Sie sind auf Seite 1von 11

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI METODE

AUDIOVISUAL TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT


TENTANG PENCEGAHAN FILARIASIS DI KABUPATEN
KUBURAYA
Dhea Yolanda Saputri1, Surtikanti2, Kharisma Pratama3
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak
dheyol18@gmail.com

ABSTRACT

Background: Kuburaya has the highest case of chronic filariasis in the sungai asam
regency west kalimantan, which is 21 cases of filariasis sufferers in 2018. Health
education is one of the media used to change people’s attitudes and behaviors towards
prevention of filariasis
Objective: To analyze the effect of health education through audiovisual media on
people's attitudes and behavior about filariasis in the district of Kuburaya.
Research Method: This research is a research using the Quisi Experiment method with
the design of Pre and Post Test Without Control. In this study, samples were taken by
Purposive sampling method, the technique used in sampling in this study was
Nonprobability sampling. The sample in this study were 20 respondents, the analysis used
Wilcoxon test.
Results: From the results of the study, it was conducted that there was an influence of the
audiovisual health education method on people's attitudes and behavior about filariasis.
Based on the statistical test using the Wilcoxon test shows that the value of the attitude
pvalue is 0.02 <α = 0.05 and the behavioral value of 0.03 <α = 0.05, the results obtained
pre-test good attitude 35% and 65% less good, post-test good attitude 80% and less good
20%. While the results of pre-test good behavior 20% and 80% less good, post-test good
behavior 80% and less 20%.
Conclusion: Based on the results of the study, it can be concluded that there is an
influence of audiovisual health education on the attitudes and behavior of the community
about filariasis in the Asam River, Kubu Raya district.
Keywords: Attitudes, Behavior, Filariasis, Audiovisual

ABSTRAK

Latar belakang: Kuburaya memiliki kasus filariasis kronis tertinggi di Kabupaten Sungai
Asam Kalimantan Barat yaitu sebanyak 31 kasus penderita filaria pada tahun 2018.
Pendidikan kesehatan merupakan salah satu media yang digunakan untuk merubah sikap
dan perilaku masyarakat terhadap pencegahan filariasis.
Tujuan: Untuk menganalisa pengaruh pendidikan kesehatan melalui media audiovisual
terhadap sikap dan perilaku masyarakat tentang filariasis di Sungai Asam Kabupaten
Kuburaya.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian menggunakan metode Quisi
Eksperiment dengan rancangan Pre and Post Test Without Control. Dalam penelitian ini,
sampel yang diambil dengan metode Purposive sampling, teknik yang digunakan dalam

1
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Nonprobability sampling. Sampel dalam
penelitian ini sebanyak 20 responden, analisis yang digunakan uji wilcoxon.
Hasil Penelitian: Dari hasil penelitian dilakukan bahwa ada pengaruh pendidikan
kesehatan metode audiovisual terhadap sikap dan perilaku masyarakat tentang filariasis.
Berdasarkan daru uji statistic menggunakan uji wilcoxon menunjukkan bahwa nilai P
value sikap 0,02 <α= 0,05 dan P value perilaku 0,03 <α= 0,05, didapatkan hasil pre test
sikap baik 35% dan kurang baik 65%, post test sikap baik 80%, dan kurang baik 20%.
Sedangkan hasil pre test perilaku baik 20% dan kurang baik 80%, post test perilaku baik
80% dan kurang 20%.
Kesimpulan:Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa ada pengaruh
pendidikan kesehatan metode audiovisual terhadap sikap dan perilaku masyarkat tentang
filariasis di Sungai Asam kabupaten Kubu raya.
Kata kunci: Sikap, Perilaku, Filariasis, Audiovisual

