Sie sind auf Seite 1von 12

PELANGGARAN KODE ETIK PADA PEMBERITAAN

MEDIA SOSIAL INTAGRAM


(KONFLIK ETNIS ROHINGNYA)

Luqman Yulianto1
Achluddin Ibnu Rochim2
Lukman Hakim3

Abstrack
Mass media has a very important role in disseminating information, news, and
knowledge to the public. Social media is a new medium that is now the most widely used by the
public. Instagram is one of the many social media available. Social media has now switched
functions where the main function is to communicate, switch functions that are used to express
anger, say hate (hate spech), cyber bullying, Cybercrime even to the problem of racial
intolerance. There are not many other cases in Instagram social media users who violate the
code of ethics and violate the ITE Law. There is not much to the point of legal problems.
Therefore, to prevent the negative impact, Instagram social media users should understand and
implement the ethics of communication. From this problem the researcher aims to find out how
the Ethical Violations of Instagram Social Media News (Rohingnya Ethnic Koflik). This
research is descriptive with a qualitative approach. Where researchers collect secondary data
because researchers cannot find data directly from the first source. Where this data is in the
form of seven photos analyzed using theory of utilizationism, code of ethics (policy Instagram),
Law on ITE. From the results obtained in this study, users violated Instagram policies and the
code of ethics has sadism and violence content. As for Instagram policy, and this ITE law is in
accordance with the principle of Utilitarism, which is to produce the greatest possible
consequences for the worst consequences. The effect of this theory of utilitarianism makes
injustice to other Instagram social media users.

Keywords: Instagram, Ethics, ITE Law, Code of Ethics, Rohingnya Ethnicity.

Abstrak
Media massa memiliki peran yang sangat penting dalam menyebarluaskan informasi,
berita, dan pengetahuan kepada masyarakat. Media sosial merupakan media baru yang sekarang
paling banyak digunakan oleh masyarakat. Instagram merupakan salah satu dari banyaknya
media sosial yang ada. Media sosial sekarang ini sudah beralih fungsi dimana fungsi utamanya
adalah untuk berkomunikasi, beralih fungsi yang digunakan untuk tempat mengungkapkan
marah, berkata benci (hate spech),cyber bullying, Cybercrime bahkan sampai masalah SARA.
Tidak banyak juga dalam kasus-kasus lain kepada pengguna media sosial Instagram yang
melanggar kode etik dan melanggar Undang-Undang ITE ini. Tidak banyak juga sampai
burujung pada masalah hukum. Oleh karena itu untuk mencegah dampak negatif itu seharusnya
pengguna media sosial Instagram memehami dan melaksanakan etika-moral dalam
berkomunikasi. Dari masalah ini peneliti bertujuan untuk mengetahui bagaimana Pelanggaran
Etika Pemberitaan Media Sosial Instagram (Koflik Etnis Rohingnya). Penelitian ini bersifat
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dimana peneliti mengumpulkan data sekunder karena
peneliti tidak bisa mengetahui data langsung dari sumber pertama. Dimana data ini berupa tujuh
foto yang di analisis dengan menggunakan teori utilitarisme, kode etik (policy Instagram),
Undang-Undang ITE. Dari hasil yang diperoleh pada penelitian ini, pengguna melanggar policy

1
Luqman Yulianto., alumni Prodi Ilmu Komunikasi, FISIP, Untag Surabaya
2
Achluddin Ibnu Rochim, dosen Prodi Ilmu Komunikasi, FISIP, Untag Surabaya
3
Lukman Hakim, dosen Prodi Ilmu Komunikasi, FISIP, Untag Surabaya

58
Instagram dan kode etik mempunyai konten sadisme dan kekerasan. Adapun policy Instagram,
dan undang-undang ITE ini sesuai dengan prinsip Utilitarisme yaitu menghasilkan kelebihan
akibat-akibat baik yang sebesar-besarnya terhadap akibat-akibat buruk. Akibat daripada teori
utilitarisme ini membuat ketidakadilan terhadap pengguna media sosial Instagram yang lainnya.

