Sie sind auf Seite 1von 15

JURNAL ILMIAH MAHASISWA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO


HEALTH SCIENCES JOURNAL
Url : http://studentjournal.umpo.ac.id/

ASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY OF CARE PADA NYNMASAHAMIL


SAMPAIDENGANKELUARGABERENCANA DIPMB SETYAMI NURHAYATI S.ST

Titah Hardiani, Siti Faridah, Ririn Ratnasari

Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Ponorogo


Email : titah_ardhian11@gmail.com

Sejarah Artikel

Diterima :Februari 2019Disetujui: Maret 2019 Dipublikasikan: April 2019

Abstract

In reality, pregnant women have not received midwifery care continuity of care where they should have been
thoroughly, continuously and of quality. "It is important that midwifery care is continuity of care in order to be
able to apply care to pregnant women on an ongoing basis." Actions that can be carried out refer to the Save
Motherhood Initiative program. Giving midwifery care to NG2P11001 at the age of 22 years was conducted
twice, starting from the age of 38 weeks held on December 14, 2018 to January 27, 2019. It was found that
mothers in the high risk group were due to a pregnancy distance of ≥2 years. Mothers give birth at 39 weeks of
gestation in the normal way on January 1, 2019 at 11:55 a.m. WIB. Babies born spontaneously assisted by
midwives, male sex, birth weight
3,100 grams, body length 49 cm, chest circumference 34 cm, head circumference 33 cm, no perineal suture
injuries. During puerperal period there were no complaints, lochea came out normally mother can breastfeed
her baby. In this case, it is suggested that by following Continuity Of Care services the condition of the mother
and fetus is healthy, because routine routine checks and mobilization of the mother, and nutritional needs for
the mother and fetus are fulfilled so that there are no problems in pregnancy until family planning.

Keywords: Mother, Pregnancy, Childbirth, Postpartum, Newborns, Family planning

Abstrak
Dalam kenyataan ibu hamil belum mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan continuity of care dimana
yang
seharusnya sudah didapatkansecara menyeluruh, berkesinambungan dan berkualitas. Pentingnya asuhan
kebidanan secara continuity of care agar dapat menerapkan asuhan kepada ibu hamil secara berkelanjutan.
Tindakan yang dapat dilakukan mengacu pada program Save Motherhood Initiatif.. Pelayanan kesehatan ibu
hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan antenatal sekurang-kurangnya 4kali. Pemberian asuhan
kebidanan pada Ny NG2P11001 usia
22 tahun dilakukan dua kali kunjungan, mulai dari usia 38 minggu dilaksanakan pada 14 Desember 2018
sampai 27
Januari 2019. Ditemukan bahwa ibu dalam kelompok resiko tinggi karena jarak kehamilan ≥2 tahun. Ibu
melahirkan pada usia kehamilan 39 minggu dengan cara normal pada 1 Januari 2019 pukul11.55 WIB. Bayi lahir
spontan ditolong oleh bidan, jenis kelamin laki-laki, berat lahir 3.100 gram, panjang badan 49 cm,lingkar dada
34 cm,lingkar kepala
33 cm, tidak ada luka jahitan perineum.Pada masa nifas tidak ditemukan keluhan, lochea keluar dengan
normal ibu sudah dapat menyusui bayinya. Dalam hal ini disarankan bahwa dengan mengikuti pelayanan
1

secara Continuity Of Care kondisi ibu dan janin sehat, karena rutin melalukan pemeriksaan dan mobilisasi ibu
baik, serta kebutuhan nutrisi pada ibu dan janin tercukupi sehingga tidak terjadi masalah pada kehamilan sampai
dengan keluarga berencana.

Kata Kunci :Ibu, Kehamilan,Persalinan, Nifas,Bayi Baru Lahir, Keluarga berencana

©2019 Universitas Muhammadiyah Ponorogo. All right reserve.

ISSN2598-1188 (Print)
ISSN2598-1196(Online)
2

Health Sciences Journal(vol 3)(No 1)(April 2019)


Pendahuluan kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian
Bayi adalah 34 per 1000 kelahiran hidup.
Antenatal Care atau dikenal dengan Penyebab AKI secara langsung adalah
ANC merupakan suatu pemeriksaan yang perdarahan (pada ksus 2007 perdarahan
sangat penting untuk pembangunan adalah 60%), toksemia
kesehatan, sehingga perlu terjalin gravidarum/keracunan kehamilan (20%) dan
kesinergisan dari peran pemerintah dengan infeksi, dan lain-lain, (35%). Dan juga
masyarakat untuk menurunkan angka terdapat beberapa faktor tidak langsungyang
kematian ibu atau dikenal dengan Mother mempengaruhi dalam hal ini yakni :
Mortality Rate (MMR)dan angka kematian pendidikan ibu, sosial ekonomi. Kesehatan
bayi (AKB) yangmasih cukup tinggi.(Eka ibu dan anak merupakan indikator penting
Norma, dkk. : 2012) Menurut Depkestahun dalam mengukur erajat kesehatan suatu
2008, menyebutkan bahwasalah satu negara dimana status kesehatan ibu dan anak
indikator yang paling sensitif untuk dapat dilihat dari angka kematian ibu (AKI)
mengetahui derajatkesehatan dan untuk dan angka kematian bayi (AKB). Angka
mengukur tingkatkemajuan suatu bangsa kematian ibu di Indonesia pada tahun 1997
adalah AKI dan AKB.Masih tingginya kasus sebesar 334 per 100.000 kelahiran hidup
kematian ibudan AKB sehingga dirasakan dalam waktu 10 tahun terakhir turun menjadi
perluuntuk dilakukan penelitian 226 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI
gunamengetahui cakupan K1 dan deteksidini 2007), namun hasil SDKI 2014 meningkat
kehamilan berisiko.(Kemenkes RI, 2014). menjadi 359 per 100.000 kelahiran
Angka Kematian Ibu (AKI) hidup.(Kemenkes RI, 2016).
merupakan salah satu indikator untuk melihat Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI)
derajat kesehatan perempuan. Angka sangat tinggi di dunia, tercatat 800
kematian ibu didunia sangat tinggi, tercatat perempuan meninggal setiap hari akibat
sebanyak 800 perempuan meninggal setiap komplikasi kehamilan dan kelahiran anak.
hari akibat komplikasi kehamilan dan Pada tahun 2013 lebih dari 289.000
kelahiran (WHO,2014). Angka Kematian perempuan meninggal selama dan setelah
Bayi (AKB) adalah angka probabilitas untuk kehamilan dan persalinan (WHO,
meninggal diumur antara lahir dan 1 tahun 2014).Faktor-faktor yang menyebabkan
dalam 1000 kelahiran hidup.Kematian ibu Kematian Ibu di Indonesia yaitu kelompok
dan bayi merupakan ukuran terpenting dalam kehamilan beresiko.Kelompok kehamilan
melai indikator keberhasilan pelayanan resiko tinggi di Indonesia pada tahun 2007
kesehatan di Indonesia, namun ada sekitar 34%. Kategori dengan resiko tinggi
kenyataannya ada juga persalinan yang tunggal mencapai sekitar 22,4% dengan
mengalami komplokasi sehingga rincian umur ibu <18 tahun sebesar 4,1%
mengakibatkan kematian ibu dan bayi. umur ibu >34 tahun sebesar 3,8% jarak
(Maryuani, 2011;105). kelahiran <24 bulan sebesar 5,2% dan jumlah
Derajat kesehatan suatu negara anak yang terlalu banyak (>3orang) sebesar
ditentukan oleh indikator AKI dan AKB, 9,4%.(Kemenkes RI, 2014).
umur harapan hidup dan Angka Kematian Data sekunder dari Dinas Kesehatan
balita (Depkes RI, 20). Menurut Survey Kabupaten Ponorogo tahun 2016, capaian
Demografi kesehatan dan Kesehatan AKI sebesar 119/100.000 kelahiran hidup
Indonesia (SDKI) 2007 Angka Kematian Ibu (KH). Sedangkan Angka Kematian Bayi
di Indonesia adalah 228 per 100.000 (AKB) tahun 2016 sebesar 17,1 per 1.000
3

