Sie sind auf Seite 1von 13

HUBUNGAN JENIS KELAMIN, GOSOK GIGI MALAM SEBELUM

TIDUR DENGAN KEJADIAN KARIES DI MI AL - MUTMAINNAH

CORRELATION BETWEEN SEX, TOOTH BRUSHING AT NIGHT


AND DENTAL CARIES AMONG STUDENTS
IN MI AL - MUTMAINNAH

Faihatul Mukhbitin
Departemen Administrasi Dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Jl. Dr. Ir. H. Soekarno, Mulyorejo, Kota Surabaya, Jawa Timur
faihatul.mukhbitin-2015@fkm.unair.ac.id

Abstract
Dental caries is a decay that occurs in teeth caused by germs and bacteria. It caused by bad
oral hygiene, poor tooth brushing techniques, improper use of toothpaste, and deficient habit of
brushing teeth. Caries can be experienced by children as well as adults but more often experienced by
children, especially when children are at school age (6-12 years). Children at school age have
deciduous teeth which begin erupted one by one. It is then followed by the permanent teeth that begin
to grow. The newly grown teeth are immature so susceptible to damage when it only grows once in a
lifetime. Therefore, those teeth need to be cared for in order to avoid caries.
This study aims to determine the relationship between sex, the habit of tooth brushing at the
night before sleeping with the incidence of caries in the 3rd grade students of MI. Al-Mutmainnah
located in Kelurahan Kedung Cowek, Bulak District, Surabaya. This research was a quantitative
research using cross sectional approach. The sample size in this study was about to 28 students, it
was calculated using Slovin method. Data collection in this research uses primary and secondary
data. Independent variables in this study consisted of sex and the habit of tooth brushing at the night
before sleeping, while the dependent variable in this research is dental caries incidence. The data
obtained in this study were analyzed using Chi-square analysis with the aim to know whether there is
relationship between variables. It is found that there is a relationship between sex, the habit of
brushing your teeth before bedtime with the incidence of caries, this is proved by the value of ρ =
0.019 and 0.003.

Key Word: Sex, The habit of tooth brushing at night, Caries

Abstrak
Karies gigi merupakan kebusukan yang terjadi pada gigi yang disebabkan oleh kuman dan
bakteri. Penyebabnya adalah: kurang menjaga kebersihan mulut dan gigi, cara menggosok gigi dan
penggunaan pasta gigi yang belum tepat, serta waktu menggosok gigi yang tidak tepat. Karies dapat
dialami oleh anak ataupun orang dewasa tapi lebih sering dialami oleh anak, terutama saat anak
berada di usia sekolah (6-12 tahun), karena pada usia tersebut gigi susu mulai tanggal dan gigi
permanen pertama mulai tumbuh, sehingga dalam mulut terdapat gigi campuran. Gigi yang baru
tumbuh tersebut belum matang sehingga rentan terhadap kerusakan padahal hanya tumbuh sekali
seumur hidup, sehingga perlu perhatian dan perawatan khusus untuk mencegah karies.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin, kebiasaan gosok
gigi malam sebelum tidur dengan kejadian karies pada anak kelas 3 MI. Al-Mutmainnah yang terletak
di Kelurahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Besar sampel dalam penelitian ini
berjumlah 28 murid, sampel tersebut dihitung dengan menggunakan metode Slovin. Pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Variabel bebas dalam penelitian ini
terdiri dari jenis kelamin dan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam, sedangkan variabel
terikat dalam penelitian ini adalah kejadian karies gigi. Data yang didapatkan dalam penelitian ini
dianalisis menggunakan analisis Chi-square dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
antar variabel. Dalam penelitian didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara jenis kelamin,
kebiasaan gosok gigi sebelum tidur malam dengan kejadian karies, hal ini di buktikan dengan nilai ρ
0,019 dan 0,003.

