Sie sind auf Seite 1von 7

JURNAL TEKNOLOGI TERPADU NO. 2 VOL.

3 OKTOBER ISSN 2338 - 6649

Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Clustering Polutan Kimia


Penyebab Pencemaran Udara

Nur Yanti1), Maria Ulfah2)


1)
Teknik Elektronika, Politeknik Negeri Balikpapan
nur.yanti@poltekba.ac.id
2)
Teknik Elektronika, Politeknik Negeri Balikpapan
maria.ulfah@poltekba.ac.id

Abstract
The problem of air pollutionis a serious problem faced by big cities in Indonesia even in the world. Air pollution
can come from a wide range ,among others: motor vehicle fumes, factory smoke, industries waste, house hold
waste, etc The current air pollution has reached alarm ing levels, as supported by the development of the industrial
world, increasing human population, the greater the resulting environmental pollution. Decreasedair quality due to
the content of chemical substances as pollutants have negative impacts on human life that is healthy environmental
degradation, health problems, toserious environmental damage. Increasedair pollution as the negative impact
caused by pollutants, pollutants required clustering based on the load of pollutants containing hazard ous chemical
sare produced. Group ing pollutants by using Artificial Neural Network (ANN). Clustering chemical pollutants
using artificial neural network method Learning Vector Quantization (LVQ produce 0.0011719 learning rate,
with a target error 0001 epoch reached on the 10th. Clusteringis generated in the form of area in the city of
Balikpapan as a regional cluster based chemical pollutants cause air pollution and the negative impact of these
pollutants, as well as used as information for regional development policiesin particular, in order totake
appropriate measuresto preventandcope with air pollution.

Keywords: Artificial Neural Networks, LVQ, Chemical Pollutants, Air Pollution.

Abstrak
Masalah pencemaran udara merupakan masalah serius yang dihadapi oleh kota-kota besar di Indonesia bahkan di
dunia. Pencemaran udara dapat bersumber dari berbagai macam, antara lain : asap kendaraan bermotor, asap
pabrik, limbah indutri, limbah rumah tangga dan sebagainya. Pencemaran udara saat ini sudah mencapai tingkat
mengkhawatirkan, karena didukung oleh perkembangan dunia industri, meningkatnya populasi manusia
mengakibatkan semakin besar pula terjadinya pencemaran lingkungan. Menurunnya kualitas udara akibat
kandungan zat-zat kimia sebagai polutan membawa dampak negatif bagi kehidupan manusia yaitu menurunnya
kualitas lingkungan sehat, gangguan kesehatan, hingga kerusakan lingkungan yang serius. Meningkatnya
pencemaran udara sebagai dampak negatif yang disebabkan oleh polutan, diperlukan clustering polutan
berdasarkan beban polutan yang mengandung zat-zat kimia berbahaya yang dihasilkan. Pengelompokan polutan
dengan menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan (JST). Clustering polutan kimia menggunakan Jaringan Syaraf
Tiruan dengan metode Learning Vector Quantization (LVQ) menghasilkan learning rate 0.0011719, dengan target
error 0.001 tercapai pada epoch ke-10. Clustering yang dihasilkan berupa daerah di wilyah Kota Balikpapan
sebagai daerah cluster berdasarkan polutan kimia penyebab pencemaran udara dan dampak negatif akibat polutan
tersebut, serta digunakan sebagai informasi untuk kebijakan pembangunan daerah khususnya, agar mengambil
langkah yang tepat dalam mencegah dan mengatasi pencemaran udara.

Kata Kunci : Jaringan Syaraf Tiruan, LVQ, Polutan Kimia, Pencemaran Udara.

68
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU NO. 2 VOL. 3 OKTOBER ISSN 2338 - 6649

