Sie sind auf Seite 1von 10

Jurnal Anestesiologi Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA

Anestesi Regional pada Pasien dengan Penyakit Jantung/


Hemodinamik Tidak Stabil

Regional Anesthesia for Patient with Heart Disease/ Unstable


Hemodynamics

Widya Istanto Nurcahyo


Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro,
Semarang, Indonesia
Koresponsdensi: widya_istanto2@yahoo.com

ABSTRACT
Administering anesthesia to patients with preexisting cardiac disease is an interesting
challenge. The most common cause of perioperative morbidity and mortality in cardiac
patients is ischemic heart disease (IHD). Goldman et al reported that 500,000 to
900,000 (Myocard Infarcts) MIs occur annually worldwide with subsequent mortality of
10-25%. The decision to use regional anesthesia depends on many factors. Patient
characteristics, the type of surgery planned, and the potential risk of anesthesia will all
have an impact on anesthesia choice and perioperative management. Losses from
regional anesthesia including hypotension from the uncontrolled sympathetic blockade
and the need for volume loading can cause ischemia. Management must be taken when
giving local anesthesia because larger doses can cause toxicity and myocardial
depression. In patients with cardiovascular disease, regional anesthesia techniques
(either alone or together with general anesthesia) have the potential to provide
perioperative benefits in reducing stress responsse, cardiac sympathectomy, earlier
extubation, shorter hospital stay, and good postoperative analgesia. The
implementation must consider not only the type of surgery performed but also the
problems that exist in each patient. General anesthesia also plays an important role
because it has cardioprotective properties and can increase oxygen supply. The
decision to use regional anesthesia must be done carefully and carried out with proper
monitoring.

Keywords: anesthesia; regional; general; cardiac; hemodynamics

ABSTRAK
Pembiusan pasien dengan penyakit jantung sebelumnya merupakan tantangan yang
menarik. Penyebab paling umum morbiditas dan mortalitas perioperatif pada pasien
jantung adalah penyakit jantung iskemik (PJI). Goldman dkk. melaporkan bahwa
500.000 hingga 900.000 infark miokard terjadi setiap tahun di seluruh dunia dengan
mortalitas 10-25%. Keputusan untuk menggunakan anestesi regional tergantung pada

Volume 11, Nomor 1, Tahun 2019 48


Jurnal Anestesiologi Indonesia

banyak faktor. Karakteristik pasien, jenis operasi yang direncanakan, dan potensi risiko
anestesi semuanya akan berdampak pada pilihan anestesi dan manajemen perioperatif.

Kerugian dari anestesi regional termasuk hipotensi dari blokade simpatis yang tidak
terkendali dan kebutuhan untuk loading volume dapat menyebabkan iskemia. Pemberian
anetesi lokal dalam dosis besar juga harus mempertimbangkan risiko toksisitas depresi
miokard. Pada pasien dengan penyakit kardiovaskular, teknik anestesi regional (baik
tunggal atau dengan anestesi umum) bermanfaat perioperatif dalam mengurangi respon
stres, simpatektomi jantung, ekstubasi lebih awal, lama rawat di rumah sakit lebih
pendek, dan analgesia pascaoperasi yang baik. Selain jenis operasi yang dilakukan,
dalam pelaksanaannya juga harus mempertimbangkan masalah yang ada pada masing-
masing pasien. Anestesi umum juga memberikan peranan penting karena bersifat
kardioprotektif dan dapat meningkatkan suplai oksigen. Keputusan untuk menggunakan
anestesi regional harus dilakukan dengan hati-hati dan dilakukan dengan pemantauan
yang tepat.

