Sie sind auf Seite 1von 12

Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan

Vol. 3, No. 1, Juni 2018, pp. 17-28


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)

Perbedaan Metode Peer Teaching dengan Metode Jigsaw Terhadap


Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi

Farina Anggraeni(1), Tetti Solehati(2*), Wiwi Mardiah(3)


1,2,3
Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Jatinangor Jawa Barat Indonesia.
(1)
anggraenifarina99@gmail.com; (2*)tsh_tetti@yahoo.com; (3)wimar09@gmail.com

ARTICLE INFO ABSTRACT


Adolescents are particularly vulnerable to the problem of the triad
Article history: of adolescent reproductive health that includes sexuality, HIV/AIDS
Received 17 March 2018 and drugs. Lack of knowledge among adolescents is one of the
Revised 24 April 2018 causes of risky behavior on reproductive health. Health education
Accepted 25 April 2018
through peer teaching method and jigsaw method can improve
knowledge and prevent adolescent reproductive health problems.
The purpose of this research is to analyze the differences between
Keyword: the effects of peer teaching method with jigsaw method toward the
Adolescent level knowledge of reproductive health students SMPN 1 Cilegon.
Health Education The research design is quasi-experiment with non equivalent
Reproductive Health control group. The research sample consisted of 42 respondents to
the peer teaching group and 42 respondents to the jigsaw group
(*) corresponding author which is chosen by stratified random sampling. The results of the
DOI:http://dx.doi.org/10.30604/jika.v3i1.80 analysis of statistical tests using t-dependent test shows that there is
significant influence after being given health education with p value
0.001 (p <0.05) and the results t-independent test obtained p value
0.021 (p <0.05), which shows the differences in effect between peer
teaching method with jigsaw method toward the level knowledge of
reproductive health students SMPN 1 Cilegon. The suggestion of
this research is to use the jigsaw method as an alternative method
in providing adolescent reproductive health education.
Copyright © 2018, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan.
All rights reserved.

PENDAHULUAN kematangan seksual dan kemampuan untuk


melakukan reproduksi (Feldman, 2009).
Masa remaja merupakan masa peralihan
dari masa kanak-kanak menuju masa Perubahan dan kematangan seksual yang
dialami oleh remaja pada masa pubertas
dewasa, dimana remaja mengalami
tersebut akan mengakibatkan munculnya
berbagai perubahan baik secara biologis,
kecemasan-kecemasan dan pertanyaan-
psikologis maupun kognitif. Secara umum,
pertanyaan seputar menstruasi, mimpi
masa remaja ditandai dengan adanya
pubertas yang merupakan suatu proses yang basah, masturbasi, ukuran buah dada, penis
harus dilewati seseorang untuk mencapai

Website: https://ejournal.stikesaisyah.ac.id/index.php/jika/
Email: jurnal.aisyah@stikesaisyah.ac.id
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), Juni 2018, – 18
Farina Anggraeni, Tetti Solehati, Wiwi Mardiah

