Sie sind auf Seite 1von 20

EDUZERO ICEF

WARE IPB,2019

Inovasi Sistem Edu-Zeroware (Education, Zero Waste, Waste Refinery)


sebagai Upaya Mengurangi Volume Sampah di TPA Piyungan
(Studi Kasus Kabupaten Sleman)

Leon Tandela1, Ria Verensia2, Nindi Yunia Rafmi3

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Jl.
Grafika No.2, Senolowo, Sinduadi, Kec. Mlati, Kab. Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta55281
leon.tandela@mail.ugm.ac.id1 , riaverensia@mail.ugm.ac.id2

ABSTRACT

The few numbers of society in Daerah Istimewa Yogyakarta who manage the waste leads to the midden volume
to increase in Piyungan Landfill. Based on data from National Waste Management Information System 2017-2018,
Sleman Regency had 174.99 tons a day of waste delivered to Piyungan Landfill and 1056.87 tons waste a day left
without being handled. Due to this practice, Edu-Zeroware system (Education, Zero Waste, and Waste Refinery) is
proposed to reduce the midden volume itself in Piyungan and treat the waste in Sleman Regency. The writing methods
of this paper are literature research and observation in villages in Sleman. The result is that the role of society to
manage the waste comes as essential part to create a community within daily Zero Waste action. Edu-Zeroware system
is started when the society not only individually sort the waste out, but also in Tempat Pengolahan Sampah – Reuse,
Reduce, Recycle, Recovery (TPS-4R). The sorted and collected wastes in containers are differentiated by the
characteristic as organic, reusable, residue, and the harmful waste (B3). Organic waste becomes compost within
biological proccess in biopot and bipore holes. Anorganic waste in TPS-4R is further processed into usable product,
such as modified paving block and brick making. TPS-4R implements Waste Refinery Concepts and provides biogas
instalation that is able to convert organics into energy for domestic needs. While residue is delivered to Piyungan
Landfill. Existing condition is redesigned from Open Dumping to Sanitary Landfill and additionally equipped with
incinerator mini for processing waste into energy by incineration. Besides, these integrated waste treatment concepts
started from villages in Sleman to landfill is expected to reduce the midden volume in Piyungan significantly. It also
can be an environmental education and boost others to do the eco-friendly waste process.

