Sie sind auf Seite 1von 6

Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA pada Balita di

Kelurahan Latsari kabupaten Tuban

(The Relationships Nutritional Status In Young Children With ARI


incidence in Latsari Tuban)

Oleh: Hasan Asy’ari


NIM:08.01.00.021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban

ABSTRACT
Introduction: ISPA the Acute Respiratory disease is one of
the problems in this world that has not been handled
optimally and there are many sufferers, especially in young
children. ISPA itself influenced several factors, one of which
is the nutritional status of children. Methode: The purpose of
this study was to identify the characteristics of nutritional
status in young children, identify the incidence of ARI in
young children and analyze the nutritional status of the
relationship with the incidence of respiratory infection in
young children in the Latsari Tuban. The study population
was 561 young children. While the sample amounted to 67
young children by using simple random sampling technique.
Data collection using direct observation techniques. This
study uses a correlational analytical research design with the
cross sectional approach. From the results of chi square test
on getting the value of p = 0.037 <0.05. Result: Based on the
results of this study indicate that nutritional status has a
significant relationship with the incidence of ARI in young
children, with the results obtained by chi square test statistic
value of 0.037 p value <0.05 then H0 is rejected, meaning
that there was a significant association between nutritional
status with the incidence of ARI in young children in Latsari
Tuban. Discussion From the description it was concluded
that nutritional status may influence the occurrence of
respiratory infection in young children, so in the hope that the
community needs to understand the importance of good
nutrition in young children, so as to support the immune
young children who are still susceptible to many diseases,
one of which are susceptible to respiratory infection.

Keywords: Nutritional Status, Incidence ISPA, young


children
PENDAHULUAN

ISPA adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut yang merupakan salah


satu masalah penyakit di dunia ini yang belum tertangani secara maksimal
dan masih banyak sekali penderitanya khususnya pada balita (Rahmawati,
2008). Pada tahun 2003, hampir 11 juta anak meninggal sebelum mencapai
usia 5 tahun. Lebih setengahnya sekitar 6 juta anak meninggal karena
penyakit Infeski Saluran Pernafasan Akut (DepKes RI, 2004). Penyakit
ISPA mencakup penyakit saluran nafas bagian atas (ISPA Atas) dan
saluran nafas bagian bawah (ISPA Bawah) beserta bagian-bagiannya
(WHO, 2003).
Berdasarkan Penemuan penderita ISPA pada balita di seluruh
puskesmas Kabupaten Tuban Jawa Timur, pada bulan Januari-September
tahun 2011,ditemukan kasus ISPA yang terjadi ada 14.174 (15,6%) balita
dari jumlah 91.077 balita (Dinkes Tuban, 2011), Sedangkan puskesmas
yang mengalami kasus ISPA paling banyak adalah puskesmas Tuban, dan
salah satu kelurahanannya adalah Latsari. Penemuan penderita ISPA pada
balita di Kelurahan Latsari pada bulan Januari-Oktober tahun
2011ditemukan kasus ISPA yang terjadi ada 186 (33,1%) balita dari
jumlah 561 balita (Puskesmas Tuban, 2011).
Beberapa faktor yang berkaitan dengan tingginya angka insiden
ISPA antara lain status gizi balita. Penyakit infeksi dan kekurangan gizi
sering terjadi secara bersamaan dan saling mempengaruhi. Keadaan gizi
yang disebabkan asupan makan yang tidak memenuhi kebutuhan dapat
mengakibatkan menurunnya berat badan dan gangguan pertumbuhan serta
menurunnya imunitas dan kerusakan mukosa. Hal tersebut berkaitan erat
dengan kejadian, keparahan, durasi dan episode penyakit infeksi (Wati,
2005).
Langkah mengurangi kasus kejadian ISPA pada balita salah
satunya adalah dengan memperbaiki status gizi balita itu sendiri dan dalam
rangka memperbaiki status gizi balita kita dapat memberikan penyuluhan
kepada masyarakat tentang cara memperbaiki status gizi balita sesuai
pendapat (Riskesdas, 2010) yang antara lain: Kadarzi untuk semua,
Surveilens Gizi dan MP-ASI dan Kesehatan. Sesuai dengan P2 ISPA dari
penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi peneliti, institusi dan
masyarakat secara keseluruhan.

