Sie sind auf Seite 1von 10

VALIDITAS DAN PRAKTIKALITAS MODUL IKATAN KIMIA BERORIENTASI

CHEMISTRY TRIANGLE KELAS X SMA/ MA

OLEH :
HUTRI RAHAYU NURAFNI
14035077/2014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018

PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL E-JURNAL


VALIDITAS DAN PRAKTIKALITAS MODUL IKATAN KIMIA BERORIENTASI
CHEMISTRY TRIANGLE KELAS X SMA/ MA
HUTRI RAHAYU NURAFNI

Artikel dengan judul diatas telah kami setujui untuk dipublikasina dengan e-jurnal dengan

keterangan:

1. Artikel ini disusun berdasarkan skripsi saudari Hutri Rahayu Nuarfni untuk persyaratan

wisuda periode 112 dan telah diperiksa/ disetujui oleh kami kedua pembimbingnya.

2. Nama dan urutan dalam artikel ini adalah :

Hutri Rahayu Nurafni*1, Hardeli*2, Bayharti*3

Padang, Agustus 2018

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hardeli, M.Si Dra. Hj. Bayharti, M.Sc


NIP. 19640113 199103 1 001 NIP. 19550801 197903 2 001
VALIDITAS DAN PRAKTIKALITAS MODUL IKATAN KIMIA BERORIENTASI CHEMISTRY
TRIANGLE KELAS X SMA/ MA
Hutri Rahayu Nurafni, Bayharti, Hardeli *
1)
MahasiswaPendidikan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Padang
2)
Staf Pengajar Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Padang
Hardeli1@yahoo.com

ABSTRACT
Development of-oriented chemical bond modules chemistry triangle has the advantage of
helping students in terms of understanding chemically well. Learning by using a chemistry
triangle helps students remember chemical concepts in the material of chemical bonds. This study aims
to produceoriented chemical bond modules chemistry triangle and reveal the level of validity and
practicality of the module. The type of research used is development research or Research and
Development (R & D) using the Plomp development model (Preliminary Research, Prototyping Stage,
and Assessment Phase). The research instrument used in the form of questionnaires in the form of
validity sheets and practicality of-oriented chemical bond modules was chemistry triangle validated by
5 validators consisting of 3 chemistry lecturers from FMIPA UNP and 2 chemistry teachers from SMAN
1 Gunung Talang. Practicality tests were carried out on 2 chemistry teachers and 36 students of class
XI of SMAN 1 Gunung Talang. The results of the analysis of the validity sheet, the practicality of the
teacher and the practicality of the students showed the average moment scores of kappa (k) were 0.77,
0.90 and 0.85, respectively. The data obtained shows that the-oriented chemical bond module chemistry
triangle is valid and practical.

Keywords: module, chemical bond, chemistry triangle, plomp model


PENDAHULUAN

Pendidikan punya peranan sangat penting menanya, mengumpulkan informasi,


dalam upaya pengembangan sumber daya mengasosiasi dan mengkomunikasikan untuk
manusia. Seiring berkembangnya waktu, meningkatkan kreativitas peserta didik.
kurikulum pendidikan mengalami sedikit Modul adalah satu paket program yang
perubahan dan perkembangan dalam rangka disusun dalam bentuk satuan tertentu dan
mencapai tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk didesain sedemikian rupa guna kepentingan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pengembangan belajar siswa. Satu paket modul biasanya
kurikulum 2013 didesain agar terintegrasi memilki komponen guru, lembar kegiatan siswa,
sebagaimana setiap pembelajaran peserta didik lembar kerja siswa, kunci lembar kerja, lembar
memilki kreativitas ( Kemendikbud, 2013). tes, dan kunci lembaran tes ( Rusman, 2012 :
Untuk itu dibutuhkan pembelajaran yang 375).
menggunakan pendekatan saintifik. Chemistry triangle merupakan suatu
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah orientasi pembelajaran yang digunakan dalam
proses pembelajaran yang dirancang sedemikian dunia pendidikan kimia. Dalam jurnal Andika,
rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk 2013 Menurut Johnstone (1993) dalam vicente
konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan- Talanquer, pendekatan baru untuk belajar dan
tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau mengajar kimia perlu mencakup tiga domain
menemukan masalah), merumuskan masalah, dasar: (1) macrochemistry, di mana kimia yang
mengajukan atau merumuskan hipotesis, dialami di tingkat nyata, terlihat, dan sensorik, (2)
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, Submicrochemistry, yang menjelaskan
menganalisis data, menarik kesimpulan dan fenomena-makro pada tingkat atom dan molekul
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip dengan perspektif kinetik, dan (3) Symbolic,
yang “ditemukan” (Kemendikbud, 2013). Itu kimia yang mencakup simbol-simbol
sebabnya perlu dirumuskan kurikulum yang representasional, persamaan, stoikiometri, dan
mengedepankan pengalaman personal melalui matematika. Ketiga domain kimia diwakili
pendekatan saintifik yaitu proses mengamati, sebagai segitiga pemahaman kimia (Triangle

