Sie sind auf Seite 1von 9

eJournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 2.

Mei 2015

PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP STRES


PSIKOLOGIS PADA LANJUT USIA
DI PANTI WERDHA KOTA
MANADO

Christina Samodara
Hendry Palandeng
Vandri D. Kallo

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi
Email : christinasamodara@yahoo.co.id

Abstract: The increase in the number of elderly living certainly have more impact
to the occurrence of diseases in the elderly. Elderly will experience a variety of
physical problems, mental, social, economic, and psychological. One of the
psychological issues that may be experienced by the elderly are stressed. One type
of therapy that can induce relaxation to reduce the stress that laughter therapy. The
purpose of this study was to determine the therapeutic effect of laughter on
psychological stress in the elderly in Nursing Elderly Manado. The design of this
research was experimental with One Group Pre-Test -Post-Test Design. The
sampling technique was performed with total sampling with a sample of 37 peoples.
Test results using Paired Samples T-Test obtained p value = 0.000 <α =
0.05. The Conclusion based on the results of this research showed that there are
significance influence of laughter therapy on psychological stress in the elderly
Elderly Nursing Manado. Recommended that improve the quality of health of the
elderly and good handling of the elderly who experience stress by providing
complementary therapies such as laughter therapy.
Keywords: Stress, Laughter Therapy, Elderly

Abstrak: Peningkatan jumlah lansia hidup tentunya mempunyai dampak lebih


banyak terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Lansia akan mengalami
berbagai masalah fisik, mental, sosial, ekonomi, dan psikologis. Salah satu
masalah psikologis yang dapat dialami oleh lansia adalah stres. Salah satu jenis
terapi yang dapat menimbulkan relaksasi sehingga dapat mengurangi stres yaitu
terapi tertawa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi tertawa
terhadap stres psikologis pada lansia di Panti Werdha Manado. Desain penelitian
yang digunakan adalah pra eksperimental dengan One Group Pre-Test-Post-Test
Design. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan Total Sampling dengan
jumlah sampel 37 orang. Hasil penelitian menggunakan Uji T-Test Paired
Samples Test didapatkan nilai p = 0,000 < α = 0,05. Kesimpulan hasil penelitian
menunjukkan adanya pengaruh terapi tertawa terhadap stres psikologis lansia di
Panti Werdha Manado. Saran meningkatkan mutu kesehatan lansia dan penanganan
baik terhadap lansia yang mengalami stres dengan cara memberikan terapi-terapi
komplementer seperti terapi tertawa.
Kata Kunci: Stres, Terapi Tertawa, Lansia

