Sie sind auf Seite 1von 18

FAMILY EFFORTS IN IMPROVING THE QUALITY OF LIFE OF PATIENTS WITH

CHRONIC KIDNEY FAILURE WHO UNDERWENT HEMODIALYSIS THERAPY


IN DR. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI, 2019

Witri Setiawati Nabila


Mahasiswi Program Studi Pendidikan Ners STIKes Fort De Kock Bukittinggi
Email: setiawatinabila@gmail.com

Abstract

Chronic kidney failure or end-stage kidney disease is impaired kidney function. It is progressive
and irreversible. One way to maintain survival with hemodialysis, dependence on hemodialysis
will reduce the quality of life of patients. The purpose of this research was to describe, analyze
and interpret family efforts to improve the quality of life of patients with chronic renal failure
undergoing hemodialysis therapy in Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. The type of this research
was qualitative with phenomenological approach. It was conducted on July 2019. The
populations were 118 people. Then, by using purposive sampling technique, 6 people had been
chosen as the samples. The data were collected through in-depth interviews and it was by
analyzed colaizzi method, The results of the research obtained that about the family efforts in
improving the quality of life of patients described into 4 themes: 1) assisting in meeting
physiological needs, 2) providing psychological support, 3) assisting in social activities, 4)
assisting in solving environmental problems. In short, family efforts both in improving the
quality of life of patients were viewed from physical health, psychological health, social and
environmental relations. Then, it is expected that families to make maximum efforts to improve
the quality of life of patients.

Keywords : Quality of Life, Chronic Kidney Failure, Family


References : 22 (2009-2018)
UPAYA KELUARGA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PASIEN
GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA
DI RSUD DR. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2019

Witri Setiawati Nabila


Mahasiswi Program Studi Pendidikan Ners STIKes Fort De Kock Bukittinggi
Email: setiawatinabila@gmail.com

Abstrak

Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan fungsi ginjal yang
menahun bersifat progresif dan irreversible. Salah satu cara agar dapat mempertahankan
keberlangsungan hidup dengan hemodialisa, ketergantungan terhadap hemodialisa akan
berdampak terhadap penurunan kualitas hidup pasien. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan, menganalisa serta menginterpretasikan upaya keluarga dalam meningkatkan
kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di RSUD Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi. Jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang
dilakukan pada bulan Juli 2019. Populasi pada penelitian ini sebanyak 118 orang. Teknik
pengambilan sampel dengan purposive sampling dengan pastisipan sebanyak 6 orang dan teknik
pengambilan data melalui wawancara mendalam (indepth interview). Hasil wawancara dianalisa
dengan menggunakan metode colaizzi Berdasarkan hasil penelitian tetang studi fenomenologi
upaya keluarga dalam meningkatkan kualitas hidup pasien menghasilkan tema: 1) membantu
dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis, 2) memberikan dukungan psikologis, 3) membantu
dalam kegiatan sosial, 4) membantu dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan. Penelitian
ini menyimpulkan bahwa upaya keluarga baik dalam meningkatkan kualitas hidup pasien
ditinjau dari kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. Semoga
hasil penelitian ini dapat menjadi referensi khususnya bagi keluarga pasien gagal ginjal kronis
agar dapat berupaya lebih maksimal sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup yang baik bagi
pasien.