Keywords: Education, Piyungan Landfill, TPS-4R, Waste Refinery, Zero Waste

I. PENDAHULUAN volume sampah yang akan menjadi potensi


bencana apabila masyarakat tidak
1.1 Latar Belakang berpartisipasi secara aktif dalam
pengurangan atau pengelolaan sampah.
Daerah Istimewa Yogyakarta
Kota Yogyakarta, Kabupatan Bantul dan
terkenal dengan latar belakangnya sebagai
Kabupaten Sleman menggunakan Tempat
kota pariwisata dan kota pelajar. Hal ini
Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, saat
menjadikan Daerah Istimewa Yogyakarta
ini beralih nama menjadi Tempat
selalu ramai dengan aktivitas masyarakat
Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST)
yang ada, baik penduduk tetap, wisatawan
Piyungan meski dengan fungsi yang sama.
dan para pelajar. Mengingat hal tersebut,
timbul dampak berupa peningkatan jumlah
Permasalahan sampah yang terjadi sistem Edu-Zeroware di Kabupaten
di TPA Piyungan saat ini adalah Sleman?
meningkatnya jumlah volume sampah dan 3. Bagaimana peran sistem Edu-Zeroware
melebihi daya tampung TPA. Lahan TPA dalam membentuk sebuah eco-village
semakin sempit, faktor jarak mengakibatkan yang berkelanjutan?
pengangkutan sampah kurang efektif,
teknologi pengolahan tidak optimal, 1.3. Batasan Masalah
terbatasnya tempat penampungan sampah
sementara (TPS), kura1ngnya sosialisasi Adapun batasan masalah yang
dan dukungan pemerintah mengenai digunakan dalam penulisan yang
pengelolaan sampah serta minimnya dilakukan ini adalah sebagai berikut
edukasi dan manajemen diri pengelolaan
sampah. 1. Kajian penelitian dalam merancang
Kabupaten Sleman menjadi salah satu sebuah komunitas eco-village yang
Kabupaten di DIY dengan jumlah penduduk diberi nama GAMA-Village dimulai
yang padat, sampah menjadi tantangan yang dari skala rumah tangga yang berada
memerlukan perhatian lebih. Tercatat, bahwa di Dusun Sukunan, Banyuraden,
total sampah Kabupaten Sleman per hari bila Gamping, Area Sawah, Banyuraden,
dihitung dari jumlah penduduk Kabupaten Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah
Sleman adalah kurang lebih 2.917.75 m3 per Istimewa Yogyakarta.
hari, namun jumlah ini tentu dapat lebih besar 2. Objek penulisan ini adalah
bila dihitung dari aktivitas yg terjadi di pengelolaan dan pengangkutan
Sleman mengingat Sleman merupakan daerah sampah di TPA Piyungan dengan
pendidikan dan wisata dengan jumlah memperhitungkan jumlah timbulan
penduduk tidak tetap yang cukup tinggi. sampah di Kabupaten Sleman.
Oleh sebab itu, dirancang sistem Edu- 3. Kajian Rencana Anggaran Biaya
Zeroware (Education, Zero Waste dan Waste (RAB) hanya memperhitungkan
Refinery) yang bertujuan untuk mengurangi pembangunan galian dan timbunan,
volume sampah di TPA Piyungan dan serta lapisan struktur landfill.
menangani sampah dengan Kabupaten
Sleman sebagai objek dari studi kasus yang 1.4. Tujuan Penulisan
dilakukan. Sistem ini mengintegrasikan
kelestarian lingkungan sosial yang Dari Latar Belakang dan Rumusan
melibatkan masyarakat. masalah yang telah dijabarkan di atas,
maka penulisan ini bertujuan untuk :
1.2 Rumusan Masalah 1. Melakukan kajian alur proses yang
dilakukan di Kabupaten Sleman
Berdasarkan latar belakang diatas, dalam upaya pengelolaan sampah
maka terdapat beberapa permasalahan yang 2. Memberikan rekomendasi terhadap
akan dibahas dalam penulisan ini, diantaranya alur proses yang telah dilakukan
sebagai berikut : untuk dapat memaksimalkan proses
1. Bagaimana alur proses penanganan pengelolaan sampah.
sampah di Kabupaten Sleman,
Yogyakarta dengan sistem Edu-
Zeroware?
2. Bagaimana keadaan volume sampah di
TPA Piyungan dengan menerapakn
1.5. Metode Penelitian (TPST) Piyungan meski dengan fungsi yang
sama. TPA Piyungan terletak di Desa
Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten
Bantul. Profil lokasi berupa lembah dengan
kemiringan bervariasi, curam dan mendatar
serta membentuk tanah ledok dengan jurang
yang cukup dalam (40 meter). TPA ini
memiliki luas 12,5 Ha dengan kapasitas
tampungan sebesar 2,7 juta m3. Adapun usia
teknis TPST berdasarkan AMDAL adalah 17
tahun terhitung sejak terbangun dan
beroperasi pada tahun 1995.
Permasalahan utama dari volume sampah
yang terus meningkat adalah keterbatasan
kapasitas TPA dalam menampung sampah.
Apabila kapasitasnya telah terlampaui bukan
tidak mungkin terjadi bencana seperti ledakan
dan longsor sampah. Saat ini, sekitar 450-500
ton/hari diangkut ke TPST Piyungan. Volume
sampah tersebut akan terus meningkat seiring
pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk dan
pemenuhan kebutuhan lahan untuk tujuan
tertentu.
Selain, kenaikan tersebut juga dipengaruhi
ketergantungan masyarakat terhadap
keberadaan TPA dan TPS serta sistem
layanan pengangkutan sampah oleh Dinas
Lingkungan Hidup tiap kota/kabupaten.
Masyarkat belum memiliki kesadaran
lingkungan yang cukup baik sehingga
partipasi masyarakat dalam upaya pemilahan
sampah, pembuangan sampah ke depo
sampah atau TPS secara mandiri serta
mengolah sampah masih rendah.
Berdasarkan buku profil TPST Piyungan
Gambar 1.1 Alur Metode Penelitian
dan hasil wawancara menyatakan bahwa usia
teknis operasionalnya berakhir pada tahun
2012 atau terhitung 17 tahun sejak 1995. Hal
II. TINJAUAN PUSTAKA
ini tentu mengisyaratkan bahwa TPST
2.1 Kondisi Tempat Pemrosesan Sampah Piyungan dalam kondisi kritis karena TPST
Terpadu (TPST) Piyungan Saat Ini ini masih beroperasi sampai sekarang tanpa
adanya perubahan luas tampungan badan
Kota Yogyakarta, Kabupatan Bantul dan sampah (10 Ha). Adanya pembebasan lahan
Kabupaten Sleman menggunakan TPA ditahun 2016 sebesar 2,5 Ha pada bagian
Piyungan, saat ini beralih nama menjadi barat belum dapat dipergunakan karena
Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu terbentur pada masalah finansial sehingga
pihak pengelola menunggu adanya investor
yang bersedia menjalin kemitraan untuk pemulung namun tidak dapat dipungkiri
keperluan bisnis dibidang pendauran ulang peran pemulung cukup besar sebagai upaya
sampah. pengurangan volume sampah di TPA,
Penumpukan sampah yang melebihi usia khususnya sampah anorganik.
teknis mengisyaratkan bahwa beban TPA Piyungan masih berorientasi pada
pencemar dari pembusukan sampah di lokasi sistem kelola semata perlu melakukan
tersebut terhadap tanah, air dan udara perubahan ke arah pengolahan sampah agar
melampaui daya tampung dan daya dukung proses penguraian sampah berlangsung lebih
lingkungan sebagaimana yang menjadi efektif dan efisien guna mengurangi timbunan
pertimbangan dalam perhitungan usia teknis. sampah. Pengolahan sampah membutuhkan
Pencemaran terhadap tanah, air dan udara di persiapan dan perencanaan matang
lokasi tersebut tidak bersifat lokal melainkan diberbagai lini seperti pendanaan, pengadaan
berdampak pula pada kehidupan manusia alat, tenaga kerja, peran pemerintah atau
sekitarnya. Jarak TPA dengan kawasan instansi terkait, partisipasi masyarakat, dan
permukiman yang cukup dekat berkisar 20 lain sebagainya. Pengelola telah melakukan
meter tentu membawa dampak yang buruk upaya composting sampah organik namun
bagi kesehatan masyarakat karena adanya dengan persentase yang sangat kecil yaitu 5%
bakteri dan zat berbahaya yang terkandung dari total sampah organik. Padahal sampah
dalam air, tanah dan udara. organik merupakan jenis sampah yang
Kondisi dilematis yang terjadi adalah jika dominan di TPA Piyungan dengan komposisi
TPA Piyungan menghentikan operasionalnya 77,36% dari total volume sampah (BPPT,
sampai dengan adanya investor untuk 2016). Pengolahan sampah seperti upaya
pengembangan lahan 2,5 Ha yang telah composting, pembuatan kriya atau barang
dibebaskan maka pencemaran sampah dapat kerajinan, briket, batako sterofoam, biogas,
terjadi di sumber-sumber sampah yaitu produksi biji plastik, dan jenis pendaur
kawasan permukiman, perkantoran, dan lain ulangan sampah lainnya akan signifikan
sebagainya yang terletak di tiga wilayah membantu pengurangan volume sampah dan
administratif yang menjadi cakupan layanan disisi lain memberikan manfaat ekonomi serta
TPA Piyungan. Tidak adanya tempat berdampak baik terhadap lingkungan.
penampung akhir sampah menyebabkan
masyarakat pada pilihan untuk menimbun 2.2 Persebaran dan Keadaan TPS 3R di
sampah, membakar sampah dan membuang Sleman
sampah ke sungai.
TPA Piyungan terbatas pada pengelolaan Sebaran TPS 3R yang ada di Daerah
sampah semata dimana sampah yang Istimewa Yogyakarta sebanyak 46 lokasi
diangkut ke TPA ini dikelola dengan proses dengan pembagian sebagai berikut :
penimbangan, penumpukan, pengurugan dan 1. Kabupaten Bantul sebanyak 11 lokasi
penimbunan sebagaimana sistem Controlled 2. Kabupaten Gunung Kidul sebanyak
Landfill. Pengurangan volume sampah di 10 lokasi
TPST Piyungan terfokus pada pembusukan 3. Kabupaten Sleman sebanyak 17
alami dan pengambilan sampah bernilai lokasi
ekonomi oleh pemulung. 4. Kabupaten Kulon Progo sebanyak 8
Beberapa pemulung mendirikan lokasi
bangunan-bangunan baik gudang Data sebaran lokasi fasilitas berupa TPS
penyimpanan maupun rumah pribadi di 3R ini diteliti berdasarkan data pembangunan
sekitar lokasi TPA Piyungan. Pengelola tidak fasilitas persampahan yang dibangun oleh
secara resmi menjalin kemitraan dengan pemerintah terkait dalam hal ini Satuan Kerja
(SatKer) Pengembangan Sistem Penyehatan
Lingkungan Permukiman (PSPLP) Derah Tabel 2.4. Lokasi dan Koordinat Wilayah
Istimewa Yogyakarta. Persebaran TPS 3R di DIY
Kabupaten Sleman dapat dilihat dari Tabel
KK
2.3 berikut ini. yang Desa yang
Timbulan
Lokasi Sampah
Terlaya Terlayani
(m3/hari)
ni
Tabel 2.3. Lokasi dan Koordinat
Wilayah DIY Tamanmartani
Kalasan 200 Tamanmartani 2,16
Koordinat
Lokasi Tahun Minomartani II 156 Minomartani II 1,68
Lat (X) Long(Y)
Kuton
Tamanmartani Tegaltirto
Kalasan 2015 -7,74034 110,48959 Berbah 150 Tegaltirto 1,62
Minomartani II 2012 -7,73919 110,40273 Klajoran
Kuton Tegaltirto Sidokarta
Berbah 2012 -7,81856 110,43982 Godean 150 Sidokarta 1,62
Klajoran Plumbon
Sidokarta Tengah
Mororejo
Godean 2007 -7,77003 110,31273
Tempel 60 Mororejo 0,65
Plumbon Tengah Minomartani
Mororejo Tempel 2015 -7,6735 110,3232 Ngaglik 320 Minomartani I 3,46
Minomartani Ngaran
Ngaglik 2015 -7,743 110,40922 Balecatur
Ngaran Balecatur Gamping 80 Balecatur 0,86
Gamping 2015 -7,80361 110,28797 Daplokan
Daplokan Margomulyo 130 Margomulyo 1,4
Jetis
Margomulyo 2015 -7,72327 110,31367
Widodomartani 300 Widodomartani 3,24
Jetis Temu Lawak
Widodomartani 2015 -7,70108 110,44462 Triharjo 200 Triharjo 2,16
Temu Lawak Bayen
Triharjo 2008 -7,68162 110,34474 Purwomartani 600 Purwomartani 6,48
Bayen Candikarang
Purwomartani 2013 -7,7501 110,45964 Sardonoharjo 180 Sardonoharjo 1,94
Candikarang Sucen Triharjo 260 Triharjo 2,81
Sardonoharjo 2015 -7,70183 110,40986 Gudengan
Sucen Triharjo 2016 -7,70456 110,34586 Kidul
Gudengan Kidul Margorejo 420 Margorejo 4,54
Margorejo 2017 -7,7167 110,39024 Dayakan
Dayakan Sardonoharjo 308 Sardonoharjo 3,33
Krandon
Sardonoharjo 2017 -7,71665 110,38812 Wedomartani 106 Wedomartani 1,14
Krandon Calukan
Wedomartani 2016 -7,72355 110,41692 Sinduharjo 185 Sinduharjo 2
Calukan Sumber : Dzulfikar,2019
Sinduharjo 2015 -7,71761 110,41844
Sumber : Dzulfikar 2019
Proses pengangkutan yang dilakukan ini
Jika diasumsikan dalam 1 KK terdiri dari biasanya menggunakan kendaraan bermotor
5 anggota keluarga, jumlah penduduk yang roda 3 (tiga) dan kendaraan jenis mobil bak
dapat terlayani dengan adanya TPS 3R terbuka (pick up). Penggunaan dan pemilihan
adalah 70.105 jiwa. Jumlah tersebut hanya armada yang digunakan tersebut lebih
1,83% dari jumlah total penduduk di Daerah mengarah pada penyesuaian lokasi dan
Istimewa Yogyakarta. Asumsi jumlah 5 medan yang akan dilalui pada proses
anggota keluarga yang digunakan ini pengangkutan yang mana lebih praktis dan
berdasarkan tingkat kepadatan penduduk di efektif sehingga bisa masuk pada jalan yang
lokasi TPS 3R. Jumlah cakupan pelayanan lebih kecil agar seluruh pelanggan dapat
TPS 3R dapat dilihat pada Tabel 2.4. terlayani dengan baik dan merata.
2.3 Sistem Pengelolaan Sampah Kampung dalam UU RI No.18 Tahun 2008 mengenai
Sukunan Pengolahan Sampah.

