Sie sind auf Seite 1von 15

S u n y o n o , E f e k t i v i t a s M o d e l P e m b e l a j a r a n B e r b a s i s . . .

| 73

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPEL


REPRESENTASI DALAM MEMBANGUN MODEL MENTAL
MAHASISWA TOPIK STOIKIOMETRI REAKSI

Sunyono, Leny Yuanita, Muslimin Ibrahim


FKIP Unila, Jl. Prof.Dr.Sumantri Brojonegoro No.1 BandarLampung
e-mail: sunyono_ms@yahoo.com

Abstract: The Effectivity of Learning Model Based Multiple Representations in Building


Students’ Mental Model at Stoikiormetry Reaction Topic. Issues examined in this study is
whether learning by using multiple representations model (SiMaYang) more effective in build
mental models than conventional learning? The design of this study is a pretest and posttest
control group design. The research sample taken randomly by stratified random sampling
technique to obtain the experimental and control classes. The results of the research show that
(1) SiMaYang learning model more effective in building student mental models compared to
learning model that has been used by basic chemistry lecturers. (2) Implementation of
SiMaYang learning model was able to build student mental models in learning of stoikiormetry
topic. (3) After the implementation of SiMaYang model, student mental models on the topic of
stoichiometry formed by the categories of "good" and "very good", with the characteristics of
"consensus" and "target". Findings indicated that macro–submiglcro–symbolic teaching by used
SiMaYang model could be enhancing student mental models and learning effectivity of
chemical reactions. Implications for instruction are clearly addressed in the discussion and
recommended that SiMaYang learning model can be used as an alternative model of effective
and efficient learning in developing a high level of understanding.

Abstrak: Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi dalam


Membangun Model Mental Mahasiswa Topik Stoikiometri Reaksi. Isu yang dianalisi pada
penelitian ini adalah apakah belajar menggunakan model multipel representasi (disebut
SiMaYang) lebih efektif dalam membangun mental model dari belajar secara konvensional?
Desain penelitian ini adalah pretest dan posttest kelompok kontrol. Sampel penelitian diambil
secara acak dengan teknik sampling acak bertingkat untuk mendapatkan kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) model pembelajaran SiMaYang lebih
efektif dalam membangun model mental mahasiswa dibandingkan model pembelajaran yang
telah digunakan dosen kimia dasar. (2) implementasi model pembelajaran SiMaYang dapat
membangun model mental mahasiswa dalam belajar topik stoikiometri. (3) setelah
implementasi model SiMaYang, model mental mahasiswa pada topik stoikiometri terbentuk
pada kategori baik dan sangat baik, dengan karakteristik konsensus dan target. Temuan
mengindikasikan bahwa pengajaran macro-sumiglcro-symbolic menggunakan model SiMaYang
dapat meningkatkan model mental mahasiswa dan efektivitas reaksi kimia. Implikasi petunjuk
secara jelas dibahas pada diskusi dan direkomendasikan bahwa model pembelajaran SiMaYang
dapat digunakan sebagai alternatif model pembelajaran yang efektif dan efisien dalam
mengembangkan tingkat pemahaman yang tinggi.

Kata kunci: model mental, representasi multipel, SiMaYang


S u n y o n o , E f e k t i v i t a s M o d e l P e m b e l a j a r a n B e r b a s i s . . . | 74

PENDAHULUAN yang diperlukan dalam memecahkan masalah.


Pengetahuan konseptual merupakan salah satu
Berdasarkan karakteristik materi kimia bagian esensial yang harus dimiliki oleh
dengan tiga level fenomena kimia (makro, mahasiswa ketika mempelajari kimia yang
sub-mikro, dan simbolik), pembelajaran kimia harus tersimpan dalam memori jangka
hendaknya lebih ditekankan pada tiga level panjang dan mudah untuk diakses kembali.
representasi tersebut (Johnstone, 2006). Agar pengetahuan yang diperoleh mahasiswa
Pemahaman seseorang terhadap kimia masuk ke dalam memori jangka panjang,
ditentukan oleh kemampuannya dalam mahasiswa harus didorong untuk
mentransfer dan menghubungkan fenomena menggunakan model mentalnya dalam
makro, sub-mikro, dan simbolik. Dalam menghubungkan ketiga level fenomena kimia
pemecahan masalah kimia, sebenarnya kunci tersebut (McBroom, 2011). Beberapa hasil
pokoknya adalah pada kemampuan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
merepresentasikan fenomena kimia pada level mahasiswa selalu mengalami kesulitan dalam
sub-mikroskopik (Treagust, et al., 2003). memberikan eksplanasi tentang representasi
Beberapa hasil penelitian menunjukkan sub-mikro berdasarkan representasi
bahwa ketidakmampuan peserta didik dalam makroskopis dan simbolis. Mahasiswa
merepresentasikan fenomena kimia pada level cenderung lebih banyak menggunakan
sub-mikro ternyata dapat menghambat transformasi level makroskopis ke simbolis,
kemampuan dalam memecahkan masalah- namun tidak mampu dalam
masalah kimia yang berkaitan dengan mentransformasikan dari level makroskopis
fenomena baik makroskopik maupun dan simbolis ke level sub-mikroskopis
simbolik (Kozma & Rusell, 2005; dan (Devetak, et al., 2009, dan Davidowitz, et al.,
Chandrasegaran, et al., 2007). Di samping itu, 2010). Hal ini disebabkan pengetahuan yang
umumnya peserta didik bahkan pada peserta diperoleh dan masuk ke memori sulit untuk
didik yang performansnya bagus dalam ujian diakses kembali atau pengetahuan itu sulit
mengalami kesulitan dalam memahami kimia memasuki memori jangka panjang.
akibat ketidakmampuannya dalam Kesulitan-kesulitan mahasiswa dalam
memvisualisasikan struktur dan proses pada mentransformasikan ketiga level fenomena
level sub-mikroskopik dan tidak mampu kimia tersebut disebabkan belum dilatihnya
menghubungkannya dengan level representasi mereka dalam belajar dengan representasi
kimia yang lain (Treagust, 2008). level sub-mikro. Pembelajaran Mata Kuliah
Hasil penelitian di Propinsi Lampung Kimia Dasar yang berlangsung selama ini
(Sunyono, dkk., 2011) menunjukkan bahwa cenderung memisahkan ketiga level fenomena
materi stoikiometri merupakan salah satu kimia (Sunyono, dkk., 2011). Dalam hal ini,
materi yang dianggap cukup sulit oleh Devetak, et al. (2009) menemukan bahwa
mahasiswa. Pembelajaran kimia yang mahasiswa yang tidak di latih dengan
berlangsung selama ini ternyata lebih banyak representasi eksternal akan mengalami
merepresentasikan dua fenomena, yaitu kesulitan dalam menginterpretasikan struktur
makroskopis dan simbolis atau matematis, sub-mikro dari suatu molekul. Oleh sebab itu,
level sub-mikroskopis tidak disentuh sama pembelajaran kimia sebaiknya dilakukan
sekali. Peran ketiga level fenomena kimia dengan melibatkan tiga level fenomena kimia
dalam pembelajaran kurang mendapat untuk mengembangkan model mentalnya
perhatian, sehingga mahasiswa mengalami mahasiswa. Salah satu model pembelajaran
kesulitan dalam mentransfer pengetahuan tersebut adalah model pembelajaran berbasis
melalui interkoneksi antara satu level ke level multipel representasi yang dinamakan model
yang lain. Akibatnya mahasiswa tidak mudah SiMaYang (Sunyono, dkk., 2012). Tujuan
dalam memperoleh pengetahuan konseptual yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
S u n y o n o , E f e k t i v i t a s M o d e l P e m b e l a j a r a n B e r b a s i s . . . | 75

