Sie sind auf Seite 1von 8

Jurnal ILMU DASAR, Vol.19 No.

1, Januari 2018 :37-44 37

Pertumbuhan Tanaman Bayam Cabut (Amaranthus tricolor L.)


dengan Aplikasi Pupuk Organik Kascing dan
Mulsa Serasah Daun Bambu
Growth of Spinach Plant (Amaranthus tricolor L.)
by Application of Kascing Organic Fertilizer and
Bamboo Leaf Litter Mulch
Tia Setiawati*, Fitryasari Rahmawati, Titin Supriatun
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Padjadjaran
*
E-mail: tia@unpad.ac.id
ABSTRACT
Spinach (Amaranthus tricolor L.). is one of the vegetables that are economically valuable with
high nutrient content to support public health so that its production needs to be improved. The
purpose of study was to obtained the optimal dosage of kascing organic fertilizer and the thickness
of the bamboo leaf litter mulch on increase growth of spinach. The research used experimental
method with randomize block design (RBD), two factors and three replications. The first factor
was the adding of kascing organic fertilizer (K), consist of five levels doses, i.e: without adding
kascing fertilizer (k0); 2.5 g/kg of soil (k1); 5 g/kg of soil (k2); 7.5 g/kg of soil (k3) and 10 g/kg of
soil (k4). The second factor was bamboo leaf litter mulch (M), consist of three levels, i.e: without
mulch (m0); mulch with thickness of 2.5 cm (m1); mulch with thickness of 5 cm (m2). Parameter
observed were the plant height, the number of leaves, the leaf area, the shoot dry weight and the
root dry weight. The data obtained was analyze using Anova and Duncan’s Multiple Range Test
(α=5%). The results showed that interaction between dosage of kascing fertilizer with bamboos
leaves litter mulch could increase the average of plant height (50.17 cm), number of leaves (40.33
leaves), shoot dry weight (5.77 g) and root dry weight (1.78 g) of spinach. Commonly, kascing
organic fertilizer dose of 5 g/kg of soil (k2) and bamboos leaves litter mulch on the tickness of 5
cm (m2) combination was the best treatment for growth of spinach.
Keywords: bamboo leaf litter, mulch, organic fertilizer of kascing, spinach

PENDAHULUAN mempunyai nilai ekonomis tinggi


dibandingkan dengan jenis bayam lainnya
Sayuran merupakan komoditas yang
disebabkan permintaannya yang cukup tinggi
mempunyai nilai komersial cukup tinggi,
(Sunarjono, 2008). Mengingat bayam
karena dibutuhkan sehari-hari dan
mempunyai banyak manfaat, baik sebagai
permintaannya cenderung terus meningkat.
bahan pangan dengan kandungan nutrisi tinggi
Salah satu komoditas sayuran yang memiliki
maupun khasiatnya dalam mengobati beberapa
nilai komersial dan digemari masyarakat
penyakit sehingga mempunyai peran penting
Indonesia adalah bayam. Bayam mengandung
dalam mendukung kesehatan masyarakat, maka
protein, asam askorbat, dan nutrisi mineral
pertumbuhan dan produksinya perlu
seperti Ca, Fe, Mg, P, K, dan Na, yang
ditingkatkan.
dianggap sebagai nilai gizi pada sayuran
Salah satu usaha budidaya untuk
(USDA, 1984). Selain sebagai bahan pangan,
meningkatkan pertumbuhan dan produksi
bayam dipercaya dapat memperbaiki daya
tanaman adalah penambahan unsur hara ke
kerja ginjal dan melancarkan pencernaan
dalam tanah dengan pupuk organik seperti
(Sunarjono, 2008), akarnya dapat digunakan
kascing. Pemupukan perlu dilakukan
untuk mengobati penyakit disentri,
disebabkan sering terjadinya kehilangan unsur
mempercepat pertumbuhan sel, dan dapat
hara dalam tanah melalui pencucian (Susila et
mempercepat proses penyembuhan bagi orang
al., 2010 dalam Mashud et al., 2013). Kascing
yang sedang menjalani perawatan setelah sakit
merupakan hasil ekskresi/proses pencernaan
(Tafajani, 2011).
cacing tanah dari limbah organik (Kariada et
Bayam cabut (A. tricolor L.) merupakan
al., 2002). Di Indonesia spesies cacing tanah
salah satu jenis bayam yang dibudidayakan dan
yang banyak dibudidayakan sebagai penghasil
dikonsumsi masyarakat luas. Jenis bayam ini
kascing adalah Lumbricus rubellus. Menurut