Kata Kunci : Kualitas hidup, gagal ginjal kronis, keluarga


Daftar Pustaka : 22 (2009-2018)
PENDAHULUAN jumlah unit hemodialsis yang melaporkan
Gagal ginjal kronik atau penyakit pun meningkat (Hagita, dkk., 2015).
ginjal tahap akhir adalah gangguan fungsi Prevalensi penyakit gagal ginjal kronis
ginjal yang menahun bersifat progresif dan di Provinsi Sumatera Barat 0,2% dari pasien
irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal ginjal kronis di Indonesia, yang
gagal untuk mempertahankan metabolisme mencakup pasien menjalani pengobatan,
dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang terapi penggantian ginjal, dialysis peritoneal
menyebabkan uremia (Rendy & Th, 2012). dan hemodialisis pada tahun 2013
Menurut International Society of (Riskesdas, 2013).
Nephrology (ISN) & International Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr.
Federation of Kidney Foundation (IFKF), M. Djamil merupakan rumah sakit rujukan
jumlah pasien penderita GGK pada tahun Sumatera Bagian Tengah meliputi Provinsi
2025 diperkirakan akan terus meningkat di Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau.
Asia Tenggara, Mediterania dan Timur RSUP Dr. M. Djamil memiliki fasilitas
Tengah serta Afrika mencapai lebih dari medis yang memadai yaitu tersedianya 27
380.000.000 orang. Hal ini dipengaruhi oleh dyalizer untuk melayani terapi hemodialisis
pertumbuhan penduduk, peningkatan proses bagi pasien gagal ginjal.
penuaan, urbanisasi, obesitas dan gaya hidup Berdasarkan data Medical Record dari
yang tidak sehat (Oxtavia, dkk., 2013). RSUP Dr. M.Djamil terjadi peningkatan
Menurut data dari Indonesian Renal jumlah pasien yang menjalani hemodialisis.
Registry (IRR), pada tahun 2011 terdapat Tahun 2012-2014 jumlah pasien
15.353 pasien yang baru akan menjalani hemodialisis yaitu 74 orang, 97 orang, dan
hemodialisis dan 6.951 pasien yang tercatat 122 orang. Laporan Unit Hemodialisa
aktif menjalani hemodialisis, pada tahun menyebutkan terdapat 281 orang pasien
2012 terjadi peningkatan, pasien yang baru menjalani hemodialisis selama tahun 2015.
akan menjalani hemodialisis berjumlah Pasien gagal ginjal yang menjalani
19.621 dan pasien yang aktif menjalani hemodialisis tahun 2011-2013 meninggal
hemodialisis 9.161 orang . Kejadian ini sebanyak 47 orang dan tahun 2015 sebanyak
meningkat berdasarkan jumlah pasien yang 95 orang (Rinatul, 2015).
baru dan lama tercatat lebih banyak karena Dialisis merupakan proses yang
bertujuan untuk mengeluarkan cairan dan
produk limbah dari dalam tubuh ketika kualitas hidup pasien ( Son, Y.J.,et al, 2009).
fungsi ginjal tidak mampu melaksanakan Kualitas hidup menjadi ukuran yang sangat
proses tersebut. Terapi dialisis yang sering penting setelah pasien menjalani terapi
dilakukan adalah hemodialisis dan pengganti ginjal seperti hemodialisa
peritoneal dialysis, diantara kedua terapi (Poorgholami, et al., 2016). Kualitas hidup
tersebut yang menjadi pilihan utama dan diukur berdasarkan rasa subjektif dari
merupakan metode perawatan yang umum kesejahteraan umum yang dirasakan oleh
untuk penderita gagal ginjal adalah pasien yang juga akan digunakan sebagai
hemodialisis. Sebagian besar penderita gagal ukuran klinis dalam hal perawatan medis
ginjal membutuhkan 12 sampai 15 jam pasien yang menjalani hemodialisis
hemodialisis setiap minggunya yang terbagi (Pakpour et al., 2010).
dalam 2 atau 3 sesi dimana setiap sesi Banyak faktor yang mempengaruhi
berlangsung antara 3 sampai 6 jam kualitas hidup seseorang seperti karakteristik
(Widyantara, 2016). demografi, faktor kesehatan, ekonomi,
Pada umumnya, proses hemodialisis di lingkungan, keamanan dan dukungan
rumah sakit dapat menimbulkan dampak keluarga (Steigelman et al., 2006).
stres psikologis dan fisik yang mengganggu Dukungan keluarga menjadi sangat penting
sistem neurologi seperti kelemahan, diperlukan untuk menumbuhkan semangat
kelelahan, kecemasan, penurunan pasien gagal ginjal yang menjalankan terapi
konsentrasi, sakit kepala, keluar keringat, cuci darah, selain perjalanan penyakit yang
pasien akan mengalami gangguan proses panjang, bergantung dengan mesin
berpikir dan konsentrasi serta gangguan hemodialisa sering menjadi sumber putus
dalam berhubungan sosial (Rustandi, dkk., asa bagi pasien. Keluarga sangat penting
2018). bagi setiap aspek perawatan untuk mencapai
Pasien yang menjalani hemodialisa sehat suatu keadaan sehat hingga tingkat
juga rentan terhadap masalah emosional optimal (Ratna, 2010; Rahmayuni, 2016).
seperti stress yang berkaitan dengan Dukungan dan perasaan yang positif
pembatasan diet dan cairan, keterbatasan yang diberikan keluarga akan mengubah
fisik, penyakit terkait, dan efek samping cara pandang pasien tentang penyakitnya
obat, serta ketergantungan terhadap dialysis bahkan harapan tinggi untuk sembuh akan
akan berdampak terhadap penurunan menjadi dorongan bagi pasien untuk
menerapkan disiplin dalam menjalan tetapi masih ada keluarga yang tidak bisa
tindakan hemodialisa sehingga menunjang memberi dukungan secara optimal karena
dalam peningkatan kualitas hidup pasien. keluarga juga memiliki rutinitas yang lain.
Berdasarkan hasil wawancara yang Tujuan penelitian ini adalah untuk
peneliti lakukan di Ruangan Hemodialisa mendeskripsikan, menganalisa serta
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi menginterpretasikan upaya keluarga dalam
dengan 5 orang pasien gagal ginjal kronik meningkatkan kualitas kesehatan fisik,
yang menjalani hemodialisis, ditemukan psikologis, sosial dan lingkungan pasien
bahwa pasien mengalami penurunan fisik gagal ginjal kronik yang menjalani terapi
yang ditandai dengan pasien susah tidur, hemodialisa di RSUD Dr. Achmad Mochtar
susah makan, badan terasa lemah, mual serta Bukittinggi tahun 2019.
muntah. Sedangkan keadaan psikis pasien Penelitian ini dapat memberikan
mengalami perubahan ditandai dengan sumbangan pemikiran dan acuan bagi ilmu
pasien awalnya merasa takut dan cemas pengetahuan keperawatan tentang kualitas
untuk melakukan hemodialisa namun lama hidup pasien gagal ginjal kronik yang
kelamaan menjadi terbiasa, pasien juga menjalani hemodialisis. Serta dapat
mengatakan ia tidak dapat melakukan dijadikan informasi tambahan bagi perawat
aktivitas social dan pekerjaan yang berat, hal diruang hemodialisis dan keluarga untuk
ini akan mempengaruhi aspek social dan menjaga dan lebih meningkatkan kualitas
lingkungan pasien. hidup pasien gagal ginjal yang menjalani
Dapat disimpulkan bahwa tindakan hemodialisis.
hemodialis mempengaruhi kualitas hidup
pasien yang menjalaninya. Dari 5 orang
METODELOGI PENELITIAN
pasien, 3 orang pasien didampingi oleh
keluarga untuk terapi hemodialisa dan 2 Penelitian ini menggunakan
orang lagi tidak ada yang mendampingi. pendekatan kualitatif dengan metode studi
Keluarga mengatakan salah satu upaya yang fenomenologi, yaitu suatu pendekatan
dapat dilakukan adalah dengan memberikan ilmiah yang menekankan pada makna dari
dukungan karena keluarga berfikir itu pengalaman seseorang. Pengambilan
merupakan tanggung jawab dari keluarga partisipan dalam penelitian ini diawali
untuk mendampingi pasien hemodialisis, dengan purposive sampling dengan
berdasarkan kriteria bersedia menjadi triangulasi data (Afiyanti & Rachmawati,
partisipan, keluarga yang menemani pasien 2014).
gagal ginjal kronis dalam menjalani terapi
hemodialisa. Adapun jumlah partisipan HASIL PENELITIAN
dalam penelitian ini adalah enam orang
Hasil dari proses analisa data telah
partisipan. Penelitian dilakukan di ruang
menemukan beberapa tema utama mengenai
Hemodialisa Rumah Sakit Dr. Achmad
upaya keluarga dalam meningkatkan
Mochtar Bukittinggi. Pengumpulan data
kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis
dimulai pada bulan Juli 2019. Alat bantu
yang menjalani terapi hemodialisa, yaitu, 1)
dalam penelitian yaitu buku catatan, voice
membantu dalam pemenuhan kebutuhan
recorder dan alat tulis lainnya yang
fisiologis, 2) memberikan dukungan
membantu dalam kelengkapan pengumpulan
psikologis, 3) membantu dalam kegiatan
data serta pedoman wawancara.
sosial, 4) membantu dalam menyelesaikan
Proses pengumpulan data dilakukan
permasalahan lingkungan.
dengan wawancara mendalam yang bersifat
Tema pertama yaitu membantu dalam
semi terstruktur dan dilengkapi dengan
pemenuhan kebutuhan fisiologis terdiri dari
catatan lapangan. Peneliti memberikan
membantu dalam pengobatan pasien dan
penjelasan kepada partisipan dan meminta
membantu dalam pemenuhan kebutuhan
persetujuan calon partisipan untuk
dasar pasien. Tema kedua memberikan
berpartisipasi dalam penelitian. Setelah
dukungan psikologis terdiri dari membantu
wawancara selesai, peneliti membuat
meningkatkan kesehatan mental pasien dan
transkrip wawancara dan memvalidasi data
membantu meningkatkan kepercayaan diri
kepada partisipan dengan menyampaikan
pasien. Tema ketiga membantu dalam
kembali hal yang penting hasil dari
kegiatan sosial terdiri dari mengajak
wawancara. Setelah itu peneliti melakukan
melakukan aktivitas positif bersama
analisa data penelitian dengan metode
keluarga terdekat dan mendampingi dalam
Collaizi.
melakukan kegiatan sehari-hari di tempat
Pengujian keabsahan dan validasi data
kerja. Tema keempat membantu dalam
metode penelitian ini dengan menggunakan
menyelesaikan permasalahan lingkungan
member check/ feedback informant dan
terdiri dari membantu dalam menyelesaikan
permasalahan sosial lingkungan tempat “Bali ubek palamak makan tu
minum susu..” (P1)
tinggal maupun lingkungan di tempat kerja .
(Beli obat biar selera untuk makan
terus minum susu)
Tema 1 : Membantu dalam pemenuhan
“Kalau mual dan muntah tentu
kebutuhan fisiologis minum obatnya kan..” (P2)