1
Chemistry). Ahli kimia mampu menjelaskan dari mencari sumber-sumber dan referensi yang
satu domain ke domain lain dengan mudah, relevan dengan kegiatan penelitian.
namun, siswa sering mengalami kesulitan ketika Tahap pembentukan prototipe merupakan
transisi dari satu domain ke domain lain. tahap perancangan serta realisasi hasil rancangan
Pengembangan modul yang berorientasi dengan menggunakan pendekatan prototipe.
Chemistry triangle memilki kelebihan yaitu Tahap pembentukan prototipe merupakan siklus
membantu peserta didk dalalam hal memahami kecil penelitian dengan evaluasi formatif.
dengan baik pembelajaran kimia. Pentingnya Evaluasi formatif yang dilakukan didasarkan
menggunakan tiga level representasi dalam kepada tahapan evaluasi formatif Tessmer yang
pembelajaran kimia khusus untuk materi ikatan terdiri dari empat tahapan yaitu: evaluasi diri
kimia adalah untuk membantu peserta didik sendiri (self evaluation); penilaian ahli (expert
belajar mengingat konsep-konsep kimia dengan review) dan uji satu-satu (one-to-one evaluation);
lebih mudah. Ketiga aspek yaitu makroskopik, uji coba kelompok kecil (small group
submikroskopik, dan simbolik diintegrasikan evaluation); dan uji lapangan (field test). Akan
kepada siswa melalui suatu modul. tetapi evaluasi formatif yang dilakukan pada
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tahap pembentukan prototipe hanya sampai pada
tertarik untuk merancang dan mengembangkan uji kelompok kecil (small goup).
modul berorientasi Chemistry triangle untuk Prototipe I di evaluasi melalui evaluasi diri
materi Ikatan Kimia kelas X SMA/MA dengan sendiri dengan menggunakan sistem check list
judul “Pengembangan Modul berorientasi untuk melihat kelengkapan komponen-
Chemistry triangle untuk Materi Ikatan Kimia komponen penyusun prototipe dan kesalahan
kelas X SMA/MA”. nyata dari prototipe. Hasil evaluasi dari prototipe
I akan direvisi sehingga menghasilkan prototipe
METODE PENELITIAN II. Prototipe II akan dilakukan evaluasi uji satu-
Jenis penelitian yang digunakan adalah satu dan penilaian ahli. Uji ini bertujuan untuk
penelitian dan pengembangan atau dikenal mendapatkan tingkat validitas dari prototipe II.
degnan Research and Development (R&D) yaitu Hasil dari evaluasi direvisi sehingga
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan menghasilkan prototipe III. Prototipe III yang
produk tertentu dan menguji keefektifan produk dihasilkan dievaluasi melalui uji kelompok kecil
tertentu (Sugiyono, 2013). Subjek penelitian ini terhadap 6 orang siswa SMA kelas XI yang
adalah 3 orang dosen jurusan kimia FMIPA UNP, memiliki tingkat pengetahuan berbeda. Revisi
2 orang guru kimia SMAN 1 Gunung Talang, dilakukan terhadap prototipe III sehingga
orang siswa 36 kelas XI IPA 1. Produk dalam dihasilkan prototipe IV yang akan dilakukan uji
penelitian ini berupa modul ikatan kimia lapangan.
berorientasi chemistry triangle. Model Instrumen yang digunakan dalam penelitian
pengembangan yang digunakan adalah model ini adalah angket validasi dan lembar
Plomp yang dikembangkan oleh Tjreed Plomp praktikalitas dalam bentuk angket. Lembar
yang terdiri dari 3 tahap, yaitu: (1) tahap validasi digunakan untuk menilai modul dari segi
investigasi awal (preliminary research), (2) tahap komponen isi, komponen penyajian, komponen
perancangan (prototyping stage), dan (3) tahap kebahasan, dan komponen kegrafikaan. Angket
uji coba dan penilaian (assessment phase) (Plomp bertujuan untuk mengetahui tingkat praktikalitas
dan Nienke, 2013). yang dilihat dari segi kemudahan penggunaan,
Pelaksanaan penelitian dimulai dari efisiensi waktu pembelajaran, dan manfaat. Data
investigasi awal (preliminary research). yang diperoleh akan dianalisis menggunakan
Langkah-langkah pada tahap ini meliputi analisis formula Kappa Cohen untuk memperoleh nilai
kebutuhan, analisis kurikulum, analisis siswa, momen kappa. Nilai momen kappa dapat
analisis konsep, dan studi literatur. Analisis diperoleh dari:
kebutuhan dan siswa dilakukan melalui 𝜌𝑜 − 𝜌𝑒
𝑚𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑘𝑎𝑝𝑝𝑎 (𝑘) =
wawancara dengan guru kimia SMAN 1 Gunung 1 − 𝜌𝑜
Talang, dan SMA Pembangunan yang berkaitan Ket: k = nilai momen kappa
dengan bahan ajar yang digunakan pada proses 𝜌𝑜 = proporsi yang terealisasi
pembelajaran. Pada analisis kurikulum dilakukan 𝜌𝑒 = proporsi yang tidak terealisasi
analisis terhadap kurikulum dan silabus yang Tabel 1. Kategori Keputusan berdasarkan
digunakan. Studi literatur dilakukan dengan cara Momen kappa (k)