Journal homepage: https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JID


38 Pertumbuhan Tanaman Bayam Cabut … (Setiawati, dkk)

Zahid (1994) pemberian kascing sebagai pupuk adalah Rancangan Acak Kelompok pola faktorial 5
organik dapat memperbaiki struktur tanah dan x 3 dengan tiga kali pengulangan. Faktor I adalah
dapat mempertahankan kestabilan dan aerasi dosis pupuk organik kascing (K) yang terdiri dari 5
tanah, selain mengandung unsur hara utama (N, taraf, yaitu: k0 = tanpa pupuk kascing, k1 = kascing
2,5 g/kg, k2 = kascing 5 g/kg, k3 = kascing 7,5 g/kg,
P, K, Mg dan Ca), kascing juga banyak dan k4 = kascing 10 g/kg. Faktor II adalah ketebalan
mengandung mikroba dengan demikian mulsa serasah daun bambu (M) yang terdiri dari 3
kascing dapat meningkatkan kesuburan tanah. taraf yaitu: m0 = tanpa mulsa, m1 = mulsa 2,5 cm,
Pupuk organik kascing merupakan pupuk dan m2 = mulsa 5 cm.
organik plus, karena mengandung unsur hara Prosedur Kerja
makro dan mikro yang siap diserap tanaman Media tanah untuk persemaian benih bayam
dan berguna bagi pertumbuhan dan produksi diayak dan dimasukan ke dalam bak penyemaian
tanaman (Mulat, 2003). serta diberi pupuk dasar TSP 0,1 g/kg tanah dan
Selain memerlukan kondisi tanah yang KCL 0,06 g/kg tanah, kemudian diaduk sampai
subur, gembur, dan banyak mengandung bahan homogen. Tanah kemudian diinkubasi selama 3 – 4
organik, tanaman bayam cabut (A. tricolor L.) hari. Benih bayam direndam selama ±1 jam,
kemudian ditanam pada bak penyemaian dan ditutup
menghendaki media yang lembab tetapi tidak
dengan selapis tanah tipis, serta disiram sampai
tergenang. Untuk menjaga kelembaban tanah cukup lembab. Bak penyemaian ditutup dengan
dapat dilakukan dengan pemberian penutup sehelai daun pisang selama 4-5 hari. Bibit siap
tanah (mulsa) (Adisarwanto & Wudianto, 1999 dipindahkan ke dalam media perlakuan pada umur 2
dalam Mariano, 2003). Subhan (1994) minggu (Sunarjono, 2008).
menyatakan bahwa mulsa dapat menekan Bibit bayam umur 2 minggu dipilih yang
pertumbuhan gulma, mereduksi penguapan, seragam kemudian ditanam ke dalam media
dan kecepatan alir permukaan, sehingga perlakuan. Media perlakuan menggunakan tanah
kelembaban tanah dan persediaan air dapat latosol dalam polybag Ɵ 30 cm sebanyak 4 kg
terjaga. Mulsa yang lebih baik digunakan dengan penambahan pupuk kascing sesuai dosis
adalah yang berasal dari bahan organik, karena yang telah ditentukan dan telah diinkubasi selama 1
selain ramah lingkungan juga dapat minggu. Setiap polybag ditanami 1 bibit bayam. Di
atas permukaan media tanam tersebut selanjutnya
memberikan nutrisi pada tanaman melalui
dilakukan penambahan mulsa serasah daun bambu
pelapukannya Penggunaan mulsa organik dapat dengan cara ditebarkan secara merata dengan
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi ketebalan sesuai perlakuan. Tanaman uji kemudian
tanah yang akan mempermudah penyediaan diletakkan di rumah kaca. Penyiraman dilakukan
unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman sesuai dengan kapasitas lapang setiap hari pada pagi
untuk pertumbuhan dan perkembangan atau sore hari. Pengamatan dilakukan pada 4 minggu
(Creamer et al., 1996). Salah satu bahan setelah tanam (MST) terhadap parameter tinggi
organik yang dapat digunakan sebagai mulsa tanaman, jumlah daun, luas daun dan berat kering
adalah serasah daun bambu karena tumbuh liar tanaman.
dan sering ditemukan, selain itu daun bambu Analisis data
yang telah tua dan gugur memiliki nilai nisbah Data dihitung secara statistik dengan menggunakan
C/N cukup tinggi sehingga dapat dimanfaatkan Sidik Ragam (Anava) dan apabila terdapat
perbedaan yang nyata (signifikan) maka dilakukan
sebagai mulsa.
uji lanjutan dengan menggunakan uji jarak
METODE berganda Duncan pada taraf nyata 5%.
Bahan HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
benih bayam cabut (A. tricolor L.) merk Panah Tinggi Tanaman
Merah produksi P.T. East West Seed Indonesia, Hasil Anava menunjukkan bahwa interaksi
pupuk organik kascing yang diperoleh dari Cibeusi, antara pupuk kascing dan mulsa berpengaruh
Jatinangor, serasah daun bambu yang diambil dari
nyata terhadap tinggi tanaman bayam. Untuk
Arboretum Unpad, tanah latosol asal Jatinangor,
TSP dan KCL sebagai pupuk dasar serta air bersih.
mengetahui perbedaan perlakuan dilakukan Uji
Jarak Berganda Duncan yang hasilnya dapat
Metode Penelitian
dilihat pada Tabel 1.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
Jurnal ILMU DASAR, Vol.19 No. 1, Januari 2018 :37-44 39