dan lain sebagainya (Soetjiningsih & faktor yang berhubungan dengan perilaku
Ranuh, 2015). beresiko pada remaja di Indonesia.
Tidak tersedianya informasi yang akurat Provinsi Banten merupakan daerah yang
dan benar tentang kesehatan reproduksi berbatasan dengan DKI Jakarta yang
memaksa remaja untuk berusaha sendiri merupakan salah satu provinsi yang
mencari akses dan melakukan eksplorasi memiliki kasus TRIAD KRR tinggi. Pada
sendiri. Pada umumnya remaja tahun 2010, sebanyak 6,5 persen dari
memanfaatkan media massa sebagai 1.019.215 remaja di Provinsi Banten telah
sumber informasi seksual yang lebih melakukan perilaku seksual yang tidak
penting dibandingkan orang tua dan teman aman dan sebesar 77,2 persen remaja tidak
sebaya, karena media massa memberikan mendapatkan penyuluhan kesehatan
gambaran yang lebih baik dan menarik reproduksi (Riskesdas, 2010). Selain itu,
mengenai keinginan dan kebutuhan seksual berdasarkan data penelitian Puslitkes UI
remaja (Brown, 2003 dalam Supriati & dengan BNN pada tahun 2011, angka
Sandra, 2009) penyalahgunaan Narkoba sebanyak 2,1
persen atau sekitar 172.901 dari 8.233.400
Pengetahuan remaja tentang kesehatan
jiwa penduduk Provinsi Banten. Prevalensi
reproduksi remaja masih kurang
tersebut berada pada urutan ke 9 dari 33
sebagaimana ditunjukkan oleh hasil Survei
provinsi di Indonesia (BNN, 2014). Pada
Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia
tahun 2012, kasus HIV/AIDS pada remaja
tahun 2007. Sebanyak 13 persen remaja
di provinsi Banten sebanyak 13,4 persen
perempuan tidak tahu tentang perubahan
dari 3.237 jiwa penduduk Provinsi Banten
fisiknya dan hampir separuhnya yaitu 47,9
yang terkena HIV/AIDS. Provinsi Banten
persen tidak mengetahui kapan masa subur
termasuk kategorik 10 besar tingkat
seorang perempuan. Selain itu, pengetahuan
nasional jumlah kasus HIV/AIDS (Depkes
remaja tentang menghindari infeksi HIV
RI, 2012).
masih terbatas. Hanya 14 persen remaja
perempuan dan 95 persen remaja laki-laki SMP Negeri 1 Cilegon merupakan salah
menyebutkan pantang berhubungan seks, satu instansi pendidikan di Kota Cilegon,
18 persen remaja perempuan dan 25 persen Provinsi Banten. SMP Negeri 1 Cilegon
remaja laki-laki menyebutkan Berdasarkan hasil wawancara dengan Guru
menggunakan kondom serta 11 persen BK SMP Negeri 1 Cilegon bahwa masih
remaja perempuan dan 8 persen remaja banyak siswa yang mencari informasi
laki-laki menyebutkan membatasi jumlah pendidikan kesehatan reproduksi melalui
pasangan (tidak berganti-ganti pasangan internet. Bahkan terdapat seorang siswa
seksual) sebagai cara menghindari HIV/ yang pernah menonton film porno dan
AIDS (SKRRI, 2007). melakukan onani/ masturbasi. Upaya yang
dilakukan sekolah dalam meningkatkan
Kurangnya pengetahuan dan pencarian
kesehatan reproduksi remaja yaitu dengan
informasi yang salah mengenai kesehatan
memberikan layanan pendidikan kesehatan
reproduksi remaja dapat mempengaruhi
sebatas konseling individu yang
perilaku beresiko pada remaja yang dikenal
bermasalah, padahal setiap siswa
dengan tiga resiko kesehatan reproduksi
membutuhkan pendidikan kesehatan
remaja atau Triad Kesehatan Reproduksi
reproduksi. Selain itu, pihak sekolah juga
Remaja (TRIAD KRR), yang meliputi
memberikan pendidikan kesehatan
seksualitas, HIV/AIDS dan Napza
reproduksi remaja dengan metode ceramah
(BKKBN, 2007). Hal tersebut didukung
yang diberikan oleh petugas kesehatan dari
oleh penelitian Lestary dan Sugiharti (2011)
puskesmas. Akan tetapi, pada pelaksanaan
bahwa pengetahuan merupakan salah satu

Copyright © 2018, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), Juni 2018, – 19
Farina Anggraeni, Tetti Solehati, Wiwi Mardiah

metode ceramah respon peserta didik Dalam pendidikan kesehatan dibutuhkan


tampak pasif. sebuah metode yang mampu meningkatkan
fokus pembelajaran peserta didik sebagai
Pemberian informasi dan pendidikan
sasarannya. Metode yang berkembang
kesehatan yang dilakukan kepada beberapa
mampu meningkatkan pengetahuan,
siswa tersebut, menyebabkan penyebaran
motivasi dan perubahan sikap pada peserta
tentang informasi kesehatan di sekolah
didik terhadap sebuah pembelajaran
tidak merata dan berdampak pada tingkat
(Nursalam & Effendi, 2009).
pengetahuan siswa. Berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan pada 10 siswa Metode yang dapat digunakan dalam
SMPN 1 Cilegon, diperoleh informasi pendidikan kesehatan yaitu metode
bahwa 4 siswa mengetahui tentang pembelajaran aktif dengan pendekatan
kesehatan reproduksi meliputi seksualitas, kooperatif dalam kelompok yang dilakukan
HIV/AIDS dan Napza. Siswa tersebut oleh teman sebaya, sehingga peserta didik
menjawab bahwa perubahan yang terjadi dapat saling bekerjasama dan
pada masa remaja dipengaruhi oleh mempengaruhi tingkat pengetahuan peserta
hormon, narkoba mengandung zat-zat yang didik lainnya (Daryanto dan Muljo, 2012).
berbahaya yang dapat merusak tubuh dan
beresiko terkena HIV/AIDS. Sementara, 6 Pendidikan kesehatan dengan metode
siswa mengaku tidak mengetahui tentang pembelajaran aktif dapat menggunakan
kesehatan reproduksi dan yang mereka tahu metode peer teaching yang merupakan
hanya kandungan dan bahaya pada rokok salah satu metode pembelajaran yang aktif
dan narkoba. dan sesuai dengan perkembangan remaja,
Permasalahan kesehatan reproduksi yang dimana remaja dapat memberikan
terjadi pada remaja tersebut menunjukkan dukungan serta pengaruh terhadap teman
bahwa remaja membutuhkan pelayanan sebayanya (Bastable, 2002). Pada metode
kesehatan reproduksi. Pelayanan kesehatan peer teaching siswa mengadopsi peranan
reproduksi yang dibutuhkan remaja guru pada proses pembelajaran. Metode ini
menyangkut hal-hal yang bersifat promotif juga menuntut siswa untuk saling belajar
dan preventif terfokus pada pelayanan dan mengajar dalam kelompoknya (Dobobs
konseling, edukasi dan informasi serta & Susan, 2006 dalam Palennari Hartati dan
pelayanan kesehatan reproduksi secara Syamsiah, 2008).
khusus bagi remaja yang bermasalah Dalam penerapan metode peer teaching
dengan memberikan pelayanan sesuai terjadi proses membangun dan
kebutuhan dan masalahnya (Depkes RI, memberitahukan pengetahuan. Selain itu,
2008). Berdasarkan penelitian yang metode tersebut dapat melatih dan
dilakukan Widodo (2012) membuktikan meningkatkan kemampuan untuk
bahwa remaja membutuhkan layanan mengeluarkan pendapat dan berkomunikasi
kesehatan reproduksi yang dapat serta melatih kemampuan siswa untuk
meminimalisasi dampak pergaulan remaja kerjasama (Anggorowati, 2011). Akan
yang negatif sekaligus bisa menjadi tempat tetapi, dalam penerapan metode ini ada
sosialisasi dan berkreasi bagi para remaja. beberapa orang siswa yang merasa malu
Perawat sebagai pemberi layanan asuhan dan enggan untuk bertanya karena takut
keperawatan memiliki peran sebagai kelemahannya diketahui oleh temannya dan
pendidik (educator) yang berfokus pada siswa yang dibantu juga seringkali belajar
pendidikan kesehatan yang dianggap kurang serius karena hanya berhadapan
sebagai suatu fungsi didalam lingkup dengan temannya sendiri (Djamarah dan
praktik keperawatan (Bastable, 2002) Zain, 2010).

