Sie sind auf Seite 1von 6

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 4 No.

2, November 2012

PENGARUH PENAMBAHAN ATRAKTAN YANG BERBEDA DALAM PAKAN PASTA


TERHADAP RETENSI PROTEIN, LEMAK DAN ENERGI BENIH IKAN SIDAT (Anguilla
bicolor) STADIA ELVER

EFFECTS OF ADDITION DIFFERENT ATTRACTANTS IN PASTA FEED AGAINST


RETENTION OF PROTEIN, FAT AND ENERGY EEL FISH SEED (Anguilla bicolor) STADIA
ELVER

Suryo Yudiarto, Muhammad Arief dan Agustono

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga


Kampus C Mulyorejo - Surabaya, 60115 Telp. 031-5911451

Abstract

Indonesia has a great potential for the development of eel fish (Anguilla bicolor) farming.
Availability of seeds is not enough to make the farmers are interested to cultivate eel fish because fish
growth is long enough. It can be addressed through accelerated consumption of feed with the proper
administration of feed attractants that can spur growth. This study aimed to determine the effect of the
addition of different attractants in pasta feed on the retention of protein, fat and energy of eel fish seed
(Anguilla bicolor) stadia Elver. The experiment was conducted at the Faculty of Fisheries and Marine
Resources, University of Airlangga. Proximate analysis of feed ingredients, fish proximate analysis of the
beginning and end of the study conducted in Unit Inspection Service laboratory Consulting and Training
Faculty of Veterinary Medicine, University of Airlangga.
Research using a pasta feed plus attractants shrimp oil (A), eel oil (B), milkfish oil (C), squid oil
(D) and without attractant (E) with the main parameters, namely retention of protein, fat and energy and
support parameters that water quality, including temperature, solubility of oxygen, pH and ammonia.
Analysis of data using Variety Analysis (ANOVA) and to determine the differences between treatments
performed tests Distance Regression Duncan.
The results showed that the addition of different attractant in feed pasta provide the best protein
retention in treatment E (12.83%) and then a row followed by treatment C (11.98%), D (11.45%), B (10 ,
26%) and A (7.78%). Best energy retention in treatment E (10.77%), then a row followed by treatment D
(9.59%), C (9.47%), B (8.65%) and A (8.27% ). Best fat retention in treatment D (3.76%) and lowest in
the C treatment (2.12%). Water quality maintenance media eel fish are temperature 28 º -28.5 º C, pH 7-8,
dissolved oxygen 4-8 mg / L and ammonia from 1.5 to 2 mg / L.

Keywords : eel fish, retention, attractans

Pendahuluan Pada budidaya, ikan sidat biasanya


Ikan sidat (Anguilla bicolor) merupa- diberikan pakan buatan berbentuk pasta
kan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis (Sasongko dkk., 2007). Pakan berbentuk pasta
tinggi dan merupakan komoditas ekspor dari memiliki kelemahan yaitu sering mengendap di
sektor perikanan (Purwanto, 2007). Permintaan dasar kolam sehingga tidak termakan (Afrianto
pasar akan ikan sidat sangat tinggi mencapai dan Liviawaty, 2005). Pakan pasta harus
500.000 ton per tahun terutama dari Jepang dan ditambahkan bahan dengan bau menyengat
Korea (Anonim, 2006 dalam Haryono, 2008). untuk meningkatkan nafsu makan ikan. Gusrina
Selama Januari-Agustus 2011 volume ekspor (2008) menyatakan bahwa pakan buatan
ikan sidat menurun 39,1 persen dari periode biasanya ditambahkan zat perangsang (stimulus)
yang sama di tahun 2010 (Handoyo, 2011). agar pakan buatan tersebut mempunyai bau
Penurunan ekspor tersebut merupakan dampak yang sangat menyengat sehingga merangsang
dari kendala budidaya ikan sidat yaitu udang atau ikan laut untuk makan pakan ikan
pertumbuhan ikan yang cukup lama. Sasongko tersebut.
dkk., (2007) menyatakan bahwa ikan sidat (A. Aroma pakan ditentukan oleh jenis dan
bicolor) memiliki pertumbuhan lambat. Waktu jumlah atraktan (attractant) yang ditambahkan
yang dibutuhkan ikan sidat untuk mencapai selama proses pembuatan pakan (Afrianto dan
ukuran konsumsi 120 gram adalah 8-9 bulan Liviawaty, 2005). Penggunaan bahan atraktan
masa pemeliharaan. yang tepat dalam pakan dapat meningkatkan