6
Interval Kategori digunakan sebagai acuan dalam penelitian
dirujuk dari Kemendikbud (2008) dan
0,81 – 1,00 Sangat tinggi Suryobroto (1983), (2) Konten atau isi materi
0,61 – 0,80 Tinggi dalam produk yang dikembangkan dirujuk dari
0,41 – 0,60 Sedang buku-buku perguruan tinggi dan buku kimia
0,21 – 0,40 Rendah SMA, (3) Pendekatan saintifik yang digunakan
0,01 – 0,20 Sangat rendah pada modul dirujuk dari buku, (4) chemistry
< 0,00 Tidak valid triangle yang digunakan pada modul dirujuk dari
buku- buku perguruan tinggi. Analisis konsep
HASIL DAN PEMBAHASAN yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa
konsep-konsep utama yang harus dikuasai siswa
Hasil Penelitian antara lain: ikatan ion, ikatan kovalen, dan ikatan
logam.
1. Penelitian Awal 2. Tahap pembentukan prototipe
Pada tahap ini dilakukan beberapa tahapan a. Prototipe I
yaitu analisis kebutuhan, analisis kurikulum, Protipe ini yang dihasilkan berupa modul
analisis siswa, analisis konsep, dan studi literatur. berbasis pendekatan saintifik dengan tahapan
Hasil analisis kebutuhan yang telah dilakukan meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan
berdasarkan wawancara dengan guru dan angket data, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan.
yang diberikan kepada siswa diperoleh hasil Tahapan pembelajaran tersebut terintegrasi
bahwa bahan ajar yang digunakan dalam proses dalam kegiatan pembelajaran pada modul ikatan
pembelajaran pada materi ikatan kimia berupa kimia. Modul ini memiliki beberapa komponen
buku paket, dan media power point . Disamping meliputi cover, kata pengantar, petunjuk
itu, bahan ajar yang digunakan belum memliki penggunaan, kompetensi pembelajaran, peta
aspek chemistry triangle (makroskopik, konsep, lembar kegiatan, lembar kerja, evaluasi,
submikroskopik, dan simbolik) yang lengkap dan lembar tes.
Bahan ajar yang digunakan sebaiknya b. Prototipe II
mendukung siswa untuk aktif dan mandiri dalam Pada tahap ini dilakukan evaluasi fomatif
proses pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum berupa evaluasi diri sendiri (self evaluation)
2013. terhadap prototipe I yang telah dihasilkan.
Analisis kurikulum yang telah dilakukan Berdasarkan hasil evaluasi diri sendiri, diperoleh
meliputi analisis terhadap kurikulum dan silabus hasil bahwa komponen modul sudah ada semua
yang digunakan. Berdasarkan Kurikulum 2013 bagian sehingga dapat lanjut ke prototipe III.
siswa dituntut untuk belajar aktif mencari, c. Prototipe III
mengolah, dan mengonstruksi pengetahuan Pada tahap ini dilakukan evaluasi
dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat formatif berupa uji coba satu satu (one to one
diwujudkan dengan menggunakan pendekatan evaluation) dan penilaian ahli (expert review)
saintifik dalam proses pembelajaran. terhadap prototipe II. Hasil yang diperoleh pada
Analisis terhadap silabus pada Kurikulum evaluasi uji coba satu-satu adalah gambaran
2013 yang telah dilakukan berupa analisis bahwa prototipe II yang telah dihasilkan dari segi
kompetensi dasar yang dijabarkan menjadi tampilan cover dinilai lumayan menarik, tetapi
indikator pembelajaran. Kompetensi dasar (KD) perlu dirapikan lagi letak gambar pada cover.
dari materi ikatan kimia adalah KD 3.5. Pemilihan desain dan warna modul dinilai
Membandingkan ikatan ion, ikatan kovalen, menarik dan tidak mencolok dan mampu menarik
ikatan kovalen koordinasi, dan ikatan logam serta minat siswa untuk membaca Penggunaan huruf
kaitannya dengan sifat zat.dan KD 4.5. pada modul dinilai sudah baik, jelas, bervariasi
Merancang dan melakukan percobaan untuk serta mudah dibaca. Penyajian materi, petunjuk
menunjukkan karakteristik senyawa ion atau penggunaan, dan tahapan pembelajaran
senyawa kovalen berdasarkan beberapa sifat pendekatan saintifik dinilai mudah dipahami.
fisika. Indikator Pencapaian Kompetensi yang Prototipe II yang berupa modul dalam penyajian
telah dijabarkan dari KD. materinya dinilai sangat menarik karena
Hasil yang diperoleh berdasarkan studi dilengkapi dengan gambar. Modul menjadi lebih
literatur berupa: (1) komponen modul yang menarik dan tidak membosankan dengan adanya
gambar yang melengkapi isi modul. Pendekatan