Perbedaan Metode Peer Teaching dengan Metode Jigsaw Terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), Juni 2018, – 20
Farina Anggraeni, Tetti Solehati, Wiwi Mardiah

Selain itu, pendidikan kesehatan dapat METODE


dilakukan dengan metode jigsaw yang Rancangan penelitian ini yaitu quasy
dikembangkan oleh Elliot Aroson (1978). experiment nonequivalent control group.
Metode jigsaw merupakan proses belajar Variabel independen pada penelitian ini
dan diskusi siswa dalam kelompok kecil adalah pendidikan kesehatan dengan
dan siswa dituntut bekerja sama saling metode peer teaching dengan metode
ketergantungan positif serta bertanggung jigsaw. Pendidikan kesehatan metode peer
jawab secara mandiri dalam memahami teaching dilakukan oleh tutor sebaya yang
suatu materi (Daryanto dan Muljo, 2012). merupakan kader PIK KRR (Pusat
Menurut Fey & Deyes (1989) dalam Informasi dan Konseling Kesehatan
Bastable (2002), pembelajaran dalam Reproduksi Remaja) SMPN 1 Cilegon,
kelompok yang terdiri dari anak berusia yang telah diberikan pelatihan mengenai
sebaya merupakan cara efektif untuk kesehatan reproduksi. Pendidikan kesehatan
membantu remaja menghadapi tantangan metode jigsaw dilakukan oleh seorang
kesehatan dan untuk mempelajari cara yang dosen dari bidang keperawatan.
signifikan dapat mengubah perilaku.
Variabel dependen dalam penelitian ini
Dalam metode jigsaw, peserta didik adalah pengetahuan siswa tentang
memiliki banyak kesempatan untuk kesehatan reproduksi remaja meliputi,
mengemukakan pendapat dan mengelola perkembangan seksualitas, HIV/AIDS dan
informasi yang didapat, meningkatkan NAPZA. Populasi pada penelitian ini
keterampilan berkomunikasi, dan sebanyak 506 siswa. Sampel pada
bertanggung jawab atas keberhasilan penelitian ini sebanyak 84 responden
pemahaman suatu materi. Selain itu, dengan teknik stratified random sampling.
berdasarkan penelitian Sulastri dan Diana
(2009), metode jigsaw juga dapat Alat pengumpulan data menggunakan
meningkatkan hasil belajar peserta didik kuesioner tertutup dengan menggunakan
yang signifikan. Akan tetapi pada pilihan tunggal yang terdiri dari 4 alternatif
pelaksanaan metode ini, terkadang jawaban mengenai pengetahuan kesehatan
didominasi oleh seseorang yang reproduksi yang memuat materi tentang
mengakibatkan peserta didik yang lain tumbuh kembang remaja, organ reproduksi
menjadi pasif (Rusman, 2008) dan fungsinya, resiko hubungan seks pra
nikah, pencegahan hubungan seks pra
Pendidikan kesehatan reproduksi remaja nikah, pengertian HIV/AIDS, cara
melalui metode peer teaching dan metode penularan dan pencegahan HIV/AIDS,
jigsaw merupakan bentuk metode pengertian NAPZA, jenis NAPZA,
pembelajaran yang dapat meningkatkan pencegahan dan dampak penyalahgunaan
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi NAPZA.
remaja, sehingga dapat mencegah
permasalahan pada kesehatan reproduksi Kuesioner pengetahuan kesehatan
dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi tersebut telah dilakukan uji
reproduksi remaja. Tujuan penelitian ini validitas konten dengan menggunakan
untuk menganalisis perbedaan pengaruh pendapat ahli pakar dari keperawatan
pendidikan kesehatan reproduksi metode maternitas dan keperawatan anak, serta
peer teaching dengan metode jigsaw dilakukan uji face validity instrument pada
terhadap tingkat pengetahuan kesehatan 20 siswa di SMPN 2 Cilegon. Uji
reproduksi siswa SMPN 1 Cilegon. realiabilitas kuesioner menggunakan rumus
Kuder Richardson dengan nilai sebesar
0,71 yang menunjukkan item dalam
instrumen reliabel.