untuk mengetahui efektivitas model angkatan 2012 Jurusan PMIPA dengan cara
pembelajaran berbasis multipel representasi setiap mahasiswa pada Program Stdui
(SiMaYang) yang telah dikem-bangkan dalam Pendidikan Matematik, Fisika, Kimia, dan
membangun model mental mahasiswa. Biologi dikelompokkan berdasarkan hasil
pretes menjadi kelompok tinggi, sedang, dan
rendah. Selanjutnya masing-masing kelompok
METODE (tinggi, sedang, dan rendah) diambil 3 orang
mahasiswa secara acak, untuk mendapatkan 1
Sampel penelitian adalah mahasiswa kelas sampel sebagai kelas eksperimen dan 1
Jurusan PMIPA angkatan 2012 yang dipilih kelas sampel sebagai kelas kontrol. Jumlah
dengan teknik stratified random sampling. mahasiswa pada sampel sesuai dengan Tabel
Sampel diambil secara acak dari mahasiswa 1 berikut:

Tabel 1. Rincian Jumlah Mahasiswa pada Sampel baik Kelas Eskperimen maupun Kelas Kontrol.
Kemampuan awal mahasiswa
Program Studi Jumlah
Tinggi Sedang Rendah
Pendidikan Matematika 3 3 3 9
Pendidikan Fisika 3 3 3 9
Pendidikan Kimia 3 3 3 9
Pendidikan Biologi 3 3 3 9
Jumlah 12 12 12 36

Desain yang digunakan adalah control dan pretest (Hake, 2002). Selanjutnya
group pretest and postest design. Desain dilakukan analisis statistik. Analaisis statistik
penelitian ini digunakan dengan tujuan untuk yang digunakan adalah analisis inferensial
mengetahui perbandingan peningkatan model menggunakan analisis varians (ANOVA) dua
mental Stoikiometri mahasiswa antara jalur dan uji – t perbedaan rata-rata dua
mahasiswa yang pembelajarannya sampel independen. Perhitungan statistiknya
menggunakan model SiMaYang dengan menggunakan bantuan program SPSS v. 17.0.
mahasiswa yang perkuliahannya
menggunakan model konvensional. Model
mental mahasiswa diukur dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan tes berbentuk uraian dan rubrik
yang dilengkapi dengan wawancara. Tes Hasil penelitian menunjukkan telah
model mental dilakukan terhadap kelas terjadi peningkatan skor model mental antara
eksperimen dan kelas kontrol baik sebelum sebelum dan sesudah pembelajaran baik pada
maupun sesudah pembelajaran. Analisis kelas eksperimen maupun kelas kontrol
dilakukan secara deskriptif dan analisis (Gambar 1). Peningkatan skor ini meng-
kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan hasilkan NGain model mental dengan
melalui analisis inferensial dengan uji kategori sedang pada kelas eksperimen
statistik. Data tentang model mental (rerata N-Gain = 0,57) dan kategori rendah
ditentukan melalui skor N-Gain yang dicapai padakelas konrol (rerata N-Gain = 0,22).
mahasiswa yaitu selisih antara skor posttest
S u n y o n o , E f e k t i v i t a s M o d e l P e m b e l a j a r a n B e r b a s i s . . . | 76

Gambar 1. Pretes, Postes, dan N-Gain untuk Model Mental Mahasiswa.