Kata Kunci: anestesi; hemodinamik; jantung; regional; umum

PENDAHULUAN pada pilihan anestesi dan manajemen


Pembiusan pasien dengan penyakit perioperatif. Pada pasien dengan
jantung sebelumnya merupakan penyakit kardiovaskular, teknik anestesi
tantangan yang menarik. Penyebab regional (baik tunggal atau dengan
paling umum morbiditas dan mortalitas anestesi umum) bermanfaat perioperatif
perioperatif pada pasien jantung adalah dalam mengurangi respon stres,
penyakit jantung iskemik (PJI). PJI simpatektomi jantung, ekstubasi lebih
adalah penyebab nomor satu morbiditas awal, lama rawat di rumah sakit lebih
dan mortalitas di seluruh dunia dunia. pendek, dan analgesia pascaoperasi
Sekitar 25 juta pasien di Amerika yang baik.2 Namun, anestesi regional
Serikat yang menjalani operasi setiap akan memblok saraf simpatis yang akan
tahun, kira-kira 7 juta dianggap berisiko menurunkan kontraktilitas miokard,
tinggi terkena PJI. Goldman dkk. heart rate, terjadinya hipotensi, dan
melaporkan bahwa 500.000 hingga perubahan kondisi jantung.3 Meskipun
900.000 (Myocard Infarct) MI terjadi demikian, keputusan untuk
setiap tahun di seluruh dunia dengan menggunakan anestesi regional harus
mortalitas 10-25%. Pengelolaan pasien dilakukan dengan hati-hati pada
ini memerlukan identifikasi faktor- beberapa keadaan. Tujuan bahasan ini
faktor risiko, evaluasi pra-operasi, adalah untuk memberikan gambaran
optimalisasi, terapi, pemantauan, tentang anestesi regional pada pasien
pilihan teknik anestesi yang tepat, dan dengan penyakit jantung atau pasien
obat-obatan.1 dengan hemodinamik tidak stabil.

Keputusan untuk menggunakan anestesi FAKTOR RISIKO


regional tergantung pada banyak faktor: Yang memengaruhi morbiditas jantung
karakteristik pasien, jenis operasi yang perioperatif adalah: (1) infark miokard;
direncanakan, dan potensi risiko (2) gagal jantung kongestif; (3) penyakit
anestesi; semuanya akan berdampak pembuluh darah perifer; (4) angina

Volume 11, Nomor 1, Tahun 2019 49


Jurnal Anestesiologi Indonesia

pectoris; (5) diabetes melitus; (6) jantung selama dua dekade ke depan.
hipertensi; (7) hiperkolesterolemia; (8) Selanjutnya, indeks risiko jantung
usia; (9) disfungsi ginjal; (10) obesitas; lainnya diusulkan dan diadopsi. Pada
(11) gaya hidup dan merokok. tahun 1996, American College of
Cardiology dan American Heart
Stratifikasi Risiko Association (ACC / AHA) menerbitkan
Pada 1977, Goldman dan rekannya pedoman tentang evaluasi
mengusulkan Cardiac Risk Index (Tabel kardiovaskular perioperatif pada pasien
yang menjalani operasi nonkardiak.
1).4 Meskipun tidak divalidasi secara
Pada tahun 2014, pedoman ini terus
prospektif, indeks ini digunakan secara
diperbarui berdasarkan data baru.5
luas untuk pra-operasi penilaian risiko

T ab el 1 .C ardi ac ris k index


No. Variabelrisikojantung Poin Keterangan
Gol dman cardiac ri sk i ndex 4
1 Suarajantungketigaataudistensivenajugular 11
2 Infarkmiokard 10
3 Irama nonsinus atau Premature Atrial 7
Cont racti on (PAC)padaEKG Rate komplikasi jantung:
4 Lebihdari5pre mature ve nt ricular c ont racti ons 7 0-5 poin= 1%
5 Usialebihdari70tahun 5 6-12 poin= 7%
6 Operasiemergensi 4 13-25 poin= 14%
7 Kondisikesehatanyangburuk 3
8 Operasiintratorasik,intraperitonealdanaorta 3
9 Stenosisaorta 3
6
Det sky modified multifactorial index
1 Anginaklas4 20
2 Suspekstenosisaortakritis 20
3 Infarkmiokarddalam6bulan 10
4 Edemapulmonalalveolardalam1minggu 10
5 Anginatidakstabildalam3bulan 10
6 Anginaklas3 10
7 Operasiemergensi 10
Rate komplikasi jantung:
8 Infarkmiokardlebihdari6bulanyanglalu 5
>15 poin= risiko tinggi
9 Edema pulmonal alveolar membaik lebih dari 1 5
mingguyanglalu
10 IramaselainsinusatauPACspadaEKG 5
11 Lebih dari 5 Premature Ventricular 5
Cont racti ons (PVC)kapansajasebelumoperasi
12 Statuskesehatanumumyangburuk 5
13 Usialebihdari70tahun 5
Eagle criteria for cardiac risk assessment7
1 Usialebihdari70tahun 1
2 Diabetes 1 <1= tanpa tes
3 Angina 1 1-2= tes non-invasif
4 GelombangQpadaEKG 1 >3= angiografi
5 Vent ri cul ar arr hyt hmi as 1