Copyright © 2018, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), Juni 2018, – 21
Farina Anggraeni, Tetti Solehati, Wiwi Mardiah

HASIL DAN PEMBAHASAN peer teaching ada 26 orang (61,9 persen)


maupun kelompok jigsaw ada 27 orang
Tabel 1 menunjukkan hasil distribusi
(64,3 persen) memiliki pengetahuan yang
frekuensi responden berdasarkan
kurang mengenai kesehatan reproduksi
pengetahuan sebelum diberikan pendidikan
remaja
kesehatan ditemukan bahwa pada kelompok

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Pada Kelompok
Peer Teaching dan Jigsaw, Mei 2016 (N=84)

Peer Teaching Jigsaw


Kategori Nilai
f % f %
Kurang 26 61,9 27 64,3
Baik 16 38,1 15 35,7

Tabel 2 menunjukkan tingkat pengetahuan kelompok memiliki pengetahuan yang baik


responden setelah diberikan pendidikan yaitu sebanyak 37 orang (88,1 persen) pada
kesehatan dengan metode peer teaching dan kelompok peer teaching dan 40 orang (95,2
metode jigsaw, didapatkan hasil bahwa persen) pada kelompok jigsaw.
hampir seluruh dari responden pada setiap

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Pada Kelompok Peer
Teaching dan Jigsaw, Mei 2016 (N=84)
Peer Teaching Jigsaw
Kategori Nilai
f % f %
Kurang 5 11,9 2 4,8
Baik 37 88,1 40 95,2

Pada tabel 3 menunjukkan adanya adalah sebesar 0,000 (p<0,05), nilai tesebut
peningkatan pengetahuan responden pada menunjukkan adanya pengaruh yang sangat
kedua kelompok yaitu sebesar 14,37 pada bermakna pendidikan kesehatan dengan
kelompok peer teaching dan sebesar 16,37 metode peer teaching maupun metode
pada kelompok jigsaw. Hasil analisa data jigsaw terhadap pengetahuan kesehatan
berdasarkan uji t-dependent didapatkan p- reproduksi remaja.
value pada masing-masing kelompok

Tabel 3. Perbandingan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Pada
Kelompok Peer Teaching dan Jigsaw, Mei 2016 (N=84).
Peer Teaching Jigsaw
p value
Rata-rata SD Rata-rata SD
Sebelum 69,36 11,8 71,50 9,08
0,000
Sesudah 83,73 10,2 88,17 6,75

Tabel 4 merupakan hasil analisa data metode peer teaching dan metode jigsaw
menggunakan uji t-independent yang terhadap tingkat pengetahuan kesehatan
menunjukkan adanya perbedaan antara reproduksi dengan nilai p 0,021 (p<0,05).

Perbedaan Metode Peer Teaching dengan Metode Jigsaw Terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), Juni 2018, – 22
Farina Anggraeni, Tetti Solehati, Wiwi Mardiah

Tabel 4. Perbandingan Pengaruh Metode Peer Teaching dengan Metode Jigsaw Terhadap Tingkat
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi, Mei 2016 (N=84)