kelahiran hidup (KH). Penyebab langsung hamil dengan riwayat SC sebesar 6 orang
kematian ibu sebesar 90% terjadi pada saat (30%), dengan indikasi letak sungsang
persalinan dan setelah persalinan, penyebab sebesar 2 orang (10%), Gemelli 1 orang
langsung kematian ibu perdarahan sebesar (5%), PEB sebesar 2 orang (10%), post date
28%, eklamsia 24%, dan infeksi 11%, sebesar 2 orang (10%), kala satu yang
sedangkan penyebab tidak langsung memanjang sebesar 1 orang (5%), Ketuban
kematian ibu adalah Kurang Energi Kronik Pecah Dini (KPD) sebesar 4 orang (20%),
(KEK) 37%, dan anemia 24%. Sedangkan Retensio Plasenta sebesar 1 orang (5%), CPD
penyebab kematian bayi di Ponorogo adalah sebesar 1 orang (5%). Dari 30 ibu bersalin
bayi berat lahir rendah (BBLR) 46%, asfiksia terdapat 1 orang (3,33%) bayi baru lahir tidak
22%, dan penyebab lain karena kelainan dilakukan IMD karena BBLR.Pada data ibu
bawaan dan infeksi sebesar 32%. nifas, ibu yang rutin melakukan kunjungan
Berdasarkan data dari PMB Ny.I nifas sebesar 50 ibu nifas.Dari data tersebut
Kec.Jetis Kab.Ponorogo pada tahun 2017 ada ibu nifas yang mengalami infeksi jahitan
bulan Januari sampai bulan September sebesar 3 orang (6%) dan, 2 (4%) ibu nifas
jumlah K1 adalah 107 ibu hamil dan jumlah mengalami bendungan ASI. Berdasarkan
K4 sebesar 99 (92,52%) iu hamil, dari data data dari PMB ibu yang menggunakan KB
tersebut terdapat 8 (7,47%) ibu hamil yang baru sebanyak44 yaitu ibu yang
tidak melakukan K4. Tingkat pendidikan ibu menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan
yang rendah sebagian besar tidak teratur sebanyak 23 orang (52,27%) akseptor, suntik
dalam pemamfaatan pelayanan antenatal. 1 bulan sebanyak 3 orang (6,81%) akseptor,
Kurangnya pengetahuan ibu tentang IUD 13 orang (29,54%) akseptor, implan 2
antenatal care (ANC) menyebabkan orang (4,54%) akseptor, pil (progesteron) 3
pemantauan kondisi ibu dan tumbuh orang (6,81%) akseptor. Dan ibu yang
kembang bayi tidak optimal menggunakan KB aktif sebanyak 270.
(Kusmiyati,2011). Kecenderungan ibu Adanya kesenjangan di PMB Ny.I karena
sebagian malas untuk minum tablet kurangnya cakupan ibu hamil yang
Fesehingga ibu mengalami anemia yang melakukan kunjungan antenatal care secara
berakibat terjadinya Ketuban Pecah Dini 5 rutin (K4) berdampak pada tidak
(5,25%), Perdarahan antepartum 2 (2,1%), mendapatkannya serangkaian pelayanan
persalinan prematuritas 2 (2,1%). Akibat yang terkait dengan upaya memastikan ada
yang terjadi daripersalinan premature adalah tidaknya kehamilan dan penelusuran
bayi masih perlu dirawat dirumah sakit berbagai kemungkinan adanya penyulit atau
sampai berat bayi mencapai normal sehingga gangguan kesehatan selama kehamilan yang
tidak mendapatkan ASI eksklusif. mungkin dapat mengganggu kualitas
Hal ini disebabkan karena kurangnya kehamilannya. Dan adanya kesenjangan lain
pengetahuan ibu , ketidakpatuhan ibu dan yaitu banyaknya persalinan yang dilakukan
malas untuk minum tablet Fe. Setiap ibu rujukan dengan kasus mempunyai riwayat
hamil harus mengkonsumsi 90 tablet Fe SC, resiko tinggi (primi tua), Ketuban Pecah
selama kehamilan agar tidak mengalami Dini (KPD), kala I memanjang, post date, dan
anemia (Prasetyawati A, 2012). Pada data sungsang.
persalinan terdapat 50 persalinan,ada 30 Pelayanan Ante Natal Care adalah
persalinan normal yang ditolong oleh bidan pelayanan yang sekurang-kurangnya empat
dengan menggunakan 60 langkah APN, kali selama masa kehamilan yang meliputi
sementara 20 pasien dirujuk karena ibu K1 dan K4 yaitu 1 kali pada trimester 1, 1
4