Kata kunci: Jenis Kelamin, Gosok Gigi Sebelum Tidur Dan Karies

PENDAHULUAN parit yang kecil dan daerah celah gigi yang


Gigi dan mulut merupakan salah satu sulit dicapai oleh sikat gigi karena daerah
organ vital bagi manusia. Kesehatan gigi dan tersebut merupakan bagian gigi yang sulit
mulut dapat memengaruhi kesehatan organ dibersihkan.
tubuh lainnya. Permasalahan yang terjadi Karies terjadi karena beberapa hal, yaitu
adalah masyarakat banyak mengabaikan kurang menjaga kebersihan mulut dan gigi,
kesehatan gigi dan mulut. Dikutip dari cara menggosok gigi dan penggunaan pasta
Kemenkes tahun 2012, gigi dan mulut gigi yang belum tepat serta kebiasaan waktu
merupakan pintu gerbang atau akses utama menggosok gigi yang belum sesuai dengan
masuknya kuman dan bakteri kedalam tubuh. yang disarankan (Tjahyadi dan Andini, 2011).
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat Sehingga untuk mencegah karies, kebersihan
disimpulkan bahwa masalah pada gigi dan gigi dan mulut perlu diperhatikan. Karies juga
mulut akan berpengaruh terhadap kesehatan membawa dampak buruk dan dapat
tubuh secara umum. mempengaruhi kualitas hidup bagi anak.
Masalah kesehatan gigi dan mulut dapat Menurut Zetu (2013), karies akan
terjadi pada orang dewasa maupun anak. Akan menimbulkan rasa nyeri dan
tetapi, anak lebih rentan terkena masalah ketidaknyamanan. Hal ini akan mengganggu
tersebut terutama Sekolah Dasar (SD). aktivitas anak di sekolah. Anak mengalami
Kesehatan gigi dipengaruhi oleh kondisi penurunan kemampuan mereka untuk belajar.
kebersihan gigi dan mulut. Dewi tahun 2011 Anak yang mengalami nyeri gigi tidak akan
menyatakan bahwa kebersihan gigi dan mulut mengerjakan tugas dan menjawab pertanyaan
adalah suatu keadaan gigi geligi yang berada sebaik anak yang tidak diganggu oleh nyeri
di rongga mulut dalam keadaan yang bersih, gigi (Sheiham, 2005). Beberapa dampak
bebas dari plak dan kotoran lain yang berada tersebut, secara langsung dan tidak langsung
di atas permukaan gigi seperti debris, karang akan mempengaruhi kualitas pembelajaran
gigi dan sisa makanan serta tidak tercium bau ketika di kelas.
busuk dalam mulut. Dampak lain yang muncul karena karies
Tjahyadi dan Andini pada tahun 2011 adalah anak dapat mengalami infeksi akut
menjelaskan bahwa kebersihan dan kesehatan ataupun kronis, bahkan dapat menimbulkan
gigi dan mulut dipengaruhi oleh perilaku kecacatan. Karies juga akan berpengaruh
perawatan gigi dan mulut. Jika perilaku terhadap kualitas tidur anak dan pola makan
perawatan gigi anak buruk, maka akan anak karena rasa nyeri yang dirasakan.
menyebabkan anak sering mengalami masalah Kondisi ini akan mempengaruhi nutrisi,
gigi. Masalah gigi tersebut seperti karies, pertumbuhan dan pertambahan berat badan
maloklusi dan periodontal. Dari ketiga jenis anak. Zetu tahun 2013 menambahkan bahwa
masalah gigi tersebut, karies merupakan karies juga merupakan salah satu penyakit
masalah gigi yang paling sering dialami oleh yang membutuhkan biaya pengobatan tinggi,
anak Sekolah Dasar. karena memiliki risiko tinggi untuk dirawat di
Karies menurut Sumawinata (2009) Puskesmas atau Rumah Sakit. Oleh karena itu,
dalam bukunya menjelaskan bahwa karies gigi perlu adanya perhatian khusus terhadap
dalam bahasa Latin berarti kebusukan yang kesehatan gigi dan mulut.
disebabkan oleh kuman Streptococcus yang Pada tahun 2010, Survei Departemen
mengikis daerah email gigi. Saat daerah email Kesehatan Republik Indonesia (SDKI)
gigi sudah berlubang, bakteri mulut terutama menunjukkan bahwa prevalensi penduduk
lactobakterius dan yang lain akan menerobos Indonesia yang menderita karies gigi sebesar
kebagian dentil dibawahnya dengan mudah 80%–90%, diantaranya adalah golongan anak.
dan menyebabkan kehancuran gigi yang lebih Selain itu, data Hasil Riset Kesehatan Dasar
lanjut. Bagian gigi yang mudah mengalami (Riskesdas) tahun 2013 juga menunjukkan
karies adalah mahkota geraham pada parit- bahwa terjadi peningkatan prevalensi karies
gigi di Indonesia. Pada tahun 2007 penderita tersebut terjadi pergantian gigi. Gigi susu
karies gigi aktif sebesar 43,4%. Kemudian, mulai tanggal satu persatu dan gigi permanen
pada tahun 2013 meningkat menjadi 53,2%. pertama mulai tumbuh (usia 6-8 tahun).
Berdasar dua data tersebut, dapat disimpulkan Dengan adanya variasi gigi susu dan gigi
bahwa dalam kurun waktu 6 tahun telah terjadi permanen di dalam mulut di saat yang
peningkan prevalensi karies gigi sebesar 9,8%. bersamaan, menunjukkan bahwa anak berada
Hal ini sesuai dengan prevalensi karies gigi. pada masa gigi campuran. Gigi permanen
Penderita yang memiliki riwayat terkena yang baru tumbuh tersebut belum matang
karies pada gigi juga mengalami peningkatan. sehingga rentan terhadap kerusakan (Darwita
Meningkat sejumlah 5,1% dari 67,2% pada dkk, 2011). Gigi permanen tumbuh hanya satu
tahun 2007 naik menjadi 72,3% pada tahun kali dalam seumur hidup, sehingga harus
2013. dijaga, dirawat dan dipelihara dengan baik
Penderita karies gigi aktif adalah setiap hari agar terhindar dari masalah gigi.
penderita karies yang belum ditangani atau Di usia 6-12 tahun anak memasuki usia
belum dilakukan penambalan. Sedangkan, sekolah sehingga risiko mengalami karies juga
penderita pengalaman karies adalah orang makin tinggi karena banyak jajanan di sekolah
yang memiliki riwayat/pengalaman yang bersifat kariogenik, yakni manis dan
mengalami karies dimana Decay, Missing, lengket yang dapat menyebabkan karies gigi.
Filling-Teeth>0 (Decay merupakan Jumlah Hasil penelitian Khotimah, dkk pada tahun
gigi karies yang tidak ditambal/yang masih 2013 menunjukkan bahwa ada hubungan
dapat ditambal, Missing merupakan Jumlah antara mengkonsumsi jajanan kariogenik
gigi yang indikasi untuk dicabut/gigi yang dengan kejadian karies. Hal ini terjadi karena
telah hilang karena karies, Filling merupakan umumnya anak sering mengkonsumsinya
Jumlah gigi yang telah ditambal dan masih dalam jumlah yang banyak dan sering tetapi
baik). jarang menggosok gigi setelah mengkonsumsi
Terkait aktifitas gosok gigi, Survei Riset makanan tersebut. Kondisi ini juga
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyebabkan mulut anak mejadi kotor. Jika
mengungkapkan bahwa pravalensi penduduk makanan kariogenik dikonsumsi dengan
Indonesia yang memiliki kebiasaan benar frekuensi yang lebih sering maka
dalam menggosok gigi hanya 2,3% dan kemungkinan anak lebih berpotensi
kebiasaan benar menyikat gigi pada anak usia mengalami karies gigi dibandingkan dengan
sekolah sebesar 1,7%. Sebagian besar mengkonsumsi dalam jumlah banyak tetapi
penduduk menyikat gigi setiap hari saat mandi dengan frekuensi yang tidak sering. Pada
pagi atau mandi sore. Penduduk yang kasus anak yang frekuensi mengkonsumsi
menyikat gigi pada saat mandi sore, yaitu jajanan kariogenik lebih jarang tetapi tetap
sebesar 79,7%. Kondisi ini tidak sejalan mengalami karies gigi, kondisi ini
dengan pendapat Sondang (2008), dalam kemungkinan disebabkan karena cara
bukunya menyatakan bahwa dalam sehari menggosok gigi yang salah ataupun waktu
frekuensi minimal menggosok gigi adalah dua menggosok gigi yang tidak tepat. Dari paparan
kali yaitu di pagi hari setelah sarapan dan di di atas, menunjukkan bahwa karies
malam hari sebelum tidur. Sondang juga mengancam kesehatan gigi anak, sehingga
menjelaskan lama waktu untuk menyikat gigi orang tua terutama Ibu perlu mengawasi pola
secara benar sebaiknya lebih dari dua menit. jajan anak terutama ketika di sekolah. Apabila
