Sie sind auf Seite 1von 2

LEMBAH CIMANDIRI SEBAGAI BATAS TEPI BENUA

(CONTINENTAL MARGIN) DARI LEMPENG BENUA SUNDA

H. IKE BERMANA, Ir
JURUSAN GEOLOGI Fakultas MIPA Universitas Padjadjara Bandung
<nurdrajat@mail.unpad.ac.id>

ABSTRACT

The Cimandiri fault as interested studied because most of the geologists have different view about it.
Some geologist interpreted the Cimandiri fault as strike slip fault, but northward of the Cimandiri valley as
normal fault and thrust fault. Data gravity anomaly (bouger) showed the Cimandiri Valley strike to Meratus
Mountain at Kalimantan and nothern part of the Cimandiri Valley has high gravity value than southtern
part. The high gravity value interpreted as continental and the low gravity value as basin, although the
Cimandiri Valley as shoreline of the Sunda Continental.
On the Landsat imagery showed lineament of Cimandiri Valley towards west to east and at nothern
part of Cimandiri Valley accross by fault with towards south to north, although along the Cimandiri Valley
affecting by plate moving with the subduction today in southern of the Java island. The new research
showed the Cimandiri Valley as strike slip fault.
The data outcrops at nothern part of the Cimandiri Valley are Bayah Formation and Gunung Walat
Formation consist of conglomerate and quartz sandstone wich characteristic fluvio – deltaics. To the north
from the Cimandiri Valley grain size of the conglomerate as pebbles 1 cm – 5 cm and interpreted as land
area. In the southern part of the Cimandiri Valley characterised by neritic sediment and limestone
Rajamandala Formation and Bojonglopang Formation. The Cimandiri Valley separated fluvial sediment at
the north and neritic sedimen such as limestone at the southern, altough the Cimandiri Valley as shoreline
on the Eosen.

ABSTRAK

Sesar Cimandiri sangat menarik untuk diteliti, karena beberapa akhli geologi memandang sesar
mandiri selalu berbeda. Perbedaan cara pandang terhadap sesar Cimandiri merupakan sesuatu yang wajar,
sehingga penelitian lebih lanjut terhadap sesar Cimandiri akan lebih mendalam dan semakin rinci. Beberapa
peneliti terbaru menyebutkan bahwa sesar Cimandiri merupakan sesar geser, tetapi makin ke arah Utara
sesar Cimandiri tersebut lebih merupakan sesar normal dan sesar naik.
Berdasarkan data peta anomali gaya berat (bouger) menunjukkan bagian Utara dari lembah
Cimandiri memiliki nilai gaya berat yang lebih besar dari pada bagian Selatan lembah Cimandiri. Arti dari
nilai anomali gaya berat tersebut yaitu nilai yang lebih besar menunjukkan nilau untuk suatu tinggian,
sedangkan nilai yang lebih rendah menunjukkan suatu cekungan. Kelurusan lembah Cimandiri pada peta
anomali gaya berat menerus ke arah Pegunungan Meratus di Kalimantan, sehingga diduga lembah
Cimandiri tersebut merupakan batas tepi (continental margin) dari Benua Sunda.
Kenampakan yang sama ditunjukkan oleh citra satelit Landsat yang berarah Barat – Timur, dan
semakin ke arah Utara lembah Cimandiri sangat benyak dibelokan oleh beberapa sesar yang
mempengaruhinya, sehingga dapat diartikan bahwa sepanjang lembah Cimandiri masih berlangsung gerak
yang dipengaruhi oleh gerak lempeng sekarang yang beraada di Selatan Pulau Jawa. Jika lembah Cimandiri
dianggap sebagai sesar geser pada saat sekarang merupakan sesuatu yang wajar, namun tidak akan
memberikan jawaban yang sebenarnya tanpa dukungan data di sepanjang lembah Cimandiri.
Data di sepanjang lembah Cimandiri menunjukkan data yang memiliki lingkungan pengendapan
fluvio – deltaik yang ditunjukkan oleh endapan – endapan konglomerat dari Formasi Bayah dan Formasi
Gunung Walat. Semakin ke arah Utara endapan konglomerat tersebut semakin berbutir kasar di bandingkan
dengan ke arah Selatan, sehingga dapat diartikan bahwa posisi daratan pada waktu Formasi Bayah dan
Gunung Walat diendapkan berada di Utara dari lembah Cimandiri, sedangkan ke arah Selatan dari lembah
Cimandiri cenderung bersifat laut dangkal yang dibuktikan oleh endapan – endapan laut dangkal seperti
endapan batugamping Sareweh di daerah Bayah, batugamping Formasi Rajamandala di Gunung Cikarang
Kabupaten Sukabumi yang menerus sampai ke arah Rajamandala di Kabupaten Bandung, sehingga dapat
disimpulkan bahwa lembah Cimandiri yang terbentang mulai dari Pelabuhan ratu di Sukabumi, sampai
Pegunungan Meratus di Kalimantan merupakan batas tepi dari lempeng Benua Sunda pada zaman Eosen.

Das könnte Ihnen auch gefallen