Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Kelompok 4 :
1. Fitria Tamara 616080716010
2. Hernis Febri 616080716014
3. Hervina Luzwinta 616080716015
4. Lidya Nanda Sari 616080716022
5. Ma Ulfi Azmi 616080716023
6. Natalia Cristi 616080716030
7. Raja Aini Nurani 606080716045
8. Riazeki Arumba 616080716045
9. Siti Ramadhania 616080716051
10. Tari Martiana 616080716054
11. Yanti Oktavina 616080716055
Pertami SB, et al. Public Health of Indonesia. 2017 August;3(3):89-95 ISSN: 2477-1570
http://stikbar.org/ycabpublisher/index.php/PHI/index
Original Research
Copyright: © the author(s), YCAB publisher and Public Health of Indonesia. This is an open-access article
distributed under the terms of the Creative Commons Attribution Non-Commercial License, which permits
unrestricted non-commercial use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is
properly cited.
ABSTRACT
Background: Head-injured patients have traditionally been maintained in the head-up position to
ameliorate the effects of increased intracranial pressure (ICP). However, it has been reported that the 15
degrees head-up position may improve cerebral perfusion pressure (CPP) and outcome. We sought to
determine the impact of 30 and 15 degrees on intracranial pressure change.
Methods: This was a quasi-experimental study with posttest only control time series time design. There
were 30 head-injured patients was selected using consecutive sampling, with 15 assigned in the treatment
(30° head-up position) and control group (15° head-up position). Intracranial pressure variable was
identified using the level of consciousness and mean arterial pressure parameters. Wilcoxon signed rank test
was used for data analysis
Results: Findings showed p-value 0.010 (<0.05) on awareness level and p-value 0.031 (<0.05) on mean
arterial pressure, which indicated that there was a statistically significant effect of the 30° head-up position
on level of awareness and mean arterial pressure.
Conclusion: There was a significant effect of the 30° head-up position on intracranial pressure changes,
particularly in the level of awareness and mean arterial pressure in patients with head injury. It is
recommended that for health workers to provide knowledge regarding this intervention to prevent increased
intracranial pressure.
Key words: Consciousness level, 30° head-up position, intracranial pressure, mean arterial pressure
Characteristics n %
Age
15–25 10 33.3%
26–35 9 30%
36–45 2 6.67%
46–55 5 16.67%
56–65 4 13.33%
Gender
Male 18 60%
Female 12 40%
Variables n Mean SD
Level of Awareness
30° Head-up position
Posttest 1 15 13.67 1.44
Posttest 2 15 14.87 0.32
15° Head-up position
Posttest 1 15 14.40 0.91
Posttest 2 15 14.60 0.91
Mean Arterial Pressure (MAP)
30° Head-up position
Posttest 1 15 80.42 18.5
Posttest 2 15 93.76 5.57
15° Head-up position
Posttest 1 15 85.01 15.3
Posttest 2 15 81.05 15.4
The result of the awareness level on the 30° awareness on the 15° head-up position, the
head-up position in 15 respondents in posttest mean of awareness level in posttest 1 was
1 showed that 26.67% of respondents had 14.40 and in posttest 2 was 14.60. For the
awareness level 9-12 and 73.33% of them had mean arterial pressure, in the 30° head-up
awareness level 13-15. In posttest 2, it was position, MAP in the posttest 1 was 80.42 and
100% of respondents had awareness level posttest 2 was 93.76. While in the 15° head-up
ranged 13-15. Table 2 shows that the mean position, MAP in the posttest 1 was 85.01 and
level of awareness in posttest 1 was 13.67 and posttest 2 was 81.05.
in posttest 2 was 14.87. While the level of
Table 3. Effect of the 30° head-up position on intracranial pressure changes using Wilcoxon signed rank test
a* b
Arif Hendra Kusuma , Atika Dhiah Anggraeni
a
Akper Serulingmas Cilacap
3. Universitas Muhammadiyah
Purwokerto Email:
arifsermas@gmail.com
Abstrak
Cedera kepala ringan merupakan salah satu klasifikasi dari cedera kepala yang dapat
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada fungsi persarafan serta penurunan kesadaran pada
seseorang tanpa menimbulkan kerusakan pada organ lainnya. Cedera kepala dapat menyisakan tanda
ataupun gejala somatik yang berupa nyeri kepala. Posisi head up 30 derajat merupakan cara
memposisikan kepala seseorang lebih tinggi sekitar 30 derajat dari tempat tidur dengan posisi
tubuh sejajar dan kaki lurus atau tidak menekuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
posisi head up 30 derajat terhadap nyeri kepala pada pasien cedera kepala ringan. Desain penelitian
menggunakan Quasi Experimental dengan pendekatan Pretest Posttest One Group Design. Jumlah
sampel sebanyak 22 responden. Penelitian ini dilakukan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto. Hasil uji statistik menggunakan uji dependen t-test menunjukkan ada pengaruh posisi head
up 30 derajat terhadap nyeri kepala pada cedera kepala ringan (P value = 0,002; α<0,05). Saran:
penelitan ini dapat menjadi salah satu intervensi keperawatan yang dilakukan oleh perawat untuk
mengatasi nyeri pada pasien cedera kepala ringan.