Volume 11, Nomor 1, Tahun 2019 50


Jurnal Anestesiologi Indonesia

TUJUAN ANESTESI umum digunakan. Jika EKG akan


Tujuan anestesi pada pasien dengan digunakan secara efektif sebagai
penyakit jantung adalah pencegahan, monitor iskemik, monitor harus diatur
deteksi, dan treatment untuk pada mode diagnostik. Pemantauan tiga
menghindari cedera miokard lead EKG (II, V4, V5 atau V3, V4, V5)
pascaoperasi.8 meningkatkan deteksi iskemia. Sistem
tren segmen ST juga membantu dalam
PERTIMBANGAN PRAANESTESI mendeteksi iskemia; (2) tekanan darah;
Kunjungan praoperasi ke pasien sangat (3) pulse oksimetri; (4) kapnografi; (5)
penting, hubungan baik harus pemantauan suhu; (6) urin; (7) tekanan
diciptakan dengan pasien dan ditulis vena sentral; (8) tekanan arteri
persetujuannya. Pasien harus dijelaskan pulmonalis dan cardiac output dapat
tentang risiko operasi dan anestesi. Hal diukur dengan kateter arteri pulmonalis
ini penting untuk melanjutkan obat- sesuai kebutuhan. Pada pasien yang
obatan sampai hari operasi seperti beta secara hemodinamik tidak stabil,
blocker, calcium channel blocker, dan syaratnya volume atau inotrop dapat
digitalis. Kadar kalium harus normal dihitung dan respon dipantau secara
karena hipokalemia dapat menyebabkan ketat; (9) transesophageal
toksisitas digitalis. Antikoagulan harus echocardiography (TEE) adalah
dihentikan. pemantauan yang sensitif untuk
iskemia. Namun TEE tidak dianjurkan
Premedikasi
untuk penggunaan rutin.13
Premedikasi yang baik untuk
menghilangkan kecemasan pada pasien ANESTESI PADA PASIEN
jantung sangatlah penting. Untuk DENGAN PENYAKIT JANTUNG/
mencegah peningkatan tekanan darah PASIEN DENGAN
dan denyut jantung yang dapat HEMODINAMIK TIDAK STABIL
mengganggu suplai oksigen dan
demand pada miokard dan dapat Anestesi Umum
menyebabkan iskemia. Obat Tujuan dari induksi anestesi umum
premedikasi seperti benzodiazepin: adalah untuk menghasilkan
lorazepam harus diberikan satu jam ketidaksadaran dan memberikan
sebelum sampai di ruang operasi. analgesia, relaksasi otot, dan penekanan
respon hemodinamik saat intubasi dan
Manajemen Praoperasi stimulasi bedah.
Tiga terapi pilihan tersedia sebelum
operasi elektif non-kardiak: (1) Ketika intubasi trakea dilakukan,
optimalisasi manajemen obat; (2) pendekatan yang masuk akal adalah
revaskularisasi dengan PCI; (3) induksi dengan hipnosis kerja pendek
revaskularisasi dengan operasi (CABG) (contoh: propofol dosis rendah [sekitar
1 mg/kg]) dikombinasikan dengan
Pemantauan Intraoperasi opioid dosis kecil (contoh, fentanyl 1
Insiden iskemia pada periode hingga 2 mcg/kg) dan lidokain 50
intraoperasi cukup rendah hingga 100 mg untuk menumpulkan
(dibandingkan dengan periode pra dan respon simpatis terhadap laringoskopi
pascaoperasi). Adapun pemantauan dan intubasi. Pelemas otot juga
intraoperasi yang diperlukan: (1) EKG diberikan untuk memfasilitasi
adalah alat pemantauan yang paling laringoskopi. Ketika agen pelumpuh