BAHAN DAN METODE


Metode penelitian merupakan suatu cara untuk memecahkan
masalah menurut metode keilmuan (Nursalam, 2008). Desain penelitian ini
menggunakan analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional,
jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian yang menekankan waktu
pengukuran/ observasi data variabel independen dan dependen hanya satu
kali pada satu saat (Nursalam, 2008).
Variabel independen dalam penelitian ini yaitu status gizi balita.
Sedangkan variabel dependen yaitu kejadian ISPA pada balita.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita di Kelurahan
Latsari Kabupaten Tuban yaitu sejumlah 561 balita, kemudian di hitung
dengan rumus ditemukan sampel berjumlah 67 balita.
Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple
random sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi (Hidayat, 2007).
Dalam pengumpulan data penelitian ini adalah observasi secara
langsung ke rumah responden dengan instrumen yang di gunakan adalah
timbangan berat badan, buku KMS dan lembar observasi. Cara pengisian
lembar observasi apabila status gizi balita baik diberi nilai 1 dan jika status
gizi tidak baik maka 0. Untuk ISPA-nya peneliti menggunakan data status
kesehatan bidan dalam 6 bulan terakhir.
Berdasarkan tujuan penelitian analisa data diarahkan untuk
menentukan hubungan status gizi dengan kejadian ISPA pada balita di
Kelurahan Latsari Kabupaten Tuban. Setelah data terkumpul semua dari
hasil pengumpulan data, maka dilakukan pengolahan data dengan
menggunakan tahap Editing, Coding, Scoring, Tabulating dan Uji
statistika.

Hasil
Letak Geografis Wilayah Kelurahan Latsari terletak antara 111030II
Sampai dengan 112035II BT, 6040II, 70 18II LS. Luas wilayah 175 km2.
Wilayah Kelurahan Latsari mempunyai sisi perbatasan yaitu sisi sebelah
utara dengan Desa Sugihwaras Jenu, sisi timur dengan Kelurahan
Ronggomulyo Tuban, sisi selatan dengan Kelurahan Kembangbilo Tuban
dan sisi barat dengan Kelurahan Perbon Tuban

Dari distribusi kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Latsari


Kabupaten Tuban pada tahun 2012 dengan jumlah responden 67 balita
ditemukan: berdasarkan umur hampir setengahnya balita yang terkena
ISPA adalah usia 3-4 th dengan jumlah 10 (43%) anak, sedangkan
berdasarkan distribusi menurut jenis kelamin didapatkan sebagian besar
penderita ISPA terjadi pada jenis kelamin laki-laki yaitu 15 penderita
(71%).

Dari distribusi identifikasi status gizi balita di Kelurahan Latsari


Kabupaten Tuban hampir seluruh responden mengalami status gizi baik
sebanyak 52 responden (78%). Status gizi dalam penelitian ini mengacu
pada buku KMS. Berdasarkan distribusi identifikasi tingkat kejadian ISPA
pada balita di Kelurahan Latsari Kabupaten Tuban sebagian besar
responden tidak terkena ISPA sebanyak 46 (69%) responden.
Untuk menguji hubungan variabel independen dengan variabel
dependen digunakan uji Chi-square. Dalam Penelitian ini analisa
bivariatnya adalah untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian
ISPA pada balita di Kelurahan Latsari Kabupaten Tuban pada tahun 2012

Tabel 1.1 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA padaBalita di


Kelurahan Latsari Kabupaten Tuban 2012

ISPA
Total Persentase
Tidak ISPA Persentase ISPA Persentase
Status Gizi Tidak 7 46,7% 8 53,3% 15 100,0%
Gizi Baik
Gizi Baik 39 75,0% 13 25,0% 52 100,0%
Total 46 68,7% 21 31,3% 67 100,0%
Chi Square p = 0,037

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Latsari


Kabupaten Tuban Tahun 2012, diperoleh hasil bahwa responden yang
Status gizinya tidak baik dan tidak terkena ISPA ada 7 responden (46,7%),
status gizi tidak baik yang terkena ISPA ada 8 responden (53,3%),
sedangkan untuk gizi baik yang tidak terkena ISPA ada 39 responden
(75,0%), status gizi baik yang terkena ISPA ada 13 responden (25,0%).
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-square, diperoleh p
value 0,037 karena p value < 0,05 maka H1 diterima, artinya ada hubungan
yang bermakna antara Status Gizi Balita dengan Kejadian ISPA pada
Balita di Kelurahan Latsari Tuban Tahun 2012.

PEMBAHASAN
Ada banyak mengenai definisi status gizi salah satunya dari
(Almatsier, 2009) Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Berdasarkan hasil
penelitian yang di lakukan bulan April 2012, bahwa status gizi yang baik
merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan
dan kesejahteraan manusia (Supariasa, 2002).