Kata kunci : posisi head up 30 derajat; nyeri kepala; cedera kepala ringan
Abstract
Mild head injury is one classification of head injuries that can lead to the occurrence of the
damage to the nerve functions as well as a decrease in consciousness on someone without causing
damage to other organs. Head injuries can leave marks or somatic symptoms in the form of headaches.
The position of head up 30 degrees is how to position the head of someone higher up about 30 degrees
from the bed with a parallel body position and legs straight or do not bend. This research aims to know
the influence of head position up 30 degrees against to pain the patient's head a light head injury.. Design
research using Quasi Experimental with Pretest Posttest approach One Group Design. The number of
samples as many as 22 respondents. This research was conducted at the RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto. The results of statistical tests using test dependent t-test shows there is the
influence of the position of head up 30 degrees to pain head on a mild head injury (P value = 0.002; α
10. 0.05). Suggestion: this study can be one of the nursing intervention done by nurses to cope with
the pain of mild head injury patients.
orientatif. Biasanya terdapat keluhan nyeri (Andarmoyo, 2013). VAS merupakan alat
kepala serta pusing pada klien. Klien juga ukur yang cukup reliable untuk digunakan
mengalami lecet atau luka pada kulit kepala pada pengukuran nyeri akut. VAS telah
maupun perdarahan pada otak (Muttaqin, A, banyak digunakan oleh peneliti
2008). dikarenakan alat ukur ini merupakan alat
ukur yang valid dan reliable untuk
Nyeri Kepala
1. Pengertian pengukuran intensitas nyeri, baik nyeri
akut maupun kronis (McDowell, 2006).
Nyeri kepala adalah pengalaman yang
tidak menyenangkan baik sensorik Posisi Head Up 30
maupun emosional yang diakibatkan oleh Derajat 1. Pengertian
kerusakan atau potensial kerusakan Posisi head up 30 derajat merupakan
jaringan otak (Black & Hawks, 2009). posisi untuk menaikkan kepala dari tempat
Nyeri kepala diklasifikasikan atas nyeri tidur dengan sudut sekitar 30 derajat dan
kepala primer dan nyeri kepala sekunder. posisi tubuh dalam keadaan sejajar
Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala (Bahrudin, 2008).
tanpa disertai adanya penyebab structural 13. Prosedur Posisi Head Up 30 Derajat
organik. Macam nyeri kepala ini antara Prosedur kerja pengaturan posisi head
lain migrain, nyeri kepala tension dan up 30 derajat adalah sebagai berikut:
nyeri kepala cluster. Sedangkan nyeri a. Meletakkan posisi pasien dalam
kepala sekunder ialah nyeri kepala karena keadaan terlentang
trauma kepala atau posttrauma headace, b. Mengatur posisi kepala lebih tinggi
infeksi otak atau penyakit lainnya (Sjahrir, dan tubuh dalam keadaan datar
2004). c. Kaki dalam keadaan lurus dan tidak
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri fleksi
Terdapat beberapa macam faktor- d. Mengatur ketinggian tempat tidur
faktor yang dapat mempengaruhi persepsi bagian atas setinggi 30 derajat.
individu terhadap nyeri, faktor tersebut Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
antara lain: usia, jenis kelamin, pengalaman pengaturan posisi head up 30 derajat
nyeri masa lalu, sosial budaya, nilai agama, adalah fleksi, ekstensi dan rotasi kepala
lingkungan dan dukungan orang terdekat akan menghambat venous return sehingga
(Potter & Perry, 2005). Adapun faktor nyeri akan meningkatkan tekanan perfusi
menurut Le Mone dan Burke (2008) adalah serebral yang akan berpengaruh pada
kecemasan, umur, jenis kelamin, dan peningkatan TIK (Dimitrios dan Alfred,
budaya. Dari beberapa referensi tersebut, 2002).
peneliti mengambil usia, jenis kelamin dan
budaya untuk dijadikan variabel konfonding.
METODE PENELITIAN
Faktor tersebut dijadikan faktor Penelitian ini menggunakan rancangan
konfonding oleh peneliti karena ketiga Quasi-eksperimental melalui pendekatan One
faktor tersebut merupakan faktor yang Groups Pretest-Posttest Design. Penelitian ini
melekat pada individu dan tidak akan bisa membandingkan rerata nyeri sebelum
dipisahkan. perlakuan diberikan dan sesudah perlakuan
11. Penilaian nyeri Visual Analogue Scale diberikan. Penelitian ini dilakukan di Ruang
(VAS) Cempaka RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Visual Analog Scale (VAS) yaitu skala Purwokerto pada bulan Maret-April 2018.
yang berupa suatu garis lurus yang Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien
panjangnya biasanya 10 cm (atau 100 cedera kepala ringan yang dirawat dengan
mm), dengan penggambaran verbal pada jumlah sampel 22 responden. Intrument
setiap ujungnya, seperti angka 0 (tanpa pengukuran skala nyeri menggunakan
nyeri) sampai angka 10 (nyeri terberat). penilaian skala Visual Analogue Scale (VAS).