1
eJournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 2. Mei 2015

PENDAHULUAN
Keberhasilan pemerintah dalam Menurut Yulianti (2004) dalam
pembangunan Nasional telah Isnaeni (2010), untuk menghindari
mewujudkan hasil positif di berbagai dampak dari stres, maka diperlukan
bidang, yaitu kemajuan sosio- adanya suatu pengelolaan stres yang
ekonomi, kemajuan ilmu baik. Dalam mengelola stres dapat
pengetahuan dan teknologi, terutama dilakukan dengan terapi farmakologi
di bidang kesehatan dapat yang meliputi penggunaan obat
meningkatkan kualitas kesehatan cemas (axiolytic) dan anti depresi (anti
penduduk serta meningkatkan usian depressant), serta terapi
harapan hidup (World Health nonfarmakologi yang meliputi
Organisasion, 2012). Penggolongan pendekatan perilaku, pendekatan
lansia menurut WHO dalam Padila kognitif, serta relaksasi. Salah satu
(2010), meliputi: middle age (45-49 jenis terapi yang dapat menimbulkan
tahun), elderly (60-74 tahun), old relaksasi sehingga dapat mengurangi
(75-79 tahun), very old (diatas 90 stres yaitu terapi tertawa.
tahun). Berdasarkan studi pendahuluan
Penduduk di 11 negara anggota yang dilakukan peneliti di BPLU Panti
WHO kawasan Asia Tenggara yang Werdha Senja Cerah Paniki
berusia di atas 60 tahun berjumlah Kecamatan Mapanget Manado,
142 juta orang dan diperkirakan akan jumlah lansia 32 orang yang terdiri
terus meningkat hingga 3 kali lipat di dari 13 orang laki-laki dan 19 orang
tahun 2050 perempuan. Di Panti Werdha Damai
Jumlah penduduk lansia di Ronomuut jumlah lansia yaitu 37
Indonesia pada tahun 2010 jumlah orang yang terdiri dari 34 orang
lansia sebanyak 14,439.967 jiwa perempuan dan 3 orang laki-laki dari
(7,18%) dan pada tahun 2010 hasil wawancara 20 orang
mengalami peningkatan menjadi diantaranya mengalami stres
23.992.553 jiwa (9,77%) sementara Berdasarkan uraian diatas
pada tahun 2011 jumlah lansia peneliti sudah selesai meneliti
sebesar 20 juta jiwa (9,51%), dengan pengaruh terapi tertawa terhadap
usia harapan hidup 67,4 tahun dan stres psikologis pada lanjut usia di
pada tahun 2020 diperkirakan panti werdha kota manado.
sebesar 28,8 juta (11,34%), dengan
usia harapan hidup 71,1 tahun METODOLOGI PENELITIAN
(Depkes, 2012). Menurut data yang Desain penelitian yang digunakan
diperoleh dari Dinas Kesehatan adalah pra eksperimental dengan
Propinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 One group pre-test-post-test design.
jumlah lansia dengan usia >60 tahun Penelitian ini dilaksanakan di BPLU
di Propinsi Sulawesi Utara berjumlah Senja Cerah Paniki Kecamatan
665.279 jiwa, dan dikota Manado Mapanget Manado dan di Panti
jumlah lansia 66.565 jiwa. Werdha Damai Ronomuut Manado
Salah satu masalah psikologis pada bulan November 2014-Maret
yang dapat dialami oleh lansia adalah 2015. Populasi pada penelitian ini
stres. Stres adalah reaksi tubuh adalah semua lanjut usia yang
terhadap sesuatu yang menimbulkan mengalami stres di Panti Werdha
tekanan, perubahan dan ketegangan Kota Manado yang berjumlah 37
emosi (Sunaryo, 2004). orang.

2
eJournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 2. Mei 2015

Teknik pengambilan sampel hari sebelum terapi tertawa


dilakukan dengan total sampling atau dilakukan. Setelah itu peneliti
sampling jenuh yaitu suatu teknik yang dibantu oleh 3 teman
penetapan sampel bila semua peneliti yang sebelumnya telah
anggota populasi digunakan sebagai dilatih terapi tertawa melatih
sampel (Setiadi 2013). Sampel dalam responden untuk melakukan terapi
penelitian ini berjumlah 37 tertawa selama 20-30 menit untuk
responden. satu kali latihan.
Instrumen pengumpulan data b. Pelaksanaan terapi tertawa
dalam penelitian ini menggunakan Pelaksanaan terapi tertawa
kuesioner dan lembar observasi. berlangsung 4 kali selama 7 hari
Kuesioner ini dipakai untuk c. Sesudah terapi tertawa
mengukur tingkat stres lansia Langkah selanjutnya setelah terapi
sebelum dan sesudah diberikan terapi tertawa yang dilakukan 4 kali
tertawa. Peneliti menggunakan selama 7 hari yaitu mengukur
teknik wawancara terstruktur dengan tingkat stres responden, dengan
menggunakan kuesioner Depression cara peneliti memberikan
Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) pertanyaan sesuai yang ada pada
oleh Livibond dan Lovobond (1995) lembar kuesioner, hasil
yang terdiri dari 42 item. Skala untuk pertanyaan tersebut di hitung,
stres dinilai dari nomor 1, 6, 8, 11, dengan skor yang di dapat, maka
12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39. peneliti menentukan kembali
Subjek menjawab setiap pertanyaan tingkat stres pada responden. Pada
yang ada. Setiap pertanyaan dinilai tahapan ini juga peneliti
dengan skor antara 0-3. 0: tidak melakukan evaluasi dengan
pernah. 1: kadang kadang. 2: menanyakan kembali perasaan
lumayan sering. 3: sering sekali. responden dan menjelaskan
Jumlah skor dari pernyataan item bahwa intervensi telah selesai
tersebut memiliki makna 0-14 dilakukan
(normal), 15-18 (ringan), 19-25
(sedang), 26-33 (berat) 34+ (sangat HASIL DAN PEMBAHASAN
berat). Lembar observasi ini A. HASIL PENELITIAN
digunakan untuk mencatat hasil ANALISI UNIVARIAT
observasi pelaksanaan terapi tertawa Tabel.1 Distribusi Frekuensi
sesuai pedoman yang dibuat peneliti. Karakteristik Responden
Nilai 1 jika responden malakukan Berdasarkan Umur Di Panti Werdha
prosedur terapi tertawa 4 kali dalam Kota Manado
7 hari dan nilai 0 jika responden Umur n %
tidak melakukan terapi tertawa 4 kali 60-65 tahun 6 16,2
dalam 7 hari. 66-70 tahun 5 13,5
Prosedur pengumpulan data: 71-75 tahun 10 27,0
a. Sebelum pelaksanaan terapi 76-80 tahun 7 18,9
tertawa >80 tahun 9 24,3
Setelah mendapat izin untuk Jumlah 37 100,0
melakukan penelitian, kemudian Sumber: Data Primer
dilakukan pengukuran tingkat Tabel.1 diatas menunjukkan bahwa
stres responden yang dilakukan di responden yang berumur 71-75 tahun
wisma masing-masing lansia dua merupakan responden terbanyak