Kampung Sukunan terletak di


Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kampung Sukunan mempunyai luas sekitar
42 Ha dan dihuni sekitar 800 jiwa dengan 296
Kepala Keluarga (KK) yang terbagi dalam 5
RT. Sebagian besar KK di Kampung Sukunan
mempunyai mata pencaharian sebagai petani,
buruh, pedagang dan usaha kecil rumahan,
atau dapat dibilang bahwa sebagian besar
warganya berpendidikan dan berpendapatan
menengah ke bawah, hanya sebagian kecil
yang menjadi karyawan swasta, PNS dan
TNI.
Awal permasalahan pengelolaan sampah
dirasakan oleh para petani yang sering
menemukan buangan sampah di lahan
mereka, selain itu banyak warga yang merasa
bingung dan repot apabila harus membuang Gambar 2.4 Bagan Pengelolaan Sampah
sampah mereka di TPS yang terletak cukup Kampung Sukunan
jauh dari Kampung Sukunan. Dengan adanya
Pak Iswanto sebagai penggagas pengelolaan 2.4 Konsep Education dalam Pengelolaan
sampah swakelola mandiri dan produktif serta Sampah
dibantu dengan pihak swasta sebagai donatur,
warga Sukunan mulai mengembangkan Eco-village adalah desa/kampung
sistem pengelolaan sampah tersebut yang berbudaya lingkungan dimana masyarakatnya
dimulai dari tingkat rumah tangga hingga mampu mengelola lingkungannya sesuai
tingkat kelompok. dengan kaidah keberlanjutan meliputi
Pemilihan sistem pengelolaan sampah konservasi, pemanfaatan dan pemulihan
swakelola di Kampung Sukunan bertujuan lingkungan. Selanjutnya Eco-village sebagai
untuk menangani permasalahan sampah bentuk interaksi manusia terhadap
secara mandiri oleh masyarakat, oleh karena lingkungan untk mencapai kehidupan
itu pemulung tidak diijinkan masuk di berkelanjutan dan lestari. Eco-village ini
lingkungan Kampung Sukunan. Dengan memfasilitasi masyarakat untuk
adanya sistem tersebut diharapkan akan mengidentifikasi, mengkaji serta
tumbuh kesadaran masyarakat dalam memecahkan berbagai persoalan yang
menjaga lingkungan dan memperkuat rasa dirasakan mengganggu kesejahteraan
kepemilikan akan Kampung Sukunan masyarakat. Hal ini merupakan aspek edukasi
sehingga warga akan lebih memberikan bagi masyarakat mengenai pentingnya
perhatian penuh terhadap kebersihan dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
keindahan lingkungan tempat tinggal mereka. sampah.
Landasan penyusunan sistem pengelolaan
sampah di Kampung Sukunan telah sesuai 2.5 Konsep Waste Refinery dan Zero Waste
dengan penanganan sampah yang tertulis
Pengurangan ketergantungan bahan menekankan pencegahan sampah sebagai
bakar fosil dan penghematan sumber daya lawan dari pendekatan pengelolaan end of
menjadi semakin esensial dalam beberapa pipe. Ini adalah pendekatan sistem yang
tahun terakhir. Dari perspektif ini, terjadi menyeluruh yang menyasar perubahan besar-
tingkat daur ulang yang lebih tinggi yang besaran pada bagaimana material mengalir
meningkatkan nilai tambah limbah. melalui masyarakat, sehingga tidak ada yang
Pemulihan energi juga terjadi sehingga sia-sia. Bebas Sampah mencakup lebih dari
limbah memegang peran penting sebagai menghilangkan sampah melalui daur ulang
pengganti bahan baku asli. Hal ini dan penggunaan kembali, berfokus pada
menghemat sumber daya fosil. merancang ulang sistem produksi dan
Konsep Waste Refinery merupakan distribusi untuk mengurangi limbah. Bebas
paradigma baru dalam pengelolaan sampah. Sampah lebih merupakan tujuan atau cita-cita
Sampah dinilai sebagai bahan baku potensial daripada target yang sulit dicapai. Bebas
untuk diolah kembali sebagai produk bernilai Sampah menyediakan prinsip-prinsip
tambah. Artinya, sampah merupakan bahan pemandu untuk upaya penghilangan sampah
baku yang dapat ditingkatkan nilainya secara terus menerus.
melalui proses-proses tertentu sehingga dapat Menghilangkan sampah dari awal
dimanfaatkan sebagai energi produk-produk memerlukan keterlibatan yang intensif
baru hasil proses recycle. terutama dari industri dan pemerintah, karena
Bebas Sampah atau Zero Waste dalam mereka mermiliki posisi yang lebih kuat
bahasa Inggris adalah filsafat yang daripada individu. Bebas Sampah tidak akan
mendorong perancangan ulang daur mungkin terwujud tanpa upaya dan tindakan
sumberdaya, dari sistem linier menuju siklus signifikan dari industri dan pemerintah.
tertutup, sehingga semua produk digunakan Industri memiliki kontrol atas desain produk
kembali. Tidak ada sampah yang dikirim ke dan kemasan, manufaktur proses dan
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan penentuan bahan yang digunakan. Pemerintah
insinerator atau teknologi termal lainnya memiliki kemampuan untuk membuat
(gasifikasi, pirolisis). Definisi Bebas Sampah kebijakan dan memberikan subsidi untuk
yang diakui secara internasional, yang desain proses produksi yang lebih baik dan
digunakan oleh Zero Waste International kemampuan untuk mengembangkan dan
Alliance (ZWIA) adalah: "Bebas Sampah menerapkan strategi pengelolaan sampah
adalah tujuan etis, ekonomis, efisien, dan yang komprehensif yang dapat
visioner, untuk memandu masyarakat dalam menghilangkan sampah daripada sekadar
mengubah gaya hidup dan praktik-praktik mengelolanya.
mereka dalam meniru siklus alami yang
berkelanjutan, dimana semua material yang
2.6. Pengelolaan Sampah dengan Konsep
tidak terpakai lagi dirancang untuk menjadi
4R (Reduce, Reuse, Recycle dan
sumber daya bagi pihak lain untuk
Recovery)
menggunakannya. Bebas Sampah berarti
merancang dan mengelola produk dan proses Konsep 4R (Reduce, Reuse, Recycle
untuk secara sistematis menghindari dan dan Recovery) merupakan dasar penanganan
menghilangkan jumlah dan daya racun untuk mengurangi timbulan sampah.
limbah dan material, melestarikan dan Pengelolaan sampah dilakukan dalam
memulihkan semua sumber daya, dan tidak berbagai tahap, mulai dari sumber timbulnya
membakar atau menguburnya. sampah hingga TPA. Dalam hierarki
Bebas Sampah mengacu pada pengelolaan pengelolaan sampah seperti pada Gambar
sampah dan pendekatan perencanaan yang 2.1, pembuangan di TPA merupakan langkah
terakhir yang kurang disarankan. Hal tersebut 2.7 Metode Tanah Urug Saniter (Sanitary
disebabkan karena TPA memiliki risiko yang Landfill)
tinggi berupa pencemaran tanah, air dan udara
apabila tidak ditangani dengan baik (El- Menurut SNI 03-3241-1994, TPA
Haggar, 2007). merupakan sarana fisik tempat pemrosesan
sampah agar sampah dapat dikembalikan ke
lingkungan secara aman. Sedangkan menurut
SNI 19-2454-2002, secara umum TPA
memiliki metode-metode yang beragam
seperti sanitary landfill, controlled landfill,
modern landfill dan open dumping. Metode
yang dipilih dalam pengolahan sampah di
TPA perlu dilakukan dengan cara tepat, sehat
dan tidak mencemari lingkungan.