Hasil penelitian pada tema satu “..konsultasi ka dokter mintak


vitamin bagai ka dokter (P3)
didapatkan upaya keluarga dalam membantu (Konsultasi ke dokter minta vitamin
pemenuhan kebutuhan fisiologis pasien ke dokter)
adalah membantu dalam pengobatan “Yoo sasuai saran- saran dari
dengan cara mengkonsultasikan ke dokter dokter makan yang bervitamin, misal
putiah talua..”(P4)
suplemen dan vitamin yang dibutuhkan oleh (yaa sesuai saran-saran dari dokter
pasein sesuai dengan keluhan setiap pasien , makan yang bervitamin, missal putih
telur)
jika pasien tidak bisa tidur tidak ada minum
obat tidur tetapi diberikan pijitan agar pasien “..kapalo sakik ubeknyo parasetamol
se kecek dokter nyo nan lain ndak
dapat tidur kembali ; sedangkan upaya buliah doh”
keluarga dalam membantu pemenuhan (sakit kepala obatnya parasetamol
aja kata dokter yang lain tidak
kebutuhan dasar pasien dengan cara boleh)
memasakan makanan yang diinginkan “..ndak do doh, dipijit-pijit jo
modeko kadang-kadang takalok
pasien tetapi masih dalam anjuran dokter, ajo”(P5)
mencari makanan pengganti membantu (tidak ada, di pijit-pijit aja kadang-
kadang ketiduran aja)
kebutuhan dasar mandi dan toileting.

Membantu dalam pemenuhan kebutuhan


Membantu dalam pengobatan pasien
dasar pasein
Upaya keluarga dalam membantu
Upaya keluarga dalam membantu
pengobatan pasien digambarkan dari
pemenuhan kebutuhan dasar pasien
pernyataan partisipan yang mengatakan
digambarkan dari pernyataan partisipan
bahwa partisipan konsultasi ke dokter untuk
yang mengatakan bahwa makanan di masak
makanan dan vitamin yang sesuai dengan
sendiri, memberikan makanan pengganti
kebutuhan pasien seperti yang diungkapkan
serta membantu pasien dalam aktivitas
oleh partisipan:
mandi dan toileting seperti yang (kalau makan nasi noemal cuman
ada pantangan dan larangan dan
diungkapkan oleh partisipan:
ditakarkan)
“Sasakali ado ama babali samba,
“..nasi ndak amuah doh kan salabiahnyo buek surang se
balarian se ka susu jo roti ..” (P1) dirumah”(P6)
(nasi tidak mau jadi susu sama roti (Sesekali ada ama dibelikan aja
aja) sambal, selebihnya bikin sendiri di
rumah)
“... terus cari makan bisa yang tidak
mengakibatkan mual kan, ya masak
sendiri ngak semua makanan yang Tema 2 : Memberikan dukungan psikolo-
bisa di makan kan, kadang-kadang
gis
ada juga yang dibeli cuman kita
dipilah-pilah juga kan yang ngak
pakai pengawet dan tidak pake Hasil penelitian pada tema dua
formalin kan..”(P2) didapatkan upaya keluarga dalam