Perbedaan pencapaian model mental buruk, dan buruk sekali) berdasarkan


antara kelas eksperimen dan kontrol juga kemampuan awal mahasiswa (tinggi, sedang,
dapat dilihat dari sebaran mahasiswa yang dan rendah) sebagaimana ditunjukkan dalam
dapat mencapai model mental dengan Gambar 2 berikut.
kategori tertentu (sangat baik, baik, sedang,

. Gambar 2. Sebaran N-Gain Model Mental Stoikiometri Mahasiswa Berdasarkan Kemampuan Awal

Untuk melihat seberapa besar berdasarkan perbedaan kemampuan


kepercayaan (taraf signifikansi) perbedaan awal mahasiswa.
model mental mahasiswa, dilakukan analisis H03 : tidak terdapat interaksi yang signifikan
statistik Anova 2 jalur dengan taraf antara model pembelajaran dengan
signifikans 0,05. Hipotesis yang akan diuji kemampuan awal mahasiswa dalam
dalam analisis ini adalah pencapaian model mental.
H01 : tidak terdapat perbedaan N-Gain model
mental antar kelompok mahasiswa Hasil analisis statistik Anova 2 jalur
berdasarkan perbedaan model dicantumkan dalam Tabel 2 berikut:
pembelajaran.
H02 : tidak terdapat perbedaan N-Gain model
mental antar kelompok mahasiswa
S u n y o n o , E f e k t i v i t a s M o d e l P e m b e l a j a r a n B e r b a s i s . . . | 77

Tabel 2. Hasil Anova 2 Jalur N-Gain Model Mental Stoikiometri Mahasiswa Berdasarkan Faktor Kemampuan Awal
dan Model Pembelajaran.
N-gain Model Mental Stoikiometri
Faktor
F P Ho
Model Pembelajaran 467,714 0,000 Ditolak
Kemampuan Awal 0,504 0,607 Diterima
Interaksi 0,459 0,634 Diterima

Berdasarkan hasil analisis statistik anova kemampuan awal mahasiswa dalam


dua jalur sebagaimana Tabel 2 untuk pencapaian model mental. Hal ini
pengaruh model pembelajaran diperoleh p < menunjukkan bahwa interaksi antara
0,05 dan Fhit > Ftabel (Ftabel = 3,132) yang kemampuan awal mahasiswa dengan model
berarti Ho1 ditolak dan untuk pengaruh pembelajaran tidak memberikan pengaruh
kemampuan awal mahasiswa dan interaksi terhadap pencapaian N-Gain model mental
mahasiswa. Kedua faktor, yaitu faktor
diperoleh p > 0,05 dan Fhit < Ftabel yang
kemampuan awal dan model pembelajaran
berarti Ho2 dan Ho3 diterima. Dengan saling bebas dalam memberikan pengaruh
demikian dapat dikatakan bahwa (a) Terdapat terhadap pencapaian N-Gain model mental
perbedaan rerata N-Gain model mental antar mahasiswa.
kelompok mahasiswa berdasarkan perbedaan Dari hasil Anova tersebut selanjutnya
model pembelajaran. Hal ini menunjukkan diuji lebih lanjut terhadap pencapaian model
bahwa perbedaan model pembelajaran pada mental mahasiswa berdasarkan faktor
kedua kelas (kelas eksperimen dan kontrol) perbedaan model pembelajaran dan tingkat
memberikan pengaruh terhadap pencapaian kemampuan awal melalui uji komparasi
N-Gain model mental dan penguasaan konsep
ganda (uji – t). Hipotesis (H0) yang diuji
yang diperoleh mahasiswa. (b) tidak terdapat
adalah tidak terdapat perbedaan rerata N-Gain
perbedaan rerata N-Gain model mental
model mental mahasiswa antara mahasiswa
mahasiswa antar kelompok berdasarkan
yang belajarnya dengan model SiMaYang dan
kemampuan awal. Hal ini menunjukkan
mahasiswa yang belajarnya dengan model
bahwa perbedaan kemampuan awal
konvensional pada tingkat kemampuan awal
mahasiswa tidak memberikan pengaruh
yang sama. Hasil analisis uji-t terhadap rerata
terhadap pencapaian N-Gain model mental
N-Gain model mental mahasiswa secara
mahasiswa, kecuali pada replikasi 2 konsep
ringkas dicantumkan pada Tabel 3 berikut.
gabungan. (c) tidak ada interaksi yang
signifikan antara model pembelajaran dengan

Tabel 3 Hasil Uji-t Perbedaan Rerata N-Gain Model Mental Stoikiometri Mahasiswa Diantara Dua Model Pembelajaran
pada Masing-Masing Kemampuan Awal
Pasangan t Sig (2-tailed)
SiMaYang Tinggi – Konvensional Tinggi 7,496 0,000
SiMaYang Sedang – Konvensional Sedang 3,439 0,006
SiMaYang Rendah – Konvensional Rendah 5,886 0,000

Berdasarkan Tabel 3 tersebut, terlihat yang lebih kecil dari 0,05 dan thitung > ttabel
bahwa capaian rerata N-Gain model mental (1,796), sehingga H0 ditolak. Hal ini
mahasiswa untuk semua kelompok menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
kemampuan awal diperoleh nilai sig (2-tailed)
S u n y o n o , E f e k t i v i t a s M o d e l P e m b e l a j a r a n B e r b a s i s . . . | 78