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman (cm) bayam cabut dengan pemberian pupuk organik kascing dan
mulsa serasah daun bambu
Mulsa Pupuk Organik Kascing (K)---(g/kg tanah)
Serasah Bambu (M) k0=0,0 k1=2,5 k2=5,0 k3=7,5 k4=10
14,50 a 24,67 a 27,00 a 26,67 a 36,33 a
m0 =tanpa mulsa
A B B B C
21,33 b 34,50 b 39,50 b 35,00 b 36,83 b
m1= mulsa 2,5 cm
A B B B B
28,33 c 35,67 c 42,00 c 50,17 c 42,00 c
m2=mulsa 5 cm
A A B C B
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak
Berganda Duncan pada α = 5% (Huruf kapital dibaca dengan arah horizontal dan huruf kecil
dibaca dengan arah vertikal).
Tabel 1 menunjukkan bahwa pemberian proses pembelahan sel jaringan meristem
pupuk kascing dan mulsa mampu sehingga jika unsur P ini meningkat maka akan
meningkatkan rata-rata tinggi tanaman bayam. turut pula meningkatkan pembelahan sel dan
Pengaruh interaksi mulsa 5 cm (m2) dengan berpengaruh pada tinggi tanaman. Balemi
pupuk kascing 7,5 g/kg tanah (k3) (2009) menegaskan bahwa pengaruh
menghasilkan rata-rata tinggi tanaman tertinggi kekurangan P yang paling sering terjadi pada
sebesar 50,17 cm yang berbeda nyata dengan kebanyakan tanaman menyebabkan tanaman
perlakuan lainnya. Mulsa berperan dalam menjadi kerdil. Selain itu, kascing juga
menjaga kelembaban tanah karena mulsa dapat mengandung Azotobacter sp yang merupakan
mengurangi kehilangan air dari dalam tanah bakteri penambat N non-simbiotik yang akan
(Bandini dan Aziz, 2004). Pemberian mulsa membantu memperkaya unsur N yang
ketebalan 5 cm (m2) memberikan pengaruh dibutuhkan oleh tanaman (Zahid, 1994). Unsur
lebih baik dalam meningkatkan rata-rata tinggi N diperlukan dalam proses fotosintesis yang
tanaman. Hal ini disebabkan perlakuan mulsa 5 hasilnya akan digunakan untuk membentuk sel
cm (m2) dapat mengurangi penguapan, baru, pemanjangan sel, serta penebalan
menjaga kelembaban tanah, menghambat jaringan selama fase pertumbuhan vegetative
pencucian unsur hara oleh air yang lebih baik. sehingga berpengaruh dalam pertambahan
Kondisi tersebut akan meningkatkan efisiesi panjang/tinggi tanaman (Goldsworthy &
tanaman dalam penyerapan unsur hara yang Fisher, 1992).
terkandung dalam pupuk kascing untuk Jumlah Daun
pertumbuhan termasuk pertambahan tinggi Hasil Anava menunjukkan bahwa interaksi
tanaman. antara pupuk kascing dan mulsa berpengaruh
Kascing mengandung unsur hara makro nyata terhadap jumlah daun bayam. Untuk
utama seperti N, P dan K. Fosfor dibutuhkan mengetahui perbedaan perlakuan dilakukan Uji
dalam proses pembelahan sel dalam jaringan Jarak Berganda Duncan yang hasilnya dapat
meristem. Sebagaimana diungkapkan Mosse dilihat pada Tabel 2.
(1981) bahwa fosfor berperan penting dalam
Tabel 2. Rata-rata jumlah daun bayam cabut dengan pemberian pupuk organik kascing dan
mulsa serasah daun bambu
Mulsa Pupuk Organik Kascing (K)---(g/kg tanah)
Serasah Bambu (M) k0=0,0 k1=2,5 k2=5,0 k3=7,5 k4=10
9,67 a 23,33 a 24,33 a 22 a 29,33 a
m0 =tanpa mulsa
A B B B C
18,33 b 26 b 35,33 b 29,67 b 33 b
m1= mulsa 2,5 cm
A B C C C
28,33 c 29 c 40,33 c 37,33 c 34,33 c
m2=mulsa 5 cm
A B D C C
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak
Berganda Duncan pada α = 5% (Huruf kapital dibaca dengan arah horizontal dan huruf kecil
dibaca dengan arah vertikal).