Mean t p
Peer Teaching 83,73
2,35 0,021
Jigsaw 88,17

Hasil distribusi frekuensi pengetahuan Pernyataan tersebut sejalan dengan


tentang kesehatan reproduksi remaja antara BKKBN (2011), remaja seringkali
kelompok peer teaching dengan kelompok kekurangan informasi dasar mengenai
jigsaw sebelum dilakukan pendidikan kesehatan reproduksi, dan keterbatasan
kesehatan menunjukkan bahwa sebagian dalam mengakses pelayanan kesehatan
besar dari responden berada dikategori reproduksi.
kurang sebanyak 26 responden (61,9) pada Setelah diberikan pendidikan kesehatan
kelompok peer teaching dan 27 responden terdapat peningkatan pengetahuan yaitu
(64,3 persen) pada kelompok jigsaw. Hal sebesar 14, 37 pada kelompok peer
tersebut menunjukkan bahwa jumlah teaching dan sebesar 16, 37 pada kelompok
responden baik pada kelompok peer jigsaw. Adanya peningkatan pengetahuan
teaching maupun kelompok jigsaw tersebut sesuai dengan pendapat menurut
memiliki pengetahuan kurang yang hampir Budiman dan Agus (2013) tentang faktor
sama. Keadaan tersebut dapat disebabkan yang mempengaruhi pengetahuan yaitu
oleh faktor usia responden yang seluruhnya pendidikan yang merupakan suatu usaha
berada pada rentang usia yang sama yaitu mendewasakan manusia melalui upaya
usia 12-14 tahun yang termasuk pada masa pengajaran. Pendidikan mempengaruhi
remaja awal. Menurut Notoadmodjo proses belajar, semakin tinggi pendidikan
(2003), semakin tua umur seseorang maka, maka, seseorang akan cenderung untuk
semakin banyak pengetahuan yang mendapatkan informasi sehingga semakin
dimilikinya. Dengan demikian, jumlah banyak pengetahuan yang didapat dan
sebaran usia responden yang seluruhnya menghasilkan perubahan dan peningkatan
berada pada usia yang sama akan memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
pengetahuan yang relatif sama. Selain itu, hasil penelitian ini juga sesuai
Faktor lain yang juga mempengaruhi dengan penelitian yang dilakukan
tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi Wahyuningsih (2015), bahwa adanya
pada responden yaitu sumber informasi. pengaruh pendidikan terhadap perubahan
Dalam penelitian ini, dari data yang pengetahuan mahasiswa tentang TRIAD
diperoleh sebelum diberikan pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)
kesehatan hampir seluruh dari responden dengan p value 0,007 (p < 0, 05).
memperoleh informasi internet (85,7 Adanya peningkatan pengetahuan
persen) sebagai media informasi yang kesehatan reproduksi tersebut juga
cenderung satu arah dapat menjadi faktor dipengaruhi oleh metode pembelajaran
seseorang memperoleh informasi yang yang dilakukan. Metode peer teaching dan
kurang tepat, hal tersebut dikarenakan metode jigsaw merupakan metode
informasi yang diperoleh dapat pembelajaran aktif yang dilakukan oleh
dipersepsikan berbeda bahkan salah oleh responden yang mempunyai usia sebaya.
penerima informasi dan dapat menimbulkan Pembelajaran dengan anggota kelompok
seseorang memiliki pengetahuan yang tidak usia sebaya tersebut dapat memberikan
tepat bahkan salah. Hal tersebut kenyamanan dan suasana lebih terbuka. Hal
menunjukkan bahwa masih kurangnya ini sesuai dengan pendapat dari Hurlock
informasi mengenai kesehatan reproduksi. (2004) bahwa remaja memiliki

Copyright © 2018, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), Juni 2018, – 23
Farina Anggraeni, Tetti Solehati, Wiwi Mardiah