135
Pengaruh Penambahan Atraktan......

penyerapan makanan secara cepat, mengurangi Metodologi


waktu pencampuran nutrisi pakan dengan air Tempat dan Waktu Penelitian
saat pakan berada dalam air, dan pada saat yang Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
sama memberikan nutrisi tambahan untuk Desember 2011 - Januari 2012 bertempat di
protein dan metabolisme energi (Polat dan Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas
Beklevik, 1999). Peningkatan konsumsi pakan Airlangga. Analisis proksimat bahan pakan,
dapat dilakukan dengan cara menyemprot pasta analisis proksimat ikan awal dan akhir
dengan larutan minyak, cairan ikan yang kental, penelitian dilakukan di Unit Layanan
atau jaringan ikan yang telah dihaluskan Pemeriksaan Laboratoris Konsultasi dan
(Afrianto dan Liviawaty, 2005). Pelatihan Fakultas Kedokteran Hewan,
Penggunaan energi pada ikan Universitas Airlangga
dipengaruhi oleh jumlah pakan yang
dikonsumsi. Energi diperoleh dari perombakan Alat dan Bahan Penelitian
ikatan kimia melalui proses reaksi oksidasi Alat-alat yang digunakan dalam
terhadap komponen pakan, yaitu protein, lemak, penelitian ini adalah 20 buah akuarium
dan karbohidrat menjadi senyawa yang lebih berukuran 40x20x25 cm3 dengan kapasitas
sederhana (asam amino, asam lemak, dan volume 20 liter, aerator, selang aerasi, batu
glukosa) sehingga dapat diserap oleh tubuh aerasi, termometer, kertas pH, ammonia test kit,
untuk digunakan atau disimpan (Afrianto dan DO test kit, penggaris, timbangan, seser, alat
Liviawaty, 2005). Evaluasi pemanfaatan energi suntik, baskom, jaring dan shelter.
pakan oleh ikan sidat dapat diketahui dari Bahan penelitian yang digunakan
perhitungan retensi protein, retensi lemak dan dalam penelitian ini adalah elver sidat yang
retensi energi. Buwono (2000) menyatakan berukuran panjang tubuh rata-rata 8 cm dengan
bahwa retensi protein merupakan gambaran dari berat tubuh rata-rata 1,1-1,5 gram sebanyak 160
banyaknya protein yang diberikan, yang dapat ekor. Atraktan yang digunakan dalam penelitian
diserap atau dimanfaatkan untuk membangun ini adalah minyak cumi, minyak bandeng,
maupun memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak minyak belut, dan minyak udang. Pakan buatan
serta dimanfaatkan tubuh ikan bagi metabolisme yang digunakan berupa pakan tenggelam
sehari-hari. Retensi lemak menggambarkan berbentuk pasta.
kemampuan ikan menyimpan dan memanfaat-
kan lemak pakan (Agustono dkk., 2007). Metode Penelitian
Retensi energi merupakan gambaran dari Metode penelitian yang digunakan
banyaknya energi yang tersimpan dalam bentuk dalam penelitian ini adalah metode
jaringan di tubuh ikan dibagi dengan banyaknya eksperimental. Kusriningrum (2008) menyata-
energi dalam pakan yang dikonsumsi (Hariati, kan bahwa eksperimen dapat didefinisikan
1989). Penggunaan atraktan dalam pakan pasta sebagai suatu tindakan yang dibatasi dengan
ikan sidat diharapkan dapat mempercepat waktu nyata dan dapat dianalisis hasilnya.
konsumsi pakan untuk meningkatkan asupan Pengambilan data penelitian dilakukan
nutrisi pakan pada benih ikan sidat, khususnya berdasarkan hasil uji proksimat tubuh ikan sidat
penyerapan protein, lemak dan energi optimum, pada awal sebelum diberikan perlakuan dan
sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan akhir setelah perlakuan. Penelitian ini
ikan sidat. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Rumusan masalah dari penelitian karena media dan bahan percobaan seragam
adalah apakah penambahan atraktan yang atau dapat dianggap seragam serta sumber
berbeda dalam pakan pasta meningkatkan keragaman hanya satu yaitu perlakuan berupa
retensi protein, lemak dan energi benih ikan perbedaan atraktan disamping pengaruh acak
sidat (Anguilla bicolor) stadia elver. Tujuan dari (Kusriningrum, 2008). Penelitian terdiri dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui lima perlakuan dan empat ulangan dengan
pengaruh penambahan atraktan yang berbeda masing-masing jumlah sampel sebanyak 8 ekor.
dalam pakan pasta terhadap peningkatan retensi
protein, lemak dan energi benih ikan sidat Persiapan Alat dan Bahan
(Anguilla bicolor) stadia elver. Penelitian ini Sebelum digunakan, akuarium di-
diharapkan dapat memberikan informasi bersihkan dan disterilisasikan dengan dikering-
mengenai penambahan atraktan yang tepat kan terlebih dahulu. Langkah selanjutnya adalah
dalam pakan pasta sehingga memberikan hasil pemerataan larutan klorin pada seluruh
maksimal terhadap retensi protein, lemak dan permukaan akuarium lalu dibilas hingga bau
energi benih ikan sidat (Anguilla bicolor) stadia klorin hilang dan dikeringkan kembali dibawah
elver. sinar matahari. Akuarium disusun teratur dan