kali pada trimester 2 dan 2 kali pada kepada ibu dan bayi dalam lingkup
trimester 3 (SDKI, 2012) .Pelayanan Intra kebidanan dengan upaya deteksi dini
Natal Care pelayanan yang harus diberikan komplikasi pada ibu hamil sedini mungkin
oleh tenaga kesehatan sesuai dengan 60 dan bisa melakukan asuhan kebidanan yang
langkah Asuhan persalinan normal untuk berkelanjutan secara komperhensif terhadap
menurunkan proporsi pendarahan dan ibu hamil sampai dengan KB (continuity of
infeksi(Profil Kesehatan Indonesia Tahun care). Hal ini, sesuai dengan rencana strategis
2014).Pelayanan kesehatan Ibu Nifas sesuai menteri kesehatan yaitu peningkatan
standar untuk deteksi dini komplikasi pada kesehatan ibu, bayi, balita, dan Keluarga
ibu nifas diperlukan pemantauan Berencana (KB) (Kemenkes, 2012)
pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan Untuk memperoleh pelayanan ibu hamil
melakukan kunjungan nifas minimal 4 kali yang berkualitas dan komprehensif yaitu
dengan ketentuan waktu (1) Kunjungan dengan melakukan ANC terpadu/
nifas pertama pada masa 6 Jam setelah terintregitas yang merupakan pelayanan
persalinan (2) Kunjungan nifas kedua dalam antenatal komprehensif dan berkualitas yang
waktu 6 hari setelah persalinan (3) diberikan kepada semua ibu hamil.
Kunjungan nifas ketiga dalam waktu 2 Pelayanan tersebut diberikan oleh dokter,
minggu setelah persalinan 8-14 hari (4) bidan, dan perawat terlatih, sedangkan jenis
Kunjungan nifas keempat dalam waktu 6 pemeriksaan ANC terpadu adalah sebanyak
minggu setelah persalinan 36-42 10 jenis pemeriksaan yaitu, timbang berat
hari(Karwati,2011:94).Pengawasan untuk badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan
bayi baru lahir juga penting untuk darah, nilai status gizi (LILA), ukur tinggi
diperhatikan, harapan supaya ibu dan bayi fundus uteri, menentukan presentasi janin
sehat pengawasan pada bayi baru lahir dapat dan denyut jantung ( DJJ), skrining status
dilakukan dengan cara melakukan imunisasi (TT), beri tablet tambah darah,
kunjungan minimal 3 kali dua kali pada usia pemeriksaan laboratorium(Hb, HIV,
0-7 hari,kunjunjungan pertama dilakukan BTA,darah malaria, gula darah, protein urine,
pada (6-8 jam post partum) dan kunjungan dan kadar golongan darah), tata laksana/
kedua dilakukan pada (3-7 hari post penanganan khusus, dan temu wicara
partum). Dan satu kali pada usia 8-28 hari (konseling) yang meliputi kesehatan ibu,
disebut KN lengkap, pemberian imunisasi, perilaku hidup bersih dan sehat, peran suami/
manajemen terpadu balita muda (MTBM) keluarga, tanda bahaya kehamilan, persalinan
dan penyuluhan perawatan neonatus di dan nifas, asupan gizi seimbang, gejala
rumah (Saiffudin 2009:122). Pelayanan KB penyakit menular, penawaran untuk
adalah upaya mengatur kelahiran anak jarak melakukan tes HIV dan konseling daerah
dan usia ideal melahirkan dan mengatur epidermis, inisiasi menyusui dini (IMD), KB
kehamilan melalui promosi pasca persalinan, imunisasi, dan peningkatan
kesehatan,perlindungan dan bantuan sesuai kesehatan intelegensia pada kehamilan
dengan hak reproduksi untuk mewujudkan (Kemenkes, 2015:8)
keluarga yang berkualitas(Profil Kesehatan Upaya peningkatan kesehatan ibu dan
Indonesia Tahun 2014). penurunan angka kematian ibu mustahil
dapat dilakukan sendiri oleh Pemerintah,
Salah satu upaya yang dapat dilakukan terlebih dengan berbagai keterbatasan
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan sumber daya yang dimiliki-tenaga, sarana
yang bersifat menyeluruh dan bermutu prasarana, dan anggaran. Oleh karena itu,
5

mutlak diperlukan kerja sama lintas program f. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1
dan lintas sector terkait, yaitu pemerintah minggu lagi atau jika ibu merasakan
daerah, sector swasta, organisasi profesi keluhan/ timbul tanda-tanda persalinan.
kesehatan, kalangan akademisi, serta .
lembaga dan organisasi masyarakat baik dari IMPLEMENTASI
dalam negeri maupun luar negeri. Maka dari a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan.
itu, upaya pemerintah dibuat sebagai tenaga b. Menganjurkan ibu untuk
kesehatan melakukan continuity care( mengkonsumsi makanan bergizi.
Riskesdas, 2013) c. Menganjurkan ibu untuk tidur miring
Berdasarkan dari pemaparan masalah ke kiri
diatas, penulis tertarik untuk melakukan dan d. Menganjurkan ibu untuk tetap rutin
menerapkan asuhan kebidanan yang minum tablet Fe 60 mg 1x1.
bekualitas dan berkesinambungan dengan e. Memberikan KIE tanda-tanda
memberikan asuhan kebidanan secara persalinan seperti keluarnya lender
langsung pada ibu hamil TM III, bersalin, bercampur darah, kontraksi yang
nifas, neonatus, dan keluarga berencana teratur, dan ketuban pecah.
dengan pendekatan manajemen kebidanan f. Menganjurkan ibu untuk kunjungan
yang didokumentasikan dengan metode ulang 1 minggu lagi atau jika ibu
SOAP. merasakan keluhan/ timbul tanda-tanda
persalinan.
Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan adalah EVALUASI
deskriptif kualitatif. Dimulai dari a. Ibu mengetahui kondisinya.
pengumpulan data subyektif dan data b. Ibu mengerti dan bersedia
obyektif, rencana asuhan, penetapan melakukannya di rumah.
diagnosa, implementasi asuhan dan evaluasi. c. Ibu bersedia melakukan anjuran bidan.
d. Ibu rutin mengkonsmsi tablet Fe
ANALISIS e. Ibu dapat menjelaskan kembali
Diagnosa : G2P1A0usia kehamilan 38 penjelasan bidan.
minggu 2 hari. f. Ibu bersikap kooperatif.
Masalah : tidak ada
PEMBAHASAN
PERENCANAAN
a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan. Pada bab ini penulis akan menganalisa
b. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi hasil pengkajian dan pemberian asuhan
makanan bergizi. kebidanan secara Continuity of Care yang
c. Anjurkan ibu untuk tidur miring ke kiri. diberikan pada Ny. N G2P1A0 mulai dari
d. Anjurkan ibu untuk tetap rutin minum hamil trimester III, bersalin, bayi baru lahir,
tablet Fe 60 mg 1x1. nifas, sampai KB mulai dari tanggal 14
e. Berikan KIE tanda-tanda persalinan Desember 2018 sampai dengan tanggal 27
seperti keluarnya lendir bercampur Januari 2019. Asuhan kebidanan yang
darah, kontraksi yang teratur, dan diberikan melalui pendekatan langkah-
ketuban pecah. langkah manajemen kebidanan yang terdiri
dari pengkajian data, merumuskan diagnosa
kebidanan, merencanakan asuhan kebidanan,
6