kecenderungan untuk berada lebih nyaman materi kesehatan reproduksi kepada


dan terbuka kepada teman sebayanya, responden lain dalam kelompoknya.
mereka dapat saling belajar satu sama lain Aktivitas tersebut dapat meningkatkan
dengan lebih efektif karena mereka merasa tingkah laku kooperatif responden dalam
bahwa pengalaman mereka berada pada pembelajaran dan mempengaruhi tingkat
intrim yang sama. Selain itu, penelitian ini pengetahuan responden. Hal ini sejalan
sesuai dengan teori Fey dan Deyes (1989) dengan penelitian yang dilakukan oleh
bahwa pembelajaran dalam kelompok yang Sulastri dan Rochintaniawati (2009) bahwa
terdiri dari anak berusia sebaya merupakan adanya pengaruh penggunaan pembelajaran
cara efektif untuk membantu remaja kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran
menghadapi tantangan kesehatan dan untuk biologi di SMPN 2 Cimalaka dengan skor
mempelajari cara yang signifikan dapat gain ternormalisasi 0, 44 yang tergolong
mengubah perilaku (Bastable, 2002). pada kategori efektivitas sedang.
Selain itu, berdasarkan perhitungan uji t- Hasil analisa data berdasarkan uji t-
dependent menunjukkan bahwa adanya independent didapatkan p value sebesar
pengaruh yang sangat bermakna pendidikan 0,021 (p < 0,05), nilai tesebut menunjukkan
kesehatan pada kelompok metode peer adanya perbedaan pengaruh metode peer
teaching dengan kelompok jigsaw terhadap teaching dengan metode jigsaw terhadap
pengetahuan kesehatan reproduksi remaja pengetahuan kesehatan reproduksi remaja.
dengan nilai p value sebesar 0,000 (p < Metode jigsaw merupakan metode yang
0,05). lebih efektif dibandingkan metode peer
teaching. Perbedaan pada kedua metode
Metode peer teaching merupakan metode
tersebut juga dapat dilihat dari peningkatan
pembelajaran aktif yang dilakukan oleh
rerata nilai responden setelah diberikan
teman sebaya sehingga, responden dapat
pendidikan kesehatan reproduksi remaja
lebih nyaman dan terbuka dalam
pada kedua kelompok perlakuan. Rerata
berpendapat mengenai kesehatan
nilai pengetahuan pada kelompok peer
reproduksi. Selain itu, metode peer
teaching meningkat sebesar 14,37 dan
teaching memberikan kesempatan kepada
kelompok jigsaw meningkat sebesar 16,67.
responden untuk saling belajar dan
mengajar dalam kelompoknya. Hal tersebut Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti
dapat mendorong responden untuk berasumsi bahwa secara umum peningkatan
berpartisipasi secara aktif dalam pengetahuan responden kelompok peer
pembelajaran sehingga, mempengaruhi teaching dan kelompok jigsaw dipengaruhi
tingkat pengetahuan responden tentang oleh metode pembelajaran. Metode
kesehatan reproduksi. Asumsi tersebut pembelajaran yang berbeda ini memberikan
sesuai dengan penelitian yang dilakukan efek yang berbeda bagi responden terhadap
oleh Desmanita, Djuwitaningsih dan tingkat pengetahuan. Hal ini sesuai dengan
Rochimah (2014) bahwa terdapat pengaruh pendapat Mulyana (2005), bahwa tingkat
pendidikan kesehatan metode peer teaching keberhasilan penyampaian makna dari
terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi suatu pesan sangat dipengaruhi oleh metode
dengan nilai p value sebesar 0,003. yang tepat dan kemasan yang menarik
dalam penyampaian pesan tersebut.
Disamping itu, metode jigsaw juga
merupakan pembelajaran aktif dengan Pada metode jigsaw memberikan
pendekatan kooperatif, dimana setiap kesempatan kepada responden yang satu
responden dituntut untuk saling dengan yang lain untuk bertukar ide dan
ketergantungan positif dan bertanggung pendapat sehingga, hal ini dapat
jawab atas penguasaan materi kesehatan memperkaya pengetahuan yang mereka
reproduksi serta mampu mengajarkan dapatkan. Dengan kata lain, pada metode

Perbedaan Metode Peer Teaching dengan Metode Jigsaw Terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), Juni 2018, – 24
Farina Anggraeni, Tetti Solehati, Wiwi Mardiah

jigsaw responden dapat berkomunikasi dua pada sesi tanya jawab akan tetapi, tidak
arah secara langsung dengan interaksi tatap semua responden yang bertanya ataupun
muka dan keterampilan sosial yang dimiliki mampu untuk mengeluarkan pendapat.
setiap responden. Selain itu, responden Selain itu juga, hasil penelitian ini dapat
dituntut untuk bertanggung jawab atas diperkuat oleh teori Edgar Dale tentang
penguasaan bagian materi kesehatan kerucut pengalaman (Cone of Experience)
reproduksi dengan mampu mengajarkan yang menggambarkan kemampuan
materi tersebut kepada responden lain partisipan untuk mengingat kembali pesan-
dalam kelompoknya. Hal tersebut pesan dalam pendidikan kesehatan
memungkinkan meningkatnya keaktifan berdasarkan teknik atau metodenya (Efendi
responden dalam pembelajaran dan dan Makhfudli, 2009). Pada metode
pemahaman tentang pengetahuan kesehatan jigsaw, seluruh responden berperan aktif
reproduksi. Asumsi tersebut sesuai dengan dalam menyampaikan pendapat dan
teori yang dikemukakan Felder dan Brent menyampaikan informasi yang telah
(2007) bahwa terdapat beberapa unsur didiskusikan, hal tersebut memungkinkan
dalam bekerja sama dan menyelesaikan responden mengingat 70 persen dari apa
suatu tujuan bersama dalam tim melalui yang diucapkannya. Sementara itu, pada
metode jigsaw, yaitu saling ketergantungan metode peer teaching hanya satu orang saja
positif, tanggung jawab individu, interaksi yang memberikan penjelasan mengenai
tatap muka dan keterampilan sosial kesehatan reproduksi dan seluruh
(Warsono dan Hariyanto, 2012). Selain itu, responden hanya mendengar dan melihat
hal tersebut sejalan dengan penelitian sehingga, memungkinkan responden hanya
Setiani, Kade dan Lamba (2013) bahwa dapat mengingat 50 persen dari apa yang
metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw didengar dan dilihat. Oleh karena itu, hasil
membuat siswa lebih aktif dalam tingkat pengetahuan lebih banyak
pembelajaran dan siswa lebih memahami berdampak positif pada responden yang
materi. diberikan pendidikan kesehatan dengan
Berbeda halnya dengan metode peer metode jigsaw dibandingkan dengan
teaching, siswa hanya mendapatkan metode peer teaching.
informasi dari satu informan yaitu tutor
sebaya yang berasal dari kader PIK KRR
KESIMPULAN DAN SARAN
yang merupakan teman sebaya yang lebih
pandai memberikan informasi dan Hasil penelitian ini dapat disimpulkan
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. bahwa berdasarkan uji t-independent
Selain itu, responden hanya dituntut untuk menunjukkan adanya perbedaan pengaruh
melihat materi pada slide power point di pendidikan kesehatan reproduksi metode
layar proyektor dan mendengarkan peer teaching dengan metode jigsaw pada
penjelasan dari tutor sebaya. Informasi tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi
yang disampaikan oleh tutor sebaya remaja dengan nilai p value = 0,021
tersebut memungkinkan siswa yang (p<0,05).
diberikan informasi kurang serius dalam Metode jigsaw merupakan metode
pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan pembelajaran aktif yang lebih efektif
pendapat Djamarah dan Zain (2010) bahwa dibandingkan dengan metode peer
pada metode peer teaching siswa yang teaching, hal tersebut terjadi karena peran
dibantu sering belajar kurang serius karena aktif responden dalam pendidikan
hanya berhadapan dengan temannya kesehatan reproduksi dengan metode jigsaw
sehingga, hasilnya kurang memuaskan. lebih tinggi dibandingkan dengan metode
Keaktifan responden pada metode ini hanya peer teaching. Tenaga kesehatan dan
saat siswa diberikan kesempatan bertanya