Oleh karena itu, pengoperasian TPA


Gambar 2.3 Hierarki Pengelolaan Sampah sebagaimana dimaksud pada Permen PU no 3
tahun 2013 perlu menjamin fungsi:
Sebagai prioritas tertinggi pada Gambar
2.1, reduce merupakan langkah untuk a. pengendalian vektor penyakit;
mengurangi timbulan sampah di sumbernya. b. sistem pengumpulan dan pengolahan
Reduce dapat dilakukan sejak sebelum lindi;
sampah dihasilkan dengan cara merubah pola c. penanganan gas;
hidup konsumtif, yaitu merubah kebiasaan d. pemeliharaan estetika sekitar
boros dan menghasilkan sampah menjadi lingkungan;
hemat dan sedikit sampah. Dilanjutkan e. pelaksanaan keselamatan pekerja; dan
dengan reuse, yaitu upaya memakai material f. penanganan tanggap darurat bahaya
agar tidak menjadi sampah secara langsung, kebakaran dan kelongsoran.
misalnya memakai ember bekas menjadi pot Pada penelitian kali ini akan diterapkan
bunga. Sampah yang tidak dapat di reduce metode sanitary landfill karena metode
dan reuse kemudian dimanfaatkan kembali pemusnahan sampah ini dilakukan dengan
dan didaur ulang (recycle). (Kemenpupr, cara menimbun tanah selapis demi selapis
2010) sehingga sampah tidak berada di ruang
Recovery merupakan langkah terakhir terbuka yang dapat menimbulkan bau.
sebelum dibuang ke TPA. Recovery Penutupan sampah pada metode ini dilakukan
memulihkan energi yang terdapat pada setiap hari. Oleh karena itu untuk mendukung
sampah. Energi yang terkandung dalam operasional sanitary landfiill, TPA dilengkapi
sampah organik dapat dipulihkan melalui dengan sarana prasarana sebagai berikut:
suatu pengelolaan yang terpola. a. fasilitas umum (jalan masuk,
Pengomposan merupakan salah satu contoh kantor/pos jaga, saluran drainase dan
recovery yang menghasilkan kompos dari pagar);
sampah organik. Pemanfaatan sampah b. fasilitas perlindungan lingkungan
menjadi energi merupakan paradigma baru (laisan kedap air, pengumpul lindi,
pengelolaan sampah yang apabila diterapkan pengolahan lindi, ventilasi gas, daerah
akan mengurangi timbulan sampah sebesar penyangga, tanah penutup);
60% hingga 90% (Singh dkk, 2015).
c. fasilitas penunjang (jembatan Sistem Edu-Zeroware yang akan
timbang, fasilitas air bersih, listrik, diterapkan di Desa Sukunan (desa kajian
bengkel dan hangar); dan GAMA-Village) membentuk masyarakat
d. fasilitas operasional (alat besar dan desa yang dapat mengolah dan memilah
truk pengangkut tanah) sampah berdasarkan jenis dan fungsinya
secara mandiri. Proses pengolahan sampah
III HASIL DAN PEMBAHASAN akan dimulai dari pemilahan sampah
berdasarkan jenisnya seperti pada Gambar
3.1 Proses Pemilahan Sampah 3.1. dalam skala Rumah Tangga. Sampah
Organik akan diolah menjadi kompos yang
Pada sistem Edu-Zeroware, pemilahan digunakan untuk masing-masing rumah
dilakukan dari skala rumah tangga sampai ke tangga yang mengolahnya. Kemudian
Tempat Pengolahan Sampah -Reuse, Reduce, sampah guna ulang dan sampah daur ulang
Recycle, Recovery (TPS-4R). Pemilihan akan dioptimalkan untuk digunakan kembali
sistem pengelolaan sampah swakelola ini di rumah tangga. Namun, bagi masyarakat
bertujuan untuk menangani permasalahan desa yang pasif dalam mengolah dan memilah
sampah secara mandiri dari skala rumah sampah di Rumah Tangga dan tidak dapat
tangga, komunal/lingkungan dan TPS-4R mengolah sampah yang diproduksi, dapat
sehingga tidak ada sampah yang dikirim ke membuang sampah di pewadahan komunal
TPST (zerowaste). Sampah yang dikirim ke yang dirancang tersedia untuk 80KK.
TPST hanya berupa residu hasil pengolahan Selanjutnya, pada pewadahan komunal
dari TPS-4R. sampah organik diolah menjadi pupuk
Pemilahan yang dilakukan pada sistem Edu- komunal yang dapat digunakan bersama
Zeroware membagi sampah menjadi 5 jenis dalam masyarakat. Kemudian sampah guna
yaitu: ulang dan sampah daur ulang akan dipilah
1. Sampah Organik dalam pewadahan komunal. Selanjutnya
2. Sampah Guna Ulang sampah yang tersisa pada pewadahan
3. Sampah Daur Ulang komunal akan diolah pada TPS 4R. Pada TPS
4. Sampah Residu 4R sampah organik akan diolah menjadi
5. Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan kompos yang dapat digunakan oleh
Beracun) masyarakat disekitar lokasi, selanjutnya
sampah guna ulang dan sampah daur ulang
akan diolah menjadi produk kerajinan. Bagi
masyarakat yang belum mampu mengolah
sampah di TPS 4R menjadi suatu produk,
maka sisa sampah di TPS 4R akan diteruskan
untuk selanjutnya diolah di TPA. Pengolahan
sampah di TPA akan dilakukan dengan
menggunakan incinerator berupa Tungku
Sanira.
Jenis sampah residu dan sampah B3 akan
dipilah dalam skala rumah tangga terlebih
dahulu, selanjutnya diteruskan ke pewadahan
Gambar 3.1 Pemilahan Sampah Menurut komunal bagi sampah yang tersisa dan
Jenisnya masyarakat yang belum mampu
mengolahnya, kemudian sampah yang masih
tersisa akan diolah di TPS 4R dan selanjutnya
akan diteruskan di TPA. Pada TPA, sampah Kelebihan metode ini adalah kebutuhan akan
residu akan diolah bersamaan sisa sampah lahan yang rendah.
organic, sampah daur ulang dan sampah guna Berdasarkan data dari Badan Litbang dan
ulang menggunakan Tungku Sanira. Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan
Selanjutnya sampah B3 akan ditempatkan di Kehutanan, pengomposan merupakan salah
gudang yang terdapat pada TPA. satu tahapan pembuatan biopot adalah
Pemilahan sampah berdasarkan pengomposan. Biopot adalah suatu wadah
jenisnya berdasarkan system Edu-Zeroware yang digunakan dalam kegiatan pembibitan
dapat dilihat berdasarkan Gambar 3.2. tanaman di persemaian, terbuat dari
berikut. campuran bahan organik yang telah
dikomposkan dengan tanah liat dan mikroba
tanah (seperti jamur dan atau bakteri yang
berguna), contonya mikoriza, bakteri pelarut
fosfat, bakteri penambat nitrogen dan lain-
lain.
Biopori yang merupakan lubang peresapan
(dicetuskan oleh Dr. Kamir Raziudin Brata,
peneliti dari Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor) dapat dimanfaatkan
menjadi media pengomposan.