Kata kunci: Instagram, Etika, UU ITE, Kode Etik, Etnis Rohingnya

PENDAHULUAN atau benci, dan bahkan foto selfie (foto


Pembantaian yang dilakukan oleh pribadi) mereka tanpa dibatasi jarak dan
etnis Rakhine kepada Rohingya seperti waktu dengan followernya melalui foto dan
pemerkosaan, pembunuhan, pembakaran gambar, caption, dan komentar di foto.
desa dan penyiksaan sudah sering terjadi. Dari semua jenis sosial media yang
Peristawa ini terjadi dari tahun ke tahun ada, penggunaan Instagram telah digunakan
masih dilakukan mulai tahun 2012, 2015, oleh jutaan user yang aktif menggunakan
2016, sampai pada tahun 2017. Etnis sosial media. Pada pertengahan tahun 2016,
Rohingnnya tersiksa bukan hanya Instagram telah tercatat memiliki 500 juta
diskriminasi dari kelompok etnis lainya tapi pengguna di seluruh dunia, dimana
juga dari pemerintah. Adapun dari sejumah pertumbuhan meningkat dua kali lipat
etnis minoritas tersebut, etnis Muslim dalam kurun waktu dua tahun. Lebih lanjut,
Rohingya dianggap etnis yang paling sebanyak 300 juta akun yang ada
teraniaya (most persecuted ethnic) menurut merupakan pengguna Instagram harian.
PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Dalam konteks global, 80 persen pengguna
Dengan peristiwa ini banyak yang Instagram terdata berasal dari luar Amerika.
memberitakan konflik salah satunya media Tercatat sekitar lebih dari 95 juta post per
massa. (Gulia, 2014). hari dan 4,2 juta like per hari (Instagram,
Media massa memiliki peran yang 2016). Di Indonesia sendiri, Instagram telah
sangat penting dalam menyebarluaskan memiliki 22 juta pengguna aktif bulanan
informasi, opini, fakta, berita, dan yang diproyeksikan akan terus meningkat
pengetahuan kepada masyarakat. Media (Fajrina, 2016).
sosial merupakan media baru yang sekarang Media sosial sekarang ini sudah
paling banyak digunakan oleh masyarakat. berganti fungsi dimana fungsi utamanya
Instagram merupakan salah satu dari untuk berkomunikasi, berganti digunakan
banyaknya media sosial yang salah satunya untuk tempat mengungkapkan marah,
banyak penggunannya. Pengguna Instagram berkata benci (hate spech),cyber bullying,
yang masih awam ini langsung bahkan sampai masalah SARA. Tidak
menyebarluaskan dengan tidak melihat banyak juga dalam kasus-kasus lain kepada
akibat dari apa yang diperbuatnya, tidak pihak yang melanggar kode etik dan
menjalankan, norma, etika, dan moral yang melanggar Undang-Undang ITE, ini sampai
ada. Media massa merupakan salah satu burujung pada hukum. Berbagai dampak
sarana untuk pengembangan kebudayaan, negatif pun muncul ,diantaranya
bukan hanya budaya dalam pengertian seni berkurangnya penghargaan terhadap nilai-
dan simbol tetapi juga dalam pengertian nilai empati, simpati dan toleransi kepada
pengembangan tatacara, mode, gaya hidup sesama hingga kepada pengabaian terhadap
dan norma-norma. (Mc Quail, 1987:1). pelestarian nilai-nilai edukasi dan moral.
Instagram merupakan salah satu Oleh karena itu untuk mencegah dampak-
media sosial yang banyak digunakan oleh dampak negatif itu kita seharusnya
pengguna. Instagram merupakan salah satu memehami dan melaksanakan etika-moral
media sosial yang mampu memberikan dalam berkomunikasi. Etika-moral ini yang
pengalaman mengekspresikan diri yang seharusnya dijadikan sebagai panduan dan
berbeda dengan jejaring sosial lain. Melalui pedoman kita dalam menciptakan
Instagram pengguna bebas berbagi cerita, keseimbangan dalam berkomunikasi di
pengalaman, hal-hal yang mereka sukai media sosial ini. Diharapkan dengan