1. Pendahuluan mencegah dan mengatasi pencemaran udara.


Clustering polutan berdasarkan beban polutan
Menurut Undang-undang Pokok
kimia dapat dilakukan dengan menggunakan
Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 tahun
Jaringan Syaraf Tiruan (JST) dengan metode
1982, pencemaran lingkungan atau polusi
Learning Vector Quantization (LVQ).
adalah masuknya atau dimasukkannya
Jaringan Syaraf Tiruan merupakan suatu
makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen
jaringan yang mempunyai kemampuan untuk
lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya
memetakan pola masukan melalui model
tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia oleh
pembelajaran pengawasan (supervised
proses alam sehingga kualitas lingkungan
learning) dan pembelajaran tanpa pengawasan
turun sampai ke tingkat tertentu yang
(unsupervised learning). Pemetaan yang
menyebabkan lingkungan menjadi tidak dapat
dihasilkan akan menunjukkan hubungan
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
keterkaitan antara pola-pola masukan tersebut
Yang dikatakan sebagai polutan adalah
dalam suatu representasi yang lebih ringkas
suatu zat atau bahan yang kadarnya melebihi
dan akurat dari data aslinya dengan
ambang batas serta berada pada waktu dan
mempertahankan hubungan topologinya.
tempat yang tidak tepat, sehingga merupakan
Jaringan syaraf tiruan merupakan
bahan pencemar lingkungan, misalnya: bahan
generalisasi model matematis dengan beberapa
kimia, debu, panas dan suara.
asumsi berikut:
Pencemaran udara adalah peristiwa
1. Pemrosesan informasi terjadi pada neuron.
masuknya, atau tercampurnya, polutan (unsur-
2. Sinyal dikirimkan di antara neuron-neuron
unsur berbahaya) ke dalam lapisan udara
melalui penghubung dendrit dan akson.
(atmosfer) yang dapat mengakibatkan
3. Penghubung antar elemen memiliki bobot
menurunnya kualitas udara (lingkungan).
yang akan menambah atau mengurangi
Umumnya, polutan yang mencemari udara
sinyal.
berupa gas dan asap. Gas dan asap tersebut
4. Untuk menentukan output, setiap neuron
berasal dari hasil proses pembakaran bahan
memiliki fungsi aktivasi yang dikenakan
bakar yang tidak sempurna, yang dihasilkan
pada jumlah semua inputnya. Besar output
oleh mesin-mesin pabrik, pembangkit listrik
akan dibandingkan dengan nilai threshold
dan kendaraan bermotor. Selain itu, gas dan
tertentu.
asap tersebut merupakan hasil oksidasi dari
Berdasarkan model matematis tersebut,
berbagai unsur penyusun bahan bakar, yaitu:
baik tidaknya suatu model JST ditentukan oleh
CO2 (karbondioksida), CO
hal-hal berikut:
(karbonmonoksida), SOx (belerang oksida)
1. Arsitektur jaringan, yaitu sebuah arsitektur
dan NOx (nitrogen oksida).
yang menentukan pola antar neuron.
2. Metode pembelajaran (learning method),
1.1. Tujuan
yaitu metode yang digunakan untuk
Peningkatan pencemaran udara serta menentukan dan mengubah bobot.
dampak negatif yang disebabkan oleh polutan, 3. Fungsi aktivasi.
diperlukan clustering polutan berdasarkan
beban polutan yang mengandung zat-zat kimia 1.2. Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan
berbahaya yang dihasilkan dari berbagai
Hubungan antar neuron dalam jaringan
aktivitas pada faktor internal dan eksternal
syaraf mengikuti pola tertentu tergantung pada
penyebab pencemaran udara. Hasil dari
arsitektur jaringan syarafnya. Pada dasarnya
clustering polutan kimia ini dapat digunakan
ada 3 macam arsitektur jaringan syaraf, yaitu :
sebagai informasi untuk membantu pemerintah
a. Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal
daerah khususnya dalam mengambil kebijakan
(single layer net).
dan menentukan langkah yang tepat dalam

69
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU NO. 2 VOL. 3 OKTOBER ISSN 2338 - 6649

Jaringan dengan lapisan tunggal hanya Gambar.2.Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan


memiliki satu lapisan dengan bobot-bobot dengan Banyak Lapisan
terhubung. Jaringan ini hanya menerima input
kemudian secara langsung akan mengolahnya Hanya ada 1 lapisan tersembunyi pada
menjadi output tanpa harus melalui lapisan arsitektur jaringan pada gambar.2 tersebut, vij
tersembunyi. Dengan kata lain, ciri-ciri dari adalah bobot-bobot yang menghubungkan
arsitektur jaringan syaraf dengan lapisan antara neuron-neuron pada lapisan input
tunggal adalah hanya terdiri dari satu lapisan dengan lapisan tersembunyi. Sedangkan wjk
input dan satu lapisan output. adalah bobot-bobot yang menghubungkan
antara neuron-neuron pada lapisan
tersembunyi dengan lapisan output. Z_inj
X w adalah hasil pengolahan data pada lapisan
1 1
tersembunyi, dengan fungsi aktivasi F1 untuk
y menghasilkan Zj (j=1,...K);
Σ
w
X
2
_i F y
2 n z_inj = 𝑁 𝑖=1 𝑥𝑖 𝑣𝑖𝑗 [Pers.1]
zj = F1(z_inj) [Pers.2]
w b
X n
n Sedangkan y_ink adalah hasil pengolahan data
1 pada lapisan output, dengan fungsi aktivasi F2
untuk menghasilkan output jaringan yk
Gambar.1 Jaringan Syaraf Sederhana (k=1,...,L).
dengan Bias
y_ink = 𝑁 𝑗 =1 𝑧𝑖 𝑤𝑗𝑘 [Pers.3]
yk = F2(y_ink) [Pers.4]
b. Jaringan syaraf dengan banyak lapisan
(multilayer net)
Jaringan dengan banyak lapisan memiliki satu c. Jaringan syaraf dengan lapisan kompetitif
atau lebih lapisan yang terletak diantara (competitive layer net)
lapisan input dan laisan output (memiliki satu Arsitektur ini memiliki bentuk yang berbeda,
atau lebih lapisan tersembunyi). Umumnya, dimana antar neuron dapat saling
ada lapisan bobot-bobot yang terletak antara 2 dihubungkan.
lapisan yang bersebelahan. Jaringan dengan
banyak lapisan ini dapat menyelesaikan 1
-η 1

permasalahan yang lebih sulit daripada lapisan A1 Am

dengan lapisan tunggal, tentu saja dengan -η

pembelajaran yang lebih rumit -η


V11 Z1 -η
X1
z_in1 W11 y_in1 1
1
Y1
N1 F1 N1 F2 AI A1

X2 Gambar.3. Jaringan Syaraf Tiruan


Z2
dengan Lapisan Kompetitif
z_inK WKL y_inL YL
NK F1 NL F2

VNK
XN

70
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU NO. 2 VOL. 3 OKTOBER ISSN 2338 - 6649

1.3 Metode Pelatihan Jaringan Syaraf 1.5. Algoritma Learning Vector


Tiruan (Neural Network) Quantization (LVQ)
Prosedur yang digunakan Jaringan Algoritma pengelompokan pola
Syaraf Tiruan dalam mencari pengaturan pembelajaran LVQ adalah sebagai berikut:
bobot yang tepat mengacu pada paradigma Algoritma Pembelajaran LVQ
belajarnya (learning paradigm). Paradigma a. Tetapkan :
belajar inilah yang dikenal sebagai algoritma  Bobot awal variabel input ke-j menuju
belajar dalamJaringan Syaraf Tiruan. kelas (cluster) ke-i : wij;
Berdasarkan strategi pelatihan, paradigma  Parameter learning rate (α);
belajar Jaringan Syaraf Tiruan dapat  Pengurangan learning rate;
diklasifikasikan menjadi dua paradigma:  Target error

1. Pembelajaran Terawasi (Supervised b. Masukkan:


Learning)  Data input : Xij
Metode pembelajaran pada jaringan syaraf  Target berupa kelas : Tk
disebut terawasi jika output yang c. Tetapkan kondisi awal : epoch = 0;
diharapkan telah diketahui sebelumnya. d. Kerjakan jika : (α ≥ Minα)
2. Pembelajaran Tak Terawasi (Unsupervised
 epoch = epoch + 1;
Learning)
 kerjakan untuk i = 1 sampai n
Pada metode pembelajaran yang tak
 Tentukan J sedemikian hingga ǁXi - Wjǁ
terawasi tidak memerlukan target output.
minimum;
Pada metode ini, tidak dapat ditentukan
hasil yang seperti apakah yang diharapkan  Perbaiki Wj dengan ketentuan:
selama proses pembelajaran. → Jika T = Cj maka :
Wj = Wj + α (Xi-Wj)
1.4. Learning Vector Quantization (LVQ) → Jika T ≠ Cj maka :
Learning Vector Quantization (LVQ)  Kurangi nilai α.
merupakan suatu metode untuk melakukan
pelatihan terhadap lapisan-lapisan kompetitif Algoritma Pengujian LVQ
terawasi. Lapisan kompetitif LVQ akan a. Masukkan data yang akan diuji : Xij
belajar secara otomatis untuk melakukan b. Kerjakan untuk i = 1 sampai n
klasifikasi terhadap vektor input (data input)  Tentukan J sedemikian hingga ǁXi - Wjǁ
yang diberikan. Apabila beberapa vektor input minimum
memiliki jarak yang sangat berdekatan, maka  J adalah kelas untuk Xi
vektor-vektor input tersebut akan
dikelompokkan dalam kelas yang sama. 2. Metoda Penelitian
[Kusumadewi, 2004]. Pada penelitian ini dilakukan clustering
polutan kimia sebagai penyebab pencemaran
udara di Kota Balikpapan dengan
menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan. Metode
penelitian yang dilakukan yaitu kombinasi
metode penelitian kualitatif dan kuantitatif.
Adapun tipe penelitian kombinasi yang
digunakan adalah Sequential Exploratory
Design, yaitu pada tahap awal penelitian
menggunakan metode kualitatif dan tahap
berikutnya menggunakan metode kuantitatif.