Copyright © 2018, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), Juni 2018, – 25
Farina Anggraeni, Tetti Solehati, Wiwi Mardiah

instansi pendidikan dapat mengaplikasikan


metode jigsaw sebagai metode alternatif
dalam pembelajaran aktif, baik dalam
bidang pendidikan kesehatan atau pun
lainnya.
Metode jigsaw dapat diaplikasikan pada
usia berbeda selain pada usia remaja, hal
tersebut dikarenakan metode jigsaw
memiliki unsur saling ketergantungan
positif pada setiap peserta didik dalam
pembelajaran. Peserta didik dapat
berkomunikasi dua arah secara langsung
dengan interaksi tatap muka dan
keterampilan sosial yang dimiliki setiap
peserta didik sehingga melibat seluruh
peserta didik dalam pembelajaran dan dapat
mempengaruhi tingkat pengetahuan.

Perbedaan Metode Peer Teaching dengan Metode Jigsaw Terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), Juni 2018, – 26
Farina Anggraeni, Tetti Solehati, Wiwi Mardiah

DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. (2012). Profil Kesehatan


Provinsi Banten Tahun 2012. Diakses
Anggorowati, N. P. (2011). Penerapan dari www.depkes.go.id/
Model Pebelajaran Tutor Sebaya Pada
Mata Pelajaran Sosiologi. Jurnal Depkes RI. (2008). Program Kesehatan
Komunitas Volume 3: 103-120. Reproduksi dan Pelayanan Integratif di
Tingkat Pelayanan Dasar. Diakses dari
Agustiani, H. (2009). Psikologi http://www.gizikia.depkes.go.id/
Perkembangan. Bandung: PT. Refika
Aditama. Djamarah, S. dan Zain, A. (2010). Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian: Cipta.
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta. Efendi, F dan Makhfudli. (2009).
Keperawatan Kesehatan Komunitas
Bastable, S.B. (2002). Perawat sebagai Teori dan Praktik dalam
Pendidik. Jakarta: EGC Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
BKKBN. (2006). Panduan Pengelolaan
Pusat Informasi dan Konseling Feldman, P.O. (2009). Human
Kesehatan Reproduksi Remaja. Diakses Development. Edisi 10. Jakarta:
dari http://www.bkkbn.go.id/ Salemba Humanika.

BKKBN. (2007). Kurikulum dan Modul Hurlock, E.B. (2004). Psikologi


Pelatihan Pengelolaan Pusat Informasi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
dan Konseling Kesehatan Reproduksi
Remaja (PIK-KRR). Diakses dari Ikromah, Asmaningrum, dan Sulistiyorini.
http://www.bkkbn.go.id/ (2015). Perbedaan Metode Buzz
Group Discussion dengan Peer
BKKBN. (2011). Kajian Profil Penduduk teaching Audiovisual Terhadap
Remaja. Policy Brief Seri 1 Nomor 6. 1- Tingkat Pendidikan Warga Binaan
4. Diakses dari Tentang HIV/AIDS di Lembaga
http://www.bkkbn.go.id/litbang Permasyarakatan Kelas IIA
Kabupaten Jember. e-Jurnal Pustaka
BNN. (2014). Gelar FGD Evaluasi Kesehatan Volume 3 Nomor 1. 82-89.
Penanganan Pecandu Narkoba di
Banten. Diakses dari Isjoni. (2007). Cooperative Learning
http://www.bnn.go.id/ Efektivitas Pembelajaran Kelompok.
Pekan Baru: Alfabeta.
Budiman dan Agus. (2013). Kapita Selekta Kumalasari, I dan Iwan, A. (2012).
Kuesioner: Pengetahuan dan Sikap Kesehatan Reproduksi untuk
dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Mahasiswa Kebidanan dan
Salemba Medika. Keperawatan. Jakarta: Medika
Salemba.
Daryanto dan Muljo. (2012). Model
Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Kusmiran, E. (2011). Kesehatan
Gara Media. Reproduksi Remaja dan Wanita.
Jakarta: Salemba Medika.