melaksananakan asuhan kebidanan, tidak melakukan kunjungan dikarenakan


mengevaluasi asuhan kebidanan, dan ketidaktahuan ibu terhadap kehamilannya.
melakukan pendokumentasian asuhan Pada kunjungan pertama yang
dengan menggunakan SOAPIE dan SOAP dilakukan tanggal 14 Desember 2018
sebagai data perkembangan. Berdasarkan keadaan umum ibu baik, kesadaran
hasil pengkajian terhadap Ny. N didapatkan composmentis, TD 110/70 mmHg, nadi 84
hasil sebagai berikut: kali/menit, suhu 36,7 °C, RR 20 kali/menit,
BB 55kg pemeriksaan fisik normal
Kehamilan trimester III ditemukan masalah jarak antara kehamilan
Ibu melakukan kunjungan ANC sebanyak yang kedua dan pertama yaitu < 2 tahun.
dua kali kepada Ny. N pada tanggal 14 Pada kunjungan kedua yang dilakukan pada
Desember 2018 pada usia 38 minggu 2 hari tanggal 26 Desember 2018 keadaan umum
dan pada tanggal 26 Desember 2018 dengan ibu baik, kesadaran composmentis, TD
usia kehamilan 39 minggu 3 hari, sesuai di 110/70 mmHg, nadi 80 kali/menit, suhu 36,5
buku KIA didapatkan bahwa Ny. N °C, RR 24 kali/menit, BB 56 kg pada
melakukan kunjungan ANC 2 kali pada pemeriksaan ini tidak ditemukan masalah
trimester III dimana pada trimester II pada kehamilannya. Menurut Yolan (2007:
melakukan kunjungan ANC sebanyak 2 kali, 56) kehamilan dengan jarak yang terlalu
dan pada trimester I ibu tidak melakukan dekat (< 2 tahun) juga dapat menimbulkan
pemeriksaan. Antenatal care yang berkualitas risiko tinggi antara lain meningkatkan resiko
sesuai standar yang telah ditentukan oleh seperti prematuritas, gangguan pada
pemerintah yaitu satu kali dalam trimester I, plasenta dan perkembangan janin dalam
satu kali dalam trimester II, dan dua kali kandungan. Kejadian ini merupakan kondisi
dalam trimester III (Fitrayeni dkk, 2015: kandungan ibu yang belum sepenuhnya
101). Berdasarkan program pemerintah pulih dari proses kehamilan dan melahirkan
tersebut maka kunjungan ANC yang anak pertama (Alim dkk, 2016: 103).
dilakukan ibu belum sesuai dengan standar, Penyulit diatas akan berdampak pada ibu
karena ketidaktahuan ibu tentang dan janin seperti gangguan pada plasenta
kehamilannya maka kunjungan trimester I dan perkembangan janin dalam kandungan
tidak dilakukan. Hal ini dapat meningkatkan ibu(Kriebs, 2010: 398) Berdasarkan hal
faktor risiko yang terjadi pada ibu seperti tersebut maka kehamilan dengan jarak yang
tidak terdeteksinya tanda bahaya kehamilan terlalu dekat akan menimbulkan berbagai
secara dini, tidak terdeteksinya anemia masalah yang terjadi pada ibu dan janin
kehamilan yang dapat menyebabkan yang pada akhirnya jika tidak dilakukan
perdarahan saat persalinan. Banyak faktor kunjungan ANC secara teratur akan
yang mendukung ibu tidak melakukan mengakibatkan kematian pada ibu dan janin.
pemeriksaan kehamilan misalkan faktor Namun jarak kehamilan yang terlalu dekat
internal seperti tingkat pendidikan dan antara kehamilan pertama dan kedua tidak
pengetahuan ibu, tingkat pengetahuan suami menimbulkan masalah terhadap kondisi ibu
dan keluarga, sugesti masyarakat tentang dan janinnya, karena ibu rajin melakukan
kehamilan, adat dan tradisi di masyarakat kunjungan dan mobilisasi ibu daik serta
yang menyebabkan kurangnya pengetahuan kebutuhan nutrisinya terpenuhi.
dan penanganan sehingga dapat Pada pemeriksaan penambahan berat
membahayakan keselamatan ibu dan janin badan pada Ny. N adalah 11 kg yaitu mulai
(Saleha dkk, 2014:64). Pada kasus ini ibu awal hamil 45 kg dan saat ini 56 kg. Menurut
7