136
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 4 No. 2, November 2012

diberi plastik hitam di seluruh sisi akuarium hari dan 60% pada sore hari (Suitha dan
untuk meminimalkan cahaya yang masuk ke Suhaeri, 2008). Pemberian pakan dilakukan
dalam media. Sarwono (2003) menyatakan pada pukul 08.00 dan 16.00 WIB.
bahwa aktivitas makan sidat paling tinggi terjadi Pergantian air pemeliharaan dilakukan
pada malam hari karena sifatnya nokturnal. dengan mengambil sebesar 20 % dari total air
Pemberian tanda nama perlakuan pada tiap-tiap pemeliharaan. Pengukuran kualitas air dilaku-
akuarium diberikan setelah dilapisi plastik kan setiap hari pada pagi, siang dan sore hari,
hitam. Setiap akuarium diisi air Perusahaan diantaranya pH dan suhu. Kelarutan oksigen
Daerah Air Minum (PDAM) yang telah dan amoniak diukur setiap satu minggu sekali.
diendapkan lebih dari 24 jam sebanyak 7 liter Sampel ikan pada awal dan akhir penelitian
diberi aerasi dan shelter sebagai tempat diambil dan dianalisis kadar air, protein, lemak,
sembunyi. serat kasar dan abu untuk mendapatkan data
Masing-masing akuarium diisi 8 ekor penghitungan retensi protein, lemak dan energi
ikan sidat yang diadaptasikan lebih dahulu tubuh ikan awal dan akhir. Pengukuran
dengan pakan yang sesuai dengan masing- pertumbuhan dilakukan setiap 7 hari sekali dan
masing perlakuan. Padat tebar adalah 1 setiap 7 hari sekali dilakukan penyesuaian
ekor/liter untuk ukuran dengan berat rata-rata jumlah pakan yang diberikan. Penelitian ini
1,5-1,75 gram/ikan (Sasongko dkk., 2007). dilaksanakan selama 35 hari.
Pakan uji yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah pakan pasta yang dibuat sendiri. Evaluasi Pemanfaatan Energi Pakan
Pakan uji menggunakan bahan pakan yang telah Evaluasi pemanfaatan energi pakan
dianalisa kandungan nutrisinya. Atraktan yang yang dilakukan meliputi retensi protein, retensi
ada dipersiapkan terlebih dahulu sebelum lemak dan retensi energi. Retensi protein (RP)
dicampurkan pada pakan ikan. Minyak ikan dan retensi energi (RE) yang dirumuskan oleh
yang digunakan sebesar 8% dari ransum pakan Thung dan Shiau (1991) sebagai berikut :
yang diberikan (Samsudin dan Nainggolan,
2009). Mudjiman (2004) dalam Priyono (2009) RP = (bobotproteintubuhakhir–bobotproteintubuhawal)gx100%
menyatakan bahwa penggunaan kadar Totalproteinpakanyangdiberikan(g)
perangsang dalam pakan sebaiknya tidak lebih RE = (energi tubuh akhir – energi tubuh awal)kkal x 100 %
Total energi pakan yang diberikan (kkal)
dari 10% sehingga pakan tidak mudah tengik.
Perlakuan pakan yang akan digunakan adalah
A. pemberian pakan buatan (pasta) + 8 % Retensi lemak (RL) dirumuskan oleh Viola dan
minyak udang Rappaport (1979) sebagai berikut :
B. pemberian pakan buatan (pasta) + 8%
minyak belut RL = (bobot lemak tubuh akhir – bobot lemak tubuh awal) g x100%
Total lemak pakan yang diberikan (g)
C. pemberian pakan buatan (pasta) + 8 %
minyak bandeng Analisis Data
D. pemberian pakan buatan (pasta) + 8 % Analisis ragam digunakan untuk
minyak cumi mengetahui pengaruh perlakuan terhadap
E. pemberian pakan buatan (pasta) tanpa parameter yang diteliti. Selanjutnya, untuk
atraktan menguji perbedaan diantara perlakuan
Setelah bahan baku di analisis digunakan Uji Jarak Berganda Duncan
proksimat, lalu dilakukan penentuan nutrisi (Duncan’s Multiple Range Test) (Kusriningrum,
pakan ikan sidat dengan kandungan protein 2008).
sebesar 50%. Penghitungan pakan uji dilakukan
dengan menggunakan metode coba-coba (Trial Hasil dan Pembahasan
and Error). Gusrina (2008) menyatakan bahwa Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
Metode coba-coba (Trial and Error) merupakan perlakuan E (12,83%) merupakan perlakuan
metode yang banyak digunakan oleh pembuat dengan nilai rata-rata retensi protein tertinggi
pakan skala kecil. namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan
dengan perlakuan C (11,98%) dan perlakuan D
Pelaksanaan (11,45%). Perlakuan B (10,26%) tidak berbeda
Sebelum pakan tersebut diberikan, nyata dengan perlakuan C (11,98%) dan
penimbangan berat ikan uji dilakukan untuk perlakuan D (11,45%) tetapi berbeda nyata
menentukan jumlah pakan yang diberikan. dengan perlakuan E (12,83%) dan A (7,78%).
Pakan diberikan dua kali sehari sebanyak 5% Perlakuan A (7,78%) bebeda nyata dengan
dari keseluruhan berat tubuh ikan uji dalam 1 semua perlakuan (Tabel 1). Hal ini menunjuk-
akuarium dengan perbandingan 40% pada pagi kan bahwa penambahan atraktan berupa minyak