Volume 11, Nomor 1, Tahun 2019 51


Jurnal Anestesiologi Indonesia

otot non-depolarisasi dipilih, kedalaman klinis pada pasien yang menjalani


anestesi dipertahankan atau diperdalam operasi nonkardiak. Dalam sebuah
dengan anestesi inhalasi kuat (contoh, tinjauan sistematis tahun 2016 dari 45
sevoflurane atau isoflurane) sambil percobaan acak dari efek anestesi volatil
menunggu beberapa menit untuk versus TIVA pada mortalitas dan
kelumpuhan otot yang memadai untuk morbiditas pascaoperasi pada pasien
melakukan intubasi. yang menjalani anestesi umum. Agen
anestesi volatil secara signifikan
mengurangi keseluruhan kejadian
Untuk meminimalkan hipotensi, induksi jantung dan morbiditas pascaoperasi
propofol di awal dikurangi dosisnya pada pasien yang menjalani operasi
menjadi sekitar 1 mg/ kg atau kurang, jantung, tetapi tidak pada pasien yang
dan suntikan bolus dapat diberikan menjalani operasi nonkardiak.17
dalam dosis terbagi pada pasien yang
lebih tua dan lainnya yang rentan Anestesi Regional
terhadap terjadinya hipotensi (contoh, Potensi dan keunggulan anestesi
pasien dengan penurunan volume regional sudah diketahui melebihi
intravaskular dan pasien dengan anestesi umum, menjadi keuntungan
disfungsi diastolik yang bergantung pada pasien jantung jika operasi dapat
pada preload yang adekuat. Dosis kecil dilakukan dengan blok regional. Pasien
agonis reseptor alfa (contoh, fenilefrin harus diberi premedikasi agar tidak
40 hingga 100 mcg) dapat diberikan cemas. Kerugian dari anestesi regional
sebagai profilaksis atau jika terjadi termasuk hipotensi dari blokade
hipotensi. simpatis yang tidak terkendali dan
kebutuhan untuk loading volume dapat
Hindari ketamin pada pasien dengan menyebabkan iskemia. Tatalaksana
penyakit jantung iskemik karena harus diambil saat memberikan anestesi
biasanya menghasilkan peningkatan lokal karena dosis yang lebih besar
yang signifikan dalam denyut jantung, dapat menyebabkan toksisitas dan
tekanan arteri rerata, dan kadar depresi miokard. Menggunakan
epinefrin plasma karena stimulasi epinefrin sebagai adjuvan dengan
sistem saraf simpatis yang dimediasi anestesi lokal tidak disarankan.18
oleh pusat. Peningkatan denyut jantung, Takikardi adalah satu-satunya kejadian
sebaiknya dihindari. paling umum yang sering dikaitkan
dengan iskemia dan menyebabkan
Untuk pemeliharaan anestesi, peningkatan demand dan penurunan
pemberian agen inhalasi volatil atau suplai oksigen yang dapat
teknik total intravenous anesthesia membahayakan miokardium dan rentan
(TIVA) adalah pilihan yang masuk akal, menyebabkan perubahan iskemik pada
berdasarkan faktor-faktor khusus bedah pasien.19
atau spesifik pasien.3,5,10 Pada
kebanyakan pasien, lebih baik anestesi Anestesi neuraksial dapat menurunkan
volatil (contoh, sevoflurane, isoflurane, preload jantung akibat blokade
atau desflurane) sebagai agen utama simpatis. Ini lebih mungkin terjadi pada
untuk mempertahankan anestesi umum. pasien dengan penurunan volume
intravaskular atau gagal jantung dan
Anestesi volatil mungkin memiliki efek disfungsi diastolik yang bergantung
kardioprotektif secara in vitro,16 Namun pada preload yang adekuat. Pada pasien
hal ini belum terbukti signifikan secara

