Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Website: https://ejournal.stikesaisyah.ac.id/index.php/jika/
Email: jurnal.aisyah@stikesaisyah.ac.id
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), Juni 2018, – 18
Farina Anggraeni, Tetti Solehati, Wiwi Mardiah
dan lain sebagainya (Soetjiningsih & faktor yang berhubungan dengan perilaku
Ranuh, 2015). beresiko pada remaja di Indonesia.
Tidak tersedianya informasi yang akurat Provinsi Banten merupakan daerah yang
dan benar tentang kesehatan reproduksi berbatasan dengan DKI Jakarta yang
memaksa remaja untuk berusaha sendiri merupakan salah satu provinsi yang
mencari akses dan melakukan eksplorasi memiliki kasus TRIAD KRR tinggi. Pada
sendiri. Pada umumnya remaja tahun 2010, sebanyak 6,5 persen dari
memanfaatkan media massa sebagai 1.019.215 remaja di Provinsi Banten telah
sumber informasi seksual yang lebih melakukan perilaku seksual yang tidak
penting dibandingkan orang tua dan teman aman dan sebesar 77,2 persen remaja tidak
sebaya, karena media massa memberikan mendapatkan penyuluhan kesehatan
gambaran yang lebih baik dan menarik reproduksi (Riskesdas, 2010). Selain itu,
mengenai keinginan dan kebutuhan seksual berdasarkan data penelitian Puslitkes UI
remaja (Brown, 2003 dalam Supriati & dengan BNN pada tahun 2011, angka
Sandra, 2009) penyalahgunaan Narkoba sebanyak 2,1
persen atau sekitar 172.901 dari 8.233.400
Pengetahuan remaja tentang kesehatan
jiwa penduduk Provinsi Banten. Prevalensi
reproduksi remaja masih kurang
tersebut berada pada urutan ke 9 dari 33
sebagaimana ditunjukkan oleh hasil Survei
provinsi di Indonesia (BNN, 2014). Pada
Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia
tahun 2012, kasus HIV/AIDS pada remaja
tahun 2007. Sebanyak 13 persen remaja
di provinsi Banten sebanyak 13,4 persen
perempuan tidak tahu tentang perubahan
dari 3.237 jiwa penduduk Provinsi Banten
fisiknya dan hampir separuhnya yaitu 47,9
yang terkena HIV/AIDS. Provinsi Banten
persen tidak mengetahui kapan masa subur
termasuk kategorik 10 besar tingkat
seorang perempuan. Selain itu, pengetahuan
nasional jumlah kasus HIV/AIDS (Depkes
remaja tentang menghindari infeksi HIV
RI, 2012).
masih terbatas. Hanya 14 persen remaja
perempuan dan 95 persen remaja laki-laki SMP Negeri 1 Cilegon merupakan salah
menyebutkan pantang berhubungan seks, satu instansi pendidikan di Kota Cilegon,
18 persen remaja perempuan dan 25 persen Provinsi Banten. SMP Negeri 1 Cilegon
remaja laki-laki menyebutkan Berdasarkan hasil wawancara dengan Guru
menggunakan kondom serta 11 persen BK SMP Negeri 1 Cilegon bahwa masih
remaja perempuan dan 8 persen remaja banyak siswa yang mencari informasi
laki-laki menyebutkan membatasi jumlah pendidikan kesehatan reproduksi melalui
pasangan (tidak berganti-ganti pasangan internet. Bahkan terdapat seorang siswa
seksual) sebagai cara menghindari HIV/ yang pernah menonton film porno dan
AIDS (SKRRI, 2007). melakukan onani/ masturbasi. Upaya yang
dilakukan sekolah dalam meningkatkan
Kurangnya pengetahuan dan pencarian
kesehatan reproduksi remaja yaitu dengan
informasi yang salah mengenai kesehatan
memberikan layanan pendidikan kesehatan
reproduksi remaja dapat mempengaruhi
sebatas konseling individu yang
perilaku beresiko pada remaja yang dikenal
bermasalah, padahal setiap siswa
dengan tiga resiko kesehatan reproduksi
membutuhkan pendidikan kesehatan
remaja atau Triad Kesehatan Reproduksi
reproduksi. Selain itu, pihak sekolah juga
Remaja (TRIAD KRR), yang meliputi
memberikan pendidikan kesehatan
seksualitas, HIV/AIDS dan Napza
reproduksi remaja dengan metode ceramah
(BKKBN, 2007). Hal tersebut didukung
yang diberikan oleh petugas kesehatan dari
oleh penelitian Lestary dan Sugiharti (2011)
puskesmas. Akan tetapi, pada pelaksanaan
bahwa pengetahuan merupakan salah satu
Perbedaan Metode Peer Teaching dengan Metode Jigsaw Terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), Juni 2018, – 20
Farina Anggraeni, Tetti Solehati, Wiwi Mardiah
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Pada Kelompok
Peer Teaching dan Jigsaw, Mei 2016 (N=84)
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Pada Kelompok Peer
Teaching dan Jigsaw, Mei 2016 (N=84)
Peer Teaching Jigsaw
Kategori Nilai
f % f %
Kurang 5 11,9 2 4,8
Baik 37 88,1 40 95,2
Pada tabel 3 menunjukkan adanya adalah sebesar 0,000 (p<0,05), nilai tesebut
peningkatan pengetahuan responden pada menunjukkan adanya pengaruh yang sangat
kedua kelompok yaitu sebesar 14,37 pada bermakna pendidikan kesehatan dengan
kelompok peer teaching dan sebesar 16,37 metode peer teaching maupun metode
pada kelompok jigsaw. Hasil analisa data jigsaw terhadap pengetahuan kesehatan
berdasarkan uji t-dependent didapatkan p- reproduksi remaja.