Journal homepage: https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JID


40 Pertumbuhan Tanaman Bayam Cabut … (Setiawati, dkk)

Tabel 2 menunjukkan bahwa terjadi vegetatif daun, antara lain unsur makro
peningkatan rata-rata jumlah daun secara nyata nitrogen dan kalium. Pada fase pertumbuhan
akibat perlakuan mulsa dan pupuk kascing vegetatif, tanaman membutuhkan banyak N
terhadap kontrol tanpa mulsa ataupun tanpa terutama untuk pembentukan batang dan daun
pupuk kascing. Rata-rata jumlah daun tertinggi (Marschner, 1986). Lingga & Marsono (2008)
terdapat pada perlakuan mulsa 5 cm (m2) dan menyatakan bahwa unsur N dan K berfungsi
pupuk organik kascing 5 g/kg tanah (k2) yaitu untuk merangsang pertumbuhan daun serta
40,33 helai yang berbeda nyata dengan berperan untuk memperkuat daun agar tidak
perlakuan lain. Hal ini disebabkan pemberian gugur.
mulsa 5 cm (m2) berpengaruh lebih baik dalam Luas Daun
mencegah penguapan air, dan melindungi tanah Hasil Anava menunjukkan bahwa dosis pupuk
dari paparan sinar matahari dari pada perlakuan organik kascing dan ketebalan mulsa
mulsa 2,5 (m1) dan tanpa mulsa (m0). Pengaruh berpengaruh nyata terhadap rata-rata luas daun
penyinaran matahari mengakibatkan bayam namun tidak terdapat interaksi antara
ketersediaan air menjadi lebih terbatas kedua faktor tersebut. Untuk mengetahui
(Thomas et al., 1993). Hal ini akan berakibat perbedaan antar perlakuan pengaruh dosis
penuruan kadar air secara internal dalam tubuh pupuk organik kascing dan ketebalan mulsa
tanaman. Frank et al. (1996) melaporkan serasah daun bambu dilakukan Uji Jarak
bahwa pertumbuhan daun merupakan proses Berganda Duncan yang hasilnya dapat dilihat
fisiologis pertama yang terkena dampak saat pada Tabel 3.
tanaman kekurangan air. Pertumbuhan daun Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata luas
berhenti dengan cepat pada awal defisit air dan daun meningkat secara nyata dengan
memacu senescens daun (Frank et al., 1996) pemberian pupuk kascing pada semua dosis.
sehingga pada gilirannya dapat berpengaruh Rata-rata luas daun meningkat sejalan dengan
terhadap jumlah daun. Selain itu adanya mulsa meningkatnya dosis pupuk kascing sampai 5
akan mempertahankan suhu tanah yang g/kg tanah (k2) yang memberikan rata-rata luas
berpengaruh dalam pengambilan hara yang daun tertinggi yaitu 1000,12 cm2. Pemberian
terkandung dalam pupuk kascing. Diaz-Perez pupuk kascing dengan dosis yang lebih tinggi
& Batal (2002) menegaskan bahwa suhu tanah (7,5 – 10 g/kg tanah) menyebabkan penurunan
di daerah perakaran penting untuk rata-rata berat luas daun. Hal ini menunjukkan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman terjadi hambatan pertumbuhan akibat
karena mempengaruhi proses fisiologi di dalam pemberian pupuk melebihi dosis optimumnya.
akar tanaman seperti pengambilan air dan Seperti menurut Hernita dkk. (2012) bahwa
nutrisi mineral dari tanah. bila pupuk diberikan melebihi kebutuhan
Pupuk kascing mengandung unsur hara optimum tanaman, maka pertumbuhan tanaman
yang diperlukan dalam pembentukan organ akan terhambat.

Tabel 3. Rata-rata luas daun (cm2) tanaman bayam cabut dengan pemberian pupuk organik kascing
Perlakuan Rata-rata Luas Daun
(cm2)
------------------Perlakuan dosis pupuk kascing---------------
Tanpa Kascing (k0) 300 a
Kascing 2,5 g/kg tanah (k1) 600,21 b
Kascing 5 g/kg tanah (k2) 1000,12 d
Kascing 7,5 g/kg tanah (k3) 700,48 c
Kascing 10 g/kg tanah (k4) 900,41 c
----------- Perlakuan ketebalan mulsa seresah daun bambu ---------------
Tanpa Mulsa (m0) 500,95 a
Mulsa ketebalan 2,5 cm (m1) 700,22 b
Mulsa ketebalan 5 cm (m2) 900,19 b
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kelompok perlakuan yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada α = 5%
Jurnal ILMU DASAR, Vol.19 No. 1, Januari 2018 :37-44 41

