Sie sind auf Seite 1von 15

Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No.

1, Nov 2015
ISSN : 2089-1776

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF


BERBASIS INKUIRI PADA MATERI SISTEM
REPRODUKSI MANUSIA UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR DAN MELATIHKAN KETERAMPILAN
BERPIKIR KRITIS SISWA

Syahdiani1), Soeparman Kardi2), I G Made Sanjaya3)

1)
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
2), 3)
Dosen Pascasarjana Prodi Pendidikan Sains Univesrtitas Negeri Surabaya
E-mail: dhani.fiz@gmail.com

Abstract : This study aims to describe the feasibility of interactive multimedia based inquiry on material Human Reproduction
System to improve learning outcomes and practice students critical thinking skill. The feasibility product is measuring by
validity, practically and effectiveness result. The validity product by looking expert media, and content expert valued. The
practicaly instructional package showed by learning implementation, and students intrested . The effectiveness by looking at
learning outcome and the diffrence between the scores of pretest and posttest achieved by the students. This research is design by
instructional learning package design based on Dick and Carey model , developing design media based on ASSURE model
and involved XI Science grade at SMA Negeri 1 Batu Sopang. Data from the expert of media, content, design and students
intrested were obtained by using observation and test.The data was obtained analyzed by descriftif analyzes technic. The result of
research show that the validity of learning material is valid category, implementation is very good category . Aspect of the
student response individual user is good, with 32,13 % very agree and 55,3 % agree at the real implementation. The students
intrested on lerning model is good category. Learning achievment of cognitive, psychomotoric and sosial spiritual attitude aspect
than increasing critical thinking skill. N (gain scores) analyses showed that there are average gain score increasing 0,8(high
gain). This study thus showed that interactive multimedia base on inquiry developed feasible to improve learning outcome and
practice students critical thinking skills

Keywords: Interactive Multimedia, Human Reproductive System, Inqury, Learning Outcomes, Critical Thingking Skills

Abstrak : Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kelayakan multimedia interaktif berbasis inkuiri materi sistem reproduksi
manusia untuk meningkatkan hasil belajar dan melatih keterampilan berpikir kritis siswa SMA. Kelayakan perangkat diukur dari
validitas, kepraktisan dan efektivitas. Validitas perangkat dilihat dari penilaian ahli media dan ahli materi. Kepraktisan perangkat
dilihat dari keterlaksanaan pembelajaran, respon dan minat siswa. Efektivitas perangkat dilihat dari hasil belajar siswa serta
perbedaan antara skor pretest dan posttest yang dicapai siswa. Penelitian ini menggunakan desain pengembangan perangkat
pembelajaran dengan mengadaptasi model Dick and Carey, desain pengembangan media menggunakan model ASSURE dan
melibatkan para siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Batu Sopang sebagai sampel pengujian. Data uji ahli media, isi, desain, dan
respon siswa dikumpulkan dengan menggunakan angket, sedangkan uji coba kepada siswa diperoleh dengan menggunakan
lembar observasi dan tes. Data yang didapatkan selanjutnya dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa validitas perangkat pembelajaran berkategori valid, keterlaksanaannya berkategori terlaksana dengan
baik. Ditinjau dari aspek tanggapan siswa pengguna, media hasil pengembangan berkategori baik, dengan persentase 32,3 %
sangat setuju dan 55,3 % setuju pada implementasi di lapangan. Minat siswa pada model pembelajaran yang diterapkan
berkategori baik Ketuntasan hasil belajar kognitif, psikomotor dan sikap spiritual sosial tercapai, serta peningkatan keterampilan
berpikir kritis. Analisa N(Gain Scores) menunjukkan bahwa terdapat peningkatan gain skor rata-rata 0,8 (kategori tinggi).
Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan bahwa multimedia interaktif berbasis inkuiri yang dikembangkan layak digunakan
untuk meningkatkan hasil belajar dan melatih keterampilan berpikir kritis siswa.

Kata kunci: Multimedia Interaktif, Sistem Reproduksi Manusia, Inkuiri, Hasil Belajar, Keterampilan Berpikir Kritis

I. PENDAHULUAN sumber daya manusia itu sendiri. Pendidikan yang


Pendidikan memegang peran utama dalam proses merupakan kunci utama keberhasilan suatu bangsa
pengembangan sumber daya manusia. Peningkatan dalam bersaing di tingkat global. Arti penting dari
kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang tidak pendidikan adalah suatu proses pemindahan informasi
dapat dipisahkan dengan proses peningkatan kualitas dan nilai-nilai yang ada. Selama proses ini terjadi, maka
Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Inkuiri 727
pada…
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 1, Nov 2015
ISSN : 2089-1776
akan terjadi perubahan dalam penalaran dan komunikasi sudah memadai. Adanya pola pembelajaran
pengambilan sikap menuju hal yang lebih baik. yang berpusat pada guru serta cara menyampaikan
Tujuan pendidikan nasional yang termuat dalam materi yang kurang menarik karena kurang melibatkan
UU No. 20 tahun 2003 adalah mengembangkan potensi berbagai sumber media pembelajaran menyebabkan
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan siswa menjadi cenderung cepat bosan dan pasif dalam
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; berakhlaq pembelajaran. Rendahnya penggunaan media
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan pembelajaran berbantuan komputer oleh guru bukan
menjadi warga negara yang demokratis serta tanpa alasan. Menurut guru, perlu pengetahuan dan
bertanggungjawab. keterampilan yang memadai untuk membuat media
Pada jenjang pendidikan menengah yang layak untuk pembelajaran, selain itu media
ditransformasikan berbagai macam ilmu pengetahuan pembelajaran berbasis teknologi informasi juga masih
yang dapat dijadikan bekal siswa untuk sulit diperoleh serta tidak semua topik-topik yang
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Salah memerlukan media berbasis teknologi informasi dan
satu ilmu dasar diajarkan pada jenjang pendidikan komunikasi sudah tersedia.
menengah adalah biologi yang merupakan suatu ilmu Siswa SMA yang berusia di atas 11 tahun berada
pengetahuan yang sangat luas cakupannya dan pada tahap berpikir operasional formal (Piaget dalam
berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari. Slavin, 2011), namun siswa SMA seringkali masih
Biologi tidak hanya berupa teori, bersifat hafalan mengalami kesulitan dalam memahami materi-materi
dan pemahaman akan konsep, tetapi didalamnya juga yang bersifat abstrak. Ovulasi dan fertilisasi di dalam
berupa proses penerapan hingga penemuan, maka organ reproduksi wanita sulit untuk dieksplorasi secara
dalam proses penyampaiannya harus melibatkan siswa detil karena sifatnya abstrak. Pokok bahasan sistem
secara aktif. Selain itu siswa juga harus terlibat aktif reproduksi ini juga memiliki nilai pendidikan seks (Sex
dalam menemukan berbagai permasalah dengan cara- Education) yang tentu saja perlu arahan dari guru dalam
cara ilmiah. proses pembelajaran sehingga tidak menimbulkan
Hasil studi awal dikelas XII SMAN 1 Batu interpretasi negatif pada siswa. Kondisi demikian dapat
Sopang tahun 2013 untuk mata pelajaran biologi menyebabkan kesulitan bagi siswa untuk menguasai
dilakukan evaluasi ternyata hasil belajar yang diperoleh dan memahami materi-materi proses gametogenesis,
pada ranah pengetahuan masih belum mencapai KKM ovulasi, fertilisasi dan kehamilan yang sifatnya sulit
sekolah. Pada tahun pelajaran 2012/2013 dari siswa dipahami tersebut sehingga menyebabkan terjadinya
kelas XI IPA yang berjumlah 62 siswa hanya 15 siswa rendahnya pemahaman siswa terhadap materi itu.
yang tuntas dengan nilai KKM 72 (Sumber Nilai LHBS Hasil analisa wawancara terhadap siswa yaitu
kelas XI IPA SMAN 1 Batu Sopang tahun 2012/2013). materi sistem reproduksi yang sifatnya sulit dipahami
Hal ini menimbulkan pertanyaan dimana letak seperti proses gametogenesis, ovulasi, fertilisasi, dan
permasalahan sehingga hasil belajar siswa tersebut tidak kehamilan karena proses tersebut tidak bisa dilihat
sesuai seperti yang diharapkan. Untuk mengetahui secara langsung dari luar tubuh sehingga menjadi
gambaran awal maka dilakukan wawancara terhadap kurang kongkrit maka harus disampaikan dengan cara
beberapa orang siswa secara acak. memvisualkan proses tersebut melalui video dan
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa kelas animasi sehingga mudah dipahami oleh siswa. Cara
XII IPA SMAN 1 Batu Sopang yang pada tahun 2012 memvisualkan materi tersebut adalah dengan dengan
sudah pernah mempelajari materi tersebut, diperoleh bantuan media dalam hal ini media yang berbantuan
keterangan bahwa ada beberapa bagian materi pokok komputer.
bahasan sistem reproduksi yang sulit dipahami oleh Proses penyampaian materi sistem reproduksi
siswa SMA karena di dalamnya terkandung materi yang dengan multimedia interaktif melalui metode inkuiri,
sulit dijelaskan dengan metode ceramah yaitu terutama sehingga siswa dapat lebih memahami materi serta
pada bagian mekanisme gametogenesis, ovulasi, belajar mandiri maka akan terjadi proses pembelajaran
fertilisasi, kehamilan, dan juga teknologi reproduksi yang berpusat pada siswa. Penggunaan media
invitro, sehingga pemahaman siswa terhadap materi ini pembelajaran interaktif dengan metode inkuri ini akan
masih belum optimal. melatih keterampilan berpikir kritis siswa. Multimedia
Pola pembelajaran materi sistem reproduksi interaktif yang memvisualkan konsep yang sulit akan
manusia di kelas XI IPA masih didominasi dengan memacu siswa untuk bertanya hal-hal yang relevan dan
metode ceramah oleh guru serta kurang memanfaatkan selanjutnya akan mencari jawaban dari pertanyaan itu
media pembelajaran yang berbasis teknologi informasi melalui bantuan media sehingga tumbuh ketrampilan
dan komunikasi. Meskipun fasilitas untuk pembelajaran berpikir kritis siswa. Pembelajaran dengan bantuan
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan multimedia bisa menjadi solusi, karena dengan metode

Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Inkuiri 728


pada…
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 1, Nov 2015
ISSN : 2089-1776
ini memiliki banyak sekali keunggulan. Multimedia Menurut Mulyasa (2005) inkuri menempatkan peserta
memiliki keunggulan diantaranya adalah keterlibatan didik sebagai subyek belajar yang aktif. Kardi (2013)
organ tubuh seperti telinga (Audio), mata (visual), dan menyatakan bahwa inkuiri adalah proses untuk
tangan (kinetik) keterlibatan berbagai organ ini menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah
membuat informasi yang disampaikan menjadi lebih berdasarkan fakta dan observasi. Menurut Sutrisno
mudah dimengerti (Arsyad, 2013). (2012) Paradigma yang berkembang adalah teknologi
Pengembangan multimedia yang digunakan dalam dapat mendukung pembelajaran inkuiri, kolaborasi dan
pembelajaran tentu saja harus mengacu pada tujuan reposisi dalam melaksanakan proses pembelajaran.
dalam kurikulum sehingga akan menumbuhkan Sehingga strategi inkuiri yang dipadukan dengan media
kemampuan berpikir kritis siswa sebagai kemampuan interaktif dan LKS akan mengembangkan kemampuan
generik abad -21. Selain hal yang diungkapkan di atas, berpikir kritis siswa. Model ini adalah integrasi antara
sebagai bahan acuan yang lain, telah dilakukan analisa materi, pedagogi dan teknologi atau lebih dikenal
dan studi awal terhadap berbagai produk multimedia dengan istilah technology, pedagogy content knowledge
yang dijual dipasaran, ternyata masih terdapat banyak (TPACK) (Mishra et al dalam Sutrisno, 2012).
celah yang dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai Pengembangan perangkat pembelajaran yang
dengan tuntutan pembelajaran. digunakan mengacu pada model Dick & Carey. Desain
Hasil analisis produk CD interaktif yang sudah pengembangan media mengacu pada model ASSURE
ada dipasaran seperti anavisi edutama, bamboomedia, yang diadaptasi dari Wiyono (2009). Pengembangan
grafindo dan pustekom umumnya belum memuat model media akan dipadu dengan LKS yang memuat
yang dimulai dari menampilkan fakta dan pertanyaan pertanyaan –pertanyaan untuk melatih kemampuan
bagi siswa, visualisasi mekanisme pada sistem berpikir kritis siswa.
reproduksi yang ada belum maksimal menggambarkan Sebagai landasan untuk memperkuat penelitian ini
proses tersebut, selain itu video yang tersedia pada situs adalah hasil penelitian Ching & Fook (2013) yang
youtube masih sulit dipahami oleh siswa jika tidak menyatakan nilai positif dari model multimedia grafis
dibantu oleh guru. Beberapa hal ini juga menjadi salah untuk meningkatkan dan memfasilitasi kemampuan
satu alasan untuk mengembangkan multimedia berpikir kritis siswa serta hasil penelitian dari
interaktif yang diharapkan lebih baik dan juga sesuai Milovanovic, dkk (2013) yang menyimpulkan ada hasil
dengan pola pembelajaran saat ini yaitu pembelajaran positif yang signifikan pembelajaran dengan
dengan pendekatan saintifik. menggunakan Multimedia Interaktif dibandingkan
Keunggulan multimedia yang dikembangkan dengan menggunakan metode pembelajaran
adalah: sudah mengacu pada kurikulum 2013, memuat konvensional.
peta konsep interaktif, pendahuluan berupa wacana Hasil penelitian Fuad (2013) yang menyimpulkan
yang disertai dengan pertanyaan-pertanyaan yang dapat bahwa pembelajaran dengan menggunakan animasi
membantu mengarahkan siswa untuk berpikir kritis , berbasis inkuri dapat meningkatkan keterampilan
materi yang lebih dalam dan terstruktur dengan sumber berpikir kritis siswa. Hasil penelitian lain yang menjadi
mutakhir disertai bacaan tambahan serta tersedianya rujukan adalah penelitian Wibowo (2013) dengan
pertanyaan inkuiri pada setiap topik, adanya animasi kesimpulan multimedia interaktif struktur dan fungsi
dan visualisasi proses yang memerlukan waktu lama jaringan tumbuhan dapat membantu meningkatkan
untuk pengamatan langsung yang dibantu dengan video kualitas pembelajaran biologi.
, memuat video tentang tahapan perkembangan Dasar teori pembelajaran yang melandasi
manusia, lembar kerja interaktif, latihan soal dengan penggunaan multimedia ini adalah teori yang
penilaian, solusi dan umpan balik bagi siswa, diungkapkan oleh Vygostky (Slavin, 2011) bahwa
menyediakan glosarium untuk kata-kata yang sulit, Pembelajaran melibatkan perolehan tanda-tanda
layout menu mudah diakses dari halaman manapun. melalui pengajaran dan informasi dari orang lain.
Jika pada saat pembelajaran laptop dikoneksikan Sehingga jika dikaitkan penggabungan media dan
dengan internet maka siswa dapat membuka link yang lembar kerja siswa sejalan dengan pendapat Vygostky
bisa berhubungan dengan website sumber materi tanpa ini. Siswa dapat belajar mandiri dan sedikit bantuan
harus membuka mesin pencari. dari guru untuk memperoleh informasi tentang suatu
Media pembelajaran interaktif yang murni tanpa hal. Selain itu Ausubel juga menyatakan bahwa
dibantu dengan strategi pembelajaran yang tepat tentu pembelajaran bermakna sejalan dengan konstruksi
tidak akan maksimal hasilnya karena hanya sekedar pengetahuan dimana siswa membuat makna atas
membuat siswa tertarik saja. Salah satu pendekatan pengalamannya. Ini bermakna bahwa dengan bantuan
pembelajaran yang dapat menumbuhkan keterampilan multimedia siswa akan diberikan pengalaman yang
berpikir kritis siswa adalah pembelajaran inkuiri. nyata atas apa yang dipelajarinya.

Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Inkuiri 729


pada…
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 1, Nov 2015
ISSN : 2089-1776
II. METODE PENELITIAN Gambar 1. Diagram Alir dari Tahapan Pengembangan
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan Perangkat Pembelajaran
karena mengembangkan perangkat pembelajaran
biologi berupa Multimedia interaktif berbasis inkuiri Tahap pengembangan multimedia interaktif dapat
untuk meningkatkan hasil belajar dan melatih dilihat pada gambar 2 berikut :
keterampilan berpikir kritis siswa. Perangkat
pembelajaran yang dikembangkan adalah Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Multimedia
interaktif, Lembar Kerja Siswa (LKS), Lembar
Penilaian Hasil Belajar, dan Penilaian Keterampilan
Berpikir Kritis.
Dalam penelitian ini, rancangan perangkat
pembelajaran menggunakan model yang dikemukakan
oleh. Pengembangan perangkat pembelajaran yang
digunakan mengacu pada model Dick & Carey. Alasan
yang kuat untuk memilih model ini karena setiap
langkah dalam pembelajaran memiliki kaitan antara
satu dan yang lainnya. Ada beberapa hal yang menjadi
kelebihan dari model ini yaitu: (1) setiap langkah jelas,
sehingga dapat diikuti, (2) teratur, efektif dan efisien
dalam pelaksanaan, (3) merupakan model atau
perencanaan pembelajaran yang terperinci, sehingga
mudah diikuti, (4) adanya revisi pada analisis
instruksional, dimana hal tersebut merupakan hal yang
sangat baik, karena apabila terjadi kesalahan maka
segera dapat dilakukan perubahan pada analisis Gambar 2. Diagram pengembangan media (adaptasi
instruksional tersebut, sebelum kesalahan di dalamnya dari wiyono 2009)
ikut mempengaruhi kesalahan pada komponen
setelahnya, (5) model Dick & Carey sangat lengkap Dalam penelitian ini, perangkat akan melalui uji 1
komponennya, hampir mencakup semua yang pada sampel kecil dan uji 2 pada sampel besar. Desain
dibutuhkan dalam suatu perencanaan pembelajaran. uji coba perangkat menggunakan rancangan eksperimen
Desain pengembangan media mengacu pada model Pre and Post Design :
ASSURE yang diadaptasi dari Wiyono (2009).Tahapan
O1 x O2
pengembangan perangkat pembelajaran dapat dilihat
pada Gambar 1. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini melalui observasi, pemberian tes, dan
penyebaran angket.
Analisis data hasil pengembangan perangkat dan
multimedia interaktif berbasis inkuiri dalam penelitian
ini menggunakan analisis deskriftif adalah sebagai
berikut.
1. Analisis Kualitas Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran (RPP, Multimedia
Interaktif, LKS dan Tes Hasil Belajar) ditelaah oleh
validator untuk memberikan penilaian terhadap
kelayakan penggunaannya. RPP, Multimedia Interaktif
dan LKS ditelaah dengan Instrumen yang telah
dikembangkan. Untuk Lembar Penilaian Hasil Belajar
yang dikembangkan dilakukan validasi isi, bahasa dan
penulisan soal sesuai dengan Instrumen. Data hasil
validasi dianalisis secara deskriptif kualitatif. Dalam
penelitian ini validitas perangkat dari hasil penilaian
para validator dan kemudian dicocokkan dengan kriteria
penilaian perangkat hasil pembelajaran. Adapun kriteria

Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Inkuiri 730


pada…
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 1, Nov 2015
ISSN : 2089-1776
penilaian perangkat hasil pembelajaran dapat dilihat 4. Analisis Aktivitas Siswa
pada Tabel 1 berikut. Aktivitas siswa diukur oleh dua pengamat selama
Tabel 1. Kriteria Pengkategorian Penilaian RPP, KBM berlangsung dengan menggunakan Instrumen.
Multimedia Interaktif, LKS dan THB Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis statistik
Rentang Skor Kategori deskriptif
̅> 3,50
X Sangat Layak % = 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
3,00 <X̅ ≤ 3,49 Layak 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠
= × 100%
2,00 <X̅ ≤ 2,99 Sedang 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠
1,00 <X̅ ≤ 1,99 Kurang
5. Analisis Hasil Belajar Siswa
̅
X ≤ 1,00 Rendah
Berdasarkan data hasil posttest dianalisis secara
deskriptif kualitatif tentang hasil belajar siswa yang
2. Analisis Tingkat Keterbacaan Multimedia Interaktif
meliputi hasil belajar sikap, pengetahuan, dan
dan tanggapan siswa terhadap multimedia interaktif
keterampilan.
Tingkat keterbacaan merupakan ukuran menarik
a. Hasil Belajar Pengetahuan dan Keterampilan
atau tidaknya isi dan penampilan serta pemahaman
Berdasarkan hasil posttest, hasil belajar
siswa terhadap multimedia interaktif. Teknik analisis
pengetahuan dan keterampilan ditentukan
dilakukan secara deskriptif kuantitatif persentase. Siswa
ketuntasannya yaitu ketuntasan individual dan klasikal.
diminta memberikan pendapatnya mengenai
Secara individual siswa dikatakan tuntas apabila rata-
keterbacaan media yang meliputi aspek layout/tampilan,
rata ketercapaian indikator yang diwakili tujuan
isi, penjelasan materi dan kualitas ilustrasi
pembelajaran memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum
(KKM) mata pelajaran fisika di SMA Negeri 1Batu
3. Analisis Keterlaksanaan RPP
Sopang yaitu 72 dengan perhitungan sebagai berikut:
Pengamatan keterlaksanaan RPP dilakukan oleh dua
Ketuntasan Individual
pengamat yang sudah dilatih memberikan penilaian
∑ Indikator yang Tuntas
yang tepat pada Instrumen. Data kemudian dianalisis = x 100%
∑ Jumlah indikator dalam KD
secara deskriptif kuantitatif dengan menggunakan
rumus: Ketuntasan hasil belajar secara klasikal dihitung dengan
∑𝐾 menggunakan rumus:
𝑃= 𝑥 100%
∑𝑁 ∑ Siswa yang Tuntas
Ketuntasan Klasikal = x 100%
Keterangan: ∑ Siswa
P = Persentase keterlaksanaan RPP
Pembelajaran secara klasikal dikatakan tuntas apabila ≥
∑ 𝐾 = Jumlah aspek yang terlaksana
75 % individu tuntas.
∑ 𝑁 = Jumlah keseluruhan aspek yang diamati

b. Hasil Belajar Sikap


Penilaian keterlaksanaan RPP pada setiap langkah
Nilai yang diberikan oleh dua orang pengamat
ditentukan dengan membandingkan rata-rata skala
ditentukan rata-rata, kemudian hasil yang diperoleh
penilaian yang diberikan kedua pengamat dengan
dicocokan dengan kriteria penilaian sikap yang
kriteria penilaian sebagai berikut.
tercantum dalam permendiknas no81A tahun 2014.
Tabel 3. Kriteria Penilaian Keterlaksanaan RPP Pada
Setiap Langkah Ketuntasan individual siswa dikatakan tuntas jika
Rerata Penilaian memperoleh nilai setidaknya menunjukkan sedang.
No Kategori Ketuntasan klasikal tercapai jika 75 % siswa tuntas.
Keterlaksanaan
1 1,00 – 1,99 Tidak baik
2 2,00 – 2,99 Kurang baik c. Normalized Gain
Analisis data hasil belajar siswa pada saat pretes
3 3,00 – 3,49 Cukup Baik
dan postest dihitung dengan menggunakan normalized
4 3,50 – 4,00 Baik
gain sebagai berikut :
(Diadaptasi dari Kardi, 2002)
%post test − %pre test
< 𝑔 >=
Selanjutnya dikonversikan dalam bentuk rubrik sebagai 100 − %pre test
berikut : Kategori normalized gain <g>:
1 = Tidak dilakukan sama sekali (tidak baik) Tinggi : (<g>) ≥ 0.7
2 = Dilakukan tapi tidak selesai (kurang baik) Sedang : 0.7 > (<g>) > 0.3
3 = Dilakukan tapi kurang tepat (cukup baik) Rendah : (<g>) ≤ 0.3
4 = Dilakukan, tepat dan sistematis (baik) (Hake, 1999)

Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Inkuiri 731


pada…
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 1, Nov 2015
ISSN : 2089-1776
d. Sensitivitas Soal Tabel 4. Hasil analisis Instrumen
Indeks sensitivitas dari butir soal merupakan Instru Skor Validitas Reliabilitas Kategori
ukuran seberapa baik soal membedakan antara siswa men rata-rata
yang telah menerima pembelajaran dengan siswa yang RPP 3,60 Valid 98% Reliabel
belum menerima pembelajaran. Indeks sensitivitas
Media 3,70 Valid 97% Reliabel
mempunyai rentang antara 0 sampai 1. Untuk
menghitung sensitivitas soal digunakan rumus sebagai LKS 3,68 Valid 98% Reliabel
berikut. THB 3,56 Valid 97,2% Reliabel
𝐵𝑠𝑠 − 𝐵𝑠𝑏
𝑆=
𝑇
Hasil penilaian para ahli ini menunjukkan bahwa
(Kardi, 2002)
perangkat berupa RPP, Multimedia Interaktif, LKS, dan
Keterangan:
THB telah valid dan reliabel sehingga layak untuk
Bss = Banyaknya siswa yang menjawab benar
digunakan dalam proses pembelajaran.
pada tes akhir
Tabel 5. Hasil implementasi pada proses pembelajaran
Bsb= Banyaknya siswa yang menjawab benar
pada tes awal Item Skor rata-rata Keterangan
T = Banyaknya siswa yang mengikuti tes RPP 3,56 % Terlaksana
dengan baik
Indeks sensitivitas antara 0.00 sampai 1.00,butir
Aktivitas 86,6 % Relevan dengan
soal dikatakan peka terhadap efek-efek pembelajaran
siswa KBM
apabila sensitivitas soal lebih besar atau sama dengan Penilaian 9,84 % Menarik, mudah
0,40. (Gronlund, 1977). Media dipahami
Hasil belajar 100 % Tuntas
6. Analisis Keterampilan Berpikis Kritis
Berdasarkan data hasil tes berpikir kritis dilakukan Multimedia interaktif berbasis inkuiri yang
analisis secara deskriptif kualitatif dari perolehan skor dihasilkan memiliki keunggulan membantu siswa untuk
siswa. Analisis keterampilan berpikir kritis siswa berpikir kritis karena media disajikan dengan gambar
dilakukan dengan memberikan skor siswa dalam dan pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan tahapan
menjawab soal tes berbentuk pilihan ganda dan essay. berpikir, dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan
Pemberian skor berdasarkan skala berpikir kritis berpikir kritis, terdapat simulasi praktikum ,media ini
menurut Ennis, yaitu tidak terampil (1), kurang terampil juga dilengkapi dengan lembar kerja siswa ,seperti pada
(2), terampil (3) dan sangat terampil (4). Hasil belajar tampilan berikut :
keterampilan berpikir kritis siswa pada saat pretes dan
postest dianalisis dengan menggunakan normalized
gain untuk melihat perkembangan keterampilan
berpikir kritis siswa.