Musbikin (2008: 115-116) penambahan berat robek. Sebagian besar ketuban baru pecah
badan pada masa hamil adalah sekitar 8-13 menjelang pembukaan lengkap tetapi kadang
kg. Dalam penilaian ini ditemukan bahwa pecah pada pembukaan kecil (Nurasiah dkk,
penambahan berat badan dalam keadaan 2012: 7). Dari pemaparan diatas diketahui
normal dalam hal ini ibu senantiasa bahwa hal yang dirasakan ibu merupakan hal
mengkonsumsi makanan gizi seimbang fisiologis yang dialami ibu yang memasuki
sehingga kesejahteraan janin dalam keadaan fase persalinan hendaknya ibu tidak boleh
baik. bingung dan merasa khawatir akan hal
Pemeriksaan LILA Ny. N adalah 24,5 tersebut karena dapat mempengaruhi
cm. LILA mencerminkan tumbuh kembang kesejahteraan ibu dan janin yang dapat
jaringan otot dan lemak, yang tidak mempengaruhi kemajuan persalinan. Hal
terpengaruh oleh keadaan cairan tubuh tersebut merupakan suatu yang wajar terjadi
dibandingkan berat badan. Di Indonesia pada ibu dalam proses menjelang persalinan.
ambang batas LILA dengan risiko KEK Kala I pada Ny. N berlangsung selama
adalah 23,5 cm. Ibu hamil dengan risiko KEK 5 jam mulai merasakan kenceng-kencegpada
diperkirakan akan melahirkan bayi BBLR, pukul 01.00 WIB, datang ke PMB Setyami
yang berisiko kematian, gizi kurang, Nurhayati Str. Keb. Pada pukul 06.00 WIB (
gangguan pertumbuhan, dan gangguan pembukaan 4cm ) sampai pembukaan
perkembangan (Suryaningsih dkk, 2017: 59). lengkap pukul 11.25 WIB, dilakukan
Dapat dikatakan bahwa tidak ditemukan pemeriksaan TD 110/70 mmHg, pemeriksaan
kesenjangan dalam pemeriksaan ini, dengan dalam dengan hasil pembukaan 10cm,
dilakukan pemeriksaan LILA ini dapat effacement 100%, ketuban (-) jernih,
menjadi acuan penurunan faktor akibat yang denominator UKK kiri depan, hodge IV, his
dapat mengancam keselamatan ibu dan bayi 5x10’x50” . Lamanya kala I primigravida
saat persalinan. Pada kasus Ny.N tidak berlangsung 12jam, sedang multigravida
ditemukan kelainan dalam kehamilannya. sekitar 8jam. Sesuai kurva friedman,
Penulis memberitahukan pada ibu mengenai diperhitungkan pembukaan primigravida
ketidaknyamanan pada kehamilan trimester 1cm/jam dan pembukaan multigravida
ketiga, serta tanda-tanda persalinan dan tanda sekitar 2cm/jam. Kala I persalinan dimulai
bahaya persalianan. ketika telah tercapai kontraksi uterus dengan
frekuensi, intensitas, dan durasi yang cukup
Persalinan untuk menghasilkan perdarahan dan dilatasi
Berdasarkan hasil anamnesa pada Ny. N serviks yang progresif, kala I sesuai ketika
tanggal 1 Januari 2019 dengan hasil keadaan serviks sudah membuka lengkap (10cm)
umum baik, kesadaran composmentis, TD sehingga memungkinkan kepala janin lewat
110/80 mmHg, Nadi 89 kali/menit, Suhu 36,9 (Sarwono : 2014). Pada fase ini lebih cepat
°C, RR 21 kali/menit, his 5x10’x50” dari pada teorinya sebab mobilisasi ibu yang
didapatkan keluhan utama yang dirasakan ibu baik, kebutuhan nutrisi ibu cukup dan jarah
adalah ibu merasakan kenceng-kenceng yang kehamilan anak pertama dan kedua yang
semakin lama semakin sering disertai dekat memungkinkan prosesnya berlangsung
pinggang nyeri dan dari jalan lahir keluar lebih cepat. Tidak ditemukan adanya
lender kecoklatan bercampur sedikit darah. penyulit. Partograph dapat digunakan untuk
Tanda persalinan selanjutnya adalah memantau fase aktif mulai pembukaan 4
pengeluaran cairan yakni terjadi akibat sampai legkap, mendeteksi secara dini
pecahnya ketuban atau selaput ketuban
8

apabila ditemui adanya penyulit dalam proses composmentis, TD 110/70mmHg, nadi 86


persalinan. kali/menit, suhu 36,7°C , RR 20 kali/menit,
Pada kala II ibu mengeluhkan mulas TFU 2jari bawah pusat,kontraksi uterus baik,
bertambah sering dan merasa seperti ingin kandung kemih penuh, tidak ada luka laserasi
BAB, dan pada pemeriksaan didapati dan tidak dilakukan penjahitan. Menurut
pembukaan sudah 10cm, eff 100%, UUK kiri Saifuddin (2009: 118) selama kala IV ibu
depan, hodge IV, DJJ 144x/menit, terlihat dipantau selama 15 menit pada jam pertama
tekanan otot anus, perineum menonjol, dan setelah kelahiran plasenta dan setiap 30 menit
vulva membuka. Kala II berlangsung 30 pada jam kedua setelah pesalinan seperti
menit dari pembukaan lengkap pukul 11.25 memeriksa tekanan darah, nadi, suhu, TFU,
WIB. Pada kala II ini tidak dilakukan kandung kemih, dan perdarahan. Jika kondisi
episiotomi. Menurut JNPKKR (2012: 12) ibu tidak stabil, maka ibu harus dilakukan
pada 60 langkah persalinan normal tidak ada lebih sering. Hal tersebut dilakukan untuk
tindakan episiotomi. Maka pada kala II ini mencegah terjadinya perdarahan postpartum,
sudah sesuai dengan teori, kala II yang dan membantu memfasilitasi kebutuhan ibu
berlangsung cepat karena kekuatan his yang pasca persalinan. Serta mendeteksi secara
adekuat dan dorongan meneran ibu yang dini tanda bahaya ataupun infeksi pasca
dilakukan secara tepat dan kooperatif persalinan yang mungkin bisa terjadi pada
sehingga bayi lahir dalam keadaan selamat. ibu.
Pada kala III berlangsung selama 15
menit plasenta lahir spontan dan lengkap,
TFU setinggi pusat, uterus keras dan Bayi baru lahir
membulat, kandung kemih kosong. Kunjungan neonatus dilakukan
Ditemukan masalah kurangnya pemenuhan sebanyak 3 kali yaitu kunjungan pertama 1
istirahat yang dapat diinspeksi dari ibu hari postpartum, kunjungan kedua 8 hari
nampak kelelahan. Menurut Rohani dkk postpartum, dan kunjungan ketiga 27 hari
(2011: 8) lama kala III bagi multipara adalah postpartum. Menurut Muslihatun (2010)
seperempat jam. Hal ini karena manajemen upaya kesehatan yang dapat mengurangi
aktif kala III persalinan mempercepat risiko masalah yang terjadi pada bayi baru
kelahiran plasenta dan dapat mencegah atau lahir adalah pelayanan kesehatan sedikitnya
mengurangi perdarahan postpartum 3 kali yaitu kunjungan pertama (6 jam sampai
(Saifuddin, 2009: 114). Pemenuhan istirahat 48 jam), kunjungan kedua ( hari ketiga
diperlukan saat persalinan karena dapat sampai hari ketujuh), dan kunjungan ketiga
mempengaruhi kondisi ibu dan proses (8-28 hari) (Ramli, 2016: 67). Pemaparan
persalinan itu sendiri seperti perdarahan diatas kunjungan yang dilakukan belum
(Ambar, 2010: 13). Dengan dilakukannya sesuai dengan teori sebab ketidaksiapan ibu
manajemen aktif kala III meminimalisir untuk dilakukan kunjungan pada hari ke 7
terjadinya atonia uteri yang dapat karena masih dalam suasana berkabung,
mengakibatkan perdarahan yang menjadi dengan tidak teraturnya kunjungan yang
faktor penyebab AKI terjadi. Istirahat itu dilakukan akan dapat meningkatkan risiko
sendiri dapat membantu mengembalikan permasalahan yang dapat mengganggu
alat-alat reproduksi dan meminimalisir pertumbuhan dan perkembangan bayi sejak
trauma pada persalinan. dini.
Pada kala IV berlangsung normal, hasil Kunjungan pertama dilakukan pada
pemeriksaan keadaan ibu baik, kesadaran tanggal 1 Januari 2019 dengan diagnosa
9