Pemberian kascing sebagai bahan organik kelembapan tanah dan unsur hara yang ada
penyedia unsur hara akan meningkatkan dalam tanah serta melindungi tanah dari sinar
aktivitas dan hasil fotosintesis yang semakin matahari secara langsung, dan meningkatkan
besar. Pupuk kascing selain mengandung kandungan humus dalam tanah. Penurunan
nitrogen yang menyusun dari semua protein, kadar air dalam tanah akibat penguapan akan
asam nukleat dan klorofil. Klorofil yang berakibat pada menurunnya tekanan turgor
dihasilkan akan digunakan oleh tanaman untuk dalam daun. Hal ini akan mengganggu proses
melakukan proses fotosintesis. Fotosintat yang perluasan sel tanaman karena kehilangan
dihasilkan kemudian dirombak kembali melalui banyak air (Purwaningrahayu, 2014).
proses respirasi dan menghasilkan energi yang Berat Kering Tajuk
akan digunakan oleh sel tanaman untuk Hasil Anava menunjukkan bahwa interaksi
melakukan aktifitas seperti pembelahan dan antara pupuk kascing dan mulsa berpengaruh
pembesaran sel daun yang menyebabkan daun nyata terhadap berat kering tajuk. Untuk
tumbuh menjadi lebih panjang dan lebar mengetahui perbedaan perlakuan dilakukan Uji
(Salisbury & Ross, 1995). Marschner (1986) Jarak Berganda Duncan yang hasilnya dapat
menyatakan bila pasokan N cukup maka daun dilihat pada Tabel 4.
tanaman akan tumbuh besar dan memperluas Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata berat
permukaan yang tersedia untuk proses kering tajuk meningkat secara nyata dengan
fotosintesis. Demikian pula unsur P yang pemberian mulsa dan pupuk kascing.
terkandung dalam kascing akan mempengaruhi Pengaruh interaksi mulsa 5 cm (m2) dengan
luas daun. Plenet et al. (2000) melaporkan pupuk kascing 5 g/kg tanah (k2) menghasilkan
bahwa konsentrasi P yang rendah dapat rata-rata berat kering tajuk tertinggi yaitu 5,77
menyebabkan penurunan luas daun. g yang berbeda nyata dengan perlakuan
Kekurangan P dapat menekan laju pembelahan lainnya. Rata-rata berat kering tajuk meningkat
sel (Assuero et al., 2004) dan perluasan sel sejalan dengan meningkatnya dosis pupuk
epidermis (Radin & Eidenbock, 1984) yang kascing sampai 5 g/kg (k2), pada dosis yang
pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan lebih tinggi yaitu 7,5 g/kg (k3) dan 10 g/kg (k4)
jumlah dan luas daun. menyebabkan penurunan rata-rata berat kering
Tabel 3 juga menunjukkan bahwa tajuk. Leiwakabessy & Sutandi (1998)
pemberian mulsa serasah daun bambu dengan mengemukakan bahwa apabila unsur hara
ketebalan 2,5 cm (m1) dan 5 cm (m2) tersedia dalam keadaan seimbang dapat
menghasilkan rata-rata luas daun lebih tinggi meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan
dan berbeda nyata dengan kontrol (tanpa bobot kering tanaman, akan tetapi apabila
mulsa) berturut-turut 700,22 dan 900,19 cm2. unsur hara dalam kondisi yang kurang atau
Menurut Harist (2000), pemberian mulsa terlalu tinggi akan menghasilkan bobot kering
serasah daun bambu dapat menjaga yang rendah.

Tabel 4. Rata-rata berat kering tajuk (g) bayam cabut yang diberi pupuk organik kascing dan
mulsa serasah daun bambu
Mulsa Pupuk Organik Kascing (K)---(g/kg tanah)
Serasah Bambu (M) k0=0,0 k1=2,5 k2=5,0 k3=7,5 k4=10
0,71 a 2,97 a 3,11 a 2,96 a 4,19 a
m0=tanpa mulsa
A B B B C

1,86 b 3,66 b 4,84 b 3,88 b 4,11 b


m1= mulsa 2,5 cm
A B C B B
2,99 c 3,85 c 5,77 c 4,52 c 5,07 c
m2=mulsa 5 cm
A A C B B
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji
JarakBerganda Duncan pada α = 5% (Huruf kapital dibaca dengan arah horizontal dan huruf
kecil dibaca dengan arah vertikal).