Gambar.4. Arsitektur Jaringan LVQ

71
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU NO. 2 VOL. 3 OKTOBER ISSN 2338 - 6649

Balikpapan pada tahun 2014 diuraikan untuk


tiap-tiap parameter sebagai berikut:

Gambar.5. Alur MetodologiPenelitian

3. Hasil Dan Pembahasan


Sumber : 1. Badan Lingkungan Hidup Kota
Clustering pencemaran udara yang Balikpapan
dilakukan terhadap kualitas udara ambien. 2. Lampiran PPRI No. 41 Tahun
Untuk mengetahui kualitas udara perkotaan di 1999
kota Balikpapan, dilakukan pengukuran pada
beberapa titik lokasi yang srtategis dengan
berbagai peruntukkan dan pengukurannya 3.1 Analisis Learning Vector Quantization
dilakukan secara sesaat maupun kontinyu. (LVQ)
Pengukuran kualitas udara terakhir
dilakukan pada tahun 2014, dilakukan secara Algoritma pembelajaran LVQ diterapkan
laboratorium pada 6 (enam) lokasi terutama dalam pengelompokkan data (clustering)
lokasi dengan kepadatan lalu lintas tinggi dan senyawa kimia (polutan kimia) sebagai
mengacu pada tempat yang sama dari yahun- penyebab pencemaran udara di Kota
tahun sebelumnya yaitu pada: Balikpapan. Dalam penelitian ini, untuk
1. Simpang Balikpapan Plaza, Jl. Jend. mengelompokkan data menjadi cluster-cluster,
Sudirman, Kelurahan Klandasan Ilir, langkah awal adalah membangun topologi
merupakan pengukuran pada jalan raya jaringan syaraf tiruan dengan menentukan
(5m dari tepi jalan). bobot awal untuk variabel input, parameter
2. Terminal Damai, Kelurahan Damai, learning rate, pengurangan learning rate, target
merupakan daerah perdagangan dan jasa. error dan maksimal epoch. Setelah penetuan
3. Pelabuhan Laut Semayang, Kelurahan variabel-variabel tersebut, dilakukan pelatihan
Prapatan, merupakan daerah jasa dalam hal serta pengujian data, sehingga dihasilkan
ini pelayananjasa transportasi laut. cluster-cluster data yang merupakan hasil
4. Simpang Gunung Malang, Kelurahan pembelajaran algoritma LVQ.
Gunung Sari, merupakan daerah
perdagangan dan jasa.
5. Kampung Baru Ujung, Kelurahan Baru 3.2. Transformasi Data
Ulu, merupakan daerah perdagangan,
jasa dan pemukiman. Data ditransformasikan ke interval [0,1].
6. Bundaran Rapak, Kelurahan Rapak, Tapi akan lebih baik jika ditransformasikan ke
merupakan daerah perdagangan dan jasa. interval yang lebih kecil, misal pada interval
Adapun hasil pengukuran senyawa kimia [0.1, 0.9]. Transformasi linear yang dipakai
penyebab pencemaran udara di Kota untuk mentransformasikan data ke interval
[0.1, 0.9] adalah:

72
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU NO. 2 VOL. 3 OKTOBER ISSN 2338 - 6649

0.8 (𝑥 − 𝑎) Bobot akhir :


𝑥′ = + 0.1
𝑏−𝑎
0.67 0.66 0.14
Jika a adalah data minimum dan b adalah data 𝑤 = 0.18 0.18 0.37
maksimum, x merupakan nilai aktual. 0.14 0.12 0.88