rerata N-Gain model mental yang signifikan eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada
antara mahasiswa yang diajar dengan Gambar 3.
menggunakan model SiMaYang dan Pada kelas eksperimen (Gambar 3.)
mahasiswa yang diajar dengan menggunakan terlihat bahwa setelah pembelajaran dengan
model konvensional pada tingkat kemampuan menggunakan model pembelajaran
awal yang sama. Bila dilihat dari Gambar 1 SiMaYang, persentase mahsiswa dengan
dan Gambar 2, nampak bahwa untuk setiap model mental baik sekali dan baik berturut-
kelompok kemampuan awal, rerata N-Gain turut adalah 36,11 % dan 30,56 % untuk
model mental mahasiswa yang diajar dengan TMM_1, 13,89% dan 33,33% untuk TMM_2,
menggunakan model SiMaYang lebih tinggi serta 19,44% dan 47,22% untuk TMM_3,
diandingkan dengan rerata N-Gain model sedangkan lainnya memilki model mental
mental mahasiswa yang diajar dengan yang buruk sekali (2,78% untuk TMM_1;
menggunakan model konvensional. Oleh 5,56% untuk TMM_2; dan 8,33% untuk
sebab itu, dapat dikatakan bahwa TMM_3). Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model peningkatan model mental antara sebelum dan
SiMaYang dapat menghasilkan model mental sesudah pembelajaran dengan model
mahasiswa yang lebih baik daripada SiMaYang terlihat cukup tinggi. Sebelum
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran dengan model SiMaYang,
yang selama ini digunakan dosen kimia dasar model mental mahasiswa berada pada
(model konvensional) untuk setiap kelompok kategori buruk dan buruk sekali, tetapi setelah
kemampuan awal mahasiswa. pembelajaran dengan model SiMaYang,
Pertanyaan-pertanyaan untuk tes model model mental mahasiswa meningkat menjadi
mental (TMM) mahasiswa pada Topik sedang, baik, dan baik sekali.
Stoikiometri menuntut mahasiswa untuk Pada kelas kontrol (Gambar 3),
menggunakan model mentalnya dalam peningkatan model mental mahasiswa cukup
menginterpretasikan gambar visual sub-mikro rendah. Sebelum pembelajaran, model mental
dari suatu reaksi sederhana dengan reaktan mahasiswa berada pada kategori buruk sekali
dan produk disediakan dalam kotak, di (sebanyak 91,67 % untuk TMM_1, 66,67%
samping itu mahasiswa juga dituntut untuk untuk TMM_2, dan 94,44% untuk TMM_3)
mampu menggambar produk yang dihasilkan dan setelah pembelajaran dengan model
dari sutau reaksi dan mentransformasikannya konvensional, model mental mahasiswa masih
ke dalam hitungan kimia. Pertanyaan- tetap berada pada kategori buruk sekali, hanya
pertanyaan tersebut dituangkan dalam tes persentase mahasiswanya saja yang menurun
model mental dengan kode TMM_1, TMM_2, (sebanyak 77,78% untuk TMM_1, 25,00%
dan TMM_3. Hasil analisis deskriptif untuk TMM_2, dan 36,11% untuk TMM_3).
terhadap respon mahasiswa atas pertanyaan Perbedaan tersebut juga dapat dilihat pada
pada tes model mental tersebut untuk kelas contoh jawaban mahasiswa di bawah ini.

Contoh jawaban mahasiswa kelas eksperimen untuk TMM_1:


S u n y o n o , E f e k t i v i t a s M o d e l P e m b e l a j a r a n B e r b a s i s . . . | 79

Berdasarkan jawaban mahasiswa kelas menuliskan secara simbolik ke dalam


eksperimen tersebut, terlihat bahwa setelah persamaan reaksi setara. Pada kelas kontrol,
pembelajaran dengan menggunakan model mahasiswa mengalami kesulitan dalam
SiMaYang, mahasiswa sudah mampu membuat transformasi fenomena kimia dari
melakukan transformasi dari makro sub-mikroskopis ke makroskopis dan
(fenomena reaksi) ke sub-mikro dan simbolik, simbolik atau sebaliknya. Kesulitan tersebut
yaitu dengan melakukan imajinasi terhadap dapat dilihat pada contoh jawaban mahasiswa
proses reaksi dalam skala laboratorium kelas kontrol terhadap pertanyaan TMM_1
kemudian menyusun gambar produk yang berikut:
terjadi berdasarkan hasil imajinasinya dan

Contoh jawaban mahasiswa kelas kontrol untuk TMM_1:


S u n y o n o , E f e k t i v i t a s M o d e l P e m b e l a j a r a n B e r b a s i s . . . | 80

Pada TMM_1, persamaan reaksi yang secara signifikan. Hasil analisis ini
ditulis langsung dari gambar visual adalah memberikan informasi bahwa bila pertanyaan
6SO2 + 6O2  6SO3 + 3O2, dan persamaan pada soal tes bersifat verbal (teks saja) dan
reaksi setaranya adalah 2SO2 + O2  2SO3. hanya menekankan perhitungan matematis
Namun, pada kelas kontrol, mayoritas atau algoritmanya saja, pembelajaran secara
mahasiswa tidak mampu membaca gambar konvensional dan pembelajaran yang
sub-mikro, sehingga tidak mampu membuat didasarkan pada multipel representasi akan
transformasi dari sub-mikro ke simbolik dan menghasilkan kemampuan dalam
ke makro dengan menuliskan persamaan menjelaskan fenomena makroskopis yang
reaksi dan perhitungan yang tepat. tidak berbeda.
Hasil yang berbeda terdapat pada analsis Hasil analisis terhadap jawaban
terhadap jawaban mahasiswa atas pertanyaan mahasiswa atas pertanyaan TMM_3 juga
TMM_2. Pertanyaan TMM_2 merupakan memberikan informasi yang sama dengan
pertanyaan yang bersifat verbal (hanya teks TMM_1, dimana mahasiswa telah mampu
dan simbolik saja). Hasil analisis melakukan transformasi diantara ketiga level
menunjukkan bahwa peningkatan model fenomena kimia. Pertanyaan pada TMM_3
mental antara mahasiswa kelas eksperimen adalah pertanyaan yang meminta mahasiswa
dengan mahasiswa kelas kontrol tidak terlihat melakukan imajinasi terhadap fenomena
jelas perbedaannya. Hasil uji statistik untuk makroskopis dari reaksi antara kalium dengan
membuktikan hal tersebut juga menunjukkan larutan HCl berlebih. Perbedaan antara kelas
bahwa pada soal TMM_2, rerata N_Gain kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat
model mental mahasiswa antara kelas dari jawaban mahasiswa sebagaimana contoh
eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda berikut.