7. Minat Siswa
Minat Siswa diperoleh dengan menggunakan
angket ARCS dari keller (1987). Selanjutnya hasil dari
angket tersebut ditafsirkan dengan kategori respon
minat.

8. Analis Kendala Selama Pembelajaran


Temuan kendala-kendala selama proses
pembelajaran dianalisis secara deskriptif kualitatif
melalui diskusi antara pengamat dan peneliti. Diskusi
diperlukan untuk mencari solusi atas kendala yang Gambar 3. Tambilan simulasi media
ditemukan.
Setiap halaman materi menyediakan bacaan
tambahan yang dapat membantu siswa memahami
III. HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI
materi, sehingga pada saat siswa mengalami kesulitan
Berdasarkan hasil validasi dari para validator
untuk maka dapat mencari sumber dari bacaan
terhadap perangkat dan multimedia interaktif yang
tambahan yang tersedia dengan mengklik ikon
dikembangkan maka diperoleh hasil seperti pada Tabel
bergambar buku yang tersedia.
berikut ini :

Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Inkuiri 732


pada…
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 1, Nov 2015
ISSN : 2089-1776

Gambar 4. Tampilan simulasi organ kelamin laki-laki


Gambar 7. Simulasi mikroskop
Halaman simulasi yang tersedia dapat membantu
siswa memahami pengetahuan yang memerlukan proses
Selain itu juga tersedia lembar kerja interaktif
yang lama dan sulit , seperti simulasi uji kehamilan,
yang dapat digunakan oleh siswa untuk menguji
fertilisasi invitro dan simulasi mikroskop pada gambar
pemahaman materi :
di bawah ini :

Gambar 7. LKS dalam bentuk media

Multimedia interaktif berbasis inkuri selanjutnya


digunakan dalam proses pembelajaran untuk
Gambar 5. Simulasi uji kehamilan mengetahui peningkatan hasil belajar dan melatih
keterampilan berpikir kritis siswa.

A. Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran (RPP)


Keterlaksanaan RPP adalah hasil pengamatan
yang dilakukan oleh dua orang pengamat menggunakan
instrumen pengamatan keterlaksanaan RPP yang
dilakukan oleh peneliti (guru). Pengamat melakukan
penilaian atas keterlaksanaan komponen-komponen
pembelajaran yang dirancang dalam RPP.
Berdasarkan hasil analisis pengamatan
keterlaksanaan diperoleh nilai rata-rata untuk semua
aspek 3,92 . Skor rata-rata ini mempunyai makna bahwa
kegiatan pembelajaran sudah dilaksanakan dengan baik
oleh guru meskipun masih ada kekurangannya dalam
pengelolaan waktu, hasil ini mengacu pada kriteria
Gambar 6. simulasi fertilisasi invitro keterlaksanaan yang dikemukakan oleh Arikunto (2010)

Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Inkuiri 733


pada…
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 1, Nov 2015
ISSN : 2089-1776
bahwa skor maksimum yang harus diperoleh guru untuk Fase pembelajaran inkuiri menurut Eggen dan
kategori sempurna adalah 5,00. Kaucak (2013) adalah : menyajikan pertanyaan,
Hasil analisis keterlaksanaan perangkat dalam membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan
proses pembelajaran ini berarti bahwa perangkat percobaan untuk memperoleh informasi,
pembelajaran yang dgunakan sudah memperhatikan mengumpulkan dan menganalisis data, serta menarik
karakteristik siswa, tujuan pembelajaran, pemilihan kesimpulan. Sementara jika dipadu dengan multimedia
bahan ajar serta pengadaan media yang digunakan interaktif maka fase pembelajaran inkuiri menurut
(Munadi, 2008) Setiawan (2013): penyajian masalah melalui media,
Implementasi RPP pada pertemuan I, II, III dan IV pengumpulan data memanfaatkan media, eksplorasi dan
sudah terlaksana dengan baik, hal ini menunjukkan simulasi virtual dengan media, membuat jawaban dari
bahwa pembelajaran menggunakan multimedia hipotesis, membuat kesimpulan.
interaktif yang menggunakan strategi inkuiri secara Berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan
keseluruhan sudah diimplementasikan dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru (peneliti) maka
pembelajaran. dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perangkat
Pada tahap pendahuluan terdapat fase mengajukan pembelajaran (RPP) yang dikembangkan dapat
pertanyaan yang diperoleh dari tayangan beberapa fakta terlaksana dengan baik dengan perbaikan pada
pada media pembelajaran dan dibantu oleh beberapa pengelolaan alokasi waktu. Ketepatan alokasi waktu
pertanyaan. Apersepsi ini berupa video yang kemudian berkaitan dengan model pembelajaran yang digunakan
diikuti dengan pertanyaan kepada siswa sehingga akan yaitu menggunakan media interaktif berbasis inkuiri
menimbulkan minat siswa untuk mengetahui lebih yang membuat siswa sangat antusias dan tertarik
dalam mengenai materi yang sedang dipelajari, dengan media yang digunakan sehingga menyebabkan
sehingga pada fase ini akan terjadi proses mengamati waktu yang digunakan menjadi tidak sesuai, siswa
kemudian menanya. Hal ini sesuai dengan pendapat antusias bertanya tentang visualisai materi pada media
Naim (2009) siswa akan lebih tertarik pada dan proses tanya jawab menggunakan waktu yang lebih
pembelajaran yang sifatnya auditif dan visualitatif. banyak.
Pendapat ini juga diperkuat oleh Levie dan Levie
(dalam Arsyad, 2013) bahwa stimulus visual dalam hal B. Keterbacaan Media Pembelajaran
ini video yang ditayangkan diawal pembelajaran Media pembelajaran sebelum digunakan secara
membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk luas harus dievaluasi terlebih dahulu, baik dari segi
mengingat, mengenali, mengingat kembali serta materi, segi edukatif maupun dari segi rekayasa
menghubungkan fakta dengan konsep. perangkat lunaknya, sehingga media pelajaran
Pada kegiatan inti siswa akan diarahkan memenuhi syarat untuk digunakan dalam proses
menggunakan media untuk memperoleh informasi pembelajaran. Evaluasi yang dimaksud untuk
berupa data dan fakta mengenai pertanyaan yang sudah mengetahui apakah media yang dikembangkan dapat
diajukan, selanjutnya untuk lebih membantu siswa mencapai tujuan yang ditetapkan. Hal ini menjadi
menemukan jawaban maka siswa juga mengerjakan sangat penting karena banyak orang beranggapan
lembar kerja interaktif pada media serta lembar kerja bahwa sekali membuat media pasti baik. Proses
siswa yang berupa kertas kerja. Langkah terakhir yang pengujian diawal telah dilakukan dengan
dilakukan siswa adalah mengkonfirmasikan hasil mengkonsultasikan pada ahli atau pakar melalui proses
pencariannya dengan melakukan presentasi dan validasi. Setelah proses ini selesai dan dinyatakan layak
mengajukan argumen serta kesimpulannya. Keberadaan seperti yang diperlihatkan pada tabel 4.4 tentang
media yang mengedepankan stimulus siswa untuk validasi media oleh ahli, maka langkah selanjutnya
bertanya ini sesuai dengan pendapat Thorndike (dalm adalah evaluasi formatif satu lawan satu (one to one)
Sagala, 2006) tentang teori belajar behavioristik yang dan evaluasi kelompok kecil (small group evaluation).
mengatakan bahwa stimulus dapat merangsang Pada tahap ini media diujicobakan pada kelompok kecil
terjadinya kegiatan belajar. dengan jumlah sampel 12 siswa dengan kategori tingkat
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pemahaman rendah, sedang dan tinggi dan
multimedia interaktif yang dipadu dengan strategi keberagaman jenis kelamin. Penilaian yang dilakukan
inkuiri dimana guru hanya menyediakan panduan adalah tingkat keterbacaan media pembelajaran
berupa pertanyaan-pertanyaan selanjutnya siswa sendiri interaktif. Selanjutnya media diimplementasikan pada
yang menemukan jawabannya. Hal ini sesuai dengan skala yang lebih luas dengan jumlah sampel 30 orang.
pendapat Ristanto (2010) bahwa inkuiri terbimbing Berdasarkan hasil penilaian keterbacaan media
adalah guru hanya berperan memberikan pertanyaan- pembelajaran oleh siswa diperoleh data seperti yang
pertanyaan dalam proses penemuan. tertera pada tabel 4.8 yang meliputi empat aspek

Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Inkuiri 734


pada…
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 1, Nov 2015
ISSN : 2089-1776
penilaian diperoleh hasil bahwa 100% siswa media interaktif tidak menjadi pengganggu dalam
menyatakan isi media pembelajaran menarik, 100% proses pembelajaran tetapi menjadi satu aspek yang
menyatakan penampilan media menarik , 0% menunjang proses pembelajaran karena ada
menyatakan tidak menarik, 0% siswa menyatakan kesinambungan antara penggunaan media dengan
penjelasan materi dalam media sulit, 13 % menyatakan proses pembelajaran yang lain.
tidak ada kesulitan, 87 % menyatakan cukup dan 100% Hal ini disebabkan oleh penggunaan media juga
siswa menyatakan ilustrasi, gambar dan animasi dalam dipadu dengan LKS yang merupakan satu kesatuan
media pembelajaran dapat membantu pemahaman. dengan media pembelajaran. Proses pembelajaran
Nilai rata-rata tingkat keterbacaan media oleh berjalan sebagaimana yang dirancang dalam RPP, siswa
siswa terhadap empat aspek penilaian adalah 91,66%, aktif mengeksplorasi pengetahuan melalui media
nilai ini dikategorikan mudah, artinya siswa atau dibantu dengan pemahaman lanjut melalui LKS dan
pengguna mudah untuk mengerti isi materi yang guru sebagai fasilitator. Sehingga jika dikaitkan
disampaikan serta sangat terbantu pemahaman dengan penggabungan media dan lembar kerja siswa sejalan
kualitas ilustrasi, gambar dan animasi yang tersedia. dengan pendapat Vygostky (Slavin, 2011). Siswa dapat
Penilaian keterbacaan media ini didasarkan pada belajar mandiri dan sedikit bantuan dari guru untuk
pendapat Heaton (dalam Sitepu, 2010) menyatakan memperoleh informasi tentang suatu hal.
bahwa apabila nilai keterbacaan ≥ 50% maka Aspek yang memperoleh skor tertinggi adalah
dinyatakan bahwa pengguna atau pembaca mudah aspek mendengarkan penjelasan guru, mencari
mengerti isi dari bacaan tersebut. informasi melalui media, mengoperasikan media dan
mengerjakan lembar kerja siswa. Hal ini sesuai dengan
C. Tanggapan siswa terhadap Media Pembelajaran. teori Piaget (Nur, 2004) bahwa anak memiliki rasa
Selain tingkat keterbacaan media, evaluasi juga ingin tahu yang akan terus berusaha untuk memahami
dilakukan oleh siswa terhadap aspek kemudahan apa yang ada disekelilingnya. Sejalan dengan itu Meyer
pemahaman, kemandirian belajar, penyajian media dan (2009) juga mengungkapkan teori kognitif yang
pengoperasian media. Berdasarkan analisis pada grafik dikandung dalam media pembelajaran yaitu menyeleksi
4.8 diperoleh hasil tanggapan siswa 54% sangat setuju, kata-kata dan gambar yang relevan, mengorganisasi
39% setuju, 6,5% ragu-ragu, 0,5% tidak setuju dan kata-kata, mengorganisasi gambar dan menghubungkan
0,5% kurang setuju. Jika dinilai secara rata-rata maka antara gambar dengan kata-kata untuk memperoleh
media pembelajaran ini mendapat tanggapan positif dari suatu informasi pengetahuan yang utuh. Pendapat
siswa ini berarti bahwa media pembelajaran layak untuk Piaget dan Meyer ini juga diperkuat oleh teori
digunakakan. Kelayakan tanggapan siswa ini sesuai penemuan dari Bruner (dalam Arsyad, 2013) yang
dengan pendapat Wahono (2006) tentang peniaian mengatakan ada tiga tingkatan utama modus belajar,
media pembelajaran yang harus memenuhi aspek seseorang belajar melalui pengalaman langsung
rekayasa perangkat lunak yang meliputi efektif dan (enactive), pengalaman piktorial/gambar (iconic) , dan
efisien, handal, dapat dikelola dengan mudah, pengalaman abstrak (symbolic), teori ini menyatakan
sederhana dalam pengoperasian, tepat dalam memilih bahwa siswa akan belajar dengan cara mencocokkan
software pengembang, pemaketan program sudah antara kata dan gambar yang dapat dilihat secara visual.
terpadu sehingga mudah dalam eksekusi, dokumentasi Tingkat pengalaman belajar seperti ini juga tertuang
program media pembelajaran lengkap (petunjuk dalam kerucut pengalaman Dale (dalam Fadel, 2008)
instalasi, trouble shooting serta desain program), yang dikenal sebagai suatu proses komunikasi.
reusable (sebagian atau seluruh program media
pembelajaran dapat dimanfaatkan kembali untuk E. Efektivitas Penggunaan Media
mengembangkan media pembelajaran lain) Efektifitas penggunaan media interaktif dalam
proses pembelajaran dapat diketahui dengan cara
D. Aktivitas Siswa melihat ketuntasan belajar siswa yang diukur pada tiga
Berdasarkan hasil analisis aktivitas siswa aspek yaitu kognitif, keterampilan dan afektif. Selain itu
diperoleh hasil skor rata-rata 86,6 % untuk semua tingkat sensitifitas butir soal juga diukur untuk
aspek aktivitas yang diamati. Aspek yang memiliki skor memperoleh kesimpulan pengaruh proses pembelajaran
terendah adalah pengamatan terhadap siswa yang pasif terhadap peningkatan kemampuan siswa. Nilai
atau menjadi pendengar saja. Hasil ini peningkatan kemampuan siswa diukur dengan
merepresentasikan bahwa siswa aktif dalam proses menggunakan rumus Hake (1999).
pembelajaran dan terjadi pemerataan pada setiap 1. Hasil belajar Kognitif (pengetahuan)
aktivitas siswa, tidak ada aktivitas yang dominan, fakta Hasil belajar siswa meliputi ranah kognitif,
penelitian ini juga menunjukkan bahwa penggunaan psikomotor dan afektif. Hasil belajar kognitif yang

Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Inkuiri 735


pada…
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 1, Nov 2015
ISSN : 2089-1776
diukur berupa ketuntasan indikator, ketuntasan belajar siswa. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian
individual dan ketuntasan klasikal serta nilai sensitivitas Wiyono (2009) yang menyimpulkan bahwa model
instrumen butir soal. Hasil belajar kognitif ditunjukkan pembelajaran multimedia interaktif dapat
oleh siswa melalui perolehan nilai setelah menjawab mempermudah mempelajari konsep-konsep yang
soal tes kemampuan kognitif dengan proporsi 60% bersifat abstrak dan mikroskopis serta dapat
untuk soal pilihan ganda dan 40% untuk soal uraian. mengadaptasi gaya belajar yang berbeda. Keterampilan
a. Ketuntasan Indikator berpikir kritis siswa juga mengalami peningkatan ini
Tes hasil belajar dilakukan untuk mengetahui membuktikan bahwa pembelajaran multimedia yang
sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan dipadukan dengan model inkuiri akan menumbuhkan
pembelajaran yang ditentukan. Tes dilakukan dua kemampuan berpikir kritis siswa, karena proses
kali yaitu pada awal pembelajaran dan pada akhir pembelajaran dengan menggunakan media ini diawali
pembelajaran. Hasil tes pada akhir pembelajaran dengan kegiatan menemukan pertanyaan dari gambar
merupakan indikator ketuntasan dari proses atau fakta yang disajikan.
pembelajaran. Berdasarkan data yang diperoleh Keberhasilan siswa dalam belajar ini sesuai
dilihat bahwa seluruh indikator pembelajaran dengan pendapat Hamalik (2003), bahwa ada lima
berhasil tuntas dengan persentase 83% sampai unsur yang terkait dalam proses belajar yaitu: motivasi
100%. Hasil ini merepresentasikan bahwa model belajar, bahan belajar, alat bantu belajar (media),
pembelajaran yang dipilih serta media yang suasana belajar dan kondisi subyek belajar, sehingga
digunakan mempunyai peran yang penting dan media mempunyai potensi yang sangat besar dalam
efektif dalam proses pembelajaran. Ketuntasan membantu keberhasilan proses belajar. Wicaksono
belajar ini juga tidak lepas dari peran guru sebagai (2012 ) juga menyimpulkan model media pembelajaran
fasilitator yang membantu siswa dalam belajar jika interaktif visual meningkatkan aktivitas belajar dan
siswa mengalami kesulitan. Proses belajar yang aktif hasil belajar siswa.
juga berperan hal ini mengacu pada hasil analisis Ketuntasan belajar yang diperoleh siswa pada
aktivitas siswa yang menyatakan siswa aktif dalam penelitian ini tentu memperkuat hasil penelitian Chiing
belajar. (2013) yang mengemukan bahwa model pembelajaran
b. Ketuntasan Individual multimedia memberi nilai positif dan dapat
Ketuntasan individual adalah ketuntasan yang memfasilitasi siswa untuk meningkatkan keterampilan
diperoleh oleh siswa untuk setiap indikator pada berpikir kritis. Hasil penelitian lain yang mendukung
butir soal yang diujikan. Berdasarkan hasil analisis adalah penelitian Sutarno (2011) yang menyimpulkan
terjadi peningkatan penguasaan konsep tentang bahwa mahasiswa yang mengikuti pembelajaran
materi pelajaran ini dilihat dari peningkatan skor menggunakan multimedia interaktif secara siginifikan
terendah pre test 15,2 meningkat menjadi tertinggi lebih tinggi hasil belajarnya daripada yang mengikuti
pada post test 96,8. Pada pre test, hasil belajar siswa pembelajaran konvensional.
belum tuntas dengan skor terendah 15,2 ini Ali (2009) juga mengatakan bahwa pembelajaran
dikarenakan siswa belum mempelajari materi dengan multimedia interaktif sangat membantu
tersebut serta belum ada perlakuan belajar terhadap mahasiswa memahami materi, meningkatkan semangat
siswa, hanya kemampuan awal siswa saja yang belajar dan kompetensi. Indrawan (2013) juga
dilihat pada tahap ini. Setelah dilakukan perlakuan mengatakan ada perbedaan hasil yang signifikan antara
berupa pembelajaran dengan menggunakan media nilai rata-rata hasil belajar peserta didik sebelum dan
interaktif berbasis inkuri disertai LKS, maka pada sesudah menggunakan perangkat pembelajaran
post tes diperoleh hasil peningkatan semua siswa multimedia interaktif. Hasil penelitian Wahyudin
tuntas. (2010) menyimpulkan bahwa penerapan metode
pembelajaran inkuri terbimbing dengan bantuan
Siswa juga mengalami peningkatan penguasaan multimedia dapat meningkatkan minat dan pemahaman
materi dengan skor N(gain) 0,5 – 1,0 , hal ini siswa. Widayat ( 2014) juga menyimpulkan bahwa
menunjukkan efektifitas pembelajaran untuk meningkat multimedia intraktif dapat meningkatkan hasil belajar
keterampilan pemahaman siswa sesuai dengan pendapat 100% secara klasikal.
Hake (1999) yang menyatakan nilai N(gain) > 0,7 Hasil penelitian diatas tentu sejalan dengan teori
dikelompokkan sebagai peningkatan yang tinggi. belajar behavioristik dari Thorndike (Sagala, 2006)
Peningkatn hasil belajar ini menunjukkan bahwa yang memandang bahwa belajar sebagai kegiatan yang
perangkat dan media interaktif dipadu strategi inkuiri bersifat meknistik antara stimulus dan respon,merujuk
yang digunakan dalam pembelajaran mempunyai pada teori ini maka dapat dikatakan bahwa belajar
tingkat efektivitas yang tinggi untuk meningkatkan hasil dengan multimedia interaktif merupakan stimulus dari

Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Inkuiri 736


pada…
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 1, Nov 2015
ISSN : 2089-1776
media selanjutnya mendapat respon dari siswa sehingga Proses pembelajaran dengan menggunakan
tercipta pemrosesan informasi. multimedia interaktif merupakan stimulus yang akan
Letak hubungan antara multimedia interaktif yang mempengaruhi siswa dalam proses pembelajaran yang
dipadu dengan model pembelajaran inkuiri dengan hasil memberi efek tersimpannya informasi dalam memori
belajar adalah media tersebut merupakan alat yang jangka panjang. Setiasih (2012) mengatakan bahwa
secara fisik digunakan untuk menyampaikan materi prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dengan
pengajaran (Gagne dan Brigs dalam Arsyad, 2013). pembelajaran menggunakan multimedia interaktif
Cara komunikasi menyampaikan informasi pengetahuan khususnya pada pokok bahasan ekosistem. Hal ini juga
dalam proses pembelajaran yang memadukan unsur didukung oleh pendapat Aina (2013) bahwa
verbal dan visual tentu akan lebih memudahkan siswa pemanfaatan multimedia interaktif dalam pembelajaran
memahami materi pelajaran. Proses pembelajaran IPA – Biologi dapat meningkatkan kemampuan kognitif
seperti ini sesuai dengan pendapat Dwyer (dalam siswa dan juga terjadi interaksi yang baik.
Asyhar, 2012) dan juga pendapat Mayer (2009) yang Ketuntasan individual dan klasikal yang baik tentu
mengatakan bahwa multimedia interaktif saja merupakan salah satu efek positif dari
memungkinkan siswa memproses informasi secara pembelajaran menggunakan media interaktif yang
visual dan verbal sehingga memaksimalkan dipadu strategi inkuri, dan ini sejalan dengan
pemanfaatan potensial otak dalam belajar. kesimpulan Wibowo(2013) bahwa penggunaan
Ketuntasan individu dan klasikal yang diperoleh multimedia interaktif dalam proses penyampaian materi
tentu tidak lepas dari peran alat bantu pembelajaran dan struktur dan fungsi jaringan tumbuhan dapat membantu
metode penyampaian informasi yang digunakan dalam kualitas pembelajaran biologi.
hal ini penggabungan multimedia interaktif dan strategi
inkuiri. Multimedia interaktif yang digunakan tentu saja 2. Hasil belajar Keterampilan/Psikomotor
yang sudah layak penilaiannya dari berbagai aspek Pada penelitian ini aspek psikomotor yang diamati
penilaian, karena penggunaan multimedia dalam adalah berhubungan dengan kemampuan siswa
pembelajaran dapat mempertinggi proses dan hasil menggunakan multimedia interaktif,
pengajaran yang berhubungan dengan taraf berpikir mengkomunikasikan materi dan praktik. Berdasarkan
siswa (Sudjana, 2009). hasil analisis data diperoleh persentase ketuntasan 100
Teori yang juga mendukung penggunaan % untuk masing-masing pertemuan. Adanya variasi
multimedia interaktif dalam pembelajaran adalah teori nilai pada pertemuan pertama sampai ke empat
kognitif dari piaget (Meyer 2009) menyimpulkan disebabkan pada pertemuan pertama siswa masih ada
implikasi teori kognitif dalam multimedia yaitu : yang belum memahami cara penggunaan media tetapi
mampu mengarahkan perhatian siswa (attending), dengan memberikan penjelasan cara penggunaan media
memberi pengharapan (ekspektation) dan retrival disertai petunjuk penggunaan yang dapat dibaca siswa
dengan tampilan animasi yang variatif, mampu dirumah dan pada pertemuan berikutnya tidak lagi
menyajikan materi pelajaran dalam bentuk gambar atau mengalami masalah. Sehingga dapat disimpulkan
ikon maupun teks dalam tampilan yang variatif bahwa semua siswa mampu menggunakan media
sehingga pemahaman siswa pada suatu konsep lebih interaktif dalam proses pembelajaran. Selain itu pada
mendalam serta mampu memberikan isyarat tambahan keterampilan mengkomunikasikan materi siswa juga
dalam rangka mengingat kapabilitas berupa latihan soal mampu dengan baik mengkomunikasikan materi
yang interaktif. melalui cara mengajukan pendapat, bertanya dan
Teori pemrosesan informasi menurut Gagne mempresentasikan hasil kerjanya.
(dalam Sagala.2006) belajar adalah seperangkat proses Hasil belajar psikomotor ini juga didukung dengan
kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan hasil penilaian keterbacaan media serta minat siswa
melewati pengelolaan informasi dan menjadi yang sangat merespon positif penggunaan media
kapabilitas baru. Interaksi belajarnya melalui stimulus inetarktif dalam pembelajaran. Tingginya hasil belajar
kondisi eksternal dari pendidik yang dapat direspons psikomotor ini tentu saja bukan merupakan faktor
kondisi internal dan proses kognitif siswa. Berdasarkan dominan dalam pembelajaran, hal ini bisa dilihat pada
teori tersebut maka dapat dikatakan bahwa hasil pengamatan aktivitas siswa yang merata antara
pembelajaran dengan bantuan media yang sifatnya kegiatan menggunakan media, berinteraksi dengan
audio dan visual akan memberikan stimulus yang akan guru, bekerja mandiri dan berkelompok.
mempengaruhi siswa dalam proses belajar sehingga Strategi pengajaran inkuiri merupakan salah satu
dapat membantu siswa memindahkan informasi dari pendekatan mengajar yang guru hanya berfungsi
memori jangka pendek ke memori jangka panjang. sebagai fasilitator dimana siswa menemukan sendiri
jawaban dari berbagai permasalahan yang diungkapkan.

Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Inkuiri 737


pada…
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 1, Nov 2015
ISSN : 2089-1776
Guru hanya bersifat membantu siswa memecahkan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain. Jika
masalah bersama-sama hal ini sesuai dengan teori kita hubungkan dengan keterampilan afektif yang
Scaffolding dari Vygostky (Slavin, 2011) siswa perlu diamati maka dapat dikatakan bahwa siswa harus
dibantu hingga sampai pada ZPD (zona proxima memiliki sikap yang baik dalam bekerja sama sehingga
development).Dalam hal ini siswa menemukan mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi
pertanyaan yang terungkap serta tersaji dari media dalam belajar.
kemudian melakukan eksplorasi materi melalui media Penggabungan penggunaan media dan lembar
untu menemukan jawabannya selanjutnya diperkuat kerja membuat keterampilan afektif siswa tumbuh
dengan bantuan lembar kerja siswa dan pada setiap dengan baik, hal ini tentu sesuai dengan pendapat
akhir materi disediakan tes formatif interaktif untuk Vygotsky (Slavin, 2011) bahwa siswa dapat belajar
memperkuat retensi siswa. mandiri dan dengan sedikit bantuan dari guru untuk
Definisi sederhana dari pembelajaran meliputi: (1) memperoleh informasi tentang suatu hal.Jadi dapat
pembelajaran membantu peserta didik untuk disimpulkan bahwa pembelajaran tidak lepas dari peran
memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru, (2) guru tetapi tidak dominan dalam pembelajaran sehingga
pembelajaran utama terdiri dari memberitahu, pembelajaran terpusat pada siswa.
menunjukkan, membimbing siswa dalam tugas-tugas Setelah melalui proses dari validasi hingga
kinerja dan kemudian mengukur hasil (Singer, Murphy, implementasi pada sampel terbatasmaka dapat
& Hines, 2003). Aktivitas pembelajaran dengan disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran berbasis
pengamtan, dan eksperimen tersebut mengubah TIK yang berupa media pembelajaran interaktif valid
paradigma siswa terhadap biologi, biologi merupakan dari segi kelayakan , praktis dari segi pembelajaran dan
ilmu yang sangat berguna bagi kehidupan, biologi efektif dalam segi peningkatan hasil belajar sehingga
pelajaran menyenangkan, hal tersebut terlihat dari media yang dikembangkan layak untuk digunakan
respon positif siswa jika pembelajaran selanjutnya dalam proses pembelajaran untuk cakupan yang lebih
menggunakan pembelajaran dengan bantuan luas.
multimedia interaktif.
4. Keterampilan berpikir kritis
3. Hasil belajar kompetensi sikap spiritual-sosial Keterampilan berpikir kritis yang dilatih dalam
Hasil belajar afektif yang diamati berhubungan penelitian ini meliputi lima indikator yaitu (1)
dengan kemampuan siswa dalam spiritual, disiplin, dan merumuskan masalah, (2) melakukan evaluasi ,(3)
rasa tanggung jawab. Berdasarkan hasil analisis data melakukan deduksi, (4) memberikan kesimpulan, (5)
yang dilakukan pengamat selama proses pembelajaran memberikan argumen. Dari hasil analisis data dapat
dari dua orang pengamat diketahui bahwa siswa diketahui bahwa semua indikator keterampilan berpikir
memiliki kecendrungan mengalami peningkatan sikap kritis dikategorikan tuntas, faktor ketuntasan ini
spiritual yang baik. Ketuntasan tersebut dapat didukung oleh struktur penyajian media yang
terwujud karena indikator-indikator sikap dilatihkan menggunakan pola belajar inkuiri yang tersusun dalam
dalam pembelajaran, sebagai contoh adalah siswa rencana pelaksanaan pembelajaran, dimana pada media
dibiasakan untuk mengucapkan salam pada saat akan disediakan pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan
memulai kegiatan, sikap ini memang dibiasakan dalam proses inkuiri untuk menemukan jawabannya serta
proses pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan dibantu dengan keberadaan lembar kerja siswa sehingga
pendapat Mulyasa (2013) pembentukan sikap atau proses belajar siswa menjadi terarah. Hal ini dapat
karakter memang tidak bisa secara tiba-tiba atau dikatakan bahawa perangkat yang dikembangkan
terbentuk dalam waktu singkat, tapi indikator perilaku memiliki pengaruh positif dan baik untuk melatih
dapat dideteksi secara dini oleh guru. Jika merujuk pada keterampilan berpikir kritis siswa.
hasil analisis aktivitas siswa dan juga minat siswa dapat Hasil ini sejalan dengan penelitian Ching dan
dikatakan bahwa siswa berperan aktif dalam proses Fook (2013) yang menyimpulkan bahwa multimedia
pembelajaran, memiliki keterampilan yang baik dalam dapat meningkatkan dan memfasilitasi kemampuan
mengkomunikasikan hal-hal yang relevan dengan berpikir kritis siswa. Penggunaan multimedia ini tentu
pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa secara sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh vygotsky
keseluruhan keterampilan sosial yang diamati tercapai (dalam Slavin 2011) bahwa pembelajaran melibatkan
oleh siswa . Hasil ini tentu saja sejalan dengan pendapat perolehan tanda-tanda melalui pengajaran dan bantuan
Slavin (2011) pengajaran melibatkan perolehan tanda- orang lain. Hubungan antara teori ini dengan
tanda melalui pengajaran dan informasi orang lain. multimedia untuk melatih keterampilan berpikir kritis
Perkembangan melibatkan penghayatan anak adalah siswa akan belajar melalui gambar-gambar yang
terhadap tanda-tanda ini sehingga sanggup berpikir dan akan menimbulkan pertanyaan sehingga akan membuat

Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Inkuiri 738


pada…
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 1, Nov 2015
ISSN : 2089-1776
siswa ingin mengetahui penjelasan yang benar tentang perspective, cognitive perspective dan contruktivis
suatu proses atau peristiwa. perspective. Adanya stimulus dari media membuat
Metode pembelajaran yang menggabungkan siswa berinteraksi sehingga terjadi proses pembelajaran
antara multimedia dengan strategi inkuiri tentu sesuai (Sagala, 2006). Seperti yang diungkapkan (Budiningsih,
dengan pendapat Kardi (2013) yang menyatakan pada 2005) bahwa penggunaan program pembelajaran
dasarnya inkuiri dipandang sebagai proses untuk teaching machine akan memunculkan respon siswa
menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah. untuk belajar.
Dengan bantuan multimedia siswa dihadapkan pada Beberapa hal yang menjadi alasan siswa menjadi
fakta sehingga akan muncul pertanyaan yang relevan merasa senang belajar dengan menggunakan media
dengan materi, hal inilah yang akan membantu melatih pembelajaran interaktif berbasis inkuiri pada mata
keterampilan berpikir kritis siswa tersebut. Peran guru pelajaran biologi adalah dapat dilihat dari beberapa
hanya menggiring dengan pertanyaan yang tersedia indikator diantaranya adalah materi yang dipaparkan
pada media . Hal ini seperti pendapat (Ristanto, 2010) menjadi lebih jelas karena dilengkapi dengan gambar–
mengatakan dalam pembelajaran inkuiri terbimbing gambar, animasi dan video, langkah-langkah suatu
peran guru adalah memberikan pertanyaan-pertanyaan proses materi mudah dipahami, siswa dapat berdiskusi
dalam proses penemuan. dengan temannya dalam satu kelompok. Proses belajar
Pembelajaran dengan strategi inkuiri berbantuan siswa merupakan implikasi yang diberikan oleh teori
multimedia akan memberi manfaat yang banyak dalam behavioristik dalam penggunaan multimedia interaktif
pembelajaran terutama berubahnya strategi (Budiningsih, 2005). Hal ini sejalan dengan hasil
penyampaian informasi menjadi penggalian informasi, penelitian Miyarso (2009) yang menyatakan bahwa
pembelajaran terpusat pada siswa, siswa lebih mengerti multimedia interaktif mampu memotivasi siswa pada
akan konsep dan ide, siswa akan terdorong untuk saat proses pembelajarannya. Respon positif siswa
berpikir dan berinisiatif serta menumbuhkan terhadap pembelajaran ini sesuai dengan pendapat
kepercayaan diri (Mbulu, 2011). Meyer (2009) bahwa implikasi dari teori kognitif
Keberadaan media interaktif sebagai alat bantu dalam multimedia yaitu: (1) mampu mengarahkan
tentu akan membuat siswa berpikir reflektif berdasarkan perhatian (attending), pengharapan (ekspektasi) dan
nalar sehingga mampu menentukan apa yang diyakini retrival dengan tampilan animasi yang variatif (2)
(Ennis, 1996). Multimedia interaktif yang dipadukan mampu menyajikan materi pelajaran dengan bentuk
dengan strategi inkuri dalam pembelajaran akan gambar dan sandi (icon), maupun dengan teks dan
membuat siswa belajar dari pengalaman tampilan yang variatif sehingga pemahaman siswa
piktorial/gambar untuk selanjutnya akan merekonstruksi pada suatu konsep lebih mendalam, (3) mampu
gambar-gambar tersebut menjadi suatu kesimpulan memberikan isyarat tambahan dalam rangka
yang utuh melalui proses pencarian data dan fakta. Hal mengingat kapabilitas berupa latihan soal yang
ini sesuai pendapat Bruner (dalam Arsyad, 2013) yang interaktif.
mengatakan bahwa ada tiga tingkatan utama modus Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan
belajar yaitu pengalaman langsung (enactive), pernyataan Ardiani (2012) yang mengatakan bahwa
pengalaman gambar (iconic) dan pengalaman abstrak respon siswa sangat positif terhadap pembelajaran
(symbolic). menggunakan multimedia interaktif. Wiyono (2009)
juga menyatakan dalam hasil penelitiannya 87% dari
5. Minat Siswa sampel merespon positif model pembelajaran
Hasil pengolahan data minat siswa menunjukkan multimedia interaktif yang digunakan. Selain itu Lopez
rata-rata skor 3,9 setelah ditafsirkan dengan skala (2013) juga menyimpulkan bahwa media pendidikan
penilaian oleh Keller (1987) dikategorikan baik. Hal ini merupakan kunci untuk mengimprovisasi, memotivasi
merepresentasikan bahwa siswa memiliki minat yang dan menarik perhatian siswa serta mendukung proses
baik untuk belajar dengan menggunakan media belajar dan mengajar dalam konteks pendidikan.Selain
pembelajaran interaktif. Kesimpulan ini diperoleh dari itu sesuai juga dengan hasil penelitian Priliyati (2012)
angket minat yang diisi sendiri oleh siswa yang meliputi yang mengatakan multimedia interaktif layak dan
aspek perhatian, relevansi, percaya diri dan kepuasan. menarik minat siswa untuk belajar. Hubungan positif
Respons positif tersebut menunjukkan bahwa antara ketertarikan siswa dengan multimedia interaktif
media pembelajaran yang dikembangkan dapat dan proses belajar karena di dalam media tersebut
membuat siswa merasa senang mengikuti mata mengandung unsur-unsur yang dapat membuat siswa
pelajaran biologi. Menurut Heinich, dkk (1993) proses termotivasi belajar. Hal ini sesuai pendapat Hamalik
pembelajaran menggunakan multimedia mencakup tiga (2003) terdapat lima unsur yang terkait dalam proses
perspektif pada teori pembelajaran, yaitu behaviorist belajar yaitu: motivasi belajar, bahan belajar, bantuan

Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Inkuiri 739


pada…
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 1, Nov 2015
ISSN : 2089-1776
belajar (media), suasana belajar dan kondisi subyek keterampilan berfikir kritis (Tesis magister
belajar belajar. pendidikan tidak dipublikasikan). Universitas
Negeri Surabaya Surabaya
IV. KESIMPULAN Groundlound, N.E. (1982). Construction achievment
A. Simpulan test, third edition. Engelwood Clift : Prentice -
Multimedia interaktif yang dikembangkan telah Hall.Inc
layak digunakan untuk meningkatkan hasil belajar dan Hake, Richard , R. (1999). Analyzing change/gain
melatihkan keterampilan berpikir kritis siswa. scores. USA. Dept of Physics. Indiana
University
Heinich, R., Molenda, M., and Russel, J.D. (1993).
B. Saran
Instructional media and the new technologies
Dapat dikemukakan oleh peneliti berdasarkan of instruction. New York : Jhon Willey and
penelititan yang telah dilakukan meliputi:1) Persiapan Sons
yang matang dan pengelolaan waktu yang optimal Hii Sii Ching, and Fong Soon Fook. (2013). "Effects
untuk setiap kegiatan KBM jika menggunakan of multimedia-based graphic novel
pembelajaran berbasis TIK sehingga semua siswa aktif presentation on critical thingking among
dalam pembelajaran. 2) Untuk kemudahan, sebelum students of different learning aproach. The
proses pembelajaran softcopy atau hard copy media Turkish Online Journal of Educational
diberikan kepada siswa yang disertai petunjuk Technology. Vol.12 No.4, pp.63- 65
penggunaan yang lengkap. Kardi, S. (2002). Mengembangkan Tes Hasil Belajar.
Surabaya: Universiy Press
REFERENSI Keller, J.M. (1987)."Development and use of the ARCS
Aina, M. (2013). “Efektifitas pemanfaatan multimedia model of moivaional design". Journal of
interaktif pembelajaran IPA- Biologi dalam instructional development. Vol.10 No.3, pp. 1-
meningkatkan motivasi belajar siswa pria dan 9
wanita SMP 19 kota Jambi”. Prosiding Milovanovic, M., Obradovic, J., and Milajic, A. (2013).
Semirata FMIPA Universitas Lampung. "Application of interactive multimedia tools in
Ali, M. (2009). “Pengembangan media pembelajaran teaching mathematics-example of lesson from
interaktif mata kuliah medan geometry." TOJET: The Turkish Online
elektromagnetik”. Jurnal Edukasi@Elektro. Journal of Educational Technology . Vol.12
Vol.5 No.1, pp.11-18m. No.1, pp. 29-30
Arikunto, S. (2012). Dasar- dasar evaluasi pendidikan.. Meyer, R.E. (2009). Multimedia learning " prinsip-
Jakarta : Bumi Aksara. prinsip dan aplikasi". Yogyakarta : Pustaka
Arsyad, A. (2013). Media pembelajaran. Jakarta : Raja Pelajar
Grafindo Persada. Mulyasa, H.E. (2013). Pengembangan dan
Baharudin dan Nurwahyuni. (2010). Teori belajar implementasi kurikulum 2013. Bandung:
dan pembelajaran. Jakarta : AR-Razzmedia. Remaja Rosdakarya.
Borich, G. D. (1994). Observation skills for effective Munadi, Y. (2008). Media pembelajaran, sebuah
teaching. Engelwood Clift: MacMillan pendekatan baru. Jakarta : Gaung Persada
Publishing Company. Nur, M., Wikandari., dan Sugiarto. (2004). Teori
Budiningsih, A. (2005). Belajar dan pembelajaran.. belajar. Surabaya : University Press
Jakarta : Rineka Cipta. Ristanto, H.R. (2010). Pembelajaran berbasis inkuiri
Depdikbud. (2013a). Permendikbud No. 81a Tentang terbimbing dengan multimedia dan lingkungan
Implementasi Kurikulum Pedoman Umum riil ditinjau dari motivasi berprestasi dan
Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud kemampuan awal (Tesis pascasarjana tidak
Eggen, P and Kauchak, D. (2012). Strategi dan model dipublikasikan) Universitas Sebelas Maret.
pembelajaran, mengajarkan konten dan Surakarta
keterampilan berpikir. Jakarta : Indeks Permata Sagala, S.(2006). Konsep dan makna pembelajaran..
Puri Media Bandung : CV.ALFABETA,
Ennis, R.H. (1996). Critical thinking. Illionis, Prentice Samodra, D.W., Suhartono, V., dan Santosa, S. (2009).
Hall "Multimedia pembelajaran reproduksi
Fuad, N.M. (2013). Pengembangan media manusia". Jurnal Teknologi Informasi. Vol.5
pembelajaran animasi berbasis inkuiri pada No.2, pp.706-709
materi sistem ekskresi manusia untuk melatih

Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Inkuiri 740


pada…
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 1, Nov 2015
ISSN : 2089-1776
Singer, A. J., Murphy, M., & Hines, S. M. (2003). menggunakan metode inkuri terbimbing untuk
Teaching to learn, learn to teach. London: meningkatkan minat dan pemahaman siswa".
Lawrence Erlbaum Associates. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. Vol 6, pp.
Slavin, R. E. (2011). Educational psycology. Jakarta : 58-62
PT.Indeks Walter ,D., Carey, L., and Carey, O.J. (2009). The
Smaldino, S.E., James, D., Russell, D.J., Heinich, R., systematic design of instruction. New Jersey :
and Molanda, M. (2011). Instructional Pearson
technology and media for learning. New Wicaksono, A. (2012). Pengembangan model media
Jersey : Pearson belajar interaktif visual berbasis film
Sunardi., dan Santosa, S. (2010). "Multimedia dokumenter bertema lokal dalam materi
pembelajaran tata surya dengan pendekatan antrophosper pada pembelajaran geografi
inkuiri bagi kelas x smk". Jurnal Teknologi kelas xi di SMAN 7 (Tesis magister tidak
Informasi. Vol.6 No.1,pp. 41-42 dipublikasikan) Universitas Lambung
Sutarno. 2011. "Penggunaan multimedia interaktif pada Mangkurat, Banjarmasin
pembelajaran pada pembelajaran medan Widayati, W., Kasmui, S., dan Sukaesih. (2014).
magnet untuk meningkatkan keterampilan "Pengembangan multimedia interaktif sebagai
generik sains mahasiswa". Jurnal Exacta. media pembelajaran ipa terpadu pada tema
Vol.11 No.1, pp. 60-66 sistem gerak pada manusia". Unnes Science
Sutrisno. (2012). Kreatif mengembangkan aktivitas education journal. Vol.3 No.2, pp. 538-540
pembelajaran berbasis TIK. Jakarta :Referensi Wiyono, K., A.Setiawan., dan A. Suhadi. (2009).
Wahono, S.R. (2006). Penilaian Media. "Model pembelajaran multimedia interaktif
http//Romisatriowahono.net diakses 28 juni relativ khusus untuk meningkatkan
2014 keterampilan generik sains siswa SMA".
Wahyudin, Sutikno dan A .Isa. (2010). "Kefektifan Jurnal Pendidikan IPA. Vol .3 No.1, pp. 1-12
pembelajaran berbantuan multimedia

Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Inkuiri 741


pada…

Das könnte Ihnen auch gefallen