“Konsultasi ke dokter , di tanya apa memberikan dukungan psikologis pasien


yang mau di sambal apa yang mau adalah membantu meningkatkan kesehatan
dibikin sambalnya itu sinyo..”(P3)
mental dengan cara memberikan semangat
“.. kadang kalo ibuk ndak talok agar pasien tidak mudah putus asa, sedih dan
bakawanan ka wc, saolnyo ibuk baru
bisa jalan kapatang tu masih di kursi trauma dengan kondisi saat ini, harus
roda” (P4) mendekatkan diri dengan sang pencipta
(kadang jika ibuk tidak kuat
ditemenin ke toilet, soalnya ibuk melalui shalat dan berdzikir serta tidak lepas
baru bisa jalan kemarin itu masih di untuk selalu berikhtiar atau berusaha untuk
kursi roda)
melakukan pengobatan dengan semaksimal
“Makan kadang-kadang lai amuah, mungkin; sedangkan upaya keluarga dalam
kadang indak babalian susu untuk
diminum susunyo peptisol tu aa..” membantu meningkatkan kepercayaan diri
(makan kadang-kadang mau, kadang pasien dengan mengajak jalan-jalan atau
nggak mau dibelikan susu untuk
diminum susunya peptisol itu lo) refresing agar dapat menukar suasana dan
“Kini kok kadang ka wc bapapah menukar pemandangan pasien. Dengan
senyo, dek yo kalo ndak talok
surang lai”(P5) mengajak keluar rumah pasien akan lebih
(Sekarang kadang jika ke wc di semangat untuk menjalani hidupnya dan
dampingi, karna gak kuat sendiri)
tidak merasa down lagi.
”..kalau makan nasi normal cuman
ado pantangan dan larangan dan
batakarkan”
Membantu dalam meningkatkan kesehatan “..masih trauma, sadiah tu amak
kecekkan lai iko cobaan jadi
mental
sumangaik selah bia bisa sambuah.
Bausao mancari ubek ka capek
Upaya keluarga dalam membantu sanang..”(P5)
meningkatkan kesehatan mental pasien (masih trauma, sedih terus amak
katakana ini cobaan jadi semangat
digambarkan dari pernyataan partisipan aja biar bisa sembuh. Berusaha
yang mengatakan bahwa partisipan selalu mencari obat biar cepat sembuh)
menyemangati dan mengingatkan untuk “..ama ceria kalau diagiah
tetap shalat dan berdzikir sambil melakukan sumangaik.. kalo ndak bisa lalok dek
ado se nan ama pikiakan dibaok se
segala ikhtiar semaksimal mungkin seperti shalat samo mangaji”(P6)
yang diungkapkan oleh partisipan: ( ama ceria kalau diberi semangat,
kalo tidak bisa tidur karna ada yang
dipikirkan dibawa shalat dan
“ Awal sakik ama ndak tarimo doh,
mengaji).
beri sumangaik se buek saba sinyo
suruah banyak shalat tu badzikir”
(P1) Membantu dalam meningkatkan kepercaya-
(awal sakit ama tidak terima, beri
semangat aja bilang untuk sabar an diri
suruh banyak shalat terus berdzikir)
Upaya keluarga dalam membantu
“…kadang-kadang putus asa,
meningkatkan kepercayaan diri pasien
kadang-kadang semangat ya itulah..
kita menyemangati yah, ikhtiarnya digambarkan dari pernyataan partisipan
kita sehat, tidak lupa untuk shalat
yang mengatakan bahwa partisipan
dan berdzikir yah”(P2)
mengajak pasien untuk refreshing atau jalan-
“Beri semangat, kasih semangat
jalan untuk menukar suasana dan
sedangkan nan sehat aja bisa kek itu,
apo lagi lah mode iko ah ”(P3) memengembalikan rasa semangat untuk
(beri semangat, kasih semangat
menjalani hidup seperti yang diungkapkan
sedangkan yang sehat aja bisa kayak
itu, apa lagi udah kayak ini) oleh partisipan:

“Patamo tu down nyo..agaih “ .. kadang- kadang bapak ikut ke


sumangaik untuk jalani iduik batu sangkar ikut kerja sama ibu
memang lah iko takdir wak ko.. sekalain refreshing, rekreasi.
labiah ka di utamokan ka Kadang keliling pake go car untuk
agamo..”(P4) tukar suasana, tukar pemandangan
(Pertamanya down, kasih semangat itu sudah menyenangkan yang
untuk jalani gidup memang sudah ini penting ngumpul sama-sama biar
takdir kita.. lebih di utamakan ke bapak lebih semangat menjalani
agama). hidup” (P2)
mesjid/mushala terdekat, mengajak
“Kami hanya pai jalan-jalan ka
pengajian , mengajak berkunjung ke rumah
kamang pai raun-raun sajo “(P4)
(kami hanya pergi jalan-jalan ke saudara terdekat dan mengajak ke tempat
kamang)
kerja seperti yang diungkapkan oleh
partisipan:
Tema 3: Membantu dalam kegiatan sosial
“..kadang kalo shalat taragak pai ka
Upaya keluarga dalam membantu
mesjid atau pai- pai pangajian bagai
kegiatan sosial pasien adalah mengajak didampingi untuak pai kalua”(P1)
(kadang kalo kangen shalat ke
melakukan aktivitas kegiatan positif
mesjid atau pergi pengajian
bersama keluarga terdekat dengan cara didampingi untuk pergi keluar)
melakukan kegiatan sosial seperti
“..apak masih bakarajo jadi supir
mendampingi ke mesjid/ mushala terdekat, travel ka Padang, banyak
kawannyo.”(P3)
pergi ikut pengajian, mengajak berkunjung
(..bapak masih kerjakan jadi supir
ke rumah saudara terdekat agar dapat travel ke Padang, banyak temannya)
menjaga komunikasi dengan baik serta;
“..lai pai ngecek jo kawan jo
sedangkan mendampingi dalam melakukan tetangga, baimbau duduak sore di
teraskan tibo sadonyo, kok kapai
kegiatan sehari-hari di tempat kerja keluarga
jauh-jauh alun ka talok bana
berupaya dengan mengikutsertakan dalam lai.”(P5)
(ada pergi ngobrol sama teman atau
sebuah pekerjaan agar pasien dapat tetap
tetangga, dipanggil duduk sore di
melakukan kegiatan sehari-hari seperti teras datang semuanya, mau pergi
jauh-jauh belum terlalu kuat)
biasanya walaupun tidak semaksimal waktu
sebelum sakit. “ Biaso manggaleh, ndak do kini
lai.. pai karumah ransanak mungko
rumah”(P6)
Mengajak dalam melakukan aktivitas (biasa jualan, tidak ada sekarang
lagi, pergi ke rumah saudara di
kegiatan positif bersama keluarga terdekat
depan rumah).
Upaya keluarga dalam mengajak
melakukan aktivitas kegiatan positif Mendampingi dalam melakukan kegiatan
bersama keluarga terdekat pasien sehari-hari di tempat kerja
digambarkan dari pernyataan partisipan
Upaya keluarga dalam mendampingi
yang mengatakan bahwa partisipan
pasien melakukan kegiatan sehari-hari di
membimbing shalat berjamaah ke
tempat kerja digambarkan dari pernyataan lingkungan tempat tinggal digambarkan
partisipan yang mengatakan bahwa dari pernyataan partisipan yang mengatakan
partisipan mengikutsertakan pasien dalam bahwa keluarga memberikan pemahaman
hal pekerjaan dan selalu mendampingi kepada pasien tentang tanggapan negative
selama bekerja seperti yang diungkapkan tetangga seperti yang diungkapkan oleh
oleh partisipan: partisipan:

“sekarang kita buka usaha berdua “..Ndak paralu di danga doh, yang
kebetulan juga udah ada pelanggan, penting awak semangat yo . yang
udah banyak juga yang kenal jadi sehat seh alun tantu lai..” (P3)
kami tetap melanjutkan usaha (Tidak perlu di dengarin, yang
melihat bekerja menambah semangat penting kita semangat ya, yang sehat
bapak yakan, banyak juga teman belum tentu lagi)
bapak untuk mengobrol”(P2)
“… yoo respond itunyo banyak
basaba, kadang mancaliak kawan
Tema 4: Membantu dalam menyelesaikan
galak-galak anak ko hatinyo lah
permasalahan lingkungan sadiah bilo lah ka bisa bantuak tu,
bausao se tuak cari sagalo caro
Upaya keluarga dalam membantu
buliah bisa sambuah”(P5)
pasien menyelesaikan permasalahan (yaa respon harus banyak bersabar,
kadang melihat teman ketawa-
lingkungan adalah membantu pasien dalam
ketawa anak ini hatinya udah sedih
permasalahan sosial di lingkungan tempat kapan bisa seperti itu lagi, berusaha
aja untuk mencari segala cara biar
tinggal dengan cara memberikan
bisa sembuh)
pemahaman kepada lingkungan sekitar
“ ..tau, takajuik se urang ba kok
tentang kondisi pasien saat ini agar terhindar
gaek bisa kayak iko ginjal kanai
dari perselisihan ataupun kesalahpahaman; sagalo macam ceknyo, abang tu
hanya bisa menjelaskan ka urang ba
sedangkan membantu pasien dalam
kondisi ama kini kan. Berusaha
permasalahan di lingkungan tempat kerja agiah tau ka ama untuk kuaiak dan
basaba, kok ado kecek urang yang
keluarga berupaya dengan membantu dalam
aneh jan danga”(P6)
hal pekerjaan. (Tau, kaget orang kenapa orang tua
bisa kayak gini ginjal kena segala
macam katanya, abang hanya bisa
Membantu dalam permasalahan sosial di menjelaskan kepada orang gimana
kondisi ama sekarang. Berusaha
lingkungan tempat tinggal
kasih tau ama untuk kuat dan
bersabar, jika ada kata orang yang
Upaya keluarga dalam membantu aneh jangan di dengar)
pasien dalam permasalahan sosial di
Membantu dalam permasalahan di lingku- dan sakit merupakan tanggapan dari
ngan tempat kerja individu dalam mempersepsikan kondisi
Upaya keluarga dalam membantu dirinya yang merasakan sakit dan penyakit,
pasien dalam permasalahan di lingkungan baik yang bersifat respon internal (berasal
tempat kerja digambarkan dari pernyataan dari dalam diri sendiri) maupun eksternal
partisipan yang mengatakan bahwa keluarga (berasal dari luar diri sendiri)
memberikan pemahaman kepada rekan kerja (Notoadmodjo, 1993; Sunaryo, 2013).
pasien seperti yang diungkapkan oleh
Berdasarkan penelitian oleh Hidayati
partisipan:
(2012), mengatakan bahwa upaya partisipan
“ ..Yaa ada, tapi nggak berat lah
soalnya apa kan belum bisa banget untuk mendapatkan kondisi tubuh yang
banyak kerja, dibatasi apa kerja optimal agar mampu melakukan aktifitas
nggak terlalu di paksa.. masalah
kerja yaaa paling kalo ada barang sehari-hari secara produktif dengan
yang belum masuk, atau pelanggan pengaturan cairan dan nutrisi serta
yang butuh cepat barang, tapi ibu
tidak terlalu melibatkan takut apa pengelolaan manajemen diri dalam
banyak pikiran”(P2) mempertahankan fungsi tubuh serta
pemenuhan kebutuhan tubuh. Sejalan
PEMBAHASAN dengan penelitian oleh Sukriswati (2016),
menyatakan penelitian ini tentang kualitas
Gagal ginjal kronik atau penyakit
hidup, responden mempersepsikan kualitas
ginjal tahap akhir adalah gangguan fungsi
hidup mereka baik, dengan skore yang
ginjal yang menahaun bersifat progresif dan
diperoleh cukup tinggi di domain fisik,
irreversible. Dimana kemampuan tubuh
psikologi.
gagal untuk mempertahankan metabolisme
Menurut asumsi peneliti bahwa upaya
dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang
keluarga dalam meningkatkan kualitas hidup
menyebabkan uremia (Rendy, 2012, p.30)
fisiologis pasien gagal ginjal kronik yang
Fisik menjadi bagian yang utuh pada menjalani terapi hemodialisa sudah sangat
manusia, di mana fisik menggambarkan baik dilihat dari hampir seluruh partisipan
pada seseorang apakah ia berada dalam mengatakan bahwa keluarga berupaya
kondisi sehat atau sakit sehingga memenuhan kebutuhan fisiologis pasien
memberikan adanya perilaku sehat atau sakit yaitu, membantu dalam pengobatan pasien,
yang dialami oleh individu. Perilaku sehat serta keluarga membantu memenuhan
kebutuhan dasar pasien seperti memasakan semua kepada Tuhan. Sejalan dengan
makanan yang diinginkan pasien tetapi penelitian oleh Juwita (2019), didapatkan
masih dalam anjuran dokter yang diberikan hasil penelitian dukungan keluarga pada
oleh pihak keluarga pasien gagal ginjal pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
kronis. hemodialisa terdiri dari dukungan
Kualitas hidup merupakan suatu instrumental, dukungan informasional,
kondisi yang pengaruh terbesarnya adalah dukungan emosional, dukungan
diri sendiri dalam menerima suatu keadaan pengharapan dan dukungan harga diri.
seperti penyakit kronis dan masalah lainnya. Apabila dukungan tersebut tidak ada, maka
Aspek dalam kualitas hidup itu sendiri tingkat keberhasilan penyembuhan/
berupa keadaan fisik yang dirasakan oleh pemulihan (rehabilitasi) sangat berkurang.
individu jika ia mengalami suatu penyakit, Menurut asumsi peneliti upaya
namun berbeda jika individu menerima keluarga dalam memberikan dukungan
suatu permasalahan yang non-illness maka psikologis sudah sangat baik. Hal ini
aspek psikologi, social maupun lingkungan terbukti dengan keluarga memberikan
dapat menjadi nilai ukur dalam kualitas semangat, mendekatkan diri dengan sang
hidup individu (Hayes dkk, 2016). pencipta melalui shalat, dzikir dan selalu
Psikologis merupakan suatu ilmu yang berikhtiar semaksimal mungkin sehingga
mempelajari diri seseorang yang berasal dari kesehatan mental pasien lebih terlihat