Nilai VAS 0 - <4 = nyeri ringan, 4 - <7 = Alasan penggunaan VAS karena skala ini
nyeri sedang dan 7-10 = nyeri berat mudah digunakan bagi pemeriksa, dianggap
420 | Arif Hendra Kusuma, Atika Dhiah Anggraeni / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.2 (2019) 417-422
paling efisien dan lebih mudah dipahami Miranda (2014), yang menyebutkan bahwa
oleh pasien, serta telah digunakan dalam kejadian pada laki-laki (78,1%) lebih banyak
penelitian dan pengaturan klinis. dibandingkan perempuan (21,9%).
Seorang laki-laki pada umumnya lebih
Analisa data dalam penelitian ini aktif dan mempunyai perilaku yang
menggunakan uji dependen t-test untuk cenderung beresiko mengalami cedera
melihat perbedaan selisih mean skala nyeri dibandingkan perempuan. Laki-laki juga
sebelum dan sesudah perlakuan. lebih banyak beraktivitas diluar rumah dan di
HASIL DAN PEMBAHASAN jalanan serta sering berada dalam keadaan
yang dapat menimbulkan cedera yaitu
Karakteristik responden mengendarai kendaraan bermotor, buruh
Tabel 1 Distribusi Karakteristik Responden bangunan, berada di tempat-tempat yang
Variabel Kelompok f % Mean tinggibahkan perkelahian (Bustan, 2007).
Usia 22 100 30,45 Suku Jawa dalam hasil penelitian
Jenis Laki-laki 13 59,1 merupakan suku yang paling banyak
Kelamin Perempuan 9 40,9 ditemukan yaitu 72,7%. Besarnya jumlah
Suku Jawa 16 72,7 suku Jawa daripada suku non Jawa dalam
Budaya Non Jawa 6 27,3 penelitian ini berkaitan erat dengan tempat
penelitian yang dilakukan di Jawa Tengah
Berdasarkan tabel diatas usia rata-rata yang mayoritas penduduknya bersuku asli
responden pada penelitian ini adalah 30 Jawa. Peneliti dalam penelitian ini tidak
tahun. Jenis kelamin laki-laki (59,1%) lebih dapat membahas lebih lanjut tentang rerata
banyak daripada perempuan (40,9%) dan penurunan nyeri pada masing-masing suku
mayoritas responden bersuku Jawa (72,7%). dikarenakan kurang beragamnya suku budaya
Hasil penelitian ini sejalan dengan responden dan peneliti tidak melakukan uji
penelitian Rowland, et al (2010) yang multivariat.
mrnunjukkan bahwa angka kejadian cedera Perbedaan rerata skala nyeri
kepala tertinggi dialami pada kelompok usia kepala sebelum dan sesudah
dewasa muda, namun dapat menimpa pada pemberian perlakuan
semua kelompok usia. Penelitian Nyiemas
Tabel 2 Perbedaan Rerata Skala Nyeri Kepala
(2013) yang menyebutkan bahwa kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan
usia terbanyak ditemukan pada usia 18-45
tahun. Serta Penelitian Damanik (2013) juga Skala
Mean SD SE P value
menunjukkan bahwa proporsi tertinggi Nyeri
penderita cedera kepala pada kelompok umur Sebelum 4,77 1,232 0,263
16-44 tahun. Hasil penelitian lain juga 0,002
Sesudah 3,36 1,590 0,339
menyebutkan bahwa cedera kepal lebih
sering dialami pada usia remaja dan usia
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa
dewasa 17-39 tahun (Mock, et al, 2005).
rerata skala nyeri sebelum dilakukan posisi
Kejadian cedera kepala yang terjadi pada head up 30 derajat sebesar 4,77 sedangkan
usia dewasa muda diakibatkan pada usia ini nilai rerata skala nyeri sesudah diberikan
seseorang lebih aktif serta produktif. posisi head up 30 derajat sebesar 3,36. Hasil
Mobilitas yang tinggi juga mempengaruhi rerata tersebut terjadi selisih penurunan skala
kejadian tersebut. Selain itu kurangnya nyeri dengan rerata sebesar 1,41. Dari hasil
kesadaran akan keselamatan serta mematuhi analisis uji dependent t-test didapatkan P
rambu-rambu lalu lintas menjadi penyebab
value 0,002 (α<0,05), maka dapat
tingginya angka kecelakaan yang menjadi
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang
penyebab utamanya (Bustan, 2007).
signifikan antara skala nyeri kepala sebelum
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan dan sesudah diberikan intervensi.