Contoh jawaban mahasiswa kelas eksperimen untuk TMM_3


S u n y o n o , E f e k t i v i t a s M o d e l P e m b e l a j a r a n B e r b a s i s . . . | 81

+ -
Pada kelas eksperimen, model mental terionisasi menjadi ion K dan ion Cl .
mahasiswa yang berada pada kategori baik Dengan demikian, seharusnya gambar yang
dan baik sekali telah mampu membuat dibuat mahasiswa menunjukkan adanya ion
gambaran sub-mikroskopis dari reaksi antara + -
H , ion Cl dan logam K pada reaktan,
kalium dengan HCl berlebih dengan sedangkan pada produk menunjukkan adanya
merepresentasikan gambar molekul reaktan + -
ion K , ion Cl , dan gas H2 sebagai hasil
dan produk secara tepat. Dimana pada reaktan
reaksi. Walaupun demikian, daya imajinasi
digambar-kan molekul HCl tidak hanya 2
mahasiswa dengan penggambaran molekul-
molekul sebagaimana koefisien reaksi yang
molekul yang bereaksi dan produk hasil
ditulis oleh mahasiswa, tetapi dilebihkan satu,
reaksi sudah lebih baik dibandingkan
karena pernyataan dalam soal disebutkan
mahasiswa kelas kontrol.
bahwa HCl-nya berlebih, sehingga pada
Pada kelas kontrol, terlihat bahwa
produkpun akan terdapat HCl sisa pada
mahasiswa kesulitan dalam membuat
gambar sub-mikroskopis yang dibuat
interkoneksi diantara ketiga level fenomena
mahasiswa. Namun, mahasiswa tidak
kimia. Mahasiswa tidak mampu melakukan
menyadari bahwa HCl dalam larutannya akan
+ - imajinasi dalam membaca fenomena yang
berada dalam bentuk ion H dan ion Cl , diberikan pada TMM_3.
demikian pula KCl dalam larutannya juga

Contoh jawaban mahasiswa kelas kontrol untuk TMM_3:


S u n y o n o , E f e k t i v i t a s M o d e l P e m b e l a j a r a n B e r b a s i s . . . | 82

Contoh jawaban mahasiswa kelas kontrol kimia dan mengkomunikasikannya secara


tersebut merupakan gambaran mahasiswa tertulis dan lisan daripada kelompok kontrol.
yang memiliki model mental dengan kategori Terbentuknya model mental mahasiswa
sedang. Dalam hal ini, sebenarnya mahasiswa tersebut menunjukkan adanya peningkatan
telah memiliki kemampuan dalam membuat kemampuan mahasiswa dalam memahami
transformasi dari makroskopis dan simbolis representasi makroskopik, sub-mikroskopik,
ke sub-mikroskopis, tetapi mahasiswa tidak dan simbolik, serta mampu melakukan
menyadari atau bahkan tidak memiliki interpretasi dan transformasi di antara ketiga
pemahaman yang cukup tentang istilah level fenomena-fenomena kimia sebagaimana
reaktan berlebih. Reaksi pada TMM_3 yang yang dilaporkan oleh Chittleborough &
seharusnya ditulis mahasiswa bila memahami Treagust (2007), Coll (2008), Devetak, et al.
istilah reaktan berlebih adalah 2K + 3HCl  (2009), dan Davidowizth, et al. (2010).
2KCl + H2 + HCl, berarti masih ada sisa HCl, Berdasarkan analisis statistik dan
tetapi reaksi setaranya 2K + 2HCl  2KCl + deskriptif tentang model mental mahasiswa di
H2. Kemampuan membuat interkoneksi atas, terlihat bahwa model mental mahasiswa
seperti ini memerlukan latihan-latihan, tetapi terhadap stoikiometri reaksi kimia dengan
pembelajaran pada kelas kontrol tidak berbagai variasi pertanyaan mulai dari
menekankan pada latihan imajinasi untuk interpretasi sampai pada transformasi dari
mengeksplanasi fenomena reaksi melalui verbal ke simbolik, maupun dari verbal ke
gambar visual dalam skala sub-mikroskopis. visual (diagram sub-mikro) atau sebaliknya
Jadi ketidak-mampuan mahasiswa kelas menunjukkan bahwa terdapat perubahan yang
konrol diakibatkan karena pembelajarannya sangat tinggi antara model mental mahasiswa
yang masih bersifat verbalistis. sebelum dan sesudah pembelajaran dengan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model SiMaYang. Di samping itu, terdapat
model mental mahasiswa telah terbentuk perbedaan yang signifikan antara model-
dengan baik. Sebelum penerapan model mental mahasiswa yang
pembelajaran pada kelas eksperimen, model pembelajarannya menggunakan model
mental mahasiswa berada pada kategori SiMaYang dengan model-model mental
“buruk sekali”, namun setelah pelaksanaan mahasiswa yang pembelajarannya secara
pembelajaran dengan model SiMaYang, konvensional yang lebih menekankan pada
model mental mahasiswa meningkat menjadi penanaman konsep secara verbal. Dengan
berkategori sedang, baik, dan baik sekali. demikian, sangat wajar bila pada kelas
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang kontrol, model mental mahasiswa tidak
dilakukan oleh Jaber and BouJaoude (2012) terbangun dengan baik, karena mahasiswa
yang melaporkan bahwa pada awal tidak dilatih menginterpretasi,
penelitian, mayoritas mahasiswa mengeksplanasi, atau mentransformasi
menunjukkan kesulitan yang berhubungan representasi eksternal sub-mikroskopis ke
dengan interpretasi dan transformasi diantara makroskopis dan simbolis atau sebaliknya.
fenomena makro, sub-mikro, dan simbolik Representasi eksternal submio ini sangat
dalam memecahkan masalah kimia. Setelah diperlukan dalam menjelaskan fenomena
pembelajaran (penelitian), mahasiswa dari reaksi yang terjadi, karena pemahaman yang
kelompok eksperimen dengan profil model mendalam mengenai stoikiometri
mental “tinggi” menunjukkan pemahaman di memerlukan lebih dari sekedar kemampuan
level sub-mikro yang lebih maju daripada untuk mengikuti suatu algoritma saja atau
mahasiswa kelompok kontrol. Selain itu, hitungan saja (Ben-Zvi, et al., 1987), tetapi
mahasiswa kelas eksperimen menunjukkan juga kemampuan menerjemahkan simbol-
tingkat kecanggihan yang lebih baik dalam simbol dan menjelaskan fenomena reaksi
membuat gambar sub-mikro tentang reaksi yang sebenarnya terjadi dalam skala molekul.
S u n y o n o , E f e k t i v i t a s M o d e l P e m b e l a j a r a n B e r b a s i s . . . | 83