gejala jiwa yang berupa perilaku sebagai meningkat. Hal lain juga dilakukan seperti
respon individu terhadap stimulasi, baik berupaya mengajak jalan- jalan atau
yang datang dari dalam diri maupun refresing untnuk meningkatkan kepercayaan
lingkungannya (Sunaryo, 2013). diri pasien dibuktikan dari hampir seluruah
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh partisipan sudah bisa menerima dan pasien
Farida (2010), mengatakan respon juga sudah siap untuk kembali ke
psikologis terjadi pada fase awal menjalani masyarakatan walaupun dengan kondisi
hemodialisis, dengan melihat kondisi klien yang yang tidak sepeti biasa.
lain yang lebih dulu menjalani hemodialisis Manusia merupakan makhluk sosial
mendorong partisipan memasuki tahap yang selalu memiliki interaksi baik di dalam
menerima, tahap ini ditunjukan dengan sikap lingkungan keluarga maupun lingkungan
partisipan yang pasrah dan menyerahkan sosial lainnya. Dalam melakukan interaksi
dalam lingkungan sosial, manusia memiliki optimisme pasien untuk menjalani
motif untuk mengadakan adanya hubungan hemodialysis serta menguatkan serta tetap
dan hidup bersama dengan orang lain yang mengikut sertakan pasien dalam kegiatan
mana motif tersebut ialah dorongan sosial. diluar rumah. Sejalan dengan penelitian oleh
Tidak hanya itu, manusia juga merupakan Hodson (2010), mengatakan bahwa
makhluk individula yang memiliki motif pekerjaan dapat menjadi salah satu
untuk mengadakan hubungan dengan dirinya dukungan sosial yang besar serta memiliki
sendiri (Sunaryo, 2013). status bekerja akan menambah kontribusi
Kualitas hidup juga dinilai sebagai terhadap kualitas dan kepercayaan diri yang
nilai ukur terhadap pasien yang menderita lebih tinggi serta dapat menjaga kondisi
penyakit kronis yang mana penyakit kronis sosial dan menjaga produktifitas dirinya.
tersebut dapat mempengaruhi dimensional Kondisi ini tentunya akan memberikan
yang terdapat pada kualitas hidup seseorang. dampak positif terhadap kualitas hidup dari
Menjadi acuan nilai ukur, kualitas hidup pasien gagal ginjal itu sendiri.
individu juga digunakan sebagai evaluasi Menurut asumsi peneliti bahwa upaya
ekonomi kesehatan dan juga membantu yang dilakukan keluarga untuk membantu
dalam pengambilan keputusan klinis dan dalam kegiatan sosial pasien sudah sangat
pasien. Data individu digunakan sebagai baik. Hal ini terlihat dari keluarga mengajak
tujuan dalam menilai efek dari kejadian pada pasien untuk melakukan kegiatan positif
penyaki yang mempengaruhi kesehatan dengan keluarga terdekat. Hal lain juga
sehingga berdampak pada kualitas hidup dilakukan keluarga dengan mendampingi
yang individu jalani selama dirinya dalam melakukan kegiatan sehari-hari di
mengalami suatu penyakit (Hayes dkk, tempat kerja serta melibatkan pasien dalam
2016). pekerjaan dibuktikan dengan hampir semua
Berdasarkan penelitian yang dilakukan partisipan mengatakan hanya awal saja
Pakpahan (2016), didapatkan hasil mengalami kesulitan saat berinteraksi
penelitian pada dimensi fungsi sosial rata- dengan keluarga, tetangga dan masyarakat,
rata responden mengalami penurunan sekarang sudah mulai terbiasa karena
sebesar 52,1%. Upaya yang dilakukan mereka juga memberi semangat serta
dukungan yang diberikan juga dukungan agar pasien semangat dalam
meningkatkan rasa kepercayaan diri dan melakukan pengobatan.
Manusia merupakan makhluk sosial kepuasaan individu untuk bisa berinteraksi
yang selalu memiliki interaksi baik di dalam dengan orang lain.
lingkungan keluarga maupun lingkungan Menurut Asumsi peneliti bahwa upaya
sosial lainnya. Dalam melakukan interaksi untuk membantu menyelesaikan
dalam lingkungan sosial, manusia memiliki permasalahan sosail dilingkungan tempat
motif untuk mengadakan adanya hubungan tinggal pasien serta lingkungan kerja pasien
dan hidup bersama dengan orang lain yang yang dilakukan oleh pihak keluarga sudah
mana motif tersebut ialah dorongan sosial. sangat baik meski pada awal peneurunan
Tidak hanya itu, manusia juga merupakan kondisi pasien opini lingkungan tempat
makhluk individula yang memiliki motif tinggal ada yang negative, tetapi keluarga
untuk mengadakan hubungan dengan dirinya cepat mencari cara agar kondisi tersebut
sendiri (Sunaryo, 2013). tidak berlarut-larut dan tidak mengakibatkan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pengaruh yang dapat berakibat fatal pada
oleh Bosniawan (2016), mengatakan bahwa pasien seperti berupaya mengajak keluarga
dukungan keluarga dan dukungan dan tetangga untuk berkumpul dan
lingkungan kepada penderita gagal ginjal berbincang-bincang sehingga terjadi
kronik yang menjalani terapi hemodialisa interaksi yang baik di lingkungan pasien.
dapat memberikan rasa aman dan nyaman
sehingga dapat menunjukkan peningkatan SIMPULAN DAN SARAN
kualitas hidup penderita. Sejlan dengan
Hasil penelitian mengenai upaya
penelitian oleh Sulistiawati (2013), bahwa
keluarga dalam meningkatkan kualitas hidup
upaya dilakukan dengan beradaptasi
pasien gagal ginjal kronis yang mejalani
dilingkungan yang positif akan membantu
terapi hemodialisa ditemukan 4 tema utama
seseorang untuk bisa mentoleransi dan
yaitu keluarga membantu dalam pemenuhan
menerima situasi menekan serta tidak
kebutuahan fisiologis, memberikan
merisaukan tekanan yang tidak dapat
dukungan psikologis, membantu dalam
dikuasainya sehingga mengurangi kondisi
kegiatan sosial, membantu dalam
lingkungan yang berbahaya, mentoleransi
menyelesaikan masalah dengan lingkungan.
atau mempertahankan gambaran diri,
Tema pertama membantu
mempertahankan keseimbangan emosional
meningkatkan kualitas hidup pasien untuk
dari kenyataan yang negative, serta aspek
pemenuhan kebutuhan fisiologis upaya