Volume 11, Nomor 1, Tahun 2019 52


Jurnal Anestesiologi Indonesia

dengan hemodinamik tidak stabil, dapat treatment untuk aortic aneurysms,


menggunakan teknik anestesi neuraksial laparaskopi atau prosedur robot-
yang dimodifikasi (contoh, kombinasi assisted; (3) anestesi regional
dosis rendah spinal-epidural dengan membutuhkan keterampilan yang lebih
atau tanpa opioid intratekal, atau spesifik dari ahli anestesi dan
anestesi epidural yang dititrasi secara komunikasi dengan pasien. Selain itu
perlahan). anestesi regional memiliki tingkat
kegagalan tertentu (tergantung teknik
Selama onset blok, cairan diberikan dan operator) dan memiliki
untuk mencegah hipotensi. Namun, komplikasinya sendiri: toksisitas
hindari overhidrasi atau pemberian anestesi lokal, perdarahan, komplikasi
bolus cepat cairan dalam jumlah banyak terkait saraf seperti transient neurologic
pada pasien dengan gejala gagal symptoms (TNS), cedera saraf tepi,
jantung. Restriksi cairan kristaloid dan hematoma epidural, abses epidural, dan
pemberian yang lebih lambat lebih baik meningitis serta anterior spinal artery
(contoh, pemberian penambahan 250 syndrome; (4) anestesi regional pada
mL sesuai kebutuhan, dengan dasarnya beragam teknik, yang satu
pemantauan hemodinamik pasien dan lebih invasif dibanding yang lain dan
respon klinis untuk setiap hanya sesuai untuk indikasi yang
14 spesifik; (5) penggunaan obat
penambahan).
antikoagulan merupakan kontradikasi
Vasopressor sering diperlukan untuk utama anestesi regional.
mengembalikan tekanan darah ke kadar
mendekati baseline. Hipotensi yang Manajemen Komplikasi Intraoperasi1
signifikan dikoreksi cepat dengan 1. Iskemik intraoperasi
memberikan agonis reseptor alfa 1.1 Jika pasien dengan
(contoh, fenilefrin 40 hingga 100mcg) hemodinamik stabil: (1) beta
atau simpatomimetik langsung/ tidak blockers (I/V metoprolol sampai
langsung dengan efek agonis beta dan 15mg); (2) I/V nitrogliserin (3)
alfa (contoh efedrin 5 hingga 10 mg), heparin setelah konsultasi
dengan dosis berulang sesuai dengan ahli bedah
14 1.2 Jika pasien dengan
kebutuhan.
hemodinamik tidak stabil: (1)
PERBANDINGAN TEKNIK support dengan inotrop; (2)
ANESTESI REGIONAL DENGAN gunakan ballon pump
ANESTESI UMUM intraoperative mungkin
Berikut alasan perbandingan teknik dibutuhkan; (3) konsultasi
anestesi regional dan anestesi umum: segera dengan ahli jantung untuk
(1) anestesi umum (GA) efektif, mudah merencanakan sedini mungkin
diaplikasikan dan menawarkan kondisi kateterisasi jantung
operasi yang optimal, khususnya selama 2 Komplikasi lain seperti disritmia,
prosedur jangka panjang. Namun disfungsi pacemaker harus dikelola
demikian, disfungsi kognitif dengan baik.
pascaoperasi dan delirium pascaoperasi
sering dikaitkan dengan GA, serta efek
samping kardiopulmonal; (2)
perkembangan teknik pembedahan yang
sedikit invasif seperti endovascular

Volume 11, Nomor 1, Tahun 2019 53


Jurnal Anestesiologi Indonesia

MANAJEMEN PASCAOPERASI pencegahan termasuk pemantauan terus


menerus elektrokardiografi (EKG) di
Pemantauan cedera miokard unit perawatan pasca-anestesi dan
Mayoritas myocardial injury in kemudian di unit perawatan intensif
noncardiac surgery (MINS) terjadi sehingga takikardi dapat dihindari atau
selama periode pascaoperasi.10 Untuk diobati,21 dan adanya iskemia dapat
pasien dengan penyakit jantung iskemik dideteksi.
dengan risiko tinggi (Tabel 2), tindakan

Tabel 2. Revised cardiac risk index (RCRI)