Selain frekuensi dan waktu gosok yang tepat, memungkinkan, anak tidak dibiasakan untuk
Ilyas dkk tahun 2012 juga menjelaskan bahwa jajan di sekolah dan dibekalali makanan dari
keberhasilan pemeliharaan kesehatan gigi dan rumah (Worotitjan, 2013).
mulut juga dipengaruhi oleh faktor pengunaan Dari penjelasan di atas dapat
alat serta metode penyikatan gigi. disimpulkan bahwa di usia 6-12 tahun, anak
Kelompok anak usia sekolah dasar (usia sedang menjalani proses tumbuh kembang,
6-12 tahun) ini termasuk kelompok rentan ditambah lagi anak diusia tersebut mulai
mengalami kasus kesehatan gigi dan mulut, banyak mengkonsumsi makanan yang bersifat
sehingga perlu kewaspadaan dan perawatan kariogenik yang memicu timbulnya karies. Hal
gigi yang baik dan benar. Pada usia 6-12 tahun ini penting untuk mendisiplinkan anak dalam
gigi anak memerlukan perawatan yang lebih menjaga kebersihan gigi dan mulut karena
intensif. Hal ini dikarenakan pada usia keadaan gigi saat ini mempengaruhi
perkembangan kesehatan gigi pada usia Kedung Cowek Kecamatan Bulak Surabaya.
dewasa nanti. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
Menurut Rogers (1974) dalam kelas 3 Mi Al-Mutmainnah yang berjumlah 30
penelitiannya menjelaskan bahwa sebelum anak. Alasan penentuan populasi ini adalah
orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku karena usia siswa kelas 3 rata-rata telah
baru) di dalam diri orang tersebut terjadi mencapai 9 tahun. Usia juga ini berada pada
proses yang berurutan. Proses tersebut range usia 6-12 tahun. Di usia ini mereka juga
meliputi awareness, interest, evaluation, trial masih mengalami proses pergantian gigi dan
dan adoption. Sebelum seseorang mengadopsi riskan mengalami karies gigi. Selain itu, siswa
perilaku yang baru, terjadi suatu proses yaitu kelas 3 juga sudah bisa membaca dengan
1) awareness atau kesadaran adalah seseorang lancar sehingga mampu mengisi instrumen
menyadari terhadap stimulus objek, 2) interest yang telah disediakan. Adapun sampel dalam
merupakan seseorang mulai tertarik kepada penelitian ini di hitung dengan menggunakan
objek atau stimulus, 3) evaluation yakni sikap metode Slovin sehingga didapatkan besar
responden sudah lebih baik dari sebelumnya. jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
Responden mulai menimbang antara baik atau sebesar 28 anak. Variabel bebas dalam
tidaknya stimulus itu bagi dirinya. 4) Trial penelitian ini adalah jenis kelamin dan
ialah seseorang mulai mencoba perilaku baru kebiasaan gosok gigi sebelum tidur malam,
tersebut dan 5) adoption, seseorang telah sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini
memiliki perilaku baru sesuai dengan adalah kejadian karies.
pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap Sumber data yang digunakan dalam
objek (stimulus). Sehingga pembelajaran penelitian ini ialah data primer dan data
mengenai kebersihan dan kesehatan gigi sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan
sangat tepat diajarkan sedini mungkin dengan pengisian instrumen berupa checklist
terutama di usia sekolah (Syarifudin dan yang langsung di isi oleh responden, selain itu
Yudhia F., 2009) pada penelitian ini peneliti juga menggunakan
Dari paparan di atas dapat disimpulkan instrumen berupa lembar observasi yang di
bahwa karies gigi merupakan masalah gunakan untuk melihat kondisi karies pada
kesehatan masyarakat yang serius. Sering gigi pasien. Adapun pengumpulan data
terjadi pada anak sekolah dasar sehingga sekunder didapatkan dari jurnal ilmiah, buku,
penulis terarik untuk meneliti lebih lanjut artikel pada skripsi, badan pemerintah terkait
Tentang Hubungan Jenis Kelamin dan kesehatan, dan sebagainya.
Perilaku Gosok Gigi Malam Hari Dengan Data yang telah didapatkan oleh
Kejadian Karies Pada Anak Sekolah Dasar Di peneliti, dikumpulkan dan dijadikan satu.
MI Al Mutmainah Kota Surabaya. Data tersebut kemudian diolah mulai dari
Adapun tujuan umum dari penelitian ini proses editing, memberikan coding pada
adalah mengidentifikasi gambaran perilaku setiap lembar jawaban responden, lalu
Anak Sekolah Dasar di MI Al Mutmainah memasukkan data dalam tabulating,
Kota Surabaya perilaku gosok gigi. Sedangkan selanjutnya dilakukan analisis menggunakan
tujuan khusus dari penelitian ini ialah untuk SPSS, menggunakan analisis deskriptif
mengetahui hubungan jenis kelamin dan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran
kebiasaan gosok gigi malam hari dengan dan distribusi frekuensi karakteristik tiap
kejadian keries. variebel yang diteliti.
Analisis berikutnya menggunakan
METODE analisis chi square untuk mengetahui ada
Penelitian ini bersifat kuantitatif, tidaknya hubungan antar variabel. Nilai uji
untuk menganalisis hubungan antara jenis signifikasi pada penelitian dengan α sebesar
kelamin dan kejadian karies dan kebiasaan 5%. Hipotesis diterima jika α ≤ 5%,
gosok gigi sebelum tidur malam dengan sebaliknya hipotesis ditolak jika α ≥ 5%.
kejadian karies. Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah cross sectional, HASIL dan PEMBAHASAN
karena peneliti melakukan pengamatan
pengukuran variabel pada satu waktu tertentu. Gambaran Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan di Mi Al- Pada penelitian yang telah dilakukan,
Mutmainnah yang terletak di Kelurahan diambil hasil karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin, karakteristik yang baik. Apabila perilaku menggosok gigi
responden dapat dilihat pada tabel berikut ini: dilakukan dengan terarah dan teratur, maka
Tabel 1. Karakteristik subyek penelitian kejadian karies gigi akan mengalami
berdasarkan jenis kelamin di MI penurunan. Namun sebaliknya. Apabila anak
Al-Mutmainnah tidak mendapatkan pengajaran dan panutan
Jenis Kelamin Frekuensi (%) yang benar dari orang tua mengenai gosok
Laki-laki 15 53,5 gigi, maka perilaku tersebut akan dapat
Perempuan 13 46,4 meningkatkan kejadian karies gigi pada anak.
Seperti yang telah diketahui, permasalahan
Total 28 100 gigi dan mulut yang menyerang anak usia
Sumber: data primer 2017 dasar akan dapat menimbulkan
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa ketidaknyaman. Hal ini secara tidak langsung
dari 28 murid yang menjadi subyek penelitian, juga akan berpengaruh terhadap prestasi
jumlah murid laki-laki adalah sebanyak 15 belajar, baik akademik maupun non akademik
anak dan jumlah murid perempuan adalah anak ketika di sekolah. Suherman tahun 2000
sebanyak 13 anak. memaparkan bahwa hal yang tak kalah
penting adalah mengingatkan anak saat tiba
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Gambaran waktu menggosok gigi, dan menyediakan
Perilaku gosok gigi muris kelas 3 MI fasilitas untuk gosok gigi bagi anak termasuk
Al- Mutmainnah sikat gigi dan pasta gigi yang sesuai untuk
anak. Dengan mengajari, memberi contoh dan
Distribusi frekuensi gambaran prilaku mengingatkan gosok gigi pada anak maka
menggosok gigi diharapkan perilaku tersebut akan menjadi
1. Menggosok gigi setiap hari sebuah kebiasaan baik sehingga permasalahan
Ya 28 (100%) gigi dan mulut terutama pada anak mengalami
Tidak 0 (0%) penurunan pada setiap tahun.
2. Menggunakan sikat gigi milik sendiri Wong, dkk tahun 2008 menjelaskan
Ya 28 (100%) bahwa pada usia 6-12 tahun anak telah
Tidak 0 (0%) memperoleh berbagai pembelajaran yang
3. Menggunakan pasta gigi mudah diterima dan akan menjadi pengalaman
Ya 28 (100%) yang tak terlupakan karena motorik halus dan
Tidak 0 (0%) kasar anak pada usia tersebut berkembang
4. Jenis sikat gigi yang digunakan pesat. Selain itu, di usia tersebut rasa tanggung