Journal homepage: https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JID


42 Pertumbuhan Tanaman Bayam Cabut … (Setiawati, dkk)

Meningkatnya berat kering tanaman pada mengoptimalkan proses fotosintesis, serta


perlakuan pemberian pupuk organik kascing memperlancar translokasi hasil fotosintesis
berkaitan erat dengan unsur hara P yang yang akan digunakan untuk pertumbuhan daun
terkandung dalam pupuk kascing. Massod et al. (Yusuf dkk., 2015). Peningkatan pertumbuhan
(2011) melaporkan bahwa unsur P daun pada gilirannya akan meningkatkan berat
meningkatkan pertumbuhan akar yang kering tajuk.
memiliki pengaruh besar terhadap Berat Kering Akar
pertumbuhan tanaman secara keseluruhan. Hasil Anava menunjukkan bahwa interaksi
Peningkatan pertumbuhan akar memungkinkan antara pupuk kascing dan mulsa berpengaruh
tanaman mengeksplorasi lebih banyak nutrisi nyata terhadap berat kering batang akar
dan air tanah sehingga meningkatkan tanaman bayam. Untuk mengetahui perbedaan
pertumbuhan dan selanjutnya menghasilkan perlakuan dilakukan Uji Jarak Berganda
berat kering tanaman yang lebih tinggi. Duncan yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel
Menurut Taiz & Zeiger (2010) berat kering 5.
merupakan salah satu indikator proses Tabel 5 menunjukkan bahwa pada
metabolisme tanaman. Jika proses metabolisme perlakuan mulsa dan pupuk kascing pada
meningkat, bahan kering yang dihasilkan juga semua dosis mampu meningkatkan rata-rata
meningkat, sebaliknya, penurunan aktivitas berat kering akar secara nyata. Rata-rata berat
metabolik dapat menyebabkan penurunan kering akar tertinggi terdapat pada interaksi
bahan kering tanaman. Bahan kering tanaman perlakuan mulsa 5 cm (m2) dengan kascing 5
merupakan hasil proses fotosintesis. Produksi g/kg tanah (k2) sebesar 1,78 g namun tidak
bahan kering tanaman tergantung dari berbeda nyata dengan dosis kascing 7,5 g/kg
penerimaan penyinaran matahari dan (k3) dan 10 g/kg tanah (k4). Menurut
pengambilan karbon dioksida dan air dalam Krishnawati (2003) kascing mampu
tumbuhan (Suseno, l974). Pemberian mulsa menyediakan bahan makan bagi jasad renik
ketebalan 5 cm mampu mengurangi fluktuasi dan unsur hara bagi tanaman. Unsur hara N
suhu tanah dan evaporasi tanah yang lebih baik yang terkandung dalam kascing turut berperan
dibandingkan tanpa mulsa (m0) ataupun dalam pembentukan akar. Menurut Gardner et
ketebalan mulsa 2,5 cm (m1) sehingga mampu al., (1991) meningkatnya serapan nitrogen
mempertahankan kandungan air yang cukup. menyebabkan laju fotosintesis meningkat,
Air diperlukan dalam proses fotosintesis yang sehingga sintesis karbohidrat juga meningkat.
merupakan proses fisiologi yang penting dalam Kelebihan karbohidrat bagian tajuk akan
akumulasi biomassa (Qiu et al., 2012). ditransfer ke akar, yang digunakan sebagai
Tersedianya kandungan air di permukaan tanah energi untuk pertumbuhan akar yang pada
dapat menyebabkan tanaman menjadi lebih akhirnya akan meningkatkan berat kering akar.
mudah dalam menyerap air, sehingga dapat

Tabel 5. Rata-rata berat kering akar (g) tanaman bayam cabut yang diberi perlakuan pupuk organik
kascing dan mulsa serasah daun bambu
Mulsa Pupuk Organik Kascing (K)---(g/kg tanah)
Serasah Bambu (M) k0=0,0 k1=2,5 k2=5,0 k3=7,5 k4=10
0,21a 1,04 a 1,08 a 0,99 a 1,48 a
m0 =tanpa mulsa
A B B B C

0,59 b 1,26 b 1,62 b 1,46 b 1,52 b


m1= mulsa 2,5 cm
A B C C C
1,03 c 1,33 c 1,78 c 1,49 c 1,64 c
m2=mulsa 5 cm
A B C C C
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak
Berganda Duncan pada α = 5% (Huruf kapital dibaca dengan arah horizontal dan huruf kecil
dibaca dengan arah vertikal).
Jurnal ILMU DASAR, Vol.19 No. 1, Januari 2018 :37-44 43