3
eJournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 2. Mei 2015

yaitu 10 orang (27,0%), dan mengalami penurunan yaitu normal


responden yang paling sedikit yaitu sebanyak 16 orang (43,2 %), stres
pada umur 66-70 tahun berjumlah 5 ringan sebanyak 16 orang (43,2 %)
orang (13,5%) dan stres sedang sebanyak 5 orang
(13,5 %).
Tabel.2 Distribusi Frekuensi
Karakteristik Responden ANALISIS BIVARIAT
Berdasarkan Jenis Kelamin Di Panti Tabel .5 Hasil Analisis Rata-Rata
Werdha Kota Manado Mean Tingkat Stres Sebelum dan
Jenis Kelamin n % Sesudah Terapi Tertawa Pada
Laki-Laki 9 24,3 Lansia Di Panti Werdha Kota
Perempuan 28 75,7 Manado
Jumlah 37 100,0 Mean n SD
Sumber : data primer Tingkat stres
20,76 37 4,663
sebelum terapi
Tabel.2 diatas menunjukkan bahwa
Tingkat stres
responden yang berjenis kelamin 15,68 37 3,888
sesudah terapi
perempuan lebih banyak Dari tabel 5.5 diatas menunjukkan
dibandingkan yang berjenis kelamin bahwa terjadi penurunan rerata mean
laki-laki. Laki-laki sebanyak 9 orang pada tingkat stres sesudah terapi
(24,3 %) sedangkan perempuan tertawa yaitu menjadi 15,68 dari
sebanyak 28 orang (75,5 %). rerata mean sebelum terapi tertawa
yaitu 20,76.
Tabel.3 Distribusi Frekuensi Tingkat
Stres Lansia Sebelum Terapi Tabel .6 Uji T-test Paired Samples
Tertawa Test
Tingkat Stres n % Mean SD df Pvalue
Ringan 15 40,5
Tingkat
Sedang 17 45,9
stres
Berat 4 10,8
sebelum
Sangat berat 1 2,7
terapi - 5,081 2,216 36 0.000
Jumlah 37 100,0 Tingkat
Sumber : data primer stres
Tabel.3 diatas menunjukkan bahwa sesudah
sebelum terapi tertawa, tingkat stres terapi
tertinggi adalah stres sedang yaitu Table.6 diatas menunjukkan bahwa
sebanyak 17 orang (45,9%), hasil analisa statistic menggunakan
sedangkan tingkat stres terendah uji T-test diperoleh Pvalue = 0,000 <
adalah stres sangat berat yaitu dari α = 0,05, maka Ho ditolak, artinya
sebanyak 1 orang(2,7 %). terdapat pengaruh terapi tetawa
terhadap stres psikolgis lansia di Panti
Tabel.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Werdha Manado.
Stres Lansia Sesudah Terapi Tertawa
Tingkat Stres N %
Normal 16 43,2
B. PEMBAHASAN
Ringan 16 43,2 Karakteristik Responden
Sedang 5 13,5 Distribusi responden menurut
Jumlah 37 100,0 umur menunjukkan bahwa responden
Sumber : data primer yang berumur 71-75 tahun
Tabel.4 diatas menunjukkan bahwa merupakan responden terbanyak
tingkat stres sesudah terapi tertawa yaitu 10 orang, dan responden yang