59
melaksankan kode etik dan undang-undang pendekatan kualitatif dan jenis
ITE ini mampu membuat tegaknya penelitiannya adalah deskriptif kualitatif.
kebebasan pers dalam arti kebebasan yang Dimana peneliti ditempatkan sebagai
bertanggung jawab. Kebebasan yang
instrumen kunci, teknik pengumpulan data
membuat hak-hak masyarakat terpenuhi
dan terciptanya media sosial yang dilakukan secara penggabungan dan
harmonis. Dimana pengguna media sosial analisis data bersifat induktif. Penelitian
Instagram harus melaksnakan sesuai kualitatif instrumennya adalah peneliti itu
fungsinya yaitu: menambah teman, sendiri. Menjadi instrumen, maka peneliti
memperbanyak jaringan dengan orang lain, harus memiliki bekal teori dan wawasan
memberikan, fakta, informasi yang luas, sehingga mampu bertanya,
mendidik.
menganalisis, memotret, dan
Oleh karena itu untuk mencegah
dampak-dampak negatif itu kita seharusnya mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti
memehami dan melaksanakan etika-moral menjadi lebih jelas dan bermakna.
dalam berkomunikasi. Etika-moral ini yang Penelitian ini merupakan penelitian
seharusnya dijadikan sebagai panduan dan deskriptif kualitatif. Menurut (Sugiyono,
pedoman kita dalam menciptakan 2010:15)
keseimbangan dalam berkomunikasi di Penelitian ini peneliti akan
media sosial ini.
Demi terpenuhinya hak-hak menganalisis sebagai berikut. Unit yang
masyarakat dalam menyampaikan dianalisis dalam penelitian ini adalah foto
informasi, seharusnya media massa yang pada pemberitaan konflik etnis Rohingnya.
diantaranya adalah media cetak, eletronik, Sedangkan level analisisnya adalah etika
dan media internet harus tetep menyajikan pemberitaan konflik etnis rohingnya di
pesan tersebut berdasarkan fungsi media sosial Instagram ditinjau dalam
komunikasi yang dikemukakan oleh Harold aspek teori etika utilitarisme, kode etik
Lasswell dalam (Suprapto, 2009 : 144) agar
menjadi media yang baik. Fungsi policy Intagram dan Undang-Undang ITE.
komunikasi tersebut adalah Peneliti di sini berperan mutlak
menginformasikan (to inform), mendidik dalam proses penelitian, sehingga kehadiran
(to educate), dan menghibur (to entertain). peneliti untuk menganalisis sangat
Selain itu media yang baik juga melakukan diperlukan sebagaimana peranan peneliti
pengawasan social (social control) kepada sebagai instrumen utama dalam mengamati
perilaku masyarakat dan para penguasa.
gejala-gejala yang terjadi saat menganalisis.
Maka dari itu dari dampak-dampak
negatif dari meda sosial yang paparkan Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri
menjadi masalah. Diharapkan kepada atau dengan bantuan orang lain merupakan
pengguna lebih bijak dan bereka dalam alat pengumpul data utama. Peran peneliti
menggunakan media sosial intagram. Oleh dalam penelitian ini adalah sebagai
karena itu penulis tertarik untuk meneliti perencana, pelaksana, pengumpul data,
dan membahas permasalahan tersebut analisis penafsir data, dan pelapor hasil,
menjadi sebuah rumusah masalah
karena sesuai dengan yang dikatakan
“Bagaimana Pelanggaran Kode Etik Pada
Pemberitaan Media Sosial Instagram Studi Creswell bahwa penelitian kualitatif
Koflik Etnis Rohingnya merupakan penelitian interpretif, yang di
daalamnya peneliti terlibat dalam
METODE PENELITIAN pengalaman yang berkelanjutan dan terus-
Penelitian ini dilakukan untuk menerus dengan para partisipan (Creswell,
mengetahui pelanggaran kode etik di media 2010).
sosial Instagram dalam konflik etnis Adapun sumber data dalam
Rohingnya dengan menggunakan penelitian ini adalah sumber yang hanya

60
memekai sumber data sekunder dan tidak banyak yang melanggar etika dalam
memakai data primer karena peneliti tidak memberitakan berita di media Instagram.
bisa mengetahui data langsung dari sumber Dalam penelitian yang dilakukan,
pertama. Sumber pertama yang dimaksud peneliti memilih tehnik analisis filling
komunikator atau pengguna sosial media System. Filling System adalah tehnik
yang melanggar kode etik tersebut. Disini analisis data dengan mengkatagorikan data
peneliti hanya menggunakan data sekunder hasil penelitian, setelah itu data
yaitu data yang didapat dari foto yang ada diinterpretasi dengan menggunakan konsep-
di media Instagram. Yang dimana data konsep atau teori-teori tertentu (Kriyantono,
sekunder berupa foto ini di analisis. Objek 2009:198). Konsep dan teori ini membantu
yang digunakan untuk meneliti adalah jenis dalam memahami prilaku yang diobservasi.
data berupa foto tentang konflik etnis
rohingnya yang ada pada media Instagram PEMBAHASAN DAN HASIL
yang dikumpulkan melalui dokumentasi Pada bab ini peneliti akan
atau screenshot dari handphone android. menguraikan dalam penyajian data. Dalam
Dalam penelitian disamping perlu penelitian ini banyak sekali data-data foto
menggunakan metode penelitian yang tepat, tentang konflik etnis Rohingnya yang tidak
juga perlu memilih teknik dan alat sesuai dengan yang diteliti. Karena konflik
pengumpulan data yang relevan. Pengunaan ini sudah cukup lama peneliti sedikit
teknik dan alat pengumpulan data yang kesulitan untuk mencari datanya karena
tepat dengan memilah-milah foto di media foto yang lama itu tertindih sama foto yang
sosial Instagram yang sesuai dengan yang baru dalam arti banyak foto yang
dicari oleh peneliti. Adapun teknik mengatasnamakan berita koflik etnis
pengumpulan data yang digunakan dalam Rohingnya tetapi fotonya promosi produk-
penelitian ini adalah observasi dan produk kecantikan. Oleh karena itu peneliti
dokumentasi. mencari dengan namapengguna media
Data-data pada penelitian ini sosial Instagram yang pemberitaanya
diperoleh dari pengumpulan data secara khusus tentang konflik etnis
langsung dengan mengidentifikasi berita Rohingnya.Dimana isi fotonya khusus
yang berupa foto yang berada di media tentang foto pemberitaan konflik etnis
Instagram yang berpedoman pada model Rohingnya. Dari pengguna atasnama
analisis teleleologi yaitu teori utilitarisme. Rohingya peneliti masih banyak
Alasan peneliti menggunakan metode ini pelanggaran etika seperti sadisme, dan
karena dalam berita yang berupa foto kekerasan. Adapun foto-foto yang akan
tentang konflik etnis Rohingnya masih peneliti sajikan sebagai berikut.