2
PENDAHULUAN Filariasis as a Public Health Problem by
Filariasis adalah suatu infeksi yang the Year 2020) yaitu program eliminasi
disebabkan cacing filaria dewasa yang yang dilaksanakan melalui POMP
hidup dalam kelenjar limfe dan darah (Pemberian Obat Massal Pencegahan)
manusia yang ditularkan oleh nyamuk, dan perawatan untuk mencegah
penyakit ini bersifat menahun dan bila kecacatan serta mengurangi penderitaan
tidak mendapatkan pengobatan akan filariasis yang dilaksanakan pada lokasi
menimbulkan cacat menetap berupa endemis, sedangkan di indonesia
pembesaran kaki (elephantiasis), eliminasi filariasis dilakukan secara
pembesaran lengan, payudara dan alat bertahap yang dimulai pada tahun 2002
kelamin pada wanita maupun laki-laki. di wilayah endemis
Penyakit ini tidak menyebabkan Dampak dari POMP (Pemberian
kematian secara langsung melainkan Obat Massal Pencegahan) selama 13
penderita mengakibatkan kerugian yang tahun terakhir menunjukkan >96,71 juta
tidak sedikit akibat kehilangan jam kerja kasus filariasis dapat di cegah, namun
yang disebabkan oleh penyakit filariasis sebanyak 36 juta kasus hidrokel dan
tersebut limfoedema masih tetap ada. Tujuan
Menurut World Health Organization utama dalam penanganan dini terhadap
(2018) di perkirakan 120 juta orang di penyakit filariasis adalah membasmi
daerah tropis dan subtropis di dunia parasit atau larva yang berkembang
terinfeksi filariasis limfatik, dengan dalam tubuh penderita, sehingga tingkat
jumlah 25 juta pria yang mengalami penularan dapat di kurangi. Filariasis
masalah pada kelamin (Hydrocoele) dan juga dapat dicegah dengan pemberian
15 juta wanita mengalami lymphoedema. edukasi dan pendidikan kesehatan pada
Indonesia mengalami endemis filariasis masyarakat sekitar untuk memberantas
di 29 provinsi dan 239 kabupaten atau nyamuk misalnya dengan 3M
kota pada tahun 2016. Sebanyak Menurut Notoadmodjo (2012)
102.279.739 orang yang tinggal di menyatakan bahwa pendidikan
kabupaten atau kota endemis dapat kesehatan adalah perilaku kesehatan
beresiko terinfeksi filariasis atau perilaku untuk memelihara dan
Penyakit filariasis limfatik dapat meningkatkan kesehatan yang kondusif
mengakibatkan infeksi yang hebat di oleh sasaran dari promosi kesehatan.
daerah kulit dan terjadi gangren atau Secara operasional pendidikan
anafilaksis, selain itu filariasis juga dapat kesehatan dapat meningkatkan
menyebabkan anemia yang hebat di penegetahuan dan sikap baik individu
karenakan cacing filaria menghisap maupun masyarakat dalam memelihara
darah tersebut. Komplikasi yang akan dan meningkatkan kesehatan
terjadi pada penderita filariasis ini juga Penelitian yang dilakukan Satri Mayu
dapat mengakibatkan kebutaan yang yang membahas pendidikan kesehatan
akan terjadi setelah beberapa tahun audiovisual (2014) di puskesmas Sungai
kemudian, karena akumulasi mikrofilaria Apit Kepulauan Riau, pendidikan
di cairan vitreous. Kerusakan yang paling kesehatan sebelumnya hanya dilakukan
parah yaitu embrio yang berjalan dalam pada salah satu daerah saja dengan
cairan interstial kulit dan jaringan waktu yang sangat terbatas dikarenakan
subdermal yang dapat menyebabkan kesulitan untuk mengumpulkan
elastik dan mengakibatkan lipatan paha masyarakat dalam satu tempat dan
yang menggantung dalam waktu yang bersamaan. Hal ini
Badan Organisasi Dunia (WHO) disebabkan oleh luasnya daerah binaan
menetapkan kesepakatan global (The puskesmas tersebut dan hasil penelitian
Global of Elimination of Lymphatic ini rata-rata pengetahuan responden