Neonatus Cukup Bulan SMK usia 6 jam Kunjungan neonatus ketiga pada hari
dengan hasil keadaan umum baik, kesadaran ke 27 pada tanggal 27 Januari 2019 Keadaan
composmentis, nadi 112 kali/menit, suhu umum baik, kesadaran composmentis, nadi
36,7 °C, RR 44 kali/menit, BB 3.100 gr, PB 114 kali/menit, suhu 36,8 °C, RR 42
49 cm, LK 33 cm, LD 34 cm, pemeriksaan kali/menit, berat badan bayi 3.700 gr,
fisik normal. Menurut Marmi dkk (2015: 8) panjang badan 52 cm. Pada kunjungan ini
ciri-ciri bayi baru lahir normal berat badan terdapat masalah pada bayi yang mengalami
2.500-4.000 gr, panjang badan 48-52 cm, miliariasis, terdapat ruam merah pada area
lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35 wajah dan punggung. Menurut Vivian (2010)
cm. Perawatan bayi baru lahir diantaranya millliariasis adalah dermatosis yang
seperti penilaian awal, mencegah kehilangan disebabkan oleh retens keringat akibat
panas, pemotongan dan perawatan tali pusat, tersumbatnya pori kelenjar keringat. Hal
IMD, mencegah infeksi mata, pemeriksaan tersebut mengakibatkan ruam merah yang
fisik, dan pemberian imunisasi (JNPKKR, ada pada kulit bayi di area wajah dan
2008: 119). Pemeriksaan antropometri bayi punggung, maka selalu pastikan kulit bayi
Ny. “N” dalam kategori normal dengan dalam kondisi kering dan hindari pemakaian
diketahuinya pengukuran tersebut dapat bedak karena akan menyumbat pori-pori.
menjadi penilaian pada bayi baru lahir Menurut Rini dkk (2015: 39) tanda
sehingga bayi sedini mungkin dapat kecukupan ASI pada bayi yaitu berat
dilakukan perawatan jika terdapat suatu badannya naik lebih dari 10% pada minggu
indikasi. Sedangkan asuhan yang dilakukan pertama. Berat badan bayi akan mengalami
sudah sesuai dengan teori dengan dilakukan peningkatan 200-250 gr per minggu. Dari
asuhan tersebut meminimalisir adanya teori tersebut berat badan bayi pada minggu
masalah yang terjadi pada bayi baru lahir. kedua mengalami peningkatan. Dengan
Kunjungan kedua dilakukan tanggal 8 terpantaunya berat badan bayi Ny. N menjadi
Januari 2019 pada hari ke-8 dengan hasil tolak ukur pertumbuhan bayi dalam kondisi
keadaan umum baik, kesadaran yang baik.
composmentis, nadi 114 kali/menit, suhu
36,8 °C, RR 42 kali/menit, BB 3.200 gr, PB Nifas
49 cm, LK 33 cm, LD 34 cm. lepasnya tali Pada kunjungan nifas ini dilakukan
pusat pada minggu pertama secara bermakna sebanyak 3 kali kunjungan nifas yang terdiri
mengurangi insiden infeksi pada neonates dari kunjungan pertama pada 1 hari
(Saifiddin, 2009:370). Tidak ada postpartum, kunjungan kedua pada 8 hari
kesenjangan antara fakta dengan teori dalam postpartum, kunjungan ketiga 27 hari
lepasnya tali pusat karena sudah terlepas postpartum. Menurut Kemenkes (2015: 27)
pada hari ke 5 maka mengurangi insiden berdasarkan program dan kebijakann teknis
infeksi asuhan yang diberikan tentang kunjungan nifas minimal dilakukan sebanyak
perawatan bayi sehari-hari. Pemberian KIE tiga kali. Kunjungan tersebut belum sesuai
pada ibu tentang perawatan bayi sehari-hari dengan program kebijakan pemerintah
seperti menjaga kehangatan suhu tubuhnya, karena walaupun dilakukan 4 kali tetapi
mengganti popok dan baju yang basah, kunjungan tidak sesuai jadwal, dengan tidak
perawatan tali pusat setelah puput, personal dilakukan kunjungan rutin tersebut kondisi
hygiene untuk menghindari ruam dan infeksi ibu dan bayi baru lahir tidak terpantau baik
pada bayinya. yang berakibat pada masalah-masalah yang
dapat timbul secara tidak terduga. Sebab pada
10