7
saintifik yang disajikan pada modul dinilai prototipe III. Bagian-bagian yang direvisi yaitu
membantu siswa dalam mempelajari materi penjelasan pada gambar yang kurang jelas.
melalui tahapan pendekatan saintifik
(mengamati, menanya, mengumpulkan data, 3. Tahap Penilaian
mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan). Tahap penilaian dilakukan uji lapangan
Prototipe II yang telah dihasilkan terhadap prototipe IV yang telah dihasilkan untuk
dilakukan validasi oleh lima orang validator. mengetahui tingkat kepraktisan dari modul ikatan
Validator tersebut terdiri dari tiga orang dosen kimia berorientasi chemistry triangle. Uji
jurusan kimia dan dua orang guru kimia SMAN lapangan ini dilakukan kepada dua orang guru
1 Gunung Talang. Nilai momen kappa yang kimia SMAN 1 Gunung Talang dan 27 orang
diperoleh dari validasi modul terhadap semua siswa SMAN 1 Gunung Talang. Uji lapangan ini
aspek adalah 0.77 dengan kategori kevalidan menggunakan instrument berupa angket
tinggi. Hasil analisis data validasi modul kepraktisan.
terhadap semua aspek dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis data terhadap
angket kepraktisan yang diberikan kepada guru
Tabel 2. Hasil analisis data validitas dan siswa didapatkan hasil tingkat
terhadap semua aspek yang dinilai pada modul kepraktisannya sebesar 0.90 dan 0.85 dengan
oleh validator kategori kepraktisan sangat tinggi. Setelah uji
Rata- lapangan terhadap prototipe IV, dilakukan revisi
Kategori
No Kategori rata sesuai saran yang diberikan oleh guru dan siswa.
Kevalidan
nilai k Prototipe IV hasil uji lapangan yang telah direvisi
1. Komponen 0,75 Tinggi menghasilkan prototipe baru yang lebih baik
isi disebut sebagai prototipe final. Prototipe final
2. Komponen 0,83 Sangat yang dihasilkan berupa modul ikatan kimia
Penyajian Tinggi berorientasi chemistry triangle yang telah valid
3. Komponen 0,78 Tinggi dan praktis.
Kebahasaan
4. Komponen 0,74 Tinggi Pembahasan
Kegrafikan Penelitian yang telah dilakukan
Rata-rata 0,77 Tinggi bertujuan untuk mengembangkan suatu produk
Berdasarkan hasil analisis data validitas berupa modul ikatan kimia berorientasi chemistry
oleh validator didapatkan rata-rata nilai momen triangle. Penelitian ini menggunakan model
kappa sebesar 0.77 dengan kategori kevalidan pengembangan Plomp yang terdiri dari 3 tahap
tinggi. Meskipun tingkat kevalidan dari modul pengembangan, yaitu: penelitian awal
ikatan kimia yang tinggi, namun terdapat (preliminary research), tahap pembentukan
beberapa bagian yang perlu untuk direvisi. prototipe (prototyping stage), dan tahap penilaian
Sehingga menghasilkan prototipe III yang lebih (assessment phase).
baik dibandingkan prototipe II. Pada tahap pembentukan prototipe yang
d. Prototipe IV meliputi prototipe I sampai IV masing-
Pada tahap ini dilakukan evaluasi masingnya diikuti dengan evaluasi formatif.
formatif berupa uji kelompok kecil (small group Evaluasi formatif yang dilakukan untuk
evaluation) terhadap prototipe II yang telah meningkatkan kualitas dari suatu produk sebelum
dihasilkan. Hasil uji coba kelompok kecil dilakukan penelitian pada uji lapangan. Kualitas
disimpulkan bahwa modul ikatan kimia mudah hasil penelitian pengembangan ditentukan oleh
dalam penggunaannya, efisien, dan bermanfaat teknik evaluasi yang digunakan. Teknik evaluasi
bagi siswa. Pengumpulan data pada uji coba yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik
kelompok kecil ini menggunakan angket yang evaluasi formatif Tessmer yang terdiri atas self
diberikan kepada enam orang siswa kelas X IPA evaluation (evaluasi diri sendiri), expert review
3 SMAN 1 Gunung Talang. (penilaian ahli), one-to-one evaluation (uji coba
Berdasarkan saran siswa pada uji coba satu satu), small group evaluation (evaluasi grup
kelompok kecil dilakukan revisi terhadap kecil), dan field test (uji coba lapangan). Evaluasi
prototipe III sehingga diperoleh prototipe IV yang dilakukan menentukan kualitas dari produk
dengan hasil yang lebih baik dibandingkan yang dihasilkan dalam hal ini berupa modul
ikatan kimia berorientasi chemistry triangle..