3
menjadi 9.69. Didapatkan bahwa menggunakan satu kelompok sampel
pendidikan kesehatan melalui media tanpa kelompok kontrol.
audiovisual dapat meningkatkan sikap Penelitian ini adalah masyarakat di
dan perilaku masyarakat terhadap wilayah kerja Puskemas Sungai Asam
pencegahan filariasis serta perilaku Kabupaten Kubu Raya. Populasi dalam
masyarakat dalam mengkonsumsi obat penelitian yaitu RT 02 RW 06 dengan
filariasis yang telah diberikan. Salah satu jumlah 102 KK di Wilayah Kerja
upaya pencegahan adalah dengan cara Puskesmas Sungai asam.
meningkatkan pengetahuan dan
merubah sikap menggunakan metode Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri
Audiovisual yang merupakan cara untuk yang perlu dipenuhi setiap anggota
menghasilkan dan menyampaikan materi populasi yang dapat diambil sebagai
dengan baik untuk menyajikan pesan- sampel. Kriteria inklusi dalam penelitian
pesan audiovisual adalah :
Kecamatan Sungai Asam, a. Masyarakat tetap diwilayah sungai
Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat asam
tepatnya menempati posisi tertinggi b. Masyarakat yang bersedia menjadi
penderita filariasis kronis yaitu sebanyak responden
31 orang yang terdiri 28 orang c. Masyarakat yang dapat membaca dan
perempuan dan 3 orang laki-laki menulis
(DepKes KubuRaya). Berdasarkan studi d. Usia lebih dari 20 tahun
pendahuluan di Dinas Kesehatan Kriteria eklusi adalah kriteria yang
Kuburaya bahwa di Wilayah Kubu Raya menghilangkan atau mengeluarkan
Puskesmas Sungai Asam sudah pernah subjek yang memenuhi kriteria inklusi
diadakan penyuluhan kesehatan melalui dari penelitian karena sebab-sebab
pembagian leaflet dan pembagian obat tertentu :
filariasis secara massal dan didapatkan a. Masyarakat yang pindah rumah saat
data bahwa masih rendahnya kepatuhan penelitian
masyarakat untuk mengkonsumsi obat b. Masyarakat yang sehat jasmani
filaria rohani.
Berdasarkan hal ini, maka peneliti
tertarik untuk melakukan pendidikan HASIL PENELITIAN
kesehatan menggunakan media Analisa Univariat
audiovisual yang bertujuan untuk a. Karakteristik Responden
mengetahui “Pengaruh Pendidikan Berdasarkan Jenis Kelamin dan
Kesehatan Melalui Media Audiovisual Usia Masyarakat di Sungai Asam
terhadap Sikap dan Perilaku tentang Kabupaten Kuburaya 2019 (n=20)
Pencegahan Filariasis pada Masyarakat
di Wilayah Sungai Asam Kabupaten
Kubu Raya”

METODOLOGI PENELITIAN
Desain quisi experiment dengan
rancangan Pre and Post Test Without
Control. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh pendidikan
kesehatan melalui metode audiovisual
tentang pencegahan sikap dan perilaku
masyarakat pada filariasis. Penelitian ini