Benar 10 (36%) jawab terhadap kebersihan diri sendiri juga
Salah 18 (64%) mulai tumbuh. Sehingga orang tua dapat
Sumber: data primer 2017 mengajarkan cara pemeliharaan gigi secara
lebih rinci dari sebelumnya. Pemeliharaan
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa kesehatan gigi pada anak sangat bergantung
semua (100%) murid kelas 3 MI Al kepada orang tua khususnya ibu sebagai orang
Mutmainah sudah menerapkan perilaku gosok terdekat anak, sehingga ibu harus mengetahui
gigi setiap hari. Hal ini tentu dipengaruhi oleh cara merawat gigi (Suciari, 2015). Penjelasan
peran aktif orang tua. Peran aktif orang tua lebih lanjut dalam buku Panduan Pelatihan
terutama Ibu terkait perilaku gosok gigi anak Kader Kesehatan Gigi Dan Mulut Di
dimulai dari membimbing anak untuk Masyarakat dijelaskan bahwa anak dapat
menggosok gigi dengan benar dan menggosok gigi tanpa pengawasan orang tua
memberikan pengertian tentang pentingnya mulai umur 9 tahun, tetapi orang tua tetap
menggosok gigi serta pemberian pemahaman harus memastikan bahwa kegiatan anak terkait
yang juga disesuaikan dengan tingkat berpikir gosok gigi sudah benar dan orang tua juga
mereka. Selain itu, peran orang tua diharapkan harus mengetahui perkembangan cara gosok
mampu menjadi role model bagi anak. Orang gigi anak paling tidak sampai usia 14 tahun.
tua dapat memberikan contoh menggosok gigi (Kemenkes, 2012).
dengan tepat. Orang tua juga perlu mengajak Dari uraian di atas dapat disimpulkan
anak untuk menggosok gigi bersama. Hal ini bahwa peran aktif orang tua, terutama ibu
akan menjadikan kebiasaan menggisok gigi dalam membiasakan anak untuk menggosok
gigi sedini mungkin tidak dapat diacuhkan.
Kebiasaan gosok gigi dapat dimulai saat gigi manfaat untuk kebersihan gigi serta mulut.
anak mulai tumbuh. Proses pengajaran, baik Sukanto tahun 2012 menjelaskan bahwa pasta
teknik gosok gigi ataupun pemberian edukasi gigi merupakan produk oral yang digunakan
tentang segala hal terkait kesehatan gigi dan untuk membersihkan gigi dari sisa makanan,
mulut disesuaikan dengan usia dan membantu menghilangkan plak,
kemampuan anak. semakin bertambah usia menghilangkan atau mengurangi bau mulut,
maka pemberian edukasi perlu ditingkatkan memberikann rasa segar pada mulut, memoles
dan diberikan dengan rinci. Hal ini bertujuan permukaan gigi, memperkuat gigi serta
agar anak sangat faham cara menjaga memperindah penampilan estetik gigi,
kesehatan gigi. Selain itu, untuk meningkatkan mencegah karies gigi dan memelihara
kesadaran dan tanggung jawab dalam menjaga kesehatan gusi.
kesehatan gigi. Saat anak sudah mandiri dalam Menurut penelitian yang dilakukan oleh
menggosok gigi, orang tua dianjurkan untuk Tinanoff (2012), penggunaan pasta gigi dapat
tetap memantau perkembangan cara gosok menurunkan kejadian karies pada anak yang
gigi anak setidaknya hingga anak berumur 14 berumur 6-10 tahun. Pasta gigi yang
tahun. digunakan sebaiknya yang mengandung flour.
Berdasarkan data dari tabel 2 dapat Flour berguna untuk menambah kekuatan
diketahui bahwa semua (100%) murid kelas 3 dentin dan email yang merupakan lapisan
MI Al-Mutmainah menggosok gigi dengan pelindung gigi sehingga menambah daya
sikat gigi milik sendiri. Kondisi ini tentu tahan terhadap serangan asam yang dapat
dipengaruhi kebiasaan atau budaya yang menyebabkan terjadinya karies. Flour juga
diterapkan di rumah. Data tersebut secara dapat menghambat pembentukan plak dan
tidak langsung menjelaskan bahwa orang tua pertumbuhan bakteri yang ada dimulut.
telah menyediakan sikat gigi sesuai dengan Penggunaan pasta gigi pada anak adalah
jumlah anggota keluarga yang ada di rumah, sebesar kacang polong.
sehingga tidak ada budaya bergantian Berdasarkan penjelasan di atas, dapat
menggunakan sikat gigi. Orang tua yang disimpulkan bahwa menggunakan pasta gigi
peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut saat menggosok gigi jauh lebih efektif. Hal ini
keluarga terutama anak, memiliki pengetahuan dikarenakan pasta gigi membantu
yang baik mengenai kebersihan gigi. Dengan membersihkan sisa makan yang menempel
adanya kebiasaan seperti ini, maka dapat pada gigi. Pasta gigi juga dapat membantu
menurunkan penularan penyakit pada gigi dan menghilangkan plak yang merupakan faktor
mulut. resiko penyebab terjadinya karies gigi pada
Penggunaan sikat gigi bersama dapat anak. Sehingga kebiasaan gosok gigi
membahayakan kesehatan karena saat sikat menggunakan pasta gigi sejak kecil akan
gigi digunakan untuk menggosok gigi. Sikat berpengaruh pada kondisi gigi saat dewasa.
gigi berpotensi menjadi tempat menempelnya Dalam hal ini pemilihan pasta gigi juga harus
mikroorganisme atau kuman yang berbahaya diperhatikan. Pemilihan pasta gigi yang tepat
dari sisi kesehatan. Jika sikat gigi ini juga berpengaruh pada kesehatan gigi. Pasta
digunakan orang lain, maka kemungkinan gigi yang mengandung flour lebih dianjurkan
akan terjadi perpindahan mikroorganisme atau karena dapat memberikan perlindungan pada
kuman ke orang lain yang akan menggunakan gigi sehingga gigi lebih kuat.
sikat gigi tersebut. Apabila kuman atau Terkait jenis sikat gigi yang
mikroorganisme ini berbahaya bagi maka digunakan oleh murid kelas 3 MI Al
akan menjadi sarana penularan penyakit. Mutmainah, data tabel 2 diketahui bahwa
Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa sebanyak 68% murid masih menggunakan
seluruh (100%) murid kelas 3 MI Al sikat gigi yang salah. Mereka tidak
Mutmainah juga selalu menggunakan pasta menggunakan sikat gigi dengan ujung sikat
gigi saat menggosok gigi. Perilaku ini tentu kecil. Menurut Wong dkk (2008), bentuk
diajarkan dan diterapkan oleh orang tua sejak sikat gigi yang benar adalah yang bulu
dini sehingga mereka terbiasa menggunakan sikatnya terbuat dari nilon yang lembut dan
pasta gigi tiap gosok gigi. memiliki ujung sikat yang kecil.
Pada waktu menggosok gigi, Sikat gigi dengan bulu kasar dan
penggunaan pasta gigi merupakan penunjang kepala besar tidak dapat menjangkau gigi
yang penting. Pasta gigi memilki banyak bagian dalam sehingga mempengaruhi
kebersihan gigi dan mulut. Selain itu, dapat bahwa anak yang menyikat gigi dengan
dapat menyebabkan gigi dan gusi terluka. frekuensi 4 kali, tingkat kebersihan gigi dan
Sikat gigi juga harus diganti tiap 3 bulan mulutnya berbeda dengan anak yang hanya
sekali atau jika bagian bulu sikat telah rusak menyikat gigi 1 kali, 2 kali atau 3 kali.
(melengkung) karena kondisi sikat seperti ini Semakin tinggi frekuensi gosok gigi anak
juga dapat menimbulkan luka. Pendapat lain maka kebersihan gigi anak akan jauh lebih
terkait penggunaan sikat gigi yang dijelaskan baik.
oleh Ambarwati, dkk tahun 2017 yang Dari penjelasan di atas dapat
menyarankan untuk menggunakan sikat gigi disimpulkan bahwa gosok gigi dengan
yang berbulu sikat medium karena lebih frekuensi yang tidak optimal dapat disebabkan
efektif dalam menjaga kebersihan gigi dan karena anak tidak dibiasakan dan tidak tahu
mulut karena tidak terlalu lembek dan keras. manfaat gosok gigi. Sehingga anak tidak
Menurut Prasada tahun 2014, dalam mempunyai kesadaran dan motivasi untuk
penelitiannya menjelaskan bahwa memelihara kesehatan gigi dan mulut.
penggunaan sikat gigi yang salah pada anak Keadaan tersebut memudahkan gigi anak
terjadi karena ketidaktahuan anak. Pada masa terkena resiko penyakit gigi dan mulut. Dalam
anak-anak semua barang kebutuhan anak sehari minimal gosok gigi dilakukan 2 kali
selalu disediakan oleh orang tua. Anak tinggal yakni setelah makan pagi dan sebelum tidur