8
Ada beberapa kriteria yang menentukan kulitas momen kappa yang tinggi berarti isi modul ikatan
suatu produk yaitu validitas, praktikalitas, dan kimia yang dikembangkan telah sesuai dengan
efektifitas. Pada penelitian ini dibatasi pada tuntutan Komptetensi Dasar (KD) yaitu KD 3.5
kriteria validitas dan praktikalitas. dan 4.5 pada silabus Kurikulum 2013 revisi 2017.
1. Validitas Modul Namun, masih perlu ada revisi yang dilakukan
Penilaian modul ikatan kimia untuk memperbaiki isi modul tersebut.. Hal ini
berorientasi chemistry triangle.ini dilakukan sesuai dengan Depdiknas (2008) bahwa modul
dengan menggunakan lembar validasi. Lembar akan mudah digunakan oleh siswa maka modul
validitas ini diisi oleh lima orang validator, yang harus menggambarkan Kompetensi Dasar,
terdiri atas tiga orang dosen kimia FMIPA UNP Indikator, dan tujuan pembelajaran yang akan
dan dua orang guru kimia SMAN 1 Gunung dicapai oleh siswa. Komponen-komponen yang
Talang. Pemilihan validator didasarkan kepada terdapat pada modul seperti lembar kegiatan
pendapat Sugiyono (2013) yang menyatakan siswa, lembar kerja siswa, dan lembar evaluasi
bahwa dalam pengujian validitas minimal yang diberikan telah sesuai dengan indikator
melibatkan tiga orang pendapat ahli (judgment keberhasilan yang harus dicapai.
experts). Komponen penyajian modul memiliki
Pertanyaan pada lembar validasi terdiri rata-rata momen kappa sebesar 0,83 dengan
dari 4 aspek penilaian yaitu: komponen isi, kategori kevalidan sangat tinggi. Kategori
komponen kebahasan, komponen penyajian, dan momen kappa yang sangat tinggi menunjukkan
komponen kegrafikaan. Data penilaian lembar bahwa modul ikatan kimia berorientasi chemistry
validasi e-modul dianalisis dengan menggunakan triangle yang dikembangkan telah disajikan
formula Kappa Cohen. Dari pengolahan data sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi
tersebut diperoleh skor rata-rata kevalidan dari yang telah dirumuskan. Penyajian modul telah
keempat validator yang berbeda, seperti terlihat disusun berdasarkan langkah-langkah keilmuan
pada Gambar 1. Berdasarkan gambar tersebut, yakni 5M (Mengamati, Menanya,
hasil validasi modul dari validator memiliki Mengumpulkan data, Mengasosiasikan, dan
kategori kevalidan yang tinggi. Mengkomunikasikan). Soal-soal yang pada
modul sudah mengarahkan siswa untuk mencapai
0.84 indikator pencapaian kompetensi. Serta evaluasi
yang dapat memberikan feedback dengan cepat
0.82
kepada siswa sehingga siswa dapat mengetahui
0.8 sudah sejauh mana penguasaaan materi yang
RATA- RATA K