4
Pretest Posttest
Karakteristik Frekuensi Persentase
(n) (%) Sikap
Jenis N % n %
Kelamin Baik 7 35.0 16 80.0
Laki-laki 13 65.0
Perempuan 7 35.0
Total 20 100.0 Kurang 1 65.0 4 20.0
Baik 3
Usia
Remaja 1 5.0 Total 2 100. 20 100.0
Akhir 17-25 0 0
tahun
Dewasa 3 15.0
Awal 26-35
tahun Pretest Postest
Dewasa 8 40.0 Perilaku
Akhir 36-45 N % n %
tahun
Lansia Awal 4 20.0 Baik 6 30. 16 80.0
46-55 tahun 0
Lansia Akhir 3 15.0 Kurang 14 70. 4 20.0
56-65 tahun Baik 0
Manula >65 1 5.0
tahun Total 20 100 20 100.0
Total 20 100.0 .0
Sumber :Data Primer 2018
Sumber : Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat Berdasarkan tabel 4.4 hasil penelitian
bahwa karakteristik responden didapatkan bahwa pretest sikap sebelum
berdasarkan jenis kelamin yang paling diberikan pendidikan kesehatan media
dominan adalah laki-laki sebanyak 13 audiovisual tentang pencegahan filariasis
responden 65.0%. Adapun usia yang dengan sikap baik 35.0% sedangkan
paling dominan adalah dewasa akhir 36- sikap kurang baik 65.0% dan posttest
45 tahun sebanyak 8 responden 40.0% sikap setelah pemberian pendidikan
Analisa Bivariat kesehatan media audiovisual tentang
Analisa bivariat yang dilakukan terhadap pencegahan filariasis dengan sikap baik
dua variabel yang diduga berhubungan 80,0% sedangkan sikap kurang baik
atau berkorelasi. Pada penelitian ini data 20.0%. Adapun pretest perilaku sebelum
yang didapatkan berdistribusi tidak pemberian pendidikan kesehatan media
normal maka uji yang digunakan adalah audiovisual tentang pencegahan filariasis
wilcoxon test. dengan perilaku baik 30,0% sedangkan
perilaku kurang baik 70.0% dan posttest
perilaku setelah pemberian pendidikan
kesehatan media audiovisual tentang
pencegahan filariasis dengan perilaku
baik 80.0% sedangkan perilaku kurang
baik 20.0%. Hasil analisa data
menggunakan uji wilcoxon didapatkan
nilai pvalue perilaku 0,03 < α=0,05, dan
nilai pvalue sikap 0,02 < α=0,05, yang

5
berarti Ho ditolak dan Ha diterima dapat bertambah, sikap akan tetap
disimpulkan bahwa ada pengaruh cenderung sama karena sikap dan
pendidikan kesehatan media audiovisual persepsi seseorang akan cenderung
terhadap sikap dan perilaku masyarakat stabil dan menetap.
tentang pencegahan filariasis di 2. Karakteristik Berdasarkan jenis
Kabupaten Kuburaya. kelamin
PEMBAHASAN Berdasarkan jenis kelamin didapatkan
1. Karakteristik Berdasarkan Usia hasil sebanyak 13 responden berjenis
Hasil penelitian yang dilakukan di kelamin laki-laki. Hal ini sesuai
wilayah Sungai Asam Kuburaya dengan teori Lewin (1970) dalam
dengan jumlah sampel 20 responden Green (1991) yang mengatakan
berdasarkan usia yang paling bahwa jenis kelamin adalah salah
dominan adalah rentang usia dewasa satu faktor pembentukan sikap dan
akhir 36-45 tahun sebanyak 8 perilaku masyarakat dan
responden 40.0%. Penelitian ini menyebutkan bahwa jenis kelamin
sesuai dengan teori Wawan&Dewi mempunyai pengaruh terhadap
(2010) yang menyatakan bahwa perilaku dikarenakan dalam
semakin cukup umur seseorang, kesehariannya, perempuan lebih
tingkat kematangan dan kekuatan patuh kepada laki-laki. Adapun
seseorang lebih matang dalam berfikir menurut penelitian Oktarina (2009)
dan bekerja. Adapun teori Lewin menyatakan bahwa jenis kelamin
(1970) yang menyatakan bahwa usia mempunyai hubungan yang bermakna
adalah salah satu faktor pembentuk terkait dengan tingkat pengetahuan
sikap dan perilaku masyarakat. seseorang dikarenakan laki-laki lebih
Adapun hasil yang sesuai dengan mudah mendapatkan pengetahuan
penelitian Joni (2018) yang maupun informasi tertentu karena
menyatakan bahwa ada hubungan lebih sering keluar rumah. Hal ini
yang bermakan antara usia dengan sesuai dengan penelitian Ni Nyoman
kepatuhan responden dalam (2015) yang menyatakan bahwa
mengkonsumsi obat anti tuberkulosis. penderita filariasis sebagian besar
Menurut peneliti usia sangat laki-laki hal ini disebabkan karena laki-
berpengaruh terhadap perubahan laki lebih sering berada diluar rumah
sikap dan perilaku masyarakat pada waktu malam hari, sehingga
terhadap pencegahan filariasis berpeluang lebih besar untuk kontak
dikarenakan usia dewasa akhir lebih dengan vektor filariasis. Menurut
bisa menangkap atau menerima penelitian Sinaga (2008) yang tidak
segala informasi yang diberikan dan sesuai dengan hasil penelitian diatas
dapat memberikan efek terhadap yaitu responden mayoritas perempuan
sikap perilaku kedepannya. Hal ini pada tempat yang diteliti berdasarkan
tidak sesuai dengan penelitian pada faktor dominannya ibu yang
Rusmanto (2013) bahwa tidak ada mengurus rumah tangga, dengan
hubungan usia terhadap perubahan demikian perempuan lebih
sikap dan perilaku dikarenakan faktor bertanggung jawab terhadap keluarga
afektif dari responden. Komponen dan segala kegiatan yang berkaitan
afektif dapat dilihat dari dengan urusan rumah tangga.
kecenderungan sikap responden Adapun penelitian yang mendukung
selama hidupnya, jika orang yang hasil penelitian diatas menurut Ariska
memiliki sikap selalu menolak dengan (2018) dengan hasil penelitian
pengobatan atau program pemberian frekuensi usia yang lebih dominan
obat maka meskipun usia semakin laki-laki sebanyak 13 dikarenakan