4
eJournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 2. Mei 2015

paling tersedikit yaitu pada umur 66- yang seimbang, namun otak pria
70 tahun berjumlah 5 orang. lebih cepat 52% dari otak perempuan
Peningkatan jumlah hidup lansia dalam menghasilkan serotinin, hal
tentunya mempunyai dampak lebih inilah yang menjadi penyebab
banyak terjadinya gangguan penyakit perempuan lebih mudah mengalami
pada lansia. Lansia akan mengalami stres. Stres pada lansia
berbagai masalah fisik, mental, diakibatkatkan oleh perubahan hidup
sosial, ekonomi dan psikologis. dan kemunduran fisik, putusnya
Salah satu masalah psikolgis yang hubungan dengan orang-orang yang
dialami lansia adalah stres (Sunaryo, paling dekat dan disayangi (Hidayat
2004). Hal ini didukung juga oleh 2009).
Nasution (2011), umur adalah salah
satu faktor penting yang menjadi Tingkat Stres Lanjut Usia
penyebab stres, semakin bertambah Hasil penelitian yang didapatkan
umur seseorang, semakin mudah dari 37 responden berdasarkan
mengalami stres. tingkat stres responden sebelum
Distribusi reponden berdasarkan terapi tertawa menunjukkan bahwa
jenis kelamin menunjukkan bahwa tingkat stres tertinggi adalah stres
responden yang berjenis kelamin sedang sebanyak 17 orang (45,9%),
perempuan lebih banyak tingkat stres terendah adalah tingkat
dibandingkan yang berjenis kelamin stres sangat berat yaitu sebanyak 1
laki-laki. Laki-laki sebanyak 9 orang orang (2,7%). Tingkat stres lansia
(24,3%) sedangkan perempuan berarti pula tinggi rendahnya tekanan
sebanyak 28 orang (75,7%). Hasil yang dirasakan atau dialami oleh
penelitian ini sejalan dengan yang lansia sebagai akibat dari stressor
disampaikan Indian Woman Health
berupa perubahan-perubahan baik
(2009) dalam Iting (2012) bahwa
stres pada perempuan ditemukan 3 fisik, mental, maupun sosial dalam
kali lebih banyak daripada laki-laki. kehidupan yang dialami lansia.
Hal ini disebabkan oleh faktor Penilaian individu terhadap stressor
biologis, yaitu neurotransmitter akan mempengaruhi kemampuan
serotinin yang merupakan salah satu individu untuk melakukan tindakan
unsur biologis yang berpengaruh pencegahan terhadap stressor yang
terhadap terjadinya stres pada membuat stres (Safaria dan Saputra,
seseorang. Dimana otak pria dan 2009).
wanita memiliki kemampuan yang Berdasarkan hasil penelitian
berbeda dalam menghasilkan hormon yang diderita lansia di Panti Werdha
serotinin. Serotinin merupakan Manado stres yang dialami lansia
senyawa kimia yang dilepaskan berhubungan dengan kurangnya
tubuh kedalam sel-sel otak yang hubungan sosial antar lansia yang
berfungsi sebagai jembatan tinggal dipanti, tidak harmonisnya
penghantar pesan didalam otak yang hubungan dengan keluarga,
berhubungan dengan emosi. Pada kehilangan penghasilan, kedudukan,
seorang yang sedang mengalami jabatan, peran, kegiatan, dan status,
stres maka kadar serotinin akan penurunan fungsi fisik dengan
menurun dibandingkan saat normal. penyakit yang sudah lama diderita.
Pada keadaan normal otak pria dan Dari hasil penelitiannya menurut
wanita mempunyai kadar serotinin Indriana (2010), perubahan dalam
aktivitas sehari-hari yang menjadi