3.3. Clustering Data


Tabel .2 Hasil pengujian data pelatihan
Dalam clustering polutan kimia sebagai Data Jarak vektor -
penyebab pencemaran udara, data dibagi bobot Kelas
ke- Target
menjadi 3 (tiga) cluster berdasarkan dampak (Cluster)
(xn) 1 2 3
negatif yang ditimbulkan oleh polutan kimia 1 0.56 0.71 0.76 1* 2
tersebut. Pengelompokan (cluster) sebagai 2 0.37 1.02 1.23 1 1
berikut: 3 1.10 0.54 0.05 3 3
1. Cluster-1 : Daerah dengan polutan kimia 4 0.79 0.073 0.53 2 2
yang menyebabkan gangguan kesehatan 5 0.27 0.78 1.12 1 1
manusia dan berdampak negatif terhadap 6 1.10 0.54 0.05 3 3
pertumbuhan tanaman pangan.
2. Cluster-2 : Daerah dengan polutan kimia Dari hasil pengujian data pelatihan, data
yang mengakibatkan pemanasan global. pertama tidak sesuai dengan target, yang
3. Cluster-3 : Daerah dengan polutan kimia seharusnya masuk dalam kelas ke-2 (cluster-
yang dapat mengakibatkan korosi 2), namun dari hasil pengujian data pertama
terhadap alat dan mesin logam. masuk dalam kelas- 1 (cluster-1).

Topologi jaringan syaraf tiruan dengan 4. Kesimpulan Dan Saran


algoritma pembelajaran Learning Vector Pembelajaran LVQ mampu menghasilkan
Quantization (LVQ) sebagai berikut: cluster yang sama dengan target data yang
 Jumlah data = 6 diinginkan. Proses training yang dilakukan
dengan algoritma LVQ dapat tercapai pada
 Jumlah variabel input = 3
waktu relatif singkat dengan target error
 Jumlah cluster yang diinginkan = 3
sebesar 0.001 pada epoch ke-10, menghasilkan
 Learning rate = 0.6 learning rate 0.0011719. Kinerja algoritma
 Pengurangan learning rate = 0.5 pembelajaran LVQ sangat baik digunakan
 Target error = 0.001 untuk tipe data input dengan jumlah variabel
 Maksimum epoch ditetapkan sebesar input yang tidak terlalu banyak, namun tetap
100 dapat melakukan proses training dengan
 Bobot awal yang digunakan: jumlah data yang banyak.

0.5 0.5 0.5 5. Ucapan Terima Kasih


𝑤 = 0.5 0.5 0.5 Ucapan terima kasih kepada P3M
0.5 0.5 0.5 Politeknik Negeri Balikpapan yang telah
memberikan pendanaan dalam pelaksanaan
Proses training terus dilakukan hingga tercapai penelitian dan Badan Lingkungan Hidup Kota
target error atau maksimum epoch. Pada Balikpapan yang telah membantu sebagai
proses training ini, target error tercapai pada sumber data dan informasi sehingga penelitian
epoch ke-10 yaitu dengan learning rate sebesar ini berjalan baik dan lancar.
0.0011719 dan diperoleh bobot akhir sebagai
berikut :

73
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU NO. 2 VOL. 3 OKTOBER ISSN 2338 - 6649

6. Daftar Pustaka [4] Kosko, B. 1992. Neural Networks and


[1] Drs. Siang Jek Jong, M.Sc. 2009. Fuzzy Systems : A Dynamic Systems
Jaringan Syaraf Tiruan & Approach to Machine Intelligence,
Pemrogramannya Menggunakan Prentice Hall.
Matlab. Andi Yogyakarta. [5] LiMin Fu. 1994. Neural Networks in
[2] Fausett, L. 1994. Fundamentals of Computer Intelligence. McGraw-Hill, Inc.
Neurals Network, Architecture, [6] Kusumadewi, D. 2003. Artificial
Algorithms, and Applications, Prentice Intelligence, Teknik dan Aplikasi. Graha
Hall. Ilmu. Yogyakarta.
[3] Haykin, S. 1994. Neural Networks, a [7] Kusumadewi, D. 2004. Membangun
Comprehensive Foundation, Prentice Jaringan Syaraf Tiruan. Graha Ilmu.
Hall. Yogyakarta

74

Das könnte Ihnen auch gefallen