bahwa laki-laki menjadi jenis kelamin Nyeri kepala pada cedera kepala dapat
terbanyak yaitu sebesar 59,1%. Hal ini sesuai terjadi karena adanya peningkatan tekanan
dengan penelitian Nyiemas (2013) dan intrakranial. Hal ini merupakan kondisi yang
harus segera ditangani dan tentu nyeri kepala
Arif Hendra Kusuma, Atika Dhiah Anggraeni / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.2 (2019) 417-422 | 421
tersebut menimbulkan perasaan tidak nyaman intervensi standar comfort yang artinya
serta akan berpengaruh terhadap aktivitas tindakan dilakukan dalam upaya
(Suadoni, 2009). Nyeri kepala disebabkan mempertahankan atau memulihkan peran
oleh adanya peregangan pada struktur tubuh dan memberikan kenyamanan serta
intrakranial yang peka terhadap nyeri, serta mencegah terjadinya komplikasi. Posisi head
ketidakadekuatan perfusi jaringan otak. Hal up 30 derajat merupakan posisi menaikkan
ini mengakibatkan terjadinya perubahan kepala dari tempat tidur dengan sudut sekitar
metabolisme dari aerob ke anaerob. Nyeri 30 derajat dan posisi badan sejajar dengan
kepala terutama muncul pada waktu bangun kaki. Posisi head up 30 derajat memiliki
tidur, hal ini dikarenakan PCO2 pada arterial manfaat untuk menurunkan tekanan
serebral mengalami peningkatan selama tidur. intrakranial pada pasien cedera kepala. Selain
Sehingga menyebabkan serebral blood flow itu posisi tersebut juga dapat meningkatkan
meningkat dan tekanan intrakranium oksigen ke otak. Hal ini akan menambah
mengalami meningkat kembali (Harun rileks serta memindahkan fokus perhatian
Rosjidi, C., & Nurhidayat, S. 2014). pada nyeri yang dialami seseorang. Sehingga
Hasil penelitian ini sejalan dengan muncul kenyaman yang berdampak pada
penelitian Pertami SB, Sulastyawati, Anami P nyeri yang berkurang (Batticaca FB, 2008).
(2017) yang menunjukkan terdapat pengaruh Hasil penelitian ini sesuai dalam teori dan
yang signifikan posisi head-up 30° pada beberapa hasil penelitian diatas dimana
perubahan tekanan intrakranial, khususnya di terdapat perbedaan yang signifikan rerata
tingkat kesadaran dan tekanan arteri rata-rata skala nyeri kepala antara sebelum dan ssudah
pada pasien dengan cedera kepala. Hasil diberikan perlakuan posisi Head Up 30
penelitian Martina, dkk (2017) juga derajat pada pasien cedera kepala ringan di
menunjukkan bahwa posisi Head Up 30 RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
derajat berpengaruh terhadap saturasi oksigen Purwokerto. Penurunan skala nyeri ini bisa
pada pasien stroke. disebabkan oleh posisi Head Up 30 derajat
Posisi head-up 30 derajat bertujuan untuk yang sesuai dengan posisi anatomis tubuh
memenuhi kebutuhan oksigenasi di otak manusia sehingga memberikan rasa nyama
sehingga menghindari terjadinya hipoksia dan menyebabkan respon nyeri pun
pasien, dan tekanan intrakranial menjadi berkurang.
stabil dalam batas normal. Selain itu, posisi
ini lebih efektif untuk mempertahankan KESIMPULAN
tingkat kesadaran karena sesuai dengan Terdapat perbedaan yang signifikan rerata
posisi anatomis dari tubuh manusia yang skala nyeri kepala antara sebelum dan
kemudian mempengaruhi hemodinamik sesudah dilakukan posisi head up 30 derajat
pasien (Batticaca FB, 2008). pada pasien cedera kepala ringan di RSUD
Teori keperawatan comfort yang Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
dikembangkan oleh Kolcaba merupakan dengan nilai P value 0,002 (α<0,05).
suatu rancangan yang memiliki peranan yang Penelitan ini dapat menjadi salah satu
sangat bermanfaat dalam dunia keperawatan. intervensi keperawatan yang dilakukan oleh
Rencana keperawatan yang disusun sebagai perawat untuk mengatasi nyeri pada pasien
tindakan keperawatan dalam upaya cedera kepala ringan. Rumah sakit
pemenuhan kebutuhan akan rasa nyaman diharapkan mampu menyusun standar
yang diperlukan oleh pasien seperti operasional prosedur terkait pemberian posisi
psikologis, sosial dan spiritual, financial, head up 30 derajat untuk pasien cedera
fisiologis, serta lingkungan. Dibutuhkan kepala ringan yang dapat digunakan sebagai
sekurangnya tiga tipe intervensi untuk salah satu acuan perawat dalam memberikan
mencapai suatu kenyamanan yaitu standar intervensi keperawatan yang tepat.
comfort, coaching dan comfort food for the DAFTAR PUSTAKA
soul (Kolcaba, 2003). Aditya Nugroho, Beni & Martono, Martono.