137
Pengaruh Penambahan Atraktan......

Tabel 1. Retensi Protein Rata–Rata (%) Ikan Sidat (Anguilla bicolor) Pada Perlakuan Selama
Penelitian 35 hari
Perlakuan Retensi Protein ± SD Transformasi √Y ± SD
A 7,78 c ± 1,35 2,78 ± 0,24
B 10,26 b ± 0,79 3,20 ± 0,12
C 11,98 ab ± 1,23 3,45 ± 0,18
D 11,45 ab ± 1,30 3,37 ± 0,19
E 12,83 a ± 1,33 3,57± 0,18
Keterangan : A = Pakan buatan + 8% minyak udang; B = Pakan buatan + 8% minyak belut; C = Pakan
buatan + 8% minyak bandeng; D = Pakan buatan + 8% minyak cumi; E = 100% Pakan pasta; SD =
Standar Deviasi
Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan terdapat perbedaan (p<0,05)
Superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak terdapat perbedaan (p>0,05)

Tabel 2. Retensi Lemak Rata–Rata (%) Ikan Sidat (Anguilla bicolor) Pada Perlakuan Selama
Penelitian 35 Hari
Perlakuan Retensi Lemak ± SD Transformasi √Y ± SD
A 3,26 ± 0,43 1,80 ± 0,12
B 2,76 ± 1,09 1,63 ± 0,37
C 2,12 ± 1,41 1,32 ± 0,70
D 3,76 ± 1,59 1,90 ± 0,44
E 3,36 ± 3,69 1,56 ± 0,60
Keterangan : A = Pakan buatan + 8% minyak udang; B = Pakan buatan + 8% minyak belut; C = Pakan
buatan + 8% minyak bandeng; D = Pakan buatan + 8% minyak cumi; E = 100% Pakan pasta; SD =
Standar Deviasi
Superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak terdapat perbedaan (p>0,05)