keluarga terdiri dari membantu dalam keluarga yang mempunyai anggota
pengobatan pasien dan membantu dalam keluarga dengan gagal ginjal kronik
pemenuhan kebutuhan dasar pasien. Tema yang menjalani hemodialisa.
kedua memberikan dukungan psikologis 3. Bagi Perawat
upaya keluarga terdiri membantu Hasil penelitian ini diharapkan perawat
meningkatkan kesehatan mental pasien dan mampu berkolaborasi agar dapat selalu
membantu meningkatkan kepercayaan diri memperhatikan kebutuhan baik fisik
pasien. Tema ketiga membantu kegiatan maupun psikologis pasien yang
sosial pasien upaya keluarga terdiri dari menjalani terapi hemodialisa, agar
mengajak melakukan aktivitas positif pasien selalu nyaman menjalaninya.
bersama keluarga terdekat dan mendampingi 4. Bagi Peneliti
dalam melakukan kegiatan sehari-hari di Hasil penelitian ini dapat menambah
tempat kerja. Tema keempat membantu wawasan, pengetahuan dan pemahaman
menyelesaikan permasalahan lingkungan peneliti tetang upaya keluarga dalam
upaya keluarga terdiri dari membantu dalam meningkatkan kualitas hidup pasien
menyelesaikan permasalahan sosial gagal ginjal kronis yang mejalani terapi
lingkungan tempat tinggal maupun hemodialisa.
lingkungan di tempat kerja . 5. Bagi peneliti selanjutnya
SARAN Diharapkan penelitian ini menjadi acuan
serta pijakan bagi peneliti lain.
1. Bagi Keluarga
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memunculkan lebih banyak tema
menjadi referensi khusunya bagi
mengenai upaya keluarga dalam
keluarga penderita gagal ginjal kronis
meningkatkan kualitas hidup pasien
yang menjalani terapi hemodialisa agar
dengan perubahan aspek yang berbeda.
meningkatkan motivasi dan support
system lebih maksimal sehingga dapat
mencapai kualitas hidup yang baik. DAFTAR PUSTAKA
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat Afiyanti, Y., & Rachmawati, I. N. (2014).
Metodologi Penelitian Kualitatif
mengingatkan kepada masyarakat untuk Dalam Riset Keperawatan. Jakarta:
memberi dukungan khususnya kepada Rajawali Pers.
Bosniawan, A. M. (2018). Faktor-faktor Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
Determinan yang Berpengaruh pada KronikYang Menjalani Hemodialisis
Kualitas Hidup Pasein Gagal Ginjal Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Kronik di RSUD Sukoharjo. (Skripsi). Gamping Sleman Yogakarta.
Surakarta. Universitas Pakpour, A. H., Saffari, M., Yekaninejad,
Muhammadiyah. M. S., Panahi, D., Harrison, A. P., &
Farida, A. (2010). Pengalaman pasien Molsted, S. (2010). Health-Related
hemodialisis terhadap kualitas hidup Quality of Life in a Sample of Iranian
dalam konteks asuhan keperawatan di Patients on Hemodialysis. Iranian
rsup fatmawati jakarta. Journal of Kidney Diseases, 4(1), 50–
Hagita, D., Bayhakki, & Woferst, R. (2015). 58.
Studi Fenomenologi Kualitas Hidup Poorgholami, F., Jahromi, M. K., Kalani, N.,
Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang & Parniyan, R. (2016). The Influence
Menjalani Hemodialisis Di RSUD of Educational Interventions based on
Arifin Achmad Pekanbaru. Jom, 2(2), the Continuous Care Model on the
1032–1040. Quality of Life of Hemodialysis
Hidayati, W., & Wahyuni, K. (2012). Patients. Biosciences Biotechnology
Pengalaman Self-Care Berdasarkan Research Asia, 13(1), 441–448.
Teori Orem Pada Pasien Penyakit Rendy, M. C., & Th, M. (2012). Asuhan
Ginjal Kronik yang Menjalani Keperawatan Medikal Bedah Penyakit
Hemodialisis. Jurnal Nursing Studies, Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
1(1), 224-251 Rinatul, H. (2015). Hubungan Status
Hodson, R. (2010). Dignity At Work. USA: Diabetes Melitus Dengan Ketahanan
Cambridge University Press. Hidup Pasien Gagal Ginjal Yang
Juwita, L., & Kartika, I. R. (2019). Menjalani Hemodialisa Di RSUP DR.
Pengalaman Menjalani Hemodialisa M. Djamil. (Skripsi). Padang.
Pada Paien Gagal Ginjal Kronis. Jurnal Universitas Andalas.
Endurance, 4(1), 97-106 Riskesdas. (2013). Riset Keperawatan
Mailani, F. (2015). Kualitas Hidup Pasien Dasar. Jakarta.
Penyakit Ginjal Kronik Yang Rustandi, H., Tranado, H., & Pransasti, T.
Menjalani Hemodialisis: Systematic (2018). Faktor-Faktor Yang
Review. Ners Jurnal Keperawatan, Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien
11(1), 1–8. Chronic Kidney Disease (Ckd) Yang
Mailani, F., & Andriani, R. F. (2017). Menjalani Hemodialisa Di Ruang
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Hemodialisa, 1(2), 32–46.
Kepatuhan Diet Pada Pasien Gagal Son, Y., J., Choi, K., Y., Park, Y., R., Bae,
Ginjal Kronik Yang Menjalani J., L. (2009). Depression, Symptoms
Hemodialisis. Jurnal Endurance 2, and the Quality of Life in Patients on
2(October), 416–423. Hemodialysis for End Stage Renal
Oxtavia, V., Jumaini, & Lestari, W. (2013). Disease. American Journal
Hubungan Citra Tubuh dengan Kualitas Nephrology, 29, 36-42.
Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Sukriswati, I. (2016). Hubungan Dukungan
yang Menjalani Hemodialisis, 1(2007), Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien
1–10. Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani
Pakpahan, S. R & Sudyasih, T. (2016). Hemodialisa Di RSUD Moewardi
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Surakarta. (Skripsi). Surakarta.
Universitas Muhammadiyah.
Sunaryo. (2013). Psikologi untuk
Keperawatan-Ed. 2. Jakarta:EGC.
Widyantara, I. (2016). Analisis Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Gagal Ginjal Konik Pada
Pasien Hemodialisis Di RSUD
Tugurejo Semarang. (Skripsi).
Semarang. Fakultas Kedokteran,
Universitas Muhammadiyah.
Wijaya, P. (2013). Keperawatan Medikal
Bedah (Keperawatan Dewasa).
Yogyakarta: Nuha Medika.

Das könnte Ihnen auch gefallen