6
laki-laki lebih menjaga faktor metode audiovisual (lihat-dengar)
lingkungan seperti menjaga lebih merangsang dalam
kebersihan, air dan limbah diparit dan penyampaian pesan-pesan atau
sampah yang berserakan guna untuk informasi yang disampaikan karena
mencegah habitat perindukan dan responden dapat melihat dan
tempat istirahat nyamuk spesies responden juga dapat mendengarkan
tertentu khususnya vektor filariasis. isi pesan tersebut, sehingga metode
3. Pengaruh Pengaruh Pendidikan media audivisual memiliki nilai rata-
Kesehatan Melalui Metode rata lebih tinggi dibandingkan dengan
Audiovisual terhadap Sikap dan metode buku saku (Dale,1964 dalam
Perilaku Masyarakat tentang Nursalam, 2009). Hal ini sesuai
Pencegahan Filariasis dengan teori dari Notoadmodjo (2010)
Berdasarkan uji wilcoxon tingkatan yang terjadi pada sikap,
menunjukkan bahwa p value pada adalah sikap merespon terhadap
sikap 0,03 < α= 0,05 dan p value suatu interaksi jika ditanya akan
perilaku 0,02 < α= 0,05 yang berarti menjawab serta menyelesaikan tugas
Ho ditolak berarti terdapat perbedaan yang diberikan, selanjutnya menerima
bermakna responden yang sebelum yang dimaksud yaitu seseorang dapat
dan sesudah diberikan pendidikan menerima dan memperhatikan
kesehatan menggunakan metode stimulus (rangsangan) yang diberikan,
audiovisual. Terjadi perubahan setelah seseorang menerima maka
setelah dilakukan pendidikan seseorang tersebut akan menghargai
kesehatan yang diberikan setelah ajakan orang lain untuk
mengobservasi lingkungan dan mendiskusikan terhadap suatu
menganalisa sikap perilaku masalah dan bertanggung jawab atas
masyarakat dalam pencegahan segala sesuatu yang telah dipilih dan
filariasis. Hal ini sesuai dengan dikerjakan merupakan suatu sikap
penelitian Nissa Noor (2018) bahwa yang paling tinggi. Hal ini tidak sesuai
penggunaan metode Media dengan penelitian ini adalah Ni
Audiovisual dapat membantu Nyoman (2014) bahwa sikap
mengubah perilaku lebih baik masyarakat di wilayah penelitian yang
daripada hanya dengan metode positif terhadap filariasis tidak diikuti
ceramah. Hasil penelitian ini sejalan dengan perilaku mereka yang positif
dengan hasil penelitian Papilaya dalam mencegah penularan filarisis.
(2016) yang menunjukkan hasil Kenyataan menunjukkan bahwa sikap
dengan kategori baik 42,14% seseorang adalah suatu tindakan
kemudian berubah menjadi 46,64% seperti pendidikan kesehatan akan
dan menyatakan bahwa media menjadi stimulus rangsangan dalam
audiovisual memiliki kemampuan lebih diri seseorang, kemudian akan terjadi
baik dalam memperbaiki sikap proses stimulus yang memungkinkan
perilaku. Hal yang sama dengan seseorang untuk mengambil respon
penelitian Hendri (2018) menujukkan yang ada pada sikap tertutup.
bahwa menggunakan media Informasi merupakan faktor-faktor
audiovisual dalam mendukung yang mempengaruhi perilaku menurut
perilaku pencegahan filariasis dimana Green(1990) dalam Priyoto (2015)
persentase dengan kategori baik adanya faktor predisposisi yang
semulai 41,9% kemudian berubah memotivasi suatu perilaku seseorang
menjadi 90,3% setelah diberikan sehingga mempermudah terjadinya
pelatihan menggunakan audiovisual perubahan perilaku seseorang, faktor
dikarenakan promosi kesehatan pemungkin dimana faktor lanjutan dari