Hasil analisis juga menunjukkan bahwa membangun model mental yang baik dengan
model pembelajaran SiMaYang dapat mahasiswa yang tidak mampu membangun
dijadikan alternatif model pembelajaran untuk model mental (Wang, 2007, McBroom, 2011,
melatih mahasiswa dalam dan Jaber and BouJaoude, 2012).
menginterkoneksikan ketiga level representasi Hasil analisis terhadap jawaban atas tes
fenomena kimia. Dalam pembelajaran, model mental tersebut dapat dikatakan bahwa
mahasiswa tidak hanya belajar menggunakan perkuliahan Kimia Dasar dengan
algoritma saja, tetapi juga belajar memahami menggunakan model pembelajaran SiMaYang
fenomena reaksi di tingkat molekuler melalui dapat menumbuhkan model mental
imajinasi mereka. Pembelajaran kimia yang mahasiswa yang lebih baik dibanding
hanya fokus pada pemahaman terhadap perkuliahan Kimia Dasar dengan model
algoritma saja, akan menghasilkan konvensional. Model mental kelas
pemahaman yang dangkal (Dahsah dan Coll, eksperimen, setelah pembelajaran sudah
2008). Dengan demikian, peran imajinasi memasuki level sub-mikro dan merupakan
dalam pembelajaran kimia menjadi sangat model mental konsensus dan target (Coll &
penting, sebab melalui imajinasi keterampilan Treagust, 2003). Walaupun pada kelas
dan kreativitas mahasiswa dapat ditingkatkan eksperimen, model mental mahasiswa setelah
(Thomas, & Seely, 2011., dan Haruo, et al. pembelajaran dengan model SiMaYang lebih
2009). baik daripada kelas kontrol, namun beberapa
Kemampuan mahasiswa kelas mahasiswa masih memiliki model mental
eksperimen dalam menerjemahkan gambar dalam kategori sedang. Mahsiswa tersebut
sub-mikroskopis tersebut dan sebenarnya telah mampu melakukan
mentransformasikan ke dalam skala simbolik interpretasi terhadap gambar sub-mikroskpis,
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan tetapi transformasi gambar sub-mikroskopis
melibatkan fase eksplorasi – imajinasi dapat reaksi kimia ke simbolik tidak tepat.
menumbuhkan daya imajinasi mahasiswa, Mahasiswa dengan model mental kategori
karena dalam proses pembelajaran yang sedang tersebut, telah mampu menuliskan
berlangsung mahasiswa dilatih dan dibiasakan persamaan reaksi langsung dengan membaca
dalam melakukan interpretasi dan gambar sub-mikro, tetapi tidak
transformasi level-level representasi kimia. menyelesaikannya ke persamaan reaksi yang
Dengan latihan yang terus menerus, setara atau sebaliknya menuliskan persamaan
mahasiswa akan mampu menggunakan model reaksi setara, tetapi tidak dimulai dari
mentalnya dalam rangka menjelaskan membaca langsung gambar sub-mikro. Pada
peristiwa-peristiwa yang melibatkan kelas kontrol terjadi sebaliknya, setelah
penggunaan model visual (Coll, 2008) dan pembelajaran model mental mahasiswa masih
tidak akan mengalami kesulitan dalam didominasi oleh model yang bersifat makro
menginterpretasikan struktur sub-mikro dari dan verbal, sehingga masih berada pada
suatu molekul (Devetak, et al., 2009), model mental alternatif (Coll & Treagust,
sehingga daya kreativitas mahasiswa dapat 2003). Hal ini disebabkan mayoritas
tumbuh dan berkembang (Haruo, et al., mahasiswa kelas kontrol belum memiliki
2009), sebagaimana ditunjukkan dengan kemampuan dalam melakukan interpretasi
kemampuan mahasiswa dalam membuat dan transformasi terhadap representasi
gambar sub-mikro hasil reaksi dalam soal eksternal sub-mikroskopis. Mayoritas
TMM_1, TMM_2, dan TMM_3. Beberapa mahasiswa kelas kontrol tidak dapat
hasil penelitian di luar negeri juga menjawab dengan baik pertanyaan-pertanyaan
menunjukkan hasil yang serupa, yaitu ada pada soal tes model mental.
perbedaan tingkat penguasaan materi
pembelajaran antara mahasiswa yang mampu
S u n y o n o , E f e k t i v i t a s M o d e l P e m b e l a j a r a n B e r b a s i s . . . | 84