Posisi head up 30 derajat yang dilakukan (2018). Pemenuhan Oksigenasi Otak
dalam penelitian ini merupakan bentuk tipe
422 | Arif Hendra Kusuma, Atika Dhiah Anggraeni / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.2 (2019) 417-422
Melalui Posisi Elevasi Kepala Pada Pasien Stroke Hemoragik By Beni.
Batticaca FB. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Bobak, I. M., Lowdermilk, D. L., Jensen, M. D., & Perry, S. E. (2005). Buku ajar
keperawatan maternitas. Jakarta: EGC.
Bustan, M. N. (2007). Epidemiologi penyakit tidak menular. Jakarta: Rineka Cipta.
Crandall M. (2016). Epidemiology of Traumatic Brain Injury. In Manual of Traumatic
Brain Injury Assessment and Management. 2nd ed. New York: Demos Medical
Publishing.
Damanik, R. P. (2011). Karakteristik Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu
Lintas Darat Rawat Inap Di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-
2011. Gizi,
Kesehatan Reproduksi dan
Epidemiologi, 2(4). Diakses dari https://jurnal.usu.ac.id/index.php/gkre/ar
ticle/view/3671/0
Grace PA, Neil RB. (2006). At a glance Ilmu Bedah. Edisi ketiga. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Harun Rosjidi, C., & Nurhidayat, S. (2014). Buku Ajar Peningkatan Tekanan Intrakranial
& Gangguan Peredaran Darah Otak.
Kolcaba, K. (2003). Comfort theory and practice: a vision for holistic health care and
research. Springer Publishing Company.
Martina, dkk. (2017). Posisi Head Up 300 Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Saturasi
Oksigen Pada Pasien Stroke Hemoragik Dan Non Hemoragik. Adi Husada Nursing
Journal – Vol.3 No.2.
Diakses dari https://akper-adihusada.ac.id/jurnal/index.php/AHNJ/ article/view/98
Mock, Charles. (2005). Human resources for the Control of Road Traffic Injury. Bulletin of the
World Health Organization, Volume 83, Nomor 4, 294-298.
Muttaqin, A. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan.
Jakarta: Salemba Medika.
Nyiemas, dkk. (2013). Angka Kejadian dan Outcome Cedera Otak di RS. Hasan Sadikin Bandung
Tahun 2008-2010. Bandung: FK Unpad. Diakses dari
inasnacc.org/images/Artikel/vol2no2201 3juni/2MoyaPen.pdf.
Pertami SB, Sulastyawati, Anami P. (2017). Effect of 30° Head-Up Position on Intracranial
Pressure Change in Patients with Head Injury in Surgical Ward of General Hospital of Dr. R.
Soedarsono Pasuruan. Public Health of Indonesia: 3(3):89-95. Diakses dari
http://stikbar.org/ycabpublisher/index.ph p/PHI/article/view/131/pdf
Suadoni, M. T. (2009). Raised intracranial pressure: Nursing observations and
interventions. Nursing Standard,
23 (43), 35-40. Diakses dari http://search.proquest.com/docview/219 853790?
accountid=25704
Stein, S. C., Chen, X. H., Sinson, G. P., & Smith, D. H. (2002). Intravascular coagulation: a major
secondary insult in nonfatal traumatic brain injury. Journal of neurosurgery, 97(6)
https://thejns.org/view/journals/j-neurosurg/97/6/article-p1373.x
ANALISIS
JURNAL NASIONAL
Analisis Jurnal Pengaruh Posisi Head Up 30 Derajat Terhadap Nyeri Kepala Pada
Pasien Cedera Kepala Ringan
Cedera kepala dapat menyebabkan tekanan intrakranial meningkat yang diakibatkan
oleh edema serebri maupun perdarahan di otak. Tanda dari adanya tekanan intrakranial yang
meningkat salah satu nya yaitu nyeri kepala. Nyeri kepala terjadi karena adanya peregangan
pada struktur intrakranial yang peka terhadap nyeri, serta ketidak adekuatan perfusi jaringan
otak. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan metabolisme dari aerob keanaerob (Harun
Rosjidi, C., & Nurhidayat, S. 2014).
Cedera kepala ringan adalah trauma pada kulit kepala, tengkorak, dan otak yang
terjadi baik secara langsung atau pun tidak lansung pada kepala yang dapat mengakibatkan
terjadinya penurunan kesadaran ringan dengan nilai tingkat kesadaran (GCS) yaitu 14-15
klien sadar penuh dan orientatif.
Cedera kepala ringan merupakan salah satu klasifikasi dari cedera kepala yang dapat
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada fungsi persarafan serta penurunan kesadaran pada
seseorang tanpa menimbulkan kerusakan pada organ lainnya. Cedera kepala ringan dapat
disebabkan adanya trauma yang pada kepala dengan nilai GCS: 14-15, tidak terdapat
penurunan kesadaran, biasanya terdapat keluhan pusing dan nyeri akut, serta lecet atau luka
pada kepala maupun terjadi perdarahan di otak (Muttaqin, A, 2008).