Kascing selain mengandung unsur hara Balemi T. 2009. Effect of phosphorus nutrition
makro dan mikro juga mengandung berbagai on growth of potato genotypes with
bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan contrasting phosphorus efficiency. African
tanaman yaitu hormon seperti giberellin, Crop Science Journal, 17(4):199 - 212
sitokinin dan auksin (Zahid, 1994). Hormon Bandini, Y. & N. Aziz. 2004. Bayam. Jakarta:
auksin bertindak sebagai pendorong awal Penebar Swadaya.
proses inisiasi pertumbuhan akar. Auksin Creamer, N.G., M.A. Bennet, B.R. Steamer, &
mampu meningkatkan tekanan sel dan J. Cardina. 1996. A comparisson of four
meningkatkan sintesis protein, sehingga sel-sel processing tomato production system
akan mengembang, memanjang dan menyerap differing in cover crop and chemical input.
air (Febriani dkk., 2009). Journal Amer. Soc. Hort. Sci, 21: 397-402.
Pemberian mulsa dapat meningkatkan Diaz-Perez, J.C. & K.D. Batal. 2002. Colored
efisiensi penyediaan dan penyerapan unsur plastic fill mulches affect tomato growth
hara yang terkandung dalam pupuk kascing and yield via changes in root-zone
oleh tanaman untuk pertumbuhannya. temperature. J. Amer. Soc. Hort. Sci, 127
Perlakuan ketebalan mulsa 5 cm (m2) (1): 127-136.
menghasilkan rata-rata berat kering akar lebih Febriani, P., S.Darmanti, & B. Raharjo. 2009.
baik yang berbeda secara nyata dengan tanpa Pengaruh konsentrasi dan lama perendaman
mulsa (m0) dan ketebalan mulsa 2,5 cm (m1). dalam supernatan kultur Bacillus sp. 2
Hal ini dapat disebabkan ketebalan mulsa 5 cm DUCC-BR-K1.3 terhadap pertumbuhan
(m2) mampu menciptakan kelembaban dan stek horisontal batang jarak pagar (Jatropa
temperatur tanah yang lebih baik. Sebagaimana curcas L.). Saint and Mat, 17:131-140
menurut Wiharjo (1997) bahwa mulsa juga Frank, A.B., S. Bittman, A. Douglas, Johnson,
dapat meningkatkan kadar hara dalam tanah & A.B. Frank. 1996. Water Relations of
yang merupakan hasil akhir dari perbaikan Cool Season Grasses. Agronomy
kelembaban dan temperatur tanah. monograph no 34.
Purwowidodo (1983) menegaskan bahwa Gardner, F.P., R.B. Pearce, & R.L. Mitchell.
kelembaban dan temperatur tanah yang optimal 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara Diterjemahkan oleh Susilo H. Jakarta:
dalam tanah, sehingga dapat dimanfaatkan Universitas Indonesia Press.
untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Goldsworthy, P.R. & N.M. Fisher. 1992.
Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.
KESIMPULAN Yoyakarta : Universitas Gadjah Mada
Dosis pupuk organik kascing 5 g/kg tanah (k2) Press.
meningkatkan pertumbuhan tanaman bayam Hadisoeganda, A.W.W. 1996. Bayam Sayuran
cabut (A. tricolor L.) pada parameter jumlah Penyangga Petani di Indonesia. Monograf.
daun, luas daun, berat kering tajuk dan akar. No. 4. BPPP. Lembang, Bandung.
Ketebalan mulsa serasah daun bambu 5 cm Harist, A. 2000. Petunjuk Penggunaan Mulsa.
(m2) meningkatkan pertumbuhan tanaman Jakarta: Penebar Swadaya.
bayam cabut (A. tricolor L.) pada parameter Hernita, D., R. Poerwanto, A.D. Susila, & S.
tinggi tanaman, jumlah daun, berat kering tajuk Anwar. 2012. Status penentuan hara
dan akar. Terjadi interaksi antara pupuk nitrogen pada bibit duku. J.hort, 22(1): 29-
organik kascing dengan ketebalan mulsa 36.
serasah daun bambu terhadap pertumbuhan Ismawati, E.M. 2007. Pupuk Organik. Jakarta:
tanaman bayam cabut yang meliputi tinggi Penebar Swadaya.
tanaman, jumlah daun, dan berat kering tajuk Kariada, I.K., I.B. Aribawa, & N.L. Kartini.
dan akar tanaman bayam cabut (A. tricolor L.). 2002. Pengaruh Pupuk Organik Kascing
(POK) dan NPK Terhadap Sifat Kimia
DAFTAR PUSTAKA Tanah dan Hasil Kacang Panjang di Lahan
Assuero, S.G., A. Mollier, & S. Pellerin. 2004. Kering Desa Pegok Kabupaten Badung
The decrease in growth of phosphorus- Denpasar Bali. [Laporan Penelitian]. Balai
deficient maize leaves is related to a lower Pengkajian Teknologi Pertanian Bali.
cell production. Plant, Cell and Krishnawati, D. 2003. Pengaruh pemberian
Environment. 27:887-895. pupuk kascing terhadap pertumbuhan