7
faktor predisposisi agar perilaku 4. Karakteristik responden berdasarkan
tersebut dapat terwujud, selanjutnya usia didapatkan kategori yang paling
faktor penguat dimana adanya dominan adalah usia dewasa akhir
dukungan sosial yang diberikan ke dengan rentang 35-45 tahun
individu tersebut seperti keluarga, sebanyak 8 responden 40%.
teman, guru maupun tugas kesehatan Karakteristik jenis kelamin didapatkan
yang dapat memperkuat perilaku. bahwa yang paling dominan yaitu laki-
Upaya KIE (Komunikasi, Informasi, laki sebanyak 13 responden 65%.
dan Edukasi) mengenai filariasis Dapat disimpulkan bahwa dengan
dengan perangkat media audiovisual pendidikan kesehatan media
hanya menjangkau 31,67%. Adapun audiovisual sangat berpengaruh pada
beberapa faktor yang dapat sikap dan perilaku masyarakat dalam
mempengaruhi perilaku seseorang pencegahan filariasis. Hal ini tidak
untuk minum obat pencegahan terlepas dari peran petugas kesehatan
filariasis sebagaimana disebutkan untuk menginformasikan kepada
dalam penelitian Marathe (2015) masyarakat bahwa pendidikan
adalah rasa takut terhadap efek obat kesehatan sangat berpengaruh dalam
dan tidak menerima obat filariasis. perubahan sikap dan perilaku
KESIMPULAN masyarakat dalam pencegahan
Berdasarkan hasil penelitian dan filariasis.
pembahasan yang diperoleh maka dapat SARAN
ditarik kesimpulan sebagai berikut: Setelah dilakukan penelitian dengan
1. Frekuensi sikap sebelum diberikan pengaruh pendidikan kesehatan dengan
pendidikan kesehatan melalui media metode media audiovisual terhadap
audiovisual tentang pencegahan sikap dan perilaku masyarakat tentang
filariasis sebanyak 3.40% dan setelah pencegahan filariasis, saran yang
diberikan pendidikan kesehatan diberikan yaitu:
melalui media audiovisual tentang 1. Bagi responden
pencegahan filariasis sebanyak Dengan adanya penelitian ini dapat
9.60%. menambah pengalaman, wawasan
2. Frekuensi perilaku sebelum diberikan dan pengetahuan masyarakat tentang
pendidikan kesehatan melalui media pencegahan filariasis, sehingga dapat
audiovisual tentang pencegahan mencegahan terjadinya filariasis yang
filariasis sebanyak 4.32%, dan setelah berkelanjutan.
diberikan pendidikan kesehatan 2. Bagi Institusi Pendidikan
melalui media audiovisual tentang Diharapkan dengan adanya penelitian
pencegahan filariasis sebanyak ini, sebagai pengembangan ilmu
9.21%. pengetahuan untuk menambah
3. Pengaruh pendidikan kesehatan informasi tentang pencegahan
melalui metode media audiovisual filariasis pada sikap dan perilaku
terhadap sikap dan perilaku masyarakat, sebagai bacaan di
masyarakat tentang pencegahan perpustakaan dan sebagai referensi
filariasis didapakan hasil pada p value untuk mahasiswa.
sikap 0,03 < α 0,05 dan p value 3. Bagi Instansi Kesehatan
perilaku 0,02 < α 0,05 yang berarti Melakukan pendidikan kesehatan atau
ada pengaruh pendidikan kesehatan sosisalisasi kepada masyarakat
media audiovisual dengan sikap tentang pentingnya promosi
perilaku masyarakat dalam kesehatan dengan menggunakan
pencegahan filariasis di Sungai Asam metode audiovisual untuk mencegah
Kubu Raya. peningkatan penderita filariasis serta