5
eJournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 2. Mei 2015

salah satu faktor yang dipilih sebagai tertawa. Hal tersebut sesuai dengan
penyebab stres mereka merasakan teori menurut Dr. Lee Berk dalam
perbedaan selama tinggal dipanti Prasetyo (2012), seorang imunolog
dengan keadaan mereka sebelumnya. dari Loma Linda University di
Aktivitas mereka yang semula California USA, tertawa bisa
bekerja dan sekarang menjadi mengurangi peredaran dua hormon
pengangguran, terlebih ketika dalam tubuh, yaitu efinefrin dan
mereka mengalami kemunduran fisik kortisol (hormon yang dikeluarkan
yang dirasakan sebagai beban, ketika stres) yang dikeluarkan oleh
sehingga mereka menjadi stres. hipotalamus, jika kedua hormon
Keluarga menjadi salah satu faktor tersebut dikeluarkan maka bisa
yang berperan dalam menyebabkan menghalangi proses penyembuhan
stres bagi lansia dipanti. penyakit.
Para lansia juga sangat rentan
terhadap gangguan stres karena Pengaruh Terapi Tertawa
secara alamiah mereka telah Terhadap Stres Psikologis Lanjut
mengalami penurunan kemampuan Usia
dalam mempertahankan hidup, Hasil penelitian ini mengenai
menyesuaikan diri dengan adanya perubahan tingkat stres
lingkungannya, fungsi badan, dan sebelum dan sesudah terapi tertawa.
kejiwaan secara alami. Banyak faktor Hal ini dibuktikan dengan adanya
yang mempengaruhi keadaan stres penurunan skor stres pada lansia
pada lansia ini, diantaranya: kondisi tersebut. Berdasarkan hasil penelitian
kesehatan fisik, kondisi psikologi, terdapat penurunan nilai rata-rata
kondisi keluarga, dan lingkungan tingkat stres sebelum dan sesudah
(Haryadi, 2012). terapi tertawa. Dimana rata-rata
Hasil penelitian tingkat stres tingkat stres sebelum terapi tertawa
responden sesudah terapi tertawa adalah 20,76 dan rata-rata tingkat stres
menunjukkan bahwa tingkat stres sesudah terapi tertawa adalah
sesudah terapi tertawa mengalami 15,68.
penurunan yaitu normal sebanyak 16 Adanya penurunan tingkat stres
orang (43,2%), stres ringan sebanyak ini juga terlihat dari hasil analisa
16 orang (43,2%), stres sedang statistik dengan menggunakan uji T-
sebanyak 5 orang (13,5%). Hasil test Paired Samples Test diperoleh
penelitian tersebut di dukung oleh
Pvalue = 0,000 < α = 0,05 pada taraf
penelitian Haryanto (2005) yang
serupa tentang pengaruh terapi signifikan 95% atau tingkat
tertawa terhadap stres psikososial kemaknaan 5% maka Ha diterima,
pada usia lanjut di Karang Werda artinya ada pengaruh terapi tertawa
Ngudi Mukti Jawa Timur, penelitian terhadap stres psikologis lansia di
ini dilakukan pada 20 orang Panti Werdha Manado.
responden. Adapun hasil penelitian Hasil penelitian ini didukung
menunjukkan bahwa 18 orang (90%) oleh Ruspawan (2012) dalam
mengalami penurunan dan hanya 2 penelitiannya dengan judul pengaruh
orang (10%) yang tidak mengalami terapi tertawa terhadap tingkat
penurunan tingkat stres. kecemasan lansia di PSTW Wana
Penurunan tingkat stres ini Saraya Denpasar di dapatkan bahwa
dikarenakan adanya efek dari terapi nilai Pvalue = 0,000 lebih kecil dari
0,05 dengan mean pre-test 2,11 dan