1. Akun “_save rohingnya”

Pengguna media sosia Instagram ini


mengunggah foto yang mengerikan. Dalam
pemberitaan konflik etnis Rohingnya ini. Dimana
dalam foto ini di gambarkan ada seorang mayat hangus
bewarna hitam yang karena habis terbakar.

61
2. Akun “protecttherohingnya”

Dalam foto menonjolkan foto yang sadis. Dimana


dalam foto ini ada seorang laki-laki yang memegang
mayat yang membusuk tanpa kepala yang berada di
3. Akun “rohingnya_need_help” parit padi. Tampak juga ada pria yang sedang
memfoto mayat tersebut.
Dalam foto menekankan seorang anak kecil
yang ditekan dadanya dan bagian pahanya degan kaki
oleh orang dewasa. Tampak ekpresi anak kecil sedang
merasa kesakitan. Dalam foto yang ditunjukkan
seorang laki-laki tidak punya rasa kemanusiannya.

4. Akun “tentang_dunia”
Foto ini menekankan ada seorang bapak
yang sedang terluka di bagian kepalanya. Dimana
di bagian kepalanya ini berlumuran darah. Begitu
banyaknya darah yang keluar ini sampai-sampai
darah itu membasahi dibagian bajunya.

A
nalisis Teori Utilitarisme

62
Dalam penyajian data yang sudah atau jika ada yang tahu foto tersebut
disebutkan di atas peneliti akan menganlisis yang dapat membuat perasaannya
ke dalam teori etika yang sudah terkenal menjadi hancur dan sedih. Ini
yaitu teori utilitarisme. dikarenakan pengguna akun
a. Akibat Negatif (komunikator) tidak memikirkan apa
Peneliti melihat dari semua dampak-dampak yang ditimbulkan
data yang disajikan di atas peneliti olehnya. Dia hanya memikirkan
melihat pesan yang diberitakan dirinya sendiri yang lebih
mengandung pesan yang berisi mementingkan diri sendiri daripada
sadisme kecuali pengguna orang lain.
“rohingnya_need_help”. Sedangkan Analisis dari teori utilitarisme
pengguna “rohingnya_need_help” ini yang berisi kekerasan yang dimaksud
mengandung pesan yang berisi peneliti adalah
kekerasan. Adapun analisis dari teori pengguna“rohingnya_need_help”
utilitarisme dari pesan yang berisi yaitu: Menurut pandangan pengguna
sadisme yaitu : atau komunikator yang memposting
Hilangnya rasa belas kasih dan foto itu dapat membuat pengguna lain
empati kepada sesama manusia. atau bisa disebut komunikan merasa
Hilangnya rasa empati kepada sesama kasihan terhadap foto yang di
ini dikarenakan pengguna sudah unggahnya. Memang sebagian
menganggap apa yang diberitakan komunikan yang terkena akibat dari
sudah biasa. Sehingga berakibatnya foto unggahan komunikator dapat
pada sikap yang apatis atau tidak membuat dari beberapa orang akan
peduli pada nilai-nilai moral. Bisa juga merasa kasihan sehingga membuat
disebabkan karena sudah terbiasanya masyarakat akan bergerak untuk
melihat berita yang seperti ini sehingga membantunya, namun ada juga
pelaku pihak komunikator beberapa komunikan itu yang belum
membuatnya menjadi persoalan yang dewasa atau yang masih anak-anak
biasa. yang menggunakan media Istagram
Dampak lain dari pengguna itu. Dimana anak-anak masih belum
yang mengunggah foto ini juga bisa menyaring tentang baik dan
membuat pengguna lain atau buruknya foto pemberitaan yang ada
komunikan secara psikologi pada media sosial Instagram itu. Masa
membuatnya merasa ketakutan. anak-anak ini masih cenderung kepada
Karena akibat yang ditimbulkan bagi perilaku meniru, membuat akibatnya
sebagian orang khusus bagi anak-anak menjadi buruk yang disebabkan
yang melihat foto di media Instaram meniru foto kekerasan yang ada di
tentang kekerasan atau foto sadisme media sosial terbut.
itu, seperti melihat secara langsung b. Ananlisis Utilitarisme
dengan mata kepala sendiri dikejadian Foto pada pemberitaan di
tersebut. Ketakutan dari anak kecil media sosial Instagram tentang konflik
membuat ketika saat tidur menjadi etnis Rohingya yanng dipaparkan
terganggu yang dikarenakan mimpi mengandung pesan negatif yaitu
buruk. gambar yang menunjukkan kekerasan,
Dampak lain juga timbul dari atau sadisme. Menurut moral
pihak keluarga korban jika melihat deontologi akan bernilai baik jika