8
terus meningkatkan pelayanan Rinehart and Winston Inc. The
kesehatan yang lebih baik. Dryden Press
4. Bagi Peneliti Selanjutnya Departemen Kesehatan Republik
Diharapkan dengan adanya penelitian Indonesia Direktorat Jendral PP
ini dapat digunakan sebagai referensi & PL.2009. Pedoman Program
untuk peneliti selanjutnya. Dalam Eliminasi Filariasis di Indonesia.
melakukan penelitian yang berkenaan Jakarta: Departemen Kesehatan
dengan pendidikan kesehatan dengan Republik Indonesia
metode media audiovisual terhadap Dharma.2011. Metodelogi Penelitian
sikap dan perilaku masyarkat tentang keperawatan. Jakarta: CV.
pencegahan filariasis. Trans Info Media
Dr. Widoyono, MPH.2011. Penyakit
DAFTAR PUSTAKA Tropis. Epidemiologi, penularan,
Agus riyanto. 2011. Aplikasi Metodologi pencegahan dan
Penelitian Kesehatan, Nuha. Pemberantasnnya. Semarang:
Medika; Yogyakarta Penerbit Erlangga.
Akhsin Zulkoni. 2008. Parasitologi. Duludu, Ummysalam. 2017. Buku Ajar
Yogyakarta: Medical Book Bahan dan Media Pembelajaran
AL-Nahdi, Tawfik Salah, Shakeel A. PLS: Yogyakarta: Deepublish
Habib, and Ali Abbaas Endang P, Lukman H,. 2016. Analisis
Albdour. 2015. Factors Cakupan Obat Massal
Influencing the Intention to Pencegahan Filariasis di
Purchase Real Estate in Kabupaten Bandung dengan
Saudi Arabia: Moderating Pendekatan Model Sistem
Effect of Demographic Dinamik; Jawa Barat
Citizenship. International Hidayat. A, Aziz. 2011. Metodelogi
Journal of Business and Penelitian Keperawatan dan
Management; Vol. 10, No. 4 Teknik Analisis Data. Jakarta:
2015 Salemba Medika
Anggraeni, D.M & Saryono. 2013. Horrison. 1999. Prinsip-Prinsip Ilmu
Metodologi Penelitian Kualitatif Penyakit Dalam, edisi 13
dan Kuantitatif dalam Bidang volume 1: Jakarta: EGC
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Jawetz, E., Melnick, J.L., Adelberg, E. A.,
Medika 1996. Mikrobiologi Kedokteran,.
Annashr, Nissa Noor,dkk.2018. Faktor Edisi ke 20, 213, EGC: Jakarta:
Sosiodemografi dan Perilaku Penerbit Buku Kedokteran
yang berhubungan dengan Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan
kejadian Filariasis.Kuningan Indonesia. Jakarta: Kemenkes
Ardias, Onny S, Yusniar H. 2012. faktor RI
lingkungan dan perilaku Kusuma, Kelana Dharma, 2011.
masyarakat yang berhubungan Metodologi Penelitian
dengan kejadian filariasis di Keperawatan (pedoman
Kabupaten Sambas. Jurnal melaksanakan dan menerapkan
Kesehatan Lingkungan hasil penelitian). Katalog dalam
Indonesia. Vol.11 No.2. terbitan (KDT): Perpustakaan
Azwar, saifuddin. 2013. Metode Nasional
Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Lubis, Fatahillah. 2016. Perbedaan
Pelajar Pendidikan Kesehatan
Dale, Edgar. 1964. Audivisual Methods in menggunakan Metode ceramah
Teaching. New york; Holt dan Audiovisual terhadap