Nyeri kepala di klasifikasikan sebagai nyeri kepala primer dan skunder, nyeri kepala
primer adalah nyeri kepala tanda adanya penyebab structural organic. Contoh nyeri kepala ini
antara lain migrain, nyeri kepala tension dan nyeri kepala cluster. Sedangkan nyeri kepala
skunder ialah nyeri kepala karena trauma atau post trauma headce, infeksi otak aatau penyakit
lainnya .Factor-faktor yang mempengaruhi persepsi individu terhadap nyeri, factor tersebut
antara lain :usia, jenis kelamin, pengalaman nyeri masa lalu, social budaya, nilai agama,
lingkungan dan dukungan oraang terdekat(potter & perry,2005)
Penatalaksanaan terhadap nyeri dapat berupa tindakan farmakologis dan non
farmakologis .Banyak terapi non farmakologis yang telah dikembangkan dalam dunia
keperawatan, diantaranya adalah modalitastermal, Transcutaneus Electric Nerve Stimulation
(TENS), akupuntur, relaksasi, distraksi, imaginasiterbimbing, biofeedback, hipnosis dan terapi
musik (Bobak, Irene M., et al. 2005).
Posisi head up 30 derajat ini merupakan cara meposisikan kepala seseorang lebih
tinggi sekitar 30 derajat dari tempat tidur dengan posisi tubuh sejajar dan kaki lurus atau tidak
menekuk. Posisi head up 30 derajat bertujuan untuk menurunkan tekanan intrakranial pada
pasien cedera kepala.Selain itu posisi tersebut juga dapat meningkatkan oksigen ke otak.
Penelitian Aditya N, dkk (2018) menunjukkan bahwa posisi elevasi kepala 30 derajat dapat
meningkatkan aliran darah keotak dan memaksimalkan aliran oksigen ke jaringan otak.
Posisi head up 30 derajat merupakan posisi untuk menaik kan kepala dari tempat tidur
dengan sudut sekitar 30 derajat dan posisi tubuh dalam keadaan sejajar. Prosedur kerja
pengatur posisi head up 30 derajat adalah sebagai berikut:
1. Meletakkan posisi pasien dalam keadaan telentang
2. Mengatur posisi kepala lebih tinggi dan tubuh dalam keadaan datar
3. Kaki dalam keadaan lurus dan tidak fleksi
4. Mengatur ketinggian tempat tidur bagian atas setinggi 30 derajat
Hal- hal yang perlu di perhatikan dalam mengatu rposisi head 30 derajat adalah
fleksi, ekstensi, dan rotasi kepala akan menghambat venous return sehingga akan
meningkatkan tekanan perfusi serebral yang akan berpengaruh pada peningkatan
TIK.
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa laki-laki menjadi jenis kelamin
terbanyak yaitu sebesar 59,1%. Hal ini sesuai dengan penelitian Nyiemas (2013)
danMiranda (2014), yang menyebutkan bahwa kejadian pada laki-laki (78,1%) lebih
banyak dibandingkan perempuan (21,9%).Seorang laki-laki pada umumnya lebih aktif dan
mempunyai perilaku yang cenderung beresiko mengalami cedera dibandingkan perempuan.
Laki-laki juga lebih banyak beraktivitas diluar rumah dan di jalanan serta sering berada
dalam keadaan yang dapatmenimbulkancederayaitumengendaraikendaraanbermotor,
buruhbangunan, berada di tempat-tempat yang tinggibahkanperkelahian (Bustan, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata skala nyeri sebelum dilakukan
posisi head up 30 derajat sebesar 4,77 sedangkannilai rerata skala nyeri sesudah diberikan
posisi head up 30 derajat sebesar 3,36. Hasil rerata tersebut terjadi selisih penurunan skala
nyeri dengan rerata sebesar 1,41. Dari hasil analisis uji dependent t-test didapatkan P value
0,002 (α<0,05),maka dapatdisimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara skala
nyeri kepala sebelum dan sesudah diberikan intervensi.
Kesimpulan
Terdapat perbedaan yang signifikan rerata skala nyeri kepala antara sebelum dan
sesudah dilakukan posisi head up 30 derajat pada pasien cedera kepala ringan di RSUD Prof.
Dr. Margono Soekarjo Purwokerto dengan nilai P value 0,002 (α<0,05). Penelitan ini dapat
menjadi salah satu intervensi keperawatan yang dilakukan oleh perawat untuk mengatasi nyeri
pada pasiencedera kepala ringan. Rumah sakit diharapkan mampu menyusun standar
operasional prosedur terkait pemberian posisi head up 30 derajat untuk pasien cederakepala
ringan yang dapat digunakan sebagai salah satu acuan perawat dalam memberikan intervensi
keperawatan yang tepat.