Enam prediktor independen dari komplikasi jantung mayor22
Tipe operasi berisiko tinggi (contoh operasi vaskular dan intraperitoneal terbuka atau
prosedur intrathorak)
Riwayat penyakit jantung iskemik
Riwayat gagal jantung
Riwayat penyakit serebrovaskular
Diabetes melitus yang memerlukan terapi insulin
Serum kreatinin preoperatif >2.0 mg/dL (177 micromol/L)
Persentase cardiac death, nonfatal myocardial infarction, nonfatal cardiac arrest berdasarkan
jumlah prediktor23
Tanpa faktor risiko - 0.4% (95% CI: 0.1-0.8)
Satu faktor risiko - 1.0% (95% CI: 0.5-1.4)
Dua faktor risiko - 2.4% (95% CI: 1.3-3.5)
Tiga atau lebih faktor risiko - 5.4% (95% CI: 2.8-7.9)
Persentase myocardial infarction, pulmonary edema, ventricular fibrillation, primary cardiac
arrest, dan complete heart block22
Tanpa faktor risiko - 0.5% (95% CI: 0.2-1.1)
Satu faktor risiko - 1.3% (95% CI: 0.7-2.1)
Dua faktor risiko - 3.6% (95% CI: 2.1-5.6)
Tiga atau lebih faktor risiko - 9.1% (95% CI: 5.5-13.8)
Manajemen nyeri Teknik anestesi regional spesifik juga
Manajemen nyeri pascaoperasi yang efektif, dan ini dipilih berdasarkan
penting efektif untuk menghindari stres, lokasi pembedahan dan prosedur
gejolak hemodinamik, dan (contoh: blok pleksus brakhialis untuk
hiperkoagulasi.10 Untuk pasien nyeri ekstremitas atas; femoral atau
kooperatif tanpa kontraindikasi yang blok saraf sciatic untuk nyeri
menjalani operasi abdominal atau ekstremitas bawah; blok saraf
thoraks mayor dengan insisi besar, interkostal atau paravertebralis untuk
anestesi epidural disarankan untuk prosedur payudara, dada, atau perut
analgesia preemptive pascaoperasi. bagian atas).
Sebagai alternatif, pemberian opioid
subarachnoid yang bekerja lebih lama Teknik lain untuk manajemen nyeri
(contoh, morfin atau hidromorfon) pascaoperasi adalah patient-controlled
dapat memberikan 12 hingga 24 jam analgesia (PCA).24 Obat antiinflamasi
analgesia pascaoperasi. nonsteroid (NSAID) dan
siklooksigenase-2 (COX-2) inhibitor
dihindari pada pasien dengan iskemia
miokard; obat ini berisiko pada

Volume 11, Nomor 1, Tahun 2019 54


Jurnal Anestesiologi Indonesia

kardiovaskular,3 seperti: cardiovascular assessment and management of


death, infark miokard (MI), dan stroke. the European Society of
Kejadian penting lainnya termasuk Cardiology (ESC) and the
gagal jantung, peningkatan tekanan European Society of Anaesth.
darah, fibrilasi atrium, dan Eur Heart J. 2014;35(35):2383–
tromboemboli vena.25 431.
4. Goldman L, Caldera D,
RINGKASAN Nussbaum S, et al. Multifactorial
Pada pasien dengan penyakit index of cardiac risk in
kardiovaskular, teknik anestesi regional noncardiac surgical procedures.
(baik tunggal atau dengan anestesi N Engl J Med 1977;297:845.
umum) berpotensi bermanfaat 5. Fleisher LA, Fleischmann KE,
perioperasi dalam mengurangi respon Auerbach AD, Barnason SA,
stres, simpatektomi jantung, ekstubasi Beckman JA, Bozkurt B, et al.
lebih awal, lama rawat di rumah sakit 2014 ACC/AHA Guideline on
lebih pendek, dan analgesia Perioperative Cardiovascular
pascaoperasi yang baik. Anestesi umum Evaluation and Management of
memiliki sifat kardioprotektif dan dapat Patients Undergoing Noncardiac
meningkatkan suplai oksigen. Surgery: Executive Summary
Keputusan untuk menggunakan [Internet]. Vol. 130, Circulation.
anestesi regional harus dilakukan 2014. 2215–2245 p. Available
dengan hati-hati dan dilakukan dengan from:
pemantauan yang tepat. Perhatian harus https://www.ahajournals.org/doi/
diberikan pada penggunaan 10.1161/CIR.0000000000000105
antikoagulasi, menimbang potensi 6. DetskyAS, Abrams HB, Forbath
risiko tromboemboli ketika N , et al. Cardiac assessment for
menghentikan antikoagulasi dengan patients undergoing noncardiac
manfaatnya. surgery.Amultifactorial clinical
risk index. Arch InternMed 1986;
DAFTAR PUSTAKA 146:2131.
1. Kaul TK, Tayal G. Anaesthetic 7. Eagle K, Brundage B, Chaitman
Considerations in Cardiac B, et al. Guidelines for
Patients Undergoing Non Cardiac perioperative cardiovascular
Surgery. 2007;51(6):280–6. evaluation for non-cardiac
2. Kraus M, Asgarian CD, surgery. AHA/ACC task force
Koyyalamudi V, Tran L, Alvord report. J Am Coll Cardiol 1996;
J, Kaye AD, et al. Regional 27:910.
Anesthesia and Cardiovascular 8. Abbott TEF, Pearse RM,
Disease. Essentials Reg Anesth. Archbold RA, et al. A
2018;529–40. Prospective International
3. Kristensen SD, Knuuti J, Saraste Multicentre Cohort Study of
A, Anker S, Bøtker HE, De Hert Intraoperative Heart Rate and
S, et al. 2014 ESC/ESA Systolic Blood Pressure and
Guidelines on non-cardiac Myocardial Injury After
surgery: Cardiovascular Noncardiac Surgery: Results of
assessment and management: the VISION Study. Anesth Analg
The Joint Task Force on non- 2018; 126:19.
cardiac surgery: Cardiovascular 9. Helwani MA, Amin A, Lavigne