0.78 diperolehnya.
0.76 Komponen kebahasaan modul memiliki
0.74 rata-rata momen kappa sebesr 0,78 dengan
Rata-rata K kategori kevalidan tinggi. Komponen kebahasaan
0.72
berkenaan dengan bahasa yang digunakan dalam
0.7 modul serta kejelasan petunjuk dan informasi.
Bahasa yang digunakan telah sesuai dengan
kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar
sehingga tidak menimbulkan kerancuan
KOMPONEN PENILAIAN pemahaman bagi siswa. Penggunaan bahasa pada
modul hendaknya menggunakan kalimat yang
Gambar 1. Hasil analisis data validasi terhadap sederhana dan mudah untuk dipahami.
lembar validasi yang diberikan Penggunaan bahasa pada modul hendaknya
kepada validator menggunakan kalimat yang sederhana dan
mudah untuk dipahami. Selain itu, kalimat harus
Penilaian komponen isi merupakan dipola sedemikian rupa sehingga menjadi
penilaian produk yang dikembangkan didasarkan komunikatif dan akrab bagi siswa. Penulisan
pada kurikulum yang relevan. Berdasarkan hasil yang komunikatif berpengaruh terhadap minat
anlisis data pada Gambar 1 menunjukkan dari belajar siswa (Hamdani, 2011: 222). Sesuai
segi komponen isi, Komponen isi modul dengan Depdiknas (2008) bahwa akan dihasilkan
memiliki rata-rata momen kappa sebesar 0,75 suatu bahan ajar yang baik apabila dilakukan
dengan kategori kevalidan tinggi. Kategori evaluasi terhadap komponen-komponen di

9
dalamnya yakni keterbacaan, kejelasan 1
informasi, kesesuaian dengan kaidah Bahasa
0.95
Indonesia yang baik dan benar serta penggunaan