JURNAL INTERNASIONAL
Analisis jurnal Pengaruh Posisi Kepala 30 ° Terhadap Perubahan Tekanan Intracranial
Pada Pasien Dengan Cedera Kepala Di Bidang Bedah Rumah Sakit Rumah Sakit
Umum Dr. R. Soedarsono Pasuruan
Cidera kepala termasuk cedera oleh benda / fragmen tulang yang menembus jaringan
otak, dan efek kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak atau efek percepatan dan
perlambatan pada otak.Menurut literatur, cedera kepala dapat menyebabkan masalah serius
seperti peningkatan tekanan intra-kranial, krisis hipertensi, perdarahan, kejang dan kematian.
Peningkatan tekanan intraranial dapat menyebabkan iskemia atauinfark jaringan otak dan
kematian otak sehingga tindakan pencegahan segera diperlukan.
Kecelakaan lalu lintas adalah penyebab paling umum dari cedera kepala dan
merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, terutama di negara-negara
berkembang. Situasi ini umumnya terjadi pada pengemudi motor tanpa memakai helm atau
memakai helm secara acak, dan tidak memenuhi standar. Trauma cedera otak adalah masalah
kesehatan masyarakat global yang signifikan dan diperkirakan menjadi penyebab utama
kematian dan kecacatan pada tahun 2020.
Strategi non-farmakologis perfor-med untuk manajemen cedera kepala adalah
pengaturan posisi head-up 15-30 ° untuk meningkatkan aliran balik vena dan mengurangi
tekanan intra-kranial. Pada pasien dengan hipovolemik, mungkin ada kecurigaan penurunan
tekanan darah yang drastis dan penurunan perfusi otak. Dalam manajemen untuk
mengoptimalkan nilai daritekanan intra-kranial, tekanan darah diperlukan untuk
mempertahankan nilai tekanan perfusi serebral dalam kisaran normal.
Pada pasien dengan cedera kepala berat, hipotensi dapat meningkatkan kematian.
Sementara pada pasien dengan cedera kepala, hipertensi juga terjadi yang dapat menyebabkan
kematian. Posisi kepala 30° dapat menurunkan TIK dan meningkatkan tekanan perfusi otak
dibandingkan dengan posisi terlentang.
Posisi head-up 30 ° dilakukan pada pasien dengan cedera kepala karena posisi ini akan
memfasilitasi drainase aliran darah balik dari intrakranial sehingga mengurangi tekanan
intrakranial. Selain itu, dari studi Mahfoud, ditemukan bahwa tekanan intrakranial dalam
Nilai TIK menurun secara signifikan dalam kisaran posisi 0 °-60 °, tekanan arteri intrakranial
minimum ditemukan pada pasien dengan posisi kepala-up 30 °. Posisi horizontal akan
meningkatkan CPP dan posisi head-up> 40 ° akan menurunkan perfusi otak. Bahrudin dan
Sunardi10 juga menyatakan bahwa TIK akan menurun secara signifikan dari posisi head-up 0
° -35 °, tetapi pada posisi 40 ° dan ke atas, TIK akan bangkit kembali.
Perawatan diberikan selama 2 jam pada hari pertama dan kemudian tingkat kesadaran
dan Tekanan Arteri Rata-rata diukur (posttest 1). Setelah dari itu, perawatan dilanjutkan
selama 2 jam dan kemudian tingkat kesadaran dan Tekanan Arteri Rata-rata diukur lagi
(posttest 2).
Hasil penelitian
Hasil tingkat kesadaran pada posisi head-up 30 ° pada 15 responden pada posttest 1
menunjukkan bahwa 26,67% responden memiliki tingkat kesadaran 9-12 dan 73,33% dari
mereka memiliki tingkat kesadaran 13-15. Pada posttest 2, ternyata 100% responden memiliki
tingkat kesadaran berkisar 13-15. Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat kesadaran rata-rata
pada posttest 1 adalah 13,67 dan pada posttest 2 adalah 14,87. Sedangkan tingkat kesadaran
pada posisi kepala 15 °, rata-rata tingkat kesadaran pada posttest 1 adalah 14,40 dan pada
posttest 2 adalah 14,60. Untuk tekanan arteri rerata, pada posisi head-up 30 °, MAP pada
posttest 1 adalah 80,42 dan posttest 2 adalah 93,76. Sedangkan pada posisi head-up 15 °,
MAP pada posttest 1 adalah 85,01 dan posttest 2 adalah 81,05.
Wilcoxon menandatangani uji peringkat seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3
menunjukkan nilai-p 0,010 (<0,05), yang menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
secara statistik dari posisi head-up 30 ° pada tingkat kesadaran dibandingkan dengan posisi
head-up 15 °. Namun, ada efek yang signifikan secara statistik dari posisi head-up 30 ° dan 15
° pada tekanan arteri rerata dengan p-value 0,031 dan 0,035 (<0,05).