kunjungan pertama ibu telah melalukan KB pengeluaran ASI ibu lancar dan ibu tidak
dan pada saat kunjungan selanjutnya keadaan merasakan keluhan apapun.
ibu baik dan tidak ada keluhan apapun. Kunjungan ketiga 27 hari
Pada pengkajian pasien kunjungan postpartum dilakukan pada tanggal 27
pertama 1 Januari 2019 hasil keadaan umum Januari 2019 dengan hasil keadaan umum
baik, kesadaran composmentis, tekanan darah baik, kesadaran composmentis, tekanan darah
110/70 mmhg, nadi 84 kali/menit, Suhu 36,7 110/70 mmHg, nadi 76 kali/menit, suhu 35,5
°C, RR 20kali/menit, KU baik, kandung °C, RR 19 kali/menit, berat badan sekarang
kemih kosong, TFU 2 jari bawah pusat, 49 kg. Jika dilihat dari pemeriksaan terjadi
pengeluaran lokea rubra, pemeriksaan fisik penurunan 6 kg pada Ny. N hal tersebut
normal tidak ada keluhan yang ibu rasakan normal terjadi karena konsepsi kehamilan
dan ASI-nya keluar sudah lancar. Menurut sudah keluar selain itu bayi yang menyusu
Dewi dkk (2011: 15) semakin sering bayi sesering mungkin tanpa susu formula juga
menghisap putting susu ibu, maka menjadi faktor penurunan berat badan ibu
pengeluaran ASI juga semakin lancar. Isapan pada masa nifas. Pemberian KIE tentang
bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus kebutuhan nutrisi pada ibu nifas dengan
mammae melalui duktus sinus laktiferus. asupan makanan bergizi seimbang dan cukup
Isapan merangsang produksi oksitosin oleh cairan. Dengan terpenuhinya nutrisi ibu,
kelenjar hipofisis anterior. Asuhan yang pengeluaran ASI ibu lancar dan ibu tidak
diberikan pada ibu yaitu tanda dan bahaya merasakan keluhan apapun.
nifas dan menganjurkan ibu untuk
mengkonsumsi makanan yang tinggi protein Keluarga Berencana
baik protein nabati maupun protein hewani. Berdasarkan hasil pengkajian pada
Kunjungan kedua 8 hari tanggal 1 Januari 2019 keadaan umum baik,
postpartum pada tanggal 8 Januari 2019 hasil kesadaran composmentis, tekanan darah
keadaan umum baik, kesadaran 110/70 mmhg, nadi 76 kali/menit, suhu 36,8
composmentis , tekanan darah 110/70 °C, RR 20 kali/menit, ibu menggunakan KB
mmHg, nadi 84 kali/menit, suhu 37,6 °C, IUD pasca plasenta. Menurut Saifuddin
RR 20 kali/menit, TFU 2 jari diatas (2010 : 41) bahwa IUD pasca plasenta
symphisis, pengeluaran lokea serosa, pada merupakan metode yang sangat efektif, aman
pemeriksaan fisik tidak menunjukkan adanya dan dapat digunakan oleh semua perempuann
masalah. Kunjungan dilakukan tidak sesuai usia produktif. Untuk menjarangkan
karena ketidak siapan ibu untuk dilakukan kehamilan dan aman saat proses menyusui
kunjungan sebab masih dalam kondisi maka ibu mantap mengambil keputusan
berkabung. Menurut Saleha (2009) dalam untuk menggunakan KB IUD pasca plasenta
kunjungan ini adalah untuk menilai ini yang menurutnya sangat tepat. Menurut
terdapatnya tanda-tanda demam, infeksi, Anggraini (2011:121) IUD pasca plasenta
perdarahan, untuk memastikan ibu mendapat terdiri dari Immediate post placenta
istirahat yang cukup, dan memastikan ibu insertion ( IPP) yaitu pemasangan IUD
mendapatkan asupan makanan yang bergizi dalam waktu 10 menit selepas plasenta
Dan cukup cairan, memastikan ibu menyusui dilahirkan dan Early post partum insertion
dengan baik dan benar serta tidak ada tanda- (EP) yaitu IUD dipasang antara 10 menit
tanda kesulitan menyusui. Ibu mendapatkan sam[ai 72 jam post partum. Jenis IUD yang
asupan makanan bergizi seimbang dan cukup biasanya digunakan yaitu Copper-T 380A,
cairan. Dengan terpenuhinya nutrisi ibu, Multiload Copper 375, dan IUD dengan
11

Levonorgestrel. Hal ini lebih mudah masalah apapun. Dan pemberian KIE
dilakukan sebab kondisi Rahim yang masih sesuai dengan kebutuhan Ny. N.
besar, apabila menunggu sehabis nifas 2. Asuhan persalinan
apaupun 3bulan kebanyakan ibu takut karena Proses persalinan Ny. N pada
masih trauma pacsa melahirkan, jadi tanggal 1 Januari 2019 usia kehamilan
penggunaan KB ini lebih mempermudah ibu 39 minggu 2 hari dilakukan secara
karena juga tidak mengganggu proses laktasi. spontan di PMB Setyami Nuehayati
Pemasangan IUD pasca plasenta dilakukan STr. Keb . dari kala I sampai kala IV
setelah 10menit dari plasenta lahir, setelah berlangsung dengan normal dan lancar,
dilihat tidak ada masalah pada uterus dan tidak ada laserasi dan tidak terjadi
tidak terjadinya perdarahan secara upnormal perdarahan yang bersifat abnormal.
maka indikasi pemasangan IUD pasca Bayi lahir pada pukul 11.55 WIB, jenis
plasenta boleh dilakukan. Ibu melakukan KB kelamin laki-laki, BB 3100 gram, PB
IUD pasca plasenta untuk menjarangkan 49 cm, APGAR SCORE 7-9. Bayi
kehamilan, karena kehamilan anak pertama dalam keadaan sehat tidak ada cacat
dan kedua yang berjarak terlalu dekat dan bawaan, bayi diberi ASI secara IMD.
setelah masa nifas ibu takut untuk 3. Asuhan Neonatus
menggunakan KB IUD. Asuhan bayi baru lahir kepada bayi
Ny. N yang berjenis kelamin laki-laki,
PENUTUP BB 3100 gram, PB 49 cm. Pemeriksaan
Berdasarkan asuhankebidana secara fisik bayi normal, kebutuhan nutrisi
Continuity Of Care pada Ny. N usia 22th bayi tercukupi, bayi menyusu dengan
G2P20002 usia kehamilan 39 minggu 2 hari baik, tali pusat puput pada hari ke-5,
mulai dari kehamilan trimester III, dan bayi mengalami kenaikan berat
bersalin, nifas, neonatus, dan keluarga badan. Terdapat masalah pada saat
berencana (KB) yang dilakukan mulai kunjungan ke 3 yaitu bayi Ny. N
tanggal 14 Desember 2018 samoai dengan 27 mengalami miliaariasis pada kulit.
Januari 2019 diperoleh kesimpulan sebagai 4. Asuhan Nifas
berikut : Pada masa nifas dilakukan tanggal 1
Januari 2019 sampai dengan 27 Januari
2019. Selama masa nifas ibu tidak ada
keluhan, kontraksi uterus baik/keras,
Kesimpulan proses involusi uterus berjalan dengan
Asuhan kebidanan terhadap Ny. N dapat normal, tidak mengalami perdarahan
disimpulkan sebagai berikut : dan infeksi, ASI keluar dengan lancar,
1. Asuhan kehamilan kebutuhan nutrisi tercukupi, kebutuhan
Pada masa kehamilan Ny. N istirahat ibu cukup, ibu tidak pantang
melakukan ANC sebanyak 6 kali sesuai pada makanan.
dengan referensi yang meyatakan 5. Asuhan KB
bahwa kunjungan antenatal sebaiknya Asuhan KB pada ibu, menurut
dilakukan minimal 4 kali selama keputusannya dengan suaminya
kehamilan. Masa kehamilan Ny. N menggunakan KB IUD pasca plasenta
berjalan dengan baik, tidak ada keluhan untuk menjarangkan kehamilan dan
yang bersifat abnormal. Pada agar tidak menggagu proses laktasi.
pemeriksaan fisik tidak ditemukan
12