menggunakannya saja. malam tetapi jika dilakukan lebih dari 2 kali
Dari penjelasan tersebut dapat maka lebih baik.
disimpulkan bahwa pengetahuan orang tua
berpengaruh terhadap penyediaan sikat gigi Tabel 4. Distribusi frekuensi kejadian karies
yang tepat. Hal ini juga mempengaruhi gigi berdasarkan jenis kelamin pada
kondisi kebersihan gigi anak. Dari uraian di murid kelas 3 MIAl-Mutmainnah
atas dapat disimpulkan bahwa orang tua Kejadian karies
Jenis
berperan penting dapat menyediakan sikat gigi Kela- Karies
Karies
Total Ρ
yang tepat bagi anak agar kebersihan gigi Tidak
min
anak tetap terjaga dan kegiatan gosok gigi F % F % F %
berlangsung aman tanpa menimbulkan luka di Laki-
10 36 5 18 15 54
area mulut anak. laki
,01
Pe- 9
Tabel 3. Distribusi frekuensi menggosok gigi rem -
murid kelas 3 MI Al-Mutmainnah 2 7 11 39 13 46
puan
Frekuensi Total 12 43 16 57 28 100
Jumlah
menggosok (%)
siswa Sumber: Data primer 2017
gigi
< 2x sehari 11 39
≥2x sehari 17 61 Berdasarkan hasil uji chi Square,
diketahui bahwa responden yang berjenis
Total 28 100
kelamin laki-laki lebih banyak mengalami
Sumber: Data primer 2017 karies gigi dibandingkan dengan responden
yang berjenis kelamin perempuan yaitu
Berdasarkan tabel 3 dapat disimpulkan sebesar 35,7% berbanding 7,1%. Hasil uji
bahwa 61% murid kelas 3 MI Al-Mutmainnah statistik dengan menggunakan chi-square
sudah melakukan gosok gigi ≥ 2 kali sehari. didapatkan nilai ρ = 0,019 (ρ < 0,05), sehingga
Berdasarkan hasil penelitian Setyadi (2010) disimpulkan bahwa ada hubungan antara jenis
menjelaskan bahwa baik atau buruknya kelamin dengan kejadian karies gigi di Mi Al-
kondisi kebersihan gigi dan mulut dipengaruhi Mutmainnah. Hasil penelitian ini sejalan
oleh frekuensi membersihkan gigi dan mulut. dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosidi
Tentunya hal ini juga akan mempengaruhi dkk (2013) yang menyatakan bahwa anak laki-
kejadian karies. Menurut penelitian yang laki lebih banyak mengalami karies
dilakukan Anitasari dan Rahayu (2005), dibandingkan anak perempuan. Hal ini
menjelaskan bahwa frekuensi menyikat gigi disebabkan kerena anak laki-laki cenderung
berpengaruh terhadap tingkat kebersihan gigi memiliki aktivitas yang lebih tinggi, yang
dan mulut. Dalam penelitiannya didapatkan memicu timbulnya rasa lapar dan peningkatan
nafsu makan, tetapi mereka tidak selektif menjaga kesehatan gigi dan mulut dibanding
dalam memilih makanan (Ratnaningsih, 2016). anak laki-laki. Kondisi tersebut disebabkan
Penelitian lain yang dilakukan oleh Indah karena anak perempuan memiliki kemampuan
(2013), menjelaskan bahwa anak laki-laki motorik halus dan ketangkasan manual yang
lebih suka mengkonsumsi makanan lebih baik dibanding anak laki-laki (Olivia,
kariogenik, yang memicu timbulnya karies 2009). Dari penjelasan di atas dapat
gigi. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan disimpulkan bahwa orang tua membutuhkan
bahwa sejak kecil anak perlu diberitahu usaha yang berbeda dalam mengajarkan dan
tentang bagaimana memilih makanan yang membiasakan anak laki-laki dan perempuan
sehat dan tidak mengganggu kesehatan gigi. untuk menggosok gigi. Orang tua harus
Orang tua harus membiasakan anak untuk mengetahui bahwa kemampuan motorik halus
lebih sering mengkonsumsi makanan yang dan ketangkasan yang dimiliki anak laki-laki
berserat seperti buah dan sayur, serta dan perempuan memang berbeda. Orang tua
mengurangi konsumsi minuman yang manis. perlu belajar dengan mencari informasi terkait
Orang tua terutama Ibu memiliki andil cukup sikap dan perilaku yang dimiliki oleh anak.
besar dalam pemilihan makanan yang sesuai Apabila orang tua memiliki kemampuan baik
dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. dalam membedakan dalam memberikan
Dalam hal ini, makanan yang menunjang contoh dan penjelasan kepada anak laki-laki
pertumbuhan dan kesehatan pada gigi serta atau perempuan, maka hal tersebut akan
mulut. Pemilihan sayur dan buah tepat dapat membantu dalam mengurangi angka kejadian
mengurangi dampak yang akan ditimbulkan penyakit pada gigi. Dalam hal ini adalah
dari kerusakan gigi dan mulut. Selain itu, karies. Akan tetapi sebaliknya. Apabila orang
sebaiknya orang tua juga membatasi frekuensi tua kurang dapat memahami perbedaan sikap
dan jumlah makanan kariogenik bagi anak. maupun perilaku antara anak laki-laki dan
Orang tua juga perlu membiasakan anak perempuan, maka akan dimungkinkan bahwa
segera menggosok gigi setelah mengkonsumsi hal tersebut akan dapat menambah angka
makanan tersebut untuk mencegah timbulnya kesakitan gigi dan mulut pada anak. Oleh
karies. karena itu, dibutuhkan waktu yang cukup
Penelitian lain yang dilakukan oleh untuk orang tua memahami dan mengerti cara
Moallemi (2012) pada anak sekolah di Iran, membedakan dalam pemberian pengetahuan
memaparkan bahwa status kebersihan mulut dan panutan kepada anak yang berbeda jenis
anak laki-laki lebih buruk dari pada anak kelamin.
perempuan. Keadaan ini disebabkan karena Menurut penelitian yang dilakukan di
anak perempuan lebih baik dalam oleh Al-Malik, dkk (2006) ditemukan bahwa
mempraktikan perilaku menjaga kebersihan di Arab Saudi angka kejadian karies pada
mulut dibandingkan dengan laki-laki. Hasil anak perempuan lebih rendah dari pada laki-
penelitian lain yang yang dilakakan oleh Sari laki. Hal disebabkan karena orang tua lebih
dkk (2012) menjelaskan bahwa efektivitas memberikan perhatian besar terhadap
kegiatan menggosok gigi di pengaruhi oleh kebersihan dan estetika anak perempuan
jenis kelamin, hal ini disebabkan karena anak mereka. Budaya lokal ini telah berlangsung
perempuan lebih mudah diarahkan dan lebih lama.Budaya semacam ini sangat merugikan
terampil dalam menyikat gigi, dibandingkan dan dapat menyebabkan kejadian karies pada
dengan anak laki-laki. Berdasarkan kedua anak terus tinggi. Seharusnya orang tua
penelitian tersebut dipaparkan bahwa laki-laki memberikan perhatian yang sama pada
memilki perilaku dalam menjaga kebersihan anaknya, tanpa memandang jenis kelamin. Hal
mulut yang kurang. Hal ini dikarenakan oleh ini dikarenakan karies gigi bisa menimpa siapa
beberapa sebab. Salah satu penyebabnya saja baik anak laki-laki ataupun perempuan.
adalah malas atau tidak ingin menjaga Orang tua yang memilki pandangan seperti
kebersihan mulut dan gigi dengan menggosok diatas, akan mengakibatkan angka kejadian
gigi. karies menjadi semakin meningkat setiap
Penelitian ini sejalan dengan penelitian tahunnya. Perlu adanya pendampingan dari
yang dilakukan oleh Zetu (2013) dan Ogunsile tenaga kesehatan, baik dokter gigi dan perawat
(2010). Dalam hasil penelitian tersebut, untuk dapat meluruskan perspektif yang
keduanya menyatakan bahwa anak perempuan kurang benar di masyarakat.
memiliki perilaku yang lebih baik dalam
Informasi yang diberikan kepada Berdasarkan tabel 5, diketahui bahwa
masyarakat terutama orang tua yang memilki anak yang tidak pernah gosok gigi sebelum
anak usia SD dapat menggunakan poster tidur lebih banyak mengalami karies gigi
maupun leaflet. Poster dapat berisikan ajakan sebesar 43% dibandingkan dengan anak yang
untuk menerapkan pola hidup sehat dengan selalu gosok gigi sebelum tidur sebesar 0%
menggosok gigi setiap hari minimal 2 kali. dan anak yang jarang gosok gigi sebelum tidur
Selain itu, leaflet juga dapat berisi materi mengalami karies gigi sebesar 0%. Hasil uji
mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi statistik dengan menggunakan chi-square
