R, Segala C, KorobaeffM, Henry C, Cooreman
18. Jenkinson D, Davison J, Jones S, Hawtin p Comparison ofeffect J. Peak expiratory flow variability and bronchial responsiveness
of self management booklet and audiocasette for patients with to metacholine. Am Rev Repir Dis, 1992: 146 71-5
asthma. BMJ, 1988; 29'7 : 267-70 28. Woodhead M. Guideline on the management of asthma. BMJ,
.19. Charlton I, Charlton G, Broomfield J, Mullee MA. Evaluation of 1993;48: Sl-S23
peak flow and symptoms only selfmhnagement plans for control 29. Bames PJ. A new approach to the treafnent ofasthma. N Eng
of asthma in general practice. BMJ, 1990; 301:1355-9 J Med, 1989; 321: l5l7-27
20. Beasly R, Cushley M, Holgate ST. A self management plan in 30. Tim Pneumobile. Nilai normal faal paru Indonesia. 1992
the treatment of adult asthma. Thorax, l9B9; 44:200-4
31. Boedi S, Hadiarto M, ljandra YA. profil produktivitas kerj4 biaya
21. Lee YC, Lee YS, Rhee YK. The effect of inhaled budesonide and pengobatan serta pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap
beclomethasone dipropionat on the cortisol concentration. The penyakitnya pada penderita asma bronkial. paru, 1994; 14:7_16
12th APCDC, Seoul 1992
32, J. Circadian rhytms. BMJ, 1993; 306: 44g_51
Waterhouse
22. Malo JL, L'Archeveque J, Trudeau C, Aquino C, Cartier A.
Should we monitor peak flow rates or record symptoms with a 33. The Jornal of British Thoracic Society. Guideline on the
simple diary in the mdnagement of asthma ? J Allergy Clin management ofasthma. ThoE 1993; 4g: S1-S24.
Immunol, 1993; 9l: 702-9
lr3