63
pengguna berniat untuk menyebarkan utilitarisme yang telah dijadikan
yang merupakan sebagai bentuk rasa sebagai moral politik. Impalikasi
empati terhadap penderita sehingga mengakibatkan masih adanya
membuat pengguna lainnya pelanggaran-pelanggaran yang terjadi.
mengetahui dan berempati terhadap Utilitarisme sebagaimana dikatakan
korbannya. Akan tetapi utilitarisme (Will, 2004:61) dapat membenarkan
tidak menerima pendapat itu. Dimana dikorbankannya anggota masyarakat
pemberitaan konflik etnis Rohingnya yang lemah dan yang tidak populer
terlarang karena akibat-akibatnya lebih demi keuntungan mayoritas. Disisi
jelek daripada akibat-akibat yang lain, utilitarisme juga dapat dipakai
sudah ada. Andaikata akibat-akibat untuk menyerang mereka yang
dalam pemberitaan foto ini lebih baik memegang hak istimewa secara tidak
daripada daripada akibat tidak adil dengan mengorbankan kelompok
meyebarkannya, maka boleh mayoritas, namun disayangkan dalam
barangkali wajib untuk paham utilitarisme tidak ada jaminan
menyebarkannya. keadilan. Utilitarisme tidak
Dampak dari pelanggaran pada mengatakan kewajiban untuk
pemberitaan konfik etnis rohingnya mencapai akibat baik dalam cara yang
yang dilakukan oleh pengguna media adil. Akan tetapi sebagai etika sukses
sosial ini adalah akibat dari prinsip prinsip utilitarisme ini bersifat
utilitarisme. Prinsip utilitarisme universalitas berbeda dengan egoisme
mendasarkan pada manfaat terbesar etis yang hanya mementingkan diri
adalah pada masyrakat yang sendiri.
terbesar atau dalam konsep jeremy Dalam konsep golden mean
bentham the greatest happiness of the yang di cetuskan oleh aristoteles.
greatest number (Bertens, 2004:248). Berdasarkan prinsip golden mean
Konsep ini membuat publik atau kebajikan moral ada pada dua titik
pengguna sebagian besar pelanggaran ekstrim yakni pengendalian diri dan
sebagai bentuk rasa kepedulian keseimbangan. Definisi kepentingan
terhadap etnis Rohingnya. Akibatnya public lebih ke apa yang diinginkan
pelanggaran-pelanggran yang public Prinsip golden mean tidak
dilakukan oleh pengguna media sosial memihak yang dibawah,
Instagram pada pemberitaan konflik perjuangan internal sudah dimulai
etnis Rohingnya ini mejadi biasa. Ini di atas dan merupakan hasil
membuat hilangnya nilai-nilai, etika pemikiran keras (Bivins, 2004:
dan moral akan hilang dan membuat 176). Dalam hal ini terdapat dua
nilai-nilai kebaikan menjadikan pilihan ekstrim yaitu pilihan untuk
buruk.Utilitarisme tidak dapat memberitakan dengan melanggar
menjamin hak-hak manusia, terutama
moral atau tidak memberitakan
hak asasi. Yang dimana suatu
yang berarti mengabaikan tanggung
hukumam harus sesuai dengan
perbuatannya. jawab sebagai bentuk dari
Ketidakadilan terhadap kepedulian. Dari dua pilihan
pengguna media sosial ini dapat ekstrim ini menurut konsep golden
dikatakan sebagai implikasi praktis mean untuk menuju kebaikannya