dan mulut pada anak hingga penyakit yang didapatkan nilai ρ = 0.003 (ρ < 0,05), sehingga
muncul apabila kebersihan gigi dan mulut disimpulkan bahwa ada hubungan antara
tidak dipelihara dengan baik. Dengan adanya kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur
informasi tersebut, diharapkan para orang tua dengan kejadian karies gigi pada anak kelas 3
menjadi lebih tahu manfaat menjaga gigi dan Mi Al-Mutmainnah. Hasil penelitian ini sesuai
mulut. dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahim
Informasi tersebut juga perlu diberikan (2015) di Sekolah Dasar Negeri Karang
pada guru ketika di sekolah. Hal ini dilakukan Tengah 07 Kota Tangerang. Dalam hasil
mengingat bahwa lebih dari separuh waktu penelitian mengungkapkan bahwa ada
anak dihabiskan di sekolah. Tenaga kesehatan hubungan antara kebiasaan menggosok gigi
memberikan media berupa poster, buku malam hari dan kejadian karies gigi. Hal ini
maupun leaflet mengenai kesehatan gigi dan menunjukkan bahwa kebiasaan buruk tidak
mulut. Selain itu, guru perlu menghimbau dan menggosok gigi di malam hari dapat
memberikan pengertian kepada anak untuk menyebabkan karies gigi. Namun sebaliknya,
selalu memperhatikan kesehatan gigi dan semakin baik melakukan kebiasaan
mulut terutama dengan menggosok gigi. menggosok gigi malam hari dapat mencegah
Dengan melibatkan tenaga kesehatan, guru dan karies gigi.
orang tua, maka hal ini akan dapat Penelitian lain yang dilakukan oleh
menurunkan kejadian karies gigi pada anak. Warni (2009) pada anak usia sekolah di kelas
Ketika anak mengalami sakit karena V dan VI Kecamatan Delitua Kabupaten Deli
karies, maka orang tua akan disibukkan Serdang juga mengungkapkan bahwa ada
dengan urusan penyembuhan yang tentu akan hubungan yang bermakna antara tindakan
membutuhkan biaya, sehingga orang tua harus menggosok gigi dengan status karies gigi.
memberikan perhatian yang sama terkait Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
kebersihan dan estetika pada semua anak agar kebiasaan menggosok gigi malam hari bisa
kejadian karies pada anak laki-laki ataupun mencegah terjadinya karies gigi karena gigi
perempuan dapat dihindari. menjadi bersih dari sisa-sisa makanan bakteri,
dan plak yang merusak gigi. Gigi sebaiknya
Tabel 5. Distribusi frekuensi kejadian karies disikat setelah makan, dan sebelum tidur.
gigi berdasarkan kebiasaan gosok Adapun alasan ilmiah terkait anjuran
gigi sebelum tidur murid kelas 3 MI membiasakan gosok gigi sebelum tidur,
Al-Mutmainnah Hollins (2008) menjelaskan bahwa selama
tidur produksi air liur menurun. Padahal air
Kebiasaa Kejadian karies liur berfungsi untuk menetralkan kondisi asam
n gosok gigi Total pada mulut sehingga dapat menghambat
P pertumbuhan bakteri perusak gigi. Penurunan
gigi
Value produksi air liur selama tidur mengakibatkan
sebelum Tidak
Karies mulut kering dan proses penetralan plak tidak
tidur karies
malam f % F % f % berlangsung optimal dan dapat menyebabkan
Selalu 0 0 7 25 7 100 karies gigi. Sehinga untuk menetralkan kondisi
Jarang 0 0 2 7 2 100 asam pada mulut perlu menggosok gigi
0,003 sebelum tidur. Selain itu, gosok gigi sebelum
Tidak 1 4 1
7 25 100 tidur dilakukan untuk mencegah agar tidak
Pernah 2 3 9
1 4 1 2 terjadi interaksi antara bakteri dan sisa
Total 57 100 makanan yang berasal dari makan malam.
2 3 6 8
Sumber: Data primer 2017 Menurut Potter dan Perry (2010),
kebiasaan dibedakan menjadi 2, yakni
kebiasaan baik dan kebiasaan buruk. juga harus mengingatkan anak saat tiba waktu
Kebiasaan menggosok gigi yang baik di gosok gigi dan menyediakan peralatan gosok
malam hari adalah setelah makan malam atau gigi yang sesuai untuk anak.
sebelum tidur malam. tetapi lebih efektif jika Guru di sekolah juga harus memberikan
dilakukan sebelum sebelum tidur malam. edukasi tentang pentingnya menjaga
Kebiasaan anak menggosok gigi malam kebersihan gigi dan mulut. Selain itu guru
hari merupakan tingkah laku yang dilakukan sebaiknya juga mengatur regulasi terkait jenis
terus menerus dalam membersihkan gigi makanan yang disediaskan di kantin sekolah.
sebelum tidur malam demgan memperhatikan Ada baiknya pihak sekolah membuat regulasi
pelaksanaan menggosok gigi, penggunaan alat agar kantin menyediakan makanan sehat yang
menggosok gigi, dan cara menggosok gigi. bukan kariogenik. Pihak sekolah juga
Adapun faktor utama yang mempengaruhi diharapkan dapat meningkatkan kerja sama
keberhasilan dalam menerapkan kebiasaan dengan Puskesmas setempat agar program
anak untuk menggosok gigi sebelum tidur UKGS di MI Al-Mutmainnah dapat
dipengaruhi oleh peran orang tua. Semakin terselenggara dengan baik.
baik peran orang tua maka semakin rendah Pihak Puskesmas setempat lebih aktif
kejadian karies karena peran baik orang tua dalam upaya peningkatan kesehatan gigi bagi
mempengaruhi prilaku anak. Begitu juga anak sekolah.
dengan perilaku anak dalam menyikat gigi,
semakin baik perilaku anak dalam menyikat DAFTAR PUSTAKA
gigi maka akan semakin rendah kejadian
karies pada anak (Husna 2016). Menurut Ambarwati, T., Fathonah, A, Samiaji., 2017.
Nurlia (2011), perilaku anak yang buruk Perbedaan Menyikat Gigi Menggunakan Bulu
dalam menggosok gigi disebabkan karena Sikat Medium dan Soft terhadap Debris Index
orang tua yang tidak membiasakan anak untuk pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan
melakukan gosok gigi sejak dini, sehingga Gig.Jurnal Actual Research Science
anak kurang atau bahkan tidak memiliki Academic. 2(2). [e-journal]. Tersedia di: <
kesadaran serta motivasi untuk memelihara http://edukasional.com/index.php/ARSA/articl
kebersihan serta kesehatan gigi dan mulutnya. e/view/79 > [diakses tanggal 20 November
2017].
SIMPULAN
Al-Malik, M. I., and Rehbini, Y. A., 2006.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Prevalence of Dental caries, severity and
dilakukan pada murid kelas 3 MI Al- Pattern in Age 6 to 7 Year old Children in A
Mutmainnah Kelurahan Kedung Cowek Selected Community In Saudi Arabia.
Kecamatan Bulak Surabaya, maka peneliti Contemporary Dental Practice, 7 (2): pp. 1-
dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 8. [e-journal] Tersedia di: < www.
1. Terdapat hubungan antara jenis kelamin jaypeejournals.com/.../ShowText.aspx?.../imag
dengan kejadian karies gigi pada anak es/... > [diakses pada tanggal 20 November
2. Terdapat hubungan antara kebiasaan 2017].
menggosok gigi pada malam hari sebelum
tidur dengan kejadian karies gigi pada Andini, A., dkk.,2011.Gigi Sehat Ibadah
anak. Dasyat . Yogjakarta: Pro-U Media
Dari 2 kesimpulan di atas penulis
menyarankan agar : Anitasari, S., dan Rahayu, N.S., 2005.
Orang tua berperan aktif dalam Hubungan Frekuensi Menyikat Gigi Dengan
melakukan upaya preventif terhadap kejadian Tingkat Kebersihan Gigi Dan Mulut Siswa
karies gigi pada anak dengan cara Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Palaran
menumbuhkan kesadaran serta tanggung Kotamadya Samarinda Provinsi Kalimantan
jawab anak untuk gosok gigi minimal sehari 2 Timur. Majalah Kedokteran Gigi, 38(2): pp.
kali, yakni pagi sesudah sarapan dan malam 88-90. [e-journal] Tersedia di: <
sebelum tidur. Selain itu orang tua juga harus http://journal.unair.ac.id/filerPDF/DENTJ-38-
mengajarkan anak untuk mengenali jenis 2-10.pdf > [diakses pada tanggal 20 November
makanan kariogenik sehingga anak lebih 2017].
selektif dalam memilih makanan. orang tua
Ariningrum, R., 2000. Beberapa Cara
Menjaga Kebersihan Gigi Dan Mulut. Jakarta: Indah, Z dkk., 2013. Penyakit Gigi, Mulut Dan
Cermin Dunia Kedokteran. THT. Yogyakarta: Nuha Medika