kurang berpengaruh terhadap peningkatan menunjukkan perbedaan yang nyata, namun


retensi protein.. Penambahan minyak dalam nilai retensi lemak tertinggi terdapat pada
pakan pasta yang berfungsi sebagai atraktan perlakuan D (3,76%), kemudian disusul
memang menunjukkan tingkat respons yang perlakuan E (3,36%), A (3,26%), B (2,76%), C
baik terhadap penciuman dan penerimaan ikan. (2,12%) (Tabel 2). Nilai retensi lemak yang
Tingginya konsumsi pakan mengindikasikan rendah diindikasikan bahwa penambahan
semakin banyak protein pakan yang dikonsumsi atraktan yang menyebabkan peningkatan
sehingga menyebabkan kelebihan protein konsumsi ransum pakan pada ikan turut
dalam tubuh. Kelebihan protein ini diduga meningkatkan jumlah serat kasar dalam pakan
memacu sistem metabolisme ikan sidat untuk yang dikonsumsi ikan. Hal ini sesuai dengan
mensintesa protein dalam tubuh menjadi pendapat Fitriliyani (2010) dalam Abidin
amonia. Semakin banyak protein yang disintesa (2011) bahwa semakin banyak konsumsi serat,
oleh tubuh maka semakin banyak energi yang semakin tinggi pula proporsi lemak yang
digunakan. Hal ini menyebabkan protein yang terbuang. Hal ini menyebabkan lemak yang
seharusnya tersimpan akan lebih banyak diserap oleh tubuh semakin sedikit.
dirubah menjadi energi untuk mensintesa Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
kelebihan protein menjadi amonia. Hal ini perlakuan E (10,77%) merupakan perlakuan
sejalan dengan hasil penelitian Prawesti (2011) dengan nilai rata-rata retensi energi tertinggi
yang menyatakan bahwa kelebihan protein dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
pakan akan dikatabolisme yang akhirnya Perlakuan C (9,47%) tidak berbeda nyata
diekskresikan menjadi amonia. Menurut Lan dengan perlakuan D (9,59%) tetapi berbeda
dan Pan (1993) apabila protein dalam pakan nyata dengan perlakuan E (10,77%), B (8,65%)
berlebih, ikan akan mengalami ’excessive dan A (8,27%). Perlakuan B (8,65%) tidak
protein syndrome’, sehingga protein tersebut bebeda nyata dengan perlakuan A (8,27%) tapi
tidak digunakan untuk pertumbuhan tetapi akan berbeda nyata dengan perlakuan E (10,77%), D
dibuang dalam bentuk amonia. (9,59%), dan C (9,47%) (Tabel 3). Hal ini
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa diindikasikan bahwa kandungan energi pakan
lemak yang teretensi pada semua perlakuan yang dikonsumsi paling banyak berasal dari
relatif sama. Walaupun nilai retensi lemak tidak protein sehingga menyebabkan energi yang

138
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 4 No. 2, November 2012

Tabel 3. Retensi Energi Rata–Rata (%) Ikan Sidat (Anguilla bicolor) Pada Perlakuan Selama
Penelitian 35 Hari

Perlakuan Retensi Energi ± SD Transformasi √Y ± SD


A 8,27 c ± 0,34 2,87 ± 0,06
B 8,65 c ± 0,21 2,89 ± 0,08
C 9,47 b ± 0,46 3,07 ± 0,07
D 9,59 b ± 0,94 3,09 ± 0,15
E 10,77 a ± 0,91 3,28 ± 0,13
Keterangan : A = Pakan buatan + 8% minyak udang; B = Pakan buatan + 8% minyak belut; C = Pakan
buatan + 8% minyak bandeng; D = Pakan buatan + 8% minyak cumi; E = 100% Pakan pasta; SD =
Standar Deviasi
Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan terdapat perbedaan (p<0,05)

Tabel 4. Nilai Kisaran Kualitas Air Media Pemeliharaan Ikan Sidat (Anguilla bicolor) Selama 35 Hari