Journal homepage: https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JID


44 Pertumbuhan Tanaman Bayam Cabut … (Setiawati, dkk)

vegetatif tanaman kentang (Solanum Effects of bisphenol A on growth,


tuberosum). Buletin KAPPA, 4(1): 9-12. photosynthesis and chlorophyll
Lingga dan Marsono. 2008. Petunjuk fluorescence in above-ground organs of
Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar soybean seedlings. Chemosphere, 90:
Swadaya. 1274-1280.
Leiwakabessy, F.M. & A. Sutandi. 1998. Radin, J.W. & M.P. Eidenbock. 1984.
Pupuk dan Pemupukan. Bogor: Fakultas Hydraulic conductance as a factor limiting
Pertanian IPB. leaf expansion of phosphorus-deficient
Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition of cotton plants. Plant Physiology, 75:372-
Higher Plants. Academic Press: London. 377.
Mariano, A.S.A. 2003. Pengaruh Pupuk Foska Russell, E.J. & E.W. Russell. 1977. Soil
dan Mulsa Jerami terhadap Beberapa Sifat Condition and Plant Growth. New York:
Fisik dan Kimia Tanah serta Produksi Longman.
Kedelai (Glycine L. Merr). [Laporan Salisbury, B.F. & C.W. Ross. 1995. Fisiologi
Penelitian]. Program Studi Ilmu Tanah. Tumbuhan. Bandung: ITB.
Bogor: Fakultas Pertanian IPB. Subhan. 1994. Pengaruh dosis fosfat dan mulsa
Mashud, N., R. B. Maliangkay & M. Nur. terhadap pertumbuhan vegetatif dan hasil
2013. Pengaruh pemupukan terhadap kubis kultivar kk-cross. Buletin Penelitian
pertumbuhan vegetatif tanaman aren belum Holtikultura, 27(1): 1-11.
menghasilkan. B. Palma, 14(1): 13 - 19 Sunarjono, H. 2008. Bertanam 30 Jenis
Masood, T., R. Gul, F. Munsif, F. Jalal, Z. Sayuran. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hussain, N. Noreen, H. Khan, Nasiruddin Suseno, H. 1974. Fisiologi Tumbuhan:
& H. Khan. 2011. Effect Of Different Metabolisme Dasar. Bogor: IPB.
Phosphorus Levels On The Yield And Taiz, L. & E. Zeiger. 2010. Plant
Yield Components Of Maize. Sarhad J. Physiology.Fifth Ed. Sunderland,
Agric, 27(2): 167-170 Massachusetts U.S.A : Sinauer Associates
Mosse, B. 1981. Vasicular Arbuscular Inc., Publishers.
Mycorrhiza Research for Tropical Tafajani. H. 2011. Panduan Komplit Bertanam
Agriculture. Hawaii: Institute of Tropical Sayur dan Buah-buahan. Yogyakarata:
Agriculturen and Human Resources Cahaya Atma.
University of Hawaii. Thomas, R.S., R.L. Franson, & G.J.
Mulat, T. 2003. Membuat dan Memanfaatkan Bethlenfalvay. 1993. Separation of VAM
Kascing: Pupuk Organik Berkualitas. fungus and root effects on soil agregation.
Jakarta: Agromedia Pustaka. Soil Sci. Am. J. Edition, 57: 77-31.
Plenet, D., A. Mollier, & S. Pellerin. 2000. USDA ARS Nutri. Data Lab. 1984. Oxalic acid
Growth analysis of maize field crops under content of selected vegetables. Composition
phosphorus deficiency. II. Radiation-use of foods: vegetables and vegetable
efficiency, biomass accumulation and yield products. Agricultural handbook No. 8–11,
components. Plant and Soil, 224: 259-272. 1–18.
Purwowidodo. 1983. Teknologi Mulsa. Jakarta: Wiharjo, 1997. Bertanam Semangka.
Dewarucci Press. Yogyakarta: Kanisius.
Purwaningrahayu, R.D. 2016. Karakter Yusuf, M.F.B, P. Yudono, & S. Purwanti.
morfofisiologi dan agronomi kedelai 2015. Pengaruh mulsa organik terhadap
toleran salinitas. Iptek Tanaman Pangan, pertumbuhan dan hasil benih tiga kultivar
11(1): 35-48. kacang hijau (Vigna radiata L. Wilczek) di
Qiu Z.Y., L.H. Wang, & Q. Zhou. 2012. lahan pasir pantai. Vegetalika, 4(3): 85-97.

Das könnte Ihnen auch gefallen