value pada masing-masing kelompok
Tabel 3. Perbandingan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Pada
Kelompok Peer Teaching dan Jigsaw, Mei 2016 (N=84).
Peer Teaching Jigsaw
p value
Rata-rata SD Rata-rata SD
Sebelum 69,36 11,8 71,50 9,08
0,000
Sesudah 83,73 10,2 88,17 6,75
Tabel 4 merupakan hasil analisa data metode peer teaching dan metode jigsaw
menggunakan uji t-independent yang terhadap tingkat pengetahuan kesehatan
menunjukkan adanya perbedaan antara reproduksi dengan nilai p 0,021 (p<0,05).
Perbedaan Metode Peer Teaching dengan Metode Jigsaw Terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), Juni 2018, – 22
Farina Anggraeni, Tetti Solehati, Wiwi Mardiah
Tabel 4. Perbandingan Pengaruh Metode Peer Teaching dengan Metode Jigsaw Terhadap Tingkat
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi, Mei 2016 (N=84)
Mean t p
Peer Teaching 83,73
2,35 0,021
Jigsaw 88,17
Perbedaan Metode Peer Teaching dengan Metode Jigsaw Terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), Juni 2018, – 24
Farina Anggraeni, Tetti Solehati, Wiwi Mardiah
jigsaw responden dapat berkomunikasi dua pada sesi tanya jawab akan tetapi, tidak
arah secara langsung dengan interaksi tatap semua responden yang bertanya ataupun
muka dan keterampilan sosial yang dimiliki mampu untuk mengeluarkan pendapat.
setiap responden. Selain itu, responden Selain itu juga, hasil penelitian ini dapat
dituntut untuk bertanggung jawab atas diperkuat oleh teori Edgar Dale tentang
penguasaan bagian materi kesehatan kerucut pengalaman (Cone of Experience)
reproduksi dengan mampu mengajarkan yang menggambarkan kemampuan
materi tersebut kepada responden lain partisipan untuk mengingat kembali pesan-
dalam kelompoknya. Hal tersebut pesan dalam pendidikan kesehatan
memungkinkan meningkatnya keaktifan berdasarkan teknik atau metodenya (Efendi
responden dalam pembelajaran dan dan Makhfudli, 2009). Pada metode
pemahaman tentang pengetahuan kesehatan jigsaw, seluruh responden berperan aktif
reproduksi. Asumsi tersebut sesuai dengan dalam menyampaikan pendapat dan
teori yang dikemukakan Felder dan Brent menyampaikan informasi yang telah
(2007) bahwa terdapat beberapa unsur didiskusikan, hal tersebut memungkinkan
dalam bekerja sama dan menyelesaikan responden mengingat 70 persen dari apa
suatu tujuan bersama dalam tim melalui yang diucapkannya. Sementara itu, pada
metode jigsaw, yaitu saling ketergantungan metode peer teaching hanya satu orang saja
positif, tanggung jawab individu, interaksi yang memberikan penjelasan mengenai
tatap muka dan keterampilan sosial kesehatan reproduksi dan seluruh
(Warsono dan Hariyanto, 2012). Selain itu, responden hanya mendengar dan melihat
hal tersebut sejalan dengan penelitian sehingga, memungkinkan responden hanya
Setiani, Kade dan Lamba (2013) bahwa dapat mengingat 50 persen dari apa yang
metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw didengar dan dilihat. Oleh karena itu, hasil
membuat siswa lebih aktif dalam tingkat pengetahuan lebih banyak
pembelajaran dan siswa lebih memahami berdampak positif pada responden yang
materi. diberikan pendidikan kesehatan dengan
Berbeda halnya dengan metode peer metode jigsaw dibandingkan dengan
teaching, siswa hanya mendapatkan metode peer teaching.