6
eJournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 2. Mei 2015

mean post-test 1,30 sehingga rasa bahagia, nafsu makan yang baik,
hipotesis penelitian di terima berarti dan kesimbangan psikomotor.
terdapat pengaruh pemberian terapi
tertawa terhadap tingkat kecemasan Kesimpulan
lansia di PSTW Wana Saraya Berdasarkan hasil penelitian yang
Denpasar. dilakukan peneliti di Panti Werdha
Hasil penelitian ini diperkuat Manado maka hasil penelitian ini
dengan teori yang dinyatakan oleh dapat disimpulkan bahwa:
Waynbaum (1996) yang dikutip 1. Sebelum dilakukan terapi tertawa,
Wulandari (2012), menyatakan tingkat stress lansia tertinggi adalah
bahwa otot-otot wajah berperan stress sedang, dan tingkat stres
sebagai pengikat pada pembuluh terendah adalah stress berat.
darah dan mengatur aliran darah ke 2. Sesudah dilakukan terapi tertawa,
otak. Aliran darah ini mempengaruhi tingkat stres lansia yang paling
temperatur di otak dan perubahan banyak berada pada normal, dan
temperatur di otak ini berhubungan stres ringan. Tidak ada lagi lansia
dengan perasaan subyektif yang yang mengalami stres berat dan
dialami seseorang. Teori Waynbaum sangat berat.
diperkuat kembali oleh Zajonc 3. Terdapat pengaruh pemberian
terapi tertawa terhadap stres
(1989) dalam Wulandari (2012) yang
psikologis lansia di Panti Werdha
menjelaskan lebih rinci bahwa pada Kota Manado.
saat tertawa, 15 otot muka
berkontraksi dan mendapatkan DAFTAR PUSTAKA
rangsangan efektif pada sebagian Azizah. (2011). Keperawatan Lanjut
besar otot mulut. Saat mulut terbuka Usia. Yogyakarta: Graha
dan tertutup, ada suatu dorongan Ilmu.
untuk mengisap udara yang cukup, BPLU Panti Werdha Senja Cerah
sehingga dapat menangkap lebih Paniki Kecamatan Mapanget
banyak oksigen. Oksigen ini Manado
dialirkan keseluruh tubuh dalam Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi
jumlah yang banyak. Jumlah oksigen Utara 2014. Jumlah lansia
yang cukup banyak dalam sistem kota manado.
peredaran darah memberikan Departemen Kesehatan. (2012).
dampak pada pengaturan temperatur Pedoman Pembinaan
diotak yaitu dapat mendinginkan Kesehatan Jiwa Usia Lanjut
otak. Hal ini mempengaruhi Bagi Petugas Kesehatan.
pengeluaran neurotransmitter yakni http://www.depkes.go.id/dow
hormon serotonin, endofrin dan nloads/keswa_lansia. Pdf
melatonin yang membawah keadaan diakses tanggal 24 oktober
emosi dan perasaan keseluruh bagian 2010 jam 20.00
tubuh. Serotinin menimbulkan efek Firmanto, M. (2006). Pengaruh
vasodilatasi pembuluh darah yang Terapi Tawa Untuk
akhirnya akan menekan peredaran O2 Menurunkan Stres Kerja
ke seluruh tubuh. Serotonin Pada Pegawai Lembaga
normalnya menimbulkan dorongan Pemasyarakatan Kelas I
bagi sistem limbic untuk Surabaya Di Desa Kebon
meningkatkan perasaan seseorang
terhadap rasa nyaman, menciptakan

7
eJournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 2. Mei 2015

Anggur ecamatan Porong. Werdha Hisosu Binjai.


Universitas Airlangga. (http://etd.eprints.ums.ac.id/
6425/J210050063.pdf,
Hidayat, A. A. A. (2012). Pengantar diakses 10 Oktober 2014)
Kebutuhan Dasar Manusia-
Aplikasi dan Proses Kataria, M. (2004). Laugh for no
Keperawatan. Jakarta: reason (Terapi Tawa).
Salemba Medika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Hidayati, L.N. (2009). Hubungan
Dukungan Sosial Dengan Nasution,H. (2011). Gambaran
Tingkat Depresi Pada Coping Stres Pada Wanita
Lansia Di Kelurahan Madya Dalam Meghadapi
Daleman Tulang Klaten, Pramenopaus. Skripsi.
(online), Skripsi. Fakultas Fakultas Psikologi
Ilmu Kesehatan Universitas Universitas Sumatera Utara.
Muhammadiyah Surakarta. (http://repository.usu.ac.id/bit
(http://etd.eprints.ums.ac.id/ stream/123456789/24670/4/C
6425/J210050063.pdf, hapter%-2011.pdf . diakses
diakses 10 Oktober 2014) tanggal 17 januari 2015)