Darwita, R.R., Rahardjo, A., Amalia, R., 2010. Kemenkes RI., 2012. Buku Panduan Pelatihan
Penerimaan Guru SDN 03 Senen Terhadap Kader Kesehatan Gigi Dan Mulut Di
Program Sikat Gigi Bersama Di Dalam Kelas Masyarakat.
Pada Murid Kelas 1 Dan 2. Cakradonya
Dental, 2: pp 159-250. _________________. Rencana Program
Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut.
Depkes RI., 2010. Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Indonesia Khotimah, K., Suhadi, M., dan Purnomo.,
Tahun 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan 2013. Faktor – Faktor Yang Berhubungan
Pengembangan Kesehatan. Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Usia
6-12 Tahun Di SD Negeri Karangayu 03
___________., 2013. Laporan Hasil Riset Semarang, [e-journal]. Tersedia di:
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Indonesia <http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.ph
Tahun 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan p/ilmukeperawatan/article/view/177> [diakses
Pengembangan Kesehatan. tanggal 20 November 2017].

Dewi, P., 2011. Gigi Sehat Merawat Gigi Moallemi, Z.S., 2001. Oral Health among
Sehari-Hari. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Iranian Preadolescents: A School-Based
Health Education Intervention . Dissertation.
Worotitjan, I., Mintjelungan, C.N., dan University of Helsinki. Tersedia di: <
Gunawan, P., 2013. Pengalaman Karies Gigi https://helda.helsinki.fi/bitstream/ handle/
Serta Pola Makan Dan Minum Pada Anak 10138/20269/oralheal.pdf?sequence=1>
Sekolah Dasar. Journal e-Gigi (eG), 1(1): pp. [diakses pada tanggal diakses pada tanggal 20
59-68. [e-journal] Tersedia di: < November 2017]
https://ejournal.unsrat.ac.id > [diakses pada
tanggal 20 November 2017]. Tinanof, N., 2012. Potential To Improve Oral
Health Care Through Evidence, Protocols,
Harlina., 2011. Kesehatan Gigi dan Mulut. And Payment Models. Jurnal Of Public Health
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Densitry. [e-journal]. Tersedia di
<http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.
Hollins, C. 2008. Leviso’s textbook for dental 1752-7325.2012.00325.x/abstract> [diakses
nurse. (10 th Edotion). Oxford : Willey- pada tanggal 20 November 2017].
Blackwell.
Nurlia, R. U., 2011. Faktor Penyebab
Husna, A., 2016. Peranan Orang Tua Dan Terjadinya Karies Gigi Pada Murid SDN 1
Perilaku Anak Dalam Menyikat Gigi Dengan Raha Kabupaten Muna, [e-journal]. Tersedia
Kejadian Karies Anak. Jurnal Vokasi di:< http://ejournal.iainkendari.ac.id> [diakses
Kesehatan, [e-journal] II (1): pp.17-23. pada tanggal 20 November 2017].
Tersedia di: < http://ejournal.poltekkes-
pontianak.ac.id/index.php/JVK/article/downlo Olivia, F., 2008. Membantu Anak Punya
ad/58/34> [diakses tanggal 20 November Ingatan Super . Jakarta: Gramedia.
2017].
Ongunsile, S.E., Ojo. l., 2010. Oral Hygiene
Ilyas .M., dan Putri, I.N., 2012. Efek Status Of Adolescents In A Local Government
Penyuluhan Metode Demonstrasi Menyikat Area Of Oyo State Nigeria. Journal of Science
Gigi Terhadap Penurunan Indeks Plak Gigi and Technology3 (30): pp. 81-86. , [e-journal]
Pada Murid Sekolah Dasar Makassar. Tersedia di: <https://www.ajol.info/index.
Dentofasial , 11(2): pp 91-95, [e-journal]. php/just/article/view/64647> diakses pada
Tersedia di <http://repository.unhas.ac.id/ tanggal 20 November 2017].
handle/123456789/8953> [diakses pada
tanggal 20 November 2017].
Potter dan Perry., 2010. Fundamental Setyadi, D.A., 2010. Analisis Pengaruh
Keperawatan Buku 3. Edisi 7. Jakarta : Faktor Hilangnya Gigi Pasien Menggunakan
Salemba Medika. Metode Regresi Logistic Berbasis Komputer.
Tesis. Universitas Binus. Tersedia di <
Prasada, I. D.G.B.D., 2016., Gambaran http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-0066
Perilaku Menggosok Gigi pada Siswa SD 9%20STIF%20Bab%202.pdf> [diakses pada
Kelas Satu dengan Karies Gigi di Wilayah tanggal 20 November 2017].
Kerja Puskesmas Rendang Karangasem Bali
Oktober 2014. ISM, 6 (1): pp.23-33 [e-journal] Sheiham A. 2005. Oral Health, General Health
Tersedia di: <http://intisarisainsmedis. weebly. and Quality Of Life. Bulletin Of The World
com> [diakses tanggal 20 November 2017]. Health Organization