Sumber: Olahan Penulis 2019

Gambar 3.2 Bagan Alir Pemilahan Sampah


berdasarkan Jenisnya
Gambar 3.3 Biopot
3.2 Proses Pewadahan Sampah

3.2.1 Pewadahan Sampah Skala Rumah


Tangga
Sampah yang dipilah di skala Rumah
Tangga sesuai dengan Subbab 3.1
dikumpulkan dalam wadah yang jenisnya
bersifat relatif atau disesuaikan dengan
keinginan/preferensi masing-masing Rumah
Tangga. Wadah tersebut dapat berupa drum,
karung goni, karung plastik, kaleng cat bekas,
tempat sampah plastik, atau bahan lainnya.
Untuk sampah organik, masing-masing
Rumah Tangga masyarakat akan mengolah Gambar 3.4 Contoh Gambar Lubang
sampah organik menjadi kompos secara Peresapan Biopori
mandiri dengan media biopot dan biopori.
setiap zona. Dengan demikian, terdapat 4 titik
lokasi pewadahan komunal di GAMA-
Village dengan kriteria lokasi yang
disesuaikan dengan SNI 19-2454-2002, yaitu
wadah tidak mengganggu pemakaian jalan,
dekat dengan sumber sampah dan mudah
pengoperasiannya.

3.3 Proses Pengumpulan Sampah

Gambar 3.5 Pipa PVC sebagai Bahan untuk Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Membuat Biopori Dzulfikar (2019), didapat jumlah timbulan
sampah Kabupaten Sleman sebesar 2,16
3.2.2 Pewadahan Sampah Komunal l/orang/hari. Dengan data tersebut maka dapat
diperhitungkan jumlah alat pengumpul untuk
3.2.2.1 Kapasitas sampah yang ditampung pengumpulan sampah di Kampung Sukunan.
Berikut perhitungan jumlah alat pengumpul:
Mengacu pada SNI 19-2454-2002  Jumlah jiwa Kampung Sukunan = 858 jiwa
Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan  Jumlah timbulan sampah Kabupaten
Sampah Perkotaan, salah satu standar Sleman = 2,16 l/orang/hari
kapasitas wadah komunal adalah 1000 liter  Total Timbulan = 2,16 l/orang/hari x 858
per 80 KK. Dilakukan perancangan wadah jiwa = 1,85328 m3/hari
yang berjumlah 5 buah dengan volume  Periodisasi = 1 hari sekali
masing-masing wadah 200 liter sehingga total  Ritasi = 2 kali
volume sampah yang dapat ditampung adalah  Kapasitas alat pengumpul = 1 m3
1000 liter (Lihat Lampiran). Berdasarkan data (perencanaan)
primer, jumlah KK di Kampung Sukunan  Faktor Pemadatan = 1,2 (SNI 3242:2008)
adalah 296 KK. Oleh karena itu, dibutuhkan  Perhitungan Jumlah Alat Pengumpul
perencanaan lokasi penempatan pewadahan (JAP) berdasarkan SNI 3242:2008
komunal sebanyak 4 unit.
Wadah memiliki sifat kedap air, Menghitung Jumlah Alat Pengumpul
tahan korosi, ringan, ekonomis, mudah dibuat (gerobak/ becak sampah/ motor sampah/
oleh masyarakat, mudh digunakan serta mobil bak kapasitas 1 m3 di perumahan
dikosongkan. Bahan pembuatan wadah dengan rumus berikut:
menggunakan material hasil daur ulang dari
sampah plastik. Sarana pewadahan ini terdiri 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑚𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑖
dari lima wadah dengan ketentuan dan warna 𝐽𝐴𝑃 = ………... (1)
𝐾𝑘 𝑥 𝑓𝑝 𝑥 𝑅𝑘
seperti gambar 3.1.
Keterangan:
3.2.2.2 Lokasi Penempatan Wadah JAP : Jumlah Alat Pengangkut
Kk : Kapasitas alat pengumpul
Dilakukan perencanaan lokasi Fp : Faktor pemadatan alat (1,2)
penempatan wadah dengan membagi Rk : Ritasi alat pengumpul
Kampung Sukunan yang terdiri dari 296 KK Kp : Kapasitas pelayanan
menjadi 4 zona (Lihat Lampiran). Masing-
masing zona diestimasikan terdiri dari 80 KK. JAP = 1,85328 / (2x1,2x1)
Satu pewadahan komunal melayani 80 KK di = 0,772
(Dipakai 1 buah alat pengumpul)