9
tingkat pengetahuan dan sikap Santi, Satri M, Febriana S, Darwin
perawatan karies di gigi. K.2014. Efektifitas Media
Wonosegoro Audiovisual Terhadap Perilaku
Mandal, dkk. 2008.Penyakit Infeksi. Edisi Pencegahan Filariasis. JOM
6. Jakarta; Erlangga PSIK.VOL 1.No. 2 Oktober
Martin, Garry & Joseph Pear. 2015. 2014.
Modifikasi Perilaku, makna dan Saryono. 2011. Metodologi Penelitian
penerapannya. Kualitatif dan Kuantitatif dalam
Notoatmodjo, S.2012. Promosi Bidang Kesehatan. Yogyakarta:
Kesehatan dan Ilmu Kesehatan. Nuha Medika
Jakarta: Rineka Cipta. STIT Muhammadiyah Berau Kalimantan
Notoatmodjo.2010.Ilmu Perilaku Timur. 2016. Penelitian Dalam
Kesehatan; Jakarta: Rineka Pendidikan Agama Islam.
Cipta Yogyakarta: Deepublish
Novita, dkk. 2015. Promosi Kesehatan Sudibyo. 2011. Metodologi dan Aplikasi
dalam pelayanan kebidanan. Penelitian Keperawatan.
Jakarta; Selemba Medika Cetakan 1. Jakarta:Trans Info
Papilaya, E.A.,Zuliari, K., & Juliatri.2016. Media
Perbandingan Promosi Suiraoka, I Putu dan I Dewa Nyoman
Kesehatan Menggunakan Media Supariasa. 2012. Media
Audio dengan Media Audio- Pendidikan Kesehatan.
visual terhadap Perilaku Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa Sujarweni, V. Wiratna.2014. Metode
SD. Jurnal-e Gigi (eG), 4(2). Penelitian; Lengkap, Praktis dan
Hal. 282-285. Mudah dipaham. Yogyakarta:
Priyoto. 2014. Teori Sikap dan Perilaku Pustaka Baru Press
Dalam Kesehatan, Yogyakarta: Sujarweni, V. Wiratna.2015. Statistik
Nuha Medika Untuk Kesehatan. Cetakan 1.
Priyoto. 2015. Teori Sikap dan Perilaku Yogyakarta: Gawa Media
Dalam Kesehatan, Yogyakarta: Suryono. 2011. Metodologi Penelitian
Nuha Medika Kesehatan. Yogyakarta. Mitra
Pusdatin. Situasi Filariasis di Indonesia. Medika
2016. Pusat Data dan Informasi Sutanto Inge, Is Suhariah, dkk.2011.
Kementrian Kesehatan RI Parasitologi Kedokteran:
diakses dari: Jakarta: FKUI
http://www.depkes.go.id/downlo Timmreck, TC. 2016. Epidemiologi Suatu
ad.php?file=download/pusdatin/ Pengantar edisi 2. Jakarta; EGC
buletin/buletin-filariasis.pdf Wawan & Dewi M. 2010. Teori dan
Rudi Anshari. 2004. Analisis Faktor pengukuran pengetahuan, sikap
Resiko Kejadian Filariasis Di dan perilaku manusia.
Dusun Tanjung Bayur Desa Yogyakarta; Nuha Medika
Sungai Asam Kecamatan Sugai WHO. Lymphatic Filariasis; Word Health
Raya Kabupaten Pontiianak. Organization. 2010 Diakses
Jurnal Kesehatan Lingkungan dari:
Indonesia. Vol 3 No. 2 http://www.who.int/lymphatic_fila
Sadiman. Arif S. 2004. Media Pendidikan riasis/epidemiologi/en
Kesehatan, Pengertian, Widoyono.2008.Penyakit Tropis
Pengembangan, dan Epidemiologi, Penularan,
Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Pencegahan &
Raja Grafindo Persada

10
Pemberantasannya. Jakarta:
Erlangga

11

Das könnte Ihnen auch gefallen