Parameter Kisaran

Suhu (oC) 28–28,5


pH 7–8
DO (mg/l) 4–8
Amoniak (mg/l) 1,5-2

seharusnya tersimpan namun digunakan untuk tersebut sudah memenuhi persyaratan karena
membantu mensintesa kelebihan protein dalam menurut Menurut Usui (1974) dalam Sholeh
tubuh. Hal ini sejalan dengan pendapat Prawesti (2004) lokasi pemeliharaan sidat harus memiliki
(2011) yang menyatakan bahwa semakin tingkat pH antara 6,5-8.
banyak protein yang dikatabolisme maka akan Amonia selama penelitian berada pada
meningkatkan energi untuk mengoksidasi angka 1,5-2 mg/l (Tabel 4). Nilai tersebut dapat
kelebihan asam amino yang akhirnya akan ditoleransi karena Degani et al. (1985) dalam
meningkatkan amonia yang diproduksi. Villee Sholeh (2005) menyatakan bahwa kosentrasi
dan Barnes( 1988) dalam Prawesti (2011) juga amoniak antara 1-2 ppm tidak menyebabkan
menyatakan bahwa energi yang disimpan pertumbuhan sidat menurun asalkan pH berada
dimanfaatkan dalam sintesis komponen sel dan dalam rentang 6,8-7,9.
digunakan sebagai bahan bakar dalam produksi
energi sel. Kesimpulan
Kualitas air yang baik dalam media Berdasarkan hasil penelitian tentang
pemeliharaan merupakan faktor yang sangat pengaruh pemberian atraktan yang berbeda pada
mendukung pertumbuhan ikan sidat. Suhu pakan pasta terhadap retensi protein, lemak dan
selama penelitian berkisar antara 28–28,5oC energi pada ikan sidat (Anguilla bicolor), dapat
(Tabel 4). Kisaran suhu ini sudah layak dan disimpulkan bahwa penambahan atraktan yang
memenuhi persyaratan untuk pemeliharaan ikan berbeda pada pakan pasta memberikan
sidat karena menurut Usui (1974) dalam Sholeh pengaruh yang nyata tapi tidak dapat
(2004) ikan sidat lebih cepat tumbuh pada meningkatkan retensi protein dan energi benih
daerah yang bersuhu tinggi. Suhu yang cocok ikan sidat (Anguilla bicolor) stadia elver.
untuk pertumbuhan ikan sidat adalah 23-30° C. Namun, penambahan atraktan yang berbeda
Oksigen terlarut (DO) selama peneliti- pada pakan pasta tidak memberikan pengaruh
an ini berada dalam kisaran 4-8 mg/l. (Tabel 4). yang nyata terhadap retensi lemak pada benih
Kisaran oksigen tersebut sudah memenuhi ikan sidat (Anguilla bicolor) stadia elver.
persyaratan karena Usui (1974) dalam Sholeh Berdasarkan hasil penelitian yang telah
(2004) menyatakan bahwa kisaran oksigen yang dilakukan, disarankan untuk menggunakan
dapat menunjang pertumbuhan ikan sidat adalah minyak cumi sebagai atraktan yang ditambah-
1-10 ppm. kan pada pakan pasta karena memiliki pengaruh
Data hasil pengukuran pH menunjuk- yang hampir sama dengan pakan pasta tanpa
kan kisaran antara 7–8 (Tabel 4). Kisaran pH atraktan. Penelitian lanjutan tentang penambah-