Rata-rata K
bahasa yang jelas dan mudah dipahami. 0.9
Komponen kegrafikaan modul 0.85
memiliki rata-rata momen kappa sebesar 0,84 0.8 Guru
dengan kategori kevalidan sangat tinggi. Siswa
0.75
Kategori momen kappa yang tinggi menunjukkan
bahwa modul ikatan kimia berorientasi chemistry
triangle dikembangkan telah menggunakan jenis
dan ukuran huruf yang jelas terbaca, tampilan
cover, tata letak (layout) isi modul menarik, atau Komponen Penilaan
gambar yang disajikan dapat diamati dengan jelas
sehingga dapat dipahami dengan baik untuk Gambar 2. Hasil analisis data praktikalitas
memecahkan masalah. Hal ini sesuai dengan
pernyatakan Hamdani (2011: 222) bahwa tata Kemudahan penggunaan mdoul
letak yang baik akan menimbulkan daya tarik memiliki rata-rata momen kappa sebesar 0,90
tersendiri terhadap minat belajar siswa. dengan kategori kepraktisan sangat tinggi dari
Dari data validasi diperoleh tingkat guru dan 0,85 dari siswa dengan kategori
kevalidan modul tinggi dengan nilai rata-rata kepraktisan sangat tinggi. Hal ini menunjukkan
momen kappanya 0.77, meskipun demikian bahwa Kemudahan penggunaan modul memiliki
masih ada beberapa komponen yang harus rata-rata momen kappa sebesar 0,92 dengan
diperbaiki sesuai dengan saran yang diberikan kategori kepraktisan sangat tinggi dari guru dan
oleh validator. Oleh karena itu, perlu dilakukan 0,86 dari siswa dengan kategori kepraktisan
revisi terhadap modul yang dikembangkan untuk sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa modul
dilanjutkan ke evaluasi berikutnya. yang dikembangkan telah memiliki petunjuk
2. Praktikalitas Modul penggunaan yang mudah dipahami. Materi yang
Praktikalitas modul ditentukan disajikan jelas dan sederhana serta secara
berdasarkan penilaian terhadap produk dengan keseluruhan isi modul yang dikembangkan dapat
menggunakan instrumen penilaian berupa angket dipahami oleh guru dan siswa. Suryosubroto
praktikalitas yang diberikan kepada guru dan (1983) dalam Wena 2009 menyatakan bahwa
siswa. Menurut Mudjijo(1995), kepraktisan petunjuk untuk bertujuan agar pengajaran dapa
menunjukkan pada tingkat kemudahan diselenggarakan lebih efisien. Modul mudah
penggunaan dan pelaksanaan produk yang digunakan/ dioperasikan, digunakan berulang-
meliputi biaya dan waktu dalam pelaksanaan, ulang.
serta pengelolaan dan penafsiran hasilnya. Efisiensi waktu pembelajaran modul
Penilaian praktikalitas modul ikatan kimia memiliki rata-rata momen kappa sebesar 0,82
berorientasi chemistry triangle dinilai oleh guru dengan kategori kepraktisan sangat tinggi dari
kimia dan siswa SMA kelas XI. guru dan 0,86 dengan kategori kepraktisan sangat
Praktikalitas kepada guru sebagai tinggi dari siswa. Menurut Daryanto (2014: 192)
responden dilakukan pada tahapan uji lapangan mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan
(field test) yaitu terhadap dua orang guru kimia menggunakan modul dapat membuat waktu
SMAN 1 Gunung Talang. Sementara pembelajaran menjadi lebih efisien dan siswa
praktikalitas kepada siswa sebagai responden bisa belajar dengan kecepatannya masing-
dilakukan pada tahapan uji coba satu satu (one- masing. Hal ini sesuai dengan hasil angket yang
to-one evaluation) yaitu terhadap enam orang diperoleh dari guru dan siswa dinilai dari segi
siswa kelas X IPA 3 SMAN 1 Gunung Talang waktu pembelajaran, siswa dapat belajar sesuai
dan pada tahapan uji lapangan (filed test) dengan kecepatannya sendiri dan dengan
terhadap 27 orang XI IPA 1 SMAN 1 Gunung menggunakan modul waktu pembelajaran
Talang. Data yang diperoleh diolah dengan menjadi lebih efisien karena adanya model (
menggunakan formula Kappa Cohen. Dari gambar).
pengolahan data tersebut diperoleh skor rata-rata Aspek manfaat modul memiliki rata-rata
kepraktisan, seperti terlihat pada Gambar 2. momen kappa sebesar 0,95 dari guru dengan
kategori kepraktisan sangat tinggi dan 0,84 dari