Kesulitan yang dialami mahasiswa M1: Saya berfikir semua reaktan digabung
disebabkan selama mereka belajar kimia semua sampe habis.
dibangku sekolah menengah, tidak pernah M2: Hanya berdasarkan pengetahuan yang
berlatih melakukan interpretasi dan masih saya ingat kalo SO2 direaksikan
transformasi fenomena representasi eksternal dengan O2 hasilnya SO3.
sub-mikroskopis, sehingga ketika dihadapkan M3: Apa ya, bingung sih saya.... (tidak
soal-soal berupa gambar-gambar sub-mikro, menjawab)
mahasiswa merasa asing dengan representasi P : Apa kesulitan Anda?
ekstrnal sub-mikro. Namun, setelah M1: Saya sulit pak membaca gambar, apalagi
perkuliahan dengan menggunakan model disuruh menggambar molekul, karena
pembelajaran SiMaYang, kesulitan tersebut waktu di SMA dulu, latihan-latihan
dapat diatasi oleh mahasiswa. Hal ini yang diberikan hanya teks saja...
terungkap ketika dilakukan wawancara begini... begini... lalu disuruh
dengan 3 (tiga) orang mahasiswa. Catatan di menghitung.
bawah merupakan transkrip wawancara M2: Saya tidak paham dengan gambar,
kepada 3 orang mahasiswa untuk soal bagaimana membaca-nya, ada 6 SO2
TMM_3 setelah pelaksanaan pembelajaran dan ada 6O2, terus berapa SO3 yang
dengan model SiMaYang. Dalam hal ini P = diperoleh.
pewawancara, M1 = mahasiswa 1 dengan M3: Kesulitan saya, tidak paham dengan
kemampuan awal tinggi, M2 = mahasiswa 2 gambar-gambar itu... karena selama ini
dengan kemampuan awal sedang, dan M3 = tidak pernah diberi soal-soal untuk
mahasiswa 3 (kemampuan awal rendah. latihan dengan gambar-gambar
molekul seperti itu.
P : Apakah Anda bisa menjawab soal No.1?
coba jelaskan...! Hasil wawancara pada tiga orang
M1: Saya tidak bisa menjawab, saya hanya mahasiswa yang dipilih secara acak dari kelas
mencoba menjawab seperti ini (sambil eksperimen menunjukkan bahwa
menunjuk jawabannya). Mungkin pembelajaran dengan menggunakan model
caranya 2 atom O digabung kesini dan SiMaYang dapat membantu mahasiswa dalam
2 atom O lainnya digabung kesini melakukan interkoneksi diantara ketiga level
(sambil menunjuk ke arah O2 dan SO2), fenomena kimia. Dengan demikian,
hasilnya SO4. Semua reaktan awal kemampuan mahasiswa dalam melaku-kan
digabung semua. interpretasi terhadap representasi sub-mikro
M2: Saya hanya menjawab reaksinya saja. dan transformasi fenomena sub-mikro ke
Untuk gambar, saya tidak tahu harus makro dan simbolik atau sebaliknya dapat
menggambar produk seperti apa. ditingkatkan. Peningkatan kemampuan
M3:. Saya menjawab seperti itu (sambil mahasiswa tersebut menumbuhkan model
menunjuk jawaban-nya), perkiraan mental mahasiswa dari model mental
saja. Gambar produknya seperti itu ada alternatif sebelum pembelajaran meningkat ke
SO, dan ada O2. model mental konsensus dan model mental
P : Mengapa gambar Anda seperti itu? target (Coll & Treagust, 2003).
M1: Karena dalam pikiran saya, semua Temuan-temuan dalam penelitian ini
reaktan digabungkan menjadi satu sejalan dengan penelitian beberapa peneliti
M3: Karena menurut saya, molekul sejenis sebelumnya. Coll (2008) menyatakan bahwa
itu akan tolak menolak. kemampuan peserta didik untuk
P : Bagaimana Anda bisa menuliskan mengoperasikan atau menggunakan model
persamaan reaksi? mental mereka dalam rangka menjelaskan
peristiwa-peristiwa yang melibatkan
S u n y o n o , E f e k t i v i t a s M o d e l P e m b e l a j a r a n B e r b a s i s . . . | 85

penggunaan model visual, dapat ditingkatkan model pem-belajaran SiMaYang, model


melalui latihan menginterpretasikan gambar mental mahasiswa menjadi mayoritas
visual sub-mikro dalam pembelajaran yang berkategori baik dan baik sekali dengan
melibatkan 3 level fenomena kimia. Devetak, karakteristik model mental “konsensus” dan
et al (2009) menemukan bahwa peserta didik “target”.
yang telah di latih dengan representasi
eksternal sub-mikro akan lebih mudah dalam
menginterpretasikan struktur sub-mikro dari DAFTAR RUJUKAN
suatu molekul, sehingga pemahaman akan
fenomena reaksi kimia akan meningkat. Ben-Zvi, R., Eylon B. and Silberstein, J.,
Selanjutnya Jaber & BouJaoude (2012) 1987, Students’ visualisation of a
bahwa profil model mental dari kelompok chemical reaction, Educ. Chem., 24, p.
kontrol memiliki karakteristik berupa 117-120.
representasi yang masih dalam level Chandrasegaran, Treagust & Mocerino. 2007.
makroskopik dan tingkat sub-mikronya masih Enhancing Students’ Use Of Multiple
membingungkan. Demikian pula, Wang & Levels Of Representation To Describe
Barrow (2013) melaporkan bahwa mahasiswa And Explain Chemical Reactions.
dengan skor model mental moderat (sedang) School Science Review, 88. p. 325.
dan rendah sangat sulit dalam membuat
visualisasi fenomena submikroskopis Chittleborough, G. and Treagust D. F. 2007.
peristiwa kimia. The Modelling Ability Of Non-Major
Chemistry Students And Their
Understanding Of The Sub-
SIMPULAN Microscopic Level, Chem. Educ. Res.
Pract., 8, p. 274-292.
Berdasarkan hasil penelitian dan Coll, R.K., 2008. Chemistry Learners’
pembahasan dapat diambil kesimpulan Preferred Mental Models for
sebagai berikut model pembelajaran Chemical Bonding. Journal of Turkish
SiMaYang lebih efektif dalam membangun Science Education, 5, (1), p. 22 – 47.
model mental stoikiometri maha-siswa
dibandingkan dengan model pembelajaran Coll and Treagust, D.F., 2003. Investigation
yang selama ini digunakan oleh dosen Kimia of Secondary School, Undergraduate
Dasar. Peningkatan model mental tersebut and Graduate Learners’ Mental
terjadi pada semua transformasi fenomena Models of Ionic Bonding. Journal of
kimia, yaitu verbal – visual, visual – verbal, Research in Science Teaching, 40, p.
dan visual – visual. Untuk fenomena “verbal 464 – 486.
– verbal” pembelajaran dengan model Dahsah, C., & Coll, R. K. 2008. Thai Grade
SiMaYang menunjukkan hasil yang tidak 10 and 11 students' understanding of
berbeda dengan pembelajaran konvensional. stoichiometry and related concepts.
Penerapan model pembelajaran SiMaYang International Journal of Science and
dapat membangun model mental mahasiswa Mathematics Education, 6, No.3. p.
dalam mempelajari topik stoikiormetri. 573-600.
Sebelum diterapkan pembelajaran dengan
model SiMaYang pada perkuliahan Kimia Davidowitz, B., Gail Chittleborough, and
Dasar, model mental mahasiswa mayoritas Eileen Murray., 2010. Student-
berada pada kategori buruk dan buruk sekali generated submicro diagrams: a
dengan karakteristik model mental useful tool for teaching and learning
“alternatif”, tetapi setelah diterapkannya
S u n y o n o , E f e k t i v i t a s M o d e l P e m b e l a j a r a n B e r b a s i s . . . | 86