Berdasarkan perencanaan pewadahan


dan pemilahan pada sistem Edu-Zeroware,
sampah yang terangkut sudah terpilah dari
sumbernya maupun pewadahan komunal.
Diperlukan modifikasi terhadap alat angkut
yaitu memberi sekat pada alat pengumpul.
Dalam perancangan sekat yang dibutuhkan Gambar 3.4. Becak Pengangkut Sampah ke
akan menyesuaikan dengan jumlah wadah TPS 4R
hasil pemilahan. Pada sistem ini, sampah 3.4 Proses Pengolahan Sampah di TPS-4R
dipilah menjadi 5 jenis sehingga alat
pengumpul juga diberi sekat yang membagi Setelah sampah melalui proses
sampah menjadi 5 jenis. pengumpulan, maka selanjutnya
dilakukan proses pengolahan sampah di
TPS-4R. Pada sistem Edu-zeroware,
pengolahan di TPS-4R merupakan proses
yang berfungsi untuk mengurangi beban
sampah yang diangkut menuju TPA
Piyungan. Setelah melalui proses-proses
seperti pemilahan, pengomposan, daur
ulang, dan sebagainya, sampah residu
Gambar 3.3 Alat Pengumpul Sampah
yang tidak dapat diolah kemudian
Kampung Sukunan
diangkut ke TPA Piyungan.
Perencanaan alat pengumpul sampah Konsep TPS-4R yang akan diterapkan
pada sistem Edu-Zeroware akan di Kampung Sukunan mengacu pada
memprioritaskan keramahan terhadap Petunjuk Teknis TPS 3R (2016), dapat
lingkungan. Salah satu contoh inovasi melayani 296 KK dengan luas 225 m2.
kendaraan ramah lingkungan adalah becak Penggambaran detail denah TPS-4R
listrik UGM. Inovasi kendaraan ini dapat dapat dilihat pada Lampiran 3.
membuka peluang dalam perencanaan alat 3.5 Proses Pengangkutan Sampah Menuju
pengumpul sampah ramah lingkungan. Becak TPA
listrik dirancang dengan kapasitas yang sesuai
dengan standar alat pengumpul sampah. 3.5.1.Pola Pengangkutan dan Pemindahan
Namun, pemanfaatan energi listrik dalam Berdasarkan atas operasional
proses pengumpulan sampah yang akan pengelolaan sampah yang tertuang pada
membedakan alat pengumpul ini dengan alat Peraturan Gubernur DIY No.21 Tahun
pengumpul konvensional yang menggunakan 2014, pemindahan skala kota/kabupaten
energi fosil. ke stasiun transfer (transfer depo)
diperlukan bila jarak ke lokasi TPA lebih
besar dari 25 km.
Walaupun begitu, pada sistem Edu-
Zeroware ini, pola pemindahan akan
dilakukan di TPS-4R sehingga tidak
dilakukan perencanaan stasiun transfer.
Sampah residu dari TPS-4R kemudian
diangkut menuju TPA. Pada penelitian kali ini masing-
masing rute pengangkutan menggunakan
dump truck dengan kapasitas 8 m3 . Bahan
bakar yang akan dibahas dalam penelitian
ini adalah solar dan diasumsikan 1 liter
solar mampu menempuh jarak 8 km
dengan harga solar Rp.5500,- /liter. Dump
truck beroperasi untuk mengangkut residu
di TPS-4R.

Pengangkutan akan melewati 4 lokasi


TPS-4R yaitu Kampung Sukunan, Ngaran
Balecatur Gamping Klajoran Sidokarta
Sumber: Olahan Penulis 2019
Godean dan Daplokan Margomulyo. Pada
Gambar 3.5 Perbandingan Pola penelitian kali ini, rute ditentukan
Pengangkutan Sistem Transfer Depo berdasarkan rute tercepat dari google maps
dengan Pola Pengangkutan Sistem Edu- sehingga potensi untuk kemacetan dapat
Zeroware berkurang. Terdapat 2 alternatif rute
pengangkutan yang direncanakan pada
3.5.2 Alat Transportasi Pengangkut Gambar 3.7 berikut.
Direncanakan moda pengangkut
sampah dari TPS-4R menuju TPA
berupa dump truck dengan kapasitas 8
m3. Menurut Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Republik Indonesia
Nomor 03/PRT/M/2013, dump truck
menggunakan sistem hidrolis untuk
mengangkat bak dan membongkar
muatannya (lihat Gambar dan memiliki
kapasitas awak maksimum 3 orang.

Gambar 3.7 Rute Pengangkutan Rencana


Jadwal pengangkutan (lihat Lampiran 2)
yang direncanakan adalah seminggu sekali
dengan dan sampah telah dipilah dan
diolah di TPS-4R, sehingga sampah yang
diangkut hanya berupa residu. Namun,
pengangkutan dump truck belum
maksimal dari segi kapasitas. Perlu
dilakukan penentuan rute yang optimal
menggunakan metode saving matrix.
Analisis rute yang ditempuh disajikan di
Sumber: Permen PU No.3 Tahun 2013 Tabel 3.1
Gambar 3.6 Dump Truck
Tabel 3.1 Rute Dump Truck Perencanaan
3.5.3 Rute Pengangkutan
Rute Rute Volume Volume Jarak tiap JarakDengan S(x,y) merupakan penghematan
yang sampah yang sampah rute (km)
sama satu terangkut satu satu bulan satu yaitu dari penggabungan antara rute x
jarak
bulan kali (m3) (m3) dan rute y sehingga diperoleh analisis saving
rute
matrix pada Tabel 3.3 berikut.
sebulan
(km)
Tabel 3.3 Matrix Penghematan Dump
0-1-2-X- 4 kali 4,64 18,56 54,7 218,8 Truck
0 1 2 3
1 0
2 7 0
3 6,5 6,6 0
0-3-X-0 4 kali 3,56 14,24 61,5 Sumber: Olahan Penulis 2019
246
32,8 464,8c. Mengalokasikan TPS-4R ke dalam
Total biaya Bahan Rp.319 satu truk
Bakar
550,- Tahapan dalam mengklasifikasikan
Keterangan :
0 :Kampung Sukunan TPS-4R dalam masing-masing rute
1 :Ngaran Balecatur Gamping
2 : Klajoran Sidokarta Godean
tentang iterasi-iterasi adalah sebagai
3 : Daplokan Margomulyo berikut:
X : TPA Piyungan
Sumber: Olahan Penulis 2019
 Iterasi I: Dari Tabel 3. Diperoleh
penghematan terbesar 7 yaitu
Penerapan metode saving matrix untuk penggabungan rute untuk TPS-4R
menentukan rute dump truck yang optimal Ngaran Balecatur Gamping dan TPS-
diperlukan beberapa tahap, yaitu: 4R Kajoran Sidokarta Godean.
a. Menentukan matrix jarak Pengangkutan pada kedua rute ini
menghasilkan beban sampah sebesar
Jarak antar TPS-4R maupun TPA
3,02 m3. Dengan demikian rute ini
diperoleh menggunakan aplikasi
layak karena 3,02 m3 kurang dari 8 m3.
google maps. Jarak yang diambil
merupakan jarak dengan waktu  Iterasi II: Dari Tabel 3. Diperoleh
tempuh tercepat untuk mengurangi penghematan berikutnya 6,6 yaitu
risiko kemacetan. Matrix jarak dalam penggabungan rute untuk TPS-4R
satuan Kilometer (km) disajikan pada Daplokan Margomulyo dan TPS-4R
Tabel 3.2 berikut Kajoran Sidokarta Godean.
Pengangkutan pada kedua rute ini
Tabel 3.2 Matrix Jarak Dump Truck menghasilkan beban sampah sebesar
2,48 m3. Dengan demikian rute ini
0 1 2 3
layak karena 3,02 m3 kurang dari 8 m3.
1 4,7 0
2 7,9 5,6 0  Iterasi III: Dari Tabel 3. Diperoleh
3 10,2 8,4 11,5 0 penghematan berikutnya 6,5 yaitu
X 2,3 22,4 22,7 29,5 penggabungan rute untuk TPS-4R
Ngaran Balecatur Gamping dan TPS-
Sumber: Analisis Data 2019
4R Daplokan Margomulyo.
Berdasarkan iterasi sebelumnya maka
b. Menentukan saving matrix
tidak perlu dicek karena kedua lokasi
Penentuan saving matrix dengan
sudah masuk dalam rute.
persamaan 2.
Berdasarkan iterasi-iterasi tersebut
𝑆(𝑥, 𝑦) = 𝐽(𝑥, 𝑦) + 𝐽(𝑥, 𝑦) − 𝐽(𝑥, 𝑦)…..(2) dapat disimpulkan bahwa pengambilan
sampah di tiga lokasi tersebut dapat menghemat biaya bahan bakar
dilakukan dalam satu kali perjalanan. Rp.128150,-.