64
adalah adalah dengan memilih jalan poin yang sama dengan policy Instagram
tengah yaitu menurut peneliti dan ada yang malah bertentangan dengan
adalah kebebasan yang motivasi pengguna daripada teori
bertanggung jawab. Kebebasan deontologi tersebut akan tetapi peneliti
tidak membahas teori deontologi fokus
yang mempunyai berlandasan
peneliti adalah teori utilitarisme. Akan
etika-moral. Apabila gagal dalam
tetepi tertentangan dalam teori ini tidak
mencapai pertengahan ini, maka sepenuhya di tolak tergantung dimana
akan menunjukkan sifat buruk dari pengguna menggunakan sudut pandangnya.
yang terlalu berlebihan dan sifat Yang dimana menurut teori deontologi
buruk dari yang terlalu kekurangan. yang bertentangan ini adalah motivasinya
Dalam kebebasan yang pengguna untuk memberitakan koflik etnis
bertanggung jawab dari segi teori Rohingnya yaitu sebagai bentuk rasa
utilitarisme pengguna harus kepedualiannya. Ini juga dikarenakan
mengetahui akibat-akibat yang karena dengan sedikitnya pengetahuan
sudah peneliti paparkan di atas tentang etika-moral sehingga penggguna
hanya melihatnya dari satu sudut pandang
sehingga membuat pengguna media
saja. Oleh karena itu dalam kasus ini
sosial bisa lebih bertanggung jawab
pengguna atau komunikator harus berfikir
dalam menggunakan media sosial panjang sebelum memberitakan kasus
Instagram. Sehinngga tindakan bisa konflik etnis Rohingnya di media sosial
tepat yaitu akan mendapat manfaat Instagram tersebut sehingga akibat yang
kebaikan yang lebih banyak ditimbulkan menjadi baik.
daripada keburukannya. Policy Instagram ini menurut
peneliti ini mengacu kepada teori
Analisis Policy Intagaram utilitarisme karena dalam poin-poin yang
Policy Instagram merupakan etika terdapat dalam policy Instagram ini
atau aturan tentang hal-hal yang tidak boleh mempunyai akibat daripada kepentingan
dilakukan dalam menggunakan media publik. Prinsip kegunaan ini menjadi norma
sosial Instagram. Policy Instagram ini untuk tindakan-tindakan kita pribadi
bertujuan untuk terciptanya pengguna sosial maupun untuk kebijaksanaan pemerintah,
media yang bijak dalam menggunakannya. misalnya, dalam menentukan hukum pidana
Dalam policy Instagram terdapat beberapa (Bertens, 2004:248).
tentang aturan-aturan dalam menggunakan Adapun teori etika yang sesuai
Instagram. Seperti tidak bolehnya untuk dengan policy Instagram ini dari yang
mengunggah foto-foto yang mengandung paling banyak adalah teori etika
konten kekerasan, sara, dan lain-lain. Akan utilitarisme. Dimana dalam pelanggaran
tetapi dalam kenyataannya masih banyak pemberitaan konflik etnis Rohingnya ini
pengguna atau komunikator yang yang sudah di ananlisis menggunakan teori
melanggar moral seperti dalam pemberitaan etika utilitarisme ini ada beberapa poin
konflik etnis Rohingnya yang peneliti yang sama dengan policy Instagram.
sudah bahas di atas. Pelanggaran- Adapun kesamaan hal-hal atau poin-poin
pelanggaran pada pemberitaan di media policy Instagram yang mengandung prinsip
sosial Instagram sudah di analisis dengan utilitarisme yaitu:
menggunakan teori etika utilitarisme. Poin pada nomer dua , yaitu: Anda
Dimana dalam teori etika terdapat beberapa tidak boleh mengirimkan foto atau konten