139
Pengaruh Penambahan Atraktan......

an atraktan perlu dilakukan dengan dosis Prawesti, M. 2011. pemberian kombinasi pakan
berbeda yang dikombinasikan dengan ransum buatan dan pakan alami berupa cacing
yang menggunakan formulasi pakan lebih sutera (Tubifex tubifex) dengan persen-
seimbang untuk meningkatkan hasil retensi tase yang berbeda terhadap retensi
protein, lemak dan energi benih ikan sidat protein, lemak dan energi pada ikan sidat
(Anguilla bicolor) stadia elver. (Anguilla bicolor). Program Studi
Budidaya Perairan. Fakultas perikanan
Daftar Pustaka dan Kelautan Universitas Airlangga.
Abidin, H. 2011. Penggunaan Distilers Dried Surabaya. 63 Hal.
Grains With Solubles (DDGS) dan Priyono, E. 2009. Alternatif Penambahan
Hominy Feed pada Pakan Ikan Kerapu Suplemen Hayati untuk Meningkatkan
Bebek Cromileptes altivelis. Skripsi. Pertumbuhan Udang Lobster Air Tawar
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. (cherax quadricarinatus). Tesis.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 31 Hal. Program Pascasarjana. Universitas
Afrianto, E., dan E. Liviawaty. 2005. Pakan Sebelas Maret. Surakarta. 132 Hal.
Ikan. Kanisius : Yogyakarta. Hal 9-77. Purwanto, J. 2007. Pemeliharaan Benih Ikan
Agustono, Lokapinasari, W. P. Al-Arief, M. A, Sidat (Anguilla bicolor)dengan Padat
Setyono, H. Nurhajati, T. dan Lamid, M. Tebar yang Berbeda. Balai Besar
2007. Petunjuk Praktikum Nutrisi Ikan. Pengembangan Budidaya Air Tawar.
Bagian Ilmu Peternakan fakultas Sukabumi. Bul. Tek Lit. Akuakultur Vol.
Kedokteran Hewan, Universitas 6 No.2 Tahun 2007.
Airlangga, Surabaya. Samsudin, Ali. A. W., dan A. Nainggolan.
Buwono, I. D. 2000. Kebutuhan Asam Amino 2009. Efek Penambahan Campuran
Essensial dalam Ransum Pakan Ikan. Vitamin Pada Pakan Buatan Terhadap
Kanisius : Yogyakarta. Hal 24-39. Pertumbuhan Larva Dan Perkembangan
Gusrina, 2008. Budidaya ikan. Direktorat Sidat, Anguilla bicolor bicolor. Jurnal
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Ilmiah Universitas Satya Negara
Departemen Pendidikan Nasional. Hal Indonesia. Vol 2(1) : 62-68
167-249. Sarwono, B. 2003. Budidaya belut dan Sidat
Handoyo. 2011. Ekspor Ikan Sidat Merosot edisi revisi. PT.Penebar Swadaya :
Tajam. http://mkbisnis.blogspot.com / Jakarta. Hal 18-73
2011/11/kompascom-bisnis keuangan_ Sholeh, S. A. 2004. Peranan Jumlah Shelter
27.html. 27 Februari 2012 yang Berbeda Terhadap /ertumbuhan dan
Hariati, A.M. 1989. Makanan Ikan. Diktat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Sidat
Kuliah Universitas Brawijaya. Malang. (Anguilla sp.) Skripsi. Teknologi dan
155 hal. Manajemen Akuakultur. Departemen
Haryono. 2008. Sidat, Belut Bertelinga: Potensi Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan
dan Aspek Budidayanya.. Bidang dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Bogor. Bogor. 36 Hal.
Fauna Indonesia. Vol 8(1) : 22-26 Suitha, I. M dan A. Suhaeri. 2008. Budidaya
Kusriningrum, R.S. 2008. Buku Ajar Sidat. PT. Agromedia pustaka : Jakarta.
Perancangan Percobaan. Dani Abadi Hal 1-27.
Cetakan Pertama. Fakultas Kedokteran Thung, P.H. and S.Y. Shiau. 1991. Effect of
Hewan Universitas Airlangga. Surabaya. Meal Frequency Performance of Hybrid
Hal 5-98. Tillapia, Oreochromis nilloticus x O.
Lan, C.C. dan B.S. Pan. 1993. Invitro Ability Aureus, Fed Different Carbohydrate
Stimulating The Proteolysis of Feed Diet. Aquaculture, 92: 343-350.
Protein in The Midgut Gland of Grass Viola, S and U, Rappaport. 1979. The extra
Shrimp (Pennaeus monodon). Aqua- caloric Effect of Oil in the Nutrition of
culture 109:59-70. carp, Bangladesh, 31(3): 51-68
Polat, A. and G. Beklevik,1999. The importance
of betaine and some attractive substances
as fish feed additives. In: Feed
Manufacturing in the Mediterranean
Region: Recent Advances in Research
and Technology Zaragoza (Brufau,J. and
Tacon, A. Eds), CIHEAM, IAMZ, Spain,
Pp: 217-220.

140

Das könnte Ihnen auch gefallen