Volume 11, Nomor 1, Tahun 2019 55


Jurnal Anestesiologi Indonesia

P, et al. Etiology of Acute Rev 2015; 1:CD010225.


Coronary Syndrome after 16. Agarwal B, Stowe DF, Dash RK,
Noncardiac Surgery. et al. Mitochondrial targets for
Anesthesiology 2018; 128:1084. volatile anesthetics against
10. Fleisher LA, Fleischmann KE, cardiac ischemia-reperfusion
Auerbach AD, et al. 2014 injury. Front Physiol 2014;
ACC/AHA guideline on 5:341.
perioperative cardiovascular 17. Uhlig C, Bluth T, Schwarz K, et
evaluation and management of al. Effects of Volatile Anesthetics
patients undergoing noncardiac on Mortality and Postoperative
surgery: executive summary: a Pulmonary and Other
report of the American College Complications in Patients
of Cardiology/American Heart A. Undergoing Surgery: A
11. Eagle KA, Berger PB, Calkins H, Systematic Review and Meta-
et al. ACC/AHA guideline analysis. Anesthesiology 2016;
update for perioperative 124:1230.
cardiovascular evaluation for 18. Breen P, ParkKW. General
noncardiac surgery-executive anesthesia versus regional
summary.Areport of anesthesia. IntAnesthesiol Clin
theAmerican College of 2002; 40:61.
Cardiology /American 19. Madhusudhana R, Rajendra N.
HeartAssociation Task Force on Anesthetic management of a
Practice Guidelines . patient with ischemic heart
12. Dupuis JY, Labinaz M. disease posted for open reduction
Noncardiac surgery in patients internal fixation of the upper
with coronary artery stent : what limb. Karnataka Anaesth J.
should the anaesthesiologist 2015;1(2):69.
know? Can JAnaesth 20. Breivik H. Occurens of chronic
2005;52:356. pain after surgery. In: Refresher
13. Barash PG. Sequential Course Lectures. Vienna:
monitoring of myocardial Euroanesthesia Austria; 2005. p.
ischemia in the perioperative 231-2.
period. In:American Society of 21. Sigmund AE, Fang Y, Chin M, et
Anaesthesiologists Review al. Postoperative Tachycardia:
Lectures. Atlanta: American Clinically Meaningful or Benign
Society of Consequence of Orthopedic
Anaesthesiology;2005.p.411. Surgery? Mayo Clin Proc 2017;
14. Nadia, Blakemore Hensley; 92:98.
Charles WH. Anesthesia for 22. Lee TH, Marcantonio ER,
noncardiac surgery in patients Mangione CM, et al. Derivation
with ischemic heart disease. and prospective validation of a
uptodate. 2019;Jan. simple index for prediction of
15. Bruder EA, Ball IM, Ridi S, et al. cardiac risk of major noncardiac
Single induction dose of surgery. Circulation 1999;
etomidate versus other induction 100:1043.
agents for endotracheal 23. Devereaux PJ, Goldman L, Cook
intubation in critically ill DJ, et al. Perioperative cardiac
patients. Cochrane Database Syst events in patients undergoing

Volume 11, Nomor 1, Tahun 2019 56


Jurnal Anestesiologi Indonesia

noncardiac surgery: A review of 24. Edward R M. Management of


the magnitude of the problem, the acute perioperative pain.
pathophysiology of the events, Elsiever. 2015;UpToDate(figure
and methods to estimate and 2):1–52.
communicate risk. CMAJ 2005; 25. Allen C. Adverse cardiovascular
173:627. effects of NSAIDs. Inpharma
Wkly. 2005;NA;(1508):19–20.

Volume 11, Nomor 1, Tahun 2019 57

Das könnte Ihnen auch gefallen