65
lainnya yang mengandung kekerasan, pelanggaran kekerasan dan sadisme.
ketelanjangan, sebagian telanjang, Dimana dalam UU ITE RI nomer 19 tahun
diskriminasi, melanggar hukum, 2016 sudah di atur khususnya pada Pasal
pelanggaran, mengandung kebencian, 45A ayat 1 yang berbunyi “bahwa Setiap
pornografi, atau mengundang secara Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak
seksual melalui layanan ini menyebarkan berita bohong dan
Poin pada nomer enam, yaitu: Anda menyesatkan yang mengakibatkan kerugian
tidak boleh menghina, menguntit, konsumen dalam Transaksi Elektronik
menindas, menyalahgunakan, melecehkan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat
mengancam, meniru, atau mengintimidasi (1) dipidana dengan pidana penjara paling
orang-orang entitas dan Anda tidak boleh lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling
mengirimkan informasi pribadi atau rahasia banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
melalui layanan ini, termasuk, tanpa rupiah). Dan dalam pasal yang sama ayat
batasan, informasi kartu kredit, nomer (2) Setiap Orang yang dengan sengaja dan
jaminan sosial atau identitas nasional tanpa hak menyebarkan informasi yang
alternatif, nomer telepon non-publik atau ditujukan untuk menimbulkan rasa
alamat email non-publik milik Anda atau kebencian atau permusuhan individu
orang lain. dan/atau kelompok masyarakat tertentu
Poin pada nomer tujuh, yaitu: Anda berdasarkan atas suku, agama, ras, dan
tidak boleh menggunakan Layanan untuk antargolongan (SARA) sebagaimana
tujuan ilegal atau tidak sah. Anda setuju dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) dipidana
mematuhi semua hukum, aturan, dan dengan pidana penjara paling lama 6
regulasi (misalnya, tingkat federal, negara, (enam) tahun dan/atau denda paling banyak
bagial, lokal, dan provinsi) yang berlaku Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
pada penggunaan Layanan Anda dan Pasal 45B Setiap Orang yang
konten Anda (didefinisikan di bawah ini), dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan
termasuk, tetapi tidak terbatas pada, Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
undang-undang hak cipta. Elektronik yang berisi ancaman kekerasan
atau menakut-nakuti yang ditujukan secara
Analisis UU ITE pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
Pemberitaan tentang konflik etnis 29 dipidana dengan pidana penjara paling
Rohingnya peneliti akan menganalisis dan lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling
mengkatkan teori utilitarisme dan policy banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima
Instagram ini. Dalam hal ini teori puluh juta rupiah).
utilitarisme ini masih terjadinya Bukan pengguna saja dalam hal ini
pelanggaran yang terjadi di media sosial yang melanggar Undang-Undanng ITE
Instagram ini yang dimana policy Instagram akan tetapi peran Pemerintah untuk
ini masih tidak cukup untuk untuk melindungi juga diperlukan seperti yang
menegakkan aturan-aturan yang sudah ada. tertera dalam undang-undang Pasal 40 pada
Peneliti menemukan pelanggaran ayat 2, 2a, dan, 2B adapun sebagai berikut:
yang dilakukan oleh pengguna media sosial (2) Pemerintah melindungi kepentingan
Instagram. Undang-Undang Republik umum dari segala jenis gangguan sebagai
Indonesia nomor 19 tahun 2016 tentang akibat penyalahgunaan Informasi
perubahan atas undang-undang nomor 11 Elektronik dan Transaksi Elektronik yang
tahun 2008. Adapun pelanggaran yang mengganggu ketertiban umum, sesuai
sudah di analisis tersebut adalah dengan ketentuan peraturan

66
perundangundangan. (2a) Pemerintah wajib ibaratkan sebuah gelas kosong yang dimana
melakukan pencegahan penyebarluasan dan gelas kosong itu di isi dengan konten-
penggunaan Informasi Elektronik dan/atau konten yang positif maka isi akan positif,
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan begitu sebaliknya. Bisa juga apabila gelas
yang dilarang sesuai dengan ketentuan sudah terisi dengan air kotor maka
peraturan perundang-undangan. (2b) Dalam seharusnya pengguna harus lebih banyak
melakukan pencegahan sebagaimana mengisi gelas yang isinya kotor tersebut
dimaksud pada ayat (2a), Pemerintah dengan konten-konten yang positif
berwenang melakukan pemutusan akses sehingga air yang berisi konten-konten
dan/atau memerintahkan kepada negatif tersebut tumpah terganti atau terisi
Penyelenggara Sistem Elektronik untuk dengan konten-konten yang positif.
melakukan pemutusan akses terhadap Berdasarkan uraian yang telah
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen dijelaskan ini menyangkut soal pelanggaran
Elektronik yang memiliki muatan yang kode etik di media sosial Instagram, konflik
melanggar hukum. etnis Rohingnya ini masih banyak. Maka
Undang-udang ITE ini juga dapat disimpulkan sebagai berikut :
memiliki persamaan poin yang sama yaitu 1. Pelanggaran yang terjadi di media
poin sama dengan utilitarisme ini. Poin sosial Instagram masih banyak
yang sama ini terdapat dalam policy terjadi seperti foto-foto yang
Instagram yaitu poin satu dan enam. mengandung konten sadisme, dan
Undang-undang dan policy Insagram ini kekerasan masih banyak.
melihat dibuat dengan memakai prinsip 2. Dalam menganalisis menggunakan
utilitarime. Dimana yang khas dari bagi golden mean pada pemberitaan
utilitarisme, bahwa akibat-akibat baik tidak konfllik etnis Rohingnya. Pengguna
hanya dilihat dari kepentingan si pelaku media sosial masih kurang dalam
sendiri, melainkan dari segi kepentingan arti tidak berada di titik tengah
semua orang yang terkana oleh akibat sehingga menyabakan
akibat tindakan si pelaku (Suseno, ketidakseimbangan. Akibatnya
1989:123). pelanggar media sosial Instagram
ini dikategorikan kepada
KESIMPULAN pengguanaan kebebasan yang tidak
Pemberitaan konflik etnis bertanggung jawab dalam arti
Rohingnya di media sosial Instagram ini lawan dari kebebasan yang
pengguna masih banyak yang melanggar bertanggung jawab.
etika-moral. Meskipun policy Instagram 3. Pelanggaran dalam konflik etnis
sudah ada dan ditambah dengan undang- Rohingnya yang masih banyak
undang ITE tetapi tidak menutup tanpa mempertimbangkan dampak
kemungkinanan pengguna untuk melanggar yang di timbulkan dari dampak
etika-moral yang ada. Policy Instagram dan negatifnya.
undang-undang ITE mengandung prinsisp- 4. Dalam policy instagram dan
prinsip utilitarisme yang dimana dalam undang-undang ITE ada beberapa
prinsip ini kebaikan di nilai dari manfaat poin yang sesuai prinsipnya dengan
yang terbanyak. teori etika utilitarisme.
Media sosial jika di isi dengan 5. Pelanggaran ini masih ada karena
konten-konten yang positif, damai maka ketidakadilan daripada penggunaan
akan menciptakan dampak yang postif. Di prinsip-prinsip utilitarisme.