Bayi Ny.N dalam keadaan sehat,


dengan pertumbuhan dan
perkembangannya sangat baik. Ny.N
dapat dengan mandiri mengurus diri
sendiri dan bayinya. Karena asuhan
Continuity Of Care
Saran
a. Bagi institusi pendidikan
Disarankan bagi institusi
pendidikan menambah referensi yang
lebih relevan dan update sehingga
memudahkan dalam mengakses
pustaka ilmiah yang dapat menjadi
bekal penulis untuk membantu
kesejahteraan ibu dan bayi dalam
menurunkan angka kematian ibu dan
bayi dalam wilayah setempat.
b. Bagi lahan praktik
Bidan disarankan dapat
mempertahankan kwalitas asuhan
kebidanan pada ibu hamil, bersalin,
nifas, neonates, serta pelayanan
kontrasepsi secara menyeluruh dan
berkembang.
c. Bagi pasien dan keluarga
Dengan asuhan kebidanan dengan
cara Continuity of Care sangat
diharapkan untuk mendapatkan baik
wawasan terkait kehamilan, Persalinan,
Nifas, Bayi Baru Lahir dan juga
Keluarga Berencana (KB), hal tersebut
sangat diharapkan oleh pasien,
keluarga dan masyarakat. Hal tersebut
diharapkan dapat mengantisipasi,
mencegah dan menanggulagijika
terjadi kegawatdaruratan serta dapat
mengurangi angka morbilitas dan
mortalitas masyarakat..
13

DAFTAR PUSTAKA Kepmenkes. 2011. Keputusan Menteri


Kesehatan RI no.
938/MENKES/SK/VIII/2007 Tentang
Amru, Sofian. 2012. Sinopsis Obstetri Jilid Standar Asuhan Kebidanan. Jakarta:
I. Jakarta: Kemenkes.
EGC.
. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT
Bahiyatun, 2009. Buku Ajar Asuhan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Kebidanan Nifas Normal. Jakarta:
EGC. . 2013. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT
Cunningham, Gary F. 2006. Obstetri Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wiliams. Jakarta:EGC.
. 2014. Buku Acuan Nasional
Delyanet,2013, OCT, O7W, dan Diastatis Pelayanan Kesehatan Maternal
Recti, www.delyanet.com, jakarta.) Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Diah, 2012, Mekanisme gerakan kepala Saminem. 2009. Seri Asuhan Kebidanan
janin pada persalinan normal mulai Kehamilan Normal. Jakarta: EGC.
dari engangement hingga descent,
http://jurnalbidandiah.blogspot.com. Siswishanto, Rukmono. 2004. Penuntun
Diakses tanggal 26 Februari 2016 Belajar dan Penuntun Praktek
Keterampilan Medik Pelayanan
Doenges, Marilynn E, dan Mary Frances Keluarga Berencana. Edisi 1.
Moorhouse. 2001. Rencana Yogyakarta: CEHP-Pendidikan
Perawatan Maternal/ Bayi: Pedoman Kedokteran UGM
untuk Perencanaan dan Dokumentasi
Perawatan Klien. Edisi 2. Cetakan I. Sofian, Amru. 2012. Sinopsis Obstetri.
Jakarta: EGC. Jakarta:
EGC.
Fraser, Diane M, dan M.A Cooper. 2009.
Myles Buku Ajar Bidan. Edisi 14.
Jakarta : EGC. Suherni. 2010. Perawatan Masa Nifas.
Yogyakarta. Fitramaya.
Hartanto, Hanafi. 2010. Keluarga
Berencana dan Kontrasepsi. Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan
Jakarta:Pustaka Sinar Harapan. Kebidanan pada Ibu Nifas.
Yogyakarta: ANDI.
Kepmenkes. 2009. Buku Kesehatan Ibu dan
Anak. Jakarta: Kemenkes. Walsh, Linda V. 2008. Buku Ajar
Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC
14

2012. Buku Ajar Kebidanan


Komunitas. Jakarta: EGC.

Varney, Helen. Jan M. Kriebs. 2007. Buku


Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1.
Jakarta: EGC.

2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan


Volume 2. Jakarta: EGC.

Wheeler, Linda. 2004. Buku Saku Asuhan


Pranatal dan Pascapartum. Jakrata:
EGC.

Wiknjosastro, Gulardi. 2008. Pelatihan


Klinik Asuhan Persalinan Normal.
Edisi revisi IV. Jakarta: Depkes RI.

Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu


Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wirakusumah, Firman F. 2011. Obstetri


Fisiologi Ilmu Kesehatan Reproduksi.
Jakarta: EGC.

Das könnte Ihnen auch gefallen