Rahim, R., 2015. Hubungan Kebiasaan Soebroto., 2009. Apa Yang Tidak Dikatakan
Menggosok Gigi Malam Haridan Kejadian Dokter Tentang Kesehatan Gigi Anda.
Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar Negeri Yogyakarta: Book Marks.
Karang Tengah 07 Tangerang. Forum Ilmiah
,12 (1) : pp.69-79. [e-journal] Tersedia di: < Sondang, P., dan Hamada T., 2008. Menuju
http://ejurnal.esaunggul.ac.id/> diakses pada Gigi dan Mulut Sehat. Medan: USU Press.
tanggal 20 November 2017].
Suciari, A., Arief, Y.S., dan Rachmawati,
Ratnaningsih, T., 2016. Hubungan Pola P.D., 2015. Peran Orang Tua Dalam
Makan Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Membimbing Menyikat Gigi Dengan Kejadian
Anak Usia 7 – 9 Tahun. Jurnal Kesehatan Karies Gigi Anak Prasekolah, [e-journal].
Bhamada, 7(2). [e-journal] Tersedia di: < Tersedia di <http://journal.unair.ac.id>
http://ojs.stikesbhamada.ac.id/ojs/index.php/jit [diakses pada tanggal 20 November 2017].
k/article/view/108> [diakses tanggal 20
November 2017]. Suherman., 2000. Buku Saku Perkembangan
Anak. Jakarta: EGC.
Resti, EI-Auerkari, Sarwono, A.T., 2008.
Pengaruh Pasta Gigi Mengandung Xylitol Sukanto., 2012. Metode Pemilihan Pasta Gigi
Terhadap Pertumbuhan Streptococcus Mutans Yang Tepat Untuk Anak Usia Dini. IDJ, 1 (2):
Serotipe E (In Vitro). Indonesia Jurnal Of pp.27-31. [e-journal] Tersedia di: <
Dentistry, 15 (1): pp. 15-22. [e-journal] http://download.portalgaruda.org/article.php?
Tersedia di: <http://www.fkg.ui.edu> [diakses n...Metode%20Pemilihan%20Pasta%20Gigi%
tanggal 20 November 2017]. 2...> [diakses pada tanggal 20 November
2017].
Rosidi, A., Haryani, S., dan Adimayanti, E.,
2013. Hubungan Antara Konsumsi Makanan Sumawinata, N., 2011. Senarai istilah
Kariogenik Dengan Kejadian Karies Gigi kedokteran gigi.Jakarta: EGC
Pada Anak SD N 1 Gogodalem Kec.Bringin
Kab. Semarang, [e-journal]. Tersedia di: < Syarifudin dan Yudhia F., 2009. Promosi
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012 Kesehatan Untuk Mahasiswa Kebidanan.
010/article/view/1235> [diakses pada tanggal Jakarta : TIM
20 November 2017].
Utami, S., 2013. Hubungan Natara Plak Gigi
Sari. K.E., Ulfiana. E., dan Dian, P., 2012. Dengan Tungkat Keparahan Karies Gigi Anak
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Gosok Gigi Usia Prasekolah .IDJ 2(2): pp. 8-15. [e-
Dengan Metode Simulasi Ular Tangga journal] Tersedia di: <http://
Terhadap Perubahan Pengetahuan,Sikap,Dan download.portalgaruda.org/article.php?...Hubu
Aplikasi Tindakan Gosok Gigi Anak Usia ngan%20Antara%20Plak%20Gigi%20...>
Sekolah Di SD Wilayah Paron Ngawi. [e- [diakses pada tanggal 20 November 2017].
journal]. Tersedia di <
http://journal.unair.ac.id > [diakses pada Wong, Donna L., dkk., 2008. Buku Ajar
tanggal 20 November 2017]. Keperawatan Pediatrik. Ed. 6, Vol.1. Jakarta:
EGC.
<http://www.sciencedirect.com/science/article
Yanti, G. N., dan Natamiharja, L., 2005. /pii/S1877042814023611> [diakses pada
Pemilihan Dan Pemakaian Sikat Gigi Pada tanggal 20 November 2017].
Murid-Murid SMA Di Kota Medan. Dentika
Dental Journal, 10(1): pp. 28-30.

Zetu, I., Zetu, L., Dogaru, C. B., Duta, C.,


Dumitrescu, A.L., 2014. Gender Varietion In
Psychological Factor As Defined By The
Theory Of Planned Of Oral Hygiene
Behavior. Procedia-Social And Behavioral,
[e-journal] 124 (22): pp. 353-357. Tersedia di:

Das könnte Ihnen auch gefallen