10
siswa dengan kategori kepraktisan sangat tinggi. Depdiknas. (2008). Penulisan Modul. Jakarta :
Modul yang dikembangkan dengan Direktorat Tenaga Kependidikan, Ditjen
menggunkaan multireprentasi kimia ( chemistry PMPTK, Depdiknas.
triangle) dapat membantu siswa belajar mandiri
dan dapat memahami materi melalui gambar atau Fazria, IIn. 2012. Pengaruh Penggunaan Buku
melalui pertanyaan-pertanyaan yang disajikan Ajar Ikatan Kovalen dengan pendekatan
dalam modul sehingga dapat meningkatkan Multirepresentasi terhadap Prestasi
semangat siswa dalam belajar. Oleh karena itu, Siswa kelas XI se-kota Katapang.
guru tidak perlu menjelaskan materi terlalu Pontianak. UNTAN.
banyak karena siswa harus lebih berperan aktif Febria, Fika. 2018. Pengaruh Penggunaan Modul
dalam proses pembelajaran sehingga Berorientasi Chemistry triangle pada
pembelajaran tidak berpusat pada guru (teacher materi Laju Reaksi kelas XI SMA /MA
center). terhadap Hasil Belajar Siswa. Padang :
UNP

KESIMPULAN Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar.


Bandung: CV Pustaka Setia.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis
Hamalik, O. 1986. Media Pendidikan. Bandung:
data dapat disimpulkan bahwa modul ikatan
Citra Aditya Bakti.
kimia berorientasi chemistry triangle dapat
dikembangkan dengan menggunakan model
Hayatul, Salmi. 2018. Pengembangan Modul
pengembangan Plomp serta modul tersebut
Berorientasi Chemistry triangle materi
memiliki tingkat validitas dan praktikalitas yang
Larutan Penyangga kelas XI SMA/MA.
sangat tinggi berdasarkan angket respon dosen,
Padang : UNP
guru, dan siswa.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan
DAFTAR PUSTAKA
Kontekstual dalam Pembelajaran Abad
21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Abdullah, R. S. 2014. Pembelajaran Saintifik.
Jakarta: Bumi Aksara. Johnstone, A. H. 1991. Why is Science Difficult
Arikunto. Z. 2012. Evaluasi Pembelajaran to Learn? Things are seldom like they
Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: seem. Journal of computer Assisted
Remaja Rosadakarya. volume 7, diakses tanggal 17 Maret
2017.
Bouslaugh S. dan Watters P., A,. (2008).
Kardena, Hidayati, 2017. Pengembangan Modul
“Statistics in a Nutshell, a Desktop Quick
Beorientasi Chemistry triangle materi
Referance”. United State of America:
Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
O’Reilley Media, Inc.
kelas X SMA/MA. Padang : UNP
Chandraseragan, A.L., David F. Treagust., dan Majid, Abdul dan Chaerul Rochman. 2014.
Mauro Mocerino. 2007. “The Pendekatan Ilmiah dalam Implementasi
development of a two-tier multiple- Kurikulum 2013. Bandung: Rosdakarya.
choice diagnostic instrument for
evaluating secondary school students’ Mudjijo. 1995. Tes Hasil Belajar. Jakarta : Bumi
ability to describe and explain chemical
reactions using multiple levels of Aksara.
representation”. The Royal Society of
Chemistry, 8(3): 293-307 Musfiqon dan Nurdyansyah. 2015. Pendekatan
Pembelajaran Saintifik. Sidoarjo:
Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Nizamia learning Center.
saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Gaza Media. Plomp, T and Nienke N. 2013. “Education
Design Research: An Introduction”,

11
dalam An Introduction to Educational
Research. Enschede, Netherland
National Institue for Curriculum
Development.
Rochmad. 2012. “Desain Model Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Matematika”.
Jurnal Kreano Vol.3, No. 1.
Sabri, Ahmad. 2010. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Ciputat Press.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan.


Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi.


Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian


Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Taber, K.S. 2009. Learning at the Symbolic


Level. In J.K. Gilbert & D.F. Treagust
(Eds), Multiple Representation of
Chemical Education. Australia: Springer.

Tuysuz, M., Ekiz, B., Bektas, O., Uzuntiryaki,


E., Tarkin, A., & Kutucu, E.S. 2011. Pre-
service Chemistry Teachers’
Understanding of Phase Changes and
Dissolution at Macroscopic, Symbolic,
and Microskopic Levels. Procedia Social
and Behavioral Sciences, vol 15, hh.152-
455.

Wena, M. 2009. Strategi Pembelajaran Inovasitif


Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.

12

Das könnte Ihnen auch gefallen