Copyright © 2018, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), Juni 2018, – 27
Farina Anggraeni, Tetti Solehati, Wiwi Mardiah

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., dan Makasar. Bionature Volume 9. 121-
Snyder, S. (2011). Buku Ajar 125.
Fundamental Keperawatan Edisi 7
Volume 1. Jakarta: EGC. Riskesdas. (2010). Riset Kesehatan Dasar
2010. Diakses dari
Lestari, H dan Sugiharti. (2011). Perilaku http://www.riskesdas.litbang.depkes.g
Beresiko Remaja Di Indonesia o.id/
Menurut Survey Kesehatan
Reproduksi Remaja Indonesia Rusman. (2008). Model-Model
(SKRRI) Tahun 2007. Jurnal Pembelajaran: Mengembangkan
Kesehatan Reproduksi, 1(3): 136-144. Profesional Guru. Bandung: Rajawali
Pers.
Lie. (2002). Cooperative Learning. Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia. Simamora, R.H. (2009). Buku Ajar
Pendidikan dalam Keperawatan.
Mulyana, D. (2005). Ilmu Komunikasi Jakarta: EGC.
Cetakan Ketujuh. Bandung:
Rosdakarya. SKRRI. (2007). Pendewasaan Usia
Perkawinan dan Hak-Hak Reproduksi
Moedjiono. (1996). Proses Belajar Bagi Remaja Indonesia. Diakses dari
Mengajar. Bandung: Remaja http://ceria.bkkbn.go.id/
Rosdakarya.
Setiani, I., Kade, A., dan Lamba, H.A.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku (2013). Pengaruh Model
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
untuk Pengetahuan Awal yang
Notoatmodjo, S. (2011). Kesehatan Berbeda Terhadap Pemahaman
Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Konsep Fisika Pada Siswa Kelas VIII
Rineka Cipta. SMP Negeri 9 Palu. Jurnal
Pendidikan Fisika Tadulako 1(2):32-
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian 38.
Ilmu Keperawatan Edisi 3. Jakarta:
Salemba Medika Slavin, R.E. (2005). Cooperative Learning:
Cara Efektif dan Menyenangkan Pacu
Nursalam dan Effendi, F. (2009). Prestasi Seluruh Peserta Didik.
Pendidikan dalam Keperawatan. Bandung: Nusa Media.
Jakarta: Medika Salemba.
Soetjiningsih dan IG.N. Gde Ranuh. (2015).
Pinem, S. (2009). Kesehatan Reproduksi Tumbuh Kembang Anak Edisi 2.
dan Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Jakarta: EGC
Media.
Sugianto. (2010). Model-model
Palennari, M., Hartati, dan Syamsiah. Pembelajaran Inovatif. Surakarta:
(2008). Penerapan Metode Peer Yuma Pustaka.
Group Teaching dalam Proses
Pembelajaran Biologi untuk Sugiyono. (2010). Metode Penelitian
Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Bandung: Alfabeta.

Perbedaan Metode Peer Teaching dengan Metode Jigsaw Terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), Juni 2018, – 28
Farina Anggraeni, Tetti Solehati, Wiwi Mardiah

Sulastri dan Diana. (2009). Pengaruh


Penggunaan Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran
Biologi di SMPN 3 Cimalaka. Jurnal
Pengajaran MIPA. 13(1): 15-22.

Supriati, E. dan Sandra, F. (2009). Efek


Paparan Pornografi Pada Remaja
SMP Negeri Kota Pontianak Tahun
2008. Makara Sosial Humaniora,
13(1): 48- 56.

Wahyuningsih, M. (2015). Pengaruh


Edukasi Terhadap Perubahan
Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa
Tentang TRIAD Kesehatan
Reproduksi Remaja (KRR) Di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi
Universitas Respati Yogyakarta.
Jurnal Keperawatan Respati. 1(2):
67-82.

Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis


untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.

Widodo, S.T.M. (2012). Analisis Kendala


dan Kebutuhan Remaja Akan
Layanan dan Pendidikan Kesehatan
Reproduksi Remaja Di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Respati
Medika. 10 (1):1-7.

Wong, D., Eaton, M., Wilson, D.,


Winkelstein, M., dan Schwartz, P.
(2009). Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik Edisi 6. Jakarta: EGC.

Copyright © 2018, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)

Das könnte Ihnen auch gefallen