d. Penentuan rute menggunakan prosedur 3.5.4 Jadwal Pengangkutan


Nearest Neighbour
Menggunakan prosedur Nearest Berdasarkan Peraturan Gubernur DIY
Neighbour yang merupakan suatu No.21 Tahun 2014, pengangkutan sampah
langkah pencarian rute dalam minimal dilakukan dua kali dalam
mengurutkan rute perjalanan seminggu. Namun berdasarkan analisis
berdasarkan jarak terdekat sehingga pada Tabel 3.4 ,pengambilan residu di
diperoleh rute pada Tabel 3. dan masing-masing TPS-4R cukup dilakukan
Gambar 3. seminggu sekali dengan
mempertimbangkan penghematan biaya
Tabel 3.4 Rute Dump Truck dengan operasional dump truck. Jadwal
Analisis Saving Matrix pengangkutan sampah dirancang agar
Rute Rute Volume Volume Jarak Jarak satu
yang sampah sampah tiap rute
tidak melewati peak hour lalu lintas yaitu
sama yang satu rute sebulan pagi (07.00-08.00), siang (12.00-13.00)
satu terangkut bulan (km) (km)
bulan satu kali (m3)
dan sore (16.00-17.00). Sehingga
(m3) berdasarkan asumsi jam kerja 7 jam per
0-1-2- 4 kali 6,04 24,16 69,6 278,4 hari di antara jam puncak tersebut, maka
X-0
Total Bahan Bakar 24,16 278,4 didapatkan 2 sesi pengangkutan sampah
Rp.19140 yaitu sesi 1 (08.00-12.00) dan sesi 2
0,-
Sumber: Olahan Penulis 2019
(13.00-16.00). Dapat dilihat pada
Lampiran 2.

3.6 Pemrosesan Akhir Sampah di TPA

3.6.1 Proyeksi Jumlah Penduduk dan


Volume Sampah

Berdasarkan data sekunder jumlah


penduduk Kabupaten Sleman dari 2013-2018
Gambar 3.11 Rute Pengangkutan dengan (Sumber : BPS 2019), dihitung proyeksi
Metode Saving Matrix jumlah prediksi penduduk dan volume
Rute pengangkutan sampah dump sampah dengan metode aritmatika. Dengan
truck sebelum menggunakan metode Jumlah prediksi jumlah penduduk pada tahun
saving matrix setiap bulan menempuh 2035 sebanyak 2.085.801 di Kabupaten
jarak 464,8 km dan dengan biaya bahan Sleman, maka volume timbulan sampah
bakar Rp.319550,-. Dengan metode saving sebanyak 4505,331199 m3/hari.
matrix maka didapat jarak tempuh 278,4 Ditargetkan pengolahan sampah pada
km dan dengan biaya bahan bakar TPS 4R dapat berkurang sebanyak 30% dan
Rp.191400,-. Dengan demikian jarak yang pengolahan sampah dengan insinerator
ditempuh lebih sedikit sehingga sebesar 80%. Maka dapat diperkirakan
volume sampah sebesar 630,7463678 m3 Sanira
pada tahun 2035 setelah melalui proses
pengolahan 4R dan insinerasi (Lihat Sistem Insinerasi di TPA Piyungan
Lampiran Tabel 2). menggunakan produk Tungku
Pembakaran Nir Racun (Tungku
3.6.2 Rencana Tapak Perluasan TPA SANIRA). Tungku SANIRA
Piyungan menggunakan lahan seluas 15m2 di
TPST Piyungan (lihat Lampiran 6).
Berdasarkan kondisi eksisting TPA Berikut merupakan keunggulan dari
Piyungan yang sudah overload, maka Tungku Sanira:
direncanakan perluasan TPA ke arah
tenggara. Lokasi TPA Piyungan yang 1. Zero Waste (Tidak menyisakan
direncanakan terletak sekitar 16 km sampah)
disebelah tenggara dari pusat Kota 2. Dapat untuk sampah organik dan
Yogyakarta, tepatnya di Desa Bawuran, anorganik dengan ukuran 10 – 20 cm,
Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, non logam dan kaca
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 3. Tidak menggunakan bahan bakar
Penentuan lokasi ini berdasarkan pada minyak
Masterplan dan DED TPA Piyungan pada 4. Biaya operasional, Rp. 15.000/m
tahun 2006. Penggambaran detail rencana sampah.
tapak TPA Piyungan dapat dilihat di 5. Hemat energi, daya listrik 6.000 watt.
Lampiran 4. 6. Dapat dioperasikan selama 24 jam
7. Kecepatan bakar 2 m3/jam dengan
3.6.3 Pengolahan 4R di Bangunan TPST kadar air sampah < 40%
Piyungan 8. Bahan komponen tungku produk
lokal.
Setelah sampah diangkut dari TPS-
4R, pengolahan sampah dilanjutkan dengan
pemrosesan akhir di bangunan TPST (pusat
4R) di TPA Piyungan. Pemrosesan akhir di
TPST mengikuti alur pengolahan di TPS-4R
kemudian dilanjutkan dengan sistem
insinerasi sampah residu dengan Tungku
SANIRA.
Sampah B3 yang telah dipilah
kemudian ditampung di gudang B3. Sampah Gambar 3.12Tungku Sanira
B3 tidak ditimbun didalam TPA, namun (Sumber: Balitbang PUPR)
ditampung untuk dilanjutkan dengan
pemrosesan oleh pihak ketiga. Hal ini Sistem insinerasi dengan Tungku Sanira
mempertimbangkan kondisi eksisting TPA merupakan langkah terakhir pada proses
Piyungan yang belum memiliki teknologi pengolahan di bangunan TPST Piyungan. Sisa
pengolahan sampah B3. Penggambaran detail sampah berupa residu kemudian dibakar di
layout bangunan TPST Piyungan dapat dilihat Tungku Sanira dengan proses sebagai berikut:
di Lampiran 5. 1. Masukan sampah ke dalam ruang bakar
±0,5m3 , dengan kandungan air <40%.
2. Bakar sampah pada ruang bakar.
3.6.4 Sistem Insinerasi dengan Tungku 3. Hidupkan blower dan pompa sprayer.
4. Masukan sampah berikutnya setelah
+15 menit, secara bertahap.
5. Kontrol air dalam bak filter setinggi
batas optimum.
6. Matikan blower dan pompa sprayer
setelah selesai pembakaran.
7. Bersihkan tungku dari abu sisa
pembakaran dan air dalam filter setelah
Sumber: Analisa Penulis 2019
selesai pembakaran.
Dengan umur rencana 15 tahun
Sehingga, proses pengolahan di TPA
dibutuhkan zona TPA sebesar 2,94 ha.
Piyungan tidak langsung menimbun sampah
Pelapisan direncanakan sebanyak 5 lapis
tanpa diolah terlebih dahulu. Setelah melalui
dengan ketinggian maksimum 10m. Setelah
rangkaian proses 4R dan sistem insinerasi di
mencapai lapisan terakhir, maka sampah
bangunan TPST Piyungan, residu sampah
diberi lapisan penutup dengan seperti pada
hasil insinerasi kemudian dijadikan bahan
Lampiran. Pelapisan tanah vegetasi untuk
urugan sel sampah di TPA Piyungan.
proses landfarming menggunakan tanah jenis
alluvial yang menempati bagian tengah tapak
3.6.5 Rencana Pemimbunan di TPA
lokasi atau lembah (Masterplan TPA
Piyungan
Piyungan, 2006). Tanah alluvial memiliki
Pemrosesan akhir sampah kemudian kandungan unsur hara yang relatif tinggi
dilakukan dalam bentuk pengembalian sehingga dapat digunakan untuk
sampah residu sisa insinerasi ke media pemanfaatan lahan pertanian setelah
lingkungan (TPA) secara aman. Desain sel kapasitas TPA terpenuhi.
penimbunanan
sampah diperhitungkan berdasarkan jumlah 3.6.6 Analisa Struktur TPA dengan
armada truk pada tabel berikut: Aplikasi Slope/w