chemical equations and stoichiometry. Fulfillment of The Requirements for


Chem. Educ. Res. Pract., 11, 154–164. the Degree of Doctor of Philosophy.
Raleigh, North Carolina.
Devetak, I., Erna Drofenik L., Mojca J., &
Saša A. G., 2009. Comparing Sunyono, Leny Yuanita, & Muslimin
Slovenian year 8 and year 9 Ibrahim. 2011. Model Mental
elementary school pupils’ knowledge Mahasiswa Tahun Pertama dalam
of electrolyte chemistry and their Mengenal Konsep Stoikiometri (Studi
intrinsic motivation. Chem. Educ. Res. pendahuluan pada mahasiswa PS.
Pract., 10, p. 281–290. Pendidikan Kimia FKIP Universitas
Lampung. Prosiding Seminar
Hake, R., 2002. Relationship of Individual
Nasional V. 6 Juli 2011. Universitas
Student Normalized Learning Gains in
Islam Indonesia. Yogyakarta.
Mechanics with Gender, High-School
Physics, and Pretest Scores on Sunyono, Leny Yuanita, & Muslimin
Mathematics and Spatial Ibrahim. 2012. Analisis
Visualization. Online: Keterlaksanaan dan Kemenarikan
http://www.physics.indiana. Model Pembelajaran SiMaYang dalam
edu/~hake. Diakses : 22 Juli 2011 Membangun Model Mental
Mahasiswa pada Topik Stoikiometri.
Haruo, O., Hiroki, F., & Manabu, S., 2009.
Prosiding Seminar Nasional Kimia
Development of a lesson model in
dan Pendidikan Kimia. 6 Oktober
chemistry through “Special Emphasis
2012. Universitas Jenderal Soedirman.
on Imagination leading to Creation”
Purwokerto.
(SEIC). Chemical Education Journal
(CEJ). 13, No. 1. p. 1–6. Thomas, D., & Seely, J.B., 2011. Cultivating
the Imagination: Building Learning
Jaber, L.Z. and Boujaoude, S., 2012. A
Environments for Innovation.
Macro–Micro–Symbolic Teaching to
Teachers College Record, February
Promote Relational Understanding of
17, 2011. p. 1–2.
Chemical Reactions. International
Journal of Science Education. 34, No. Treagust, D.F., Chittleborough & Mamiala.
7, p. 973–998. 2003. The role of submicroscopic and
symbolic representations in chemical
Johnstone, A.H., 2006. Chemical education
explanations. Int. J. Sci. Educ., Vol.
research in Glasgow in perspective.
25, No. 11, p. 1353–1368.
Chemistry Education Research and
Practice. 7, No. 2. p. 49 – 63. Treagust, D.F. 2008. The Role Of Multiple
Representations In Learning Science:
Kozma, R., & Russell, J. 2005. Students
Enhancing Students’ Conceptual
Becoming Chemists: Developing
Understanding And Motivation. In
Representational Competence. In J.
Yew-Jin And Aik-Ling (Eds).Science
Gilbert (Ed.), Visualization in science
Education At The Nexus Of Theory
education. Vol. 7. Dordrecht:
And Practice. Rotterdam -Taipei :
Springer. p. 121 – 145.
Sense Publishers. p. 7 – 23.
McBroom, R.A., 2011. Pre-Service Science
Teachers„ Mental Models Regarding Wang, C.Y., 2007. The Role of Mental-
Dissolution and Precipitation Modeling Ability, Content Knowlwdge,
Reactions. A Dissertation Submitted to and Mental Models in General
The Graduate Faculty of North Chemistry Students’ Understanding
Carolina State University in Partial about Molecular Polari. Dissertation
S u n y o n o , E f e k t i v i t a s M o d e l P e m b e l a j a r a n B e r b a s i s . . . | 87

for the Doctor Degree of Philosophy Molecular Shape and Polarity: A


in the Graduate School of the Comparison of Undergraduate
University of Missouri. Columbia. General Chemistry Students with High
and Low Levels of Content
Wang, C.Y. & Barrow, L.H., 2013. Exploring
Knowledge. Chem. Educ. Res.
Conceptual Frameworks of Models of
Pract.,14. p. 130–146.
Atomic Structures and Periodic
Variations, Chemical Bonding, and

Das könnte Ihnen auch gefallen