Indriana. (2010). Tingkat Stres Nursalam, (2008). Konsep &


Lansia Di Panti Werdha Penerapan Metodologi
Punncak Gading Semarang. Penelitian Ilmu
Skripsi Fakultas Psikologi Keperawatan: Pedoman

Universitas Diponegoro. Skripsi, Tesis, dan Instrumen


(http://download.portalgaru Penelitian Keperawatan.
da.org/article.php?article=2 Jakarta: Salemba Medika.
2042&val=1286. Di akses
pada tanggal 18 februari Padila. (2014). Buku Ajar
2015). Keperawatan Gerontik.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Isnaeni, D.N. (2010). Hubungan
Panti Werdha Damai Ronomuut
antara stres dengan pola
Manado
menstruasi pada mahasiswa
D IV kebidanan jalur Plutchik, R. (2002). Emotion and life
reguler universitas sebelas perspective from psychology,
maret surakarta, (online), biology and evolution.
Karya Tulis Ilmiah. fakultas Washington, DC: American
Kedokteran Universitas Psychological Association
Sebelas Maret Surakarta.
(http://eprints.uns.ac.id/192/ Prasetyo. (2012). Pengaruh
1/165240109201010581.pdf Penerapan Terapi Tertawa
, diakses 10 Oktober 2014) Terhadap Penurunan Tingkat
Stress Kerja Pada Pegawai
Iting. (2012). Efektifitas Terapi Kereta Api. Skripsi Fakultas
Tertawa Terhadap Psikologi Universitas
Penurunan Gejala Depresi Diponogoro.
Pada Lansia di Panti (http://download.portalgaruda

8
eJournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 2. Mei 2015

.org/article.php?article=2204 9E01612.pdf, diakses tanggal


2&val=1286). Di akses 12 Oktober 2014)
tanggal 20 Februari 2015.
Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk
Potter & Perry. (2005). Buku ajar Keperawatan. Jakarta: Buku
fundamental keperawatan. Kedokteran. EGC.
Jakarta: Buku Kedokteran
EGC. Suyanto. (2011). Metodologi Dan
Aplikasi Penelitian
Saam, Z & Wahyuni, S. (2013). Keperawatan. Yogyakarta:
Psikologi keperawatan. Jakarta: Nuha Medika.
Rajawali Pers.
Widyanto. (2014). Keperawatan
Safari, T. & Saputra, NE. (2009). Komunitas dengan
Manajemen Emosi. Jakarta: Bumi Pendekatan Praktis.
Aksara Yogyakata: Nuha Medika.
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik World Health Organization (WHO).
Penulisan Riset Keperawatan. (2012). Ageing and Life
Yogyakarta: Graha Ilmu Course.
http://www.who.int/ageing/ab
Shelly, Tailor, et. Al. (2009). out/facts/en/. Diakses
Psikologi Sosial Edisi Tanggal 29 September 2014
keduabelas. Jakarta: Media jam 22.00
Group
Wulandari. (2012). Pengaruh
Sriati . A. (2008). Tinjauan tentang Pemberian Terapi Tertawa
stres.Universitas padjajaran: Terhadap Tingkat Kecemasan
Jatinagor. Pada Lanjut Usia Di PSTW
Wana Saraya Denpasar.
Subakti, E.P. (2008). Stres Dan
(http://journal.unair.ac.id/filer
Koping Lansia Pada Masa
PDF/ijchnfad7c40937full.pdf
Pensiun, (online), Skripsi.
). Di akses tanggal 20
Fakultas Kedokteran
Februari 2015
Universitas Sumatera Utara.
(http://repository.usu.ac.id/bit
stream/123456789/14286/1/0

Das könnte Ihnen auch gefallen