informasi dari satu informan yaitu tutor
sebaya yang berasal dari kader PIK KRR
KESIMPULAN DAN SARAN
yang merupakan teman sebaya yang lebih
pandai memberikan informasi dan Hasil penelitian ini dapat disimpulkan
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. bahwa berdasarkan uji t-independent
Selain itu, responden hanya dituntut untuk menunjukkan adanya perbedaan pengaruh
melihat materi pada slide power point di pendidikan kesehatan reproduksi metode
layar proyektor dan mendengarkan peer teaching dengan metode jigsaw pada
penjelasan dari tutor sebaya. Informasi tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi
yang disampaikan oleh tutor sebaya remaja dengan nilai p value = 0,021
tersebut memungkinkan siswa yang (p<0,05).
diberikan informasi kurang serius dalam Metode jigsaw merupakan metode
pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan pembelajaran aktif yang lebih efektif
pendapat Djamarah dan Zain (2010) bahwa dibandingkan dengan metode peer
pada metode peer teaching siswa yang teaching, hal tersebut terjadi karena peran
dibantu sering belajar kurang serius karena aktif responden dalam pendidikan
hanya berhadapan dengan temannya kesehatan reproduksi dengan metode jigsaw
sehingga, hasilnya kurang memuaskan. lebih tinggi dibandingkan dengan metode
Keaktifan responden pada metode ini hanya peer teaching. Tenaga kesehatan dan
saat siswa diberikan kesempatan bertanya
Perbedaan Metode Peer Teaching dengan Metode Jigsaw Terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), Juni 2018, – 26
Farina Anggraeni, Tetti Solehati, Wiwi Mardiah
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., dan Makasar. Bionature Volume 9. 121-
Snyder, S. (2011). Buku Ajar 125.
Fundamental Keperawatan Edisi 7
Volume 1. Jakarta: EGC. Riskesdas. (2010). Riset Kesehatan Dasar
2010. Diakses dari
Lestari, H dan Sugiharti. (2011). Perilaku http://www.riskesdas.litbang.depkes.g
Beresiko Remaja Di Indonesia o.id/
Menurut Survey Kesehatan
Reproduksi Remaja Indonesia Rusman. (2008). Model-Model
(SKRRI) Tahun 2007. Jurnal Pembelajaran: Mengembangkan
Kesehatan Reproduksi, 1(3): 136-144. Profesional Guru. Bandung: Rajawali
Pers.
Lie. (2002). Cooperative Learning. Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia. Simamora, R.H. (2009). Buku Ajar
Pendidikan dalam Keperawatan.
Mulyana, D. (2005). Ilmu Komunikasi Jakarta: EGC.
Cetakan Ketujuh. Bandung:
Rosdakarya. SKRRI. (2007). Pendewasaan Usia
Perkawinan dan Hak-Hak Reproduksi
Moedjiono. (1996). Proses Belajar Bagi Remaja Indonesia. Diakses dari
Mengajar. Bandung: Remaja http://ceria.bkkbn.go.id/
Rosdakarya.
Setiani, I., Kade, A., dan Lamba, H.A.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku (2013). Pengaruh Model
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
untuk Pengetahuan Awal yang
Notoatmodjo, S. (2011). Kesehatan Berbeda Terhadap Pemahaman
Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Konsep Fisika Pada Siswa Kelas VIII
Rineka Cipta. SMP Negeri 9 Palu. Jurnal
Pendidikan Fisika Tadulako 1(2):32-
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian 38.
Ilmu Keperawatan Edisi 3. Jakarta:
Salemba Medika Slavin, R.E. (2005). Cooperative Learning:
Cara Efektif dan Menyenangkan Pacu
Nursalam dan Effendi, F. (2009). Prestasi Seluruh Peserta Didik.
Pendidikan dalam Keperawatan. Bandung: Nusa Media.
Jakarta: Medika Salemba.
Soetjiningsih dan IG.N. Gde Ranuh. (2015).
Pinem, S. (2009). Kesehatan Reproduksi Tumbuh Kembang Anak Edisi 2.
dan Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Jakarta: EGC
Media.
Sugianto. (2010). Model-model
Palennari, M., Hartati, dan Syamsiah. Pembelajaran Inovatif. Surakarta:
(2008). Penerapan Metode Peer Yuma Pustaka.
Group Teaching dalam Proses
Pembelajaran Biologi untuk Sugiyono. (2010). Metode Penelitian
Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Bandung: Alfabeta.
Perbedaan Metode Peer Teaching dengan Metode Jigsaw Terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), Juni 2018, – 28
Farina Anggraeni, Tetti Solehati, Wiwi Mardiah