Perencanaan tinggi timbunan TPA


Tabel 3.5 Volume Sampah yang Terangkut
Piyungan disesuaikan dengan permodelan
ke TPA
aplikasi Slope/w untuk mencapai faktor
aman yang diinginkan. Menurut Litbang
Pekerjaan Umum berat jenis sampah yang
digunakan adalah 200-350 kg/m3, kohesi 0,2
kg/cm2 dan sudut gesek internal 200.
Sumber: Analisa Penulis 2019

Dengan pendekatan asumsi volume


sampah sesuai SNI 19-3964-1994 maka
estimasi sampah terangkut ke TPA dengan
peningkatan armada 150% merupakan
kondisi ideal untuk jangka panjang.
Gambar 3 Permodelan Stabilitas Lereng
Tabel 3.6 Perhitungan Zona TPA Dengan Aplikasi Slope/w

Dalam analisis menggunakan Slope/w, diperoleh


angka-angka keamanan timbunan rencana pengolahan lanjutan gas. Skema
terhadap kelongsoran melalui beberapa metode penanaman pipa gas metan dilakukan
pada tabel berikut: secara vertikal. Penggambaran detail
skema pengumpulan dan pengolahan gas
metan dapat dilihat di Lampiran.
Tabel 3.7 Analisa Stabilitas Lereng dengan
Aplikasi Slope/w
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Proses penanganan sampah di
Kabupaten Sleman, Yogyakarta
Sumber : Analisa Tim 2019 menerapkan sistem Edu-Zeroware
(Education, Zerowaste, Waste
Dengan demikian angka keamanan minimum Refinery) dimulai dengan proses
stabilitas lereng yang diperoleh dari software pemilahan dan pewadahan sampah
Slope/w, diperoleh angka-angka keamanan secara mandiri, proses pewadahan
dengan FS>1,5 sehingga dinyatakan aman sampah secara komunal, proses
terhadap kelongsoran.
pengumpulan sampah ke TPS 4R,
3.6.7 Sistem Pengelolaan Air Lindi proses pengolahan sampah di TPS 4R,
Pola pengumpulan air lindi di TPA proses pengangkutan dan pengolahan
Piyungan direncanakan dengan kemiringan residu di Tempat Pengolahan Sampah
5% sehingga tidak dibutuhkan perencanaan Terpadu.
pompa. Pengolahan air lindi di TPA Piyungan 2. Keadaan volume sampah di TPA
menggunakan kriteria desain sebagai berikut: Piyungan dengan menerapakan sistem
Tabel 3.8 Kriteria desain pengolahan air Edu-Zeroware di Kabupaten Sleman
lindi adalah berkurang. Pengolahan
sampah yang terintegrasi dan dimulai
dari sumbernya memiliki fokus
mengurangi volume sampah sebanyak
30% lewat TPS-4R dan 80% dengan
insinerator. Selain itu, perbandingan
Digunakan alternatif teknologi berupa
sumber daya yang mengolah sampah
Kolam Anaerobik, Kolam Fakultatif, Kolam
Maturasi dan Wetland. Penggambaran detail dengan sistem Edu-Zeroware lebih
skema pengelolaan air lindi dapat dilihat di seimbang dibandingkan pengolahan
Lampiran. sampah yang hanya dilakukan di
TPA.
3.6.8 Sistem Pengumpulan dan 3. Peran sistem Edu-Zeroware dalam
Pengelolaan Gas Metan pada TPA membentuk sebuah eco-village yang
Proses pengumpulan dan pengolahan
berkelanjutan adalah penciptaan
gas metan pada TPA menggunakan cara
aktif, yaitu terdiri dari saluran pipa sebuah masyarakat GAMA-Village
pengumpul gas, blower dan kemudian yang mandiri dalam mengelola
pengolahan dilanjutkan dengan instalasi sampah rumah tangga yang
ditimbulkan sehingga permasalahan masyarakat yang telah terbentuk
yang ditimbulkan dari volume sampah dan cara untuk membentuk sebuah
yang membuldak di TPA Piyungan
kebiasaan. Dengan demikian,
dapat dikurangi. Eco-village harus
mampu membentuk sebuah diperlukan pendekatan dengan
lingkungan dengan siklus tertutup, metode-metode tertentu.
yaitu komponen biotik dan abiotik
yang saling terintegrasi. Dengan
V. UCAPAN TERIMA KASIH
demikian, limbah (sampah) yang
dihasilkan sudah diproses dari hulu Tim ECO-GAMA mengucapkan terimakasih
(sumbernya). yang sebesar-besarnya segala bentuk bantuan
dari berbagai pihak. Terimakasih kami
4.2 Saran sampaikan kepada:
1. Penulis sebaiknya melaksanakan 1. Intan Supraba, ST., M.Sc., Ph.D.
selaku dosen pembimbing tim ECO-
analisis yang lebih kuantitatif GAMA.
dalam menganalisis produksi 2. Narasumber-narasumber dari
Kampung Sukunan dan TPA
timbulan sampah dari setiap Piyungan.
individu dengan pengumpulan
data dari penduduk yang dijadikan Daftar Pustaka
objek penelitian.
Jurnal Ilmiah:
2. Dalam merancang ulang sebuah
Tempat Pembuangan Akhir
Badan Pusat Statistik. 2018. Kabupaten
(TPA), sebaiknya dilakukan Sleman Dalam Angka 2018.
analisis Rencana Anggaran Biaya
Badan Standarisasi Nasional. 2002. SNI 19-
(RAB) pembangunan TPA 2454-2002 tentang Tata Cara Teknik
dengan memperhatikan seluruh Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan.
tahapan, mulai dari biaya pra Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI
konstruksi, pelaksanaan 3242-2008 tentang Pengelolaan Sampah di
Permukiman.
konstruksi, pasca konstruksi,
hingga perawatan bangunan. Badan Standarisasi Nasional. 1994. SNI 03-
3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan
3. Dalam membentuk sebuah Lokasi TPA Sampah.
komunitas eco-village, perlu
Badan Standarisasi Nasional. 1994. SNI 19-
diperhatikan aspek sosial dan 3964-1994 tentang Metode Pengambilan dan
budaya, yaitu kebiasaan / tradisi Pengukuran Contoh Timbulan dan
Komposisi Sampah Perkotaan.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Republik Indonesia. 2013. PERMENPU No.
03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan
Prasarana dan Sarana Persampahan dalam
Penanganan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

Undang-Undang Republik Indonesia.2008.


UU RI No 18 tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah.

Kementrian Pekerjaan Umum dan


Perumahan Rakyat. 2016. Petunjuk Teknis
TPS 3R Tempat Pengolahan Sampah 3R.

Kementrian Pekerjaan Umum dan


Perumahan Rakyat. 2017. Tungku Sanira
Tungku Pembakaran Sampah Nir Racun.

Peraturan Gubernur Provinsi Daerah


Istimewa Yogyakarta. 2014. Peraturan
Gubernur DIY No.21 Tahun 2014 tentang
Pedoman Penanganan Sampah, Perizinan
Usaha Pengelolaan Sampah, dan
Kompensasi Lingkungan.

El-Haggar, S. M. 2007. Sustainable


Industrial Design and Waste Management:
Cradle-to-cradle for Sustainable
Development, Elsevier Academic Press
Maryland Heights, MO.

Singh, R, dkk.2015. Energy Recovery from


Waste. Impending Power Demand and
Innovative Energy Paths – ISBN: 978-93-
83083-84-8.

Satuan Kerja Pengembangan Kinerja


Pengelolaan Persampahan dan Drainase
DIY.2006. Masterplan dan DED TPA
Piyungan.

Das könnte Ihnen auch gefallen