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara


status gizi dengan Kejadian ISPA. Penyakit infeksi dan kekurangan gizi
sering terjadi secara bersamaan dan saling mempengaruhi. Keadaan gizi
yang disebabkan asupan makan yang tidak memenuhi kebutuhan dapat
mengakibatkan menurunnya berat badan dan gangguan pertumbuhan serta
menurunnya imunitas dan kerusakan mukosa. Hal tersebut berkaitan erat
dengan kejadian, keparahan, durasi dan episode penyakit infeksi (Wati,
2005).
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status gizi
mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian ISPA pada balita,
yang merupakan salah satu penyakit yang banyak terjadi pada balita
dengan hasil uji statistic chi square diperoleh p value 0,037 karena p value
< 0,05 maka H0 ditolak, artinya ada hubungan yang bermakna antara status
gizi dengan kejadian ISPA pada balita di kelurahan Latsari Kabupaten
Tuban 2012. Dapat di katakan status gizi pada balita di kelurahan Latsari
cukup berpengaruh atas terjadinya ISPA pada balita, ini di buktikan dari
penelitian di hasilkan bahwa sebagian besar balita yang mengalami status
gizi tidak baik 53% terkena ISPA, Sedangkan balita yang status gizinya
baik hanya sebagian kecil yakni 25%, ini sangat membuktikan bahwa
status gizi mempunyai peran penting terhadap sistem kekebalan tubuh anak
sehingga tidak mudah terserang infeksi yang salah satunya infeksi saluran
pernapasan akut atau ISPA. Pada penelitian ditemukan hanya sebagian
kecil balita terkena ISPA, itu dapat dipengaruhi dari faktor gizi yang baik
di Kelurahan Latsari. Pada hasil penelitian ditemukan bahwa status gizi
balita di kelurahan Latsari banyak yang status gizinya baik walaupun ada
sebagian kecil yang mengalami status gizi tidak baik. Status gizi tidak baik
meliputi gizi kurang dan lebih, karena orang yang mengalami status gizi
kurang maupun lebih sama-sama tidak baik. Faktor yang mempengaruhi
status gizi kurang maupun lebih ada banyak hal mulai dari tingkat ekonomi
di karenakan dari responden peneliti kebanyakan ekonomi menengah, dari
sudut pendidikan kebanyakan lulusan SMA dan dari perguruan tinggi ada
sebagian kecil.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Status Gizi dengan Kejadian
ISPA Pada Balita di Kelurahan Latsari Kabupaten Tuban, dapat
disimpulkan sebagai berikut: status gizi balita di Kelurahan Latsari
Kabupaten Tuban sebagian besar balita mengalami status gizi baik yakni
78%, untuk kejadian ISPA pada balita sebagian besar balita tidak terkena
ISPA yakni 69%, Terdapat hubungan status gizi dengan kejadian ISPA
pada balita di Kelurahan Latsari Kabupaten Tuban

Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan diharapkan penelitian ini tidak
berhenti sampai disini, semoga pada peneliti-peneliti mendatang lebih
mengembangkan penelitian ini baik dari faktor penyebab ISPA ataupun
dari jumlah sampelnya yang lebih besar, bagi institusi diharapkan dapat
membantu meningkatkan kualitas anak didiknya dalam bidang
perkembangan anak dan ilmu keperawatan anak, bagi masyarakat
diharapkan dapat meningkatkan ilmu pengetahuannya tentang status gizi
balita agar kejadian ISPA pada balita dapat berkurang jumlahnya.
KEPUSTAKAAN

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama
DepKes RI. 2004. Faktor Resiko Kualitas Fisik Rumah Terhadap
Penderita Ispa Pada Balita Di Kabupaten Purworejo.
(http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=2979)
diakses 20 nopember 2011
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan
Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Rahmawati, Dewi. 2008. Hubungan antara status gizi pada balita dengan
kejadian ISPA di URJ anak Dr.soetomo Surabaya. Buletin
Penelitian RSU Dr Soetomo, (online), 10 (3): 142,
(http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/10308141146.pdf) diakses
18 nopember 2011
Riskesdas. 2010. Status Gizi Balita: Goal 1 MDG. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
(http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/download/TabelRiskesd
as2010.pdf) di akses 15 desember 2011
Supariasa, I Dewa Nyoman. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
Wati, Erna Kusuma. 2005. Hubungan Episode Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA) Dengan Pertumbuhan Bayi Umur 3 Sampai 6 Bulan
Di Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Tesis tidak diterbitkan.
Semarang: PPs UNIVERSITAS DIPONEGORO
WHO. 2003. Penanganan ISPA pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara
Berkembang. Terjemah Widjaja, Anton C. 2002. Jakarta: WHO

Das könnte Ihnen auch gefallen