67
masalah ini pengguna media sosal harus
SARAN lebih bijak dalam menggunakan media
Menurut peneliti, masih banyak sosial Instagram dan harus mengerti dan
pelanggaran yang terjadi dalam mengamalkan etika, norma, dan nilai-nilai
pemberitaan konflik etnis Rohingnya dan yang sudah ada.
harus diperbaiki tentang kebijakan-
kebijakan yang ada. Policy Instagram saja DAFTAR PUSTAKA
masih kurang dalam menagani hal ini , Bertens, K. 2004. Etika. Jakarta: Gramedia
karena banyak dari pengguna media sosial Pustaka Utama.
tidak membaca dan memperhatikan policy Bivins, T. 2004. Mixed media: moral
Instagram ini sehingga policy Instagram ini distinctions in advertising, public
masih lemah terhadap etika dalam bermedia relations and journalism. USA :
sosial . Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Kebebasan pers ini tak bisa Creswell, J.W. 2010. Research design:
dihindari membuat media sosial juga pendekatan kualitatif, kuantitatif,
terpengaruh akannya. Tetapi tidak menutup dan mixed. Yogjakarta: PT Pustaka
kemungkinan membuat kita bebas Pelajar.
melakukannya, memberitakan pesan-pesan Gulia Ichikaya Mitzy. 2014. Perlawanan
negatif atau tanpa etika dalam media sosial Etnis Muslim Rohingya terhadap
dalam penelitian ini tentang konflik etnis Kebijakan Diskriminatif
Rohingnya. Kebebasan yang seharus Pemerintah Burma-Myanmar.
kebebasan adalah yang bertanggung jawab Jurusan Ilmu Hubungan
mengamalkan etika-moral yang berlaku Internasional, Fakultas Ilmu Sosial
dalam masyarakat serta tetap berlandaskan dan Ilmu Politik, Universitas
kepada kode etik jurnalistik dalam Nasional Jakarta.
pemberitaannya. Dalam hal ini seharusnya Kriyantono, Rachmat. 2009. Teknik Praktis
pengguna berkewajiban untuk untuk Riset Komunikasi. Malang: Prenada
menaati kode etik dan undang-undang ITE Media Group.
yang sudah ada bukan pengguna akan McQuail, Denis. 1987. Teori Komunikasi
melihat akibat jika pengguna mengunggah Massa. Jakarta: Erlangga.
itu merupkan suatu bentuk empati. Santoso, Putri Amanda. 2017. Pengaruh
Seharusnya juga pemerintah atau pembuat Konten Post Instagram Terhadap
kode etik menerapkan kewajiban-kewajiban Online Engagement: Studi Kasus
bukan dari akibat yang dimana akibat ini Pada Lima Merek Pakaian Wanita.
merupakan ketidakadilan daripada prinsip Skripsi Departemen Manajemen
utilitarisme. Bisnis Fakultas Teknologi Industri
Semua juga harus terlibat dalam Institut Teknologi Sepuluh
menciptakan media sosial yang positif. Dari Nopember Surabaya.
pihak pemerintah dalam hal ini Indonesia Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian
harus lebih tegas untuk menangani masalah Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
ini. Menteri Komunikasi dan Informasi Suprapto, Tommy. 2009. Pengantar Teori
(MENKOMINFO) harus bekeja sama & Manajemen Komunikasi. Jakarta:
dengan POLRI serta menjalankan sesuai Medpress.
wewenangnya sesuai dengan aturan Suseno, Franz Magnis. 1989. Etika Dasar
undang-udang sesuai. Bukan saja dari Masalah-masalah pokok filsafat
pemerintah tapi dari masyarakat atau dalam moral. Yogyakarta: Kanisius.

68
69

Das könnte Ihnen auch gefallen