DISKUSI
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh posisi head-up 30 ° terhadap
perubahan tekanan intrakranial pada pasien dengan cedera kepala. Tekanan intrakranial
digambarkan dalam hal tingkat kesadaran dan tekanan arteri rata-rata. Temuan dari penelitian
ini mengungkapkan bahwa ada pengaruh yang signifikan secara statistik dari posisi head-up
30 ° pada tingkat kesadaran. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menemukan
bahwa 93,3% pasien pasca operasi memiliki kesadaran komposit setelah diberikan posisi
kepala 30 ° C dalam 30 menit.
Posisi kepala 30 ° bertujuan untuk mengamankan pasien dalam pemenuhan oksigenasi
untuk menghindari hipoksia pada pasien, dan tekanan intrakranial mungkin stabil dalam
kisaran normal.11 Selain itu, posisi ini lebih efektif untuk mempertahankan level kesadaran
karena mempengaruhi posisi anatomi tubuh manusia yang kemudian mempengaruhi
hemodinamik pasien. Posisi kepala 30 ° juga efektif untuk homeostasis otak dan mencegah
kerusakan otak sekunder oleh stabilitas fungsi pernapasan untuk mempertahankan perfusi
otak yang memadai.
Temuan penelitian ini juga mengungkapkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
secara statistik dari posisi head-up 30 ° dan 15 ° terhadap tekanan arteri rerata. Ini konsisten
dengan penelitian sebelumnya yang mengindikasikan bahwa posisi head-up dalam kisaran 15-
30 ° dapat menurunkan tekanan perfusi otak dan menstabilkan tekanan arteri rerata.
Variabel tekanan (MAP) diukur dalam penelitian ini karena kekhasan gejala klinis
pada cedera kepala yaitu penurunan tingkat kesadaran dan perubahan tekanan darah. Selain
itu, MAP digunakan dalam rumus: Tekanan Perfusi Serebral = Tekanan Arteri Rata-rata -
Tekanan Intrakranial. 10 Tekanan Perfusi Serebral adalah tekanan perfusi otak, yang terkait
dengan tekanan intrakranial.
Di sisi lain, Olviani8 menyatakan bahwa Tekanan Arteri Rata-rata harus dijaga di atas
60 mmHg untuk memastikan perfusi ke otak, arteri koroner dan ginjal selama posisi head-up.
Selain itu, peningkatan tekanan darah atau tekanan nadi yang membesar (perbedaan antara
tekanan darah sistolik dan diastolik) atau perubahan tanda-tanda vital adalah gejala klinis
peningkatan tekanan intrakranial. Perubahan sistol dan diastol juga akan mempengaruhi nilai
rata-rata arteri. tekanan pada pasien dengan cedera kepala.
Positioning adalah salah satu bentuk intervensi keperawatan yang sudah dikenal dalam
penerapan perawatan pasien. Posisi head-up 30 ° adalah bagian dari mobilisasi progresif level
I pada pasien cedera kepala yang bisa menjadi teknik non-farmakologis untuk menjaga
stabilitas tekanan intrakranial. Posisi head-up 30 ° dapat meluncurkan drainase vena dari
kepala dan kondisi stabil; dan mencegah fleksi leher, rotasi kepala, batuk dan bersin.
Namun, efek posisi head-up 30 ° pada tekanan intrakranial dipengaruhi oleh banyak
faktor termasuk faktor obat, riwayat hipertensi dan teknik nonfarmakologis lainnya. Faktor
obat tidak termasuk dalam penelitian ini karena keterbatasan peneliti dalam mengendalikan
paruh obat, dan faktor perancu lainnya seperti riwayat penyakit sebelumnya juga dikeluarkan
karena dalam
penelitian tidak ada responden dengan riwayat hipertensi sebelumnya.
Pada saat penelitian, beberapa pasien tidak dapat memiringkan ke satu sisi tubuh
sehingga keterbatasan ini mempengaruhi mobilisasi progresif tingkat I untuk pasien cedera
kepala. Selain itu, dalam penelitian ini, peneliti juga memiliki keterbatasan dalam mengelola
pengobatan farmakologis yang mungkin berdampak pada tekanan intrakranial, seperti sedasi
dengan morfin IV, intubasi trakea, hiper mekanik.
ventilasi (PaCO2˂30 mmHg), obat hyperosmotic (manitol 0,25-0,5 g / kg), diuretik
(furosemide 5-20 mg), kelumpuhan (pancuronium 1-4 mg) dan drainase LCS.7 Namun,
penelitian ini memberikan wawasan tentang pengetahuan tentang efek posisi head-up 30 °
terhadap perubahan tekanan intrakranial.
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa ada efek yang signifikan dari posisi head-up 30 ° pada
perubahan tekanan intrakranial, terutama dalam tingkat kesadaran dan tekanan arteri rata-rata
pada pasien dengan cedera kepala. Disarankan bahwa bagi petugas kesehatan untuk
memberikan pengetahuan tentang intervensi ini untuk mencegah peningkatan tekanan
intrakranial. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memeriksa posisi head-up 30 ° pada
tekanan intrakranial, termasuk kecepatan nadi, pernapasan, tingkat nyeri, muntah dan respons
pupil.